Вы находитесь на странице: 1из 8

Jurnal

Jurnal Metris 20 (2019) 131–138


Metris journal homepage: http://ojs.atmajaya.ac.id/index.php/metris
ISSN: 1411 - 3287

Pengukuran Produktivitas dengan Metode Overal Equipment


Effectiveness dan OMAX di Lini Produksi TMM1 dan TMM2 PT.
MTG
Riana Magdalena*, Delima Permata Negara

Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya Jakarta
Jalan Raya Cisauk-Lapan No. 10, Sampora, Cisauk, Tangerang, Banten 15345

Article Info Abstract


Article history: PT MTG is a company engaged in the gears and mechanical part component. In
the current condition, PT MTG has an effort to improve the company's work
Received efficiency through with an efficiency target of 80%. However, the current
21 December 2019 problem is that the company does not yet have the right method for evaluating
and detecting factors that inhibit increased productivity on the "TMM 1" and
Accepted
"TMM 2" production lines. To find out the right method for PT MTG, two
10 January 2020
productivity measurement methods are used in total with the Overall Equipment
Keywords:
Effectiveness (OEE) method and partially with the Objective Matrix (OMAX)
OEE method. In measuring productivity with the OEE method, it can be seen six big
OMAX losses that occur in each machine on each production line. Whereas in the
Productivity OMAX method, measurement of productivity is used 4 criteria to determine the
company's productivity index, namely (1) Minimization of Defective Products;
(2) Optimizing Production Capacity; (3) Efficient Use of Labor; (4) Minimize
Absence of Work. Based on the results of data processing and analysis, the
average overall OEE value for the "TMM 1" and "TMM 2" production lines is
0.32% and 0.321%. The OEE value still does not meet the JIPM standard of
85%. Whereas in the OMAX results, the average productivity index value of the
two production lines is 140.80 per month from the optimal value of 1000. The
factor influencing the two methods for not achieving the target is the amount of
production per month that differs more than 55% of the production plan.
Whereas in OEE, excess production is not considered a loss. So, for the current
conditions the right method of measuring productivity for PT MTG is the
OMAX Method.

dapat mempengaruhi terjadinya penurunan


1. PENDAHULUAN kemampuan mesin dan peralatan dalam bekerja.
Pada dunia industri terutama manufaktur, mesin Faktor eksternal tersebut di definisikan oleh Dhillon
dan peralatan merupakan sumber daya penunjang (Samat et al., 2011) antara lain seperti kesalahan
produksi yang dibutuhkan untuk menjadi kekuatan dalam pengoperasian mesin, input bahan baku yang
utama perusahaan dalam berlangsungnya proses tidak sesuai dengan kesalahan instalasi peralatan
produksi. Setiap perusahaan manufaktur yang pendukung ataupun penyebab lainnya yang
menggunakan mesin atau peralatan pendukung mengakibatkan mesin tersebut tidak dapat bekerja
lainnya, akan menggantungkan kecepatan dan seperti keadaan normal.
ketepatan proses pada kondisi kesiapan mesin – PT. MTG merupakan perusahaan yang bergerak
mesin tersebut sebagai salah satu kunci dibidang komponen Gears and Mechanical Part.
kesuksesannya (Rinawati dan Dewi, 2014). Sama Pada kondisi saat ini perusahaan belum memiliki
halnya seperti manusia, kondisi mesin dan peralatan metode yang tepat untuk mengukur produktivitas
mengalami pertambahan umur yang menyebabkan perusahaan. Upaya perusahaan saat ini dalam
terjadinya penuruan kemampuan dalam meningkatkan efisiensi kerja hanya dengan
melaksanakan tugas masing-masing. menggunakan rumus penggunaan waktu kerja atau
Selain pertambahan umur yang merupakan waktu standar kerja disetiap lini produksi pada
faktor internal, terdapat juga faktor eksternal yang setiap bulannya, dengan target sebesar 80%.

*Corresponding author. Riana Magdalena


Email address: riana.magdalena@atmajaya.ac.id
132 Magdalena, R. & Negara, D.P. / Jurnal Metris 19 (2019) 131-238

Efisiensi Kerja LINE TMM 1 & TMM 2


100.00%
95.00%
LINE TMM 1 2016
90.00%
LINE TMM 1 2017
EFISIENSI

85.00%
80.00% LINE TMM 1 2018
75.00% TARGET
70.00%
LINE TMM 2 2016
65.00%
60.00% LINE TMM 2 2017
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 LINE TMM 2 2018
BULAN KE -

Gambar 1.
Data historis efisiensi kerja TMM 1 & TMM 2

Pada divisi TMG terdapat enam lini produksi visi tersebut, PT MTG memiliki misi untuk terus
yaitu Line TMG 1, Line TMG 2, Line TML 1, Line meningkatkan produktivitasnya. Target efisiensi
TML 2, Line TMM 1, dan Line TMM 2. Berdasarkan kinerja pada PT MTG di setiap lini produksinya
data historis 3 tahun terakhir menyatakan bahwa adalah sebesar 80%. Penelitian ini dilakukan pada
Line TMM 1 & TMM 2 mengalami penurunan divisi produksi, bagian TMG (Timing Gear) yang
efisiensi kerja pada setiap tahunnya. Gambar 1. memiliki enam lini produksi yaitu Line TMG 1, Line
menjelaskan pencapaian efisiensi kerja pada lini TMG 2, Line TML 1, Line TML 2, Line TMM 1, dan
produksi TMM 1 & TMM 2 di PT MTG, selama 3 Line TMM 2. Berdasarkan data historis efisiensi
tahun terakhir. kinerja pada tahun 2016, 2017 dan 2018 masih
terdapat beberapa lini produksi yang tidak mencapai
Pada Gambar 1, terlihat penurunan efisiensi kerja
target efektivitas kinerjanya pada setiap bulannya.
pada setiap bulannya masih terjadi berulangkali
Berdasarkan permintaan dari perusahaan, lini
dikarenakan PT MTG hanya melakukan perhitungan
produksi yang akan dijadikan fokus penelitian adalah
efisiensi kerja pada setiap lini, namun perusahaan
lini produksi TMM 1 dan TMM 2 yang berupakan
tidak melakukan evaluasi pada setiap bulan bagi lini
lini produksi supplier Yamaha Electric Indonesia
produksi yang tidak tercapai target efisiensinya.
(YEID).
Selain itu, faktor yang menyebabkan tidak
tercapainya target tersebut yaitu tidak adanya Penelitian ini akan berfokus pada lini produksi
penerapan metode untuk pengukuran produktivitas TMM 1 & TMM 2, yang merupakan lini produksi
kinerja. Apabila hal ini terus berlanjut, dapat yang menghasilkan produk gear untuk PT Yamaha
menyebabkan turunnya efisiensi kerja yang Electric Indonesia (YEID). Pada masing – masing
mengakibatkan kerugian baik dalam segi waktu dan lini produksi telah memproduksi empat produk dan
biaya bagi perusahaan. memiliki empat mesin. Produk yang di produksi oleh
TMM 1 antara lain BOSS 2ND, BOSS 5TN, BOSS
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
55S, dan BOSS 1DY. Dari keempat produk tersebut,
mengetahui nilai produktivitas OEE pada lini “TMM
telah melalui empat proses mesin antara lain CNC
1” dan “TMM 2” untuk dibandingkan dengan
Lathe 1 TNL 85, Hobbing GB 15 CNC, Machining
standar OEE JIPM, untuk mengetahui nilai indeks
Center QVM 610, dan Broaching Tsan Shin.
produktivitas lini “TMM 1” dan “TMM 2”
berdasarkan metode OMAX, untuk mengetahui Sedangkan pada produk yang diproduksi oleh
faktor yang mempengaruhi rendahnya nilai TMM 2 antara lain BOSS 5LW, BOSS B8A, BOSS
produktivitas dengan Fishbone Diagram, dan 2BM, dan BOSS 1PB1. Sama seperti lini produksi
memberikan usulan metode yang tepat untuk TMM1, keempat produk tersebut juga melalui empat
diterapkan di lini “TMM 1” dan lini “TMM 2” PT proses mesin yaitu CNC Lathe 1 CL 2000, Hobbing
MTG. CNC KN 150, Machining Center TV 300, dan
Broaching Tsan Shin.
2. METODOLOGI PENELITIAN
Berdasarkan hasil wawancara dengan Section
2.1 Lingkup penelitian yang ditinjau Head pada setiap lini produksi, didapatkan bahwa
PT MTG memiliki tekad untuk menjadi permasalahan yang terjadi pada perusahaan adalah
perusahaan pembuat komponen gear & mechanical tidak adanya penerapan pengukuran dan
part yang unggul dan inovatif di Indonesia dan peningkatan kinerja pada perusahaan. Dimana,
dihargai oleh pasar International. Untuk mencapai selama ini perusahaan hanya menggunakan rumus
Magdalena, R. & Negara, D.P. / Jurnal Metris 19 (2019) 131-138 133

waktu standar untuk mengetahui efisiensi kerja Berdasarkan kriteria – kriteria yang ada, maka
pada setiap lini produksi. Namun sayangnya, dapat dikumpulkan data – data sekunder yang
setelah mengetahui nilai efisiensi tersebut diperlukan dalam pengukuran produktivitas. Data
perusahaan tidak melakukan tindak lanjut seperti yang dikumpulkan yaitu data dari bulan September
evaluasi perbaikan untuk setiap lini produksi yang 2017 – Desember 2018 yang digunakan sebagai
tidak tercapai efisiensinya. Hal ini mengakibatkan, penentuan performansi awal pengukuran
perusahaan mengalami kesulitan untuk mengetahui produktivitas dan bulan Januari 2018 – Desember
faktor apa sajakah yang menghampat suatu lini 2018 merupakan periode pengukuran produktivitas.
produksi dalam meningkatkan produktivitasnya. Data – data tersebut adalah sebagai berikut:
Untuk memecahkan permasalahan tersebut,  Jumlah produk cacat (m2)/bulan
maka perusahaan dapat melakukan perhitungan  Jumlah produk yang dihasilkan (m2)/bulan
efektivitas yaitu dengan perhitungan metode  Kapasitas produksi (m2)/bulan
Overall Equipment Effectiveness (OEE) dan  Jumlah tenaga kerja di bagian produksi
metode Objective Matrix (OMAX) untuk (orang)/bulan
mengetahui penyebab terjadinya permasalahan  Kapasitas produksi (m2)/bulan
pada mesin. Selain itu, dari kedua perhitungan  Jumlah jam kerja yang hilang karena absen
tersebut, maka dapat dilakukan perbandingan (jam)/bulan
metode terbaik yang dapat dijadikan usulan  Jumlah jam kerja yang tersedia (jam)/bulan
pengukuran produktivitas untuk PT MTG.
2.2 Pengumpulan data Data kualitatif merupakan data – data umum
yang selanjutnya akan digunakan untuk pembuatan
Pada penelitian ini, pengumpulan data fishbone diagram dan OMAX. Data – data yang
dilakukan dengan cara Grounded Research dan dimaksud adalah hasil wawancara kepada pihak
diskusi dengan pihak perusahaan untuk perusahaan dan data umum perusahaan seperti ;
memperoleh data – data yang dibutuhkan untuk sejarah dan perkembangan PT MTG,
penelitian. Dalam pengumpulan data dengan Kebijaksanaan perusahaan, visi dan misi PT MTG,
Grounded Research dibagi menjadi dua sifat yaitu dan struktur organisasi PT MTG. Dari
kuantitatif dan kualitatif. Data yang tergolong pengumpulan data yang bersifat kualitatif ini, akan
kuantitatif yaitu data historis dan data hasil digunakan untuk pembuatan fishbone diagram.
observasi di PT MTG yang akan digunakan. Untuk Diskusi dalam pengumpulan data ini dilakukan
menghitung nilai OEE data yang dibutuhkan adalah bersama pihak perusahaan yaitu Bapak Harry
actual production time (unit), cycle Achadi selaku section head lini TMG pada bagian
time(minutes/unit), good products (unit), plan Produksi PT MTG. Diskusi ini bertujuan untuk
production (unit), availabe time work (minutes), mematangkan rumusan masalah pada PT MTG.
planned down time (minutes) dan unplanned down
time (minutes). 2.3 Pengolahan data dan analisis
Untuk menghitung nilai OMAX data yang
Tahap pengolahan data dengan metode OEE
dibutuhkan adalah Potential Objective yang untuk mengetahui efektivitas pada setiap mesin di
merupakan turunan dari misi PT MTG melalui lini “TMM 1” dan “TMM 2”. Data tersebut meliputi
diskusi dengan kepala seksi pada divisi TMG.
Availability Rate, Performance Rate, dan Quality
Potential Objective yang dapat dibentuk adalah: Rate. Overall Equipment Effectiveness (OEE)
 Memenuhi persyaratan kualitas pelanggan merupakan ukuran menyeluruh yang dilakukan
 Meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja untuk mengidentifikasi tingkat produktivitas pada
serta menekan pemborosan mesin atau peralatan dari kinerja yang dilakukan
 Menyerahkan barang kepada pelanggan tepat secara teori (Nakajima, 1988). Huang et al. (2003)
waktu mendefinisikan bahwa kehilangan/kerugian sebagai
 Menjaga dan memelihara kesehatan dan fungsi dari sejumlah komponen eksklusif yang
keselamatan kerja serta peduli kepada saling berhubungan, yaitu: ketersediaan
kelestarian alam (availability), kinerja (performance) dan kualitas
 Menjaga moral dan etika yang baik dalam (quality). Sama hal nya seperti Huang, Nakajima
bermasyarakat (1988) menyatakan bahwa availability merupakan
Berdasarkan potensial objective yang ada, rasio dari operation time, dengan mengeleminasi
maka dapat dirumuskan menjadi kriteria –kriteria downtime peralatan, terhadap loading time.
yang digunakan sebagai alat pengukuran
produktivitas. 𝑙𝑜𝑎𝑑𝑖𝑛𝑔 𝑡𝑖𝑚𝑒−𝑑𝑜𝑤𝑛𝑡𝑖𝑚𝑒
𝐴𝑣𝑎𝑖𝑙𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑦 = (1)
𝑙𝑜𝑎𝑑𝑖𝑛𝑔 𝑡𝑖𝑚𝑒
 Minimasi produk cacat
 Mengoptimalkan kapasitas produksi Sedangkan, performance ratio merupakan suatu
 Efisiensi penggunaan tenaga kerja ratio yang menggambarkan kemampuan dari
 Minimasi absen kerja peralatan dalam menghasilkan barang.
134 Magdalena, R. & Negara, D.P. / Jurnal Metris 19 (2019) 131-238

𝑂𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡 𝑥 𝐶𝑦𝑐𝑙𝑒 𝑇𝑖𝑚𝑒 𝑂𝑝𝑡𝑖𝑚𝑎𝑙


produktivitas (IP) yang dihitung sebagai prosentasi
𝑃𝑒𝑟𝑓𝑜𝑟𝑚𝑎𝑛𝑐𝑒 = 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑡𝑖𝑛𝑔 𝑇𝑖𝑚𝑒 (2) kenaikan atau keturunan performasi dari awal
hingga sekarang. Dengan rumus Indeks
𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑡𝑖𝑛𝑔 𝑇𝑖𝑚𝑒 = Produktivitas (IP) sebagai berikut
𝐿𝑜𝑎𝑑𝑖𝑛𝑔 𝑇𝑖𝑚𝑒 − 𝐷𝑜𝑤𝑛 𝑇𝑖𝑚𝑒 − 𝑆𝑒𝑡𝑢𝑝 𝑇𝑖𝑚𝑒 (3)
𝐴−𝐵
𝐼𝑛𝑑𝑒𝑘𝑠 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 = 𝑥 100% (5)
𝐵
Selanjutnya adalah perhitungan Quality Ratio Dengan A adalah Indeks periode saat ini dan
yang memiliki fokus kerugian pada kualitas produk B Indeks periode sebelumnya
yang mengalami kerusakan.
𝑂𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡−𝑅𝑒𝑑𝑢𝑐𝑒 𝑌𝑖𝑒𝑙𝑑−𝑅𝑒𝑗𝑒𝑐𝑡
𝑄𝑢𝑎𝑙𝑖𝑡𝑦 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 = (4) 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
𝑂𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡
Dari perhitungan nilai OEE dilakukan perhitungan 3.1 Perhitungan nilai Overall Equipment
Six Big Losses dan memilih faktor signifikan untuk Effectiveness (OEE)
dijadikan analisis dan pembahasan menggunakan
fishbone diagram. Setelah diketahui nilai Berdasarkan hasil pengumpulan data, dapat
Availability, Performance, dan Quality, maka dapat diketahui bahwa salah satu misi PT MTG adalah
dilakukan perhitungan Overall Equipment “Meningkatkan Efisiensi dan Produktivitas kerja
Effectiveness (OEE), sebagai berikut. serta menekan pemborosan”. PT MTG telah berdiri
sejak tahun 1988, namun dalam meningkatkan
𝑂𝐸𝐸 = 𝐴𝑣𝑎𝑖𝑙𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑦 𝑥 𝑃𝑒𝑟𝑓𝑜𝑟𝑚𝑎𝑛𝑐𝑒 𝑥 𝑄𝑢𝑎𝑙𝑖𝑡𝑦 (5)
efisiensi dan produktivitas kerja perusahaan belum
Nilai minimal dari OEE adalah sebesar 85% menerapkan metode pengukuran produktivitas. Saat
(Nakajima, 1988). Nakajima juga menyatakan ini PT MTG hanya menjalankan misi tersebut
bahwa berdasarkan observasi di Jepang, terdapat dengan menghitung target sasaran mutu pada setiap
enam kerugian peralatan (Six Big Losses), yang bulannya. Dengan target sasaran mutu setiap
menyebabkan terjadinya kerusakan pada mesin dan bulannya 80%. Rumus yang dipakai dalam sasaran
peralatan yaitu: mutu ini adalah rumus waktu standar kerja. Maka
dari itu dalam penelitian ini dilakukan usulan
 Unplanned downtime losses sebagai fungsi dari penerapan metode pengukuran produktivitas
Availability. Terdiri dari: Equipment Failure, Set- dengan metode Overall Equipment Effectiveness
up and Adjustment. (OEE) atau dengan metode Objective Matrix
 Speed Losses sebagai fungsi dari performance. (OMAX). Dari kedua metode tersebut dianalisis
Terdiri dari: Idling and Minor Stoppage, Reduce lebih lanjut metode manakah yang lebih baik untuk
Speed. diterapkan pada PT MTG.
 Quality Losses sebagai fungsi dari Quality.
Terdiri dari: Defect in Process/Rework, Reduced Berdasarkan hasil pengolahan data, dari
Yield / Start – up Losses. masing-masing mesin yang memproduksi setiap
Objective Matrix merupakan salah satu metode produknya, memiliki permasalahan kerugiaan dan
pengukuran kinerja yang memiliki sifat kerusakan yang sama sehingga menyebabkan
multikriteria yang disesuaikan dengan organisasi turunnya nilai OEE. Sedangkan pada lini TMM 2,
yang diukur. (Rigg dan Glenn, 1986). Dalam didapatkan hasil rata – rata nilai OEE, disajikan
perhitungan OMAX digunakan nilai indeks pada Tabel 2.

Gambar 2.
Diagram Pareto Mesin Mesin Broaching – Tsan Shin (Produk BOSS 5TN)
Magdalena, R. & Negara, D.P. / Jurnal Metris 19 (2019) 131-138 135

Tabel 1.
Rata – rata nilai OEE pada Lini TMM 1
Produk Mesin OEE TMM I
CNC Lathe 1 - TNL 85 56.94%
BOSS Hobbing - GB 15 CNC 65.21%
2ND Mach Center QV 610 44.03%
Broaching - Tsan Shin 43.90%
CNC Lathe 1 - TNL 85 3.85%
BOSS Hobbing - GB 15 CNC 5.44%
5TN Mach Center QV 610 3.59%
Broaching - Tsan Shin 6.95%
CNC Lathe 1 - TNL 85 28.14%
Hobbing - GB 15 CNC 33.91%
BOSS 55S
Mach Center QV 610 21.49%
Broaching - Tsan Shin 31.86%
CNC Lathe 1 - TNL 85 38.21%
BOSS Hobbing - GB 15 CNC 51.33%
1DY Mach Center QV 610 38.45%
Broaching - Tsan Shin 39.93%

Tabel 2.
Rata – rata nilai OEE pada Lini TMM 2

Produk Mesin Rata - rata nilai OEE TMM 2


CNC Lathe 1 - CL 2000 40.27%
BOSS Hobbing CNC - KN 150 29.83%
5LW Mach Center - TV 300 39.60%
Broaching - Tsan Shin 60.17%
CNC Lathe 1 - CL 2000 26.21%
BOSS Hobbing CNC - KN 150 24.19%
B8A Mach Center - TV 300 27.70%
Broaching - Tsan Shin 28.10%
CNC Lathe 1 - CL 2000 50.18%
BOSS Hobbing CNC - KN 150 44.05%
2BM Mach Center - TV 300 46.08%
Broaching - Tsan Shin 54.02%
CNC Lathe 1 - CL 2000 12.66%
BOSS Hobbing CNC - KN 150 9.76%
1PB1 Mach Center - TV 300 11.98%
Broaching - Tsan Shin 9.05%

Dari perhitungan Diagram Pareto pada gambar tersebut. Dimana, pada breakdown loss & set up
2, dapat kita pahami bahwa 20% dari permasalahan time diperlukan penerapan Autonomous
Break Down Loss & Setup Time menyebabkan 80% Maintenance atau biasa disebut juga dengan
permasalahan terjadi dari 32 mesin terdapat mesin pemeliharaan mandiri yang merupakan perawatan
yang memiliki nilai kerusakan terbesar yaitu mesin mesin yang dilakukan oleh operator secara
CNC Lathe 1 – CL 2000 dalam memproduksi BOSS menyeluruh dari kerugian, mesin yang berhenti, dan
5LW. Oleh karena itu, pada gambar 3 telah dibuat cacat produksi.
fishbone diagram yang akan menjelaskan lebih
Pada saat ini, operator masih kurang teliti dan
dalam sebab serta akibat terjadinya kerugian dari
belum menerapkan konsep 5R. Masih terdapat
Breakdown Loss & Setup Time.
mesin dan material yang berdebu pada setiap stasiun
Berdasarkan hasil perhitungan nilai OEE, dan kerja. Selain itu, masih terdapat beberapa operator
fishbone diagram yang telah dibuat untuk yang mengira – ngira dalam melakukan proses
mengetahui sebab akibat terjadinya Breakdown Loss setiap mesin. Sehingga, diperlukan pelatihan
& Setup time maka dapat diberikan usulan untuk khusus untuk mengembangkan kemampuan setiap
permasalahan tersebut. Dimana, pada breakdown operator dalam perawatan dan pengontrolan setiap
loss & set up time diperlukan untuk permasalahan mesin di lini produksi TMM 1 dan TMM
136 Magdalena, R. & Negara, D.P. / Jurnal Metris 19 (2019) 131-238

2.Selanjutnya, perusahaan juga perlu menerapkan tersebut antara lain Minimasi Produk Cacat,
pemeliharaan terencana atau planned maintenance Mengoptimalkan Kapasitas Produksi, Efisiensi
dan perbaikan terfokus atau focused improvement. Penggunaan Tenaga Kerja, dan Minimasi Absen
Dimana, hal ini berguna untuk mengurangi speed Karyawan. Keempat hal tersebut merupakan hal
loss & minor stopages yang merupakan yang penting pada perusahaan dan hal yang
permasalahan kedua dari bagian Six Big Losses. penting untuk diperhitungkan produktivitasnya.
Planned Maintenance yang dimaksud disini adalah Dari kriteria produktivitas, maka dapat diketahui
perusahaan perlu mempertimbangkan pergantian pada bagian mana PT MTG memiliki masalah
alat penunjang pada setiap mesin, hal ini penyebab buruknya nilai produktivitas perusahaan
dikarenakan berdasarkan penelitian setiap mesin yang terjadi secara keseluruhan pada lini produksi
masih belum adanya pergantian alat penunjang TMM 1 dan TMM 2. Berikut grafik skor kriteria
yang terjadwal. Hal ini akan menyebabkan keseluruhan PT MTG pada tahun 2018. Rata – rata
terjadinya kerugian pada perusahaan sehingga perlu nilai produktivitas kedua lini produksi keseluruhan
dilakukan pemeliharaan yang terencana. 140,80 perbulan, sementara nilai optimal pada
Selanjutnya pada focused improvement, diharapkan metode OMAX sebesar 1000.
adanya pengawasan terhadap operator yang
3.3 Perbandingan Metode OEE dan OMAX
melakukan kegiatan yang tidak efektif dan efisien
terutama pada saat setup mesin. Masih terdapat Dalam perhitungan dengan kedua metode
operator yang mengobrol dan bekerja lambat dalam tersebut, didapatkan dari misi perusahaan yaitu
setiap stasiun kerjanya sehingga perlu dilakukan “Meningkatkan Efisiensi dan Produktivitas kerja
pengawasan. serta menekan pemborosan”. Berdasarkan hasil
wawancara dengan Bapak Irwan selaku Manajer
3.2 Perhitungan Objective Matrix (OMAX) Produksi, hal tersebut perlu dilakukan untuk dapat
bersaing dalam industri. Standar yang dipakai
Terdapat lima Misi PT MTG untuk
dalam perhitungan kelas dunia adalah JIPM (Japan
mewujudkan Visi perusahaan yaitu : (1)
Institute Plant of Maintenance) yaitu sebesar 85%.
Memenuhi Persyaratan Kualitas Pelanggan, (2)
Berdasarkan tabel diatas, maka dapat diketahui
Meningkatkan Efisiensi dan Produktivitas kerja
bahwa data yang digunakan dalam perhitungan
serta menekan pemborosan (3) Menyerahkan
OEE adalah data produksi dan breakdown mesin
Barang kepada Pelangan tepat waktu, (4) Menjaga
periode September 2017 – Desember 2018. Nilai
dan Memelihara kesehatan dan keselamatan kerja
rata – rata yang didapatkan oleh kedua lini
serta peduli kepada kelestarian alam. (5) Menjaga
produksi adalah sebesar 0.321%. Dari hasil
moral dan etika yang baik dalam bermasyarakat.
tersebut maka dapat diketahui, dalam kondisi saat
Dari lima misi tersebut dibuat Potensial Objective
ini PT MTG masih belum mencapai standar nilai
dari masing -masing misi. Berdasarkan hasil
OEE kelas dunia yang telah ditetapkan JIPM.
brainstorming dengan Section Head TMG dan
Sehingga, perusahaan perlu meningkatkan
Manajer Produksi, maka didapatkan empat kriteria
produktivitas sebesar 99.6% untuk mencapai
yang diambil dari misi 1, 2, 3 dan 5. Empat kriteria
standar tersebut.

Gambar 3.
Fish Bone Diagram
Magdalena, R. & Negara, D.P. / Jurnal Metris 19 (2019) 131-138 137

GRAFIK SKOR KRITERIA


KESELURUHAN
Kriteria 1 Kriteria 2 Kriteria 3 Kriteria 4

12
10
8
SKOR

6
4
2
0

Gambar 4.
Grafik Skor Kriteria Keseluruhan

Tabel 3.
Perbandingan metode OEE dan metode OMAX
Metode Overall Equipment
No. Kriteria Metode Objective Matrix (OMAX)
Effectiveness (OEE)
Data kualitatif. Sehingga dibutuhkan pengisian
Data Kuantitatif dengan menggunakan
kuisioner yang dibagikan pada bagian Produksi, QC,
data historis produksi dan breakdown
1 Jenis Data QA, PPC, dan Maintenance pada PT MTG untuk
pada setiap mesin di masing - masing
mengurangi bias proses pemberian bobot pada tabel
lini
OMAX
Rata – rata nilai OEE untuk kedua lini Rata – rata nilai produktivitas kedua lini produksi
Hasil
2 produksi adalah 0.3210% . Sedangkan keseluruhan 140,80 perbulan. Sedangkan nilai
Perhitungan
standar JIPM yaitu sebesar 85% optimal pada metode OMAX sebesar 1000
Perusahaan perlu meningkatkan
Perusahaan perlu meingkatkan 85.92% produktivitas
3 Persentase produktivitas sebesar 99.6% untuk
untuk mencapai indeks sempurna perusahaan.
mencapai standar JIPM.

Dapat disadari, dalam perhitungan produktivitas rencana produksi disetiap bulannya. Hal tersebut
metode OEE memiliki model yang tetap dengan terjadi, dikarenakan perusahaan masih belum
menggunakan rumus OEE, yang memusatkan menerapkan peramalan produksi di setiap
perhatian dalam input yang mempengaruhi bulannya. Kelebihan produksi pada setiap bulannya
kesuksesan perusahaan, dan dari hasil yang didapat dalam perhitungan OEE tidak dianggap sebagai
dianalisis lebih lanjut menggunakan perhitungan Six kerugian. Maka dari itu, dalam analisis Six Big
Big Losses. Namun, berdasarkan hasil data Losses didapatkan faktor yang mengalami kerugian
perhitungan OEE dari 32 mesin dalam dua lini terbesar adalah Breakdown Time and Setup Time.
produksi faktor yang paling mempengaruhi Dengan adanya kejadian seperti ini, dapat disadari
rendahnya nilai OEE adalah Performance. bahwa tidak seluruh efek perhitungan dalam OEE
Sedangkan, pada saat memasuki analisis dibutuhkan oleh perusahaan.
perhitungan Six Big Losses dengan menggunakan
Lain halnya dalam perhitungan dengan metode
rumus didapatkan faktor yang mempengaruhi
OMAX, didapatkan kriteria dari turunan kelima
rendahnya nilai OEE dan paling besar menyebabkan
misi pada PT MTG. Jika pada metode OEE, data
kerugian adalah pada bagian Breakdown and Setup
yang digunakan adalah data historis pada setiap
Time. Hal tersebut terjadi, dikarenakan model dalam
mesin. Dalam metode OMAX, penilaian individu
perhitungan OEE telah memiliki rumus yang tetap.
setiap karyawan terutama yang berhubungan
Perhitungan dilakukan secara total, namun metode
dengan bagian produksi sangat dibutuhkan untuk
OEE hanya memfokuskan pada bagian kerusakan.
menentukan kriteria yang akan dipakai dalam
Sedangkan berdasarkan hasil wawancara dengan
pengukuran, serta penilaian bobot dalam
manajer produksi bapak Irwan, hal yang terjadi
perhitungan tabel OMAX. Penilaian bobot
sesungguhnya pada PT MTG saat ini perusahaan
dilakukan dengan menggunakan kuisioner yang
memiliki jumlah produksi yang melebih batas
138 Magdalena, R. & Negara, D.P. / Jurnal Metris 19 (2019) 131-238

diisi oleh pihak perusahaan, hal tersebut dapat 4. KESIMPULAN


diartikan juga sebagai suara keputusan perusahaam.
Pada PT MTG yang terlibat dalam pengisian Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa
kuisioner terdapat pada bagian Produksi, QC, QA,  Nilai rata – rata Overall Equipment
PPC, dan Maintenance. Berdasarkan hasil Effectiveness (OEE) pada lini produksi TMM
perhitungan dengan metode OMAX, didapatkan 1 dan TMM 2 secara berturut – turut adalah
rata – rata nilai produktivitas untuk kedua lini 0.320% dan 0.321% dari standar nilai OEE
produksi adalah 140.80 dari nilai optimal OMAX JIPM sebesar 85%.
sebesar 1000. Dari hasil tersebut, maka dapat  Nilai rata – rata Objective Matrix (OMAX)
diketahui bahwa dengan kondisi saat ini PT MTG pada kedua lini produksi sebesar 140.80 dari
perlu meningkatkan produktivitas hingga 85.92% nilai optimal 1000.
dari produktivitas saat ini.  Kerugian yang paling besar dari setiap mesin
pada lini produksi tersebut terdapat pada
Dalam perhitungan dengan metode OMAX, mesin CNC Lathe 1 CL 2000 dalam
dapat diketahui bahwa metode memiliki model yang memproduksi BOSS 5LW. Kerugian terjadi
dapat disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan, dikarenakan Breakdown Loss & Setup Time.
hal ini dikarenakan OMAX merupakan  Faktor penyebab penghambat meningkatnya
produktivitas yang diukur secara parsial dengan produktivitas dari metode OEE dan metode
faktor – faktor yang dapat dijadikan fokus OMAX pada lini produski TMM 1 dan TMM
perusahaan. Sehingga, pada PT MTG dari kelima 2 adalah Jumlah produksi yang berlebih dan
misi perusahaan dijadikan empat kriteria dalam tidak sesuai dengan perencanaan produksi.
perhitungan OMAX, kriteria tersebut adalah (1)  Metode pengukuran produktivitas yang tepat
Minimasi Produk Cacat, (2) Mengoptimalkan untuk TMsM 1 dan TMM 2 adalah dengan
Kapasitas Produksi, (3) Efisiensi Penggunaan metode OMAX.
Tenaga Kerja, (4) Minimasi Absen Kerja. Dari
pembuatan kriteria, skor dan berat yang digunakan 5. DAFTAR PUSTAKA
dalam metode OMAX, terkadang dapat membuat
1. Huang, S. H., Dismukes, J. P., Shi, J., Su, Q.
terlihat bias. Maka dari itu kuisioner yang diisi oleh
I., Razzak, M. A., Bodhale, R. & Robinson, D.
bagian Produksi, QC, QA, PPC, dan Maintenance
E. 2003. Manufacturing productivity
dilakukan sebagai suara keputusan.
improvement using effectiveness metrics and
Jika dilihat dari kedua perbandingan metode, simulation analysis. International Journal of
dengan kondisi PT MTG yang saat ini dapat Production Research, 41(3), 513-527.
dikatakan metode yang lebih tepat untuk digunakan 2. Moenir, H. 2006. Manajemen Umum di
oleh PT MTG adalah Metode Objective Matrix Indonesia. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
(OMAX). Hal ini dikarenakan, Berdasarkan hasil 3. Muchri, P. & Pintelonm, L. 2008.
analisis dapat dilihat pattern pada kedua lini Performance measurement using Overall
produksi dalam tiga bulan sekali mengalami Equipment Effectiveness (OEE): Literature
penurunan yang setiap kuarter semakin menurun. review and practical application discussion.
Dengan adanya metode OMAX perusahaan dapat International Journal of Productioun
menyesuaikan kriteria yang dibutuhkan oleh Research, 46 (13): 3517.
perusahaan. Sehingga dapat menyelesaikan 4. Nakajima, S. 1988. Introduction to TPM:
permasalahan dengan fokus secara satu persatu. Total Productive Maintenance.
Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui bahwa (Translation). Jakarta: Productivity Press.
faktor kriteria yang paling berpengaruh dalam 5. Riggs, J. L. 1986. Monitoring with a matrix
rendahnya nilai OMAX adalah jumlah produksi that motivates as it measures. Industrial
setiap bulannya, dimana hal tersebut terdapat pada Engineering, 18(1), 34.
kriteria dua dan kriteria tiga. Sama halnya seperti 6. Rinawati, D. I. & Dewi, N. C. 2014. Analisis
metode OEE, faktor yang mempengaruhi rendahnya penerapan Total Productive Maintenance
nilai OEE adalah performance dalam jumlah (TPM) menggunakan Overall Equipment
produksi disetiap bulannya. Namun, dalam kondisi Efectiveness (OEE) dan Six Big Losses pada
saat ini dengan menggunakan metode OEE mesin Cavitec di PT. Essentra
kelebihan produksi tidak dianggap sebagai Surabaya. Prosiding SNATIF (pp. 21-26).
kerugian. Namun, apabila kejadian ini dibiarkan 7. Samat, H. A. Kamaruddin, S. & Azid, I. A.
akan terjadi terus kerugian yang tidak disadari oleh 2011. Maintenance performance
perusahaan. Kerugian tersebut, meliputi tempat measurement: a review. Journal International
penyimpanan serta perawatan dari jumlah produksi Pertanika J.Sci& Technology, 19 (2).
yang berlebih. Maka dari itu, dapat diusulkan
pengukuran produktiviats yang tepat dengan kondisi
perusahaan saat ini pada lini produksi TMM 1 dan
TMM 2 adalah metode OMAX.

Вам также может понравиться