Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya Jakarta
Jalan Raya Cisauk-Lapan No. 10, Sampora, Cisauk, Tangerang, Banten 15345
85.00%
80.00% LINE TMM 1 2018
75.00% TARGET
70.00%
LINE TMM 2 2016
65.00%
60.00% LINE TMM 2 2017
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 LINE TMM 2 2018
BULAN KE -
Gambar 1.
Data historis efisiensi kerja TMM 1 & TMM 2
Pada divisi TMG terdapat enam lini produksi visi tersebut, PT MTG memiliki misi untuk terus
yaitu Line TMG 1, Line TMG 2, Line TML 1, Line meningkatkan produktivitasnya. Target efisiensi
TML 2, Line TMM 1, dan Line TMM 2. Berdasarkan kinerja pada PT MTG di setiap lini produksinya
data historis 3 tahun terakhir menyatakan bahwa adalah sebesar 80%. Penelitian ini dilakukan pada
Line TMM 1 & TMM 2 mengalami penurunan divisi produksi, bagian TMG (Timing Gear) yang
efisiensi kerja pada setiap tahunnya. Gambar 1. memiliki enam lini produksi yaitu Line TMG 1, Line
menjelaskan pencapaian efisiensi kerja pada lini TMG 2, Line TML 1, Line TML 2, Line TMM 1, dan
produksi TMM 1 & TMM 2 di PT MTG, selama 3 Line TMM 2. Berdasarkan data historis efisiensi
tahun terakhir. kinerja pada tahun 2016, 2017 dan 2018 masih
terdapat beberapa lini produksi yang tidak mencapai
Pada Gambar 1, terlihat penurunan efisiensi kerja
target efektivitas kinerjanya pada setiap bulannya.
pada setiap bulannya masih terjadi berulangkali
Berdasarkan permintaan dari perusahaan, lini
dikarenakan PT MTG hanya melakukan perhitungan
produksi yang akan dijadikan fokus penelitian adalah
efisiensi kerja pada setiap lini, namun perusahaan
lini produksi TMM 1 dan TMM 2 yang berupakan
tidak melakukan evaluasi pada setiap bulan bagi lini
lini produksi supplier Yamaha Electric Indonesia
produksi yang tidak tercapai target efisiensinya.
(YEID).
Selain itu, faktor yang menyebabkan tidak
tercapainya target tersebut yaitu tidak adanya Penelitian ini akan berfokus pada lini produksi
penerapan metode untuk pengukuran produktivitas TMM 1 & TMM 2, yang merupakan lini produksi
kinerja. Apabila hal ini terus berlanjut, dapat yang menghasilkan produk gear untuk PT Yamaha
menyebabkan turunnya efisiensi kerja yang Electric Indonesia (YEID). Pada masing – masing
mengakibatkan kerugian baik dalam segi waktu dan lini produksi telah memproduksi empat produk dan
biaya bagi perusahaan. memiliki empat mesin. Produk yang di produksi oleh
TMM 1 antara lain BOSS 2ND, BOSS 5TN, BOSS
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
55S, dan BOSS 1DY. Dari keempat produk tersebut,
mengetahui nilai produktivitas OEE pada lini “TMM
telah melalui empat proses mesin antara lain CNC
1” dan “TMM 2” untuk dibandingkan dengan
Lathe 1 TNL 85, Hobbing GB 15 CNC, Machining
standar OEE JIPM, untuk mengetahui nilai indeks
Center QVM 610, dan Broaching Tsan Shin.
produktivitas lini “TMM 1” dan “TMM 2”
berdasarkan metode OMAX, untuk mengetahui Sedangkan pada produk yang diproduksi oleh
faktor yang mempengaruhi rendahnya nilai TMM 2 antara lain BOSS 5LW, BOSS B8A, BOSS
produktivitas dengan Fishbone Diagram, dan 2BM, dan BOSS 1PB1. Sama seperti lini produksi
memberikan usulan metode yang tepat untuk TMM1, keempat produk tersebut juga melalui empat
diterapkan di lini “TMM 1” dan lini “TMM 2” PT proses mesin yaitu CNC Lathe 1 CL 2000, Hobbing
MTG. CNC KN 150, Machining Center TV 300, dan
Broaching Tsan Shin.
2. METODOLOGI PENELITIAN
Berdasarkan hasil wawancara dengan Section
2.1 Lingkup penelitian yang ditinjau Head pada setiap lini produksi, didapatkan bahwa
PT MTG memiliki tekad untuk menjadi permasalahan yang terjadi pada perusahaan adalah
perusahaan pembuat komponen gear & mechanical tidak adanya penerapan pengukuran dan
part yang unggul dan inovatif di Indonesia dan peningkatan kinerja pada perusahaan. Dimana,
dihargai oleh pasar International. Untuk mencapai selama ini perusahaan hanya menggunakan rumus
Magdalena, R. & Negara, D.P. / Jurnal Metris 19 (2019) 131-138 133
waktu standar untuk mengetahui efisiensi kerja Berdasarkan kriteria – kriteria yang ada, maka
pada setiap lini produksi. Namun sayangnya, dapat dikumpulkan data – data sekunder yang
setelah mengetahui nilai efisiensi tersebut diperlukan dalam pengukuran produktivitas. Data
perusahaan tidak melakukan tindak lanjut seperti yang dikumpulkan yaitu data dari bulan September
evaluasi perbaikan untuk setiap lini produksi yang 2017 – Desember 2018 yang digunakan sebagai
tidak tercapai efisiensinya. Hal ini mengakibatkan, penentuan performansi awal pengukuran
perusahaan mengalami kesulitan untuk mengetahui produktivitas dan bulan Januari 2018 – Desember
faktor apa sajakah yang menghampat suatu lini 2018 merupakan periode pengukuran produktivitas.
produksi dalam meningkatkan produktivitasnya. Data – data tersebut adalah sebagai berikut:
Untuk memecahkan permasalahan tersebut, Jumlah produk cacat (m2)/bulan
maka perusahaan dapat melakukan perhitungan Jumlah produk yang dihasilkan (m2)/bulan
efektivitas yaitu dengan perhitungan metode Kapasitas produksi (m2)/bulan
Overall Equipment Effectiveness (OEE) dan Jumlah tenaga kerja di bagian produksi
metode Objective Matrix (OMAX) untuk (orang)/bulan
mengetahui penyebab terjadinya permasalahan Kapasitas produksi (m2)/bulan
pada mesin. Selain itu, dari kedua perhitungan Jumlah jam kerja yang hilang karena absen
tersebut, maka dapat dilakukan perbandingan (jam)/bulan
metode terbaik yang dapat dijadikan usulan Jumlah jam kerja yang tersedia (jam)/bulan
pengukuran produktivitas untuk PT MTG.
2.2 Pengumpulan data Data kualitatif merupakan data – data umum
yang selanjutnya akan digunakan untuk pembuatan
Pada penelitian ini, pengumpulan data fishbone diagram dan OMAX. Data – data yang
dilakukan dengan cara Grounded Research dan dimaksud adalah hasil wawancara kepada pihak
diskusi dengan pihak perusahaan untuk perusahaan dan data umum perusahaan seperti ;
memperoleh data – data yang dibutuhkan untuk sejarah dan perkembangan PT MTG,
penelitian. Dalam pengumpulan data dengan Kebijaksanaan perusahaan, visi dan misi PT MTG,
Grounded Research dibagi menjadi dua sifat yaitu dan struktur organisasi PT MTG. Dari
kuantitatif dan kualitatif. Data yang tergolong pengumpulan data yang bersifat kualitatif ini, akan
kuantitatif yaitu data historis dan data hasil digunakan untuk pembuatan fishbone diagram.
observasi di PT MTG yang akan digunakan. Untuk Diskusi dalam pengumpulan data ini dilakukan
menghitung nilai OEE data yang dibutuhkan adalah bersama pihak perusahaan yaitu Bapak Harry
actual production time (unit), cycle Achadi selaku section head lini TMG pada bagian
time(minutes/unit), good products (unit), plan Produksi PT MTG. Diskusi ini bertujuan untuk
production (unit), availabe time work (minutes), mematangkan rumusan masalah pada PT MTG.
planned down time (minutes) dan unplanned down
time (minutes). 2.3 Pengolahan data dan analisis
Untuk menghitung nilai OMAX data yang
Tahap pengolahan data dengan metode OEE
dibutuhkan adalah Potential Objective yang untuk mengetahui efektivitas pada setiap mesin di
merupakan turunan dari misi PT MTG melalui lini “TMM 1” dan “TMM 2”. Data tersebut meliputi
diskusi dengan kepala seksi pada divisi TMG.
Availability Rate, Performance Rate, dan Quality
Potential Objective yang dapat dibentuk adalah: Rate. Overall Equipment Effectiveness (OEE)
Memenuhi persyaratan kualitas pelanggan merupakan ukuran menyeluruh yang dilakukan
Meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja untuk mengidentifikasi tingkat produktivitas pada
serta menekan pemborosan mesin atau peralatan dari kinerja yang dilakukan
Menyerahkan barang kepada pelanggan tepat secara teori (Nakajima, 1988). Huang et al. (2003)
waktu mendefinisikan bahwa kehilangan/kerugian sebagai
Menjaga dan memelihara kesehatan dan fungsi dari sejumlah komponen eksklusif yang
keselamatan kerja serta peduli kepada saling berhubungan, yaitu: ketersediaan
kelestarian alam (availability), kinerja (performance) dan kualitas
Menjaga moral dan etika yang baik dalam (quality). Sama hal nya seperti Huang, Nakajima
bermasyarakat (1988) menyatakan bahwa availability merupakan
Berdasarkan potensial objective yang ada, rasio dari operation time, dengan mengeleminasi
maka dapat dirumuskan menjadi kriteria –kriteria downtime peralatan, terhadap loading time.
yang digunakan sebagai alat pengukuran
produktivitas. 𝑙𝑜𝑎𝑑𝑖𝑛𝑔 𝑡𝑖𝑚𝑒−𝑑𝑜𝑤𝑛𝑡𝑖𝑚𝑒
𝐴𝑣𝑎𝑖𝑙𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑦 = (1)
𝑙𝑜𝑎𝑑𝑖𝑛𝑔 𝑡𝑖𝑚𝑒
Minimasi produk cacat
Mengoptimalkan kapasitas produksi Sedangkan, performance ratio merupakan suatu
Efisiensi penggunaan tenaga kerja ratio yang menggambarkan kemampuan dari
Minimasi absen kerja peralatan dalam menghasilkan barang.
134 Magdalena, R. & Negara, D.P. / Jurnal Metris 19 (2019) 131-238
Gambar 2.
Diagram Pareto Mesin Mesin Broaching – Tsan Shin (Produk BOSS 5TN)
Magdalena, R. & Negara, D.P. / Jurnal Metris 19 (2019) 131-138 135
Tabel 1.
Rata – rata nilai OEE pada Lini TMM 1
Produk Mesin OEE TMM I
CNC Lathe 1 - TNL 85 56.94%
BOSS Hobbing - GB 15 CNC 65.21%
2ND Mach Center QV 610 44.03%
Broaching - Tsan Shin 43.90%
CNC Lathe 1 - TNL 85 3.85%
BOSS Hobbing - GB 15 CNC 5.44%
5TN Mach Center QV 610 3.59%
Broaching - Tsan Shin 6.95%
CNC Lathe 1 - TNL 85 28.14%
Hobbing - GB 15 CNC 33.91%
BOSS 55S
Mach Center QV 610 21.49%
Broaching - Tsan Shin 31.86%
CNC Lathe 1 - TNL 85 38.21%
BOSS Hobbing - GB 15 CNC 51.33%
1DY Mach Center QV 610 38.45%
Broaching - Tsan Shin 39.93%
Tabel 2.
Rata – rata nilai OEE pada Lini TMM 2
Dari perhitungan Diagram Pareto pada gambar tersebut. Dimana, pada breakdown loss & set up
2, dapat kita pahami bahwa 20% dari permasalahan time diperlukan penerapan Autonomous
Break Down Loss & Setup Time menyebabkan 80% Maintenance atau biasa disebut juga dengan
permasalahan terjadi dari 32 mesin terdapat mesin pemeliharaan mandiri yang merupakan perawatan
yang memiliki nilai kerusakan terbesar yaitu mesin mesin yang dilakukan oleh operator secara
CNC Lathe 1 – CL 2000 dalam memproduksi BOSS menyeluruh dari kerugian, mesin yang berhenti, dan
5LW. Oleh karena itu, pada gambar 3 telah dibuat cacat produksi.
fishbone diagram yang akan menjelaskan lebih
Pada saat ini, operator masih kurang teliti dan
dalam sebab serta akibat terjadinya kerugian dari
belum menerapkan konsep 5R. Masih terdapat
Breakdown Loss & Setup Time.
mesin dan material yang berdebu pada setiap stasiun
Berdasarkan hasil perhitungan nilai OEE, dan kerja. Selain itu, masih terdapat beberapa operator
fishbone diagram yang telah dibuat untuk yang mengira – ngira dalam melakukan proses
mengetahui sebab akibat terjadinya Breakdown Loss setiap mesin. Sehingga, diperlukan pelatihan
& Setup time maka dapat diberikan usulan untuk khusus untuk mengembangkan kemampuan setiap
permasalahan tersebut. Dimana, pada breakdown operator dalam perawatan dan pengontrolan setiap
loss & set up time diperlukan untuk permasalahan mesin di lini produksi TMM 1 dan TMM
136 Magdalena, R. & Negara, D.P. / Jurnal Metris 19 (2019) 131-238
2.Selanjutnya, perusahaan juga perlu menerapkan tersebut antara lain Minimasi Produk Cacat,
pemeliharaan terencana atau planned maintenance Mengoptimalkan Kapasitas Produksi, Efisiensi
dan perbaikan terfokus atau focused improvement. Penggunaan Tenaga Kerja, dan Minimasi Absen
Dimana, hal ini berguna untuk mengurangi speed Karyawan. Keempat hal tersebut merupakan hal
loss & minor stopages yang merupakan yang penting pada perusahaan dan hal yang
permasalahan kedua dari bagian Six Big Losses. penting untuk diperhitungkan produktivitasnya.
Planned Maintenance yang dimaksud disini adalah Dari kriteria produktivitas, maka dapat diketahui
perusahaan perlu mempertimbangkan pergantian pada bagian mana PT MTG memiliki masalah
alat penunjang pada setiap mesin, hal ini penyebab buruknya nilai produktivitas perusahaan
dikarenakan berdasarkan penelitian setiap mesin yang terjadi secara keseluruhan pada lini produksi
masih belum adanya pergantian alat penunjang TMM 1 dan TMM 2. Berikut grafik skor kriteria
yang terjadwal. Hal ini akan menyebabkan keseluruhan PT MTG pada tahun 2018. Rata – rata
terjadinya kerugian pada perusahaan sehingga perlu nilai produktivitas kedua lini produksi keseluruhan
dilakukan pemeliharaan yang terencana. 140,80 perbulan, sementara nilai optimal pada
Selanjutnya pada focused improvement, diharapkan metode OMAX sebesar 1000.
adanya pengawasan terhadap operator yang
3.3 Perbandingan Metode OEE dan OMAX
melakukan kegiatan yang tidak efektif dan efisien
terutama pada saat setup mesin. Masih terdapat Dalam perhitungan dengan kedua metode
operator yang mengobrol dan bekerja lambat dalam tersebut, didapatkan dari misi perusahaan yaitu
setiap stasiun kerjanya sehingga perlu dilakukan “Meningkatkan Efisiensi dan Produktivitas kerja
pengawasan. serta menekan pemborosan”. Berdasarkan hasil
wawancara dengan Bapak Irwan selaku Manajer
3.2 Perhitungan Objective Matrix (OMAX) Produksi, hal tersebut perlu dilakukan untuk dapat
bersaing dalam industri. Standar yang dipakai
Terdapat lima Misi PT MTG untuk
dalam perhitungan kelas dunia adalah JIPM (Japan
mewujudkan Visi perusahaan yaitu : (1)
Institute Plant of Maintenance) yaitu sebesar 85%.
Memenuhi Persyaratan Kualitas Pelanggan, (2)
Berdasarkan tabel diatas, maka dapat diketahui
Meningkatkan Efisiensi dan Produktivitas kerja
bahwa data yang digunakan dalam perhitungan
serta menekan pemborosan (3) Menyerahkan
OEE adalah data produksi dan breakdown mesin
Barang kepada Pelangan tepat waktu, (4) Menjaga
periode September 2017 – Desember 2018. Nilai
dan Memelihara kesehatan dan keselamatan kerja
rata – rata yang didapatkan oleh kedua lini
serta peduli kepada kelestarian alam. (5) Menjaga
produksi adalah sebesar 0.321%. Dari hasil
moral dan etika yang baik dalam bermasyarakat.
tersebut maka dapat diketahui, dalam kondisi saat
Dari lima misi tersebut dibuat Potensial Objective
ini PT MTG masih belum mencapai standar nilai
dari masing -masing misi. Berdasarkan hasil
OEE kelas dunia yang telah ditetapkan JIPM.
brainstorming dengan Section Head TMG dan
Sehingga, perusahaan perlu meningkatkan
Manajer Produksi, maka didapatkan empat kriteria
produktivitas sebesar 99.6% untuk mencapai
yang diambil dari misi 1, 2, 3 dan 5. Empat kriteria
standar tersebut.
Gambar 3.
Fish Bone Diagram
Magdalena, R. & Negara, D.P. / Jurnal Metris 19 (2019) 131-138 137
12
10
8
SKOR
6
4
2
0
Gambar 4.
Grafik Skor Kriteria Keseluruhan
Tabel 3.
Perbandingan metode OEE dan metode OMAX
Metode Overall Equipment
No. Kriteria Metode Objective Matrix (OMAX)
Effectiveness (OEE)
Data kualitatif. Sehingga dibutuhkan pengisian
Data Kuantitatif dengan menggunakan
kuisioner yang dibagikan pada bagian Produksi, QC,
data historis produksi dan breakdown
1 Jenis Data QA, PPC, dan Maintenance pada PT MTG untuk
pada setiap mesin di masing - masing
mengurangi bias proses pemberian bobot pada tabel
lini
OMAX
Rata – rata nilai OEE untuk kedua lini Rata – rata nilai produktivitas kedua lini produksi
Hasil
2 produksi adalah 0.3210% . Sedangkan keseluruhan 140,80 perbulan. Sedangkan nilai
Perhitungan
standar JIPM yaitu sebesar 85% optimal pada metode OMAX sebesar 1000
Perusahaan perlu meningkatkan
Perusahaan perlu meingkatkan 85.92% produktivitas
3 Persentase produktivitas sebesar 99.6% untuk
untuk mencapai indeks sempurna perusahaan.
mencapai standar JIPM.
Dapat disadari, dalam perhitungan produktivitas rencana produksi disetiap bulannya. Hal tersebut
metode OEE memiliki model yang tetap dengan terjadi, dikarenakan perusahaan masih belum
menggunakan rumus OEE, yang memusatkan menerapkan peramalan produksi di setiap
perhatian dalam input yang mempengaruhi bulannya. Kelebihan produksi pada setiap bulannya
kesuksesan perusahaan, dan dari hasil yang didapat dalam perhitungan OEE tidak dianggap sebagai
dianalisis lebih lanjut menggunakan perhitungan Six kerugian. Maka dari itu, dalam analisis Six Big
Big Losses. Namun, berdasarkan hasil data Losses didapatkan faktor yang mengalami kerugian
perhitungan OEE dari 32 mesin dalam dua lini terbesar adalah Breakdown Time and Setup Time.
produksi faktor yang paling mempengaruhi Dengan adanya kejadian seperti ini, dapat disadari
rendahnya nilai OEE adalah Performance. bahwa tidak seluruh efek perhitungan dalam OEE
Sedangkan, pada saat memasuki analisis dibutuhkan oleh perusahaan.
perhitungan Six Big Losses dengan menggunakan
Lain halnya dalam perhitungan dengan metode
rumus didapatkan faktor yang mempengaruhi
OMAX, didapatkan kriteria dari turunan kelima
rendahnya nilai OEE dan paling besar menyebabkan
misi pada PT MTG. Jika pada metode OEE, data
kerugian adalah pada bagian Breakdown and Setup
yang digunakan adalah data historis pada setiap
Time. Hal tersebut terjadi, dikarenakan model dalam
mesin. Dalam metode OMAX, penilaian individu
perhitungan OEE telah memiliki rumus yang tetap.
setiap karyawan terutama yang berhubungan
Perhitungan dilakukan secara total, namun metode
dengan bagian produksi sangat dibutuhkan untuk
OEE hanya memfokuskan pada bagian kerusakan.
menentukan kriteria yang akan dipakai dalam
Sedangkan berdasarkan hasil wawancara dengan
pengukuran, serta penilaian bobot dalam
manajer produksi bapak Irwan, hal yang terjadi
perhitungan tabel OMAX. Penilaian bobot
sesungguhnya pada PT MTG saat ini perusahaan
dilakukan dengan menggunakan kuisioner yang
memiliki jumlah produksi yang melebih batas
138 Magdalena, R. & Negara, D.P. / Jurnal Metris 19 (2019) 131-238