Вы находитесь на странице: 1из 18

ANALISIS PENGORGANISASIAN DALAM PENANGGULANGAN

BENCANA MELALUI KELURAHAN SIAGA BENCANA DI


KELURAHAN JOMBLANG, KECAMATAN CANDISARI, KOTA
SEMARANG

Oleh : Rosa Pevitanada, Dyah Hariani

Departemen Administrasi Publik


Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Diponegoro
Jl. Profesor Haji Soedarto, Sarjana Hukum Tembalang Semarang Kotak Pos 1269
Telepon (024) 7465407 Faksimile (024) 7465405
Laman : http// www.fisip.undip.ac.id email fisip@undip.ac.id

ABSTRACT

The territory of Indonesia is a ring of fire area and is in the meeting of three
tectonic plates potentially against the threat of natural disasters. Semarang city is a
city with high disaster risk class. Given that the community is the biggest victims
and first in facing disaster, the government has developed a community-based
disaster risk reduction program. Community-based disaster risk reducation efforts
in Semarang implemented through the establishment of Kelurahan Siaga Bencana
(KSB). Jomblang is one of the KSB in Semarang City with the highest incidence
of disaster events in 2016. In KSB Jomblang needed active participation from the
community. This study aims to describe the implementation of organizing in
disaster management in KSB Jomblang as well as supporting and inhibiting
factors in the implementation of organizing. This research uses qualitative method
with descriptive analysis model. The results of this study indicate that in the
implementation of organizing KSB Jomblang when viewed from the process of
organizing; the details of work, division of labor, grouping work, coordination of
work, monitoring and reorganization has not been implemented optimally.
Supporting factors in organizing KSB Jomblang are the high of social and
tolerance, a division of labor according to skill, disaster administration has been
running, and support from various parties. While the inhibiting factors are the
differences of perception about the objectives, limited resources, the unclear
division of work, lack of coordination, and the apathy of Karang Taruna.
Suggestions that can be given include KSB Jomblang need to restructure and
reorganize within their internal.

Keywords: Disaster Management, Keluarga Siaga Bencana, Restructuring,


Reorganization

1
PENDAHULUAN Kota Semarang termasuk
dalam kategori sering / tinggi dalam
A. Latar Belakang
tingkat kejadian bencana. Sehingga
Indonesia memiliki 129 gunung api Pemerintah Kota Semarang
aktif, atau dikenal dengan ring of membentuk Badan Penanggulangan
fire, serta terletak berada pada Bencana Daerah Kota Semarang.
pertemuan tiga lempeng tektonik Dalam tahun 2016, total kejadian
aktif dunia Lempeng Indo-Australia, bencana berjumlah 152 kejadian
Eurasia, dan Pasifik. Seingga bencana.
menepatkan negara kepulauan ini
Mengingat korban terbesar
berpotensi terhadap ancaman
dari bencana adalah masyarakat dan
bencana alam. Bencana adalah
yang pertama-tama menghadapi
peristiwa atau rangkaian peristiwa
bencana adalah masyarakat sendiri,
yang mengancam dan mengganggu
pemerintah mengembangkan
kehidupan dan penghidupan
program pengurangan risiko bencana
masyarakat yang disebabkan, baik
berbasis komunitas. Di Kota
oleh faktor alam dan/atau faktor
Semarang kita kenal dengan
nonalam maupun faktor manusia
Kelurahan Siaga Bencana. Kelurahan
sehingga mengakibatkan timbulnya
Siaga Bencana adalah kelurahan
korban jiwa manusia, kerusakan
yang memiliki kemampuan mandiri
lingkungan, kerugian harta benda,
untuk beradaptasi dan menghadapi
dan dampak psikologis. Potensi
ancaman bencana, serta memulihkan
Indonesia yang rawan bencana
diri dengan segera dari dampak
membutuhkan upaya
bencana yang merugikan, jika
penanggulangan bencana yang
terkena bencana. Kelurahan Siaga
terintegrasi dan menyeluruh. Upaya
Bencana (KSB) di Kota Semarang
penanggulangan tersebut dilakukan
tersebar di 16 Kecamatan dan 177
dengan dikeluarkannya Undang –
Kelurahan di Kota Semarang. KSB
Undang Nomor 24 Tahun 2007
dibentuk pada kelurahan – kelurahan
tentang Penanggulangan Bencana.
yang paling sering terjadi bencana.

2
Tabel 1.3 Permasalahan yang terjadi di
Jumlah Kejadian Bencana 2016 dalam KSB Jomblang sebagian besar

Jumlah terkait dengan pengorganiasian. KSB


No
Kelurahan Kejadian Jomblang dibentuk pada tahun 2013
1 Kelurahan Jomblang 7
2 namun sampai dengan sekarang
Kelurahan Sukorejo 7
3 Kelurahan Bugangan 5 keanggotan KSB tidak bertambah,
4 Kelurahan Tandang 5 malah cenderung mengalami
5 Kelurahan Candi 4
6 Kelurahan Kalipancur 4 penurunan. Hal tersebut
7 Kelurahan Tegalsari 4 menyebabkan minimnya sumberdaya
8 Kelurahan Mlatibaru 3
manusia yang ada di dalam KSB
9 Kelurahan Karang Rejo 3
Kelurahan Kedung Jomblang sehingga menyebabkan
10
Mundu 3 kegiatan penanggulangan bencana di
Sumber:Data BPBD Kota
Semarang Tahun 2016 KSB Jomblang tidak berjalan dengan
Sebagai salah satu Kelurahan maksimal. Selain itu reorganisasi di
yang telah berstatus sebagai dalam KSB Jomblang juga tidak
Kelurahan Siaga Bencana (KSB), berjalan. Sehingga keberlangsungan
Kelurahan Jomblang memiliki KSB ini sangat mengkhawatirkan.
kejadian bencana terbanyak yaitu 7 Berdasarkan masalah – masalah
kejadian. Melihat tingginya angka tersebut maka perlu adanya
bencana yang terjadi di Kelurahan peninjauan kembali tentang
Jomblang, maka diperlukan suatu bagaimana pengorganisasian dalam
usaha untuk menanggulangi bencana manajemen penanggulangan bencana
tersebut. Meskipun bencana tidak di KSB Kelurahan Jomblang.
mungkin dapat kita hilangkan, tetapi
yang bisa kita lakukan adalah B. Perumusan Masalah

meminimalisir resiko / dampak dari 1. Bagaimana pengorganisasian

kejadian bencana tesebut. Dalam dalam penanggulangan

meminimalisir dampak dari bencana bencana melalui Kelurahan

melalui pengorganisasian manajemen Siaga Bencana di Kelurahan

penanggulangan bencana yang baik. Jomblang, Kecamatan


Candisari, Kota Semarang ?

3
2. Apa sajakah faktor pendorong tekanan antara orientasi
dan penghambat “rational-instumental” pada
pengorganisasian dalam satu pihak, dan orientasi
penanggulangan bencana politik kebijakan dipihak lain.
melalui Kelurahan Siaga Ott, Hyde, dan Shafritz dalam
Bencana di Kelurahan Keban (2004: 85)
Jomblang, Kecamatan mengemukakan bahwa
Candisari, Kota Semarang ? manajemen publik dan
C. Tujuan Penelitian kebijakan publik merupakan
1. Untuk mendeskripsikan dua bidang administrasi publik
pengorganisasian dalam yang saling tumpang tindih.
penanggulangan bencana 2. Fungsi – Fungsi Manajemen
melalui Kelurahan Siaga George R Terry menjelaskan
Bencana di Kelurahan terdapat empat fungsi
Jomblang, Kecamatan manajemen yaitu :
Candisari, Kota Semarang. perencanaan,
2. Untuk menganalisis faktor pengorganisasian, pengarahan,
pendorong dan penghambat dan pengendalian.
pengorganisasian dalam 1) Perencanaan (Planning)
penanggulangan bencana Perencanaan dapat
melalui Kelurahan Siaga diartikan sebagai suatu
Bencana di Kelurahan proses untuk menentukan
Jomblang, Kecamatan tujuan serta sasaran yang
Candisari, Kota Semarang ? ingin dicapai dan
D. Kerangka Pemikiran Teoritis mengambil langkah-
1. Manajemen Publik langkah strategis guna
Menurut Overman dalam mencapai tujuan tersebut.
Keban (2004: 85), manajemen 2) Pengorganisasian
publik bukanlah “scientific (Organizing)
manajemen”. Manajemen Pengorganisasian
publik merefleksikan tekanan merupakan proses

4
pemberian perintah, penentuan, pengelompokan,
pengalokasian sumber dan pengaturan bermacam –
daya serta pengaturan macam aktivitas yang
kegiatan secara diperlukan untuk mencapai
terkoordinir kepada setiap tujuan, menempatkan orang –
individu dan kelompok orang pada setiap aktivitas ini,
untuk menerapkan menyediakan alat – alat yang
rencana. diperlukan, menetapkan
3) Pengarahan (Actuating) wewenang secara relatif
Pengarahan adalah proses didelegasikan kepada setiap
untuk menumbuhkan individu yang akan melakukan
semangat pada karyawan aktivitas – aktivitas tersebut.
agar dapat bekerja keras 4. Langkah – Langkah Proses
dan giat serta Pengorganisasian
membimbing mereka Ernest Dale menguraikan
dalam melaksanakan proses pengorganisasian
rencana untuk mencapai sebagai suatu proses
tujuan yang efektif dan multilangkah dan terpadu, dan
efisien. menggariskan langkah –
4) Pengendalian langkah berikut (dalam
(Controling) Herujito 2004:126) :
Pengendalian 1. Perincian pekerjaan :
dimaksudkan untuk merinci seluruh pekerjaan
melihat apakah kegiatan yang harus dilaksanakan
organisasi sudah sesuai untuk mencapai tujuan
dengan rencana organisasi. Pertama –
sebelumnya. tama terlebih dahulu
3. Pengorganisasian harus ditetapkan tugas
Menurut Drs. H. Malayu S.P organisasi secara
Hasibuan, pengorganisasian keseluruhan.
adalah suatu proses

5
2. Pembagian pekerjaan : HASIL PENELITIAN DAN
pembagian kerja ke dalam PEMBAHASAN
aktivitas – aktivitas yang A. Langkah – Langkah
secara logis dapat Pengorganisasian di KSB
dilakukan oleh seseorang Jomblang
atau sekelompok orang. 1. Perincian Pekerjaan
3. Departementalisasi : a. Tujuan Organisasi
mengelompokkan Terdapat perbedaan persepsi
aktivitas – aktivitas yang mengenai tujuan dari
sama secara logis menjadi pembentukan KSB antara
departemen – departemen pihak BPBD dengan pihak
dan menyusun skema KSB Jomblang. Tujuan
kerja antar departemen. organisasi harus tersebut
4. Koordinasi pekerjaan : dipahami, dihayati, dan
menetapkan mekanisme dilaksanakan. Namun dalam
(aturan main) untuk tujuan pembentukan KSB
mengkoordinasikan Jomblang masih sebatas
pekerjaan anggota dilaksanakan, dan belum
organisasi dalam kesatuan dapat dipahami dan dihayati
yang harmonis. oleh anggota KSB. Seluruh
5. Monitoring dan anggota KSB mengetahui
reorganisasi : membantu tujuan yang ingin dicapai,
efektivitas organisasi dan tetapi tidak dengan
mengambil langkah – pemahaman dan
langkah penyesuaian penghayatan.
untuk mempertahankan b. Tugas Pokok Organisasi
atau meningkatkan Penyusunan tugas pokok
efektivitas. KSB Jomblang disesuaikan
dengan tahapan manajemen
penanggulangan bencana
yang dimulai dari kegiatan

6
pra bencana, saat tanggung dengan manajemen
darurat, dan pasca bencana. penanggulangan bencana,
c. Sumber Daya meliputi tahap pra bencana,
Sumber daya manusia (Men) saat tanggap darurat, serta
yang dimiliki KSB Jomblang pasca bencana.
masih sangat terbatas, namun b. Pembagian Tugas Anggota
disisi lain terdapat dukungan Pembagian tugas anggota di
aktif dari pihak kelurahan KSB Jomblang dilakukan
Jomblang. Kedua, sumber dengan cara keahlian khusus
daya uang (Money) yang pribadi, yaitu pembagian
digunakan untuk seluruh tugas anggota yang
kegiatan juga masih minim dilaksanakan berdasarkan
bahkan tidak ada pendanaan keahlian dari masing –
sama sekali, sehingga masing anggota KSB
menjadi penghambat dalam Jomblang. Sementara untuk
kegiatan operasional KSB tumpang tindih pembagian
yang hanya mengandalkan tugas anggota di KSB
pendanaan pribadi. Ketiga, Jomblang selama ini belum
sumber daya sarana dan pernah terjadi.
prasana (Machine) yang c. Peran Perempuan
dimiliki KSB Jomblang Perempuan dinilai sebagai
sangat terbatas karena pihak yang rentan sehingga
mereka tidak memiliki perlu dilindungi dalam
peralatan utama dalam upaya keadaan bencana. Dalam
penanggulangan bencana KSB Jomblang sudah
longsor. terdapat peran dari
2. Pembagian Pekerjaan perempuan yang berjumlah
a. Daftar Pokok Kegiatan sekitar 5 orang, meskipun
Penyusunan daftar pokok dalam pembagian
kegiatan di dalam kelurahan pekerjaannya masih
Jomblang sudah disesuaikan berspektifkan gender. 5

7
anggota perempuan di KSB terdapat di dalam
Jomblang ditempatkan pada pengelompokan pekerjaan
bagian sekertaris, bendahara, yang ada di KSB Jomblang.
dan dapur umum. Sehingga perlu kiranya
3. Departementalisasi diadakan perbaikan dalam
a. Pengelompokkan Kegiatan pengelompokan pekerjaan
Dalam pelaksanaan dalam KSB Jomblang.
pembagian pekerjaan dalam b. Pola Kerjasama
KSB Jomblang terlihat Pola kerjasama yang
ketidakjelasan dasar dilakukan oleh KSB
departementalisasi yang jomblang kurang begitu
digunakan. Jika dilihat dari terlihat jelas, pihak KSB
departementalisasi yang ada Jomblang beranggapan yang
di KSB Jomblang yang penting ketika terjadi
terdiri dari seksi komunikasi, bencana dapat segera
seksi evakuasi, seksi tertangani. Ketika terjadi
kesehatan, dan seksi dapur bencana semua anggota KSB
umum dan logistik terlihat Jomblang turun ke lapangan,
lebih mengarah ke ada yang mengurus dapur
departementalisasi fungsi. umum, ada yang
Namun disini tidak semua bertanggungjawab
fungsi dalam KSB Jomblang menginfokan ke BPBD dan
termasuk di dalam sisanya ikut dalam evakuasi
pengelompokan tersebut. bencana. Namun dalam
Ada fungsi dari KSB kegiatan sebelum bencana
Jomblang yaitu dalam dan setelah bencana pola
pencegahan serta kerjasamanya tidak terlihat
mengurangi resiko bencana dan hanya beberapa orang
dan juga fungsi penyaluran saja yang bekerja.
bencana dan rehabilitasi 4. Koordinasi Pekerjaan
rekonstruksi yang tidak a. Koordinasi Internal

8
Koordinasi internal di KSB Kota Semarang sehingga
Jomblang berjalan tidak terjalin komunikasi secara
maksimal. Hal tersebut langsung. Pihak eksternal
disebabkan karena seluruh lainnya yaitu relawan
koordinasi yang ada di KSB bencana Kota Semarang.
Jomblang hanya Koordinasi dengan relawan
dilaksanakan melalui grup berjalan dengan baik karena
WA. Selain itu juga tidak adanya grup WA yang selalu
ada rapat rutin yang siap siaga setiap terjadi
mempertemukan seluruh bencana.
anggota KSB Jomblang. 5. Monitoring dan Reorganisasi
Sehingga dapat dipastikan a. Monitoring
bahwa koordinasi yang ada Kegiatan monitoring dalam
di KSB Jomblang tidak pelaksanaan kegiatan KSB
maksimal karena tidak Jomblang yang dilakukan
semua anggota mengetahui oleh pihak Kelurahan
informasi – informasi yang Jomblang dan juga pihak
disampaikan. BPBD Kota Semarang.
b. Koordinasi Eksternal Monitoring yang dilakukan
Koordinasi eksternal di KSB oleh pihak Kelurahan
Jomblang sudah berjalan Jomblang dilakukan melalui
dengan baik. Adanya tiga cara, yaitu : Mengawasi
koordinasi antara pihak KSB langsung ditempat dalam hal
Jomblang dengan pihak – ini pihak kelurahan ikut
pihak eksternal seperti dalam keanggotaan KSB
BPBD Kota Semarang yaitu Jomblang dan aktif dalam
komunikasi dengan berbagai pelaksaan kegiatannya.
media baik dengan REG dan Melalui laporan lisan juga
HT dan grup WA. Selain itu disampaikan kepada Lurah
juga terdapat rapat – rapat Jomblang setiap kali ada
yang diadakan oleh BPBD kejadian bencana. Melalui

9
tulisan yang bentuknya mengisinya. Struktur
sebagai arsip rangkuman tersebut sudah dijalankan
kejadian bencana. Sementara selama 5 tahun dan belum
untuk pengawasan yang dilakukan reorganisasi.
dilakukan pihak BPBD Kota Padahal idealnya melakukan
Semarang hanya dilakukan reorganisasi adalah 3 tahun.
melalui tulisan. Berupa Dalam struktur organisasi
pengiriman laporan setiap Jomblang tidak begitu jelas
terjadi bencana serta laporan dasar apa yang digunakan
tulisan melalui laporan di untuk pembagian
grup WA. departemen. Sehingga perlu
b. Reorganisasi dilakukan restrukturisasi
Reorganisasi di dalam KSB dalam KSB Jomblang.
Jomblang tidak berjalan Restrukturisasi adalah
dengan baik, mengingat perubahan struktur suatu
karang taruna Jomblang organisasi baik secara
yang diharapkan menjadi vertikal maupun horizontal.
generasi penerus KSB Restrukturisasi KSB
Jomblang ternyata tidak Jomblang akan dirubah
memberikan partisipasinya dengan dasar pembagian
dalam KSB Jomblang. departemen berdasarkan
Struktur organisasi yang ada fungsinya. Fungsi utama dari
di KSB Jomblang terdiri dari KSB Jomblang adalah untuk
ketua, wakil, sekretaris, membantu masyarakat dalam
bendahara, seksi komunikasi, menghadapi bencana baik
seksi evakuasi, seksi dalam tahap pra bencana,
kesehatan, dan seksi dapur saat terjadi bencana dan
umum dan logistik. Strukur pasca bencana. Fungsi dalam
organisasi itu dibuat oleh pra bencana adalah
BPBD Kota Semarang dan melakukan pencegahan
KSB Jomblang tinggal bencana dan mengurangi

10
resiko bencana. Fungsi saat Restrukturisasi Organisasi KSB
bencana adalah secepat Jomblang
mungkin memberikan
bantuan kepada masyarakat Ketua

yang terkena bencana. Wakil


Sementara fungsi dalam
pasca bencana adalah Sekreta Benda
ris
melakukan kerja bakti untuk
Seksi Seksi Seksi Seksi
memperbaiki kerusakan Struktur organisasi tersebut
akibat bencana bersama disesuaikan dengan pembagian
dengan relawan, serta departemen berdasarkan fungsinya,
membantu penyaluran mengingat fungsi dari KSB
bencana dari BPBD kepada Jomblang adalah untuk membantu
pihak korban yang terkena masyarakat dalam menghadapi
bencana. Namun yang ada di bencana baik dalam tahap pra
dalam struktur organisasi bencana, saat terjadi bencana dan
Jomblang tidak demikian. pasca bencana. Seksi kesiagaan dan
Departementalisasi yang ada Mitigasi melaksanakan fungsi saat
di struktur organisasi KSB pra bencana, seksi evakuasi dan seksi
Jomblang seolah – olah dapur umum dan logistik
hanya ketika kejadian melaksanakan fungsi saat kerjadi
bencana berlangsung, tidak bencana. Seksi Humas melaksanan
ada fungsi untuk kegiatan fungsi pra bencana, saat bencana,
pra bencana dan pasca dan pasca bencana. sehingga dengan
bencana. sehingga disini perubahan struktur organisasi yang
perlu dilakukan perubahan demikian, diharapkan pihak KSB
terhadap struktur organisasi Jomblang dapat menjalankan
KSB Jomblang. kegiatan manajemen bencana sesuai
dengan fungsinya.

11
B. Faktor Pendukung dan tersebut juga memudahkan
Penghambat atau mempercepat segala
1. Faktor Pendukung bentuk penyaluran bantuan
a. Rasa sosial dan jiwa tolong setiap kejadian bencana.
menolong yang tinggi d. Adanya dukungan dari
Terbentuknya KSB berbagai pihak
Jomblang diawali dengan Keberadaan KSB Jomblang
bergabungnya para personil medapatkan dukungan dari
yang didasari atas rasa berbagai pihak, antara lain
sosial dan jiwa tolong dari masyarakat Jomblang
menolong yang tinggi. sendiri, pihak kelurahan
Mereka dengan sukarela Jomblang, dan juga para
bergabung menjadi anggota relawan bencana.
KSB Jomblang. e. Pihak kelurahan jomblang
b. Pembagian tugas pokok aktif berpartisipasi
anggota sesuai keahlian Dalam pelaksanaan
Dalam pembagian tugas kegiatan penangggulangan
pokok anggota yang ada di bencana di KSB Jomblang,
dalam KSB Jomblang terdapat partisipasi aktif
sudah disesuaikan dengan dari pihak kelurahan
kemampuan masing – Jomblang, hal itu
masing anggota. dibuktikan dengan pihak
c. Administrasi kebencanaan kelurahan memaksukkan 3
sudah berjalan pegawai kelurahan untuk
Administrasi kebencanaan menjadi anggota dari KSB
sudah berjalan dengan baik, Jomblang.
adanya laporan setiap 2. Faktor Penghambat
kejadian bencana. Laporan a. Perbedaan persepsi
tersebut rutin dibuat, dan mengenai tujuan
terarsip dengan baik. Adanya perbedaan persepsi
Berjalannya administrasi mengenai tujuan dari

12
pembentukan KSB antara d. Rendahnya Kesadaran
pihak BPBD dengan pihak Masyarakat
KSB Jomblang. selain itu Meskipun sebagian besar
tidak semua anggota KSB masyarakat Kelurahan
Jomblang memahami dan Jomblang mendukung
menghayati tujuan yang adanya KSB Jomblang
ingin mereka capai. beserta kegiatannya, namun
b. Terbatasnya Sumber Daya masih ada saja masyarakat
yang ada di KSB yang belum sadar bahwa
Sumber daya yang dimaksud bencana itu perlu ditangai
disini adalah sumber daya dan dicegah.
manusia, sarana dan prasana e. Sikap Apatis Karang Taruna
dan juga sumber daya uang Sikap apatis dari karang
(pendanaan). Personil KSB taruna ditunjukkan dengan
Jomblang sedikit sekali yang tidak adanya partisipasi
aktif. Sarana dan prasarana karang taruna dalam
yang ada di KSB Jomblang kegiatan KSB Jomblang
sangat terbatas. Selain itu, sehingga reorganisasi di
keseluruhan pendanaan dalam KSB Jomblang tidak
untuk kegiatan operasional berjalan dengan baik. Sudah
ditanggung sendiri oleh hampir 5 tahun anggota KSB
anggota KSB Jomblang. Jomblang tidak bertambah.
c. Ketidakjelasan pembagian
PENUTUP
pekerjaan yang ada
Dalam pelaksanaan A. Kesimpulan
pembagian pekerjaan dalam 1. Langkah – Langkah
KSB Jomblang terlihat Pengorganisasian di
ketidakjelasan dasar Kelurahan Siaga Bencana
departementalisasi yang Jomblang
digunakan. a. Perincian Pekerjaan

13
Perincian pekerjaan di digunakan. Selain itu, pola
dalam KSB Jomblang kerjasama yang dilakukan
belum berjalan dengan baik. oleh KSB Jomblang belum
Terdapat perbedaan begitu terlihat.
pemahaman tentang tujuan d. Koordinasi Pekerjaan
dari pembentukan KSB Koordinasi Pekerjaan di
Jomblang. Selain itu KSB Jomblang dilakukan
permasalahan sumber daya melalui koordinasi internal
yang ada di KSB Jomblang dan koordinasi eksternal.
juga terbatas. Seluruh koordinasi internal
b. Pembagian Pekerjaan KSB Jomblang dilakukan
Pembagian pekerjaan di melalui grup whatsapp.
KSB Jomblang telah Sementara untuk koordinasi
dilaksanakan dengan baik. eksternal, melalui media
Penyusunan daftar pokok komunikasi berupa REG,
kegiatan di KSB Jomblang HT dan grup whatsapp.
yang disesuaikan dengan e. Monitoring dan
kegiatan dalam manajemen Reorganisasi
penanggulangan bencana. Monitoring dan reorganisasi
Selain itu pembagian tugas yang dilakukan di KSB
di KSB Jomblang juga Jomblang belum berjalan
dilaksanakan berdasarkan dengan baik. Monitoring
keahlian maisng – masing dilakukan oleh pihak
anggota, serta sudah ada Kelurahan Jomblang dan
peran perempuan. pihak BPBD Kota
c. Departementalisasi Semarang. Reorganisasi di
Departementalisasi di dalam KSB Jomblang tidak
KSB Jomblang sudah berjalan, dikarenakan tidak
dilakukan, tetapi terdapat ada partisipasi dari karang
ketidakjelasan dalam dasar taruna. Sehingga itu juga
departementalisasi yang

14
diperlukan restrukturisasi di v. Pihak kelurahan jomblang
dalam KSB Jomblang. aktif berpartisipasi, hal itu
2. Faktor Pendukung dan dibuktikan dengan pihak
Penghambat kelurahan memaksukkan 3
Pengorganisasian di pegawai kelurahan untuk
Kelurahan Siaga Bencana menjadi anggota dari KSB
Jomblang Jomblang.
a. Faktor Pendukung b. Faktor Penghambat
i. Rasa sosial dan jiwa tolong i. Adanya perbedaan persepsi
menolong yang tinggi, mengenai tujuan dari
mereka dengan sukarela pembentukan KSB antara
bergabung menjadi anggota pihak BPBD dengan pihak
KSB Jomblang. KSB Jomblang. selain itu tidak
ii. Pembagian tugas pokok semua anggota KSB Jomblang
anggota yang ada di dalam memahami dan menghayati
KSB Jomblang sudah tujuan yang ingin mereka
disesuaikan dengan capai.
kemampuan masing – ii. Terbatasnya sumber daya yang
masing anggota. ada di KSB Jomblang meliputi
iii. Administrasi kebencanaan sumber daya manusia, sarana
sudah berjalan dengan baik, prasarana, dan pendanaan.
yaitu dengan adanya iii. Pelaksanaan pembagian
laporan setiap kejadian pekerjaan dalam KSB
bencana. Jomblang terlihat
iv. Keberadaan KSB Jomblang ketidakjelasan dasar
medapatkan dukungan dari departementalisasi yang
berbagai pihak, antara lain digunakan.
dari masyarakat Jomblang iv. Rendahnya kesadaran
sendiri, pihak kelurahan masyarakat, masih ada saja
Jomblang, dan juga para masyarakat yang belum sadar
relawan bencana.

15
bahwa bencana itu perlu sehingga perlu diadakan
ditangai dan dicegah. restrukturisasi departemen
v. Sikap apatis karang taruna, berdasarkan fungsinya.
sehingga reorganisasi di dalam 4. KSB Jomblang diharapkan
KSB Jomblang tidak berjalan dengan sabar tetap
dengan baik. memberikan pemahaman,
B. Saran sosialisasi, dan pendampingan
1. Perlu diadakannya kepada masyarakat utamanya
kesepakatan pemahaman daerah atas dan juga kepada
tentang tujuan dari KSB karang taruna yang diharapkan
Jomblang itu sendiri. sebagai penerus KSB
Sehingga dalam pelaksanaan Jomblang.
kegiatan – kegiatan dalam 5. KSB Jomblang perlu
KSB Jomblang dapat mengadakan rapat rutin setiap
dilakukan dengan lebih sebulan sekali untuk yang
maksimal. fungsinya untuk
2. KSB Jomblang perlu berkoordinasi kegiatan –
mengunakan sistem uang kas kegiatan yang akan dilakukan.
untuk kegiatan pendaan Karena koordinasi melalui
mereka, pembayaran uang kas WA saja belum cukup efektif.
mungkin bisa sebulan sekali. 6. KSB Jomblang perlu segera
Sehingga hal tersebut akan melakuka reorganisasi,
memudahkan pelaksanaan mengingat anggota yang aktif
kegiatan – kegiatan yang ada hanya beberapa orang saja.
di KSB Jomblang. Termasuk Dan tetap dengan sabar
untuk meningkatkan sarana mencoba menggandeng
dan prasarana. karang taruna karena
3. Perlu diadakan pembagian merekalah satu satunya
pekerjaan yang jelas di dalam harapan untuk melakukan
pengelompokan pekerjaan reorganisasi.
dalam KSB Jomblang.

16
DAFTAR PUSTAKA Ramli, Soehatman. (2011). Pedoman
Praktis Manajemen Bencana.
Anggara, Sahya. (2012). Jakarta: Dian Rakyat.
Perbandingan Administrasi
Sugiyono. (2008). Metode Penelitian
Negara. Bandung: Pustaka
Kuantitatif Kualitatif dan
Setia.
R&D. Bandung: Alfabeta
Athoillah, Anton. (2013). Dasar –
Sukidin dan Damai Darmadi. (2009).
Dasar Manajemen. Bandung
Administrasi Publik.
: Pustaka Setia.
Yogyakarta: Laksbang
Handoko, Hani. (2009), Manajemen. Pressindo.
Yogyakarta : BPFE - Syafiie, Inu Kencana. (2006). Ilmu
Universitas Gadjah Mada Administrasi Publik. Jakarta: Rineka
Cipta.
Hariani, Dyah. (2013). Azas – Azas
Manajemen. Semarang : Thoha, Miftah. (2010). Ilmu
Universitas Diponegoro. Administrasi Publik Kontemporer.
Jakarta: Kencana.
Hasibuan, Malayu S.P. (2014).
Manajemen : Dasar, Wiludjeng, Sri.(2007).Pengantar
Pengertian dan Masalah. Manajemen.Yogyakarta:Graha Ilmu.
Jakarta: PT Bumi Aksara.
Undang – Undang
Herujito, Yayat M. (2004). Dasar –
Dasar Manajemen. Jakarta : Undang – Undang Nomor 24 Tahun
Gramedia. 2007 tentang Penanggulangan
Bencana.
Ivancevich, John DKK. (2007).
Perilaku dan Manajemen Perda Nomor 13 tahun 2010 tentang
Organisasi. Jakarta : Penyelenggaraan
Erlangga Penanggulangan Bencana di
Kota Semarang.
Keban, Yeremias T. (2008). Enam
Dimensi Strategis Peraturan Kepala BNPB Nomor 1
Administrasi Publik. Tahun 2012 tentang Pediman
Yogyakarta: Gava Media. Umum Desa / Kelurahan
Tangguh Bencana.
Moleong, Lexy J. (2010).
Peraturan Menteri Sosial Republik
Metodologi Penelitian
Indonesia Nomor 128 Tahun
Kualitatif. Bandung: Remaja
2011 tentang Kampung Siaga
Rosdakarya.
Bencana
Nurjanah, DKK. (2013). Manajemen
Bencana. Bandung: Alfabeta.

17
Jurnal The Military. Jurnal. United
States Air Force Academy.
Gunawan. Penanggulangan Bencana
Alam Berbasis Masyarakat: Mondal, Debabrata. 2015. Role of
(Kasus Kampung Siaga Non Governmental
Bencana Dalam Mengurangi Organization in Disaster
Risiko Bencana Alam Di Kota Management. Jurnal. Visva
Padang Sumatera Barat dan Bharati University.
Kabupaten Sleman D.I
Jogyakarta). Jurnal. Pusat Larry G. Morton Ii DKK. 2015.
Penelitian dan Pengembangan Women Of The River:
Kesejahteran Sosial, Badan Grassroots Organizing And
Pendidikan dan Penelitian Natural Disaster. Jurnal.
Sosial, Kementerian Sosial. Western New Mexico Universit
Irawan, David. Peran Kelurahan
Siaga Bencana Guna Internet
Penanggulangan Bencana
Banjir di Kelurahan Muktiharjo Website BPBD Kota Semarang.
Lor Kecamatan Genuk Kota Dalam
Semarang. Jurnal. Universitas http://bpbd.semarangkota.go.id
Diponegoro. /. Diakses pada 28 Maret 2017.
Kusumaratih, Arnidha. 2015.
Website BPBD Provinsi Jawa
Manajemen Desa Tangguh
Tengah. Dalam
Bencana di Desa Poncosari
https://bpbdjateng.info/.
Kecamatan Srandakan
Diakses pada 27 Maret 2017.
Kabupaten Bantul Daerah
Istimewa Yogyakarta. Jurnal.
Website BNPB Indonesia. Dalam
Univesitas Negeri Yogyakarta.
https://www.bnpb.go.id/.
Nisa, Farichatun. 2014. Manajemen Diakses pada 27 Maret 2017.
Penanggulangan Bencana Data dan Indormasi Bencana
Banjir, Puting Beliung, dan Indonesia. Dalam
Tanah Longsor di Kabupaten
Jombang. Jurnal. Universitas http://dibi.bnpb.go.id/. Diakses pada
Airlangga. 25 Maret 2017.
Saptadi, Gatot dan Hariyadi Djamal.
2012. Kajian Model Desa
Tangguh Bencana Dalam
Kesiapsiagaan
Penanggulangan Bencana
Bersama Bpbd D.I
Yogyakarta. Jurnal. BNPB.
Weeks, Michael R. 2007. Organizing
For Disaster: Lessons From

18

Вам также может понравиться