Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Disusun oleh :
DAFTAR ISI
Daftar isi 2
Bab I Pendahuluan 3
Bab II Tinjauan Pustaka 4
1. Anatomi dan Fisiologi Retina 4
2. Oklusi Cabang Arteri Retina
2.1 Epidemiologi 9
2.2 Etiologi 10
2.3 Patofisiologi 11
2.4 Diagnosis 12
A. Anamnesis 12
B. Pemeriksaan Mata 13
C. Pemeriksaan Penunjang 15
2.5 Penatalaksanaan 17
2.6 Prognosis 17
Daftar Pustaka 18
3
BAB I
PENDAHULUAN
Oklusi cabang arteri retina (BRAO) menyumbat arteri kecil dari retina,
lapisan saraf yang peka terhadap cahaya di belakang mata. Penyebab paling
sering dari BRAO merupakan thrombosis, pembentukan clot darah.
Terkadang hambatan disebabkan oleh embolus, sumbatan dibawa dari
bagian tubuh lain.
Penatalaksanaan ini diberikan dalam 2-4 jam setelah gejala. Namun hal ini
belum terbukti. Dilakukan dengan carbondioksida, pemijatan mata dan obat-
obatan pengencer darah.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Retina berbatas dengan koroid dengan sel pigmen epitel retina, dan
terdiri atas lapisan (Sidarta, 2002) :
Untuk melihat, mata harus berfungsi sebagai suatu alat optis, sebagai
suatu reseptor kompleks, dan sebagai suatu transducer yang efektif. Sel-sel
batang dan kerucut di lapisan fotoreseptor mampu mengubah rangsangan
cahaya menjadi suatu impuls saraf yang dihantarkan oleh lapisan serat saraf
retina melalui saraf optikus dan akhirnya ke korteks penglihatan. Makula
bertanggung jawab untuk ketajaman penglihatan yang terbaik dan untuk
penglihatan warna, dan sebagian besar selnya adalah sel kerucut. Di fovea
sentralis, terdapat hubungan hampir 1:1 antara fotoreseptor kerucut, sel
ganglionnya, dan serat saraf yang keluar, dan hal ini menjamin penglihatan
yang paling tajam. Di retina perifer, banyak fotoreseptor dihubungkan ke sel
ganglion yang sama, dan diperlukan sistem pemancar yang lebih kompleks.
Akibat dari susunan seperti itu adalah bahwa makula terutama digunakan
8
II.2. Oklusi cabang arteri retina (Branch arterial retina occlusion, BRAO)
II.2.1 Epidemiologi
II.2.2 Etiologi
Pada pasien yang lebih muda, etiologi lebih sering berbeda. Pada
pasien dengan usia kurang dari 30 tahun dengan obstruksi arteri retina,
hubungan dengan migraine, abnormalitas koagulasi, trauma, peningkatan
tekanan intraocular, optic nerve drusen, kontrasepsi oral dan penyebab
11
II.2.3 Patofisiologi
Pada umumnya, oklusi cabang arteri retina terjadi karena emboli.
Emboli biasanya berasal dari pembuluh darah dari aliran pusat,yang terbebas
kemudian masuk kedalam sistem sirkulasi dan berhenti pada pembuluh
darah dengan lumen yang lebih kecil (Law JC, 2010).
Iskemia dari lapisan dalam retina menyebabkan terjadinya edema
intraselular sebagai akibat dari kerusakan selular dan nekrosis. Edema
intraselular ini terlihat dalam pemeriksaan funduskopi sebagai gambaran
putih keabu-abuan pada permukaan retina. Penelitian pada primate
menunjukkan oklusi yang komplit pada arteri penyuplai retina mengakibatkan
kerusakan iskemi yang dapat kembali lagi dalam 97 menit. Ini dapat
menjelaskan mengapa pasien dengan oklusi cabang arteri retina memiliki
riwayat kehilangan penglihatan yang sementara. Kemungkinan kejadian ini
dikarenakan emboli secara sementara menyumbat dan mengakibatkan oklusi
sementara dan setelah reperfusi retina emboli kembali bebas (Law JC, 2010).
12
Oklusi cabang arteri retina biasanya terjadi pada bifurkasi dari arteri
hal ini berhubungan dengan sempitnya lumen pada lokasi ini. Pada 90 %
kasus, oklusi cabang arteri retina melibatkan pembuluh darah temporal
retina. Kemungkinan apakah daerah tersebut lebih sering terkena atau
pembuluh darah nasal retina tidak terdeteksi masih berlum dapat dipastikan.
Pasien dengan oklusi cabang arteri retina memiliki resiko yang lebih tinggi
untuk morbiditas dan mortalitas dari penyakit cardiovascular dan
cerebrovaskular. Pemeriksaan medis yang menyeluruh diindikasikan pada
pasien dengan oklusi cabang arteri retina dan etiologinya dapat diidentifikasi
pada 90% pasien (Law JC, 2010).
II.2.4 Diagnosis
A. Anamnesis
Pasien dengan oklusi cabang arteri retina biasanya muncul
dengan akut, unilateral, tidak sakit dan kehilangan penglihatan
sebagian. Kehilangan lapang pandang dapat sentral atau sektoral.
Pasien hanya merasa penurunan tajam penglihatan apabila macula
atau diskus optic terlibat. Pasien juga dapat asimptomatik (Law JC,
2010).
Faktor resiko meliputi merokok, hipertensi, hiperkolesterolemia,
diabetes, penyakit arteri koroner atau riwayat stroke atau transient
ischemia attack (TIA). 75 % pasien memiliki hipertensi atau
penyakit oklusi carotid. Pasien dapat memberikan riwayat
kehilangan penglihatan sementara (amaurosis fugax) atau deficit
neurologis sementara (TIA). Harus ditanyakan mengenai masalah
kesehatan yang berhubungan dengan meningkatnya resiko
pembentukan embolus (seperti endocarditis, carotid stenosis,
koagulopati, atrial fibrilasi) (Law JC, 2010).
13
B. Pemeriksaan mata
Pemeriksaan funduskopi menunjukkan retina yang keputihan
bersamaan dengan distribusi arteri yang terkena. Lokasi obstruksi
sering terkena adalah bifurkasi dari arteri dimana emboli sering kali
berada. Retina yang terkena menjadi edema. Cabang arteri retina
yang sempit, boxcarring, dan segmentasi dari kolum, cotton-wool
spots, dan emboli merupakan hal yang dapat ditemukan. Emboli
dapat terlihat pada 62 % mata dengan obstruksi cabang arteri
retina (Law JC, 2010).
a.
b.
Gambar 5 Gambaran funduskopi branch retinal artery occlusion
(a. Lang GK, 2000. b. Ming, 2000)
C. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan lapang pandang (Perimetry) dapat menunjukkan
defek lapang pandang sebagian.
Pemeriksaan laboratorium dipertimbangkan pada pasien :
berusia diatas 50 tahun, pemeriksaan LED untuk menyingkirkan
giant cell arteritis, pasien berusia dibawah 50 tahun atau pasien
dengan faktor resiko di evaluasi faktor pembekuan, pemeriksaan
darah rutin untuk mengevaluasi anemia, polisitemia, dan kerusakan
trombosit, glukosa darah, kolesterol dan lemak lengkap, dan kultur
darah untuk mengevaluasi endokarditis bakterialis dan emboli
septis (Law JC, 2010).
Angiografi floresense menunjukkan pengisian yang tertunda
pada arteri yang terkena dan hipoploresensi pada daerah
sekitarnya. Pembuluh darah distal dari lokasi obstruksi dapat
menunjukkan pengisian retrograde dari perfusi kapiler sekitarnya.
Pewarnaan yang terlambat dari dinding pembuluh darah dapat
terlihat setelah resolusi dari obstruksi, aliran dapat kembali ke
normal. Bagaimanapun penyempitan atau sklerosis dari arteri yang
terkena dapat terjadi. Arteri ke arteri kolateral dapat terbentuk di
retina dan sangat menggambarkan obstruksi cabang arteri retina
yang lama (Law JC, 2010).
16
II.2.5 Penatalaksanaan
Pertimbangan mengenai meningkatnya rasio mortalitas, pasien
dengan oklusi cabang arteri retina harus mendapatkan pemeriksaan medis
yang menyeluruh dengan perhatian khusus terhadap sistem cerebrovaskular
dan kardiovaskuler. Pemeriksaan laboratorium untuk koagulopati harus
dilakukan apabila tidak ditemukan sumber emboli (Law JC, 2010).
Tidak ada penatalaksanaan untuk kehilangan penglihatan seluruh
mata kecuali apabila karena penyakit lain yang dapat disembuhkan.
Beberapa penatalaksanaan dapat dicoba. Penatalaksanaan ini harus
diberikan dalam 2-4 jam setelah gejala. Namun hal ini belum terbukti (Law
JC, 2010) :
- Bernapas dalam campuran karbon dioksida. Penatalaksanaan ini
ditujukan agar arteri retina berdilatasi
- Pemijatan pada mata
- Penggunaan obat-obatan penghancur clot, tissue plasminogen
activator (tPA)
II.2.6 Prognosis
Prognosisnya biasa lebih baik pada oklusi cabang arteri retina
dibandingkan dengan oklusi arteri sentral. Kecuali apabila cabang macular
yang terkena (Lang GK, 2000).
18
Daftar Pustaka
Law JC, Branch Retinal Artery Occlusion. Updated: Feb 16, 2010. Cited
from: http://emedicine.medscape.com/article/1223362-overview Downloaded
in 14 December 2010.
Ming ALS, Constable IJ. Color Atlas of Opthalmology. 3rd edition. World
Science. 2000.
Sidarta I. Anatomi dan Fisiologi Mata. Dalam : Ilmu Penyakit Mata Edisi
kedua. Jakarta : BP-FKUI. 2002
http://en.wikipedia.org/wiki/Central_retinal_artery