Вы находитесь на странице: 1из 9

SURYA MITRA HUSADA KEDIRI

Otitis Media Akut (OMA)


Kelompok 8
Anip Mukamimah
Chusnul Laili
Dewi Wulandari
Ipung Inu Piangga
Nety Yunita Sari
Puput Fitriana
Siti Naimah
Visite Indyearnon
Otitis Media Akut (OMA)
Otitis media adalah infeksi atau inflamasi / peradangan di telinga tengah. Otitis media akut
(OMA) adalah peradangan akut sebagian atau seluruh periosteum telinga tengah (Kapita
selekta kedokteran, 1999).
Yang paling sering terlihat ialah :

1. Otitis media viral akut


2. Otitis media bakterial akut
3. Otitis media nekrotik akut

Telinga sendiri terbagi menjadi tiga bagian: telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam.
Telinga tengah adalah daerah yang dibatasi dengan dunia luar oleh gendang telinga. Daerah ini
menghubungkan suara dengan alat pendengaran di telinga dalam. Selain itu di daerah ini
terdapat saluran Eustachius yang menghubungkan telinga tengah dengan rongga hidung
belakang dan tenggorokan bagian atas. Guna saluran ini adalah:

 Menjaga keseimbangan tekanan udara di dalam telinga dan menyesuaikannya dengan


tekanan udara di dunia luar.

 Mengalirkan sedikit lendir yang dihasilkan sel-sel yang melapisi telinga tengah ke bagian
belakang hidung.

 Sebagai sawar kuman yang mungkin akan masuk ke dalam telinga tengah

Faktor pencetus terjadinya otitis media supuratif akut (OMA), yaitu :

 Infeksi saluran napas atas. Otitis media supuratif akut (OMA) dapat didahului oleh
infeksi saluran napas atas yang terjadi terutama pada pasien anak-anak.
Gangguan faktor pertahanan tubuh. Faktor pertahanan tubuh seperti silia dari mukosa
tuba Eustachius, enzim, dan antibodi. Faktor ini akan mencegah masuknya mikroba ke
dalam telinga tengah. Tersumbatnya tuba Eustachius merupakan pencetus utama
terjadinya otitis media supuratif akut (OMA).
Usia pasien. Bayi lebih mudah menderita otitis media supuratif akut (OMA) karena letak
tuba Eustachius yang lebih pendek, lebih lebar dan lebih horisontal.
Stadium Otitis Media Supuratif Akut (OMA)

Ada 5 stadium otitis media supuratif akut (OMA) berdasarkan perubahan mukosa telinga
tengah, yaitu :

Oklusi tuba Eustachius.


Hiperemis (pre supurasi).
Supurasi.
Perforasi.
Resolusi.

 1. Stadium Oklusi Tuba Eustachius

Stadium oklusi tuba Eustachius terdapat sumbatan tuba Eustachius yang ditandai oleh
retraksi membrana timpani akibat tekanan negatif dalam telinga tengah karena
terjadinya absorpsi udara. Selain retraksi, membrana timpani kadang-kadang tetap
normal atau hanya berwarna keruh pucat atau terjadi efusi.
Stadium oklusi tuba Eustachius dari otitis media supuratif akut (OMA) sulit kita bedakan
dengan tanda dari otitis media serosa yang disebabkan virus dan alergi.

 2. Stadium Hiperemis (Pre Supurasi)

Stadium hiperemis (pre supurasi) akibat pelebaran pembuluh darah di membran


timpani yang ditandai oleh membran timpani mengalami hiperemis, edema mukosa dan
adanya sekret eksudat serosa yang sulit terlihat.

 3. Stadium Supurasi

Stadium supurasi ditandai oleh terbentuknya sekret eksudat purulen (nanah). Selain itu
edema pada mukosa telinga tengah makin hebat dan sel epitel superfisial hancur.
Ketiganya menyebabkan terjadinya bulging (penonjolan) membrana timpani ke arah
liang telinga luar.

Pasien akan tampak sangat sakit, nadi & suhu meningkat dan rasa nyeri di telinga
bertambah hebat. Anak selalu gelisah dan tidak bisa tidur nyenyak.

Stadium supurasi yang berlanjut dan tidak tertangani dengan baik akan menimbulkan
ruptur membran timpani akibat timbulnya nekrosis mukosa dan submukosa membran
timpani. Daerah nekrosis terasa lebih lembek dan berwarna kekuningan. Nekrosis ini
disebabkan oleh terjadinya iskemia akibat tekanan kapiler membran timpani karena
penumpukan nanah yang terus berlangsung di kavum timpani dan akibat tromboflebitis
vena-vena kecil.

Keadaan stadium supurasi dapat kita tangani dengan melakukan miringotomi. Bedah
kecil ini kita lakukan dengan membuat luka insisi pada membran timpani sehingga
nanah akan keluar dari telinga tengah menuju liang telinga luar. Luka insisi pada
membran timpani akan mudah menutup kembali sedangkan ruptur lebih sulit menutup
kembali. Bahkan membran timpani bisa tidak menutup kembali jika membran timpani
tidak utuh lagi.

 4. Stadium Perforasi

Stadium perforasi ditandai oleh ruptur membran timpani sehingga sekret berupa nanah
yang jumlahnya banyak akan mengalir dari telinga tengah ke liang telinga luar. Kadang-
kadang pengeluaran sekret bersifat pulsasi (berdenyut). Stadium ini sering disebabkan
oleh terlambatnya pemberian antibiotik dan tingginya virulensi kuman.

Setelah nanah keluar, anak berubah menjadi lebih tenang, suhu menurun dan bisa tidur
nyenyak.

Jika membran timpani tetap perforasi dan pengeluaran sekret (nanah) tetap
berlangsung selama lebih 3 minggu maka keadaan ini disebut otitis media supuratif
subakut. Jika kedua keadaan tersebut tetap berlangsung selama lebih 1,5-2 bulan maka
keadaan itu disebut otitis media supuratif kronik (OMSK).

 5. Stadium Resolusi

Stadium resolusi ditandai oleh membran timpani berangsur normal hingga perforasi
membran timpani menutup kembali dan sekret purulen tidak ada lagi. Stadium ini
berlangsung jika membran timpani masih utuh, daya tahan tubuh baik, dan virulensi
kuman rendah. Stadium ini didahului oleh sekret yang berkurang sampai mengering.

Apabila stadium resolusi gagal terjadi maka akan berlanjut menjadi otitis media
supuratif kronik (OMSK). Kegagalan stadium ini berupa membran timpani tetap
perforasi dan sekret tetap keluar secara terus-menerus atau hilang timbul.
Otitis media supuratif akut (OMA) dapat menimbulkan gejala sisa (sequele) berupa otitis
media serosa. Otitis media serosa terjadi jika sekret menetap di kavum timpani tanpa
mengalami perforasi membran timpani.

Gejala Klinik Otitis Media Supuratif Akut (OMA)

 Gejala klinik otitis media supuratif akut (OMA) tergantung dari stadium penyakit dan
umur penderita. Gejala stadium supurasi berupa demam tinggi dan suhu tubuh
menurun pada stadium perforasi. Gejala klinik otitis media supuratif akut (OMA)
berdasarkan umur penderita, yaitu :

 Bayi dan anak kecil. Gejalanya : demam tinggi bisa sampai 390C (khas), sulit tidur, tiba-
tiba menjerit saat tidur, mencret, kejang-kejang, dan kadang-kadang memegang telinga
yang sakit.
Anak yang sudah bisa bicara. Gejalanya : biasanya rasa nyeri dalam telinga, suhu tubuh
tinggi, dan riwayat batuk pilek.
Anak lebih besar dan orang dewasa. Gejalanya : rasa nyeri dan gangguan pendengaran
(rasa penuh dan pendengaran berkurang).

Terapi Otitis Media Supuratif Akut (OMA)

 Terapi otitis media supuratif akut (OMA) tergantung stadium penyakit, yaitu :

 Oklusi tuba Eustachius. Terapinya : obat tetes hidung & antibiotik.


Hiperemis (pre supurasi). Terapinya : antibiotik, obat tetes hidung, analgetik &
miringotomi.
Supurasi. Terapinya : antibiotik & miringotomi.
Perforasi. Terapinya : antibiotik & obat cuci telinga.
Resolusi. Terapinya : antibiotik.
Aturan pemberian obat tetes hidung :

 Bahan. HCl efedrin 0,5% dalam larutan fisiologis untuk anak berusia dibawah 12 tahun.
HCl efedrin 1% dalam larutan fisiologis untuk anak berusia diatas 12 tahun dan orang
dewasa.
Tujuan. Untuk membuka kembali tuba Eustachius yang tersumbat sehingga tekanan
negatif dalam telinga tengah akan hilang.
Aturan pemberian obat antibiotik :

 Stadium oklusi. Berikan pada otitis media yang disebabkan kuman bukan otitis media
yang disebabkan virus dan alergi (otitis media serosa).
Stadium hiperemis (pre supurasi). Berikan golongan penisilin atau ampisilin selama
minimal 7 hari. Golongan eritromisin dapat kita gunakan jika terjadi alergi penisilin.
Penisilin intramuskuler (IM) sebagai terapi awal untuk mencapai konsentrasi adekuat
dalam darah. Hal ini untuk mencegah terjadinya mastoiditis, gangguan pendengaran
sebagai gejala sisa dan kekambuhan. Berikan ampisilin 50-100 mg/kgbb/hr yang terbagi
dalam 4 dosis, amoksisilin atau eritromisin masing-masing 50 mg/kgbb/hr yang terbagi
dalam 3 dosis pada pasien anak.
Stadium resolusi. Lanjutkan pemberiannya sampai 3 minggu bila tidak terjadi resolusi.
Tidak terjadinya resolusi dapat disebabkan berlanjutnya edema mukosa telinga tengah.
Curigai telah terjadi mastoiditis jika sekret masih banyak setelah kita berikan antibiotik
selama 3 minggu.
Aturan tindakan miringotomi :

 Stadium hiperemis (pre supurasi). Bisa kita lakukan bila terlihat hiperemis difus.
Stadium supurasi. Lakukan jika membran timpani masih utuh. Keuntungannya yaitu
gejala klinik lebih cepat hilang dan ruptur membran timpani dapat kita hindari.
Aturan pemberian obat cuci telinga :
 Bahan. Berikan H2O22 3% selama 3-5 hari.
Efek. Bersama pemberian antibiotik yang adekuat, sekret akan hilang dan perforasi
membran timpani akan menutup kembali dalam 7-10 hari.
Komplikasi Otitis Media Supuratif Akut (OMA)

Ada 3 komplikasi otitis media supuratif akut (OMA), yaitu :

 Abses subperiosteal.
Meningitis.
Abses otak.
Dewasa ini, ketiga komplikasi diatas lebih banyak disebabkan oleh otitis media supuratif
kronik (OMSK) karena maraknya pemberian antibiotik pada pasien otitis media supuratif
akut (OMA).

Bagaimana Otitis Media Terjadi


Otitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran napas seperti radang tenggorokan atau
pilek yang menyebar ke telinga tengah lewat saluran Eustachius. Saat bakteri melalui saluran
Eustachius, mereka dapat menyebabkan infeksi di saluran tersebut sehingga terjadi
pembengkakan di sekitar saluran, tersumbatnya saluran, dan datangnya sel-sel darah putih
untuk melawan bakteri. Sel-sel darah putih akan membunuh bakteri dengan mengorbankan diri
mereka sendiri. Sebagai hasilnya terbentuklah nanah dalam telinga tengah. Selain itu
pembengkakan jaringan sekitar saluran Eustachius menyebabkan lendir yang dihasilkan sel-sel
di telinga tengah terkumpul di belakang gendang telinga.

Jika lendir dan nanah bertambah banyak, pendengaran dapat terganggu karena gendang telinga
dan tulang-tulang kecil penghubung gendang telinga dengan organ pendengaran di telinga
dalam tidak dapat bergerak bebas. Kehilangan pendengaran yang dialami umumnya sekitar 24
desibel (bisikan halus). Namun cairan yang lebih banyak dapat menyebabkan gangguan
pendengaran hingga 45 desibel (kisaran pembicaraan normal). Selain itu telinga juga akan
terasa nyeri. Dan yang paling berat, cairan yang terlalu banyak tersebut akhirnya dapat
merobek gendang telinga karena tekanannya.

Penyebab
Penyebab otitis media akut (OMA) dapat merupakan virus maupun bakteri. Pada 25% pasien,
tidak ditemukan mikroorganisme penyebabnya. Virus ditemukan pada 25% kasus dan kadang
menginfeksi telinga tengah bersama bakteri. Bakteri penyebab otitis media tersering adalah
Streptococcus pneumoniae, diikuti oleh Haemophilus influenzae dan Moraxella cattarhalis.
Yang perlu diingat pada OMA, walaupun sebagian besar kasus disebabkan oleh bakteri, hanya
sedikit kasus yang membutuhkan antibiotik. Hal ini dimungkinkan karena tanpa antibiotik pun
saluran Eustachius

Pemeriksaan Penunjang

1. Otoskop pneumatik untuk melihat membran timpani yang penuh, bengkak dan tidak
tembus cahaya dengan kerusakan mogilitas.
2. Kultur cairan melalui mambran timpani yang pecah untuk mengetahui organisme
penyebab.

OMA harus dibedakan dari otitis media dengan efusi yang dapat menyerupai OMA. Untuk
membedakannya dapat diperhatikan hal-hal berikut.4

Gejala dan tanda OMA Otitis media dengan


efusi
Nyeri telinga, demam, + -
rewel
Efusi telinga tengah + +
Gendang telinga suram + +/-
Gendang yang +/- -
menggembung
Gerakan gendang + +
berkurang
Berkurangnya + +
pendengaran

Penanganan

Antibiotik

1. OMA umumnya adalah penyakit yang akan sembuh dengan sendirinya.


2. Sekitar 80% OMA sembuh dalam 3 hari tanpa antibiotik. Penggunaan antibiotik tidak
mengurangi komplikasi yang dapat terjadi, termasuk berkurangnya pendengaran.
3. Observasi dapat dilakukan pada sebagian besar kasus. Jika gejala tidak membaik dalam
48-72 jam atau ada perburukan gejala, antibiotik diberikan.4,6 American Academy of
Pediatrics (AAP) mengkategorikan OMA yang dapat diobservasi dan yang harus segera
diterapi dengan antibiotik sebagai berikut:

Usia Diagnosis pasti Diagnosis meragukan


 
< 6 bln Antibiotik Antibiotik
6 bln – 2 th Antibiotik Antibiotik jika gejala berat; observasi
jika gejala ringan
 2 thn Antibiotik jika gejala Observasi
berat; observasi jika
gejala ringan

Yang dimaksud dengan gejala ringan adalah nyeri telinga ringan dan demam <39°C dalam 24
jam terakhir. Sedangkan gejala berat adalah nyeri telinga sedang – berat atau demam 39°C.

Pilihan observasi selama 48-72 jam hanya dapat dilakukan pada anak usia enam bulan – dua
tahun dengan gejala ringan saat pemeriksaan, atau diagnosis meragukan pada anak di atas dua
tahun. Untuk dapat memilih observasi, follow-up harus dipastikan dapat terlaksana. Analgesia
tetap diberikan pada masa observasi.

British Medical Journal memberikan kriteria yang sedikit berbeda untuk menerapkan observasi
ini.10 Menurut BMJ, pilihan observasi dapat dilakukan terutama pada anak tanpa gejala umum
seperti demam dan muntah.

Jika diputuskan untuk memberikan antibiotik, pilihan pertama untuk sebagian besar anak
adalah amoxicillin.

 Sumber seperti AAFP (American Academy of Family Physician) menganjurkan pemberian


40 mg/kg berat badan/hari pada anak dengan risiko rendah dan 80 mg/kg berat
badan/hari untuk anak dengan risiko tinggi.
 Risiko tinggi yang dimaksud antara lain adalah usia kurang dari dua tahun, dirawat
sehari-hari di daycare, dan ada riwayat pemberian antibiotik dalam tiga bulan terakhir.
 WHO menganjurkan 15 mg/kg berat badan/pemberian dengan maksimumnya 500 mg.
 AAP menganjurkan dosis 80-90 mg/kg berat badan/hari.6 Dosis ini terkait dengan
meningkatnya persentase bakteri yang tidak dapat diatasi dengan dosis standar di
Amerika Serikat. Sampai saat ini di Indonesia tidak ada data yang mengemukakan hal
serupa, sehingga pilihan yang bijak adalah menggunakan dosis 40 mg/kg/hari.
Dokumentasi adanya bakteri yang resisten terhadap dosis standar harus didasari hasil
kultur dan tes resistensi terhadap antibiotik.
 Antibiotik pada OMA akan menghasilkan perbaikan gejala dalam 48-72 jam.
 Dalam 24 jam pertama terjadi stabilisasi, sedang dalam 24 jam kedua mulai terjadi
perbaikan. Jika pasien tidak membaik dalam 48-72 jam, kemungkinan ada penyakit lain
atau pengobatan yang diberikan tidak memadai. Dalam kasus seperti ini
dipertimbangkan pemberian antibiotik lini kedua. Misalnya:
 Pada pasien dengan gejala berat atau OMA yang kemungkinan disebabkan Haemophilus
influenzae dan Moraxella catarrhalis, antibiotik yang kemudian dipilih adalah
amoxicillin-clavulanate.6 Sumber lain menyatakan pemberian amoxicillin-clavulanate
dilakukan jika gejala tidak membaik dalam tujuh hari atau kembali muncul dalam 14
hari.4
 Jika pasien alergi ringan terhadap amoxicillin, dapat diberikan cephalosporin seperti
cefdinir, cefpodoxime, atau cefuroxime.
 Pada alergi berat terhadap amoxicillin, yang diberikan adalah azithromycin atau
clarithromycin
 Pilihan lainnya adalah erythromycin-sulfisoxazole atau sulfamethoxazole-trimethoprim.
 Namun kedua kombinasi ini bukan pilihan pada OMA yang tidak membaik dengan
amoxicillin.
 Jika pemberian amoxicillin-clavulanate juga tidak memberikan hasil, pilihan yang diambil
adalah ceftriaxone selama tiga hari.
 Perlu diperhatikan bahwa cephalosporin yang digunakan pada OMA umumnya
merupakan generasi kedua atau generasi ketiga dengan spektrum luas. Demikian juga
azythromycin atau clarythromycin. Antibiotik dengan spektrum luas, walaupun dapat
membunuh lebih banyak jenis bakteri, memiliki risiko yang lebih besar. Bakteri normal di
tubuh akan dapat terbunuh sehingga keseimbangan flora di tubuh terganggu. Selain itu
risiko terbentuknya bakteri yang resisten terhadap antibiotik akan lebih besar.
Karenanya, pilihan ini hanya digunakan pada kasus-kasus dengan indikasi jelas
penggunaan antibiotik lini kedua.  
 Pemberian antibiotik pada otitis media dilakukan selama sepuluh hari pada anak berusia
di bawah dua tahun atau anak dengan gejala berat.
 Pada usia enam tahun ke atas, pemberian antibiotik cukup 5-7 hari. Di Inggris, anjuran
pemberian antibiotik adalah 3-7 hari atau lima hari.
 Tidak adanya perbedaan bermakna antara pemberian antibiotik dalam jangka waktu
kurang dari tujuh hari dibandingkan dengan pemberian lebih dari tujuh hari. Dan karena
itu pemberian antibiotik selama lima hari dianggap cukup pada otitis media. Pemberian
antibiotik dalam waktu yang lebih lama meningkatkan risiko efek samping dan resistensi
bakteri.

Analgesia/pereda nyeri

 Penanganan OMA selayaknya disertai penghilang nyeri (analgesia).


 Analgesia yang umumnya digunakan adalah analgesia sederhana seperti paracetamol
atau ibuprofen.
 Namun perlu diperhatikan bahwa pada penggunaan ibuprofen, harus dipastikan bahwa
anak tidak mengalami gangguan pencernaan seperti muntah atau diare karena
ibuprofen dapat memperparah iritasi saluran cerna.  

Obat lain

 Pemberian obat-obatan lain seperti antihistamin (antialergi) atau dekongestan tidak


memberikan manfaat bagi anak.
 Pemberian kortikosteroid juga tidak dianjurkan.
 Myringotomy (myringotomy: melubangi gendang telinga untuk mengeluarkan cairan
yang menumpuk di belakangnya) juga hanya dilakukan pada kasus-kasus khusus di mana
terjadi gejala yang sangat berat atau ada komplikasi.
 Cairan yang keluar harus dikultur.
 Pemberian antibiotik sebagai profilaksis untuk mencegah berulangnya OMA tidak
memiliki bukti yang cukup.4

Pencegahan

Beberapa hal yang tampaknya dapat mengurangi risiko OMA adalah:

 pencegahan ISPA pada bayi dan anak-anak,


 pemberian ASI minimal selama 6 bulan,
 penghindaran pemberian susu di botol saat anak berbaring,
 dan penghindaran pajanan terhadap asap rokok.
 Berenang kemungkinan besar tidak meningkatkan risiko OMA.

Komplikasi

 Otitis media kronik ditandai dengan riwayat keluarnya cairan secara kronik dari satu
atau dua telinga.
 Jika gendang telinga telah pecah lebih dari 2 minggu, risiko infeksi menjadi sangat
umum.
 Umumnya penanganan yang dilakukan adalah mencuci telinga dan mengeringkannya
selama beberapa minggu hingga cairan tidak lagi keluar.
 Otitis media yang tidak diobati dapat menyebar ke jaringan sekitar telinga tengah,
termasuk otak. Namun komplikasi ini umumnya jarang terjadi.
 Salah satunya adalah mastoiditis pada 1 dari 1000 anak dengan OMA yangtidak diobati.
 Otitis media yang tidak diatasi juga dapat menyebabkan kehilangan pendengaran
permanen.
 Cairan di telinga tengah dan otitis media kronik dapat mengurangi pendengaran anak
serta menyebabkan masalah dalam kemampuan bicara dan bahasa.
 Otitis media dengan efusi didiagnosis jika cairan bertahan dalam telinga tengah selama
3 bulan atau lebih.

Komplikasi yang serius adalah:

 Infeksi pada tulang di sekitar telinga tengah (mastoiditis atau petrositis)


 Labirintitis (infeksi pada kanalis semisirkuler)
 Kelumpuhan pada wajah
 Tuli
 Peradangan pada selaput otak (meningitis)
 Abses otak.Tanda-tanda terjadinya komplikasi:

 sakit kepala
 tuli yang terjadi secara mendadak
 vertigo (perasaan berputar)
 demam dan menggigil.

Rujukan

Beberapa keadaan yang memerlukan rujukan pada ahli THT adalah;

 Anak dengan episode OMA yang sering. Definisi “sering” adalah lebih dari 4 episode
dalam 6 bulan.4 Sumber lain menyatakan “sering” adalah lebih dari 3 kali dalam 6 bulan
atau lebih dari 4 kali dalam satu tahun
 Anak dengan efusi selama 3 bulan atau lebih, keluarnya cairan dari telinga, atau
berlubangnya gendang telinga
 Anak dengan kemungkinan komplikasi serius seperti kelumpuhan saraf wajah atau
mastoiditis (mastoiditis: peradangan bagian tulang tengkorak, kurang lebih terletak
pada tonjolan tulang di belakang telinga)
 Anak dengan kelainan kraniofasial (kraniofasial: kepala dan wajah), sindrom Down,
sumbing, atau dengan keterlambatan bicara7
 OMA dengan gejala sedang-berat yang tidak memberi respon terhadap 2 antibiotik

Referensi

 Otitis Media (Ear Infection). Available from


http://www.nidcd.nih.gov/health/hearing/otitism.asp 
 Diagnosis and Management of Acute Otitis Media. PEDIATRICS Vol. 113 No. 5 May 2004,
pp. 1451-1465. available from
http://aappolicy.aappublications.org/cgi/content/full/pediatrics;113/5/145
 Ramilo O. Role of respiratory viruses in acute otitis media: implications for
management. Pediatr Infect Dis J. Dec 1999;18(12):1125-9[Medline].
 Hashisaki GT. Complications of chronic otitis media. In: Canalis RF, Lambert PR, eds. The
Ear: Comprehensive Otology. Lippincott; 2000:433-45.
 Daly KA, Giebink GS. Clinical epidemiology of otitis media. Pediatr Infect Dis
J. May 2000;19(5 Suppl):S31-6. [Medline].

Sumber: http://childrenallergyclinic.wordpress.com/2009/08/08/otitis-media-akut-infeksi-telinga-pada-
anak/

Daftar Pustaka

Sosialisman & Helmi. Kelainan Telinga Luar dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok,
Kepala & Leher. Ed. ke-5. dr. H. Efiaty Arsyad Soepardi, Sp.THT & Prof. dr. H. Nurbaiti Iskandar, Sp.THT
(editor). Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2006.
Otitis Media Akut (OMA) | kumpulan askep askeb | download KTI Skripsi | asuhan keperawatan
kebidanan
http://terselubung.cz.cc/
http://hennykartika.wordpress.com/2007/12/29/otitis-media-akut/

Вам также может понравиться