Вы находитесь на странице: 1из 10

Prosiding Seminar Kesehatan Perintis E-ISSN : 2622-2256

Vol. 1 No. 1 Tahun 2018

EFEKTIVITAS PEMBERIAN TERAPI OKUPASI : KOGNITIF (MENGINGAT


GAMBAR) TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN KOGNITIF ANAK
AUTISME USIA SEKOLAH DI SLB AUTISMA PERMATA BUNDA
KOTA BUKITTINGGI TAHUN 2017

Aldo Yuliano1) Darwin Efendi2), Yendrizal Jafri3),


1,3
) Dosen program studi ilmu keperawatan STIKes Perintis Padang
Email: aldoyuliano@ymail.com, yendizaljafri@ymail.com
2
) Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Perintis Padang
Email: darwin.efendi089@gmail.com

ABSTRACT

UNESCO reports that 35 million people have autism worldwide. This means an average of 6 out of
1,000 people in the world suffer from autism. In Indonesia alone in the Year 2015 is estimated there
are approximately 12,800 children with autism and 134.000 people with spectrum Autism. In West
Sumatera, the number of people with autism in schools was higher than the number of people with
autism in schools. This study aims to determine "the effectiveness of occupational therapy therapy:
cognitive (remember image) to increase cognitive abilities in children of school-aged autism At SLB
Autisma Permata Bunda Bukittinggi 2017". The type of this research is Quasi experiment with one
group pretest posttes approach. Sampling technique is a total sampling of 15 children of school-aged
autism children. Data collection using cognitive developmental observation sheets. The results
obtained before intervention were mean 60,27 (doubtful) and after intervention became mean 64,73
(according to development stage) where p value = 0.001 (α <0.05). It can be concluded that
occupational therapy: cognitive (remember image) is effective against the improvement of cognitive
abilities in school-age autism children. To the officials of SLB Autis Permata Bunda in order to
routinely perform occupational therapy as one of nursing intervention to cognitive development of
children with autism. It is expected that with this research, the therapies that have been studied can be
useful in providing intervention, especially children who experience cognitive developmental disorder
in order to better achievement in learning.

Keywords : Autism Children, Cognitive Development, Occupational Therapy

1. PENDAHULUAN gangguan fisik seperti kecacatan tubuh fisik,


maupun psikologis seperti autisme, serta
Anak merupakan anugrah Tuhan yang harus gangguan perilaku, maka dapat menghambat
dijaga dengan baik agar mampu melewati perkembangan dan pertumbuhannya pula
setiap fase tumbuh kembang dalam hidupnya. (Ekowarni, 2014). UNESCO melaporkan,
Periode emas atau golden (0-3 tahun) tercatat 35 juta orang menyandang autisme
merupakan masa anak mengalami diseluruh dunia. Ini berarti rata-rata 6 dari
pertumbuhan dan perkembangan secara cepat, 1.000 orang di dunia mengidap autisme.
hal ini mengisyaratkan bahwa apabila Penelitian Center For Diasase Control (CDC)
perkembangan pada asfek kognitif, motorik, di Amerika (2012), menyatakan bahwa
serta efektip bisa dicapai secara optimal yang perbandingan autisme adalah 1:68. Di Asia,
akan mendukung perkembangan anak penelitian Hongkong Study (2012) melaporkan
selanjutnya. Hal ini tentu saja bisa di capai tingkat kejadian autisme dengan prevelansi
apabila anak tumbuh secara normal, berarti 1,68 per 1.000 orang untuk anak dibawah 15
bahwa tidak ada gangguan yang di derita anak tahun (Sirrait, 2013). Tahun 2015 diperkirakan
baik secara fisik, psikologis, maupun terdapat kurang lebih 12.800 anak penyandang
perilakunya, sebaliknya jika anak memiliki

1
Prosiding Seminar Kesehatan Perintis E-ISSN : 2622-2256
Vol. 1 No. 1 Tahun 2018

autisme dan 134.000 penyandang spektrum dibekali serta dikembangkan sedini mungkin,
Autisme di Indonesia (Budiman,2015). tidak terkecuali anak berkebutuhan khusus
termasuk anak autisme.
Di Sumatera Barat sendiri sampai saat ini
belum ada data resmi tentang penderita Pada permasalahan kognitif, anak autisme
autisme, dikarenakan kehadiran anak autisme yang tergolong dalam usia dini mengalami
tidak menetap tiap semester. Dari hasil kesulitan dalam menerima materi
penelusuran jumlah penyandang autisme pembelajaran yang disebabkankurangnya
disekolah luar biasa di website dari 8 sekolah pemahaman anak dalam menerima informasi
yang menangani masalah autisme pada anak pembelajaran. Anak dengan gangguan autisme
terdapat jumlah penderita autisme yang mengalami kesulitan dalam memproses dan
ditangani disekolah tersebut berjumlah 374 menyimpan informasi non-visual (Dettmer,
orang (Amelia, 2013). dkk, 2000). Pendapat lain dikemukakan oleh
Sunardi dan Sunaryo (2007) hambatan
Di Bukittinggi terdapat 6 SLB yang perkembangan kognitif yang dimiliki anak
menampung anak autisme, namun sekolah autisme berbeda dengan anak pada umunya
yang menangani masalah autisme secara yang ditandai dengan acuh terhadap stimuli
khusus yaitu Yayasan Permata Bunda, Sekolah pendengaran dan mengalami kesulitan dalam
Luar Biasa Autis Permata Bunda. Sekolah ini memahami instruksi yang lebih kompleks.
berdiri sejak 03 Agustus 2016. Didapatkan Kesulitan dalam memahami informasi yang
data jumlah siswa Sekolah Luar Biasa Autis dihadapi individu dengan gangguan autisme
Permata Bunda tahun ajaran 2016/2017 tidak menutup anak autisme pada usia dini
menampung siswa sebanyak 61 murid. Dari 61 mendapatkan pembelajaran yang baik. Dalam
murid tersebut ada 15 orang anak autisme usia upaya membantu anak autisme meningkatkan
sekolah. pemahaman dalam konsep salah satunya
konsep ukuran, diberikan berbagai dukungan
Anak autisme memiliki kemampuan dan visual baik dua atau tiga dimensi di dalam
karakteristik yang berbeda satu sama lain, kegiatan pembelajaran. Menurut Quill, 1995
sehingga hal tersebut menentukan caranya (Dettmer dkk, 2000) yang menyatakan bahwa
berinteraksi terhadap diri dan lingkungan serta individu dengan gangguan autisme lebih
menjadikan anak autisme sebagai pribadi yang mudah untuk memperoleh informasi secara
unik. Ketidak mampuan dalam berkomunikasi visual dua atau tiga dimensi daripada stimulus
ini disebabkan adanya kerusakan sebagian pendengaran. Hal ini diperkuat oleh pendapat
fungsi otak. Gangguan perilaku ini dapat (Nawawi dkk, 2009) anak autisme juga lebih
berupa kurangnya interaksi social, mudah memahami hal konkrit yang dapat
penghindaran kontak mata, kesulitan dalam dilihat dan dipegang dari pada hal abstrak.
mengembangkan bahasa, pengulangan tingkah
laku, dan kurangnya kemampuan kognitif anak Autisme tidak dapat disembuhkan (not
autisme (Mangunsong,2009). curable) namun dapat diterapi (treatable).
Maksudnya adalah kelainan yang ada di dalam
Kemampuan kognitif merupakan salah satu otak tidak dapat diperbaiki, namun gejala-
aspek yang perlu dikembangkan oleh anak usia gejala yang ada dapat dikurangi semaksimal
dini dalam rangka mengembangkan mungkin misalnya dengan terapi, sehingga
pengetahuannya tentang apa yang dilihat, anak tersebut bisa berbaur dengan anak lain
didengar, diraba, dirasa, ataupun dicium secara normal (Widyawati, 2001).
melalui panca indera yang dimiliki. Kognitif
adalah sutau proses berpikir, yaitu kemampuan Untuk mengaktifkan sensasi dalam tubuh
individu untuk menghubungkan, menilai dan seseorang termasuk anak autisme perlu
mempertimbangkan suatu kejadian (Sujiono, keadaan yang rileks dan suasana yang
2008). Pengembangan aspek kognitif pada menyenangkan, karena dalam keadaan tegang
anak usia dini sebaiknya disesuaikan dengan seseorang tidak akan dapat menggunakan
tingkat perkembangan anak yang bertujuan otaknya dengan maksimal karena pikiran
untuk mengembangkan kemampuan berfikir. menjadi kosong (Denisson, 2006). Suasana
Oleh karenanya kemampuan kognitif sangat menyenangkan dalam hal ini berarti anak
penting bagi kehidupan seseorang dan perlu berada dalam keadaan yang sangat rileks, tidak

2
Prosiding Seminar Kesehatan Perintis E-ISSN : 2622-2256
Vol. 1 No. 1 Tahun 2018

ada sama sekali ketegangan yang mengancam syndrome, kesulitan belajar, keterlambatan
dirinya baik fisik maupun non fisik (Papalia, wicara, gangguan perkembangan (Cerebral
2008). Palsy/CP), Pervasive Developmental Disorder
(PDD) dan keterlambatan tumbuh kembang
Keadaan tersebut akan memberikan lainnya (Kosasih, 2012).
kenyamanan tersendiri bagi anak autisme
untuk mengembangkan kemampuan kognitif Tujuan Penelitian ini untuk Mempelajari
dan membuka jalan bagi anak autisme dalam efektifitas pemberian terapi okupasi: kognitif
mendayagunakan seluruh potensi yang (mengingat gambar) dalam meningkatkan
dimilikinya. Pengembangan kognitif yang kemampuan kognitif pada anak Autisme usia
dimaksudkan yaitu individu mampu sekolah
mengembangkan kemampuan persepsi, atensi,
ingatan (memory), berpikir, konsentrasi, fokus-
pemahaman terhadap simbol, melakukan 2. KAJIAN LITERATUR
penalaran dan memecahkan masalah Autisme berasal dari kata “auto” yang artinya
(Santrock, 2006). Dalam studi ini yang akan sendiri. Istilah ini dipakai karena mereka yang
diteliti adalah atensi, fokus pemahaman, mengidap gejala autisme seringkali memang
ingatan jangka pendek, dan konsentrasi yang terlihat seperti orang yang hidup sendiri.
juga menjadi bagian dari kemampuan kognitif Mereka seolah-olah hidup di dunianya sendiri
individu, dan biasanya terdapat hambatan pada dan terlepas dari kontak sosial yang ada
anak autisme (Santrock, 2006). Kemampuan disekitarnya. Autisme merupakan salah satu
kognitif berpusat pada organ otak individu, bentuk gangguan tumbuh kembang, berupa
sehingga untuk meningkatkan kemampuan sekumpulan gejala akibat adanya kelainan
kognitif seseorang bisa dengan mengaktifkan saraf – saraf tertentu yang menyebabkan
fungsi otak. fungsi otak tidak bekerja secara normal
sehingga mempengaruhi tumbuh kembang,
Untuk mencapai tingkat kemampuan kognitif kemampuan komunikasi, dan kemampuan
yang baik pada anak autisme, anak autisme interaksi sosialnya (Sunu, 2012).
perlu mendapatkan suatu terapi yang dapat
menunjang proses tersebut. Salah satu terapi Ciri-Ciri Autisme Gangguan pada Kognitif
yang bisa diberikan kepada anak Dalam bidang kognitif, mereka masih
autismeadalah terapi okupasi (Wahyu, 2012). mempunyai ingatan yang cukup baik, namun
kurang memiliki fantasi atau imajinasi
Terapi okupasi diberikan untuk melatih sehingga memiliki sifat ketidaktertarikan yang
kemandirian, kognitif (pemahaman), kompleks baik kepada orang, karakter
kemampuan sensorik dan kemampuan motorik khayalan, binatang, ataupun peran orang
anak dengan autisme. Terapi ini diberikan dewasa. Gangguan pada Bidang Interaksi
karena pada dasarnya anak dengan autisme SosialAnak autisme sering memperlihatkan
sangat bergantung dengan orang lain dan anak kurangnya respons sosial dan gagal
dengan autisme ini juga acuh sehingga mereka membentuk ikatan sosial sekalipun sudah
beraktifitas tanpa adanya komunikasi serta terbiasa bergaul dengan pengasuhnya.
tidak memperdulikan orang lain. Terapi Gangguan Bidang Komunikasi Sejak
okupasi ini sangat membantu anak dalam dilahirkan, anak autisme memiliki kontak
mengembangkan kemandirian serta sosial yang sangat terbatas. Perhatian mereka
meningkatkan fokus atau konsentrasi anak hampir tidak ada, terfokus kepada orang lain,
autisme dalam belajar (Qaharani, 2010). melainkan pada benda-benda mati yang
disertai dengan taktil kenestesis, yakni gerakan
Terapi okupasi selain digunakan untuk anak yang dilakukan bersamaan dengan nafsu
autisme dapat pula diterapkan untuk meraba-raba dirinya sendiri.
anak/orang dewasa yang mengalami kesulitan
belajar, hambatan motorik (cedera, stroke, Terapi Okupasi Terapi Okupasi berasal dari
traumatic brain injury), sensory processing kata Occupational Therapy. Occupational
disorders, cerebral palsy, down syndrome, diartikan sebagai suatu pekerjaan, dan
Attention Deficit Hyperactivity Disorder theraphy yang diartikan sebagai pengobatan.
(ADHD),genetic disorders, asperger’s Jadi terapi okupasi adalah suatu terapi yang

3
Prosiding Seminar Kesehatan Perintis E-ISSN : 2622-2256
Vol. 1 No. 1 Tahun 2018

memadukan antara seni dan ilmu pengetahuan Desain ini menggunakan pendekatan one
untuk mengarahkan penderita kepada suatu group pretest posttest.
aktivitas yang selektif agar kesehatan dapat Populasi Populasi dalam penilitian ini adalah
ditingkatkan dan dipertahankan, serta dapat seluruh anak Autisme usia sekolah di SLB
mencegah kecacatan melalui kegiatan dan Autis Permata Bunda yang berjumlah 15
kesibukan kerja untuk penderita cacat mental orang.
ataupun cacat fisik. Terapi okupasi membantu
individu yang mengalami gangguan dalam SampleSampel yang diambil dari penelitian
fungsi motorik, fungsi sensorik, fungsi ini adalah 15 orang anak autisme usia sekolah.
kognitif serta fungsi sosial yang menyebabkan
individu tersebut mengalami hambatan dalam Kriteria inklusi: Anak Autisme ringan dan
melakukan aktivitas perawatan diri, aktivitas sedang, Dapat melakukan aktivitas fisik, Dapat
produktifitas dan dalam aktivitas untuk diajak bekerja sama dengan peneliti
mengisi waktu luang Kriteria Ekslusi: Anak yang tidak kooperatif,
Anak dengan kelainan kongenital
Kognitif Anak Autisme Anak autisme
biasanya memilik tingkat kecerdasan Teknik Sampling Teknik samplingdalam
subnormal. Perkembangan mental anak penelitian ini adalah dengan cara sampling
autisme mungkin mengalami keterlambatan. jenuh atau total sampling.
Anak autisme memiliki perilaku yang kurang
baik. Anak autisme memiliki konsentrasi yang Instrumen Penelitian Pada penelitian ini,
buruk dan mudah terganggu. Kemampuan peneliti menggunakan lembar standar
anak autisme memiliki keterbatasan dalam operasional prosedur (SOP) terapi okupasi
berpikir ke depan. Kemampuan anak autisme (Mengingat Gambar) dan lembar observasi
dalam memecahkan masalah mengalami perkembangan kognitif yang dimodifikasi
keterlambatan. sendiri oleh peneliti sebagai instrumen
penelitian.
3. METODE PENELITIAN
Metode Pengumpulan Data Data ini telah
Desain Penelitia Penelitian ini merupakan diperoleh dengan cara teknik observasi dengan
penelitian kuantitatif dengan desain penelitian menggunakan alat ukur lembar observasi
yang digunakan adalah Quasi eksperimen. kognitif (mengingat gambar), untuk
mengetahui kognitif awal responden (pretest).

4. HASIL DAN PEMBAHASAN a. Kemampuan Kognitif Anak Autisme


Sebelum Dilakukan Tindakan Terapi
A. HASIL Okupasi (pre-test)

Tabel 1
Distribusi Rata-Rata Kemampuan Kognitif anak autisme usia sekolah di SLB Autisma Permata
Bunda Kota Bukittinggi sebelum diberikan tindakan terapi okupasi (pre-test)

Variabel Mean SD Min - Max 95% CI

Pre test 60,27 6,123 51,00-72,00 56,88-63,66

Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa rata-rata 6,123. Skor terendah 51,00 dan tertinggi
Kemampuan Kognitif anak autisme usia 72,00. Berdasarkan hasil estimasi interval
sekolah sebelum diberikan tindakan terapi diyakini bahwa 95% dipercaya bahwa rata-rata
okupasi adalah 60,27 dengan satandar deviasi skor Kemampuan Kognitif responden sebelum
intervensi berkisar antara 56,88-6

4
Prosiding Seminar Kesehatan Perintis E-ISSN : 2622-2256
Vol. 1 No. 1 Tahun 2018

b. Kemampuan Kognitif Anak Autisme


Setelah Dilakukan Tindakan Terapi
Okupasi (post-test)
Tabel 2
Distribusi Rata-Rata Kemampuan Kognitif anak autisme usia sekolah di SLB Autisma Permata
Bunda Kota Bukittinggi setelah diberikan tindakan terapi okupasi (post-test)

Variabel Mean SD Min - Max 95% CI

Post test 64,73 5,535 55,00-76,00 61,67-67,80

Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa rata-rata 76,00. Berdasarkan hasil estimasi interval
kemampuan kognitif anak autisme usia diyakini bahwa 95% dipercaya bahwa rata-rata
sekolah setelah diberikan tindakan terapi skor kemampuan kognitif responden setelah
okupasi adalah 64,73 dengan satandar deviasi intervensi berkisar antara 61,67-67,80.
5,535. Skor terendah 55,00 dan tertinggi

c. Efektifitas Pemberian Terapi Okupasi:Kemampuan Kognitif (Mengingat Gambar)


Terhadap Peningkatan Kemampuan Kognitif Pada Anak Autisme Usia Sekolah Di SLB
Autisma Permata Bunda Kota Bukittinggi.

Tabel 3
Analisa Rerata Perkembangan Kemampuan Kognitif Anak Autisme Usia Sekolah Sebelum
diberikan Tindakan Terapi Okupasi (pre-test) dan Setelah diberikan Tindakan Terapi Okupasi
(post-test) di SLB Autisma Permata Bunda Kota Bukittinngi

Pemberian terapi Mean


Mean SD 95% CI PValue
okupasi Different

Pre test 60,27 6,123 56,88-63,66


4,46 0,001
Post test 64,73 5,535 61,67-67,80

Berdasarkan table 3 diketahui bahwa rata-rata kemampuan kognitif anak autisme usia
skor perkembangan kemampuan kognitif anak sekolah setelah pemberian terapi okupasi
autisme usia sekolah sebelum pemberian terapi (post-test) berkisar antara 61,67-67,80. Hal ini
okupasi (pre-test) adalah 60,27 dengan menunjukkan adanya peningkatan
standart deviasi 6,123. Hasil estimasi interval perkembangan kemampuan kognitif anak
95% diyakini bahwa rerata perkembangan autisme usia sekolah setelah dilakukan
kemampuan kognitif anak autisme usia tindakan terapi okupasi dengan sebesar 4,46.
sekolah sebelum pemberian terapi okupasi Hasil analisa statistik menggunakan uji Paired
(pre-test) berkisar antara 56,88-63,66. sample T test didapatkan nilai sig/
Sedangkan rata-rata skor perkembangan pvalue=0,001maka 0,001< 0,05 jika pvalue kecil
kemampuan kognitif anak autisme usia dari a (0,05) maka H0 ditolak. Dengan kata lain
sekolah setelah pemberian terapi okupasi dapat diartikan pemberian terapi okupasi:
(post-test) adalah 64,73 dengan standart kognitif (mengingat gambar) efektif
deviasi 5,535. Hasil estimasi interval 95% meningkatkan kemampuan Kognitif pada
diyakini bahwa rerata skor perkembangan anak autisme usia sekolahdi SLB Permata
Bunda Bukittinggi Tahun 2017.

5
Prosiding Seminar Kesehatan Perintis E-ISSN : 2622-2256
Vol. 1 No. 1 Tahun 2018

B. PEMBAHASAN estimasi interval diyakini bahwa 95%


dipercaya bahwa rata-rata skor kemampuan
Kemampuan Kognitif Anak Autisme kognitif responden setelah intervensi berkisar
Sebelum Diberikan Tindakan Terapi antara 61,67-67,80.
Okupasi (pre-test). Berdasarkan hasil
penelitian yang dilakukan terhadap 15 anak Penelitian terkait yang dilakukan oleh Evi
autisme usia sekolah di SLB Autisma Permata Hasnita (2015) tentang Efektifitas Terapi
Bunda Kota Bukittiggi tahun 2017 Sebelum Okupasi Terhadap Perkembangan Motorik
dilakukan intervensi Terapi Okupasi diketahui Halus Anak Autisme yang dilakukan kepada
rata-rata 60,27 dengan satandar deviasi 6,123. 16 responden diketahui rata-rata
Skor terendah 51,00 dan tertinggi 72,00. perkembangan motorik halus 7,85 dengan
Berdasarkan hasil estimasi interval diyakini satandar deviasi 0,376. Skor terendah 3 dan
bahwa 95% dipercaya bahwa rata-rata skor tertinggi 4. Berdasarkan hasil estimasi interval
Kemampuan Kognitif responden sebelum diyakini bahwa 95% dipercaya bahwa rata-rata
intervensi berkisar antara 56,88-63,66. skor Kemampuan motorik halus responden
sebelum intervensi berkisar antara 7,62-8,07.
Penelitian terkait yang dilakukan oleh Evi Terapi okupasi adalah terapi untuk membantu
Hasnita (2015) tentang Efektifitas Terapi seseorang menguasai keterampilan motorik
Okupasi Terhadap Perkembangan Motorik kasar dan motorik halus dengan lebih baik.
Halus Anak Autisme yang dilakukan kepada Terapi okupasi dilakukan untuk membantu
16 responden diketahui rata-rata menguatkan, memperbaiki koordinasi dan
perkembangan motorik halus 3,63 dengan keterampilan otot pada anak dengan kata lain
satandar deviasi 0,506. Skor terendah 3 dan untuk melatih motorik kasar dan motorik halus
tertinggi 4. Berdasarkan hasil estimasi interval anak (Santoso, 2008).
diyakini bahwa 95% dipercaya bahwa rata-rata
skor Kemampuan motorik halus responden Menurut Piaget Perkembangan kognitif
sebelum intervensi berkisar antara 3,31-3,92. merupakan suatu proses yang bersifat
Piaget menyakini bahwa anak tidak hanya kumulatif. Artinya, perkembargan terdahulu
mengobservasi dan mengingat apa-apa yang akan menjadi dasar bagi perkembangan
mereka lihat dan dengar secara pasif. selanjutnya. Dengan demikian, apabila teriadi
Sebaliknya mereka secara natural memiliki hambatan pada perkembangan terdahulu maka
rasa ingin tahu tentang dunia mereka dan perkembangan selanjutnya akan memperoleh
secara aktif berusaha mencari informasi untuk hambatan (Soetjiningsih, Suandi 2008).
membantu pemahaman dan kesadarannya
tentang realitas dunia yang mereka hadapi itu. Pengembangan aspek kognitif pada anak usia
Dalam memahami dunia mereka secara aktif, dini sebaiknya disesuaikan dengan tingkat
anak-anak menggunakan apa yang disebut perkembangan anak yang bertujuan untuk
oleh piaget dengan ” schema” (skema), yaitu mengembangkan kemampuan berfikir. Oleh
konsep atau kerangka yang ada dalam pikiran karenanya kemampuan kognitif sangat penting
anak yang digunakan untuk bagi kehidupan seseorang dan perlu dibekali
mengorganisasikan dan mengimplementasikan serta dikembangkan sedini mungkin, tidak
informasi. terkecuali anak berkebutuhan khusus termasuk
anak autisme.

Kemampuan Kognitif Anak Autisme Efektifitas Pemberian Terapi


Setelah Diberikan Tindakan Terapi Okupasi:Kemampuan Kognitif (Mengingat
Okupasi (post-test). Berdasarkan hasil Gambar) Terhadap Peningkatan
penelitian yang dilakukan terhadap 15 anak Kemampuan Kognitif Pada Anak Autisme
autisme usia sekolah di SLB Autisma Permata Usia Sekolah Di SLB Autisma Permata
Bunda Kota Bukittiggi tahun 2017 Setelah Bunda Kota Bukittinggi. diketahui bahwa
dilakukan intervensi Terapi Okupasi diketahui rata-rata skor perkembangan kemampuan
rata-rata perkembangan kognitif adalah 64,73. kognitif anak autisme usia sekolah sebelum
dengan satandar deviasi 5,535. Skor terendah pemberian terapi okupasi (pre-test) adalah
55,00 dan tertinggi 76,00. Berdasarkan hasil 60,27 dengan standart deviasi 6,123. Hasil

6
Prosiding Seminar Kesehatan Perintis E-ISSN : 2622-2256
Vol. 1 No. 1 Tahun 2018

estimasi interval 95% diyakini bahwa rerata mengalami kemajuan ternyata lebih banyak
perkembangan kemampuan kognitif anak dari golongan <5 tahun, sehingga hal ini
autisme usia sekolah sebelum pemberian terapi mungkin mempercepat kemajuan anak. Pada
okupasi (pre-test) berkisar antara 56,88-63,66. saat terapi okupasi diberikan terapis melatih
Sedangkan rata-rata skor perkembangan keterampilan anak dengan suasana yang
kemampuan kognitif anak autisme usia menyenangkaan sambil mengajak anak
sekolah setelah pemberian terapi okupasi bermain sehingga membangkitkan minat untuk
(post-test) adalah 64,73 dengan standart berlatih. Terapi yang diberikan tidak terlalu
deviasi 5,535. Hasil estimasi interval 95% lama tapi sering dan terapis akan
diyakini bahwa rerata skor perkembangan mengehentikannya jika anak tampak bosan.
kemampuan kognitif anak autisme usia Pada beberapa anak yang tidak mengalami
sekolah setelah pemberian terapi okupasi kemajuan pada saat dilakuka terapi anak dalam
(post-test) berkisar antara 61,67-67,80. Hal ini keadaan emosi sehingga anak menarik diri.
menunjukkan adanya peningkatan Salah satu tujuan terapi okupasi yaitu
perkembangan kemampuan kognitif anak diversional dimana kegiatan ini untuk
autisme usia sekolah setelah dilakukan menyalurkan emosi dan kekesalan, sehingga
tindakan terapi okupasi dengan sebesar 4,46. walaupun anak marah pada situasi atau
Hasil analisa statistik menggunakan uji Paired tekanan yang dihadapi, anak tidak akan
sample T test didapatkan nilai sig/ menarik diri dan mudah tersinggung.
pvalue=0,001maka 0,001< 0,05 jika pvalue kecil
dari a (0,05) maka H0 ditolak. Dengan kata lain Penelitian terkait juga pernah dilakukan oleh
dapat diartikan Pemberian terapi okupasi: oleh Rika Sabri, dkk (2006) tentang pengaruh
kognitif (mengingat gambar) efektif terapi autis terhadap kemajuan anak autis di
meningkatkan kemampuan Kognitif pada Sekolah Khusus Autisme di Kota Padang,
anak autisme usia sekolahdi SLB Permata didapatkan dari 27 anak yang melakukan
Bunda Bukittinggi Tahun 2017. terapi okupasi yang baik, ada 25 anak (92,6%)
yang mengalami kemajuan. Hal ini mungkin
Menurut Mona (2006) dalam The American disebabkan oleh metode yang diterapkan oleh
Journal of Occupational Therapy yang sekolah ini dimana metode yang diterapkan
dilakukan pada anak autisme di Amerika sistematis dan terstruktur. Hasil penelitian ini
dengan menggunakan terapi okupasi bantuan relevan dengan penelitian yang telah dilakukan
binatang didapatkan belum ada perkembangan oleh dr. Mary Law (2006) tentang Autisme
emampuan kognitif pada anak autisme tanpa Spectrum Disoders and Occupational. Therapy
adanya intervensi terapi okupasi dengan diketahui bahwa Occupational Therapy
melibatkan binatang. Adanya keterlibatan berpengaruh terhadap peningkatan motorik
binatang dalam terapi okupasi dapat anak dari pengukuran pertama 68,5% dan
memberikan kesempatan anak untuk setelah diberikan intervensi berubah menjadi
menginterpretasikan dan menanggapi setiap 82%.
perubahan sosial dan binatang sebagai
jembatan untuk mengintrepretasikannya. Penelitian yang dilkakukan Fitriana (2014)
tentang Pengaruh Terapi Okupasi Terhadap
Menurut Reneetal (2007) dalam American Perkembangan Motorik Halus Anak Autis di
Journal of Occupational Therapy menyatakan SLB PGRI Plosoklaten Kediri, didapatkan
terapi okupasi merupakan salah satu intervensi rata-rata perkembangan motorik halus 42,67
yang dirancang untuk membantu sebelum diberikan terapi okupasi dan
perkembangan anak-anak cacat. Banyak cara didapatkan rata-rata perkembangan
yang dilakukan diantaranya bahasa tubuh dan motorikhalus 68,2 setelah diberikan terapi
interaksi sosial. Hasil penelitian menunjukkan okupasi dan terapi yang lain diberikan ada
terdapat pengaruh terapi okupasi terhadap efek yang postitif terhadap perkembangan
perkembangan anak-anak cacat terutama anak motorik halus pada anak autis di SLB PGRI
autisme (p=0,003). Menurut analisa peneliti Plosoklaten.
kemampuan terapis juga memegang peranan
penting dalam mengoptimalkan terapi pada Penelitian lain yang dilakukan oleh Evi
anak autisme. Dari hasil penelitian Hasnita (2015) tentang Efektifitas Terapi
Reneetal(2007) didapatkan bahwa anak yang Okupasi Terhadap Perkembangan Motorik

7
Prosiding Seminar Kesehatan Perintis E-ISSN : 2622-2256
Vol. 1 No. 1 Tahun 2018

Halus Anak Autisme yang dilakukan kepada autisme usia sekolah setelah dilakukan
16 responden didapatkan rata-rata tindakan terapi okupasi dengan sebesar 4,46.
perkembangan motorik halus 3,63 sebelum Hasil analisa statistik menggunakan uji Paired
diberikan terapi okupasi dan didapatkan rata- sample T test didapatkan nilai sig/
rata perkembangan motorik halus 7,85 setelah pvalue=0,001maka 0,001< 0,05 jika pvalue kecil
diberikan terapi okupasi dengan mean deferent dari a (0,05) maka H0 ditolak. Dengan kata lain
4,23. dapat diartikan Pemberian terapi okupasi:
kognitif (mengingat gambar) efektif
Terapi okupasi adalah terapi untuk membantu meningkatkan kemampuan Kognitif pada
seseorang menguasai keterampilan motorik anak autisme usia sekolahdi SLB Permata
kasar dan motorik halus dengan lebih baik. Bunda Bukittinggi Tahun 2017.
Terapi okupasi dilakukan untuk membantu
menguatkan, memperbaiki koordinasi dan Menurut analisa peneliti perkembangan
keterampilan otot pada anak dengan kata lain kognitif anak autisme sebelum diberikan terapi
untuk melatih motorik kasar dan motorik halus okupasi yang masih diragukan dapat dilihat
anak (Santoso, 2008). dari hasil observasi berdasarkan skala
perkembangan kognitif didapatkan 9 orang
Menurut Piaget Perkembangan kognitif (60%) berada diskala tidak normal atau
merupakan suatu proses yang bersifat kognitif kurang baik dan 6 orang (40%) berada
kumulatif. Artinya, perkembargan terdahulu diskala normal atau kognitif baik. Dari hasil
akan menjadi dasar bagi perkembangan observasi didapatkan rata-rata perkembangan
selanjutnya. Dengan demikian, apabila teriadi kognitif anak meningkat dimana pada hari
hambatan pada perkembangan terdahulu maka pertama didapatkan rata-rata sebesar 7,47.
perkembangan selanjutnya akan memperoleh Hari kedua didapatkan rata-rata sebesar 8,5.
hambatan (Soetjiningsih, Suandi 2008). Dihari ketiga didapatkan rata-rata sebesar 9,5.
Dihari keempat didapatkan rata-rata sebesar
Pada penelitian ini dilakukan pretest sebelum 11. Dihari kelijma didapatkan rata-rata sebesar
diberikan perlakuan dan postest sesudahnya 13. Dan dihari keenam didapatkan rata-rata
untuk mengetahui perbedaan kemampuan sebesar 14. Jadi peneliti menyimpulkan
kognitif sebelum dan sesudah diakukan terapi perkembangan kognitif anak autisme di SLB
okupasi. Berdasarkan hasil penelitian yang Autis Permata Bunda meningkat setiap
dilakukan, dapat dilihat distribusi respondent harinya. Namun anak masih belum mampu
dari hasil pengukuran terhadap nilai pretest melakukan tindakan seperti menyebutkan
dan postest perkembangan kemampuan kegunaan gambar, menggambar karakter yang
kognitif dari 15 orang responden setelah ada digambar, dan menyebutkan satu benda
dilakukan tindakan terapi okupasi. diketahui lain yang sejenis dengan gambar. Anak masih
bahwa rata-rata skor perkembangan memerlukan bantuan orangtua, guru maupun
kemampuan kognitif anak autisme usia terapis dalam melakukan hal tersebut. Kondisi
sekolah sebelum pemberian terapi okupasi ini dapat disebabkan gangguan perkembangan
(pre-test) adalah 60,27 dengan standart deviasi fungsi otak yang mencakup bidang sosial dan
6,123. Hasil estimasi interval 95% diyakini afek, komunikasi verbal (bahasa) dan non–
bahwa rerata perkembangan kemampuan verbal, imajinasi, fleksibilitas, lingkup interest
kognitif anak autisme usia sekolah sebelum (minat), kognisi dan atensi. Sehingga perlu
pemberian terapi okupasi (pre-test) berkisar proses waktu untuk membentuk perkembangan
antara 56,88-63,66. Sedangkan rata-rata skor motorik halus tanpa adanya terapi yang efektif.
perkembangan kemampuan kognitif anak Sementara itu peneliti menganalisa bahwa
autisme usia sekolah setelah pemberian terapi setelah dilakukan Terapi Okupasi terdapat
okupasi (post-test) adalah 64,73 dengan peningkatan kemampuan kognitif anak dengan
standart deviasi 5,535. Hasil estimasi interval Autisme adanya perkembangan kemampuan
95% diyakini bahwa rerata skor perkembangan kemampuan kognitif pada anak autisme, hal
kemampuan kognitif anak autisme usia ini terlihat dari hasil observasi tindakan
sekolah setelah pemberian terapi okupasi menyebutkan nama gambar didapatkan
(post-test) berkisar antara 61,67-67,80. Hal ini sebagian besar responden (93,3%) melakukan
menunjukkan adanya peningkatan semua terapi tanpa bantuan. Dari hasil
perkembangan kemampuan kognitif anak observasi didapatkan rata-rata perkembangan

8
Prosiding Seminar Kesehatan Perintis E-ISSN : 2622-2256
Vol. 1 No. 1 Tahun 2018

kognitif anak meningkat dimana pada hari dan interaksi sosial, meningkatkan
pertama didapatkan rata-rata sebesar 8,47. keterampilan kognitif dan persepsi,
Hari kedua didapatkan rata-rata sebesar 9,5. meningkatkan keterampilan bantu diri, dan
Dihari ketiga didapatkan rata-rata sebesar 10. mengembangkan konsep diri agar anak bisa
Dihari keempat didapatkan rata-rata sebesar mengontrol dan memimpin dirinya sendiri.
11. Dihari kelijma didapatkan rata-rata sebesar
13. Dan dihari keenam didapatkan rata-rata Penelitian ini juga menemukan bahwa terapi
sebesar 15. Jadi peneliti menyimpulkan okupasi dengan tindakan yang sederhana,
perkembangan kognitif anak autisme di SLB mudah dan singkat ini, tidak dirasakan
Autis Permata Bunda setelah diberikan terapi demikian bagi anak-anak autisme yang masih
okupasi mengingat gambar meningkat setiap merasa kesukaran dalam mengikutinya. Dalam
harinya. pelaksanaannyapun suasana hati (mood) dan
kemampuan anak autisme berbeda satu sama
Menurut asumsi peneliti dari penelitian ini lain, sehingga subyek memiliki perbedaan
ditemukan juga bahwa adaptasi pada anak- kualitas dalam hal mengikuti terapi okupasi
anak autisme membutuhkan waktu yang lebih secara optimal, maka peneliti meminimalisir
panjang dibandingkan dengan anak pada kendala ini dengan metode Individualized
umumnya. Terbukti dari pelaksanaan terapi Education Programme (IEP), yaitu tindakan
okupasi, yaitu pada pertemuan yang ke 5 baru dilakukan secara individu dengan dilengkapi
terlihat perkembangan kognitif anak autisme, data observasi lengkap. Berdasarkan hasil
terdapat kendala perilaku anak-anak autisme penilitian terkait selain meningkatkan
yang sebagian besar menunjukkan keengganan kemampuan kognitif terapi okupasi juga
menemui peneliti dan melakukan terapi efektif terhadap peningkatan kemandirian dan
okupasi. Dari 15 anak yang diberikan terapi kemampuan motorik halus anak berkebutuhan
okupasi mengingat gambar ada satu orang khusus seperti autisme.
anak yang kognitif kurang baik yaitu An.R
dilihat dari hasil observasi sebelum dilakukan 5. KESIMPULAN
terapi okupasi mengingat gambar selama enam
hari di dapatkan jumlah sebesar 69 sedangkan Rata-rata kemampuan kognitif anak autisme
dari hasil observasi setelah dilakukan terapi usia sekolah di SLB Autisma Permata Bunda
okupasi mengingat gambar didapatkan jumlah Kota Bukittinggi sebelum diberikan tindakan
sebesar 65 dengan artian An.R mengalami terapi okupasi (pre-test) adalah 60,27.
penurunan kemampuan kognitif sebelum dan
sesudah dilakukan terapi okupasi dengan Rata-rata kemampuan kognitif anak autisme
penurunan sebesar 4. Selama melakukan usia sekolah di SLB Autisma Permata Bunda
penelitian di SLB Autis Permata Bunda Kota Bukittinggi setelah diberikan tindakan
peneliti dapat menyimpulkan bahwasannya terapi okupasi (post-test) adalah 64,73.
An.R mengalami kesulitan dalam
berkomunikasi , menulis dan mendengar. An.R Terdapat perbedaan yang signifikan dengan
tidak mampu melakukan tindakan yang pvalue =0,001 (α=0,05) dengan kata lain
diberikan peneliti secara mandiri tetapi harus Pemberian terapi okupasi: kognitif (mengingat
dengan bantuan guru ataupun peneliti sendiri. gambar) efektif meningkatkan kemampuan
Kognitif pada anak autisme usia sekolah di
Terapi okupasi menggunakan aktifitas okupasi SLB Permata Bunda Bukittinggi Tahun 2017.
anak untuk meningkatkan keterampilan yang
diperlukan sebagai fondasi untuk 6. REFERENSI
mengembangkan keterampilan yang
diperlukan agar anak mampu mandiri. Amelia, 2013. Data autisme di Sumatera Barat
Beberapa keterampilan yang perlu http://autismendonesia.org/, diakses 9
dikembangkan antara lain: keterampilan Maret 2015
regulasi dan control diri anak agar mampu Budiman, (2015). Data autisme di Indonesia
berpartisipasi input sensori yang masuk, http://autismendonesia.org/, diakses 9
mengembangkan keterampilan motorik kasar Maret 2015
dan halus serta koordinasi gerak, Denisson, 2006. Tumbuh Kembang Anak”.
mengembangkan keterampilan komunikasi Dalam: Ranung IGNG, penyunting.

9
Prosiding Seminar Kesehatan Perintis E-ISSN : 2622-2256
Vol. 1 No. 1 Tahun 2018

Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: Based Occupational Therapy


Penerbit Buku Kedokteran EGC, Intervention on Children With Autism
1998.h.1-36. Spectrum Disorders. The American
Dettmer, dkk, 2000. Perkembangan Kognitif
Journal of Occupational Therapy
Anak Autisme. Anakku autisme,aku
harus bagaimana, PT bhuana ilmu Journal Volume 61, Number 5. Diunduh
populer, jakarta dari www.search. proquest.com
Ekowarni, 2014. Autisme. Sabri, Rika et al. 2006. Pengaruh Terapi Autis
www.autism.society.org. 2014 diakses Terhadap Kemajuan Anak Autis Di
tanggal 09 Maret 2014 Sekolah Khusus Autisme Di Kota
Kosasih, 2012. Standar Pelayanan Terapi Padang. Diakses dari:
Okupasi. Jakarta : MenKes RI
http://repository.unand.ac.id/1808/1/r
Manguansong, 2009. Anak Penderita Autis
Ada Di Sekeliling Kita. [Online], ika_sabri-BBI-20060rin.doc (10
diakses dari: Juli2014)
http://jaringnews.com/hidupsehat/umum Santrock, J. W. (2006). Psychology (8th ed.).
/38230/anak-penderita-autis-ada-di New York, NJ: McGraw Hill.
sekeliling-kita (7 Januari 2009) Sirrait, Nikky. 2013. Anak Penderita Autis
Nawawi dkk, 2009. Melatih Motorik Anak Ada Di Sekeliling Kita. [Online],
autisme dengan Metode Persiapan diakses dari:
Menulis di TK Permata Bunda http://jaringnews.com/hidupsehat/umum
Surakarta. Surakarta : UMS /38230/anak-penderita-autis-ada-di
Rahayu, Metha Kemala. (2011). Pengalaman sekeliling-kita (10 Juli 2014)
Hidup Orangtua Anak Penyandang Soetjiningsih. “Tumbuh Kembang Anak”.
Autis Setelah Berhasil Diterapi Dalam: Ranung IGNG, penyunting.
Disekolah Autis Dikota Padang Tahun Tumbuh Kembang Anak. Jakarta:
2010. http://repository.unand.ac.id/ Penerbit Buku Kedokteran EGC,
diaksespada 23 juni 2014 pukul 12.23
1998.h.1-36.
WIB.
Renetal. Watling, Jean Dietz.2007. Immediate
Effect of Ayres’s Sensory Integration–

10

Вам также может понравиться