Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Sejarah Artikel
Abstract
Pulmonary tuberculosis is a direct infectious disease caused by Mycrobacterium Tuberculosis which attacks the lungs and
other organs. The purpose of this case study is to apply nursing care to patients with pulmonary tuberculosis with nursing
problems of nutritional imbalances less than the body's needs. Nursing care for patients with pulmonary tuberculosis with
nursing problems less than the body's needs is done in the Asoka Room Dr. Harjono Ponorogo for 3 days in August 2019. The
method used was the nursing process. The results of the study were obtained by Mr. T experienced nausea, dry lips, bitter
tongue, and no appetite, ate only 6 tablespoons, weighed 48kg. Nursing measures are carried out to assess nutritional status,
monitor the amount of nutrition, body weight, skin turgor, nausea, vomiting, monitor hemoglobin, hematocrit, monitor
conjunctiva, increase iron intake, increase protein intake, provide information about nutrition, provision of selected foods,
administration pharmacological therapy and collaboration with nutritionists. Nursing care is expected to be able to provide
education about the proper handling and prevention of recurrence.
Keywords: Pulmonary Tuberculosis, Nutrition
Abstrak
Tuberkulosis paru adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman Mycrobacterium Tuberculosis yang
menyerang paru dan organ tubuh lainnya. Tujuan studi kasus ini adalah menerapkan asuhan keperawatan pasien tuberkulosis
paru dengan masalah keperawatan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Asuhan keperawatan pada
penderita tuberkulosis paru dengan masalah keperawatan kurang dari kebutuhan tubuh dilakukan di Ruang Asoka RSUD Dr.
Harjono Ponorogo selama 3 hari pada bulan Agustus 2019. Metode yang digunakan adalah proses keperawatan. Hasil
pengkajian didapatkan Tn. T mengalami mual, bibir terasa kering, lidah pahit, dan tidak nafsu makan, makan hanya 6 sendok
makan, berat badan 48 kg. Tindakan keperawatan yang dilakukan mengkaji status nutrisi, monitor jumlah nutrisi, berat badan,
turgor kulit, mual-muntah, monitor Hemoglobin, Hematokrit, monitor konjungtiva, meningkatkan intake zat besi,
meningkatkan intake protein, pemberian informasi tentang nutrisi, pemberian makanan yang terpilih, pemberian terapi
farmakologi dan kolaborasi dengan ahli gizi. Asuhan keperawatan ini diharapkan mampu memberikan edukasi tentang
penanganan dan pencegahan kekambuhan yang tepat.
Kata Kunci: Tuberkulosis Paru, Nutrisi
How to Cite: Siska Alif Tania, Sholihatil Maghfirah, Siti Munawaroh (2020). Studi Kasus: Upaya Pemenuhan Kebutuhan
Nutrisi Pada Penderita Tuberkulosis Paru Di Ruang Asoka RSUD Dr. Harjono Ponorogo. Penerbitan Artikel llmiah
Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Ponorogo, Vol 4 (No 1).
PENDAHULUAN
Tuberkulosis paru (TB paru) adalah Jawa Barat (Kemenkes, 2011). Provinsi
penyakit infeksius, yang terutama Jawa Timur pada tahun 2015 menempati
menyerang penyakit parenkim paru dan urutan kedua di Indonesia dalam jumlah
penyakit infeksi yang disebabkan bakteri penemuan penderita penemuan TB BTA +
berbentuk batang (basil) yang dikenal kasus baru. Pada tahun 2016, jumlah
dengan nama Mycobacterium tuberculosis semua kasus TB diobati sebanyak 47.478
(Depkes RI, 2012). Menurut World Health kasus dari perkiraan jumlah kasus sebesar
Organization (WHO) laporan global 2013 123.414 kasus atau Case Detection Rate
mengatakan bahwa penderita TB di dunia (CDR) TB sebesar 39% (Profil Kesehatan
sebanyak 9 juta orang dan 1,5 juta orang Provinsi Jawa Timur, 2016).
diantaranya meninggal akibat TB, Tuberkulosis dapat menular
Indonesia termasuk sebagai salah satu dari diakibatkan karena kebiasaan buruk pasien
22 negara yang memiliki beban TB yang TB paru yang meludah sembarangan.
tinggi (High Burden Countries-HBC). Selain itu, kebersihan lingkungan juga
Jumlah kasus baru TBC di Indonesia tahun dapat mempengaruhi penyebaran virus.
2013 sebanyak 460.000 dan sekitar Misalnya, rumah yang kurang baik dalam
140.000 kematian di Indonesia setiap pengaturan ventilasi. Kondisi lembab
tahunnya disebabkan oleh TBC (WHO, akibat kurang lancarnya pergantian udara
2013). dan sinar matahari dapat membantu
Indonesia sampai dengan tahun 2014 berkembang biaknya virus (Sunaryo,
menempati urutan kedua dari 5 negara 2013). Lingkungan yang lembab, gelap
terbesar di dunia sebagai penyumbang dan tidak memiliki ventilasi memebrikan
penderita TB terbanyak setelah negara andil besar bagi seseorang terjangkit TB
India, China, Nigeria dan Pakistan. Pada paru, penyakit TB paru sangat cepat
tahun 2015, beban global penyakit TB menyebar dan menginfeksi manusia
(prevalensi dan mortalitas) akan relatif terutama bagi kelompok sosial ekonomi
dibandingkan tahun 1990, dan setidaknya rendah dan kurang gizi. Kecepatan
70% orang yang terinveksi TB dapat penyebaran infeksi TB paru sangat tinggi,
dideteksi dengan strategi DOTS dan 85% maka tidak berlebihan jika penyakit TB
diantaranya dinyatakan sembuh merupakan penyakit yang mematikan
(Kemenkes RI, 2015). (Anggraeni, 2012).
Di Provinsi Jawa Timur memiliki Penyakit infeksi dan kurangnya
kasus TB terbanyak kedua setelah Provinsi makan tambahan pada umumnya
Health Sciences Journal Vol 4 (No 1)(2020): 1 - 1 4 |3
2 hari. Pada hari Rabu, 24 Juli 2019 pasien paru terdapat frekuensi pernafasan
semakin lemas dan tidak nafsu makan 18x/menit, palpasi vokal premitus redup
kemudian oleh keluarga langsung dibawa pada paru kiri, perkusi pekak dan
ke IGD RSU Muhammadiyah Ponorogo, auskultasi vesikuler, tidak ada suara
kemudian dianjurkan untuk dirawat inap tambahan, pada pemeriksaan abdomen
selama 4 hari, kemudian pasien dirujuk ke didapatkan auskultasi bising usus
RSUD Dr. Harjono Ponorogo pada tanggal 12x/menit, perkusi timpani dan palpasi
26 Juli 2019. Pasien rawat inap di ruang tidak ada nyeri tekan. Pada pemeriksaan
Mawar. Pasien di pindah ke ruang Asoka integumen didapatkan turgor kulit
pada tanggal 1 Agustus 2019. Sampai di menurun, akral hangat. Pada pemeriksaan
Ruangan Pasien masih mengeluhkan laboratorium pada tanggal 1 Agustus 2019
badan lemas dan mual. didapatkan Hemoglobin 9.5 g/dL dan
Pada saat pengkajian tanggal 2 Hematokrit 28.6 %. Dari pengkajian diatas
Agustus 2019 jam 13.00 WIB pasien diperoleh data subyektif: Pasien
mengatakan mual, mulut kering, lidah mengatakan mual, mulut terasa kering, dan
terasa pahit, dan tidak nafsu makan, makan lidah terasa pahit, nafsu makan menurun,
hanya habis 6 sendok makan. Pasien makan 6 sendok. Data objektif didapatkan
tampak lemas dan pucat. Terpasang infus BB sebelum sakit: 53 kg, BB saat sakit: 48
Natrium Chlorid 0,9% 500 ml di tangan kg, TB: 172 cm, LILA: 22 cm, IMT 16,27.
kanan. Pada status nutrisi, tanggal 2 Hemoglobin 9.5 g/dL, Hematokrit 28.6%.
Agustus 2019 nafsu makan pasien Konjungtiva anemis, bising usus
menurun, pada saat pengkajian pasien 12x/menit, timpani, turgor kulit menurun.
diberi diet makanan lunak (nasi, lauk, Diet makanan lunak (nasi, lauk, sayur dan
sayur dan buah) 3x sehari, tidak habis (6 buah) 3x/hari, minum ± 400 cc.
sendok), minum ± 2 gelas sehari (400 cc
sehari). 2. Diagnosa keperawatan.
Pemeriksaan fisik, didapatkan Diagnosis keperawatan adalah
kesadaran compos mentis, tekanan darah : respons individu terhadap rangsangan
110/70 mmHg, nadi: 88 x/menit, respirasi: yang timbul dari diri sendiri maupun luar
18 x/menit, suhu: 36,2°C, tinggi badan 172 (lingkungan) (Nursalam, 2015).
cm, berat badan sebelum sakit 53 kg, saat Berdasarkan hasil pengkajian dan
sakit 48 kg dan LiLA 22 cm, IMT 16,27. pemeriksaan fisik pada Tn. T dirumuskan
Pada pemeriksaan mata didapatkan diagnosa keperawatan yang muncul adalah
konjungtiva anemis, pada pemeriksaan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
Health Sciences Journal Vol 4 (No 1)(2020): 1 - 1 4 |5
kebutuhan tubuh berhubungan dengan protein, Hb, dan kadar Ht, monitor pucat,
kurangnya asupan makanan sesuai dengan kemerahan, dan kekeringan jaringan
tanda dan gejala yang muncul pada klien konjungtiva
seperti mual dan muntah, tidak nafsu
makan, lemas, penurunan berat badan, 4. Implementasi.
konjungtiva anemis, bising usus Implementasi keperawatan dilakukan
meningkat, timpani dan nyeri tekan. selama 3 hari yaitu pada tanggal 2 Agutus
2019 sampai dengan 4 Agustus 2019.
3. Intervensi. Implementasi yang dilakukan pada tanggal
Intervensi yang dibuat untuk 2 Agustus 2019 diantaranya melakukan
diagnosa diatas adalah tujuan yang mengkaji adanya alergi makanan,
diharapkan dari tindakan keperawatan menganjurkan pasien untuk meningkatkan
yang dilakukan yaitu adanya peningkatan intake Fe, menganjurkan pasien untuk
berat badan sesuai dengan tujuan, berat meningkatkan protein, memberikan
badan ideal sesuai dengan tinggi badan, makanan terpilih, melakukan pemberian
mampu mengidentifikasi kebutuhan terapi farmakologi, memonitor penurunan
nutrisi, tidak ada tanda-tanda malnutrisi, berat badan, memonitor turgor kulit, mual
tidak terjadi penurunan berat badan yang muntah, monitor kadar albumin, total
berarti. Intervensi keperawatan yang akan protein, Hb dan Ht, monitorpucat,
dilakukan peneliti kepada klien adalah kemerahan kan kekeringan konjungtiva,
Kaji alergi makanan, monitor jumlah TTV, memberikan informasi tentang
nutrisi dan kandungan kalori, anjurkan penyakit tuberkulosis paru dan makanan
pasien untuk meningkatkan intake Fe, yang dianjurkan serta dihindari penderita.
anjurkan pasien untuk meningkatkan Implementasi yang dilakukan pada tanggal
protein, berikan informasi tentang 3 Agustus 2019 memberikan makanan
kebutuhan nutrisi, kolaborasi dengan ahli yang terpilih, memberikan injeksi
gizi untuk menentukan jumlah kalori dan Ranitidine 50mg, Ondansentron 8mg,
nutrisi yang dibutuhkan pasien, berikan Levofloksasin 500mg/100mg, menitor
makanan yang terpilih (sudah dikonsultasi- penurunan berat badan, monitor turgor
kan dengan ahli gizi), kolaborasi kulit, monitor mual muntah, monitor kadar
pemberian terapi farmakologi (antiemetik albumin, total protein, Hb dan Ht, monitor
dan analgesik), monitor penurunan berat pucat, kemerahan dan kekeringan
badan, monitor turgor kulit, monitor mual konjungtiva, TTV, menganjurkan menutup
dan muntah , monitor kadar albumin, total mulut ketika batuk, menganjurkan tidak
6 | Health Sciences Journal Vol 4 (No 1)(2020): 1 - 1 4
meludah sembarangan, meningkat-kan saat sakit: 48 kg, TB: 172 cm, LILA: 22
daya tahan tubuh dengan makanan bergizi. cm, IMT 16,27. Hemoglobin 9.5 g/dL,
Implementasi yang dilakukan pada tanggal Hematokrit 28.6 %. Konjungtiva anemis,
4 Agustus 2019 Memberikan makanan bising usus 12x/menit, timpani, turgor
yang terpilih, meberikan injeksi Ranitidine kulit menurun. Diet makanan lunak (nasi,
50mg, Ondansentron 8mg, Levofloksasin lauk, sayur dan buah) 3x/hari, minum ±
500mg/100ml, monitor penurunan berat 600 cc. Assesment: ketidak-seimbangan
badan, monitor mual muntah, monitor nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
pucat, kemerahan dan kekeringan berhubungan dengan kurang asupan
konjungtiva, monitor turgor kulit. makanan teratasi sebagian. Planning:
lanjutkan intervensi. Pada tanggal 4
5. Evaluasi. Agustus 2019 dengan hasil data
Evaluasi pada tanggal 2 Agustus Subjective: Pasien mengatakan lidah tidak
2019 dengan hasil data Subjektive: Pasien pahit, sudah mau makan dengan habis 1
mengatakan mulut kering, belum nafsu porsi makan (nasi), tidak ada mual.
makan, makan hanya habis 8 sendok Objective: BB sebelum sakit: 53 kg, BB
makan, sesekali masih merasa mual, lidah saat sakit: 47 kg, TB: 172 cm, LILA: 22
pahit Objective: BB sebelum sakit: 53 kg, cm, IMT 16,27. Hemoglobin 9.5 g/dL,
BB saat sakit: 48 kg, TB: 172 cm, LILA: Hematokrit 28.6 %. Konjungtiva anemis,
22 cm, IMT 16,27. Hemoglobin 9.5 g/dL, bising usus 12x/menit, timpani, turgor
Hematokrit 28.6%. Konjungtiva anemis, kulit sedang. Diet makanan lunak (nasi,
bising usus 12x/menit, timpani, turgor lauk, sayur dan buah) 3x/hari, minum ±
kulit menurun. Diet makanan lunak (nasi, 750 cc. Assesment: ketidakseimbangan
lauk, sayur dan buah) 3x/hari, minum ± nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
400 cc. Assesment: ketidakseimbangan berhubungan dengan kurang asupan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh makanan teratasi sebagian. Planning:
berhubungan dengan kurang asupan hentikan intervensi. Discharge planning:
makanan belum teratasi. Planning: Kontrol ke fasilitas kesehatan terdekat,
lanjutkan intervensi. Pada tanggal 3 asupan nutrisi harus diteruskan untuk
Agustus 2019 dengan hasil data mencegah/meminimalkan gangguan gizi
Subjective: Pasien mengatakan lidah masih yang terjadi dan banyak minum air, hindari
pahit, sudah mau makan dengan habis ½ konsumsi minuman bersoda/minuman
porsi makan (nasi), mual berkurang. yang mengandung gas, hindari kopi, soda,
Objective: BB sebelum sakit: 53 kg, BB makanan kaleng, terasi dan mengurangi
Health Sciences Journal Vol 4 (No 1)(2020): 1 - 1 4 |7
Implementasi yang dilakukan pada kg, BB saat sakit: 48 kg, TB: 172 cm,
tanggal 4 Agustus 2019 memberikan LILA: 22 cm, IMT 16,27. Hemoglobin 9.5
makanan yang terpilih, melakukan g/dL, Hematokrit 28.6%. Konjungtiva
kolaborasi pemberian terapi farmakologi, anemis, bising usus 12x/menit, timpani,
memonitor adanya penurunan berat badan, turgor kulit menurun. Diet makanan lunak
mual dan muntah, memonitor pucat, (nasi, lauk, sayur dan buah) 3x/hari,
kemerahan dan kekeringan jaringan minum ± 400 cc. Dengan demikian
konjungtiva, melakukan discharge masalah keperawatan ketidakseimbangan
planning. nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Dari hasil pengkajian tidak terdapat berhubungan dengan kurang asupan
kesenjangan antara teori dan fakta, yang makanan belum teratasi dan dilanjutkan
dibuktikan dengan implementasi kepada intervensi yang telah ditentukan.
pasien sesuai dengan intervensi yang telah Pada tanggal 3 Agustus 2019 pasien
ditetapkan sebelumnya, juga sesuai dengan mengatakan lidah masih terasa pahit, tetapi
kemampuan dan keadaan pasien. sudah mau makan habis setengah porsi
makan (makanan lunak), dan sesekali
5. Evaluasi masih mual. Pada data objektif didapatkan
Evaluasi keperawatan adalah BB sebelum sakit: 53 kg, BB saat sakit: 48
penilaian terakhir proses keperawatan kg, TB: 172 cm, LILA: 22 cm, IMT 16,27.
didasarkan pada tujuan keperawatan yang Hemoglobin 9.5 g/dL, Hematokrit 28.6%.
ditetapkan. Penetapan keberhasilan suatu Konjungtiva anemis, bising usus
asuhan keperawatan didasarkan pada 12x/menit, timpani, turgor kulit menurun.
perubahan perilaku dari kriteria hasil yang Diet makanan lunak (nasi, lauk, sayur dan
telah ditetapkan, yaitu terjadinya adaptasi buah) 3x/hari, minum ± 600 cc. Dengan
pada individu (Nursalam, 2015). demikian masalah keperawatan ketidak-
Pada tahap evaluasi didapatkan hasil seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
pada diagnosa tuberkulosis paru dengan tubuh berhubungan dengan kurang asupan
masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang makanan teratasi sebagian dan dilanjutkan
dari kebutuhan tubuh. Evaluasi pada intervensi yang telah ditentukan.
tanggal 2 Agustus 2019 pasien mengata- Pada tanggal 4 Agustus 2019 pasien
kan mulut kering, belum nafsu makan, mengatakan lidah tidak pahit, sudah mau
makan hanya habis 6 sendok makan, makan dengan habis 1 porsi makan (nasi),
merasa mual, lidah pahit. Pada data tidak ada mual. Pada data objektif
objektif didapatkan BB sebelum sakit: 53 didapatkan BB sebelum sakit: 53 kg, BB
Health Sciences Journal Vol 4 (No 1)(2020): 1 - 1 4 | 11
saat sakit: 47 kg, TB: 172 cm, LILA: 22 Menurut penulis hasil evaluasi pada
cm, IMT 16,27. Hemoglobin 9.5 g/dL, Tn. T pada tanggal 4 Agustus 2019 dengan
Hematokrit 28.6%. Konjungtiva anemis, diagnosa keperawatan ketidakseimbangan
bising usus 12x/menit, timpani, turgor nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
kulit sedang. Diet makanan lunak (nasi, berhubungan dengan kurang asupan
lauk, sayur dan buah) 3x/hari, minum ± makanan teratasi sebagian dalam tindakan
750 cc. Mekanisme yang menjelaskan keperawatan 3x24 jam dengan outcome
terjadinya penurunan berat badan pada mampu mengidentifikasikan kebutuhan
penderita tuberkulosis paru diakibatkan nutrisi, tidak ada tanda-tanda mal-
infeksi tuberkulosis yang menghambat nutrisi,tidak tejadi penurunan berat badan
enzim lipoprotein lipase (LPL) dijaringan yang berarti, tetapi pasien tidak mengalami
lemak (Naindra, 2014). Dengan demikian penambahan berat badan karena berdasar-
masalah keperawatan ketidakseimbangan kan artikel dari Kemenkes (2018)
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh menyatakan bahwa dibutuhkan waktu
berhubungan dengan kurang asupan sekitar 9 s.d 10 hari untuk memantau
makanan teratasi sebagian intervensi kemajuan berat badan.
dihentikan dan memberikan discharge
planning yaitu Kontrol ke fasilitas KESIMPULAN
kesehatan terdekat, asupan nutrisi harus Berdasarkan studi kasus asuhan
diteruskan untuk mencegah/meminimalkan keperawatan yang telah dilakukan dapat
gangguan gizi yang terjadi dan banyak ditarik kesimpulan sebagai berikut :
minum air, hindari konsumsi minuman Dari hasil pengkajian didapatkan
bersoda/minuman yang mengandung gas, bahwa Tn. T mengalami tuberkulosis paru
hindari kopi, soda, makanan kaleng, terasi dengan masalah keperawatan ketidak-
dan mengurangi merokok, menganjurkan seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
makanan yang mengandung tinggi protein tubuh. ditandai dengan pasien mengeluh
untuk mepercepat kesembuhan dan mual, mulut kering, lidah terasa pahit, dan
menghindari kekambuhan, menganjurkan tidak nafsu makan, makan hanya habis 6
untuk mengeluarkan sputum diwadah sendok makan. Pada pemeriksaan fisik
tertutup yang didalamnya diberi clarutan didapatkanberat badan pasien turun
klorin dan dibuang dengan cara dikubur, saat sakit, konjungtiva anemis, mukosa
menganjurkan untuk tidak stress dan bibir kering dan pucat. Hal ini dapat
istirahat yang cukup. menyebabkan terjadinya masalah
12 | Health Sciences Journal Vol 4 (No 1)(2020): 1 - 1 4