Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Abstract
Sangihe Islands is one of the islands districts in North Sulawesi Province. Sangihe Islands are located on
Sangihe plate which is one of the micro tectonic plates of Eurasian plate. Based on geodinamic study by
Macperson, et al. (2003), Sangihe plate is in the subduction zone of Maluku Sea that has drowned the ocean basin
of Moluccan Sea plate due to the two-way subduction by Sangihe plate and Halmahera Plate. This movement is the
reason for that need mitigation to minimize casualties as well as losses in other material forms. One such effort is
Earthquake Potential Mapping through a Geodynamic study that is represented at the point of deformation control.
The geodynamic study in this research uses four epoch data of GNSS measurement, that is epoch 2014, 2015,
2016, and 2017. Observation data were processed using GAMIT / GLOBK software tied to ITRF 2014 to produce
coordinates and accuracy. Based on the coordinates and accuracy of each epoch, then do deformation analysis to
knowed the movement values, the direction of movement and changes in tectonic plate volumes and statistical tests.
The result of this research is deformation values. SGH1 point undergoes horizontal deformation of 10.93
mm/year to the southeast and the vertical deformation rises by 12.41 mm/year. SGH3 points has a horizontal
deformation of 15.94 mm/year to the southeast and a vertical deformation down by 21.82 mm/year. SGH4 point
undergoes a horizontal deformation of 16.21 mm/year to the southeast and the vertical deformation rises by 44.97
mm/year. This study also proves the hypothesis of changes in tectonic plate volumes of Sangihe Islands based on the
value of normal strain parameters and shear strain located at fraction 10-7 s.d. 10-4 strain.
berdasarkan tiga epoch GNSS 2014, 2015, dan 2016 4. Analisa pergeseran 3D titik-titik pantau deformasi
yang diikatkan dengan ITRF 2014 (Nugraha, 2017). sebagai representasi pergerakan lempeng tektonik
Terkait dengan penarikan kesimpulan deformasi, Kepulauan Sangihe.
diperlukan penelitan dengan lima kala pengamatan 5. Analisa regangan 3D titik-titik pantau deformasi
untuk mendapatkan data ukuran lebih sesuai dengan sebagai representasi perubahan volume lempeng
konsep perataan. Maka dari itu, penelitian ini tektonik Kepulauan Sangihe.
dilakukan kembali dengan menggunakan empat
epoch GNSS, yaitu epoch 2014, 2015, 2016, dan E. TINJAUAN PUSTAKA
2017. Data pengamatan diolah dan diikatkan terhadap Terjadinya deformasi di suatu tempat sangat
ITRF 2014 sehingga menghasilkan koordinat beserta erat kaitannya dengan aktivitas dan kondisi
simpangan bakunya. Berdasarkan koordinat dan geologinya. Secara khusus, Menurut Macpherson,
simpangan baku setiap epoch, dilakukan analisis Forde, Hall and Thirlwall (2003) dibagian tenggara
deformasi 3D mencakup pergeseran dan regangan dari Kepulauan Sangihe terdapat Zona Tabrakan Laut
lempeng di Kepulauan Sangihe. Maluku, dimana lempeng Laut Maluku telah
ditenggelamkan seluruhnya oleh tabrakan busur
B. RUMUSAN MASALAH Halmahera dengan busur Sangihe di Indonesia timur.
Telah dilakukan penelitian oleh Nugraha Ini berarti bahwa lempeng Sangihe bergerak ke arah
(2017) yang menghasilkan besar dan arah pergerakan tenggara hingga menenggelamkan lempeng Laut
lempeng Kepulauan Sangihe berdasarkan epoch Maluku. Pernyataan ini diperkuat dengan Bock, dkk
2014, 2015, dan 2016 yang diikatkan pada kerangka (2003) yang mengidentifikasi besar dan arah
referensi ITRF 2014, namun belum dilakukan analisis pergerakan lempeng yang berada di dekat Kepulauan
deformasi yang memasukan perhitungan perubahan Sangihe. Untuk arahnya, lempeng Sangihe bergerak
volume lempeng yang terjadi. Oleh karena itu dalam ke arah tenggara. Sementara lempeng Halmahera
penelitian ini dilakukan analisa deformasi 3D berupa diidentifikasi bergerak ke arah barat.
pergeseran dan regangan lempeng tektonik Nugraha (2017) melakukan penelitian studi
Kepulauan Sangihe dengan penambahan satu epoch pergerakan di Kepulauan Sangihe menggunakan tiga
pengamatan yakni epoch 2017 yang diikatkan pada titik pantau (SGH1, SGH3, dan SGH4). Penelitian
kerangka referensi ITRF 2014. menggunakan teknologi GNSS epoch 2014 hingga
2016. Data GPS diikatkan dengan stasiun IGS
C. PERTANYAAN PENELITIAN menggunakan software GAMIT, kemudian stasiun
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka IGS diikatkan dengan ITRF 2014. Hasil penelitian
dapat disusun pertanyaan penelitian sebagai berikut : menunjukkan arah pergerakan SGH1 dan SGH3
1. Berapa nilai dan ketelitian koordinat titik-titik berbeda dengan SGH4. SGH1 dan SGH3 mengalami
pantau deformasi di Kepulauan Sangihe pada pergerakan ke arah tenggara dengan kecepatan
epoch 2017? pergerakan horizontal terbesar 19 mm/tahun. SGH4
2. Berapa besar, arah, dan kecepatan pergerakan 3D bergerak ke arah barat daya dengan kecepatan
lempeng tektonik di Kepulauan Sangihe dari pergerakan horizontal sebesar 13 mm/tahun
epoch 2014 ke 2017? (Nugraha, S. 2017). Hasil dari penelitian Nugraha
3. Berapa besar regangan 3D lempeng tektonik di akan dijadikan sebagai dasar pembuatan hipotesis
Kepulauan Sangihe dari epoch 2014 ke 2017? dari penelitian ini, dikarenakan peneltian ini
merupakan penelitian berkelanjutan dari penelitian
D. CAKUPAN PENELITIAN oleh Nugraha.
Beberapa kegiatan yang telah dilakukan dalam Yuwono, dkk (2017) melakukan penelitian
penelitian ini, diantaranya : yang berfokus pada penentuan kecepatan pergeseran
1. Pengukuran di tiga titik pantau deformasi (SGH1, dan regangan menggunakan data pengamatan tujuh
SGH2, dan SGH4) pada epoch 2017 dengan CORS yang berada di wilayah Jawa Timur yaitu
metode GNSS. CTUL, CNGA, CMJT, CMLG, CMAG, CPAS dan
2. Pengolahan data pengukuran epoch 2017 dengan CLUM pada tahun 2013 sampai dengan 2016. Titik
perangkat ilmiah GAMIT/GLOBK yang diikatkan IGS yang digunakan yaitu AIRA, ALIC, BAKO,
terhadap ITRF 2014 untuk mendapatkan nilai COCO, DARW, LHAZ dan PIMO. Pengolahan data
serta ketelitian koordinat titik-titik pantau menggunakan software ilmiah GAMIT. Penelitian ini
deformasi epoch 2017. menghasilkan arah pergeseran menuju ke arah
3. Melakukan perbandingan antar data tiap epoch, tenggara. Kecepatan pergeseran CORS adalah
beserta uji pergeseran, uji kesebangunan dan uji sebesar -0,00162 m/tahun sampai dengan -0,01463
signifikansi beda dua parameter. m/tahun untuk komponen utara, 0,02529 m/tahun
3
F. LANDASAN TEORI
1) DEFORMASI TEKTONIK KEPULAUAN
SANGIHE
Deformasi adalah perubahan bentuk, posisi, Gambar I.1. Arah pergerakan lempeng di Indonesia
dan dimensi dari suatu benda (Kuang, 1996). (Bock. dkk, 2003)
Berdasarkan definisi tersebut deformasi dapat Bock, Dkk (2003) mengidentifikasi besar dan
diartikan sebagai perubahan kedudukan atau arah pergerakan lempeng yang berada di dekat
pergerakan suatu titik pada suatu benda secara Kepulauan Sangihe. Untuk lempeng Sangihe
absolut maupun relatif yang salah satu penyebabnya bergerak ke arah tenggara dengan kecepatan sekitar 4
adalah pergerakan lempeng bumi. Titik bergerak cm/tahun. Sementara lempeng Halmahera
absolut apabila dikaji dari perilaku gerakan titik itu diidentifikasi bergerak ke arah barat dengan
sendiri dan titik bergerak relatif apabila gerakan titik kecepatan sekitar 8 cm/tahun. Arah pergerakan
itu dikaji dari titik yang lain. Perubahan kedudukan lempeng hasil penelitian Bock, dkk ini sesuai dengan
ini mengacu pada suatu sistem koordinat referensi arah pergerakan lempeng Sangihe yang diteliti oleh
yang digunakan (Widjajanti, 2010). Silver dan Moore pada tahun 1978. Sehingga dapat
Indonesia terletak di antara empat lempeng diambil kesimpulan bahwa pergerakan lempeng di
besar dunia, yaitu lempeng Indo-Australia, lempeng Kepulauan Sangihe dipengaruhi oleh pergerakan
Eurasia, lempeng Pasifik, dan lempeng Laut Filipina. lempeng Sangihe ke arah tenggara menuju Laut
Lempeng-lempeng tersebut membuat Indonesia Maluku.
memiliki beberapa zona subduksi aktif (Di Leo, dkk.,
2012). 2) PENENTUAN POSISI DENGAN SATELIT
GNSS
Kepulauan Sangihe terletak di lempeng
Penentuan posisi dengan teknologi GNSS
Sangihe, dimana lempeng Sangihe adalah lempeng
prinsip dasarnya adalah melakukan pengikatan ke
tektonik mikro dari lempeng Eurasia. Bagian selatan
belakang dengan menggunakan jarak secara simultan
dari Kepulauan Sangihe, tepatnya di Laut Maluku,
ke beberapa satelit GNSS yang koordinatnya telah
terdapat satu-satunya tabrakan antar busur aktif di
diketahui (Abidin, 2000).
dunia yang meneggelamkan sebuah cekungan
samudra melalui subduksi secara dua arah. lempeng
Laut Maluku telah dilumatkan seluruhnya oleh
tabrakan busur Halmahera dengan busur Sangihe di
Indonesia timur (Macpherson, Forde, Hall and
Thirlwall, 2003). Zona tersebut memanjang dari 10°
LU di selatan Filipina hingga 1° LS di utara Sulawesi
(Tatsumi, dkk., 1991).
Satelit GNSS sendiri memiliki 3 segmen mendukung kegiatan saintifik seperti International
diantaranya : Earth Rotation Service (IERS), International
- Segmen angkasa terdiri dari satelit-satelit GNSS Reference Frame (ITRF), memantau deformasi
yang memiliki orbit di angkasa (Wells, D.E , lempeng bumi dan variasi kenaikan muka air laut.
1987). ITRF 2014 adalah realisasi terbaru dari Sistem
- Segmen kontrol merupakan tempat stasiun Referensi Terestrial Internasional. Mengikuti
pemantau dan pengendali mengoreksi informasi prosedur yang sudah digunakan untuk pembentukan
yang ada pada sinyal satelit (Abidin, 2000). ITRF 2005 dan ITRF 2008, ITRF2014 digunakan
- Segmen pengguna merupakan perangkat sebagai input data time series posisi stasiun dan
penerima yang digunakan oleh pengguna untuk Earth Orientation Parameters (EOPs) yang
dapat mengakses data koordinat GNSS. disediakan oleh Technique Centers dari empat
Berdasarkan metodenya, penentuan posisi pengamatan teknik space geodesi (VLBI, SLR,
pada GNSS terbagi dalam metode absolut dan relatif. GNSS dan DORIS). Parameter transformasi dari
Secara sederhana, perbedaan kedua metode ini dapat ITRF 2008 ke ITRF 2014 ditentukan berdasarkan 127
dilihat dari penggunaan titik acuan. Metode stasiun dan 125 situs. Berdasarkan solusi yang
penentuan posisi secara absolut diukur tanpa titik diproses sepenuhnya dari keempat teknik, ITRF2014
acuan, sedangkan metode penentuan posisi secara diharapkan menjadi solusi yang lebih baik
relatif perlu diikatkan pada sebuah titik acuan. Maka dibandingkan dengan ITRF2008 (IGN, 2016).
dari itu, untuk metode penetuan posisi secara relatif Dua inovasi diperkenalkan dalam pemrosesan
ini, dibutuhkan minimal dua receiver GNSS. ITRF2014, yaitu :
Pada penelitian kali ini, metode penentuan - Estimasi ketentuan tahunan dan semi-tahunan
posisi ditentukan secara relatif atau biasa disebut juga untuk stasiun dengan rentang waktu yang cukup
differensial. Metode penentuan posisi secara dari empat teknik selama proses penyusunan dari
differensial menurut Abidin (2000) terbagi menjadi rangkaian waktu yang sesuai.
tiga jenis berdasarkan pada banyaknya differencing - Model Pasca Seismik Deformasi (PSD)
yang dilakukan yaitu single difference, double ditentukan berdasarkan pencocokan data GNSS /
difference dan triple difference. Dari ketiga metode GPS data utama GNSS / GPS situs Gempa Bumi.
tersebut, metode yang digunakan dalam penelitian ini Model PSD kemudian diterapkan pada 3 teknik
adalah double difference sesuai dengan software yang lainnya di lokasi EQ Co-location.
digunakan yakni GAMIT/GLOBK.
4) PERANGKAT LUNAK GAMIT/GLOBK
3) INTERNATIONAL GNSS SERVICE (GNSS) GAMIT merupakan perangkat lunak ilmiah
IGS didirikan oleh International Association yang digunakan dalam melakukan pengolahan data
of Geodesy (IAG) pada tahun 1993 dan operasi pengukuran GNSS untuk memperkirakan koordinat
formalnya dimulai tahun 1994. IGS beranggotakan dan kecepatan stasiun, stochastic atau representasi
badan multinasional yang menyediakan data GNSS, fungsional pasca deformasi seismik, penundaan
informasi orbit GNSS, data dan informasi pendukung atmosfer, orbit satelit, dan parameter orientasi bumi
penelitian geodetik dan geofisika lainnya. IGS juga (Herring, dkk., 2015). Perangkat ini dioperasikan
turut membangun spesifikasi dan standar nasional dibawah sistem operasi berbasis UNIX.
yang berkaitan dengan data dan informasi GNSS GLOBK merupakan paket program untuk
(IGS, 2004). melakukan analisis dan pengolahan lanjutan dari data
pengukuran GNSS setelah diolah menggunakan
GAMIT. GLOBK memerlukan file input berupa h-
file yang dihasilkan dari pengolahan menggunakan
software GAMIT. Kunci dari h-file yang digunakan
dalam GLOBK adalah matriks varian kovarian dari
data koordinat stasiun, parameter rotasi bumi,
parameter orbit, dan koordinat hasil pengamatan
lapangan (Herring, 2006).
Gambar I.3. Persebaran bebrapa titik IGS (Mark 5) PERATAAN JARING MENGGUNAKAN
Caissy, 2012) GAMIT/GLOBK
Untuk mencapai tujuannya, saat ini terdapat Perangkat lunak GAMIT menggunakan
lebih dari 350 stasiun GNSS dual frekuensi yang metode double difference dan prinsip metode
beroperasi secara terus-menerus. Produk dari IGS parameter berbobot dalam perhitungan data
pseudorange dan carrier phase dengan persamaan
5
observasi menggunakan data fase. Sebagai contoh, dilakukan dengan cara menghitung nilai fract. Nilai
apabila ada dua receiver yang berada pada dua titik fract dapat dinyatakan dalam persamaan berikut :
stasiun A dan B, dengan vektor koordinat stasiun A adjust
dan B dinyatakan sebagai (XA, YA, ZA) dan (XB, YB, fract = ………………………………...
formal
ZB). Untuk persamaan double difference, pengamatan
(I.10)
dilakukan terhadap dua satelit yaitu j dan k,
Keterangan,
menghasilkan persamaan umum seperti pada
adjust : nilai perataan yang diberikan pada
persamaan (King dan Bock, 2002) :
parameter hitungan
2 2 2
i
√[ i
] [ i
ρ A = X ( t )−X A + Y ( t )−Y A + Z ( t ) −Z A ] [ i
] formal : ketidakpastian pemberian bobot untuk
perhitungan kuadrat terkecil
............................................................................................................................................................
2 2 2
Nilai fract tidak boleh lebih besar dari 10.
√[
ρiB= X i ( t )−X B + Y i ( t )−Y B + Z i ( t )−Z B
] [ ] [ ] Perbandingan nilai adjust dan nilai formal yang besar
dapat diindikasi sebagai kejanggalan pada nilai adjust
............................................................................................................................................................
Koordinat pendekatan titik A adalah dan perlu tidaknya dilakukan iterasi.
0 0 0 Pada pengolahan selanjutnya menggunakan
X A ,Y A , Z A dan koreksi posisi titik A adalah GLOBK yang dijalankan dengan prinsip Kalman
dX A , dY A , dZ A digunakan untuk memperoleh Filtering dalam melakukan analisa lanjutan setelah
peroleh koordinat titik A ( X A , Y A , Z A ¿ dengan proses GAMIT. GLOBK dapat menjalankan tiga
mode aplikasi yaitu :
rumus sebagai berikut :
a. Mengkombinasikan hasil pengolahan individual
X A = X 0A +dX A .............................................................................................................................
untuk menghasilkan koordinat stasiun rata-rata
Y A =Y 0A + dY A ..............................................................................................................................
dari pengamatan yang dilakukan lebih dari satu
0 hari.
Z A =Z A +dZ A ...............................................................................................................................
b. Mengkombinasikan hasil pengamatan bertahun-
Metode parameter berbobot diterapkan untuk tahun untuk menghasilkan koordinat stasiun.
perataan jaring, sehingga digunakan persamaan c. Estimasi koordinat stasiun dari pengamatan
berikut : individu. Data ini akan digunakan untuk
L' a=Xa ........................................................................................................................................
generalisasi data time series dari pengamatan
Persamaan matriks bobot dan matriks harian atau tahunan.
residunya adalah :
P1 0
P=
[ 0 P2 ] G. HIPOTESIS
................................................................................................................................
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Nugraha (2017), Titik kontrol deformasi pada epoch
V = AX + L ...........................................................................................................................
Evaluasi hasil pengolahan GAMIT dilakukan 2016 dalam sistem koordinat toposentrik memiliki
dengan menganalisis nilai fract dan postfit nrms ketelitian pada titik SGH1 sebesar 1,33 s.d. 6,07 mm,
sebagai output dari pengolahan GAMIT. Nilai postfit titik SGH3 sebesar 0,89 s.d. 3,16 mm, dan titik SGH4
nrms dapat dinyatakan dalam persamaan berikut sebesar 1,03 s.d. 4,37 mm. Maka, hipotesis I dari
(Herring, dkk., 2006) : penelitian ini menyatakan bahwa titik kontrol
deformasi pada epoch 2017 dalam sistem koordinat
√ X2 σ^
Postfit
………………(I.9)
nrms =
√ ( n−u )
dan X2=
σ
. toposentrik memiliki ketelitian pada titik SGH1
sebesar 1,33 s.d. 6,07 mm, titik SGH3 sebesar 0,89
s.d. 3,16 mm, dan titik SGH4 sebesar 1,03 s.d. 4,37
mm dengan asumsi metode pengukuran kurang lebih
Keterangan,
σ̂2 : varian aposteriori untuk unit bobot sama dan lamanya doy pengukuran pada epoch 2017
𝜎2 : varian apriori untuk unit bobot berbeda 2 hari dari data pengukuran epoch 2016.
n : jumlah ukuran Berdasarkan penelitian Nugraha ini juga
u : ukuran minimum diketahui bahwa titik kontrol deformasi di Kepulauan
Nilai postfit nrms dalam perataan GAMIT Sangihe mengalami pergerakan per tahunnya
dinyatakan memenuhi nilai standar apabila bernilai berdasarkan rerata dari pergerakan epoch 2014, 2015,
kurang dari 0.25 m. Apabila nilai yang dihasilkan dan 2016. Pergerakan SGH1 dan SGH3 berbeda
tidak sesuai standar maka diindikasikan adanya bias dengan SGH4. SGH1 dan SGH3 mengalami
dan kesalahan yang terjadi (Herring, dkk., 2006). pergerakan ke arah tenggara dengan kecepatan
Selain menggunakan nilai postfit nrms, evaluasi juga pergerakan horizontal terbesar 19 mm/tahun. SGH4
bergerak ke arah barat daya dengan kecepatan
6
4 94 23 7 8 2 4