Вы находитесь на странице: 1из 8

Pengaruh Pemberian Kombinasi Terapi Latihan Range Of Motion (ROM)

Aktif dan Kompres Hangat Terhadap Kekuatan Otot Ekstremitas Pada


Pasien Post Stroke Di Poli Saraf RSUD Dr. M. Yunus Tahun 2020
Ade Bayu Saputra*, Pauzan Efendi**, Widia Lestari**

Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Bengkulu, Jurusan Keperawatan


Jalan Indragiri Nomor 3 Padang Harapan Kota Bengkulu
adebayusaputra393@gmail.com

Abstract : Stroke is the loss of brain function caused by the cessation of blood supply to the part
of the brain. The effects of disruption of oxygen demand to the brain can occur clinical
manifestations in the form of weakness of some or all limbs, one of the extremities so that the
patient is not able to perform activities due to the weakness of the limb and requires exercise of
the limbs aimed at preventing disability. The purpose of this research is to know the influence of
the combination of active range of motion (ROM) Exercise therapy and a warm compress of the
extremity muscle strength in post stroke patients. The design of this research is quantitative using
Pre-experimental design with one group Pretests and posttest. Pretest is done to measure the
strength of the extremity muscles over stroke patients. The number of research samples was 30
respondents with muscular extremity weakness. The instrument was drafted in the study of
muscle strength examination using manual muscle testing measuring instrument. The normality
test using Kolmogorov-Smirnov and the analysis technique uses Wilcoxon Signed Ranks Test
with 95% Confidence Level (α = 0.05). The results of this study showed an average Of the
extremity muscle strength of respondents before given the combination Of the active Range Of
Motion (ROM) Exercise therapy and the warm compress was 2.77. After exerted the average
intervention of the extremity muscle strength increased to 3.57. Indicates there is a combined
influence of the Range Of Motion (ROM) Exercise therapy active and compre warm to the
strength of muscle extremities with a value of P = 0.000. So it can be concluded that the
combination exercises Of Range Of Motion (ROM) active and warm compressing effectively
increase the muscular strength of the extremities in post stroke patients.

Keywords: range of motion (ROM) active, stroke, muscle strength


Abstrak : Stoke adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah
ke bagian otak. Akibat dari terganggunya kebutuhan oksigen ke otak dapat terjadi menifestasi
klinis berupa kelemahan sebagian atau seluruh anggota gerak tubuh, salah satunya ekstremitas
sehingga pasien tidak mampu melakukan aktivitas karena kelemahan anggota gerak dan
membutuhkan latihan anggota gerak yang bertujuan untuk mencegah kecacatan.Tujuan
Penelitiaan ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian kombinasi terapi latihan range of
motion (ROM) aktif dan kompres hangat terhadap kekuatan otot ekstremitas pada pasien post
stroke. Desain penelitian ini adalah kuantitatif yang menggunakan desain Pre-eksperimen
dengan rancangan one group pretest dan posttest. . Pretest dilakukan untuk mengukur kekuatan
otot ekstremitas atas pasien stroke. Jumlah sampel penelitian ini 30 responden dengan kelemahan
otot ekstremitas. Instrumen yang diguakan dalam penelitian pemeriksaan kekuatan otot
menggunakan alat ukur manual muscle testing. Uji normalitas yang menggunakan Kolmogorov-
Smirnov dan teknik analisis menggunakan Wilcoxon Signed Ranks Test dengan 95% Confidence
Level (α=0,05). Hasil penelitian ini menunjukkan rerata kekuatan otot ekstremitas responden
sebelum diberikan kombinasi terapi latihan Range Of Motion (ROM) aktif dan kompres hangat
adalah 2,77. Setelah diberikan intervensi rerata kekuatan otot ekstremitas meningkat menjadi
3,57. Menunjukkan ada pengaruh kombinasi terapi latihan Range Of Motion (ROM) aktif dan
kompre hangat terhadap kekuatan otot ekstremitas dengan nilai p = 0,000. Jadi dapat
disimpulkan bahwa latihan kombinasi Range Of Motion (ROM) aktif dan kompress hangat
efektif meningkatkan kekuatan otot ekstremitas pada pasien post stroke.

Kata Kunci : range of motion (ROM) aktif, stroke, kekuatan otot

PENDAHULUAN

Stroke dapat menimbulkan berbagai stroke (Pinzon & Asanti, 2015). Pasien
tingkat gangguan, seperti penurunan tonus stroke yang masih bertahan dapat
otot, hilangnya sensibilitas pada sebagian mengalami berbagai masalah kesehatan,
anggota tubuh, menurunnya kemampuan seperti kehilangan fungsi motorik, gangguan
untuk menggerakan anggota tubuh yang komunikasi, presepsi, gangguan hubungan
sakit dan ketidakmampuan dalam hal visual-spasial, kehilangan fungsi sensoris,
melakukan aktivitas tertentu. Pasien stroke kerusakan fungsi kognitif dan efek
yang mengalami kelemahan pada satu sisi psikologik dan disfungsi kandung kemih
anggota tubuh disebabkan oleh karena (Smeltzer & G.Bare, 2010).
penurunan tonus otot, sehingga tidak mampu Stroke merupakan penyebab
menggerakkan tubuhnya (imobilisasi). kecacatan nomor satu di dunia dan penyebab
Imobilisasi yang tidak mendapatkan kematian nomor tiga di dunia setelah
penanganan yang tepat, akan menimbulkan jantung dan kanker. Berdasarkan data dari
komplikasi berupa abnormalitas tonus, stroke forum sebanyak 15 juta orang
orthostatic hypotension, deep vein terserang stroke setiap tahunnya, satu pertiga
thrombosis dan kontraktur (Mubarak, Iqbal, meninggal dan sisanya mengalami kecacatan
& Chayatin, 2012). Serangan stroke permanen (Stroke, 2015). AHA (Association
mengakibatkan kemampuan motorik pasien Heart American, 2017) mengatakan sekitar
mengalami kelemahan atau Hemiparesis 1-19 orang meninggal karena stroke. Sekitar
(Nasir, 2017:87). 55-75% di Amerika pasien stroke
Ada 3 kemungkinan yang dialami mengalami penurunan pada kemampuan
oleh pasien stroke setelah menjalani motorik. Yayasan Stroke Indonesia
perawatan dirumah sakit yaitu meninggal menyatakan bahwa jumlah penderita stroke
dunia, sembuh tanpa cacat, dan sembuh di Indonesia merupakan terbanyak dan
dengan kecacatan. Kematian akibat stroke menduduki urutan pertama di Asia.
ditemukan pada 10-30% pasien yang dirawat Prevalensi penyakit stroke di
dan 70-90% penderita yang hidup pasca Indonesia meningkat seiring dengan
bertambahnya umur. Kasus stroke tertinggi merelaksasikan otot-otot skelet yang
yang terdiagnosis tenaga kesehatan adalah mengalami spasme yang disebabkan oleh
usia 75 tahun keatas 50,2% dan terendah peningkatan prostaglandin sehingga terjadi
pada kelompok usia 15-24 tahun yaitu vasodilatasi pembuluh darah dan akan
sekitar 0,6%. Berasarkan data 10 besar meningkatkan aliran darah ke daerah yang
penyakit terbanyak di Indonesia tahun 2013, mengalami spasme dan iskemik
prevalensi kasus stroke di Indonesia Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk
berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan mengetahui pengaruh kombinasi terapi
sebesar 10,9 permil dan 14,7 permil latihan Range Of Motion (ROM) aktif dan
(RISKESDAS, 2018). kompres hangat terhadap kekuatan motorik
Ada 3 kemungkinan yang dialami ekstremitas pada pasien stroke di Poli Saraf
oleh pasien stroke setelah menjalani RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu.
perawatan dirumah sakit yaitu meninggal
METODE
dunia, sembuh tanpa cacat, dan sembuh
dengan kecacatan. Kematian akibat stroke Penelitian ini merupakan penelitian
ditemukan pada 10-30% pasien yang dirawat kuantitatif yang menggunakan desain Pre-
dan 70-90% penderita yang hidup pasca eksperimen dengan rancangan one group
stroke (Pinzon & Asanti, 2015). Pasien pretest dan posttest. Metode ini bertujuan
stroke yang masih bertahan dapat untuk menganalisis pengaruh kombinasi
mengalami berbagai masalah kesehatan, range of motion (ROM) dan kompres hangat
seperti kehilangan fungsi motorik, gangguan terhadap kekuatan otot ekstremitas pada
komunikasi, presepsi, gangguan hubungan pasien post stroke.
visual-spasial, kehilangan fungsi sensoris, Sample dalam penelitian ini
kerusakan fungsi kognitif dan efek berjumlah 30 responden dan diberikan
psikologik dan disfungsi kandung kemih intervensi berupa kombinasi terapi latihan
(Smeltzer & G.Bare, 2010). Range Of Motion (ROM) aktif dan kompres
Latihan ROM yang diprogramkan hangat, dengan kekuatan otot ekstremitas 1-
pada klien stroke secara teratur terbukti 3 dan menggunakan Manual Muscle Testing
berefek positif baik dari segi fungsi fisik untuk mengukur kekuatan otot responden.
maupun fungsi psikologis. Fungsi fisik yang Pengambilan data terdiri dari data
diperoleh adalah mempertahankan primer berupa skala kekuatan otot
kelenturan sendi, kemampuan aktifitas, dan ekstremitas yang dikumpulkan dengan cara
fungsi secara psikologis yang dapat mengukur kekuatan otot dengan
menurunkan presepsi nyeri dan tanda-tanda menggunakan lembar penilaian Manual
depresi pada klien pasca stroke untuk Muscle Testing (MMT). Pengukuran
menilai kekuatan otot (Prok, Joudy Gessal, dilakukan sebelum dan sesudah dilakukan
& Angliadi, 2016) intervensi. Intervensi dilakukan 2 kali dalam
Menurut (Price & Wilson, 2010) seminggu dengan durasi 20 menit. Data
kompres hangat sebagai metode yang sangat sekunder diperoleh dari lembar
efektif untuk mengurangi nyeri atau kejang pengumpulan data.
otot. Panas disalurkan melalui konduksi. Data yang telah terkumpul kemudian
Panas dapat melebarkan pembuluh darah direkapitulasi dan dicatat dalam master tabel
dan dapat meningkatkan aliran darah. untuk selanjutnya dianalisis. Stelah itu data
Teknik relakasasi kompres hangat dapat diolah dan dianalisis untuk melihat distribusi
menurunkan insensitas nyeri dengan cara
frekuensi dari masing-masing variabel, Hemoragik 6 20,0
kenormalan data dan kesetaraan data. Iskemik 24 80,0
Total 30 100,0
HASIL
Hasil penelitian menunjukkan jenis
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis stroke responden lebih dari sebagian
Kelamin Pada Pasien Post Stroke di Poli memiliki jenis stroke iskemik yang
Syaraf RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu berjumlah 24 orang responden (80,0%)
dibandingkan dengan jenis stroke hemoragik
Jenis Kelamin Frequency Percent berjumlah 6 orang responden (20,0%).
Laki-Laki 18 60,0
Perempuan 12 40,0 Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Frekuensi Serangan Stroke Pada Pasien
Hasil penelitian menunjukkan jenis Post Stroke di Poli Syaraf RSUD Dr. M.
kelamin responden lebih dari sebagian Yunus Bengkulu
berjenis kelamin laki-laki yaitu 18 orang
responden (60,0%) dibandingkan dengan Frekuensi Stroke Frequency Percent
perempuan yang kurang dari sebagian yaitu Pertama 13 43,3
12 orang responden (40,0%). Kedua 9 30,0
Lebih dari dua 8 26,7
kali
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Total 30 100,0
Pendidikan Pada Pasien Post Stroke di
Poli Syaraf RSUD Dr. M. Yunus Hasil penelitian menunjukkan
Bengkulu frekuensi stroke responden yang
mendapatkan serangan stroke pertama lebih
Pendidikan Frequency Percent besar dengan jumlah 13 orang responden
SD 9 30,0 (43,3%) yang mendapatkan serangan stroke
SMP 7 23,3 kedua dengan jumlah 9 orang responden
SMA 8 26,7 (30,0%) dan yang mendapatkan serangan
PT 6 20,0 stroke lebih dari dua kali berjumlah 8 orang
Total 30 100,0 responden (26,7%).

Hasil penelitian menunjukkan tingkat Distribusi Rerata Kekuatan Otot Ekstremitas


pendidikan responden yang berpendidikan pada Pasien Post Stroke Sebelum dan
Sekolah Dasar (SD) yaitu 9 orang responden Sesudah Intervensi
(30,0%), SMP yaitu 7 orang responden
(23,3%), SMA yaitu 8 orang responden ∆ Min- SD CI 95 %
(26,7%) dan perguruan tinggi yaitu 6 orang Mean Max
2,61 -
responden (20,0%). Kekuatan 2,77 2-3 0,43
2,93
Otot 0
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Sebelum
Stroke Pada Pasien Post Stroke di Poli Intervensi
Syaraf RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu 3,35 -
Kekuatan 3,57 2-4 0,56
3,78
Jenis Stroke Frequency Percent Otot 8
Statistik signifikan (nilai p α ≤0,05) diperoleh melalui uji
Sesudah Wilcoxon
Intervensi
Berdasarkan hasil uji statistik dari
perhitungan Wilcoxon Signed Rank Test,
Tabel 1 menunjukkan bahwa rata- maka nilai Z yang didapat sebesar -4,899
rata selisih kekuatan otot ekstremitas dengan nilai p = 0,000 < α 5% (two tail)
sebelum dan sesudah diberikan intervensi dimana kurang dari batas kritis penelitian
kombinasi terapi latihan Range Of Motion 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada
(ROM) aktif dan kompres hangat diperoleh pengaruh pemberian kombinasi terapi
rerata kekuatan otot ekstremitas atas pada latihan Range Of Motion (ROM) aktif dan
pasien post stroke sebelum diberikan kompres hangat terhadap kekuatan otot
kombinasi terapi latihan Range Of Motion ekstremitas pada pasien post stroke. Dapat
(ROM) aktif dan kompres hangat adalah disimpulkan bahwa ada pengaruh pemberian
2,77 dengan standar deviasi 0,430, dari hasil kombinasi terapi latihan Range Of Motion
estimasi interval dapat disimpulkan bahwa (ROM) aktif dan kompres hangat terhadap
95% diyakini rerata kekuatan otot pada kekuatan otot ekstremitas pada pasien post
pasien post stroke sebelum di lakukan stroke
intervensi diantara 2,61 – 2,93.
Sesudah diberikan kombinasi terapi PEMBAHASAN
latihan Range Of Motion (ROM) aktif dan
kompres hangat rerata kekuatan otot pada Karakteristik Responden
pasien post stroke terjadi peningkatan yaitu Karakteristik responden berdasarkan
3,57 dengan standar deviasi 0,568, dari hasil jenis kelamin menunjukkan bahwa jenis
estimasi interval dapat disimpulkan bahwa kelamin responden paling banyak adalah
95% diyakini rerata kekuatan otot laki-laki yaitu sebanyak 18 orang (60%) dan
ekstremitas pada pasien post stroke sesudah perempuan sebanyak 12 orang (40%). Hal
dilakukan intervensi adalah diantara 3,35 – ini juga didukung oleh penelitian (Dinanti,
3,78. Elisa, 2015) sebanyak 18 orang responden
dengan jenis kelamin laki-laki (81,8%) dan 4
Pengaruh Latihan Range Of Motion orang responden dengan jenis kelamin
(ROM) Aktif dan Kompres Hangta perempuan (18,2%).
Terhadap Peningkatan Kekuatan Otot Karakteristik responden berdasarkan
Pasien Post Stroke pendidikan responden menunjukkan
Responden terbanyak pada penelitian ini
Pre-Post N Mean Z Asymp. Sig. adalah Sekolah Dasar (SD) dengan jumlah 9
Rank (2-tailed)
orang responden (30%). Menurut Sumidjo
(2006) bahwa pendidikan merupakan proses
Negative 0a ,00 kegiatan pada dasarnya melibatkan tingkah
Ranks laku individu maupun kelompok. Dengan
Positive 24 12,50 belajar baik secara formal dan informal,
Ranks b manusia akan mempunyai pengetahuan,
Ties 6c
dengan pengetahuan yang diperoleh
seseorang akan mempunyai manfaat dari
Total 30
- ,000 saran atau nasihat sehingga akan termotivasi
4,899
b dalam usaha meningkatkan status kesehatan.
Tingkat pendidikan dapat membawa Range Of Motion (ROM) aktif dan kompres
wawasan atau pengetahuan seseorang. hangat adalah 2,77 dengan standart deviasi
Secara umum, seseorang yang 0,430 dari hasil estimasi interval dapat
berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai disimpulkan bahwa 95% diyakini rerata
pengetahuan yang lebih luas dibandingkan kekuatan otot pada pasien post stroke
dengan seseorang yang tingkat sebelum di lakukan intervensi diantara 2,61
pendidikannya lebih rendah. – 2,93. Setelah diberikan kombinasi terapi
Karakteristik responden berdasarkan latihan Range Of Motion (ROM) aktif dan
jenis stroke responden menunjukkan stroke kompres hangat rerata kekuatan otot
iskemik dengan jumlah 24 orang responden ekstremitas meningkat menjadi 3,57 dengn
(80%) dan stroke hemoragik sebanyak 6 standart deviasi 0,568, dari hasil estimasi
orang responden (20%). Hal ini sejalan interval dapat disimpulkan bahwa 95%.
dengan penelitian yang dilakukan (Yurida, diyakini rerata kekuatan otot ekstremitas
Mahendra, & Indah, 2017) bahwa jenis pada pasien post stroke sesudah dilakukan
stroke responden yang mengalami stroke intervensi adalah diantara 3,35 – 3,78.
hemoragik 20% sedangkan stroke iskemik Hasil penelitian ini sejalan dengan
sebanyak 80%. peneltian yang dulakukan oleh (Marlina,
Karakteristik responden berdasarkan 2011) terhadap 50 orang responden dengan
frekuensi serangan stroke responden rerata kekuatan otot sebelum dilakukan
menunjukkan Frekuensi stroke terbanyak latihan ROM adalah 3,68 dengan standart
pada penelitian ini adalah responden yang deviasi 1,62 dan pengukuran sesudah
mengalami serangan stroke pertama dengan dilakukan latihan ROM didapatkan rerata
jumlah 13 orang (43,3%), yang mengalami 4,60 dengan standar deviasi 0,81 terlihat
serangan stroke kedua 9 orang (30%) dan perbedaan antara pengukuran pertama dan
serangan stroke lebih dari dua kali sebanyak pengukuran kedua 0,92 dengan standar
8 orang (26,7%). Hal ini sejalan dengan deviasi 1,07. Sedangkan pada kelompok
penelitian yang dilakukan oleh (Marlina, kontrol didapatkan rerata kekuatan otot
2011) bahwa frekuensi serangan stroke responden 2,76 dengan standar deviasi 1,71.
terbanyak adalah serangan pertama yaitu 21 Pada pengukuran setelah intervensi
responden (84%) lebih banyak dari serangan didapatkan rerata 2,84 dengan standar
kedua yaitu 4 orang responden (16%) pada deviasi 1,79. Terlihat nilai perbedaan mean
kelompok intervensi , sedangkan pada antara pengukuran pertama dan kedua 0,80
kelompok kontrol, diketahui juga bahwa dengan standar deviasi 0,27.
serangan stroke terbanyak adalah serangan
stroke pertama dengan 18 orang responden Pengaruh Pemberian Kombinasi Terapi
(72%). Latihan Range Of Motion (ROM) Aktif
dan Kompres Hangat Terhadap
Rerata Kekuatan Otot Ekstremitas pada Kekuatan Otot Pada Pasien Post Stroke
Pasien Post Stroke Sebelum dan Sesudah
Pemberian Kombinasi Terapi Latihan Berdasarkan hasil uji statistik dari
Range Of Motion (ROM) Aktif dan perhitungan Wilcoxon Signed Rank Test,
Kompres Hangat maka nilai Z yang didapat sebesar -4,899
dengan nilai p = 0,000 < α 5% (two tail),
Dari hasil menunjukkan rerata
artinya bahwa ada perbedaan kekuatan otot
kekuatan otot ekstremitas responden
ekstremitas pasien post stroke sebelum
sebelum diberikan kombinasi terapi latihan
diberikan kombinasi terapi latihan Range Of kompre hangat terhadap kekuatan otot
Motion (ROM) aktif dan kompres hangat ekstremitas pada pasien post stroke di Poli
dengan sesudah diberikan kombinasi terapi Saraf RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu (p <
latihan Range Of Motion (ROM) aktif dan 0,05).
kompres hangat. Dapat disimpulkan bahwa
ada pengaruh pemberian kombinasi terapi DAFTAR PUSTAKA
latihan Range Of Motion (ROM) aktif dan
kompres hangat terhadap kekuatan otot Association Heart American. (2017). Hearth
ekstremitas pada pasien post stroke. Disease and Stroke Statistic. Update :
Peneliti berpendapat bahwa A Report from American Hearth
pemberian kombinasi terapi latihan Range Association. Retrieved from
Of Motion (ROM) aktif dan kompres hangat https://www.ahajournals.org/doi/full/10
pada pasien post stroke untuk meningkatkan .1161/CIR.0000000000000485
kekuatan otot ekstremitas efektif dilakukan.
Dinanti, Elisa, L. (2015). Penagruh Range
Hal ini sejalan dengan penelitian (Indrawati,
of Motion (ROM) Pasif Terhadap
2018) bahwa latihan kombinasi dari terapi
Sudut Rentang Gerak Ekstremitas Atas
latihan Range Of Motion, genggam bola Pasien Stroke di RSUD Tugurejo
karet dan kompres hangat yang dilakukan Semarang.
efektig dapat meningkatkan kekuatab otot
serta rentang gerak sendi pada pasien post Indrawati. (2018). Pengaruh Kombinasi
stroke. Terapi Latihan Range of Motion,
genggam bola karet dan kompres
KESIMPULAN
hangat terhadap kekuatan motorik
Jenis kelamin sebagian besar laki- ekstremitas atas dan kadar kortisol pada
laki. Tingkat pendidikan pada penelitian ini Klien Pasca Stroke di RSU Dr Wahidin
sebagian besar berpendidikan Sekolah Dasar Sudiro Husodo Mojokerto. Repository
(SD). Jenis stroke pada penelitian ini Unair.
sebagian besar dengan stroke iskemik dan
Marlina. (2011). Pengaruh Latihan ROM
Frekuensi stroke yang dialami sebagian
Terhadap Peningkatan Kekuatan Otot
besar serangan stroke pertama.
Pada Pasien Stroke Iskemik di
Rerata kekutatan otot ekstremitas
RSUDZA Banda Aceh. Idea Nursing
responden sebelum diberikan perlakuan 2,77
Journal, (Bagian Keilmuan
, yang artinya sebelum diberikan perlakuan
Keperawatan Medikal Bedah PSIK-FK
kekuatan otot ekstremitas responden
Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh).
memiliki nilai berdasarkan Manual Muscle
Testing adalah 2 yaitu didapatkan gerakan Mubarak, Iqbal, W., & Chayatin, N. (2012).
tetapi tidak mampu melawan gravitasi. Buku ajar kebutuhan dasar manusia
Sesudah diberikan perlakuan rerata kekuatan teori & aplikasi dalam praktik. Jakarta:
otot ekstremitas responden menjadi 3,57, ECG.
yang artinya kekuatan otot ekstremitas
responden setelah diberikan perlakuan Pinzon, R., & Asanti, L. (2015). Awas
meningkat dari sebelum diberikan Stroke ! (pengertian, gejala, tindakan,
perlakuan. perawatan dan pencegahan).
Terdapat pengaruh kombinasi terapi Yogyakarta: Andi Offset.
latihan Range Of Motion (ROM) aktif dan
Price, & Wilson. (2010). Patofisiologi :
Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Jakarta: ECG.
Prok, W., Joudy Gessal, & Angliadi, L. .
(2016). Pengaruh Latihan Gerak Aktif
Menggenggam Bola Pada Pasien
Stroke Diukur dengan Handgrip
Dynamometer. Jurnal E-Clinic (ECl),
Volume 4,.
RISKESDAS. (2018). Hasil Utama Riset
Keshatan Dasar (Riskesdas). Diakses
Pa. Retrieved from
http://www.depkes.go.id/resources/dow
nload/infoterkini/materi_rakorpop_201
8/Hasil Riskesdas 2018.pdf.
Smeltzer, S. C., & G.Bare, B. (2010). Buku
Ajar Keperawatan Medical Bedah
(Edisi 8). Jakarta: ECG.
Stroke, F. (2015). Epidemiology of stroke.
Stroke Forum.
Sumidjo. (2006). Lecture Notes Neurology.
Jakarta: Erlangga.
Yurida, O., Mahendra, & Indah, R. (2017).
Pengaruh Latihan Range Of Motion
(ROM) Aktif-Asistif (Spericahal Grip)
Terhadap Peningkatan Kekuatan Otot
Ekstremitas Atas Pada Pasien Stroke di
Ruang Rawat Inap Penyakit Saraf
(Seruni) RSUD Ulin Banjarmasin.

Вам также может понравиться