Вы находитесь на странице: 1из 8

E-Jurnal Matematika Vol. 3, No.

1 Januari 2014, 17-24 ISSN: 2303-1751

PENERAPAN MODEL ARBITRAGE PRICING THEORY


DENGAN PENDEKATAN VECTOR AUTOREGRESSION
DALAM MENGESTIMASI EXPECTED RETURN SAHAM
(Studi Kasus: Saham-Saham Kompas100 Periode 2010-2013)

VIAN RISKA AYUNING TYAS1, KOMANG DHARMAWAN2, MADE ASIH3

1,2,3
Jurusan Matematika FMIPA Universitas Udayana, Bukit Jimbaran-Bali
e-mail: 1vianriska21@gmail.com,2dharmawan.komang@gmail.com,
3
asihmath77@gmail.com

Abstract
The Arbitrage Pricing Theory (APT) is an alternative model to estimate the price of securities
based of arbitrage concept. In APT, the returns of securities are affected by several factors. This
research is aimed to estimate the expected returns of securities using APT model and Vector
Autoregressive model. There are ten stocks incorporated in Kompas100 index and four
macroeconomic variables, these are inflation, exchange rates, the amountof circulate money (JUB),
and theinterest rateof Bank Indonesia(SBI) are applied in this research.
The first step in using VAR is to test the stationary of the data using colerogram and the
results indicate that all data are stationary. The second step is to select the optimal lag based on the
smallest value of AIC. The Granger causality test shows that the LPKR stock is affected by the
inflation and the exchange rate while the nine other stocks do not show the existence of the expected
causality. The results of causality test are then estimated by the VAR models in order to obtain
expected returnof macroeconomic factors. The expected return of macroeconomic factors obtained
is used in the APT model, then the expected return stock LPKR is calculated. It shows that the
expected return of LPKR is 3,340%

Keywords: Arbitrage Pricing Theory, Granger causality test, optimal lag test, Portmanteau test,
stationary test, Vector Autoregression

1. Pendahuluan namun diasumsikan bahwa tingkat


pengembalian saham dan faktor-faktor tersebut
Investasi merupakan salah satu alternatif
memiliki hubungan yang linear (Fabozzi, F.J.,
untuk meningkatkan nilai aset pada masa depan
1999).
sehingga dengan melakukan investasi,
Faktor-faktor dalam APT dapat diartikan
penurunan daya beli dapat diimbangi dengan
sebagai variabel-variabel makroekonomi yang
return dari investasi. Pada dunia investasi
memengaruhi pergerakan harga saham. Untuk
terdapat suatu risiko dan untuk
melihat pengaruh dan hubungan kausalitas
meminimalkannya investor akan mengestimasi
antara return saham dan variabel-variabel
tingkat pengembalian yang diharapkan
makroekonomi dapat digunakan analisis Vector
(expected return). Metode yang biasa digunakan
Autoregression (VAR).
untuk mengestimasi expected return salah
Salah satu keunggulan VAR adalah bahwa
satunya adalah Arbitrage Pricing Theory (APT).
model VAR ini sederhana, peneliti tidak perlu
APT menyatakan tingkat pengembalian
menentukan mana variabel endogen dan mana
saham berhubungan linear dengan 𝑛 faktor.
variabel eksogen karena semua variabel dalam
APT tidak menyebutkan faktor-faktor tersebut,
1
Mahasiswa Jurusan Matematika FMIPA Universitas Udayana 17
2 Staf Pengajar Jurusan Matematika FMIPA Universitas Udayana
Vian Riska Ayuning Tyas, Komang Dharmawan, Made Asih Penerapan Model Arbitrage Pricing Theory

VAR adalah variabel endogen. Selain itu jumlah dari hasil setiap risisko sistematis dan
VAR dapat dibuat model terpisah untuk premi risisko diberikan oleh faktor pasar
masing-masing variabel endogen. Hasil keuangan 𝛽1,𝐹2 [𝐸(𝑅𝐹2 ) − 𝑅𝐹 ]. Dalam model
peramalan (forecast) dengan model ini pada risiko dan pengembalian lain dijelaskan,
banyak kasus lebih baik dibandingkan investor tidak memperoleh kompensasi atas
dengan hasil peramalan yang diperoleh risiko tidak sistematis yang diterimanya
dengan menggunakan model persamaan (Fabozzi, F.J., 1999).
simultan yang komplek (Gujarati, 2003).
Variabel-Variabel Makroekonomi
2. Ulasan Pustaka Variabel-variabel makroekonomi dapat
Arbitrage Pricing Theory (APT) dijadikan faktor-faktor dalam APT. APT
menyatakan bahwa harga saham dipengaruhi
Arbitrage Pricing Theory (APT) merupakan oleh berbagai faktor. Karena variabel-variabel
model alternatif untuk menentukan harga saham makroekonomi berpengaruh terhadap harga
yang sepenuhnya berdasarakan konsep arbitrase, saham maka variabel-variabel makroekonomi
sehingga disebut teori penetapan harga arbitrase dapat dijadikan faktor-faktor dalam APT.
(Arbitrage Pricing Theory). Secara sederhana, Menurut Mankiw (2007) menjelaskan
arbitrase berarti pembelian dan penjualan saham bahwa inflasi, kurs, suku bunga, dan jumlah
yang berkarakteristik sama pada pasar yang uang yang beredar merupakan variabel-variabel
berbeda (Fabozzi, F.J., 1999). makroekonomi yang berpengaruh terhadap
Model APT memiliki asumsi bahwa harga saham. Oleh karena itu dalam penelitian
tingkat pengembalian acak atas sekuritas ini digunakan empat variabel makroekonimi
𝑖 dipengaruhi oleh beberapa faktor. Asumsi tersebut.
tersebut dapat dinyatakan dalam persamaan Faktor-faktor makroekonomi yang akan
sebagai berikut: digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
𝑅̃𝑖 = 𝐸(𝑅𝑖 ) + 𝛽𝑖.1 𝐹̃1 + ⋯ + 𝛽𝑖.𝑛 𝐹̃𝑛 + 𝜖̃𝑖 (1) 1. Inflasi
2. Nilai Tukar Mata Uang (Kurs)
dengan 𝑅̃𝑖 menyatakan tingkat pengembalian
3. Jumlah Uang Beredar (JUB)
acak dari sekuritas 𝑖, 𝐸(𝑅𝑖 ) menyatakan
4. Suku Bunga Bank Indonesia (SBI)
pengembalian yang diharapkan dari sekuritas 𝑖,
𝛽𝑖.𝑛 menyatakan kepekaan sekuritas ke-𝑖
Vector Autoregression
terhadap faktor ke-𝑛, 𝐹̃1 menyatakan faktor ke-
Vector Autoregressive (VAR) merupakan
𝑛 yang umum bagi pengembalian sekuritas, dan
analisis yang biasanya digunakan dalam
𝜖̃𝑖 menyatakan pengembalian tidak sistematis
menganalisis hubungan variabel-variabel
bagi sekuritas.
deret waktu. Perbedaan analisis VAR dengan
Persamaan APT dapat digeneralisasikan
analisis deret waktu yang lain terletak pada
ke dalam kondisi di mana terdapat faktor 𝑛,
model persamaan simultannya karena dalam
sehingga menjadi:
analisis ini mempertimbangkan beberapa
variabel endogen (terikat) secara bersama-
𝐸(𝑅𝑖 ) = 𝑅𝐹 + 𝛽1,𝐹1 [𝐸(𝑅𝐹1 ) − 𝑅𝐹 ]
sama dalam suatu model. Masing-masing
+𝛽2,𝐹2 [𝐸(𝑅𝐹2 ) − 𝑅𝐹 ] + ⋯
+𝛽𝑛,𝐹𝑛 [𝐸(𝑅𝐹𝑛 ) − 𝑅𝐹 ]. (2) masing variabel selain diterangkan oleh
nilainya di massa lampau juga dipengaruhi
Model ini menyatakan bahawa investor ingin oleh nilai masa lalu dari semua variabel
memperoleh kompensasi atas seluruh faktor endogen lainnya dalam model yang diamati.
yang secara matematis mempengaruhi Menurut Tsay (2002), suatu data deret
pengembalian sekuritas. Kompensasi itu adalah waktu multivariat X 𝑡 merupakan suatu proses

18
E-Jurnal Matematika Vol. 3, No.1 Januari 2014, 17-24 ISSN: 2303-1751

VAR orde satu atau VAR(1), jika mengikuti peka terhadap panjang lag, sehingga perlu
model: untuk menentukan ketepatan panjang lag yang
optimal (Widarjono, 2007). Untuk
X 𝑡 = δ + θX 𝑡−1 + 𝑢𝑡 (3) menentukan panjang lag optimal pada model
VAR dapat menggunakan Akaike
dengan δ merupakan suatu vektor dimensi k, θ Information Criteria (AIC). Perhitungan
merupakan matriks 𝑘 × 𝑘, dan 𝑢𝑡 merupakan untuk AIC adalah :
vektor acak yang tidak saling berkorelasi,
rataannya nol dan kovarians berupa matriks 𝑅𝑆𝑆 2𝑘
𝐴𝐼𝐶 = 𝑙𝑛 ( 𝑛
)+ 𝑛 (5)
dilambangkan Σ. Misal 𝑥1𝑡 dan 𝑥2𝑡 dimasukkan
ke dalam persamaan VAR orde satu, maka
dengan 𝑅𝑆𝑆 adalah banyak residual kuadrat
persamaan VAR dapat dinyatakan sebagai:
(residual sum of squares), 𝑘 adalah banyak
parameter yang diestimasi dan 𝑛 adalah banyak
𝑥1𝑡 = 𝛿11 +𝜃11 𝑥1𝑡−1 + 𝜃12 𝑥2𝑡−1 + 𝑢1𝑡 ,
𝑥2𝑡 = 𝛿21 + 𝜃 21 𝑥1𝑡−1 + 𝜃22 𝑥2𝑡−1 + 𝑢2𝑡 . (4) observasi.Lag optimal ada pada nilai terkecil
yang didapat dari perhitungan AIC (Widarjono,
Asumsi yang harus dipenuhi dalam analisis 2007).
VAR adalah semua variabel terikat bersifat
stasioner, semua residual bersifat white noise, Kausalitas Granger
yaitu memiliki rataan nol, varians konstan dan Salah satu analisis yang berkaitan
tidak terdapat korelasi di antara variabel terikat. dengan model VAR adalah mencari
hubungan sebab akibat atau uj i
Kestasioneran Data kausalitas antar var iabel endogen
Data yang stasioner merupakan data yang (dependent/terikat) di dalam model
berada dalam kesetimbangan di sekitar nilai VAR.Hubungan sebab akibat ini bisa diuji
yang konstan dan varians di sekitar rataan menggunakan uji kausalitas Granger
tersebut tetap konstan selama periode waktu (Widarjono, 2007).
tertentu (Mankiw, 2007). Menurut Rosadi (2012), untuk
Pola data deret waktu dapat dilihat dari plot menjelaskan konsep kausalitas Granger
atau grafik data tersebut dan untuk mengetahui berikut digunakan kasus dua variabel
apakah data deret waktu stasioner atau tidak, runtun waktu yang stasioner misal X dan Y
maka dapat dilihat dari korelogram. Data deret dapat dinyatakan dengan persamaan
waktu dikatakan tidak stasioner apabila plot restricted sebagai berikut:
autokorelasi berada di luar garis Bartlet (garis
putus-putus), nilai koefisien autokorelasi pada 𝑌𝑡 = 𝛼 + 𝜙1 𝑌𝑡−1 + 𝛽1 𝑋𝑡−1 + 𝜀𝑡 (6)
lag satu cukup besar, dan turun secara perlahan
[3] dengan 𝑌𝑡 adalah nilai variabel 𝑌 pada saat
, serta nilai probabilitas yang mendekati nol
atau lebih kecil dari 5% (Winarno, 2007). periode waktu ke 𝑡, 𝑌𝑡−1 adalah nilai
variabel 𝑌 pada saat periode waktu𝑡 − 1,α
Lag Optimal adalah intersep, 𝜙1 koefisien dari lag ke-1
variabel 𝑌, 𝑋𝑡−1 adalah nilai variabel 𝑋 pada
Sebelum melakukan analisis VAR perlu
saat periode waktu 𝑡 − 1, 𝛽1 adalah koefisien
dilakukan pemeriksaan lag yang optimal
dari lag ke-1 variabel 𝑋, dan 𝜀𝑡 galat pada
terlebih dahulu. Pemeriksaan lag digunakan
saat 𝑡
untuk menentukan panjang lag optimal yang
Persamaan (6) dapat digeneralisasikan
akan digunakan dalam estimasi hubungan
menjadi persamaan yang lebih umum yaitu
kausalitas dan akan menentukan estimasi
persamaan unrestricted sebagai berikut:
parameter untuk model VAR. Estimasi
hubungan kausalitas dan model VAR sangat

19
Vian Riska Ayuning Tyas, Komang Dharmawan, Made Asih Penerapan Model Arbitrage Pricing Theory

𝑌𝑡 = 𝛼 + 𝛿𝑡 + 𝜙1 𝑌𝑡−1 + ⋯ + 𝜙𝑝 𝑌𝑝−1 + diagnostik yang digunakan adalah Uji. Uji ini


𝛽1 𝑋𝑡−1 + ⋯ + 𝛽𝑞 𝑋𝑞−1 + ⋯ + 𝜀𝑡 (7) pertama kali diperkenalkan oleh Box dan Pierce
pada tahun 1970. Uji Portmanteau
dengan 𝑌𝑡 adalah nilai variabel 𝑌 pada saat menghasilkan statistik Q yang mengikuti
periode waktu ke 𝑡, α adalah sebaran chi square dengan persamaan sebagai
intersep,𝑌𝑡−1 adalah nilai variabel 𝑌 pada saat berikut:
periode waktu 𝑡 − 1, 𝜙1 koefisien dari lag ke-
𝑚
1 variabel 𝑌, 𝜙𝑝 adalah koefisien dari lag ke 𝑝
𝑄 = 𝑛∑ (𝑟𝑘 )2 (9)
variabel 𝑌, 𝑌𝑝−1 adalah nilai variabel 𝑌 pada 𝑘=1

saat 𝑝 − 1, 𝑋𝑡−1 adalah nilai variabel 𝑋 pada


dengan Q adalah Statistik Q, 𝑛 adalah
saat periode waktu 𝑡 − 1, 𝛽1 adalah koefisien
banyaknya peubah yang digunakan, 𝑘 =
dari lag ke-1 variabel 𝑋, 𝛽𝑞 adalah koefisisen,
1, … , 𝑚 adalah beda kala (lag), dan 𝑟𝑘 adalah
dari lag ke-𝑞 variabel 𝑋, 𝑋𝑞−1 adalah nilai residual autokorelasi. Sedangkan hipotesis yang
variabel 𝑋 pada saat 𝑞 − 1, dan 𝜀𝑡 adalah galat akan diuji adalah sebagai berikut:
pada saat 𝑡.
Persamaan (7) dapat dinyatakan 𝐻0 = tidak ada autokorelasi sisaan sampai lag
𝑋Granger cause𝑌 jika terdapat setidaknya ke-𝑚
𝐻1 = terdapat autokorelasi sisaan sampai lag ke-
satu 𝛽𝑖 , i=1,2,…,q yang signifikan. Estimasi
𝑚
model dapat dilakukan dengan metode metode
Ordinary Least Square (OLS) dan uji jika nilai probabilitas dari statistik Q lebih besar
signifikansi koefisien regresi dilakukan dari 0.1 maka terima 𝐻0 yang berarti tidak
dengan uji statistik F. terdapat autokorelasi yang signifikan hingga lag
Koefisien 𝛽1 dalam persamaan (7) yang ditentukan.
mengukur besarnya pengaruh 𝑋𝑡−1 terhadap
𝑌𝑡 . Dengan demikian jika nilai 𝛽1 = 0 maka 𝑋 3. Metode Penelitian
tidak granger cause 𝑌. Pengujian kausalitas
Data yang digunakan pada penelitian ini
Granger untuk persamaan (7) dapat dilakukan
adalah data sekunder berupa data variabel-
dengan uji signifikansi parameter dengan
variabel ekonomi seperti tingkat inflasi, tingkat
menggunakan metode Ordinary Least Square
suku bunga SBI, nilai tukar mata uang Rupiah
(OLS) dan uji signifikansi menggunakan
terhadap Dollar Amerika dan jumlah uang yang
metode standar yaitu uji F. Uji F dapat
beredar di Indonesia, berupa data bulanan dari
dihitung dengan menggunakan persamaan
tahun (2010-2013) yang dapat diperoleh pada
sebagai berikut:
situs www.bi.go.id. Data sepuluh indeks harga
𝑅𝑆𝑆𝑅 −𝑅𝑆𝑆𝑈𝑅 saham perusahaan-perusahaan yang tergabung
𝐹 = (𝑛 − 𝑘) 𝑚(𝑅𝑆𝑆𝑈𝑅 )
(8) dalam bursa saham Kompas100 diperoleh dari
situs www.yahoo.finance.com berupa data
dengan 𝑅𝑆𝑆𝑅 adalah nilai jumlah kuadrat bulanan dari tahun (2010-2013).
residual dalam persamaan restricted,𝑅𝑆𝑆𝑈𝑅 Langkah-langkah analisis dalam penelitian
adalah nilai jumlah kuadrat residual dalam ini meliputi:
persamaan unrestricted,𝑛 adalah banyak 1. Pemilihan sepuluh saham yang tergabung
observasi, 𝑚 adalah banyak lag, dan 𝑘 adalah dalam Kompas100 menggunakan kriteria
banyak parameter yang diestimasi di dalam sebagai berikut:
persamaan unrestricted. a. Saham yang selalu tergabung dalam
bursa saham Kompas100 selama
Uji Diagnostik Portmanteau periode tahun 2010 hingga tahun 2013.
Uji diagnostik dilakukan untuk memenuhi b. Saham yang memiliki volume
asumsi white noise. Dalam penelitian ini, uji perdagangan tinggi selama periode

20
E-Jurnal Matematika Vol. 3, No.1 Januari 2014, 17-24 ISSN: 2303-1751

penelitian yang dihitung berdasarkan diperingkat berdasarkan rata-rata volume


rata-rata volume perdagangan dengan perdagangan saham dan dipilih sepuluh saham
rumus sebagai berikut: dengan rata-rata volume perdagangan paling
tinggi. Perhitungan rata-rata volume
∑𝑛𝑖=1 𝑥𝑖 perdagangan saham dihitung menggunakan
𝑥̅ = (10)
𝑛 persamaan (10).
Sepuluh saham tersebut adalah
dengan 𝑥̅ adalah rata-rata hitung, 𝑛 adalah
Telekomunikasi Idonesia (TLKM), Sentul City
jumlah data, dan 𝑥𝑖 adalah nilai data ke-𝑖.
(BKSL), Kalbe Farma (KLBF), Alam Sutera
2. Langkah awal dalam menentukan expected
Realty (ASRI), Jasa Marga (JSMR), Lippo
return suatu saham adalah menghitung
Karawaci (LPKR), Bhakti Investama (BHIT),
return saham dan return variabel
Kawasan Industri Jababeka (KIJA), Bakrie
makroekonomi (return faktor) terlebih
Sumatra Planstations (UNSP), dan Adaro
dahulu. Perhitungan return masing-masing
Energi (ADRO). Selanjutnya dihitung masing-
saham menggunakan persamaan sebagai
masing return dari kesepuluh saham tersebut.
berikut:
Rata-rata return sepuluh saham tersebut dapat
𝑃𝑖,𝑡 − 𝑃𝑖,𝑡−1 dilihat pada tabel berikut:
𝑅𝑖,𝑡 = . (11)
𝑃𝑖,𝑡−1
Tabel 1. Daftar Sepuluh Saham Kompas100
3. Arbitrage Pricing Theory menyatakan Periode 2010-2013
return saham berhubungan linier dengan n No Kode Saham Rata-Rata
faktor (variable-variabel makroekonomi) 1 TLKM -0,01794
sehingga perlu menghitungreturn faktor
2 BKSL 0,05336
makroekonomi.
3 KLBF 0,05707
4. Uji Stasioneritas
5. Uji lag optimal dengan memilih nilai AIC 4 ASRI 0,03872
yang terkecil 5 JSMR 0,03051
6. Uji kausalitas Granger 6 LPKR 0,03084
7. Menentukan model VAR 7 BHIT 0,02111
8. Uji Diagnostik Portmanteau 8 KIJA 0,02819
9. Estimasi dengan Model VAR 9 UNSP 0,00765
10. Menyusun Persamaan APT
10 ADRO -0,04742
11. Menghitung expected return saham
Variabel-variabel makroekonomi dalam
penelitian ini merupakan faktor-faktor yang
4. Hasil dan Pembahasan dianggap memengaruhi return saham
Penelitian ini menggunakan sepuluh saham Kompas100. Tingkat pengembalian variabel-
pada Kompas100 sebagai sampel, Dalam variabel makroekonomi yang digunakan untuk
menentukan sepuluh saham tersebut digunakan mengestimasi return saham disebut juga return
dua kriteria. Kriteria yang pertama adalah faktor dalam APT. Oleh karena itu setelah
saham yang selalu tergabung pada Kompas100 menghitung return saham langkah selanjutnya
dalam periode penelitian yaitu 2010-2013 adalah menghitung return faktor. Rata-rata
sehingga ada sembilan kali evaluasi yang return faktor dapat dilihat pada Tabel 2:
terjadi. Pada periode penelitian tersebut terdapat
46 saham yang selalu bertahan dalam
Kompas100. Selanjutnya untuk memperoleh
kriteria yang kedua, saham-saham tersebut

21
Vian Riska Ayuning Tyas, Komang Dharmawan, Made Asih Penerapan Model Arbitrage Pricing Theory

Tabel 2. Rata-Rata Return Faktor Berdasarkan uji kausalitas Granger


diperoleh hanya ada satu saham yang memiliki
N Rata-
o Return Faktor Rata hubungan kausalitas dengan lebih dari satu
1 Inflasi -0,11589 variabel makro ekonomi yaitu LPKR
2 Nilai Tukar Mata Uang (Kurs) 0,00260 dipengaruhi oleh inflasi dan kurs sedangkan
3 Jumlah Uang Beredar (JUB) 0,01318 Sembilan saham lainnya tidak mempunyai
Suku Bunga Bank Indonesia
4 (SBI) 0,00022
hubungan kausalitas yang diharapkan. Hasil uji
kausalitas granger pada saham LPKR dapat
dilihat pada Tabel berikut:
Uji Stasioneritas
Tabel 3. Hasil Uji Kausalitas Granger
Uji kestasioneran data dilakukan terlebih
No Variabel 1 Variabel 2 F hitung Prob.
dahulu sebelum melakukan analisis VAR untuk
menghindari hasil regresi palsu dan melihat 1 Inflasi LPKR 2.52317 0.04890
kestasioneran data. Untuk menguji 2 LPKR Inflasi 0.78472 0.59040
kestasioneran data dalam penelitian ini 3 Kurs LPKR 2.70348 0.03770
menggunakan korelogram. Berdasarkan plot 4 LPKR Kurs 0.76820 0.60220
series dan korelogram dipereroleh hasil uji
stasioner sepuluh return saham dan return Tabel 3 menjelaskan bagaimana pengaruh
faktor makroekonomi mempunyai data yang variabel 1 terhadap variabel 2 dengan melihat
sudah stasioner. nilai probabilitas dan F hitungnya. Uji
Kausalitas Granger dalam penelitian ini
Uji lag Optimal menggunakan nilai 𝛼 yaitu 10% (0,1). Dari
Setelah melakukan uji stasioneritas Tabel 3 terlihat bahwa uji kausalitas Granger
selanjutnya dilakukan uji lag optimal untuk inflasi terhadap LPKR memiliki nilai
menentukan panjang lag optimal yang akan probabilitas yang lebih kecil dari nilai 𝛼 yaitu
digunakan dalam analisis VAR. Dalam memilih 0,0489 < 0,1dan F hitungnya lebih besar dari F
jumlah lag optimal, model VAR diestimasi tabelnya yaitu 2,52317 > 2,09. Sedangkan
dengan jumlah lag yang berbeda-beda kemudian LPKR terhadap inflasi memiliki nilai
dibandingkan nilai AICnya. Nilai AIC yang probabilitas yang lebih besar dari nilai 𝛼 yaitu
paling rendah dipilih sebagai lag optimal. Dari 0,5904 < 0,1 dan F hitungnya lebih kecil dari F
uji lag optimal diperoleh hasil dari bahwa tabel yaitu 0,78472 < 2,09. Hal ini berarti
seluruh saham optimal pada lag ke 6. terdapat pengaruh inflasi terhadap LPKR secara
signifikan namun tidak terdapat pengaruh dari
Uji Kausalitas Granger LPKR terhadap inflasi.Dengan interpretasi yang
Uji kausalitas Granger digunakan untuk sama untuk Kurs terhadap LPKR dapat
melihat ada atau tidaknya hubungan antara dinyatakan memiliki pengaruh yang signifikan
variabel-variabel makroekonomi (return faktor) sedangkan untuk LPKR terhadap kurs tidak
dengan return saham. Untuk melihat ada atau memiliki pengaruh. Oleh karena itu dalam
tidaknya hubungan antar variabel dapat dilihat model VAR pada saham LPKR hanya
dari nilai probabilitasnyajika nilai probabilitas menggunakan dua variabel makroekonomi yaitu
<𝛼 maka dapat dinyatakan terdapat hubungan Inflasi dan kurs.
kausalitas. Untuk melihat signifikansi antar
variabel dapat dilihat dari nilai F hitungnya Uji Diagnostik Portmanteau
dengan cara membandingkan nilai F hitung
Uji Portmanteau menghasilkan statistik Q
dengan nilai F tabel jika F hitung > F tabel
yang dihitung menggunakan persamaan (8).
maka dapat dinyatakan hubungan kausalitasnya
Model VAR dikatakan whitenoise apabila nilai
memiliki pengaruh yang signifikan.

22
E-Jurnal Matematika Vol. 3, No.1 Januari 2014, 17-24 ISSN: 2303-1751

statistik-Q >𝛼 (0,1). Berikut adalah hasil uji Model VAR yang telah diperoleh dari
Portmanteau dengan bantuan software EViews: langkah sebelumnya selanjutnya dilakukan
estimasi untuk masing-masing variabel.
Tabel 4. Hasil Uji Portmanteau Estimasi dari masing-masing variabel diperoleh
Lag Q-Statistik Probabilitas dengan bantuan software EViews. Selanjutnya
1.983256 NA* rata-rata expected return masing-masing
1
variabel dapat dilihat pada tabel berikut :
2 8.556336 NA*
3 11.68300 NA*
Tabel 5. Expected Return Variabel
4 19.52359 NA*
5 26.62544 NA* Rata-
6 30.51175 NA* No Expected Return Variabel Rata
7 41.11649 0.1034 1 Inflasi -0,03171
8 45.03679 0.1435 Nilai Tukar Mata Uang
2 (Kurs) 0,00246
9 52.84074 0.2136
10 58.31440 0.2737 Persamaan APT
11 62.92333 0.2859
Expected return saham dalam penelitian
12 69.72689 0.2576 ini mengunakan model APT. Dari langkah-
langkah sebelumnya dapat disusun persamaan
APT sebagai berikut:
Dari Tabel 4 diketahui nilai probabilitas
statistik Q > 0,1 yang berarti tidak terdapat
E(R 𝐿𝑃𝐾𝑅 ) = 0.0338 × 𝑅𝐹
residual serial dalam model dan dapat +0.00165[(𝐸(𝑅𝐼𝑛𝑓𝑙𝑎𝑠𝑖 )) − 𝑅𝐹 ]
dinyatakan memenuhi asumsi white noise. −0.278[(𝐸(𝑅𝐾𝑢𝑟𝑠 )) − 𝑅𝐹 ].

Dari persamaan APT yang diperoleh kemudian


Model VAR dilakukan perhitungan Expected return saham
Model VAR untuk saham LPKR adalah LPKR sebesar 0,03340 atau 3,340%.. Expected
sebagai berikut: return saham LPKR lebih tinggi dari actual
returnnya yaitu 0,02819 hal ini berarti return
saham LPKR diperkirakan akan naik.
𝐼𝑛𝑓𝑙𝑎𝑠𝑖𝑡 = 0,909899 + 4,184681𝐿𝑃𝐾𝑅𝑡−1
−0,921363𝐿𝑃𝐾𝑅𝑡−2 + 9,418961𝐿𝑃𝐾𝑅𝑡−3
−16,60064𝐿𝑃𝐾𝑅𝑡−4 + 3,063556𝐿𝑃𝐾𝑅𝑡−5
−16,57074𝐿𝑃𝐾𝑅𝑡−6 + 0,05024𝐼𝑛𝑓𝑙𝑎𝑠𝑖𝑡−1 5. Kesimpulan
+0,268486𝐼𝑛𝑙𝑓𝑙𝑎𝑠𝑖𝑡−2 − 0,324887𝐼𝑛𝑓𝑙𝑎𝑠𝑖𝑡−3
+0,479514𝐼𝑛𝑓𝑙𝑎𝑠𝑖𝑡−4 + 0,026263𝐼𝑛𝑓𝑙𝑎𝑠𝑖𝑡−5 Berdasarkan uraian pada bab hasil dan
−0,299301𝐼𝑛𝑓𝑙𝑎𝑠𝑖𝑡−6 + 37,141926𝐾𝑢𝑟𝑠𝑡−1 pembahasan, maka diperoleh beberapa
−49,38605𝐾𝑢𝑟𝑠𝑡−2 + 19,24208𝐾𝑢𝑟𝑠𝑡−3
−17,15496𝐾𝑢𝑟𝑠𝑡−4 + 4,864203𝐾𝑢𝑟𝑠𝑡−5
simpulan, yaitu:
−126,8621𝐾𝑢𝑟𝑠𝑡−6. 1. Berdasarkan analisis Vector Autoregression
(VAR) pada sepuluh saham Kompas100
𝐾𝑢𝑟𝑠𝑡 = 0,011681 − 0,029351𝐿𝑃𝐾𝑅𝑡−1
−0,163144𝐿𝑃𝐾𝑅𝑡−2 + 0,087379𝐿𝑃𝐾𝑅𝑡−3 hanya saham LPKR yang dipengaruhi oleh
−0,092865𝐿𝑃𝐾𝑅𝑡−4 + 0,079866𝐿𝑃𝐾𝑅𝑡−5 lebih dari satu variabel makroekonomi
−0,041122𝐿𝑃𝐾𝑅𝑡−6 − 0,000586𝐼𝑛𝑓𝑙𝑎𝑠𝑖𝑡−1 dalam penelitian ini. Saham LPKR
+0,003931𝐼𝑛𝑙𝑓𝑙𝑎𝑠𝑖𝑡−2 − 0,004533𝐼𝑛𝑓𝑙𝑎𝑠𝑖𝑡−3
−0,002567𝐼𝑛𝑓𝑙𝑎𝑠𝑖𝑡−4 + 0,000409𝐼𝑛𝑓𝑙𝑎𝑠𝑖𝑡−5 dipengaruhi secara signifikan oleh inflasi
+0,005377𝐼𝑛𝑓𝑙𝑎𝑠𝑖𝑡−6 + 0,218732𝐾𝑢𝑟𝑠𝑡−1 dan kurs.
−0,35049𝐾𝑢𝑟𝑠𝑡−2 + 0,105329𝐾𝑢𝑟𝑠𝑡−3
−0,331320𝐾𝑢𝑟𝑠𝑡−4 + 0,037904𝐾𝑢𝑟𝑠𝑡−5
2. Berdasarkan model Arbitrage Pricing
−0,306231𝐾𝑢𝑟𝑠𝑡−6. Theory (APT) diperoleh model untuk
saham LPKR sebagai berikut:

23
Vian Riska Ayuning Tyas, Komang Dharmawan, Made Asih Penerapan Model Arbitrage Pricing Theory

E(R 𝐿𝑃𝐾𝑅 ) = 0.0338 × 𝑅𝐹


+0.00165[(𝐸(𝑅𝐼𝑛𝑓𝑙𝑎𝑠𝑖 )) − 𝑅𝐹 ]
−0.278[(𝐸(𝑅𝐾𝑢𝑟𝑠 )) − 𝑅𝐹 ].

Expected return saham LPKR lebih tinggi dari


actual returnnya. Hal ini menunjukkan bahwa
estimasi return saham dengan model APT pada
saham LPKR akan mengalami kenaikan.

Daftar Pustaka
Box, G.E.P., dan Pierce D.A. 1970.
“Distribution of residual autocorrelations
in autoregressive-integrated moving
average time series models”.J Amer Statist
Assoc, Vol 65:1509-25.
Fabozzi, F.J. 1999. Manajemen Investasi.
Salemba Empat. Jakarta.
Gujarati, D. 2003. Basic Ekonometrics. Mc
Graw-Hill, New York.
Makridakis, S., S.C Wheelwright. Dan V.E,
McGee. 1999. Metode dan Aplikasi
Peramalan. Erlangga. Jakarta.
Mankiw, N.G. 2007. Makroekonomi. Erlangga.
Jakarta.
Rosadi, D. 2012. Ekonometrika dan Analisis
Runtun Waktu Terapan. ANDI.
Yogyakarta.
Sukirno, S. 2007. Pengantar Teori
Makroekonomi. Kencana. Jakarta.
Tsay, R.S. 2002. Analysis Financial Time
Series. John Willey and Sons Inc. United
States of America.
Widarjono, A. 2007. Ekonometrika Teori dan
Aplikasinya untuk Ekonomi dan Bisnis.
Ekorisia. Yogyakarta.
Winarno, W.W. 2007. Analisis Ekonometrika
dan Statistika dengan EViews. Unit
Penerbit dan Percetakan AMP YKPN,
Yogyakarta.

24

Вам также может понравиться