Вы находитесь на странице: 1из 14

Jurnal Keperawatan Terapan (e-Journal), Vol. xx, No.

x, 20xx: xxx - xxx

PENGARUH TERAPI RELAKSASI BENSON TERHADAP TINGKAT


KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI SECTIO CAESAREA DI RSUD
MARDI WALUYO KOTA BLITAR

Arumingtyas Pawestri1) Farida Halis DK2) Goretti Maria Sindarti3)


1), 2), 3)
Prodi Sarjana Terapan Keperawatan Malang, Poltekkes Kemenkes Malang
E-mail: pawestriarum03@gmail.com

EFFECTS OF BENSON'S RELAXATION THERAPY ON THE ANXIETY LEVEL OF


PREOPERATIVE SECTIO CAESAREA PATIENTS IN RSUD MARDI WALUYO
BLITAR CITY

Abstract: various kinds of emotions in sectio caesarea patients, one of which is anxiety. Anxiety
is a certain state (state anxiety), which is facing a situation that is uncertain and uncertain of its
ability to deal with objects.Anxiety is a manifestation of rejection from individuals that cause
feelings of fear. Management to deal with anxiety can be non-pharmacological. One of them is
Benson's relaxation. The purpose of this study is to identify the level of anxiety of patients pre
sectio caesarean surgery before and after Benson relaxation therapy. Patients before benson
relaxation performed anxiety measurements with HARS anxiety meter (pre test) and then do the
intervention and anxiety measurements again (post test). This research design uses quasy
experiment with pre test post test design. The sample in this study was 12 patients with
preoperative cesarean section with details of 6 patients as the treatment group and 6 patients as
the control group. The test used is the Paired Sample T-Test to see the value of pre and post
treatment with the results of p = 0.012 (> 0, 05) which means that there are differences in
outcomes between before and after Benson relaxation therapy in the treatment group. Suggestions
for further researchers to compare the level of anxiety with a variety of other therapy

Keywords: Benson Relaxation, Anxiety, Preoperative Sectio Caesarean

Abstrak: Sectio caesarea merupakan proses persalinan dengan melakukan pembedahan. Dalam
menghadapi pembedahan menimbulkan berbagai macam emosi pada pasien sectio caesarea,
salah satunya adalah kecemasan. Kecemasan adalah suatu keadaan tertentu (state anxiety), yaitu
menghadapi situasi yang tidak pasti dan tidak menentu terhadap kemampuannya dalam
menghadapi objek. Kecemasan merupakan perwujudan penolakan dari individu yang
menimbulkan perasaan takut. Penatalaksanaan untuk menangani kecemasan dapat berupa non
farmakologis. Salah satunya adalah relaksasi benson. Tujuan penelitian ini mengidentifikasi
tingkat kecemasan pasien pre operasi sectio caesarea sebelum dan sesudah dilakukan terapi
relaksasi benson. Pasien sebelum dilakukan relaksasi benson dilakukan pengukuran kecemasan
dengan alat ukur kecemasan HARS (pre test) kemudian dilakukan intervensi dan diukur kembali
kecemasannya (post test). Desain penelitian ini menggunakan quasy experiment with pre test post
test design. Sampel dalam penelitian ini adalah pasien pre operasi sectio caesarea sebanyak 12
pasien dengan rincian 6 pasien sebagai kelompok perlakuan dan 6 pasien sebagai kelompok
kontrol. Uji yang digunakan yaitu Paired Sample T-Test untuk melihat nilai pre dan post
perlakuan dengan hasil p = 0,012 (>0,05) yang berarti ada perbedaan hasil antara sebelum dan
sesudah dilakukan terapi relaksasi benson pada kelompok perlakuan. Saran untuk peneliti
selanjutnya untuk melakukan perbandingan tingkat kecemasan dengan berbagai macam
pemberian terapi lain..

Kata kunci: Relaksasi Benson, Kecemasan, Pre Operasi Sectio Caesarea.

1
Pengaruh Terapi Relakasasi Benson (Pawestri et. al)

PENDAHULUAN menyenangkan yang dialami individu dan bukan


Persalinan secara sectio caesarea akan
kecemasan sebagai sifat yang melekat pada
memberikan dampak psikologis bagi ibu dan
kepribadian (Ghufron, N & Risnawati, 2017).
keluarganya. Perasaan khawatir menanti
Kecemasan terjadi akibat adanya stressor baik
kelahiran bayi akan dialami oleh setiap pasangan.
fisik atau emosional. Stressor tersebut
Rasa khawatir dan cemas tersebut akan semakin
mengaktivasi amygdala yang merupakan bagian
bertambah jika ibu harus melahirkan bayinya
dari sistem limbik yang berhubungan dengan
melalui tindakan operasi. Kecemasan yang
komponen emosional dari otak. Respon
dialami ibu dan keluarga biasanya terkait dengan
emosional yang timbul ditahan oleh input dari
segala macam prosedur asing yang harus dijalani
pusat yang lebih tinggi di forebrain. Respon
dan juga ancaman terhadap keselamatan jiwa
neurologis dari amygdala ditransmisikan dan
akibat segala macam prosedur pembedahan dan
menstimulasi respon hormonal dari hipotalamus.
tindakan pembiusan (Carpenito, 2013).
Hipotalamus akan melepaskan hormon CRF
Kecemasan ibu dalam menghadapi persalinan
(Corticotropin Releasing Factor) yang
secara sectio caesarea disebabkan oleh beberapa
menstimulasi hipofisis untuk melepaskan hormon
faktor, yaitu dukungan social, potensi stressor,
lain yaitu ACTH (Adrenocorticotropic Hormone)
keadaan fisik, pendidikan dan status ekonomi,
ke dalam darah. ACTH sebagai gantinya
social budaya, maturitas, dan umur.
menstimulasi kelenjar adrenal untuk
Dalam jurnal penelitian Pawatte, Pali, & menghasilkan kortisol. Peningkatan kortisol
Opod (2013) hasil penelitian mengenai gambaran inilah yang menyebabkan terjadinya kecemasan
tingkat kecemasan pada ibu pre sectio caesarea (Guyton, Arthur C., & Hall, 2014)
pada dua rumah sakit didapatkan perbedaan yaitu
Kecemasan dan kekhawatiran pada ibu
di RSUP. Prof. Dr. R. D. Kandaou dari 15
hamil apabila tidak ditangani dengan serius akan
responden hanya memliki kecemasan ringan
membawa dampak dan pengaruh terhadap fisik
sebanyak 40%, kategori sedang sebanyak 26,7%
dan psikis baik ibu maupun janinnya. Kecemasan
dan tidak merasa cemas sebanyak 33,3%.
apabila tidak diatasi dapat mengakibatkan pasien
Sedangkan di RSIA Kasih Ibu dari 15 responden
tidak mampu berkonsentrasi dan mamahami
memiliki kecemasan ringan yaitu sebanyak 6,7%
kejadian selama perawatan dan prosedur
dan sisanya 93,3% tidak merasa cemas.
pembedahan, selain itu kecemasan juga dapat
Kecemasan adalah suatu keadaan tertentu
menyebabkan terganggunya proses penyembuhan
(state anxiety), yaitu menghadapi situasi yang
atau pemulihan setelah tindakan pembedahan
tidak pasti dan tidak menentu terhadap
(Ranita, 2016)
kemampuannya dalam menghadapi objek
tersebut. Hal tersebut berupa emosi yang kurang

2
Jurnal Keperawatan Terapan (e-Journal), Vol. xx, No. x, 20xx: xxx - xxx

Penatalaksanaan untuk menangani Relaksasi Benson dilakukan dengan


kecemasan dapat secara farmakologi dan non mekanisme pernafasan, yaitu pada irama dan
farmakologi. Penatalaksanaan farmakologi dapat intensitas yang lebih lambat dan dalam.
berupa pemberian obat anti kecemasan Pernafasan yang lambat dan dalam dapat
nonbenzodiazepine, seperti Buspiron (Buspar) memberikan energi yang cukup, karena pada
dan berbagai antidepresan juga dapat digunakan. waktu menghembuskan nafas mengeluarkan
Penatalaksanaan non farmakologi dapat berupa karbondioksida (CO2) dan saat menghirup nafas
relaksasi, distraksi, pemberian informasi pra panjang mendapatkan oksigen (O2) yang sangat
bedah, terapi humor dan dukungan spiritual. diperlukan tubuh untuk membersihkan darah dan
Relaksasi merupakan salah satu bagian dari terapi mencegah kerusakan jaringan otak akibat
non farmakologis, yaitu complementary and kekurangan oksigen (hipoksia). Saat tarik nafas
alternative theuraphy (CATs) yang panjang otot-otot dinding perut (rektus
dikelompokkan ke dalam Mind-body and abdominalis, transversus abdominalis, internal
spiritual terapies (Solehati, 2015). dan ekternal obligue) menekan iga bagian bawah
Salah satu teknik relaksasi yang dapat kearah belakang serta mendorong sekat
dilakukan adalah dengan teknik relaksasi diafragma ke atas dapat berakibat meninggikan
Benson. Relaksasi Benson merupakan relaksasi tekanan intra abdominal, sehingga dapat
yang menggabungkan antara respon relaksasi merangsang aliran darah baik vena cava inferior
dan sistem keyakinan individu/faith factor maupun aorta abdominalis, mengakibatkan

(Solehati & Kosasih, 2010). Orang yang aliran darah (vaskularisasi) menjadi meningkat

mengalami kecemasan atau ketegangan yang keseluruh tubuh terutama organ-organ vital

bekerja adalah sistem saraf simpatis. Pada saat seperti otak, sehingga O2 tercukupi didalam otak

rileks yang bekerja adalah sistem saraf dan tubuh menjadi rileks (Benson & Proctor,
parasimpatis. Relaksasi akan menekan rasa 2000).
tegang sehingga timbul perasaan rileks. Jurnal penelitian tentang relaksasi
Perasaan rileks akan diteruskan ke hipotalamus Benson Deddy S Sagala (2017) yang berjudul
untuk menghasilkan CRF (Corticotropin “Pengaruh Teknik Relaksasi Benson terhadap
Releasing Factor). CRF mengaktifkan anterior Tingkat Stres pada Lansia di Ruang Rawat Inap
pituitary. Kelenjar pituitary juga mengasilkan RSU Bhayangkara Tebing Tinggi” pada tahun
endorphine sebagai neurotransmitter yang 2017 menunjukkan p < 0.05 dengan kesimpulan
mempengaruhi suasana hati menjadi rileks bahwa ada pengaruh teknik relaksasi Benson
(Guyton, Arthur C., & Hall, 2014). terhadap tingkat stres lansia yang menjalani

3
Jurnal Keperawatan Terapan (e-Journal), Vol. xx, No. x, 20xx: xxx - xxx

rawat inap di Rumah Sakit Umum Bhayangkara


Tebing Tinggi.
Dalam penelitian suatu jurnal berjudul
“Pengaruh Relaksasi Benson terhadap Tingkat

3
Pengaruh Terapi Relakasasi Benson (Pawestri et. al)

Kecemasan Pasien Kanker Serviks di RSUD Benson untuk meengatasi kecemasan pasien pre
Margono Soekardjo Purwokerto” oleh Ma’rifah, operasi sectio caesarea.

Setyowati, & Sundari, (2016) menyatakan bahwa Berdasarkan uraian tersebut di atas maka

hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan penulis merasa tertarik untuk mengetahui lebih

tingkat kecemasan sebelum dan sesudah lanjut mengenai pengaruh terapi relaksasi Benson

dilakukan relaksasi benson dengan nilai p- value terhadap tingkat kecemasan klien pre operasi

(0.000) < α (0.05) sehingga dapat disimpulkan sectio caesarea di RSUD Mardi Waluyo Kota

bahwa ada pengaruh terapi Benson terhadap Blitar.

tingkat kecemasan kanker serviks. Selain itu


penelitian Prajayanti & Sari (2017) menyatakan METODE PENELITIAN
bahwa hasil penelitian tersebut mendapatkan Penelitian ini berupa Quasi Experimental
hasil dari 11 orang yang dilakukan relaksasi dengan menggunakan pre test post test with
dengan metode Benson selama 20 menit control group design. Populasi dalam penelitian
mengungkapkan bahwa mereka merasakan ini adalah pasien pre operasi sectio caesarea di
nyaman dan tenang dan rasa cemas berkurang. RSUD Mardi Waluyo Kota Blitar, hasil studi
Dengan penerapan teknik relaksasi Benson pendahuluan didapatkan rata-rata pasien per
diharapkan dapat menurunkan kecemasan klien bulan adalah 18 pasien.
karena klien merasa bahwa perasaan klien akan
Teknik sampling yang digunakan yaitu
jauh lebih tenang, sehingga kecemasan klien
Accidental Sampling sesuai dengan kriteria
dalam menghadapi pembedahan akan berkurang
inklusi sebagai berikut; pasien pre operasi sectio
dan proses penyembuhan akan lebih cepat.
caesarea yang bersedia menjadi responden,
Hasil studi pendahuluan yang peneliti
pasien dalam kesadaran penuh, usia 20-40 tahun,
lakukan pada bulan November 2019 di ruang
tingkat pendidikan minimal SMP dan kooperatif
Flamboyan RSUD Mardi Waluyo Kota Blitar,
Kriteria eksklusi penelitian ini adalah
didapatkan jumlah pasien operasi Sectio
pasien yang tidak kooperatif dan menolak
Caesarea dalam 3 bulan terakhir yaitu bulan
partisipasi, pasien dengan penurunan kesadaran
Agustus sampai Oktober 2019 sejumlah 54
dan pasien tuli.
orang. Berdasarkan hasil wawancara dengan
Analisis statistik yang digunakan
perawat di ruang Flamboyan bahwa pasien yang
meliputi tingkat kecemasan, usia dan tingkat
mengalami kecemasan sebelum menjalani
pendidikan dalam bentuk distribusi frekuensi
operasi sectio caesarea diberikan
berupa persentase. Penelitian ini menggunakan
penatalaksanaan cemas non farmakologis berupa
uji homogenitas untuk mengetahui dua atau lebih
KIE dan belum pernah dilakukan terapi relaksasi
kelompok data sampel berasal dari

4
Jurnal Keperawatan Terapan (e-Journal), Vol. xx, No. x, 20xx: xxx - xxx

populasi yang memiliki varians sama. Uji Tabel 2 Distribusi Frekuensi Usia Responden
Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa
normalitas yang digunakan Shapiro Wilk untuk
sebagian besar responden pada kelompok
mengetahui normalitas data.
perlakuan berusia rentang 20-24 dan 36-40 tahun
Uji Paired T-Test untuk mengetahui
yaitu masing-masing 2 responden (33,3%).
adanya perbedaan tingkat kecemasan sebelum
Responden kelompok kontrol sebagian besar
(pre test) dan sesudah (post test) diberikan
berusia rentang 25-29 tahun yaitu sebanyak 3
relaksasi benson pada kelompok perlakuan dan
responden (50,0%)
perbedaan tingkat kecemasan sebelum (pre test)
Tabel 3 Distribusi Frekuensi Tingkat
dan sesudah (post test) diberikan tindakan
standar rumah sakit (KIE) pada kelompok Tingkat Perlakuan Kontrol
Pendidikan f % f %
kontrol.
SMP sederajat 1 16,7 3 50
SMA sederajat 4 66,6 3 50
HASIL PENELITIAN
Perguruan Tinggi 1 16,7 0 0
Total 6 100 6 100
Tingkat Perlakuan Kontrol
Kecemasan f % f % Pendidikan Responden
Ringan (14-20) 0 0 0 0
Berdasarkan tabel 3 diatas diketahui
Sedang (21-27) 6 100 6 100
bahwa pada kelompok perlakuan sebagian besar
Berat (28-41) 0 0 0 0
responden yaitu sebanyak 4 orang (66,6%)
Total 6 100 6 100
berpendidikan terakhir SMA Sederajat.
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan
Responden Responden kelompok kontrol memiliki jumlah
yang sama pada tingkat pendidikan SMP dan
Berdasarkan tabel 1 diatas diketahui
SMA sederajat yaitu masing-masing 3 orang
bahwa semua responden (100%) pada kelompok
(50%)
perlakuan maupun kelompok kontrol mengalami
Tabel 4 Distribusi Frekuensi Tingkat
kecemasan sedang dengan rentang skor 21-27 Kecemasan Sebelum dan Sesudah
dilakukan Relaksasi Benson Pada
Perlakuan Kontrol Kelompok Perlakuan
Usia
f % f %
Tingkat Pre Test Post Test
20 – 24 tahun 2 33,3 0 0 Kecemasan f % f %
25 – 29 tahun 1 16,7 3 50,0
Ringan (14-20) 0 0 3 50
30 – 35 tahun 2 33,3 1 16,7
Sedang (21-27) 6 100 3 50
36 – 40 tahun 1 16,7 2 33,3
Berat (28-41) 0 0 0 0
Total 6 100 6 100
menggunakan alat ukur kecemasan HARS Total 6 100 6 100

5
Pengaruh Terapi Relakasasi Benson (Pawestri et. al)

Berdasarkan tabel 4 diatas diketahui penurunan skor yaitu pada responden 4 dimana
bahwa sebelum dilakukan relaksasi benson (pre dari skor 24 turun menjadi 21 dan kenaikan skor
test) 5 jam sebelum operasi pada kelompok pada responden 5 dimana dari skor 23 naik
perlakuan semua responden yaitu sebanyak 6 menjadi 24.
orang (100%) mengalami kecemasan sedang Tabel 6 Uji Homogenitas pada Kelompok
Perlakuan dan Kelompok Kontrol
dengan total skor maksimal 24 menggunakan
Lavene Statistic df1 df2 Sig.
alat ukur kecemasan HARS. Setelah dilakukan
,500 1 10 ,496
relaksasi benson (post test) didapatkan hasil
terjadi penurunan kecemasan sebanyak 3 Berdasarkan tabel 6 diatas diketahui hasil
responden (50%) menjadi kecemasan ringan. uji homogenitas, uji homogenitas dilakukan
Tabel 5 Distribusi Frekuensi Tingkat untuk mengetahui bahwa dua atau lebih
Kecemasan Sebelum dan Sesudah
dilakukan Tindakan Standar RS (KIE) kelompok data sampel berasal dari populasi yang
Pada Kelompok Kontrol memiliki varians sama (homogen). Uji
Tingkat Pre Test Post Test homogenitas yang dilakukan peneliti didapatkan
Kecemasan f % f % hasil 0,496 dengan signifikansi > 0,05 yang
Ringan (14-20) 0 0 0 0 menunjukkan bahwa distribusi data adalah
Sedang (21-27) 6 100 6 100 homogen.
Berat (28-41) 0 0 0 0 Tabel 7 Uji Normalitas Shapiro Wilk pada
Total 6 100 6 100 Kelompok Perlakuan dan Kelompok
Kontrol
Berdasarkan tabel 5 diatas diketahui Statistic df Sig.
bahwa sebelum dilakukan tindakan standar RS Perlakuan ,827 6 ,101
berupa KIE (pre test) 5 jam sebelum operasi Kontrol ,933 6 ,607
pada kelompok kontrol semua responden yaitu
sebanyak 6 orang (100%) mengalami kecemasan Berdasarkan tabel 7 diatas diketahui hasil
sedang dengan total skor maksimal 24 uji normalitas shapiro wilk, uji ini dilakukan
menggunakan alat ukur kecemasan HARS. untuk mengetahui bahwa data berdistribusi
Setelah dilakukan tindakan standar RS berupa normal atau tidak serta sebagai syarat untuk
KIE (post test) didapatkan hasil tidak didapatkan melakukan uji beda. Uji normalitas yang
penurunan tingkat kecemasan menjadi dilakukan peneliti didapatkan hasil signifikansi >
kecemasan ringan tetapi terjadi penurunan total 0,05 yang menunjukkan bahwa distribusi data
skor kecemasan yaitu dari 6 responden sebanyak adalah normal dan dapat dilakukan uji beda
4 responden tetap mengalami kecemasan sedang menggunakan Paired Sample T-Test.
dengan skor yang sama dan tidak ada penurunan
ataupun kenaikan skor, 1 responden mengalami

6
Pengaruh Terapi Relakasasi Benson (Pawestri et. al)

Tabel 8 Uji Beda Paired Sample T-Test pada PEMBAHASAN


Kelompok Perlakuan
Hasil penelitian diketahui bahwa
Kelompok Mean P Value
N semua responden (100%) pada kelompok
Perlakuan Rank
Sebelum 22,33 perlakuan maupun kelompok kontrol
Hasil 6 0,012
Sesudah 20,33
mengalami kecemasan sedang dengan
Berdasarkan tabel 8 diatas diketahui hasil rentang skor 21-27 menggunakan alat
uji beda Paired Sample T-Test , uji ini dilakukan ukur kecemasan HARS. Kecemasan juga
untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan yang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor
signifikan antara sebelum dan sesudah diberikan internal dan eksternal. Faktor internal
terapi relaksasi benson. Uji beda yang dilakukan seperti usia, pengalaman dan asset fisik.
peneliti didapatkan hasil 0,012 yang berarti p- Dan faktor eksternal seperti pengetahuan,
value < 0,05 yang menunjukkan bahwa ada pendidikan, finansial, keluarga, obat dan
perbedaan yang signifikan sebelum dan sesudah dukungan sosial budaya (Mubarak,
diberikan relaksasi benson pada kelompok 2015).
perlakuan. Hasil penelitian pada tabel 2
Tabel 9 Uji Beda Paired Sample T-Test pada menunjukkan bahwa pada kelompok
Kelompok Kontrol perlakuan responden terbanyak adalah
Mean P Value pada rentang usia 20-24 dan 30-35 yaitu
Kelompok Kontrol N
Rank
Sebelum 22,33 masing-masing sebanyak 2 responden.
Hasil 6 0,363
Sesudah 22,50 Penelitian yang dilakukan Budiman, F
(2015) yang menyatakan terdapat
Berdasarkan tabel 9 diatas diketahui hasil hubungan antara usia dan tingkat
uji beda Paired Sample T-Test , uji ini dilakukan kecemasan. Angka prevalensi kecemasan
untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan yang pada pasien pre operasi dalam kategori
signifikan antara sebelum dan sesudah diberikan tinggi yaitu sebanyak 83% responden
tindakan standar RS berupa KIE. Uji beda yang dari usia remaja dan lansia mengalami
dilakukan peneliti didapatkan hasil 0,363 yang kecemasan dari yang ringan sampai
berarti p-value > 0,05 yang menunjukkan bahwa berat. Menurut pendapat peneliti dalam
tidak ada perbedaan yang signifikan sebelum dan penelitian ini bahwa maturitas atau
sesudah diberikan tindakan standar RS berupa kedewasaan seseorang akan
KIE pada kelompok kontrol. mempengaruhi mekanisme koping,
karena responden dengan usia yang
matur mampu mengatasi kecemasan
dengan mekanisme koping yang baik.

6
Pengaruh Terapi Relakasasi Benson (Pawestri et. al)

Hasil penelitian pada tabel 3


bahwa sebagian besar responden
memiliki latar pendidikan SMA sederajat
sebanyak 4 responden pada kelompok
perlakuan. Sedangkan pada kelompok
kontrol didapatkan hasil 3 reponden

6
Pengaruh Terapi Relakasasi Benson (Pawestri et. al)

atau setengah dari jumlah total diberikan relaksasi benson pada


responden kelompok kontrol berlatar kelompok perlakuan. Dari penelitian ini
belakang pendidikan SMA sederajat. didapatkan bahwa setelah dilakukan
Dari data pada kelompok perlakuan relaksasi benson selama 20 menit dari 6
maupun kelompok kontrol menunjukkan responden sebanyak 3 responden terjadi
bahwa semakin tinggi pendidikan penurunan tingkat kecemasan dari
seseorang akan mudah dan semakin kecemasan sedang menjadi kecemasan
mampu menghadapi kecemasan. ringan.
Pengetahuan dan kemampuan intelektual Hasil analisa data pada tabel 9 diatas
yang dapat meningkatkan rasa percaya menunjukkan bahwa p value 0,363 (p > 0,05)
diri dalam menghadapi kecemasan yang berarti tidak ada perbedaan yang signifikan
(Mubarak, 2015). sebelum dan sesudah diberikan tindakan standar
Peneliti berpendapat bahwa RS berupa KIE pada kelompok kontrol. Dari
sebagian besar faktor yang mungkin penelitian ini didapatkan bahwa setelah dilakukan
mempengaruhi tingkat kecemasan pada tindakan standar RS berupa KIE selama 20 menit
penelitian ini tidak memberikan dari 6 responden sebanyak 1 responden
pengaruh yang bermakna terhadap mengalami penurunan skor kecemasan tetapi
tingkat kecemasan yang dirasakan masih dalam rentang kecemasan sedang, 1
pasien. Peneliti berasumsi bahwa responden mengalami kenaikan skor kecemasan.
kemungkinan besar tingkat kecemasan Smeltzer & Bare (2013) mengatakan bahwa
justru dipengaruhi oleh faktor-faktor puncak kecemasan sebagian besar individu saat
persepsi individu terhadap kecemasan itu berada di ruang tunggu operasi dengan gejala
sendiri. Karena kecemasan merupakan berupa sering bertanya, gelisah, nadi cepat, tensi
suatu hal yang bersifat individual dan meningkat 20% sampai 30%. 4 responden
subyektif, maka persepsi seseorang lainnya tidak mengalami kenaikan ataupun
tentang kecemasan tidak bisa disamakan, penurunan skor kecemasan.
penerimaan seseorang tentang arti cemas Pengaruh Terapi Relaksasi Benson Terhadap
itu sendiri berbeda tiap individu, selain Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi Sectio
itu kecemasan juga mempunyai Caesarea
karakteristik yang sangat beragam. Berdasarkan pengujian statistik dengan
Hasil analisa data pada tabel 8 SPSS untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan
diatas menunjukkan bahwa p value 0,012 secara bermakna antara keadaan sebelum
(p < 0,05) yang berarti ada perbedaan diberikan terapi relaksasi benson dan sesudah
yang signifikan sebelum dan sesudah diberikan relaksasi benson didapatkan hasil uji

8
Pengaruh Terapi Relakasasi Benson (Pawestri et. al)

statistik sebesar 0,012 dengan tingkat signifikansi


0,05 karena p value < α (0,05), maka H0 ditolak
maka dapat disimpulan ada pengaruh terapi
relaksasi benson terhadap tingkat kecemasan
pasien pre operasi sectio caesarea.

8
Jurnal Keperawatan Terapan (e-Journal), Vol. xx, No. x, 20xx: xxx - xxx

Penelitian sebelumnya yang dilakukan diteruskan ke batang otak dan menyebabkan


oleh Tri Anasari, Eka & Trisnawati (2015) munculnya peningkatan saraf parasimpatis dan
tentang efektifitas terapi benson terhadap penurunan saraf simpatis.
penurunan tingkat kecemasan pada lansia Relaksasi benson dapat
didapatkan hasil nilai p value 0,000 (<0,05) maka menghambat aktivitas saraf simpatik
dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang mengakibatkan penurunan terhadap
signifikan tingkat kecemasan sebelum dan konsumsi oksigen oleh tubuh dan
sesudah dilakukan terapi benson yang berarti selanjutnya otot-otot tubuh menjadi
terapi benson efektif untuk menurunkan tingkat rileks sehingga menimbulkan perasaan
kecemasan pada lansia di Kelurahan Karang tenang dan nyaman. Selain itu, relaksasi
Klesem Kecamatan Purwokerto Selatan benson berfokus pada kata atau kalimat
Kabupaten Banyumas. tertentu yang diucapkan berulang kali
Penelitian serupa yang dilakukan oleh dengan ritme teratur disertai sikap pasrah

Ma’rifah et al., (2016) dapat diketahui bahwa pada Tuhan Yang Maha Kuasa sesuai

nilai rata-rata skor kecemasan 21 pasien yang keyakinan pasien memiliki makna

mengalami kanker serviks sebelum diberikan menenangkan sehingga kecemasan dapat

terapi benson adalah 41.0 dengan kecemasan berkurang.

terendah adalah 28 dan tertinggi adalah 51 Oleh karena itu, terapi relaksasi

menyatakan bahwa hasil penelitian menunjukkan benson dapat dijadikan sebagai salah satu

ada perbedaan tingkat kecemasan sebelum dan penatalaksanaan non farmakologis untuk

sesudah dilakukan relaksasi benson dengan nilai mengurangi kecemasan pada pasien pre

p- value (0.000) < α (0.05) sehingga dapat operasi sectio caesarea.

disimpulkan bahwa ada pengaruh terapi Benson


terhadap tingkat kecemasan kanker serviks. PENUTUP

Saat pasien menarik napas otot akan Berdasarkan analisa data dari

menekan tulang iga bawah ke bagian belakang hasil penelitian yang telah dilakukan

dan sekat diafragma akan terdorong ke atas dapat diambil kesimpulan bahwa rata-

sehingga tekanan abdominal tersebut rata skor kecemasan pada responden

menyebabkan peningkatan peredaran darah pada sebelum diberikan relaksasi benson pada

organ vital seperti otak dan jantung. Pasien yang kelompok perlakuan adalah sebesar 22

menarik nafas panjang akan menstimulasi dan rata-rata skor kecemasan sesudah

reseptor paru ke bagian medula untuk diberikan relaksasi benson adalah sebesar

memberikan informasi mengenai peningkatan 20. Hasil uji beda menunjukkan

aliran darah. Informasi tersebut kemudian didapatkan hasil 0,012 p-value < 0,05

9
Jurnal Keperawatan Terapan (e-Journal), Vol. xx, No. x, 20xx: xxx - xxx

yang berarti ada perbedaan yang


signifikan tingkat kecemasan antara
sebelum dan sesudah diberikan relaksasi
benson.
Rata-rata skor kecemasan pada
responden sebelum diberikan tindakan
standar RS berupa KIE pada kelompok
kontrol adalah sebesar 22,

9
Pengaruh Terapi Relakasasi Benson (Pawestri et. al)

dan setelah diberikan tindakan standar RS berupa Mubarak, W. I., Indrawati, L. & Susanto, J.
KIE rata-rata skor kecemasan responden adalah (2015). Buku Ajar Ilmu Keperawatan
sebesar 22. Hasil uji beda menunjukkan Dasar (Buku 2). Jakarta: Salemba Medika.
didapatkan hasil 0,363 p-value > 0,05 yang Pawatte, I., Pali, C., & Opod, H. (2013).
berarti yang berarti bahwa tidak ada perbedaan Perbedaan Tingkat Kecemasan pada Ibu Pre
yang signifikan sebelum dan sesudah diberikan Seksio Sesarea di RSIA Kasih Ibu dan
tindakan standar RS berupa KIE pada kelompok RSUP. Prof. Dr. R. D. Kandaou Manado.
kontrol. Bagian Psikologi Fakultas Kedokteran
Universitas Sam Ratulangi, 1, 1–6.
DAFTAR PUSTAKA Prajayanti, E. D., & Sari, I. M. (2017). Relaksasi
Benson, H., & Proctor, W. (2000). Respon Benson Mempengaruhi Aspek Psikologis
Relaksasi. In Kaifa. Pada Kualitas Hidup Pasien Pasca
Budiman, F., et. al. (2015). Faktor-faktor yang Kemoterapi Ca Mamae. Jurnal Ilmiah
Berhubungan dengan Tingkat Kecemasan Kesehatan Keperawatan, 13(2), 74–77.
pada Pasien Infark Miokard Akut di https://doi.org/10.26753/jikk.v13i2.212
Ruangan CVCU RSUP Prof. Dr. R. Kandou Ranita, B. A. (2016). Pengaruh Belly Dance
Manado. Terhadap Tingkat Kecemasan Ibu Hamil
Carpenito, L. J. (2013). Diagnosa Keperawatan: Primigravida Trimester Iii. Jurnal Ilmiah
Aplikasi pada Praktek Klinik (Terjemahan) Bidan, 1(3), 26–35.
Edisi 6. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Solehati & Kosasih. (2010). Pengaruh Tehnik
Deddy S Sagala. (2017). Jurnal Ilmiah Benson Relaksasi Terhadap Kecemasan
Keperawatan IMELDA Vol. 3, No. 1, Klien Post Seksio Sesarea. Research Gate,
Februari 2017. 3(1), 208–217. 2(1), 4–7.
Ghufron, N & Risnawati, R. (2017). Teori-Teori Tetti Solehati. (2015). Konsep dan Aplikasi
Psikologi (Cetakan 2). Yogyakarta: Ar- Relaksasi dalam Keperawatan Maternitas.
Ruzz Media. Bandung: Refika Aditama.
Guyton, Arthur C., & Hall, J. E. (2014). Buku Tri Anasari, Eka, A., & Trisnawati, Y. (2015).
Ajar Fisiologi Kedokteran (Edisi 12). Efektifitas Terapi Benson Terhadap
Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Penurunan Tingkat Kecemasan Pada
Ma’rifah, A. R., Setyowati, M. B., & Sundari, R. Lansia Di Kelurahan Karang Klesem,
I. (2016). Pengaruh Relaksasi Benson Kecamatan Purwokerto Selatan, Kabupaten
Terhadap Tingkat Kecemasan Pasien Banyumas. 07.
Kanker Serviks Di Rsud Margono
Soekardjo Purwokerto. 1, 1–8.

10

Вам также может понравиться