Вы находитесь на странице: 1из 8

Jurnal Pemikiran dan Pengembangan SD Volume 6, Nomor 1, April 2018

p-ISSN: 2338-1140 (Halaman 57-64)


e-ISSN: 2527-3043
PENGARUH PROGRAM BIMBINGAN ORANG TUA TERHADAP
KETERAMPILAN BERBICARA ANAK TUNARUNGU KELAS
TINGGI PADA TINGKAT SEKOLAH DASAR LUAR BIASA
Eni Rachmawati
SDLB Sumber Dharma Malang
email: enirachmawati_plb@yahoo.com

Abstract: Impaired auditory function in children with hearing impairment led to


stunted children's language development, so the ability to monitor the production of
language and speaking of children is limited. It effect of children with hearing
impairment have problems in communicating with people listening environments,
where the speaking is a communication tool. Parental guidance program is a
program designed to utilize natural way parents interact with their children. This
program contains the ways children develop speaking skills, combined with the
Family Counseling Behavioral approach that takes the principles of human learning
to train parents in child management. Speaking skills developed in the parental
guidance program include: pronunciation, structure, vocabulary, fluency /
smoothness, the contents of the conversation and comprehension of the speaker
towards the contents of his conversation. So as a result children with hearing
impairment can communicate using verbal language in the environment people
hear. The purpose of this study is to describe the implementation of parental
guidance program and assess program impact on speaking skills of children with
hearing impairment. The procedure of this study was carried out with found the
problem, define the study population, parental guidance program design, validate the
program, designing a matter of pre-test and post test, validate of pre-test and post-
test speaking skills, conduct pre-test, provide training to parents on how to guide the
speaking skills of children, give parents time to implement the mentoring program at
home, doing post-test, and then perform data analysis. This study uses a quantitative
approach to Pre-Experimental type of research with study design One group pre test-
post test design. The population examined in this study were children with hearing
impairment in the High Class SDLB Sumber Dharma Malang which has 7 children.
With data collection techniques using oral tests. Data analysis techniques with the
Sign test. The results obtained with calculation of the critical value of 5% for the
two sides of (1.96), is a fact that the Z value obtained in a matter of (ZH = 2.27) is
greater than the critical value of 5% two-sided Z (1, 96) so that the zero hypothesis
(Ho) is rejected and the working hypothesis (Ha) accepted. Based on this study we
can concluded there is influence of the use of the Parent Guidance Program of the
speaking skills of children with hearing impairment in the High Class SDLB Sumber
Dharma Malang.

Keywords: Parent Guidance Program, Speaking Skills, Children With Hearing


Impairment.

Abstrak: Gangguan fungsi pendengaran pada anak tunarungu menyebabkan


perkembangan bahasa anak terhambat, akibatnya kemampuan untuk memonitor
produksi bahasa dan bicara anak tuna rungu terbatas. Hal tersebut menyebabkan
anak tuna rungu mengalami hambatan dalam berkomunikasi dengan lingkungan
orang mendengar, dimana bicara merupakan alat komunikasi. Program bimbingan
orang tua merupakan program yang dirancang dengan memanfaatan cara alami
orang tua berinteraksi dengan anak-anak mereka. Program ini berisikan cara-cara
mengembangkan keterampilan berbicara anak yang dikombinasikan dengan
pendekatan Behavioural dalam Family Counseling yang mengambil prinsip-prinsip
belajar manusia untuk melattih orang tua dalam pengelolaan anak. keterampilan
berbicara yang dikembangkan dalam program bimbingan orang tua meliputi :
pelafalan, struktur, kosakata, kefasihan/kelancaran, isi pembicaraan dan pemahaman
si pembicara terhadap isi pembicaraannya. Sehingga sebagai hasilnya anak

57
58 Jurnal Pemikiran dan Pengembangan SD, Volume 6, Nomor 1, April 2018 hlm 57-64

tunarungu dapat berkomunikasi menggunakan bahasa verbal dalam lingkungan


orang mendengar. Tujuan penelitian ini adalah mendiskripsikan pelaksanaan
program bimbingan orang tua serta mengkaji pengaruh program tersebut terhadap
keterampilan berbicara anak tunarungu. Penelitian ini menggunakan pendekatan
kuantitatif dengan jenis penelitian Pre-Eksperimental dengan rancangan penelitian
One group pre test-post test design. Populasi yang diteliti dalam penelitian ini
adalah anak tunarungu kelas tinggi di SDLB Sumber Dharma Malang yang
berjumlah 7 anak. teknik pengumpulan data menggunakan metode tes lisan. Teknik
analisis data dengan Sign test. Hasil penelitian diperoleh perhitungan dengan nilai
kritis 5% untuk dua sisi (1,96), merupakan suatu kenyataan bahwa nilai Z yang
diperoleh dalam hitungan (ZH=2,27) adalah lebih besar dari pada nilai kritis Z 5%
dua sisi (1,96) sehingga hipotesis nol (Ho) di tolak dan hipotesis kerja (Ha) diterima.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan ada pengaruh penggunaan Program
Bimbingan Orang Tua terhadap keterampilan berbicara anak tunarungu kelas tinggi
di SDLB Sumber Dharma Malang .

Kata kunci : Anak Tunarungu, Keterampilan Berbicara, Program Bimbingan Orang


Tua

dihadapinya, merasa tidak bisa


PENDAHULUAN bekomunikasi dengan orang tuanya.
Berdasarkan data Michigan Begitu pula diungkapkan dalam situs
Depatment of Education (2000), hanya Educatin in USA, bimbingan orang tua
30% dari waktu anak usia sekolah yang terhadap anak-anak mereka sangat
digunakan disekolah, sementara 70 % menentukan keberhasilan anak di masa
dari waktu mereka dihabiskan diluar depannya.
sekolah. Diluar sekolah anak mendapat Demikian halnya dengan anak
banyak pengetahuan yang sebagian tunarungu, begitu pentingnya peran
besar didapat dari orang tua. Dengan orang tua dalam pendidikan anak – anak
kata lain, orang tua memiliki peranan mereka utamanya terhadap
yang sangat penting dalam pendidikan keterampilan berbicara. Seperti
anak-anak mereka. Ditingkat sekolah, diungkapkan Somad dan Hernawati
orang tua dapat membantu anak-anak (1996 : 88), orang tua adalah
mereka dengan membimbing anak penanggung jawab pendidikan paling
mereka sehingga akan membawa utama anak yang harus mengerti
dampak positif dalam pestasi akademik. tentang keterbatasan anak serta
Namun, tidak jarang orang tua menerima sebagaimana adanya.
beranggapan sudah menyerahkan Bagi anak tunarungu untuk
bimbingan anak mereka kepada pihak mengembangkan keterampilan
sekolah, sehingga mereka merasa tidak berbicara merupakan proses yang
perlu memberikan kontribusi dalam kompleks, sebab salah satu syarat
upaya membantu pendidikan anak penting yang diperlukan dalam
mereka. Padahal, proses belajar keterampilan berbicara adalah
mengajar tidak hanya berhenti kemampuan mendengar. Gelfand (1948
disekolah, dirumah orang tua adalah : 437) mengungkapkan bahwa berbicara
pendidik utama anak. Proses belajar merupakan permasalahan utama yang
anak akan terhenti dirumah jika orang dialami oleh anak tuna rungu dalam
tua tidak memberikan tanggapan atas habilitasi dan pendidikan. Hal serupa
apa yang ditanyakan anak. Kondisi juga diungkapkan oleh Sunardi dan
seperti ini akan menyebabkan anak Sunaryo (2007:192), yang menyatakan
merasa frustasi, tidak ada tempat untuk bahwa diakibatkan kehilangan
menanyakan kesulitan yang sedang kemampuan mendengar pada anak
59 Jurnal Pemikiran dan Pengembangan SD, Volume 6, Nomor 1, April 2018 hlm 57-64

tunarungu, akan membatasi persepsi mencari solusi yang terbaik untuk


bicara anak serta kekurang mampuan penanganan anak. Dalam usaha
untuk memonitor produksi bahasa dan mengembangkan keterampilan
bicaranya. berbicara anak memerlukan latihan
Kenyataan bahwa anak tunarungu yang terus menerus, orang tua harus
mengalami gangguan dalam membimbing anak mereka tentu saja
pendengarannya, mengakibatkan dengan cara yang menyenangkan dan
perkembangan bahasa anak pada tahap tanpa adanya paksaan yakni dengan
laling terhenti. Pada tahap laling, anak jalan mengkomunikasikan segala
mendengar telah mengalami kegiatan bersama anak baik di rumah
kematangan auditori sehingga mampu maupun di tempat-tempat umum.
menyadari bunyi atau suara yang Luppin (2010 : 14) mendiskripsikan
dihasilkan sendiri maupun orang lain bimbingan sebagai suatu proses layanan
dari hasil pengulangan bunyi-bunyi yang diberikan kepada individu-
yang telah didengarnya, namun individu guna membantu mereka
pengalamn tersebut tidak terjadi pada memperoleh pengetahuan dan
anak tunarungu. Oleh karena itu anak keterampilan yang diperlukan dalam
tunarungu tidak akan memberikan membuat pilihan dan rencana yang
imbal balik dengan membuat suara- diperlukan untuk menyesuaikan diri
suara sendiri, sehinggga anak tunarungu yang baik. Orang tua memberikan
tidak dapat berbicara jika tidak dilatih contoh atau model bagi anak, berbicara
dengan kata lain bisu. Meskipun dengan pelan yang mudah diikuti oleh
demikian, tidak menutup kemungkinan anak dan orang tua siap memberikan
keterampilan tersebut dapat kritik atau membetulkan apabila dalam
dikembangkan. berbicara anak berbuat suatu kesalahan.
Keterampilan berbicara yang Hal ini dikarenakan peran orang tua
dimaksud oleh peneliti meliputi dalam menjadi partner komunikasi
pelafalan, struktur, kosakata, dapat membangkitkan motivasi anak
kefasihan/kelancaran, isi pembicaraan, tunarungu untuk berbicara, membantu
pemahaman. Menurut Tarigan anak mengkoreksi pelafalan artikulasi
(1981:15) berbicara adalah kemampuan yang diucapkan dan mengajarkan
mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi struktur bahasa secara tidak
atau kata-kata untuk mengekspresikan, langsung.Tujuan Penelitian ini
menyatakan serta menyampaikan Mendiskripsikan pelaksanaan dan
pikiran, gagasan, dan perasaan. Tujuan menemukan pengaruh program
utama dari berbicara adalah untuk bimbingan orang tua terhadap
berkomunikasi, untuk itu sang ketrampilan berbicara anak tunarungu
pembicara harus memahami makna kelas tinggi di SDLB Sumber Dharma.
segala sesuatu yang Manfaat Penelitian
dikomunikasikannya dan 1. Manfaat Teoritis
menyampaikan gagasan pikiran secara Dari segi teoritis penelitian
efektif. ini diharapkan membawa manfaat
Peran orang tua sangat penting dalam menambah khasanah
dalam proses belajar-mengajar, tidak keilmuan kebahasaan terutama
hanya di rumah tapi juga di sekolah. ketrampilan berbicara anak
Diperlukan komunikasi yang tunarungu.
berkesinambungan antara orang tua 2. Manfaat Praktis
dengan pihak sekolah untuk berdiskusi
60 Jurnal Pemikiran dan Pengembangan SD, Volume 6, Nomor 1, April 2018 hlm 57-64

Dari segi praktis penelitian umpan balik untuk menyuarakan


ini diharapkan berguna bagi bunyi. Sebagai akibat gangguan
mahasiswa, orang tua, guru dan pendengaran, maka bunyi yang
kepala sekolah untuk didengarnya tidak sempurna.
mengembangkan ketrampilan 2. Penerimaan bahasa/bicara dari orang
berbicara anak tunarunggu. yang sengaja mengajak bicara, tidak
cukup untuk menunjang
KAJIAN PUSTAKA pendengarannya.
Istilah tunarungu diambil dari kata 3. Anak tunarungu tidak mampu
“Tuna” dan “Rungu”. Tuna artinya mendengar contoh bahasa/bicara dari
kurang dan Rungu artinya pendengaran. orang yang mengajak bicara. Oleh
Berbagai batasan telah dikemukakan karena perbendaharaan kata kurang,
oleh para ahli mengenai pengertian anak tunarungu sulit
tunarungu (hearing impairment) yang menginterpretasikan gerak bicara
meliputi Tuli (Deaf) dan Kurang orang lain.
Dengar (Hard of Hearing).
Menurut Somantri (2006: 93) Dalam kehidupannya anak tunarungu
“ketunarunguan dibedakan menjadi dua akan masuk ke dalam lingkungan orang
kategori yaitu tuli (deaf) dan kurang mendengar. Namun keadaan yang
dengar (hard of hearing). Tuli adalah dialami anak tunarungu menyebabkan
mereka yang indra pendengarannya anak memerlukan perhatian khusus.
mengalami kerusakan dalam taraf berat Untuk mencapai tujuan tersebut peran
sehingga pendengaran tidak berfunngsi orang tua dalam upaya meningkatkan
lagi. Sedangkan kurang dengar adalah keterampilan berbicara anak tunarungu
mereka yang indra pendengarannya sangat dibutuhkan.
mengalami kerusakan tetapi masih Alasan mengapa orang tua dikatakan
dapat berfungsi untuk mendengar, baik sangat berperan dalam perkembangan
dengan maupun tanpa menggunakan berbicara anak adalah imitasi.
alat bantu dengar.” Hakikatnya manusia belajar dengan
Ketunarunguan yang dialami oleh melihat, mendengar dan kemudian
seorang anak akan menyebabkan mengimitasi. Dengan melihat manusia
konsekuensi yang kompleks bagi anak, tahu, dengan mendengar manusia
terutama perkembangan anak menjadi mengerti, dengan mengimitasi dan
sangat terhambat. Effendi (2006:55) terlibat maka manusia akan memahami.
menyataka bahwa diakibatkan Orang yang pertama dan selalu berada
gangguan pendengaran yang dialami, disekitar anak adalah orang tua.
anak akan mengalami berbagai Orang pertama yang dipercaya oleh
hambatan dalam meniti anak adalah orang tua. Orang pertama
perkembangannya, terutama pada aspek yang ingin diimitasi oleh anak adalah
bahasa, kecerdasan dan penyesuaian orang tua. Orang pertama yang ingin
sosial. dibuat bangga oleh anak adalah orang
Dalam Sadjaah dan Sukarja tua. Oleh sebab itu orang tua yang hebat
(1995:116) Hallahan dan Kaufman akan mendorong anak untuk bisa
mengemukakan, ketidakmampuan menjadi seperti mereka bahkan
berbahsa/bicara disebabkan oleh tiga melampaui mereka. Seperti halnya
faktor yang saling berkaitan yaitu: keterampilan berbicara anak tunarungu
1. Penerimaan bunyi memalui yang dikuasai dengan cara imitasi,
pendengaran tidak cukup sebagai peniruan terjadi apabila ada motivasi
61 Jurnal Pemikiran dan Pengembangan SD, Volume 6, Nomor 1, April 2018 hlm 57-64

dari anak, dan motivasi muncul apabila Penelitian Pre- Eksperimental adalah
ada interaksi antara anak dan orang tua. sebuah eksperimen yang dilakukan pada
Itulah kenapa orang tua harus dapat suatu kelompok tanpa adanya kelompok
membimbing anak mereka dengan kontrol atau pembanding.
sering mengadakan komunikasi guna Prosedur didalam penelitian ini
merangsang motivasi anak untuk observasi dilakukan sebanyak 2 kali
berbicara sebagai imbal balik umpan yaitu sebelum eksperimen dan sesudah
yang diberikan oleh orang tua. Hal eksperimen. Observasi yang dilakukan
tersebut dapat memberikan pengaruh sebelum eksperimen (01) disebut pre-
terhadap keterampilan berbicara anak, test, dan observasi sesudah eksperimen
secara konsisten orang tua melakukan (02) disebut post-test. Perbedaan antara
percakapan dirumah bersama dengan 01 dan 02 yakni 02 – 01 diasumsikan
anak, sehingga keterampilan berbicara merupakan efek dari treatment atau
anak akan terasah. eksperimen (Arikunto, 2006 : 85)
Sunardi dan Sunaryo (2007:193)
menyatakan, MacDonald dan Gillete O1 x O2
mencatat bahwa keterlambatan
perkembangan bahasa dan bicara anak Keterangan :
tunarungu cenderung disebabkan O1 : tes awal atau pre test (
ketidakmampuan orangtua dan orang- dilakukan untuk memperoleh
orang lain yang signifikan dengan anak data tentang keterampilan
tunarungu untuk berfungsi sebagai berbicara anak tunarungu kelas
partner komunikasi yang baik. Itulah kabupaten Sidoarjo)
pengaruh orang tua terhadap anak, serta X : perlakuan atau treatment
alasan mengapa orang tua sangat perlu (pelaksanaan program
untuk membimbing anak mereka bimbingan orang tua)
menghadapi keterbatasan yang dimiliki, O2 : tes akhir atau post test
membimbing anak menemukan jalan (dilakukan untuk memperoleh
yang sesuai untuk mencapai apa yang data tentang peningkatan
seharusnya bisa dicapai oleh anak. keterampilan berbicara anak
Oleh sebab itu perlu adanya bimbingan tunarungu di SDLB Sumber
dari orang tua untuk membantu dan Dharma setelah diintervensi)
mengarahkan anak mereka dalam tujuan Teknik analisis data yang
membantu penguasaan keterampilan digunakan untuk menganalisis data
berbicara anak. Bantuan tersebut dalam penelitian desain one group
diwujudkan dalam bentuk pemberian pre-test and post test design (desain
program bimbingan orang tua dengan 2) adalah non parametrik dengan
materi komponen-komponen dalam data kuantitatif. Maka rumus yang
keterampilan berbicara meliputi dipergunakan untuk menganalisis
fonologi, kosakata, struktur dan data dalam penelitian ini adalah
kecepatan kelancaran umum. rumus statistik non parametrik jenis
Uji Tanda (Sign Test).
METODE
Pada penelitian ini, penulis
menggunakan jenis penelitian Pre-
Eksperimental yang bersifat kuantitatif Keterangan:
dengan rancangan penelitian “One Zh : nilai hasil
Group Pre test - Post test Design.” X : deviasi
62 Jurnal Pemikiran dan Pengembangan SD, Volume 6, Nomor 1, April 2018 hlm 57-64

µ (miu) : rata-rata 2) Mencari p


σ (tau) : harga √𝑛𝑝𝑞 Probabilitas untuk
(Saleh, 1996 : 5) memperoleh tanda (+) atau
(-) = 0,5 karena nilai kritis
Za = 5%
HASIL DAN PEMBAHASAN 3) Mencari q
Analisis data dilakukan dengan q =1–p
cermat dan teliti agar tidak = 1 – 0,5
menimbulkan kekeliruan dalam menarik = 0,5
kesimpulan. Dalam menganalisis data, 4) Mencari µ (mean)
peneliti menggunakan rumus statistik µ =n.p
non parametrik dengan rumus uji tanda. = 7 . 0,5
Adapun langkah-langkah analisis data = 3,5
sebagai berikut : 5) Mencari σ
a. Membuat tabel kerja uji tanda σ = √n.p.q
Tabel 1 menyajikan data = √7x0,5x0,5
tentang hasil tes sebelum dan = √1,75
sesudah dilakukan intervensi = 1,3228575
dengan memberikan program = 1,32
bimbingan orang tua, berikut ini 6) Memasukkan ke dalam
adalah prosedur penentuan jumlah rumus
tanda positif dan negatifnya. χ-µ
Zh
σ
Tabel 1. Rekapitulasi Tabel Kerja
= = 6,5 – 3,5
Nilai Pre Test dan Post Test
1, 32
b. Menghitung rumus uji tanda Nilai Perubahan
L
No. Nama Pre Post tanda
Data-data hasil penelitian /P
Test Test T1-T2
yang berupa nilai pre test dan pos 1 Aa L 47 68 +
test yang telah dimasukkan dalam 2 Nn L 41 65 +
rekapitulasi tabel kerja perubahan 3 Rk L 38 57 +
diatas, kemudian dianalisis 4 Ld P 32 56 +
menggunakan rumus sign tes (Zh). 5 Ls P 31 56 +
Perhitungan statistik dengan 6 Wy L 24 30 +
7 M L 27 34 +
menggunakan rumus uji tanda (sign
Rata-rata 33 52 +
tes) ;
= 3
1,32
χ-µ
Zh
1) Mencari χ
σ hasil pengamatan = 2,272727
Dari
= = 2,27
dan hasil perhitungan
c. Pengujian hipotesis
diperoleh perubahan tanda
1) Tes Statistik
(+) = 7, maka besar χ adalah
: χ-µ
χ = tanda plus - 0,5 Zh = Kritis
χ = 7 – 0,5 = 6,5
2) Nilai σ
Nilai kritis untuk α = 5 %
jadi besarnya χ terletak pada
(pengujian dilakukan dengan
χ = 6,5
63 Jurnal Pemikiran dan Pengembangan SD, Volume 6, Nomor 1, April 2018 hlm 57-64

dua sisi), maka nilai kritis = SDLB Sumber Dharma mengalami


± Z ½ α = ± 1,96 perubahan, meskipun tidak
Ho diterima bila – 1,96 ≤ + menunjukkan peningkatan angka yang
1,96 besar. Diantara 6 anak dari populasi
Ho ditolak bila Zh > + 1,96 memiliki nilai diatas rata-rata 55. Hal
atau Zh < - 1,96 tersebut disesabkan tingkat kesulitan
Berdasarkan pengolahan soal yang dirancang oleh peneliti, untuk
data yang diperoleh maka Zh = 2, 27 romawi I tingkat soal mudah tingkat
dengan nilai kritis = 0,05 maka Ho berisi tentang pelafalan bicara
ditolak dan hipotesis kerja diterima. Hal peningkatan keterampilan anak
ini berarti ada pengaruh bimbingan meningkat secara signifikan, untuk
orang tua yang signifikan terhadap romawi III dengan tingkat soal sulit
keterampilan berbicara anak tunarungu dengan soal berisi pemahaman
kelas tinggi di SDLB Sumber Dharma pembicara atas apa yang disampaikan
Malang. Berdasarkan data yang keterampilan anak juga meningkat
diperoleh dari analisis yang secara signifikan, tapi untuk romawi II
menggunakan rumus uji tanda tersebut dengan tingkat soal sangat sulit yang
dapat dilihat bahwa ada peningkatan pada tingkat akhir adalah menyusun
keterampilan berbicara dengan adanya kalimat, peningkatan tidak terjadi secara
tanda positif (+) pada program signifikan, karena kalimat merupakan
bimbingan orang tua tersebut Zh = 2, 27 susunan kata yang kompleks dan
sehingga dapat diketahui bahwa di kelas memerlukan pemahaman atas struktur
tinggi SDLB Sumber Dharma kalimat dan kosa-kata yang luas.
penerapan program bimbingan orang Penerapan program bimbingan
tua dapat memberikan pengaruh yang orang tua terhadap keterampilan
signifikan terhadap keterampilan berbicara anak tunarungu kelas tinggi
berbicara anak tunarungu kelas tinggi SDLB Sumber Dharma, memperoleh
SDLB Sumber Dharma dengan hasil pengolahan data dengan
ditunjukkan adanya perubahan hasil menggunakan rumus uji tanda, dan
dari penerapan program bimbingan diperoleh Zh = 2, 27 sedangkan Z 0,05
orang tua terhadap keterampilan = 1,96. Angka tersebut membuktikan
berbicara anak tunarungu, baik sebelum bahwa penerapan program bimbingan
dan sesudah diberikan intervensi orang tua dapat mempengaruhi
menunjukkan perbedaan. keterampilan berbicara anak tunarungu
kelas tinggi SDLB Sumber Dharma.
SIMPULAN Hal tersebut sama seperti yang
diungkapkan oleh Henderson & Mapp
Sebelum dilakukan intervensi
(2002) yang menemukan bahwa tingkat
menggunakan program bimbingan
keterlibatan orang tua mempengaruhi
orang tua diperoleh data dari 7 anak
prestasi anak mereka secara langsung.
tunarungu kelas tinggi SDLB Sumber
Dharma, 4 diantaranya memiliki nilai DAFTAR PUSTAKA
keterampilan berbicara berada di bawah
Abdurachman, Dudung dan Sugiarto,
rata-rata nilai keseluruhan jumlah
Moch. 1999. Pedoman Guru
populasi yaitu dibawah rata-rata nilai
Pengajaran Wicara untuk Anak
33. Setelah dilakukan intervensi
Tunarungu. Jakarta : Depdiknas.
menggunakan penerapan program
bimbingan orang tua, keterampilan
berbicara anak tunarungu kelas tinggi
64 Jurnal Pemikiran dan Pengembangan SD, Volume 6, Nomor 1, April 2018 hlm 57-64

Amin, Samsul Munir. 2010. Bimbingan Monks, F J dkk. 2004. Psikologi


dan Konseling Islam. Jakarta : Perkembangan : Pengantar Dalam
AMZAH. Berbagai Bagian. Yogyakarta :
Arikunto, Suharsimi. 2003. Dasar- GADJAH MADA UNIVERSITY
Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta PRESS.
: Bumi Aksara. Sadjah, Edja dan Sukarja, Dardjo.
Bunawan, Lani dan Yuwati, Cecilia Tanpa Tahun. Bina Bicara,
Susila. 2000. Penguasaan Bahasa Persepsi Bunyi dan Irama.
Anak Tunarungu. Jakarta : Yayasan Bandung : Depdikbud.
Shanti Rama. Saleh, Samsubar. 1996. Statistik
Darta, Hanny Muchtar. 2011. Sixs Nonparametrik. Yogyakarta :
Pllars of Positive Parenting. BPFE-Yogyakarta.
Jakarta : Cicero Publishing. Semiaan, Conny R. 2009. Penerapan
Effendi, Mohammad. 2006. Pengantar Pembelajaran pada Anak. Jakarta :
Psikopedagogik Anak Berkelainan. PT. INDEKS.
Jakarta : Bumi Aksara. Somad, Permanarian dan Hernawati,
Gelfand , Stanley A. 1948. Essentials of Tati. 1996. Ortopedagogik Anak
Audiology. New York : Thieme Tunarungu. Bandung : Depdikbud.
Medical Publisher. Inc. Somantri, Sutjihati. 2006. Psikologi
Ghazali, Syukur. 2010. Pembelajaran Anak Luar Biasa. Bandung : Refika
Keterampilan Berbahasa dengan Aditama.
Pendekatan Komunikatif-Interaktif. Sunardi dan Sunaryo. 2007. Intervensi
Bandung : Refika Aditama. Dini Anak Berkebutuhan Khusus.
Graha, Chairinniza. 2008. Keberhasilan Jakarta : Depdiknas.
Anak Ditangan Orang Tua. Jakarta Tarigan, Henry Guntur. Tanpa Tahun.
: Gramedia. Berbicara Sebagai Suatu
Gregory, Susan dkk. 1998. Issue In Keterampilan Berbahasa. Bandung
Deaf Education. London : David : Angkasa.
Fulton Publisher Ltd. Tarigan, Henry Guntur. 1985.
HN, Suhaeri dan Purwanta, Edi. 1996. Pengajaran Kosa Kata. Bandung :
Bimbingan Konseling Anak Luar Angkasa.
Biasa. Jakarta : Depdikbud. Tarmansyah. 1996. Gangguan
Luddin, Abu Bakar M. 2010. Dasar- Komunikasi. Jakarta : Depdikbud.
Dasar Konseling. Bandung :
Citapustaka Media Perintis.

Вам также может понравиться