Вы находитесь на странице: 1из 11

Andalas Dental Journal P a g e | 78

ARTIKEL PENELITIAN

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN ORANG TUA DENGAN


STATUS KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT ANAK TUNA RUNGU
USIA 9-12 TAHUN DI SLB KOTA PADANG

Chindy Septia Ningsih1 dan Didin Kustantiningtyastuti2


1
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Andalas, Padang, Sumatera Barat, Indonesia
2
Departemen Public Health, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Andalas, Padang, Sumatera Barat,
Indonesia

ABSTRACT
Parents’ knowledge is very important in keeping children’s mouth and teeth clean especially on disability
children. According to the researcher’s survey, it hasn’t been conducted a research yet about oral hygiene
indeks of deaf children. The objective of this research is to determine the correlation of parents’ knowledge
with oral hygiene indeks of 9-12 years old deaf children at extraordinary schools in Padang”.
The design of this research is observational analytic with cross sectional approach. Population of this
research is all deaf children at 5 extraordinary schools who are the most ages are 9-12 years old. They are
34 children whom are selected by using total sampling technique. Time of the research is in March 2016. The
research instruments are questionnaire and oral hygiene status. Univariate analysis is shown in the form of
frequency distribution tables and bivariate analysis is by using chi-square test with 95% α = 0.05 level of
trust.
Research findings showed more than a half (73,5%) children had not good level of mouth and teeth clean;
only a small percentage (20,6%) parents had high knowledge; and there was no significant correlation
between parents’ knowledge and oral hygiene indeks simplifield (OHI-S) of 9-12 years old deaf children at
extraordinary. PValue = 0.187.

Keywords : Parents’ knowledge, oral hygiene indeks of deaf children

Affiliasi penulis: Fakultas Kedokteran Gigi, kemampuan seseorang dalam memperoleh


Universitas Andalas, Padang, Sumatera Barat,
Indonesia dan memahami informasi kesehatan.1
Korespondensi: Audia Tria Putri
e-mail: indydofa@gmailcom Pengetahuan orang tua sangat
penting dalam menjaga kebersihan gigi
PENDAHULUAN
dan mulut anak, apalagi pada anak yang
Pengetahuan merupakan domain
memiliki kebutuhan khusus. Orang tua
yang penting untuk terbentuknya
berperan sebagai orang terdekat dari anak
tindakan seseorang. Pengetahuan dapat
yang senantiasa mendidik, melatih dan
diperoleh secara alami maupun secara
memberikan kasih sayang kepada anak.
terencana melalui pendidikan.
Menurut Sayuti (2010), kebersihan mulut
Pengetahuan dapat dipengaruhi oleh
sangat ditentukan oleh perilaku. Perilaku
berbagai faktor seperti tingkat pendidikan,
orang tua sangat penting dalam
ekonomi, sosial, lingkungan dan
terbentuknya perilaku yang mendukung
kehadiran sarana pelayanan. Tingkat
atau tidak mendukung anak dalam
pengetahuan menggambarkan tingkat
menjaga kebersihan gigi dan mulut.2,3

78
Andalas Dental Journal P a g e | 79

Faktor lain seperti sosial ekonomi dan pada usia 5-9 tahun sebesar 21,1%,
juga mempengaruhi kesehatan gigi dan dari angka ini terlihat dengan
mulut anak. Status sosial ekonomi meningkatnya umur meningkat juga
keluarga dilihat dari pekerjan dan masalah kesehatan gigi dan mulutnya,
pendapatan orang tua. Status kesehatan terutama karies.7
rongga mulut yang buruk lebih tinggi Kesehatan gigi dan mulut
pada anak yang berasal dari kalangan merupakan hal yang perlu mendapat
sosial ekomi rendah. Hal ini disebabkan perhatian khusus dari tenaga kesehatan
kemampuan orang tua dalam memenuhi baik dokter gigi maupun perawat gigi.
kebutuhan gizi anak. Anak sering Salah satu indikator kesehatan gigi dan
mengkonsumsi makanan yang bersifat mulut adalah tingkat kebersihan gigi dan
kariogenik. Rendahnya pengetahuan akan mulut. Adanya sisa makanan dan kalkulus
kesehatan gigi dapat dilihat dari kesehatan pada permukaan gigi yang diukur dengan
mulut yang buruk, karies tinggi pada indeks Oral Hygiene Index Simplified dari
keluarga, jarang melakukan kunjungan ke Green and Vermillion.2,8,9 Status
dokter gigi sehingga banyak karies gigi kebersihan gigi dan mulut (OHI-S)
yang tidak dirawat.4-6 merupakan jumlah indeks debris (DI) dan
Kesehatan gigi dan mulut indeks kalkulus (CI). Indeks OHI-S diukur
merupakan hal yang perlu mendapatkan dengan melihat skor pada 6 buah gigi
perhatian khusus. Berdasarkan data World permanen sebagai gigi indeks. Indeks
Health Organization (WHO) tahun 2012, OHI-S berguna untuk melihat kebersihan
di seluruh dunia 60-90% anak-anak rongga mulut apakah masuk dalam
sekolah memiliki karies yang sering kategori baik, sedang, maupun buruk.10,11
menimbulkan rasa sakit serta Menurut Undang-Undang
mempengaruhi kualitas hidup. Republik Indonesia Nomor 4 tahun 1997
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar pasal 1 tentang penyandang cacat, anak
Tahun 2007, prevalensi karies pada anak penyandang cacat adalah setiap anak yang
umur 1-4 tahun di Indonesia sebesar mempunyai kelainan fisik dan/ atau
6,9%, sedangkan pada anak umur 5-9 mental, yang dapat mengganggu
tahun sebesar 21,6 %. Di Provinsi merupakan rintangan dan hambatan
Sumatera Barat penduduk dengan umur 1- baginya untuk melakukan kegiatan secara
4 tahun yang mempunyai masalah dengan selayaknya. Hak tersebut diperjelas dalam
kesehatan gigi dan mulut sebesar 5,2% Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002
Andalas Dental Journal P a g e | 80

tentang Perlindungan Anak, yang gangguan pendengaran (328 juta orang


menegaskan bahwa semua anak termasuk dewasa dan 32 juta anak-anak). Prevalensi
anak cacat mempunyai hak untuk anak tuna rungu di Indonesia berdasarkan
kelangsungan hidup, tumbuh dan data statistik Depertemen Pendidikan
berkembang, dan mendapatkan fasilitas Nasional Indonesia menunjukkan bahwa
kesehatan. Salah satu kelompok jumlah anak-anak tuna rungu di Indonesia
penyandang cacat adalah tuna rungu. cukup tinggi mencapai 0,17% dimana 17
Anak tuna rungu adalah anak yang dari 10.000 anak pra sekolah sampai umur
mengalami gangguan pada indera 12 tahun mengalami tuli. Jumlah
pendengarannya sehingga mengakibatkan penyandang tuna rungu di Provinsi
ketidakmampuan mendengar dan biasanya Sumatera Barat jumlah sekitar 12.250
memiliki hambatan dalam berbicara jiwa.13,14
sehingga mereka disebut juga Kesehatan gigi pada anak tuna
tunawicara.7,12 rungu usia sekolah memang buruk
Berdasarkan data Sensus Nasional dibanding dengan anak normal usia
Biro Statistik (BPS) tahun 2007 jumlah sekolah.15 Ini disebabkan mereka
penyandang cacat di Indonesia sebesar memiliki kekurangan dan keterbatasan
0,7% dari jumlah penduduk sebesar mental maupun fisik untuk melakukan
211.428.572 atau sebanyak 1.480.000 pembersihan gigi sendiri secara
14,16
jiwa. Sebagian dari jumlah tersebut optimal. Penelitian yang dilakukan
24,45% atau 361.860 diantaranya adalah Nurisa pada anak tuna rungu usia sekolah
anak-anak usia 0-18 tahun dan 21,42% di Yogyakarta tahun 2011 yang dikutip
atau 317.016 anak merupakan anak usia Mintjelungan, dkk menunjukkan bahwa
sekolah (5-18 tahun). Sekitar 66.610 anak status kebersihan gigi pada anak tuna
usia sekolah penyandang cacat (14,4% rungu buruk disebabkan kebersihan mulut
dari seluruh anak penyandang cacat) ini yang kurang diperhatikan karena
terdaftar di Sekolah Luar Biasa keterbatasan kemampuan dalam menjaga
(Kemenkes, 2010). Persentase kebersihan gigi. Menurut Wiyakusuma
penyandang cacat di Provinsi Sumatera yang dikutip Dewi 2004, anak-anak dan
Barat sekitar 2,7 % (Susenas, 2012). remaja adalah kelompok yang paling
Menurut organisasi kesehatan rentan terjadinya karies gigi terutama
dunia (WHO), lebih dari 5% dari populasi penderita cacat, beberapa penelitian
dunia, sekitar 360 juta orang mengalami menyebutkan bahwa penderita cacat
Andalas Dental Journal P a g e | 81

mempunyai kesehatan mulut yang buruk Pengambilan sampel pada


dari pada penderita normal. Menurut penelitian ini adalah secara total sampling
Noerdin tahun 1996, penderita cacat yaitu suatu pengambilan sampel yang
mempunyai keterbatasan untuk dilakukan dengan cara memakai seluruh
melaksanakan prosedur membersihkan anggota dijadikan sampel dalam
mulut. penelitian. Hasil dari survey didapatkan
Berdasarkan data Dinas sampel sebanyak 34 orang anak tuna
Pendidikan Provinsi Sumatera Barat, rungu yang berada di 5 SLB yang
terdapat 36 Sekolah Luar Biasa (SLB) terbanyak muridnya di Kota Padang yaitu
Kota Padang dengan 2 SLB milik 16 siswa di SLB Wacana Asih, 5 Siswa di
pemerintah dan 34 milik swasta. Menurut SLB YPAC Sumbar, 8 siswa YPPLB, 2
survey peneliti belum pernah dilakukan siswa di SLB Luki, 3 siswa di SLB
penelitian mengenai kebersihan gigi dan Alhidayah.
mulut pada anak tuna rungu. Oleh sebab Pada penelitian ini, peneliti
itu, penulis tertarik melakukan penelitian mengumpulkan data dengan
mengenai “Hubungan Tingkat menggunakan kuisioner. Kuisioner
Pengetahuan Orang Tua Dengan Status merupakan suatu teknik atau cara
Kebersihan Gigi Dan Mulut Anak Tuna pengumpulan data secara tidak langsung.
Rungu Usia 9-12 Tahun di SLB Kota Jenis kuisioner yang digunakan adalah
Padang.” kuisioner dengan jawaban tertutup yaitu
METODE PENELITIAN kuisioner yang alternativ jawabannya
Penelitian ini merupakan jenis sudah disediakan oleh peneliti. Dalam
penelitian observasional analitik dengan kuisioner berisi daftar pertanyaan yang
menggunakan pendekatan desain cross harus diisi oleh responden. Kuisioner
sectional study untuk menganalisis diukur untuk mengetahui tingkat
hubungan tingkat pengetahuan orang tua pengetahuan orang tua terhadap status
dengan status kebersihan gigi dan mulut kebersihan gigi dan mulut anak tuna
anak tuna rungu usia 9-12 tahun di SLB rungu usia 9-12 tahun.
Kota Padang. Penelitian akan dilakukan Kuisioner ini terdiri dari dua
pada bulan Februari 2016 dan Maret 2016 bagian, yaitu karakteristik responden dan
di 5 SLB Kota Padang dengan jumlah pengetahuan responden mengenai
murid terbanyak. kebersihan gigi dan mulut anak tuna
rungu usia 9-12 tahun. Karakteristik
Andalas Dental Journal P a g e | 82

responden yang diteliti meliputi jenis Maret. Sampel pada penelitian ini
kelamin, usia, pekerjaan , dan pendidikan berjumlah 34 orang. Pengambilan data
terakhir. Sedangkan kuisioner dilakukan dengan menggunakan kuisioner
pengetahuan responden berisi 20 tingkat pengetahuan dan pengukuran
pertanyaan yang disertai alternativ kebersihan gigi dan mulut dengan OHI-S.
jawaban yang benar dan salah. Setiap
pertanyaan mendapat nilai 1 untuk
jawaban yang benar dan nilai 0 untuk
jawaban yang salah. Penelitian dilakukan
dengan cara membandingkan jumlah skor
jawaban yang didapat dengan skor yang
diharapkan (tertinggi) kemudian dikalikan
100% dan hasilnya berupa persentase.
Rumus yang digunakan sebagai berikut :

N = Sp x 100%
Sm

Keterangan :
N = nilai pengetahuan
Sp = skor yang di dapat
Sm = skor tertinggi maksimum
Selanjutnya, seluruh nilai
dijumlahkan skornya, jika skor > 80%
tingkat pengetahuannya dikategorikan Berdasarkan tabel 5.1 diperoleh
tinggi, jika total skor antara 60 – 80% hasil sebagian besar (91,2%) umur
tingkat pengetahuannya dikategorikan responden adalah pada dewasa awal
sedang, dan jika total skor < 60% tingkat (91,2%), lebih dari separuh (67,6%)
pengetahuan dikategorikan rendah. responden dengan jenis kelamin
HASIL PENELITIAN perempuan dan sebagian besar (76,5%)
Pengumpulan data dilakukan responden memiliki pendidikan SMA
pada anak tuna rungu usia 9-12 tahun di pada orang tua anak tuna rungu usia 9-12
SLB Kota Padang tanggal 10 Maret - 18 tahun di SLB Kota Padang.
Andalas Dental Journal P a g e | 83

Berdasarkan grafik diatas Analisa Bivariat


diperoleh SLB tempat penelitian paling
banyak pada SLB Wacana Asih sebanyak
16 anak, SLB YPPLB 8 anak, SLB YPAC
5 anak, SLB Al-Hidayah 3 anak dan
paling sedikit SLB LUKI sebanyak 2
anak.
Analisa Univariat

Pada tabel diatas karena ada cell


yang kosong, jadi peneliti membuat
kategori OHI-S yaitu kurang baik dan
baik dengan uraian sebagai berikut:

Berdasarkan tabel 5.2


menunjukkan bahwa lebih dari separuh
(55,9%) anak memiliki kebersihan gigi
dan mulut pada kategori sedang pada anak
tuna rungu di SLB Kota Padang.

Berdasarkan tabel 5.5 diperoleh


hasil kebersihan gigi dan mulut kurang
Berdasarkan tabel 5.3
baik lebih banyak pada tingkat
menunjukkan hanya sebagian kecil
pengetahuan orang tua yang rendah
(20,6%) orang tua memiliki tingkat
(91,7%) dibandingkan dengan tingkat
pengetahuan tinggi tentang kebersihan
pengetahuan sedang (66,7%) dan tinggi
gigi dan mulut pada anak tuna rungu usia
(57,1%).
9-12 tahun di SLB Kota Padang.
Hasil uji statistik (chi square)
diperoleh nilai p = 0,187 > 0,05, maka
dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
hubungan yang bermakna antara tingkat
Andalas Dental Journal P a g e | 84

pengetahuan orang tua dengan kebersihan berdasarkan jawaban benar dan salah
gigi dan mulut pada anak tuna rungu usia dalam kuisioner.
9-12 tahun di SLB Kota Padang, mungkin Tingkat pengetahuan responden
ada faktor lain yang mempengaruhi OHI- dinilai berdasarkan jawaban benar dan
S seperti kepedulian, tingkat ekonomi, salah dalam kuisioner. Dari 23 pernyataan
sikap, dan tindakan orang tua terhadap yang ada, terdapat jawaban yang salah
kebersihan gigi dan mulut anak tuna lebih dari 50 % sebanyak 4 pernyataan
rungu. yaitu pada pernyataan nomor 10, 13, 15
PEMBAHASAN dan 23. Pernyataan nomor 10 responden
Penelitian ini dilakukan pada yang menjawab salah sebanyak 50%, ini
siswa SLB Kota Padang sebanyak 34 disebabkan karena responden tidak tahu
orang, diperoleh distribusi umur dari anak bahwa ada kandungan fluoride pada pasta
tuna rungu yaitu umur siswa SLB paling gigi, sehingga responden menjawab tidak
banyak yaitu 9 tahun sebanyak 15 anak, perlu menggunakan pasta gigi yang
umur 11 tahun sebanyak 8 anak, umur mengandung fluoride. Menurut
umur 10 tahun sebanyak 6 anak dan umur Budhiharto (2008), pasta gigi yang
12 tahun sebanyak 5 anak. Pada mengandung fluoride dan agen
responden juga diperoleh distribusi umur antimicrobial lainnya seperti triclosan
sebagian besar (91,2%) umur responden memberikan manfaat dalam mengontrol
adalah pada dewasa awal (91,2%) dan karies dan gingivitis.
dewasa akhir 8,8%. Sebanyak 50% responden
Dari hasil penelitian, diperoleh menjawab salah pada pernyataan nomor
tingkat pengetahuan orang tua mengenai 13 karena responden tidak tahu
kebersihan gigi dan mulut yang memiliki pemeriksaan gigi anak berkebutuhan
pengetahuan dengan kategori tinggi 7 khusus setiap 2-3 bulan sekali. Ini berbeda
responden (20,6%), kategori sedang 15 dengan pemeriksaan gigi 1 kali 6 bulan
responden (44,1%), dan kategori rendah pada anak normal, hal ini disebabkan
12 responden (35,3%). Jadi bisa penderita cacat memerlukan perhatian
disimpulkan bahwa hanya sebagian kecil khusus secara terus menerus disebabkan
responden (20,6%) yang memiliki mempunyai keterbatasan untuk
pengetahuan yang tinggi. Tingkat melaksanakan prosedur membersihkan
pengetahuan responden dinilai mulutnya dan membutuhkan bantuan dari
orang lain (Ami Anggela, 2005). Selain
Andalas Dental Journal P a g e | 85

itu prosedur perawatan gigi anak cacat kooperaif dan kurangnya akses untuk
lebih sulit sehingga diperlukan perawatan gigi yang baik (Oranbudid,
komunikasi dan kerja sama yang baik dkk, 2009). Masalah yang sering
antara dokter gigi, orang tua, dan anak ditemukan pada gigi dan mulut anak tuna
sendiri (PIH Unair). rungu seperti status kebersihan gigi dan
Menurut Wijayakusuma yang mulut buruk, hilangnya gigi karena karies,
dikutip Dewi 2004, anak-anak dan remaja crowding (gigi berjejal).
adalah kelompok yang rentan terjadinya Pengetahuan orang tua sangat
karies gigi terutama penderita cacat. Anak penting dalam menjaga kebersihan gigi
yang cacat memiliki resiko yang lebih dan mulut anak. Orang tua berperan
tinggi akan masalah kesehatan gigi dan sebagai orang terdekat dari anak yang
mulut karena mereka memiliki senantiasa mendidik, melatih dan
kekurangan dan keterbatasan fisik dan memberikan kasih sayang kepada anak.
mental untuk melakukan pembersihan gigi Pengetahuan orang tua sangat penting
sendiri secara optimal. Salah satu dalam menjaga kebersihan gigi dan mulut
penderita cacat yaitu tuna rungu. Tuna anak, apalagi pada anak yang memiliki
rungu adalah suatu kelainan fisik yang kebutuhan khusus seperti anak tuna rungu.
berhubungan dengan berkurangnya Menurut Sayuti (2010), kebersihan mulut
pendengaran yang menghambat sangat ditentukan oleh perilaku. Perilaku
perkembangan bicara dan bahasanya orang tua sangat penting dalam
(Parmanarian, 1995). Hal ini dapat terbentuknya perilaku yang mendukung
menimbulkan hambatan di dalam atau tidak mendukung anak dalam
penilaian maupun pemeliharan kebersihan menjaga kebersihan gigi dan mulut.
rongga mulut. Beberapa penelitian pun Tindakan orang tua dengan
mengatakan hambatan dalam berbicara memperkenalkan tindakan untuk menjaga
anak tuna rungu menyebabkan kurangnya kebersihan gigi dan mulut secara
lidah dalam berperan membangun vocal berkelanjutan dalam jangka waktu lama
sehingga memperparah maloklusi. Anak seperti mengajarkan tindakan kebiasaan
tuna rungu memiliki persentase kerusakan menyikat gigi setelah makan dan sebelum
gigi yang tinggi serta kebersihan gigi yang tidur. Setelah itu orang tua lah yang
rendah. Secara umum hal ini disebabkan berperan dalam mengatur dan mengawasi
oleh keterbatasan fisik mereka, perawatan sehingga kesehatan rongga mulut dapat
kesehatan gigi yang tidak efektif, kurang terjaga.
Andalas Dental Journal P a g e | 86

Pada hasil penelitian tingkat Berdasarkan hasil penelitian status


pengetahuan responden terhadap OHI-S anak tuna rungu dikategorikan
kebersihan gigi dan mulut pada anak tuna dalam 2 kategori yaitu kurang baik dan
rungu disimpulkan bahwa hanya sebagian baik. Lebih dari separuh (73,5%) anak
kecil responden (20,6%) yang memiliki tuna rungu memiliki status kebersihan gigi
pengetahuan yang tinggi, hal tersebut juga dan mulut kurang baik dan hanya (26,5%)
disebabkan karena faktor pendidikan. dalam kategori baik. Hal ini sejalan
Pada hasil penelitian diperoleh pendidikan dengan penelitian yang dilakukan Nurisa
orang tua paling banyak adalah SMA (2012) bahwa status kebersihan gigi dan
yaitu 76,5%, dengan pendidikan yang mulut pada anak tuna rungu buruk
mereka miliki sehingga membatasi disebabkan karena keterbatasan
keinginan untuk meningkatkan kemampuan dalam menjaga kebersihan
pengetahuan mereka tentang kebersihan gigi dan mulut.
gigi dan mulut pada anak tuna rungu. Hai Status kebersihan gigi dan mulut
ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh dalam kategori kurang baik banyak
Sariningrum (2009) bahwa tingkat terdapat pada umur 9 tahun yaitu sekitar
pendidikan merepresentasikan tingkat 15 anak, oleh karena itu diperlukan
kemampuan seseorang dalam memperoleh edukasi untuk menjaga kebersihan mulut
dan memahami informasi kesehatan. sejak dini sehingga ketika mencapai usia
Semakin tinggi tingkat pendidikan dewasa kebersihan gigi dan mulut tidak
seseorang kemungkinan akan semakin terganggu.
tinggi memiliki pengetahuan mengenai Berdasarkan hasil penelitian
kebersihan gigi dan mulut. Menurut teori tentang hubungan tingkat pengetahuan
yang disampaikan oleh Notoatmodjo orang tua dengan kebersihan gigi dan
(2010), menyatakan bahwa tingkat mulut pada anak tuna rungu usia 9-12
pendidikan mempengaruhi kesadaran akan tahun di SLB Kota Padang diperoleh hasil
pentingnya arti kesehatan baik pada diri hasil status kebersihan gigi dan mulut
sendiri maupun pada lingkungan yang kurang baik pada tingkat pengetahuan
mendorong kebutuhan akan pelayanan orang tua rendah (91,7%) dibandingkan
kesehatan, termasuk dalam hal ini adalah pada tingkat pengetahuan yang sedang
kebersihan gigi dan mulut pada anak tuna (66,7%) dan tinggi (57,1%). Hasil uji
rungu. statistik (chi square) diperoleh nilai p =
0,187 > 0,05, maka dapat disimpulkan
Andalas Dental Journal P a g e | 87

bahwa tidak terdapat hubungan yang yang dicontoh oleh anak. Penelitian yang
bermakna antara tingkat pengetahuan dilakukan Holt RD, dkk (2009)
orang tua dengan kebersihan gigi dan mengatakan bahwa sebanyak 69% anak
mulut pada anak tuna rungu usia 9-12 yang diberikan pendidikan gigi oleh ibu
tahun di SLB Kota Padang. nya dirumah memiliki status kebersihan
Analisa peneliti terhadap hasil gigi yang baik.
penelitian, tidak terdapat hubungan yang Selain itu tidak signifikannya
signifikan antara tingkat pengetahan orang hubungan tingkat pengetahuan orang tua
tua terhadap kebersihan gigi dan mulut dengan status kebersihan gigi dan mulut
pada anak tuna rungu, akan tetapi pada pada anak tuna rungu usia 9-12 tahun juga
hasil penelitan mengenai status kebersihan dipengaruhi oleh faktor penguat
gigi dan mulut kurang baik lebih banyak (reinforcing faktor) antara lain faktor
pada tingkat pengetahuan orang tua yang sikap dan perilaku tokoh masyarakat,
rendah dibandingkan dengan tingkat tokoh agama dan petugas kesehatan.
pengetahuan orang tua yang tinggi. Pada penelitian ini terdapat
Tidak signifikannya hubungan keterbatasan yang ditemukan selama
tingkat pengetahuan orang tua dengan penelitian berlangsung, yaitu kurangnya
status kebersihan gigi dan mulut pada sampel dan lamanya waktu penelitian.
anak tuna rungu usia 9-12 tahun, hal ini Selain itu orang tua dari murid SLB yang
mungkin disebabkan oleh faktor lain dijadikan subyek penelitian ada yang tidak
diluar penelitian seperti adanya faktor hadir pada hari penelitian berlangsung
ayah yang menjadi responden. Menurut sehingga kuisioner diisi di rumah.
penelitian yang dilakukan oleh Margaret KESIMPULAN
(2011), didapatkan ayah masih kurang Berdasarkan hasil penelitian
berperan dalam menjaga kebersihan gigi tentang “ hubungan tingkat pengetahuan
dan mulut anak seperti mengajari anak orang tua dengan status kebersihan gigi
menyikat gigi, memberitahukan waktu dan mulut pada anak tuna rungu usia 9 –
menyikat gigi, serta membawa anak ke 12 tahun di SLB Kota Padang ”, maka
dokter gigi. Hal ini terjadi karena ibu dapat disimpulkan bahwa :
mempunyai peran dominan dalam 1. Lebih dari separuh anak memiliki
menjaga kebersihan gigi dan mulut anak. kebersihan gigi dan mulut pada
Ibu berperan sebagai motivator, edukator kategori kurang baik.
dan fasilitator. Perilaku dan kebiasaan ibu
Andalas Dental Journal P a g e | 88

2. Hanya sebagian kecil orang tua


9. Data Sensus Nasional Biro Statistik (BPS).
memiliki tingkat pengetahuan 2007.

tinggi. 10. Monica M. Sengkey, Damajanty H.C.


Pangemanan, Christy N. Mintjelungan.
3. Tidak terdapat hubungan yang Status Kebersihan Gigi dan Mulut Pada
bermakna antara tingkat Anak Autis di Kota Manado. Jurnal e- Gigi
( eG), Volume 3, Nomor 2, Juli-Desember
pengetahuan orang tua dengan 2015.

status kebersihan gigi dan mulut 11. Kaban, Moslehzadeh. Oral Hygiene Index (
Greene and Vermilion,1960). Diperoleh 5
(OHI-S) anak tuna rungu. Pvalue= Desember 2015.
http://www.mah.se/CAPP/Methods-and-
0,187. Indices/Oral-Hygiene-Indiced.
KEPUSTAKAAN
12. Notoadmojo, Soekidjo. 2003. Ilmu
1. Basuni, Cholil, Deby Kania Tri Putri. Kesehatan Masyarakat (prinsip-prinsip
Gambaran Indeks Kebersihan Mulut dasar). Jakarta : Rineka Cipta
Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Masyarakat Di Desa Guntung Ujung 13. John G. Greene, Jack R.Vermillion. 1964.
Kabupaten Banjar. Dentin (Jur. Ked. Gigi), The Simplified Oral Hygiene Index- The
Vol II. No 1. Maret 2014 : 18 – 23. Journal of the American Dental. http://
jada.ada.org/ article/
2. Budhiarto, 2008. Ilmu Perilaku Kesehatan
dan Pendidikan Kesehatan Gigi. Jakarta : 14. Putri, Meganda Hiranya;Herijulianti,
EGC. Eliza;Nurjannah, Neneng. 2010.
Pencegahan Penyakit Jaringan Keras dan
3. Christy Mintjelungan, Kustina Zuliari, Jaringan Pendukung Gigi. Jakarta : EGC
Elvira Yesiska. 2011. Gambaran Status
Periodontal dan Kebutuhan Perawatan 15. Pusat Data dan Informasi Kementrian
Anak Tunarungu Usia Sekolah di Sekolah Kesehatan RI. Penyandang Disabilitas
Luar Biasa GMIM Damai Tomohon. pada Anak . 2014.
http://download.portalgaruda.org/
16. PIH Unair. 2012. Sehat Gigi dan Mulut
4. Dalimunthe, Saidina Hamzah. 2006. Anak Berkebutuhan Khusus.
TerapiPeriodontal. Medan: Departemen http://www.unair.ac.id/sehat-gigi-dan-
Periodonsia Fakultas Kedokteran Gigi mulut-anak-berkebutuhan-khusus...
Sumatera Utara
17. Prijantojo. 1996. Kondisi Jringan
5. Dalimunthe, Saidina Hamzah. 2008. Periodonsium pada Kelompok Masyarakat
Periodonsia. Departemen Periodonsia dengan Perbedaan Frekuensi Penyikatan
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gigi. Jakarta: EGC
Sumatera Utara. Edisi revisi. Medan.
18. Riskesdas SKRT, Departemen Kesehatan
6. Damafitra, Lita. 2015. Efektifitas Video dan RI, 2007.
Bahasa Isyarat Sebagai Media Penyuluhan 19. http://terbitan.litbang.depkes.go.id/penerbit
Kesehatan Gigi dan Mulut pada Anak an/index.php/blp/catalog/download.pdf.
Penderita TunaRungu.
http://repository.unej.ac.id/ 20. Susi, Hafni Bachtiar, Ummul Azmi.
Hubungan Status Sosial Ekonomi Orang
7. Data Dinas Pendidikan Kota Padang. Tua dengan Karies pada Gigi Sulung Anak
2014. Umur 4 dan 5 Tahun. Majalah Kedokteran
Andalas No.1. Vol.36. Januari-Juni 2012.
8. Data Kementrian Kesehatan. 2010.
21.

Вам также может понравиться