Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
ABSTRACT
Going concern opinion accepted by a company represents the condition and events which
arises auditor’s hesitation of the company’s going concern. Going concern audit opinion
can be used as early warning to the user of financial statements in order to prevent
mistakes on decision making. A number of research has been conducted concerning
factors that influence to going concern audit opinion. Yet, its result keeps showing
inconsistency. This study objective is to reinvestigate factors that influence going concern
audit opinion. The factors used on this research are liquidity, leverage, profitability,
company’s size, company’s growth, audit lag, and auditor client tenure.This research
using sample of manucaturing companies listed on Indonesia Stock Exchange during
2012-2016. Based on purposive sampling, there are 30 manufacturing companies which
fulfilled the sample requirements. Hypotesis testing on this research was done by the
logistic regression analysis.
The hypotesis testing showed that leverage have positive relationship to going concern
audit opinion. Variables of profitability have negative relationship to going concern audit
opinion. Variables of liquidity, company’s size, company’s growth, audit lag and auditor
client tenure have no relationship to going concern audit opinion.
ABSTRAK
Pendapat going concern yang diterima oleh perusahaan mewakili kondisi dan kejadian yang
timbul dari keraguan auditor terhadap kelangsungan usaha perusahaan. Dengan
memperhatikan opini audit dapat digunakan sebagai peringatan dini bagi pengguna laporan
keuangan untuk mencegah kesalahan dalam pengambilan keputusan. Sejumlah penelitian
telah dilakukan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi opini audit going concern.
Namun, hasilnya terus menunjukkan ketidakkonsistenan. Tujuan penelitian ini adalah untuk
menginvestigasi ulang faktor-faktor yang mempengaruhi going concern opini audit. Faktor
yang digunakan dalam penelitian ini adalah likuiditas, leverage, profitabilitas, ukuran
perusahaan, pertumbuhan perusahaan, lag audit, dan masa kerja auditor. Penelitian in i
menggunakan sampel perusahaan manucaturing yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
selama tahun 2012-2016. Berdasarkan purposive sampling, terdapat 30 perusahaan
manufaktur yang memenuhi persyaratan sampel. Pengujian hipotesis dilakukan pada
analisis regresi logistik.
Uji hipotesis menunjukkan bahwa leverage memiliki hubungan positif dengan opini audit
going concern. Variabel profitabilitas memiliki hubungan negatif dengan opini audit going
267
Vol 2, No 2, November 2017 Hendra
concern. Variabel likuiditas, ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan, lag audit dan
masa kerja auditor tidak memiliki hubungan dengan opini audit going concern.
Kata kunci Going Concern Opini Audit, Likuiditas, Leverage, Profitabilitas, Ukuran Perusahaan,
Pertumbuhan Perusahaan, Lag Audit, Dan Masa Kerja Auditor Auditor.
268
Vol 2, No 2, November 2017 Hendra
menunjukkan bahwa tidak semua perusahaan yang opini audit dengan paragraf penekanan going
mengalami financial distress akan menerima opini concern ?
dengan penekanan paragraf going concern. 5. Apakah pertumbuhan perusahaan berpengaruh
Data tersebut konsisten dengan hasil pada opini audit dengan paragraf penekanan
penelitian Hopwood et al. (1989) yang membuktikan going concern ?
bahwa kurang dari 50% perusahaan yang bangkrut 6. Apakah audit lag berpengaruh pada opini audit
sebelumnya menerima opini dengan paragraf dengan paragraf penekanan going concern ?
penekanan going concern, begitu pula Raghunandan 7. Apakah auditor client tenure berpengaruh pada
dan Subramanyam (2003) yang telah membuktikan opini audit dengan paragraf penekanan going
bahwa 12,5% perusahaan penerima opini dengan concern ?
paragraf penekanan going concern yang bangkrut,
sedangkan 57,40% perusahaan yang bangkrut tidak Pengaruh likuiditas pada opini audit dengan
menerima opini dengan paragraf penekanan going paragraf penekanan going concern
concern. Disisi lain hasil penelitian di Indonesia oleh Penelitian yang dilakukan oleh Mutchler
Ramadhany (2004) menunjukkan bahwa sejumlah 86 (1985) dengan analisis diskriminan menunjukkan
perusahaan yang mengalami financial distress hanya bahwa current ratio sebagai salah satu dari enam
40,69% yang menerima opini dengan paragraf rasio keuangan yang hasilnya signifikan dalam
penekanan going concern, hal ini mengindikasikan membuat keputusan opini dengan paragraf
kegagalan auditor dalam menilai kemampuan penekanan going concern. Chen dan Church
perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan (1992;1996) melakukan penelitian dengan
usahanya terlihat dari perbandingan jumlah menggunakan empat rasio keuangan, dimana hasil
perusahaan yang mengalami financial distress dan penelitiannya menunjukkan bahwa current ratio
kebangkrutan dengan opini non going concern lebih signifikan dalam menjelaskan keputusan opini dengan
besar daripada jumlah perusahaan yang mengalami paragraf penekanan going concern. Konsisten
financial distress dan kebangkrutan dengan opini dengan penelitian sebelumnya Behn et al. (2001)
penekanan going concern. Tujuan penelitian ini membuktikan bahwa current ratio menunjukkan hasil
adalah untuk memberikan bukti empiris mengenai negatif signifikan untuk memprediksi dikeluarkannya
pengaruh secara parsial dan simultan likuiditas, opini dengan paragraf penekanan going concern.
leverage, profitabilitas, ukuran perusahaan, Makin rendah nilai current ratio menunjukkan semakin
pertumbuhan perusahaan, audit lag, dan auditor client rendah kemampuan perusahaan dalam menutupi
tenure pada opini audit dengan paragraf penekanan kewajiban jangka pendeknya. Apabila perusahaan
going concern pada perusahaan manufaktur yang tidak mampu memenuhi klaim kreditor jangka pendek
terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode maka hal tersebut dapat memengaruhi kredibilitas
2012-2016 perusahaan dan dapat dianggap sebagai suatu sinyal
Pada penelitian-penelitian terdahulu, terdapat bahwa perusahaan sedang menghadapi masalah
beberapa faktor yang mempengaruhi auditor didalam yang dapat mengganggu kelangsungan usahanya.
pemberian opini audit dengan paragraf penekanan Dari uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
going concern dengan hasil penelitian yang belum Likuiditas berpengaruh negatif pada opini audit
konsisten, sehingga pada penelitian ini penulis dengan paragraf penekanan going concern.
meneliti kembali beberapa faktor yaitu pengaruh H1: Likuiditas berpengaruh negatif pada opini audit
faktor kondisi keuangan perusahaan, ukuran dengan paragraf penekanan going concern.
perusahaan, pertumbuhan perusahaan, audit lag dan
auditor client tenure terhadap pemberian opini audit Pengaruh leverage pada opini audit dengan
dengan paragraf penekanan going concern. Yang paragraf penekanan going concern
menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini Chen dan Church (1992) menyatakan bahwa
adalah : perusahaan yang memiliki aset yang lebih kecil
1. Apakah likuiditas berpengaruh pada opini audit daripada kewajibannya akan menghadapi bahaya
dengan paragraf penekanan going concern ? kebangkrutan. Penelitian Carcello dan Neal (2000)
2. Apakah leverage berpengaruh pada opini audit serta Masyitoh dan Adhariani (2010) menemukan
dengan paragraf penekanan going concern ? bahwa leverage berhubungan positif dengan
3. Apakah profitabilitas berpengaruh pada opini audit pemberian opini audit dengan paragraf penekanan
dengan paragraf penekanan going concern ? going concern. Dari uraian tersebut, maka dapat
4. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh pada disimpulkan bahwa Leverage berpengaruh positif
269
Vol 2, No 2, November 2017 Hendra
pada opini audit dengan paragraf penekanan going 1992 dalam Setyarno dkk., 2006). Perusahaan yang
concern. mengalami pertumbuhan menunjukkan aktivitas
H2: Leverage berpengaruh positif pada opini audit operasional perusahaan berjalan dengan semestinya
dengan paragraf penekanan going concern. sehingga perusahaan dapat mempertahankan posisi
ekonominya dan kelangsungan hidupnya, sedangkan
Pengaruh profitabilitas pada opini audit dengan perusahaan dengan negative growth mengindikasikan
paragraf penekanan going concern kecenderungan yang lebih besar ke arah
Penelitian yang dilakukan oleh Mutchler kebangkrutan (Altman, 1968). Dari uraian tersebut,
(1985), Chen dan Church (1992), Behn et al. (2001) maka dapat disimpulkan bahwa Pertumbuhan
menemukan bahwa rasio ini berpengaruh negatif perusahaan berpengaruh negatif pada opini audit
signifikan untuk memprediksi pembuatan keputusan dengan paragraf penekanan going concern.
opini dengan paragraf penekanan going concern. Dari H5: Pertumbuhan perusahaan berpengaruh negatif
uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pada opini audit dengan paragraf penekanan going
Profitabilitas berpengaruh negatif pada opini audit concern.
dengan paragraf penekanan going concern.
H3: Profitabilitas berpengaruh negatif pada opini audit Pengaruh audit lag pada opini audit dengan
dengan paragraf penekanan going concern. paragraf penekanan going concern
Audit lag adalah jumlah hari antara tanggal
Pengaruh ukuran perusahaan pada opini audit laporan keuangan sampai dengan tanggal opini
dengan paragraf penekanan going concern laporan auditor independen (Lennox, 2002). Ashton et
Ballesta dan Garcia (2005) dalam Junaidi al. (1987) menyatakan bahwa perusahaan yang
dan Hartono (2010) berpendapat bahwa perusahaan menerima opini going concern membutuhkan waktu
besar mempunyai manajemen yang lebih baik dalam audit yang lebih lama dibandingkan perusahaan yang
mengelola perusahaan dan berkemampuan menerima opini tanpa kualifikasi. Louwers (1998),
menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas jika Lennox (2002), dan Putra (2010) menemukan
dibandingkan perusahaan kecil. Untuk kondisi dengan hubungan positif antara audit lag yang panjang
risiko litigasi rendah seperti Hongkong dan negara di dengan opini audit going concern. McKeown et al.
Asia Tenggara pada umumnya, Kevin et al. (2006) (1991) menyatakan bahwa opini audit going concern
menyatakan bahwa perusahaan besar memiliki lebih banyak ditemui ketika pengeluaran opini
kemampuan yang lebih baik dalam mempertahankan terlambat. Dari uraian tersebut, maka dapat
kelangsungan hidupnya bahkan ketika perusahaan disimpulkan bahwa Audit lag berpengaruh positif
mengalami financial distress. Oleh karena itu, auditor pada opini audit dengan paragraf penekanan going
akan menunda untuk mengeluarkan opini audit concern.
dengan paragraf penekanan going concern dengan H6: Audit lag berpengaruh positif pada opini audit
harapan bahwa perusahaan akan dapat mengatasi dengan paragraf penekanan going concern.
kondisi buruk pada tahun mendatang. Dari uraian
tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa Ukuran Pengaruh auditor client tenure pada opini audit
perusahaan berpengaruh negatif pada opini audit dengan paragraf penekanan going concern
dengan paragraf penekanan going concern. Auditor client tenure adalah jangka waktu
H4: Ukuran perusahaan berpengaruh negatif pada perikatan yang terjalin antara KAP dengan auditee
opini audit dengan paragraf penekanan going yang sama. Ketika hubungan klien suatu KAP telah
concern. berlangsung bertahun-tahun, klien dapat dipandang
sebagai sumber pendapatan yang berlangsung terus,
Pengaruh pertumbuhan perusahaan pada opini yang secara potensial dapat mengurangi
audit dengan paragraf penekanan going concern independensi KAP. Terdapat ancaman terhadap
Pertumbuhan perusahaan mengindikasikan obyektivitas auditor dari familiaritasnya terhadap
kemampuan perusahaan dalam mempertahankan klien, yang mengarahkan pada kritik yang
kelangsungan usahanya. Pertumbuhan perusahaan menyatakan bahwa tidaklah mungkin untuk
dapat diproksikan dengan pertumbuhan penjualan. mengharapkan auditor untuk melakukan penilaian
Pertumbuhan penjualan digunakan untuk mengukur yang bersifat obyektif dan tidak bias (Bazerman et al.,
efektivitas perusahaan dalam mempertahankan posisi 2002). Perikatan audit yang lama akan menjadikan
ekonominya, baik dalam industri maupun kegiatan auditor kehilangan independensinya sehingga lebih
ekonomi secara keseluruhan (Weston dan Copeland, sulit untuk memberikan opini dengan paragraf
270
Vol 2, No 2, November 2017 Hendra
penekanan going concern. Dari uraian tersebut, maka ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada
dapat disimpulkan bahwa Auditor client tenure pemakai yang berkepentingan.
berpengaruh negatif pada opini audit dengan paragraf Menurut Jusup (2014:11) auditing atau
penekanan going concern. pengauditan adalah suatu proses sistematis untuk
H7: Auditor client tenure berpengaruh negatif pada mendapatkan dan mengevaluasi bukti yang
opini audit dengan paragraf penekanan going berhubungan dengan asersi tentang tindakan-
concern. tindakan dan kejadian-kejadian ekonomi secara
objektif untuk menentukan tingkat kesesuaian antara
asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan
KAJIAN PUSTAKA dan mengomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak
yang berkepentingan.
Teori Sinyal (Signaling Theory) Sedangkan Agoes (2013:1) mendefinisikan
Teori sinyal merupakan teori yang auditing sebagai suatu pemeriksaan yang dilakukan
beresensikan bagaimana sinyal-sinyal yang secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang
mempengaruhi naik turunnya harga saham pada independen, terhadap laporan keuangan yang telah
pasar modal. Oleh karena itu, investor diwajibkan disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan
untuk memahami bagaimana setiap informasi sebagai pembukuan dan bukti pendukungnya, dengan tujuan
sinyal. Menurut Maria Immaculatta (2007) kualitas untuk dapat memberikan pendapat mengenai
keputusan investor dipengaruhi oleh kualitas kewajaran laporan keuangan tersebut.
informasi yang diungkapkan perusahaan dalam Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut
laporan keuangan. Kualitas informasi tersebut dapat disimpulkan bahwa auditing adalah proses
bertujuan untuk mengurangi asimetri informasi yang untuk menghimpun dan mengevaluasi bukti secara
timbul ketika menajer lebih mengetahui informasi objektif pernyataan tentang kegiatan dan kejadian
internal dan prospek perusahaan di masa mendatang ekonomi sehingga dapat ditentukan tingkat
dibandingkan pihak eksternal perusahaan. kesesuaian antara pernyataan tersebut dengan
Menurut Jama’an (2008) Singaling Theory kriteria yang telah ditentukan dan memberikan
mengemukakan tentang bagaimana seharusnya pendapat mengenai kewajaran pernyataan tersebut.
sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada
pengguna laporan keuangan. Sinyal ini berupa Kondisi Keuangan Perusahaan
informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh Kondisi keuangan perusahaan
manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik. menggambarkan tingkat kesehatan perusahaan.
Teori sinyal menjelaskan bahwa pemberian sinyal Pada perusahaan yang tidak sehat banyak ditemukan
yang dilakukan oleh manajer untuk mengurangi indikator masalah going concern (Ramadhany, 2004).
asimetri informasi. Kondisi ini digambarkan dari rasio keuangan yang
dapat memberikan indikasi apakah perusahaan
Auditing dalam kondisi baik (sehat) atau dalam kondisi buruk
ASOBAC (A Statement of Basic Auditing (tidak sehat). Perusahaan yang baik (sehat)
Concepts) dalam Halim (2015:1) mendefinisikan mempunyai profitabilitas yang besar dan cenderung
auditing sebagai suatu proses sistematik untuk memiliki laporan keuangan yang sewajarnya
menghimpun dan mengevaluasi bukti-bukti audit sehingga potensi untuk mendapatkan opini yang baik
secara objektif mengenai asersi-asersi tentang akan lebih besar dibandingkan dengan jika
berbagai tindakan dan kejadian ekonomi untuk profitabilitasnya rendah (Petronela, 2004).
menentukan tingkat kesesuaian antara asersi-asersi Menurut Sartono (2014) analisis keuangan
tersebut dengan kriteria yang telah ditentukan dan yang mencakup analisis rasio keuangan, analisis
menyampaikan hasilnya kepada para pemakai yang kekuatan dan kelemahan di bidang finansial akan
berkepentingan. sangat membantu dalam menilai prestasi manajemen
Menurut Mulyadi (2011:9), secara umum masa lalu dan prospeknya di masa datang. Rasio
auditing adalah suatu proses sistematik untuk tersebut dapat memberikan indikasi apakah
memperoleh dan mengevaluasi secara objektif perusahaan memiliki kas yang cukup memadai untuk
mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan memenuhi kewajiban finansialnya, besarnya piutang
dan kejadian ekonomi. Tujuannya adalah untuk cukup rasional, efisiensi manajemen persediaan,
menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan- perencanaan pengeluaran investasi yang baik dan
pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah struktur modal yang sehat sehingga tujuan
271
Vol 2, No 2, November 2017 Hendra
memaksimumkan kemakmuran pemegang sahan dalam penelitian ini diukur dengan rasio Return On
dapat dicapai. Aset (ROA). Pengukuran kinerja operasi yang dapat
mencerminkan kemampuan perusahaan dalam
Likuiditas menghasilkan pendapatan dan efisiensi pengelolaan
Likuiditas perusahaan merupakan biaya guna mempertahankan kelangsungan
kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban usahanya. Profitabilitas adalah kemampuan
jangka pendeknya atau menganalisa dan perusahaan untuk memperoleh laba dalam
menginterpretasikan posisi keuangan jangka pendek hubungannya dengan penjualan, total aktiva, maupun
perusahaan (Munawir, 2002). Likuiditas suatu modal sendiri (Sartono, 2014:122).
perusahaan sering ditunjukkan oleh current ratio yaitu
membandingkan aset lancar dengan kewajiban Ukuran perusahaan
lancar. Menurut Husnan dan Pudjiastuti (2006), aset Machfoedz (1994) dalam Suwito dan
lancar adalah aset yang diharapkan berubah menjadi Herawaty (2005) menyatakan bahwa ukuran
kas dalam jangka waktu yang singkat (biasanya perusahaan adalah suatu skala yang dapat
kurang dari satu tahun), sedangkan kewajiban lancar mengklasifikasikan perusahaan menjadi perusahaan
menunjukkan kewajiban yang harus dipenuhi dalam besar dan kecil menurut berbagai cara, antara lain:
waktu dekat (biasanya juga kurang dari satu tahun). total aktiva atau total aset perusahaan, nilai pasar
Rasio ini dapat memberikan sebuah ukuran likuiditas saham, rata-rata tingkat penjualan, dan jumlah
yang cepat, mudah digunakan dan mampu menjadi penjualan. Pada dasarnya ukuran perusahaan hanya
indikator terbaik sampai sejauh mana klaim dari terbagi dalam 3 kategori, yaitu perusahaan besar
kreditor jangka pendek telah ditutupi oleh aset yang (large firm), perusahaan menengah (medium-size),
diharapkan dapat diubah menjadi kas dengan cukup dan perusahaan kecil (small firm).
cepat (Brigham & Houston, 2009:95). Ukuran perusahaan dapat dilihat dari total
aset yang dimiliki. Perusahaan dengan total aset yang
Leverage besar menunjukkan bahwa perusahaan tersebut telah
Leverage dapat diproksikan dengan debt ratio mencapai tahap kedewasaan karena dalam tahap ini
yaitu membandingkan antara total kewajiban dengan arus kas perusahaan sudah positif dan dianggap
total aset. Rasio ini mengukur tingkat persentase memiliki prospek yang baik dalam jangka waktu yang
utang perusahaan terhadap total aset yang dimiliki relatif panjang. Selain itu, hal ini juga mencerminkan
atau seberapa besar tingkat persentase total aset bahwa perusahaan relatif lebih stabil dan lebih
dibiayai dengan utang. Semakin besar tingkat rasio mampu menghasilkan laba dibanding perusahaan
leverage menyebabkan timbulnya keraguan akan dengan total aktiva yang kecil (Indriani, 2005 dalam
kemampuan perusahaan untuk mempertahankan Rachmawati dan Triatmoko, 2007). O/leh karena itu,
kelangsungan usahanya di masa depan karena perusahaan besar diharapkan akan lebih mampu
sebagian besar dana yang diperoleh oleh untuk menyelesaikan masalah keuangan yang
perusahaan akan digunakan untuk membiayai utang dihadapi dan mempertahankan kelangsungan
dan dana untuk beroperasi akan semakin berkurang. usahanya.
Kreditor pada umumnya lebih menyukai debt ratio Besar (ukuran) perusahaan dapat
yang rendah angka rasionya, maka semakin besar dinyatakan dalam total aktiva, penjualan dan
mengantisipasi dari kerugian yang dialami kreditor kapitalisasi pasar. Ukuran perusahaan diproksikan
jika terjadi likuidasi. Semakin besar debt ratio maka menggunakan total aktiva. Nilai aktiva dipilih
akan semakin besar kemungkinan auditor untuk karena nilai yang dimiliki relatif lebih stabil
memberikan opini audit dengan paragraf penekanan dibadingkan dengan proksi lain (Sudarmadji dan
going concern. Leverage menunjukkan proporsi atas Sularto,2007).
penggunaan utang untuk membiayai investasinya
(Sartono, 2014:120). Pertumbuhan perusahaan
Pertumbuhan perusahaan mengindikasikan
Profitabilitas kemampuan perusahaan dalam mempertahankan
Profitabilitas merupakan salah satu indikator kelangsungan usahanya. Pertumbuhan perusahaan
keberhasilan perusahaan untuk dapat menghasilkan dapat diproksikan dengan rasio pertumbuhan
laba sehingga semakin tinggi profitabilitas maka penjualan. Rasio ini mengukur seberapa baik
semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk perusahaan mempertahankan posisi ekonominya,
menghasilkan laba bagi perusahaannya. Profitabilitas baik dalam industrinya maupun dalam kegiatan
272
Vol 2, No 2, November 2017 Hendra
ekonomi secara keseluruhan (Weston dan Copeland, berharap bahwa perusahaan dapat mengatasi
1992 dalam Setyarno dkk., 2006). Perusahaan yang masalah yang dihadapi untuk menghindari
mengalami pertumbuhan menunjukkan aktivitas dikeluarkannya opini audit going concern (Lennox,
operasional perusahaan berjalan dengan semestinya 2002).
sehingga perusahaan dapat mempertahankan posisi
ekonominya dan kelangsungan hidupnya. Sementara Auditor client tenure
perusahaan dengan rasio pertumbuhan penjualan Auditor client tenure merupakan jangka waktu
negatif berpotensi besar mengalami penurunan laba perikatan yang terjalin antara kantor akuntan publik
sehingga manajemen perlu untuk mengambil (KAP) dengan auditee yang sama. Kecemasan akan
tindakan perbaikan agar tetap dapat kehilangan sejumlah fee yang cukup besar akan
mempertahankan kelangsungan hidupnya. menimbulkan keraguan bagi auditor untuk
Penjualan merupakan kegiatan operasi menyatakan opini audit dengan paragraf penekanan
utama perusahaan. Penjualan perusahaan yang going concern.
meningkat dari tahun ke tahun memberi peluang Dalam laporan yang dikeluarkan oleh Bagian
perusahaan untuk memperoleh peningkatan laba. Praktek Securities of Exchange Commission (SEC)
Oleh karena itu, semakin tinggi rasio pertumbuhan Komite Eksekutif (American Institute of Certified
penjualan perusahaan akan semakin kecil Public Accountants (AICPA), 1992 dalam Sinason et
kemungkinan auditor untuk menerbitkan opini audit al., 2001) dinyatakan beberapa argumen yang dibuat
dengan modifikasi going concern (Setyarno dkk., tentang audit tenure. Argumen ini menyatakan bahwa
2006). dalam jangka panjang hubungan antara auditor dan
perusahaan klien akan menyebabkan masalah
Audit lag sebagai berikut ini.
Audit lag atau dalam beberapa penelitian (1) Auditor mempunyai hubungan yang semakin
disebut sebagai audit delay didefinisikan sebagai dekat dengan manajemen klien yang
rentang waktu penyelesaian pelaksanaan audit menyebabkan auditor untuk mengidentifikasi
laporan keuangan tahunan yang diukur berdasarkan masalah manajemen dan kehilangan
lamanya hari yang dibutuhkan untuk memperoleh skeptisisme profesional.
laporan auditor independen atas audit laporan (2) Auditor mungkin menganggap pengujian yang
keuangan tahunan perusahaan sejak tanggal tahun dilakukan sebagai pengulangan dari perikatan
tutup buku, yaitu per 31 Desember sampai tanggal sebelumnya sehingga auditor merasa sudah
yang tertera di laporan auditor independen mengetahui lebih dulu hasil dari pengujian
(Rachmawati, 2008). Subyekti dan Widiyanti (2004) tersebut. Hal ini menyebabkan auditor kurang
juga menyatakan audit lag sebagai perbedaan antara mampu untuk mengevaluasi perubahan
tanggal laporan keuangan dengan tanggal opini audit penting dalam kondisi klien.
dalam laporan keuangan yang mengindikasikan (3) Auditor mungkin berkeinginan untuk
lamanya waktu penyelesaian audit yang dilakukan menyelesaikan masalah perusahaan klien
oleh auditor. Oleh karena itu, semakin panjang audit dalam rangka mempertahankan hubungannya
lag semakin lama auditor dalam menyelesaikan dengan klien. Memenuhi keinginan manajemen
pekerjaan auditnya. klien mungkin menjadi prioritas auditor,
Ashton et al. (1987) menyatakan bahwa dibandingkan mengikuti standar profesional.
perusahaan yang menerima opini dengan modifikasi Auditor client tenure diukur dengan menghitung
going concern membutuhkan waktu audit yang lebih tahun dimana KAP yangsama telah melakukan
lama dibandingkan perusahaan yang menerima opini perikatan dengan auditee (Januarti, 2009).
tanpa modifikasi going concern. Louwers (1998),
Lennox (2002), serta Januarti dan Fitrianasari (2008), Opini audit
menemukan hubungan positif antara audit lag yang Dalam SA Seksi 110 paragraf 01 dijelaskan
panjang dengan opini audit going concern. McKeown bahwa tujuan audit atas laporan keuangan oleh
et al. (1991) menyatakan bahwa opini audit going auditor independen adalah untuk menyatakan
concern lebih banyak ditemui ketika pengeluaran pendapat tentang kewajaran, dalam semua hal yang
opini terlambat. Hal ini mungkin terjadi karena auditor material, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan
lebih banyak melakukan pengujian, manajer ekuitas, dan arus kas sesuai dengan standar
melakukan negosiasi yang panjang ketika terdapat akuntansi keuangan di Indonesia. Laporan auditor
ketidakpastian kelangsungan usaha, dan auditor merupakan sarana bagi auditor untuk menyatakan
273
Vol 2, No 2, November 2017 Hendra
pendapatnya, atau apabila keadaan mengharuskan, (a) pendapat auditor sebagian didasarkan atas
untuk menyatakan tidak memberikan pendapat. Baik laporan auditor independen lain,
dalam hal auditor menyatakan pendapat maupun (b) adanya penyimpangan dari prinsip akuntansi
menyatakan tidak memberikan pendapat, ia harus yang ditetapkan oleh IAI,
menyatakan apakah auditnya telah dilaksanakan (c) laporan keuangan dipengaruhi oleh
berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Institut ketidakpastian yang material,
Akuntan Publik Indonesia (IAPI). Pemberian opini (d) auditor meragukan kemampuan satuan
audit dapat mengurangi asimetri informasi antara usaha dalam mempertahankan
manajemen dengan stakeholders perusahaan karena kelangsungan usahanya,
memungkinkan pihak di luar perusahaan untuk (e) auditor menemukan adanya suatu
memverifikasi validitas laporan keuangan. perubahan material dalam penggunaan
Dalam SA 705 pada paragraf tipe opini prinsip dan metode akuntansi.
modifikasian dijelaskan bahwa terdapat tiga tipe opini (3) Pendapat wajar dengan pengecualian (qualified
modifikasian, yaitu opini wajar dengan pengecualian, opinion)
opini tidak wajar, dan opini tidak menyatakan Sesuai dengan SA 508 paragraf 38 dikatakan
pendapat. bahwa jenis pendapat ini diberikan apabila:
Dalam SA 706 pada paragraf penekanan (a) tidak adanya bukti kompeten yang cukup
suatu hal dalam laporan auditor, dijelaskan bahwa atau adanya pembatasan lingkup audit yang
jika menurut auditor perlu untuk menarik perhatian material tapi tidak memengaruhi laporan
pengguna laporan keuangan atas suatu hal yang keuangan secara keseluruhan,
disajikan atau diungkapkan dalam laporan keuangan (b) auditor yakin bahwa laporan keuangan berisi
yang menurut pertimbangan auditor, sedemikian penyimpangan dari prinsip akuntansi yang
penting bahwa hal tersebut adalah fundamental bagi berlaku umum yang berdampak material
pemahaman pengguna laporan keuangan atas tetapi tidak memengaruhi laporan keuangan
laporan keuangan, maka auditor harus secara keseluruhan. Penyimpangan tersebut
mencantumkan paragraf penekanan suatu hal dalam dapat berupa pengungkapan yang tidak
laporan auditor selama auditor telah memperoleh memadai, maupun perubahan dalam prinsip
bukti audit yang cukup dan tepat bahwa tidak terdapat akuntansi. Auditor harus menjelaskan alasan
kesalahan penyajian material atas hal tersebut dalam pengecualian dalam satu paragraf terpisah
laporan keuangan. sebelum paragraf pendapat.
Menurut Halim (2015:75), terdapat lima jenis (4) Pendapat tidak wajar (adverse opinion)
pendapat yang dapat diberikan oleh auditor, yaitu Pendapat ini menyatakan bahwa laporan
sebagai berikut ini : keuangan tidak menyajikan secara wajar posisi
(1) Pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified keuangan, hasil usaha, dan arus kas sesuai
opinion) dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Pendapat wajar tanpa pengecualian dapat Auditor harus menjelaskan alasan pendukung
diberikan auditor apabila audit telah pendapat tidak wajar, dan dampak utama dari
dilaksanakan atau diselesaikan sesuai dengan hal yang menyebabkan pendapat tidak wajar
standar auditing, penyajian laporan keuangan diberikan terhadap laporan keuangan.
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku (5) Pernyataan tidak memberikan pendapat
umum dan tidak terdapat kondisi atau keadaan (disclaimer of opinion) Pernyataan auditor
tertentu yang memerlukan bahasa penjelasan. untuk tidak memberikan pendapat ini
(2) Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan diberikan apabila:
tambahan bahasa penjelasan Pendapat ini (a) ada pembatasan lingkup audit yang sangat
diberikan apabila audit telah dilaksanakan atau material baik oleh klien maupun karena
diselesaikan sesuai dengan standar auditing, kondisi tertentu,
penyajian laporan keuangan sesuai dengan (b) auditor tidak independen terhadap klien.
prinsip akuntansi yang berlaku umum, tetapi
terdapat keadaan atau kondisi tertentu yang Kemampuan entitas dalam mempertahankan
memerlukan bahasa penjelasan. Kondisi atau kelangsungan usaha (going concern)
keadaan yang memerlukan bahasa penjelasan Going Concern termasuk ke dalam postulat
tambahan antara lain dapat diuraikan sebagai akuntansi. Postulat akuntansi adalah pernyataan atau
berikut: aksioma yang terbukti dengan sendirinya, yang
274
Vol 2, No 2, November 2017 Hendra
diterima umum berdasarkan atas kesesuaian dengan usaha entitas adalah berhubungan dengan
tujuan laporan keuangan, yang menggambarkan ketidakmampuan entitas dalam memenuhi
lingkungan ekonomi, politik, social dan hukum kewajibannya pada saat jatuh tempo tanpa
sedalam mana akuntansi harus beroperasi. melakukan penjualan sebagian besar aktiva kepada
Postulat kelangsungan usaha (going concern pihak luar melalui bisnis biasa, restrukturisasi utang,
postulate) menyatakan bahwa entitas akuntansi akan perbaikan operasi yang dipaksakan dari luar, dan
terus beroperasi untuk melaksanakan proyek, kegiatan serupa yang lain (IAPI, 2013). Kelangsungan
komitmen dan aktivitas yang sedang berjalan. Salah usaha suatu entitas selalu dihubungkan dengan
satu anggapan postulat ini adalah kesatuan usaha kemampuan manajemen untuk membawa entitas
tidak diharapkan melikuidasi dimasa yang akan tersebut untuk bertahan selama mungkin.
datang yang dapat diduga sebelumnya atau kesatuan Jika auditor telah mengevaluasi atas
usaha akan berjalan terusa dalam jangka waktu yang kemampuan entitas bertahan hidup dan perusahaan
tidak terbatas. disimpulkan terdapat keraguan yang substansial
Menurut Belkaoui (2006:271), going concern dalam kemampuan entitas untuk mempertahankan
adalah dalil yang menyatakan bahwa suatu entitas kelangsungan usaha, maka auditor berhak
akan menjalankan terus operasinya dalam jangka mengeluarkan opini audit dengan paragraf
waktu yang cukup lama untuk mewujudkan penekanan going concern.
proyeknya, tanggung jawab, serta aktivitas-
aktivitasnya yang tiada henti. Dalil ini memberi Faktor – Faktor yang mempengaruhi Opini Audit
gambaran bahwa entitas diharapkan untuk beroperasi dengan paragraf penekanan Going Concern
dalam jangka waktu yang tidak terbatas atau tidak Mutchler (1985) mengungkapkan beberapa
diarahkan menuju arah likuidasi. Suatu operasi yang kriteria perusahaan yang akan menerima opini audit
berlanjut dan berkesinambungan diperlukan untuk dengan paragraf penekanan going concern. Kriteria
menciptakan suatu konsekuensi bahwa laporan tersebut adalah apabila mempunyai masalah pada
keuangan yang terbit pada suatu perioda mempunyai pendapatan, reorganisasi, ketidakmampuan dalam
sifat sementara, sebab masih merupakan suatu membayar bunga, menerima opini audit dengan
rangkaian laporan keuangan yang berkelanjutan. paragraf penekanan going concern pada tahun
Rahayu (2007) menyatakan bahwa istilah sebelumnya. Selain itu, perusahaan yang sedang
going concern dapat diinterpretasikan dalam dua hal, dalam proses likuidasi, mempunyai modal yang
yang pertama adalah going concern sebagai konsep negatif, arus kas negatif, pendapatan operasi negatif,
dan yang kedua adalah going concern sebagai opini modal kerja negatif, 2 sampai dengan 3 tahun
audit. Sebagai konsep, istilah going concern dapat berturut-turut mengalami rugi dan laba ditahan
diinterpretasikan sebagai kemampuan perusahaan negatif.
mempertahankan kelangsungan usahanya dalam
jangka panjang. Sebagai opini audit, istilah opini
going concern menunjukkan auditor memiliki METODELOGI PENELITIAN
kesangsian mengenai kemampuan perusahaan untuk
melanjutkan usahanya di masa mendatang. Penelitian ini dilakukan pada Bursa Efek
Menurut Altman dan McGough (1974) masalah Indonesia yang menyediakan data laporan keuangan
going concern terbagi dua, yaitu masalah keuangan auditan dengan mengakses dan mengunduh situs
yang meliputi kekurangan (defisiensi) likuiditas, resmi Bursa Efek Indonesia melalui website
defisiensi ekuitas, penunggakan hutang, kesulitan www.idx.co.id. Objek penelitian yang digunakan
memperoleh dana serta masalah operasional usaha dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan
yang meliputi kerugian usaha yang terus-menerus, manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
prospek pendapatan yang meragukan, kemampuan periode 2012-2016. Perusahaan manufaktur tersebut
usaha terancam dan pengendalian yang lemah atas dipilih dari daftar perusahaan yang terbuka (go public)
usaha. dan ada dalam Indonesia Capital Market Directory
Dalam SA 570 paragraf 02 dinyatakan bahwa (ICMD). Beberapa alasan sampel penelitian diambil
kelangsungan usaha entitas dipakai sebagai asumsi dari ICMD
dalam pelaporan keuangan sepanjang tidak terbukti Variabel dependen dalam penelitian ini adalah
adanya informasi yang menunjukkan hal yang opini audit tanpa modifikasian dengan paragraf
berlawanan. Biasanya, informasi yang secara penekanan going concern. Variabel independen
signifikan berlawanan dengan asumsi kelangsungan dalam penelitian ini adalah likuiditas, leverage,
275
Vol 2, No 2, November 2017 Hendra
276
Vol 2, No 2, November 2017 Hendra
(4) Nilai rata-rata rasio ROA perusahaan sampel Menilai kelayakan model regresi
adalah sebesar -0,02383 dengan nilai minimum - Kelayakan model regresi dinilai dengan
0,548 dan maksimum 0,189. Nilai rata-rata rasio menggunakan Hosmer and Lemeshow’s Goodness of
ROA -0,02383 menunjukkan perusahaan sampel Fit Test. Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit
yang mengalami rugi bersih 2,38% dari aset. Test menguji hipotesis nol bahwa data empiris cocok
(5) Nilai rata-rata ukuran perusahaan (SIZE) atau sesuai dengan model (tidak ada perbedaan
sebesar 27,84790 dengan nilai minimum 24,414 antara model dengan data sehingga model dapat
dan maksimum 30,875. Nilai rata-rata sebesar dikatakan fit).
27,84790 lebih cenderung pada nilai maksimum Nilai statistik Hosmer and Lemeshow’s
30,875, hal ini menunjukkan bahwa lebih banyak Goodness of Fit Test adalah 7,436 dengan
perusahaan sampel yang ukurannya tergolong probabilitas signifikansi 0,490 yang nilainya jauh di
berskala besar. atas 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan
(6) Nilai rata-rata pertumbuhan perusahaan yang bahwa model mampu memprediksi nilai observasinya
diproksikan dengan pertumbuhan penjualan atau dapat dikatakan model dapat diterima karena
(SG) menunjukkan nilai yang positif yaitu cocok dengan data observasinya.
sebesar 0,10627 dengan nilai minimum -0,921
dan maksimum 5,947. Koefisien determinasi (Nagelkerke R square)
Nilai rata-rata yang positif menggambarkan Besarnya nilai koefisien determinasi pada
bahwa rata-rata perusahaan sampel mengalami model regresi logistik ditunjukkan dengan nilai
pertumbuhan yang positif yang ditandai dengan Nagelkerke R square adalah sebesar 0,528 yang
peningkatan penjualan bersihnya sebesar berarti variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh
10,63% per tahun. Nilai minimum sebesar -0,921 variabel independen adalah sebesar 52,8 persen,
menunjukkan ada perusahaan sampel yang sedangkan sisanya sebesar 47,2 persen dijelaskan
mengalami pertumbuhan negatif, namun ada oleh variabel-variabel lain di luar model penelitian
pula perusahaan sampel yang mengalami
pertumbuhan positif. Uji klasifikasi
(7) Nilai rata-rata audit lag (AL) adalah sebesar Uji klasifikasi menunjukkan kekuatan prediksi
83,71 dengan nilai minimum 49 dan nilai dari model regresi untuk memprediksi probabilitas
maksimum 349. Nilai rata-rata audit lag sebesar penerimaan opini audit dengan paragraf penekanan
83,81 hari menunjukkan bahwa rata-rata going concern oleh perusahaan. Kekuatan prediksi
perusahaan sampel memiliki rentang waktu dari model regresi untuk memprediksi kemungkinan
penyelesaian audit laporan keuangan selama terjadinya variabel terikat dinyatakan dalam persen
83,71 hari dimana nilainya masih di bawah 90 menunjukkan kekuatan prediksi dari model regresi
hari kalender yang merupakan batas yang untuk memprediksi kemungkinan perusahaan
ditetapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menerima opini audit dengan paragraf penekanan
dalam penyampaian laporan keuangan seperti going concern adalah sebesar 57,1 persen. Hal ini
yang tertuang dalam POJK No. menunjukkan bahwa dengan menggunakan model
29/POJK.4/2016. Namun ada pula perusahaan regresi tersebut, terdapat sebanyak 24 perusahaan
sampel yang memiliki audit lag 349 hari, hal ini (57,1%) yang diprediksi akan menerima opini audit
menunjukkan sampel tersebut melanggar dengan paragraf penekanan going concern dari total
ketentuan yang ditetapkan oleh Bapepam atau 42 perusahaan yang menerima opini audit going
perusahaan sampel tidak tepat waktu dalam concern. Kekuatan prediksi dari model regresi untuk
menyampaikan laporan keuangan. memprediksi kemungkinan perusahaan menerima
(8) Nilai rata-rata auditor client tenure (ACT) adalah opini audit non going concern adalah 96,3 persen. Hal
sebesar 2,33 dengan nilai minimum 1 dan ini berarti bahwa dengan model regresi tersebut,
maksimum 5. Nilai rata-rata sebesar 2,33 terdapat sebanyak 104 perusahaan (96,3%) yang
menunjukkan bahwa perusahaan sampel diprediksi menerima opini audit non going concern
memiliki rata-rata perikatan dengan KAP selama dari total 108 perusahaan yang menerima opini audit
2,33 tahun. Nilai maksimum sebesar 5 non going concern.
menunjukkan bahwa ada perusahaan sampel
yang diaudit oleh KAP yang sama selama 5 Uji multikolinearitas
tahun. Pengujian multikolinearitas dalam regresi
logistik menggunakan matriks korelasi
277
Vol 2, No 2, November 2017 Hendra
antarvariabel bebas untuk melihat besarnya Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar debt
korelasi antarvariabel bebas. Apabila nilai ratio perusahaan maka akan semakin besar
koefisien korelasi antar variabel bebas lebih kecil kemungkinan perusahaan untuk menerima opini
dari 0,8 berarti tidak terdapat gejala audit dengan paragraf penekanan going
multikolinearitas yang serius antar variabel concern.
bebas tersebut (Kuncoro,2004:240). Hasil (3) Pengujian hipotesis ketiga (H3)
pengujian menunjukkan tidak ada nilai koefisien Hipotesis ketiga menyatakan bahwa profitabilitas
korelasi antarvariabel yang lebih besar dari 0,8. berpengaruh negatif pada opini audit dengan
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak penekanan going concern. Hasil pengujian
terdapat gejala multikolinearitas yang serius menunjukkan variabel profitabilitas yang
antarvariabel bebas tersebut. diproksikan dengan ROA memiliki koefisien
regresi negatif sebesar -13,154 yang berarti
setiap kenaikan 1% pada profitabilitas akan
Model regresi logistik yang terbentuk dan mengalami penurunan kemungkinan penerimaan
pengujian hipotesis (Parsial) opini audit dengan paragraf penekan going
Model regresi logistik dapat dibentuk dengan concern sebesar 13,154 satuan dengan tingkat
melihat pada nilai estimasi paramater dalam signifikansi 0,002 yang lebih kecil dari (5%).
Variables in The Equation. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan
Pengujian hipotesis dilakukan dengan cara bahwa variabel profitabilitas berpengaruh negatif
membandingkan antara tingkat signifikansi (sig) pada opini audit dengan paragraf penekanan
dengan tingkat kesalahan (α) = 5% dapat going concern atau dengan kata lain H3 diterima.
diinterpretasikan hasil sebagai berikut ini : Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar rasio
(1) Pengujian hipotesis pertama (H1) ROA perusahaan maka akan semakin kecil
Hipotesis pertama menyatakan bahwa likuiditas kemungkinan perusahaan untuk menerima opini
berpengaruh negatif pada opini audit dengan audit going concern.
paragraf penekanan going concern. Hasil (4) Pengujian hipotesis keempat (H4)
pengujian menunjukkan variabel likuiditas yang Hipotesis keempat menyatakan bahwa ukuran
diproksikan dengan current ratio memiliki perusahaan berpengaruh negatif pada opini
koefisien regresi negatif sebesar -0,290 yang audit dengan paragraf penekanan going
berarti setiap kenaikan 1% pada likuiditas akan concern. Hasil pengujian menunjukkan variabel
mengalami penurunan kemungkinan penerimaan ukuran perusahaan yang diproksikan dengan
opini audit dengan paragraf penekan going total aset memiliki koefisien regresi negatif
concern sebesar 0,290 satuan dengan tingkat sebesar -0,143 yang berarti setiap kenaikan 1%
signifikansi 0,092 yang lebih besar dari (5%). pada ukuran perusahaan akan mengalami
Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan penurunan kemungkinan penerimaan opini audit
bahwa variabel likuiditas tidak berpengaruh pada dengan paragraf penekan going concern
opini audit going concern atau dengan kata lain sebesar 0,143 satuan dengan tingkat signifikansi
H1 ditolak. 0,530 yang lebih besar dari (5%). Berdasarkan
(2) Pengujian hipotesis kedua (H2) hal tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel
Hipotesis kedua menyatakan bahwa leverage ukuran perusahaan tidak berpengaruh pada
berpengaruh positif pada opini audit dengan opini audit dengan paragraf penekanan going
paragraf penekanan going concern. Hasil concern atau dengan kata lain H4 ditolak.
pengujian menunjukkan variabel leverage yang (5) Pengujian hipotesis kelima (H5)
diproksikan dengan debt ratio memiliki koefisien Hipotesis kelima menyatakan bahwa
regresi positif sebesar 2,142 yang berarti setiap pertumbuhan perusahaan berpengaruh negatif
kenaikan 1% pada leverage akan mengalami pada opini audit going concern. Hasil pengujian
kenaikan kemungkinan penerimaan opini audit menunjukkan variabel pertumbuhan perusahaan
dengan paragraf penekan going concern yang diproksikan dengan pertumbuhan
sebesar 2,142 satuan dengan tingkat signifikansi penjualan memiliki koefisien regresi positif
0,000 yang lebih kecil dari (5%). Berdasarkan hal sebesar 0,175 yang berarti setiap kenaikan 1%
tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel pada pertumbuhan perusahaan akan mengalami
leverage berpengaruh positif pada opini audit kenaikan kemungkinan penerimaan opini audit
going concern atau dengan kata lain H2 diterima. dengan paragraf penekan going concern
278
Vol 2, No 2, November 2017 Hendra
279
Vol 2, No 2, November 2017 Hendra
Altman, Edward I. 1968. Financial Ratios, Bruynseels, Liesbeth and M. Willekens. 2006.
Discriminant Analysis and the Prediction of Strategic Viability and Going-
Corporate Bankruptcy. Journal of Finance. Concern Audit Opinion. Available at:
September: 589-609. http://www.placement.abs.aston.ac.uk/newweb/Acade
micGroups/fal/ASIG/Bruynseels_Willekens
Anwar, Sanusi. 2014. Metodologi Penelitian Bisnis. _BAA.pdf.
Jakarta: Salemba Empat.
Boynton Johnson Kell, 2003. Modern Auditing.
Arens, Alvin A., dan James K. Lobbecke. 2009. Jakarta: Erlangga.
Auditing dan Jasa Assurance: Pendekatan
Terintegrasi), Jilid 1. Edisi 12. Jakarta: Carcello, Joseph V., and Terry L. Neal. 2000. Audit
Erlangga. Committee Composition and Auditor
Reporting. Available at :
Ashton, Robert H., John J. Willingham, and Robert K.
Elliott. 1987. An Empirical Analysis of Audit http://papers.ssrn.com/paper.taf?abstract_i
Delay. Journal of Accounting Research. d=229835.
Vol. 25, No. 2: 275-292.
Chen, Kevin C. W., and Bryan K. Church. 1992.
Auditing Standards Board. 1988. Statement on Default on Debt Obligations and the
Auditing Standards No.59: The Auditors’ Issuance of Opini Going-Concern Opinions.
Consideration of an Entity’s Ability to Auditing: A Journal of Practice & Theory.
Continue as a Going Concern. New York: Vol. 11, No. 2: 30-49.
AICPA.
Clarkson, Peter M., and Dan A. Simunic. 1994. The
Bazerman, Max H., George Loewenstein, and Don A. Association between Audit Quality,
Moore. 2002. Why Good Accountants Do Retained Ownership, and Firm-Specific
Bad Audits. Available at: Risk in U.S. vs. Canadian IPO Markets.
Journal of Accounting and Economics. Vol.
http://sds.hss.cmu.edu/media/pdfs/loewest 17: 207-228.
ein/WhyGoodAccountants.pdf.
Craswell, Allen T., Jere R. Francis, and Stephen L.
Behn, Bruce K., Steven E. Kaplan, and Kip R. Taylor. 1995. Auditor Brand Name
Krumwiede. 2001. Further Evidence on the Reputations and Industry Specialization.
Auditor’s Going-Concern Report: The Journal of Accounting and Economics. Vol.
280
Vol 2, No 2, November 2017 Hendra
20: 297-322.
Hanafi. 2015. Manajemen Keuangan. Yogyakarta:
DeAngelo, Linda Elizabeth. 1981. Auditor Size and BPFE.
Audit Quality. Journal of Accounting and
Economics. Vol. 3: 183-199. Hani, Clearly, dan Mukhlasin, 2003. Going-Concern
dan Opini Audit: Suatu Studi Pada
Eisenhardt, K. M. 1998. Agency Theory: An Perusahaan Perbankan di BEJ. Makalah
Assessment and Review. Academy of Disampaikan dalam Simposium Nasional
Management Review. Vol. 14, No. 1: 57- Akuntansi VI. Surabaya: 16-17 Oktober.
74.
Ho, Joanna L. 1994. The Effect of Experience on
Espahbodi, Reza. 1991. Second Opinion, Opinion Consensus of Going-Concern Judgments.
Shopping and Independence.
Behavioral Research in Accounting. Vol. 6:
The CPA Journal Online.
160-172.
Fanny, Margaretta dan Sylvia Saputra. 2005. Opini
Hopwood, W.J., McKeown dan Mutchler, J. 1989. “A
Audit Going concern: Kajian Berdasarkan
test of the incremental explanatory power
Model Prediksi Kebangkrutan, of opinions qualified for consistency and
Pertumbuhan Perusahaan, dan Reputasi uncertainty”. The Accounting Review.
Kantor Akuntan Publik (Studi pada Emiten January : 28-48
Bursa Efek Jakarta).
Makalah Disampaikan dalam Simposium Nasional Husnan, Suad, dan Enny Pudjiastuti. 2006. Dasar-
Akuntansi VIII. Solo: 15-16 September. dasar Manajemen Keuangan. Edisi Kelima.
Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Financial Accounting Standard Board “Statement of
Financial Accounting Concept No.1: Institut Akuntan Publik Indonesia. 2013. Standar
Objective of Financial Reporting by Profesional Akuntan Publik. Jakarta:
Business Enterprises”. (Stamford Conn, Salemba Empat.
1978).
Ikatan Akuntan Indonesia. 2015. Standar Akuntansi
Geiger, Marshall A., and K. Raghunandan. 2002. Keuangan. Jakarta: Salemba Empat.
Going-Concern Opinions in the “New”
Iksan, Arfan. 2008. Metodologi Penelitian Akuntansi
Legal Environment. Accounting Horizons. Keperilakuan. Jakarta: Graha Ilmu.
Vol. 16, No. 1: 17-26.,
____________,and Dasaratha V. Rama. 2006. Audit Jama’an. “Pengaruh Mekanisme Corporate
Governance dan Kualitas Kantor Akuntan
Firm Size and Going-Concern Reporting Publik Terhadap Integritas Informasi
Accuracy. Accounting Horizons. Vol. 20, Laporan Keuangan (Studi kasus
No.1: 1-17. Perusahaan Publik yang listing di BEI).
Jurnal Akuntansi dan Keuangan,
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate Universitas Diponegoro, Semarang, 2008.
dengan Program SPSS. Semarang:Badan
Januarti, Indira. 2009. Analisis Pengaruh Faktor
Penerbit Universitas Diponegoro. Perusahaan, Kualitas Auditor, Kepemilikan
Gujarati, D.N. 2003. Basic Econometrics. 4th Ed. New Perusahaan terhadap Penerimaan Opini
York: McGraw-Hill, Inc. Audit Going concern (Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek
Halim, Abdul. 2015. Auditing (Dasar-dasar Audit Indonesia). Makalah Disampaikan dalam
Laporan Keuangan) Jilid 1. Edisi Kelima. Simposium Nasional Akuntansi XII.
Palembang: 4-6 November.
Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
281
Vol 2, No 2, November 2017 Hendra
Junaidi, dan Jogiyanto Hartono. 2010. Faktor Kuncoro, Mudrajad. 2004. Metode Kuantitatif. Edisi
Nonkeuangan pada Opini Going concern. Kedua. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
Makalah Disampaikan dalam Simposium
Nasional Akuntansi XIII. Purwokerto: 13-15 LaSalle, Randal E., and Asokan Anandarajan. 1996.
Oktober. Auditor View on the Type of Audit Report
Issued to Entities with Going concern
Jusup, Al Haryono. 2014. Auditing (Pengauditan). Uncertainties. Accounting Horizons. Vol.
Yogyakarta: Bagian Penerbitan Sekolah 10, No. 2: 51-72.
Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN.
Lennox, Clive S. 2002. Going-concern Opinions in
Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Failing Companies: Auditor Independence
Nomor: KEP-86/BL/2011 Peraturan Nomor and Opinion Shopping. Available at:
http://papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm?ab
VIII.A.2 Tentang Independensi Akuntan stract_id=240468.
yang Memberikan Jasa Audit di Pasar
Modal. Available at: www.bapepam.go.id. Lestari dan Chariri. 2007. Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Pelaporan Keuangan
Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal melalui Internet (Internet Financial
Nomor: KEP-34/PM/2003 Peraturan Reporting) dalam Website Perusahaan.
Nomor VIII.A.1 Tentang Pendaftaran Available at:
http://eprints.undip.ac.id/2398/.
Akuntan yang Melakukan Kegiatan di
Pasar Modal. Available at: Louwers, Timothy J. 1998. The Relation between
www.bapepam.go.id. Going-Concern Opinions and the Auditor’s
Loss Function. Journal of Accounting
Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Research. Vol. 36, No.1: 143-156.
Nomor: KEP-36/PM/2003 Peraturan
Nomor X.K.2 Tentang Kewajiban Maria Immaculatta. 2006. Pengaruh Pertumbuhan
Penyampaian Laporan Keuangan Berkala. Perusahaan Terhadap Peringkat Obligasi
Available at: www.bapepam.go.id. dan Yield Obligasi. Jurnal Akuntansi dan
Keuangan. Vol. 1, No. 3, 2007.
Kevin, C.K. Lam, and Yaw M. Mensah. 2006.
Auditor’s Decision Making Under Going- Masyitoh, Oni Currie and Desi Adhariani. 2010. The
Concern Uncertainties in Low Litigation- Analysis of Determinants ofGoing concern
Risk Environments: Evidence from Hong Audit Report. Journal of Modern
Kong. Available at: Accounting and Auditing. Vol. 6, No.4: 26-
http://papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm?ab 37.
282
Vol 2, No 2, November 2017 Hendra
Mayangsari, Sekar. 2003. Pengaruh Kualitas Audit Palmrose, Zoe-Vonna. 1988. An Analysis of Auditor
dan Independensi terhadap Integritas Litigation and Audit Service Quality. The
Laporan Keuangan. Makalah Disampaikan Accounting Review. Vol. 63, No. 1: 55-73.
dalam Simposium Nasional Akuntansi VI.
Surabaya: 16-17 Oktober.
Petronela, Thio. 2004. Perkembangan Going
McKeown, J.R., Jane F.Mutchler, and W. Hopwood. Concern Perusahaan Dalam Pemberian
1991. Toward an Explanation of Auditor Opini Audit. Jurnal Balance. 47-55.
Failure to Modify the Audit Reports of
Peraturan Menteri Keuangan Nomor:
Bankrupt Companies. Auditing: A Journal
17/PMK.01/2008 Tentang Jasa Akuntan
of Practice and Theory. Supplement: 1-13.
Publik. Available at:
Mills, John R., and Jeanne H. Yamamura. 1998. The http://www.google.co.id.
Power of Cash Flow Ratio. Journal of
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor:
Accountancy. October: 53-61.
13/POJK.03/2017 Tentang Penggunaan
Mulyadi. 2011. Auditing. Edisi Keenam. Jakarta: Jasa Akuntan Publik dan Kantor Akuntan
Salemba Empat. Publik dalam Kegiatan Jasa Keuangan.
Nogler, G.E. 1995. The Resolution of Auditor Going Rahayu, Puji. 2007. Assessing Going concern
Concern Opinions. Auditing: A Journal of Opinion: A Study Based on Financial and
Practice & Theory. Vol.14, No.2: 54-73. Non-Financial Information. Makalah
Disampaikan dalam Simposium Nasional
Noor, Juliansyah. 2014. Metodologi Penelitian. Akuntansi X. Makassar: 26-28 Juli.
Kencana : Jakarta.
283
Vol 2, No 2, November 2017 Hendra
284