Вы находитесь на странице: 1из 10

Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi Volume 4 No.

1, Juni 2018
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERBANTUAN
MEDIA ANIMASI TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN
HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMAN 5 MATARAM
TAHUN AJARAN 2016/2017

Haris Munandar*, Sutrio, Muhammad Taufik


Program Studi Pendidikan Fisika, Universitas Mataram
*Email: hmunandar33@gmail.com

Abstract – The aim of this research is to know the impact of the applying of problem-based learning
model (PBLM) with animation toward the critical thinking skill and result of learning physics of student
of SMAN 5 Mataram academic year 2016/2017. This research is belong to quasi experimental with
nonequivalent control group design. The population is all student of XI MIPA at SMAN 5 Mataram,
while the sample are class XI MIPA 4 as the experimental class, and the XI MIPA 6 as control class.
The sample taken by the random sampling. The collect of data is done by give the test, 20 multiple choice
to knowing the result of learning phyisics and 5 essays to knowing the student’s critical thinking skill.
The collected data has been analyzed by using the 𝑡′-test. The result of this research shows that (1) there
is an impact of the applying of PBLM with animation toward the student’s critical thinking skill that
includes the ability in: (a) focusing the question, (b) analyzing the argument/identificating the reason,
(c) inducing and considering the result of induction, (d) evaluating the result of consideration, (e) giving
the reason; (2) there is an impact of the applying of PBLM with animation toward the student’s result
of learning physics that includes the result of learning in the cognitif area that follows the Bloom’s
taxonomy, that is C1 till C6 (remembering, knowing, applying, analyzing, evaluating, and creating).

Keywords: Problem-Based Learning Model, Animation, Critical Thinking Skill, Result of Learning

PENDAHULUAN Proses pembelajaran yang masih bersifat


Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah teacher centered dapat mengakibatkan siswa
sebuah kumpulan pengetahuan, cara menjadi pasif dan kurang memahami materi
berpikir, dan cara penyelidikan. Salah satu pembelajaran. Akibatnya, kemampuan
cabang dari IPA adalah fisika. Sebagai berpikir kritis dan hasil belajar fisika siswa
sebuah ilmu, Fisika memiliki beberapa menjadi rendah.
konsep yang abstrak, artinya konsep tersebut Untuk mengatasi hal tersebut
datang dari imajinasi ilmuan yang hanya diperlukan sebuah model pembelajaran yang
dapat dijelaskan secara teoritis (Suseno tepat. Salah satu model pembelajaran yang
dalam Rahmatullah, 2017). dapat digunakan adalah model pembelajaran
Selama proses pembelajaran, guru berbasis masalah (MPBM) berbantuan
semestinya membantu siswa untuk aktif media animasi. MPBM adalah suatu model
dalam mencari konsep, prinsip, dan fakta pembelajaran yang menggunakan masalah
bagi diri mereka sendiri, bukan hanya sebagai titik tolak pembelajaran. Masalah
memberikan ceramah dan mengendalikan tersebut adalah masalah yang memenuhi
kelas (teacher centered). Dengan demikian, konteks dunia nyata yang ada dalam buku
siswa akan mampu untuk membangun teks maupun dari peristiwa yang terjadi di
pengetahuannya sendiri (Hikmawati, 2015). lingkungan sekitar (Kuru et al. dalam
Proses pembelajaran yang bersifat teacher Herayanti & Habibi, 2015).
centered masih terjadi di SMAN 5 Mataram. Ahmad et al. (2015) menyatakan
Hal ini didasarkan pada hasil observasi yang bahwa MPBM merupakan model
telah di lakukan di SMAN 5 Mataram. pembelajaran yang menyajikan berbagai

111
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi Volume 4 No.1, Juni 2018
permasalahan nyata dalam kehidupan melalui percobaan tersebut. Di dalam proses
sehari-hari siswa. Pembelajaran berbasis berpikir kritis, seseorang mendukung
masalah terdiri atas serangkaian kegiatan pendapatnya dengan menyediakan bukti
pembelajaran yang dirancang untuk tentang persoalan yang didiskusikan dengan
membantu siswa meningkatkan kemampuan cara tertentu sehingga dapat meyakinkan
berpikir kritisnya. Dalam proses bahwa pendapatnya adalah benar (Judge et
pembelajaran tersebut siswa membangun al., 2009). Hasil belajar adalah kemampuan
pemahaman konsep mereka sendiri dengan yang dimiliki siswa setelah melaksanakan
memodifikasi atau memperluas pengetahuan pembelajaran (Mutmainnah dkk, 2017).
yang sudah ada (Prastiwi dkk, 2014). Sementara itu menurut Gunada dkk (2015)
MPBM merupakan suatu hasil belajar adalah perubahan kemampuan
pembelajaran yang berpusat pada siswa yang diperoleh setelah pelaksanaan kegiatan
(student centered), sehingga proses pembelajaran. Perubahan kemampuan yang
pembelajaran lebih bermakna karena adanya dialami mencakup aspek kognitif, afektif,
pengalaman nyata dari siswa. Pengalaman dan psikomotorik.
nyata inilah yang dapat memberikan kesan
bermakna pada siswa, sehingga dapat METODE PENELITIAN
memberikan peningkatan pada kemampuan Jenis penelitian ini adalah eksperimen
berpikir kritis dan hasil belajar siswa semu. Penelitian eksperimen semu adalah
(Listiawati dkk, 2015). Pembelajaran dapat suatu cara untuk menguji sebab-akibat, di
dilaksanakan secara offline menggunakan mana diberikan perlakuan kepada subjek
multimedia maupun online melalui e- tertentu untuk dicari tahu pengaruhnya.
learning. Program multimedia adalah media Desain penelitian dalam penelitian ini adalah
pembelajaran yang berbasis komputer yang nonequivalent control group design.
menggabungkan dan mensinergikan semua Desainnya seperti Tabel 1 (Setyosari, 2010).
media yang terdiri dari teks, grafis, foto, Tabel 1. Desain penelitian
video, animasi, musik, narasi, dan Tes Tes
Kelas Perlakuan
interaktivitas yang diprogram berdasarkan awal akhir
teori pembelajaran (Taufik, 2008). Eksperimen O1 X1 O2
Media animasi yang merupakan Kontrol O3 X2 O4
bagian dari multimedia tersebut adalah Variabel dalam penelitian ini terdiri
media yang mengandung suara, tulisan dan atas: variabel bebas berupa MPBM
gambar yang dapat bergerak. Media animasi berbantuan media animasi dan model
ini sering digunakan dalam model simulasi pembelajaran langsung; variabel terikat
berbasis komputer (Gunawan, 2015). berupa kemampuan berpikir kritis dan hasil
MPBM berbantuan media animasi belajar fisika siswa; dan variabel kontrol
merupakan modifikasi terhadap MPBM berupa pengetahuan awal kelas eksperimen
dengan menambahkan media animasi dalam dan kelas kontrol yang diperoleh melalui
proses pembelajarannya. hasil tes awal, guru, materi, tujuan
Berpikir kritis merupakan kemampuan pembelajaran, instrumen yang digunakan,
berpikir yang terdiri atas kemampuan dan cara penilaian. Penelitian dilakukan
menganalisis, mensintesis, dan dalam 3 tahap, yaitu tahap perencanaan,
mengevaluasi (Gokhale, 1995). Berpikir pelaksanaan, dan penyelesaian. Sebelum
kritis adalah cara berpikir yang mengandung pemberian perlakuan siswa pada kedua kelas
pertanyaan, percobaan, dan keyakinan sampel diberikan tes awal untuk mengetahui
terhadap pengetahuan yang telah diperoleh
112
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi Volume 4 No.1, Juni 2018
kemampuan awal yang dimilikinya. Setelah diberikan perlakuan, sedangkan tes akhir
diberikan perlakuan, siswa diberikan tes diberikan setelah kedua kelas sampel
akhir untuk mengetahui pengaruh perlakuan diberikan perlakuan. Perlakuan yang
yang telah diberikan tersebut. diberikan berupa penggunaan MPBM
Penelitian ini dilaksanakan di SMAN berbantuan media animasi pada kelas
5 Mataram pada tahun ajaran 2016/2017. eksperimen, dan penggunaan model
Populasi penelitian adalah semua siswa pembelajaran langsung pada kelas kontrol.
kelas XI MIPA. Sampelnya adalah kelas XI Sebelum melakukan uji hipotesis pada
MIPA 4 sebagai kelas eksperimen dan kelas hasil tes akhir kemampuan berpikir kritis
XI MIPA 6 sebagai kelas kontrol. dan hasil belajar fisika siswa, dilakukan
Pengumpulan data menggunakan teknik tes terlebih dahulu uji normalitas dan uji
berupa tes pilihan ganda sebanyak 20 soal homogenitas. Uji homogenitas data
untuk mengukur hasil belajar fisika siswa, dilakukan terhadap data hasil tes awal dan
dan tes isian sebanyak 5 soal untuk tes akhir. Hal ini dilakukan dengan alasan
mengukur kemampuan berpikir kritis siswa. bahwa uji homogenitas perlu dilakukan
Instrumen tes pilihan ganda telah diuji terhadap data hasil tes awal untuk
dengan uji validitas butir soal, uji mengetahui varian data dari kedua kelas
reliabilitas, uji tingkat kesukaran soal, dan sampel sebelum diberikan perlakuan.
uji daya beda soal. Uji validitas Data tes awal yang homogen
menggunakan rumus korelasi product menunjukkan bahwa kedua kelas sampel
moment dengan angka kasar. Reliabilitas memiliki siswa dengan pengetahuan awal
soal diukur menggunakan rumus KR-20. yang setara. Dengan kata lain, siswa-siswa
Tingkat kesukaran soal dianalisis pada kedua kelas sampel tersebut dapat
menggunakan indeks kesukaran. Daya beda dijadikan sampel untuk mewakili populasi
soal ditentukan dengan menghitung selisih dalam sebuah penelitian. Sebaliknya,
proporsi jawaban benar antara dua kelompok apabila varian data hasil tes awal kedua kelas
siswa. Tes isian diuji dengan validasi ahli. tersebut heterogen, maka siswa-siswa pada
Prasyarat analisis data berupa uji kelas tersebut memiliki pengetahuan awal
homogenitas menggunakan uji F dan uji yang berbeda. Dengan demikian, kedua
normalitas menggunakan uji Chi Kuadrat. kelas tersebut tidak dapat dijadikan sebagai
Uji homogenitas dilakukan untuk sampel dalam penelitian. Selain itu,
memperoleh asumsi bahwa kedua kelas pengetahuan awal yang berbeda ini dapat
sampel memiliki kondisi awal yang sama. mempengaruhi efektivitas pemberian
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui perlakuan yang diberikan selama penelitian
penyebaran data hasil tes dari kedua kelas berlangsung.
sampel. Analisis uji hipotesis dilakukan Pengujian homogenitas data tes akhir
menggunakan uji t′. Uji hipotesis dilakukan dilakukan untuk dapat menentukan jenis uji
untuk mengetahui perbedaan kemampuan hipotesis yang digunakan. Apabila hasil uji
berpikir kritis dan hasil belajar fisika siswa homogenitas data tes akhir menunjukkan
pada kedua kelas setelah diberi perlakuan. varian yang homogen, maka analisis uji
hipotesis yang dapat digunakan adalah uji-t.
HASIL DAN PEMBAHASAN Namun, apabila hasil uji homogenitas data
Pengambilan data kemampuan awal tes akhir adalah heterogen, maka analisis uji
dan akhir dilakukan dengan memberikan tes, hipotesis yang dapat digunakan adalah uji-t′.
yaitu tes awal dan tes akhir. Tes awal Sementara itu, uji normalitas hanya
diberikan sebelum kedua kelas sampel dilakukan pada data hasil tes akhir. Hal ini
113
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi Volume 4 No.1, Juni 2018
didasarkan pada tujuan dilakukannya uji kontrol adalah 51,29. Perbandingan nilai
normalitas, yaitu sebagai prasyarat untuk rata-rata hasil tes awal dan tes akhir
menentukan jenis uji hipotesis yang kemampuan berpikir kritis siswa pada kelas
digunakan. Dengan kata lain, pengujian eksperimen dan kelas kontrol ditunjukkan
normalitas data pada hasil tes awal tidak pada Gambar 1.
diperlukan. Hasil uji normalitas data
70
sangatlah diperlukan dalam proses lanjutan
pada uji hipotesis penelitian. Apabila uji 60
normalitas menunjukkan bahwa data
50
memiliki sebaran yang tidak normal, maka

Nilai Rata-rata
uji parametrik tidak dapat digunakan untuk 40
menguji hipotesis penelitian, melainkan uji
30
non-parametrik yang dapat digunakan untuk
menguji hipotesisnya. Begitu juga 20
sebaliknya.
10
1. Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
Hasil penelitian ini menunjukkan 0
Tes Awal Tes Akhir
bahwa kemampuan akhir berpikir kritis
siswa berbeda dengan kemampuan awal Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
berpikir kritisnya. Kemampuan berpikir
Gambar 1. Grafik Perbandingan Nilai Rata-
kritis siswa kelas eksperimen maupun kelas rata Tes Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
kontrol mengalami perubahan yang positif.
Perbedaan hasil kemampuan berpikir kritis Dalam penelitian ini, data tes awal
tersebut disebabkan oleh perbedaan model kemampuan berpikir kritis siswa dari kelas
pembelajaran yang digunakan selama proses eksperimen dan kelas kontrol memiliki
pembelajaran pada kedua kelas sampel. varian yang homogen. Oleh karena itu,
Berdasarkan analisis hasil tes awal, penelitian pada kedua kelas sampel tersebut
diperoleh nilai rata-rata kemampuan berpikir dapat dilakukan. Sedangkan data hasil tes
kritis siswa kelas eksperimen adalah 39,08 akhir kemampuan berpikir kritis siswa dari
dan nilai rata-rata kemampuan berpikir kritis kedua kelas sampel memiliki varian yang
siswa kelas kontrol adalah 27,37. Sementara heterogen. Oleh karena itu, uji-t′ digunakan
itu, hasil analisis tes akhir kemampuan untuk menguji hipotesis penelitian. Hasil uji
berpikir kritis siswa menunjukkan nilai rata- homogenitas data tes awal dan tes akhir
rata siswa pada kelas eksperimen adalah kemampuan berpikir kritis siswa dapat
65,28 dan nilai rata-rata siswa pada kelas dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Hasil Uji Homogenitas Tes Kemampuan Berpikir Kritis Siswa


Kelas Jumlah Peserta Didik Varian Fhitung Ftabel Kesimpulan
Eksperimen 38 95,75
Tes Awal 1,48 1,73 Homogen
Kontrol 38 64,51
Eksperimen 36 329,92
Tes Akhir 6,35 1,77 Heterogen
Kontrol 35 51,98

Sementara itu, hasil uji normalitas normal. Oleh karena itu, uji parametrik
data tes akhir kemampuan berpikir kritis dapat digunakan dalam uji hipotesis.
siswa adalah datanya terdistribusi secara Dengan mempertimbangkan hasil uji

114
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi Volume 4 No.1, Juni 2018
homogenitas dan normalitas data tes akhir penelitian ini adalah uji-t′. Hasil uji
kemampuan berpikir kritis siswa, maka uji normalitas tes akhir kemampuan berpikir
hipotesis terhadap variabel kemampuan kritis siswa dapat dilihat pada Tabel 3.
berpikir kritis siswa yang digunakan dalam
Tabel 3. Hasil Uji Normalitas Tes Akhir Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
Kelas 𝛘𝟐 𝐡𝐢𝐭𝐮𝐧𝐠 𝛘𝟐 𝐭𝐚𝐛𝐞𝐥 Kesimpulan
Eksperimen 5,67 11,07 Data terdistribusi normal
Kontrol 6,73 9,49 Data terdistribusi normal

Hasil tes awal menunjukkan bahwa konsep-konsep materi usaha dan energi.
kemampuan awal berpikir kritis siswa pada Melalui program PhET, siswa tidak hanya
kelas eksperimen maupun kelas kontrol mendengar tetapi juga melihat secara
masih tergolong dalam kategori kurang langsung tentang apa yang sedang dipelajari,
kritis. Hal ini terlihat dari nilai rata-rata tes misalnya pada materi usaha dan energi, bisa
awal kemampuan berpikir kritis siswa dilihat bagaimana arah hubungan antara
masing-masing kelas, yaitu untuk kelas energi kinetik, energi potensial dan energi
eksperimen sebesar 39,08 dan untuk kelas mekanik. Dengan begitu siswa menjadi lebih
kontrol sebesar 27,37. Hal ini disebabkan mudah mengingat dan memahami materi
karena kurang dilatihnya siswa untuk yang mereka pelajari.
berpikir kritis melalui model pembelajaran Media visual adalah media yang
yang sesuai untuk meningkatkan berperan sangat penting dalam proses
kemampuan berpikir kritis mereka. pembelajaran. Media jenis ini berkaitan
Berdasarkan hasil pengamatan selama dengan indra penglihatan. Media visual
proses pembelajaran berlangsung, terlihat dapat memperlancar pemahaman (misalnya
bahwa perlakuan yang diberikan pada kelas melalui elaborasi struktur dan organisasi)
ekperimen membuat siswa lebih aktif dalam dan memperkuat ingatan. Visual dapat pula
belajar dan meningkatkan pemahaman menumbuhkan minat siswa dan dapat
konsep fisika siswa. Hal ini dikarenakan memberikan hubungan antara isi materi
bahwa pada MPBM siswa diarahkan dan pelajaran dengan dunia nyata. Agar menjadi
dibimbing untuk lebih aktif menemukan efektif, visual sebaiknya ditempatkan pada
konsep fisika dari peristiwa yang terjadi di konteks yang bermakna dan siswa harus
dalam kehidupan sehari-harinya. Siswa berinteraksi dengan visual (image) itu untuk
merasa bahwa mereka membutuhkan materi meyakinkan adanya proses informasi
yang dijelaskan untuk menjawab rasa (Musfiqon, 2012). Media animasi
keingintahuan mereka sehingga mereka merupakan salah satu bentuk dari media
belajar dengan kesadaran penuh. Sedangkan visual itu sendiri. Media animasi yang
pada media animasi berbasis PhET (Physics digunakan dalam penelitian ini adalah media
Education Technology), terdapat simulasi animasi yang berbasis adobe flash player
yang bersifat teori dan percobaan sehingga dan program PhET.
siswa dapat memanipulasi kegiatan yang Penggunaan media animasi ini
berhubungan dengan eksperimen diterapkan pade fase ketiga dari sintaks
(Finkelstein, 2006). MPBM yaitu, membimbing penyelidikan
Media animasi berbasis PhET individu dan kelompok. Penerapan media
merupakan media yang dapat mendukung animasi pada fase ketiga ini sangat cocok
MPBM itu sendiri dalam menyampaikan dilakukan karena pada fase ini siswa

115
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi Volume 4 No.1, Juni 2018
melakukan penyelidikan atau percobaan induksi, (d) mengevaluasi/menilai hasil
guna mencari jawaban dari permasalahan pertimbangan, (e) memberikan alasan.
yang diberikan. Penggunaan MPBM
2. Hasil Belajar Fisika Siswa
berbantuan media animasi ini akhirnya Hasil penelitian juga menunjukkan
merangsang rasa ingin tahu siswa yang bahwa hasil tes akhir hasil belajar fisika
kemudian dilanjutkan dengan melakukan siswa berbeda dengan hasil tes awalnya.
suatu percobaan untuk membuktikan apa Perbedaan hasil tes ini disebabkan oleh
yang telah dipelajari, sehingga siswa perbedaan perlakuan yang diberikan pada
menjadi mengerti dan mengetahui serta kedua kelas sampel. Berdasarkan analisis
menerima teori yang telah dipelajari. hasil tes awal diperoleh nilai rata-rata hasil
Pemanfaatan media animasi dalam belajar fisika siswa pada kelas eksperimen
proses pembelajaran dapat meningkatkan adalah 61,58 dan 43,42 pada kelas kontrol.
kemampuan berpikir kritis siswa telah Sedangkan pada tes akhir diperoleh nilai
terbukti berhasil diterapkan. Fakta ini rata-rata hasil belajar fisika siswa pada kelas
didukung oleh penelitian sebelumnya yang eksperimen adalah 80,97 dan nilai rata-rata
menyatakan bahwa penggunaan MPBM hasil belajar fisika siswa pada kelas kontrol
berbantuan simulasi komputer memberikan adalah 72,00. Perbandingan nilai rata-rata
dampak yang positif terhadap kemampuan hasil tes awal dan tes akhir hasil belajar
berpikir kritis mahasiswa (Herayanti dan fisika siswa pada kelas eksperimen dan kelas
Habibi, 2015). Selain itu, penelitian yang kontrol ditunjukkan pada Gambar 2 berikut.
telah dilakukan oleh Wulan dkk (2013) juga
90
menyatakan bahwa penggunaan MPBM
mampu meningkatkan kemampuan siswa 80

dalam menyelesaikan soal-soal yang 70

berbentuk cerita. Penelitian lainnya juga 60


Nilai Rata-rata

telah dilakukan oleh Santoso dkk (2016) 50


yang menyatakan bahwa penggunaan 40
MPBM berbantuan media komputer 30
memberikan pengaruh yang positif terhadap 20
kemampuan berpikir kritis siswa.
10
Hasil uji hipotesis penelitian yang
0
telah dilakukan terhadap variabel Tes Awal Tes Akhir
kemampuan berpikir kritis siswa
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
menunjukan bahwa: t′hitung = 4,29 dan
t alpha = 2.03. Karena t′hitung > t alpha Gambar 2. Perbandingan Nilai Rata-rata Tes
Hasil Belajar Fisika Siswa
(4,29 > 2,03), maka H01 ditolak dan Ha1
diterima. Dengan demikian dapat Berdasarkan analisis data tes awal
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh hasil belajar fisika siswa diperoleh nilai
MPBM berbantuan media animasi terhadap varian dari kedua kelas sampel adalah
kemampuan berpikir kritis siswa berupa homogen. Oleh karena itu, penelitian pada
peningkatan kemampuan dalam hal: (a) kedua kelas sampel tersebut dapat
memfokuskan pertanyaan, (b) menganalisis dilanjutkan. Sedangkan data hasil tes akhir
argumen atau mengidentifikasi alasan, (c) hasil belajar fisika siswa dari kedua kelas
menginduksi dan mempertimbangkan hasil sampel memiliki varian yang heterogen.
Oleh karena itu, untuk menguji hipotesis

116
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi Volume 4 No.1, Juni 2018
penelitian digunakan uji-t′. Hasil uji mempertimbangkan hasil uji homogenitas
homogenitas tes awal dan tes akhir hasil dan normalitas data tes akhir, maka uji
belajar fisika siswa disajikan pada Tabel 4. hipotesis terhadap variabel hasil belajar
Sementara itu, hasil uji normalitas data fisika siswa yang digunakan dalam
tes akhir hasil belajar fisika siswa adalah penelitian ini adalah uji-t′. Hasil uji
datanya terdistribusi secara normal. Oleh normalitas tes akhir hasil belajar fisika siswa
karena itu, uji parametrik dapat digunakan dapat dilihat pada Tabel 5.
dalam pengujian hipotesis. Dengan

Tabel 4. Hasil Uji Homogenitas Tes Hasil Belajar Fisika Siswa


Jumlah Peserta
Kelas Varian Fhitung Ftabel Kesimpulan
Didik
Eksperimen 38 43,38
Tes Awal 1,23 1,74 Homogen
Kontrol 38 35,28
Eksperimen 36 89,74
Tes Akhir 2,24 1,77 Heterogen
Kontrol 35 40

Tabel 5. Hasil Uji Normalitas Tes Akhir Hasil Belajar Fisika Siswa
Kelas 𝛘𝟐 𝐡𝐢𝐭𝐮𝐧𝐠 𝛘𝟐 𝐭𝐚𝐛𝐞𝐥 Kesimpulan
Eksperimen 4,22 12,59 Data terdistribusi normal
Kontrol 5,58 11,07 Data terdistribusi normal

Tes awal terhadap hasil belajar fisika pada saat sebelum belajar. Tingkat
siswa menunjukkan bahwa kemampuan perkembangan mental tersebut terwujud
awal hasil belajar fisika siswa pada kelas pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan
eksperimen dan kelas kontrol masih berada psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil
di bawah nilai kriteria kelulusan minimal belajar merupakan saat terselesaikannya
(KKM). Hal ini terlihat dari nilai rata-rata tes bahan pelajaran.
awal hasil belajar fisika siswa masing- Hasil belajar bukan hanya sekedar
masing kelas, yaitu untuk kelas eksperimen angka yang dihadiahkan oleh guru untuk
61,58 dan untuk kelas kontrol sebesar 43,42. siswa atas kegiatan belajarnya. Hasil belajar
Hal ini disebabkan oleh kurang tepatnya sering kali digunakan sebagai ukuran untuk
model pembelajaran yang digunakan selama mengetahui seberapa jauh seseorang
proses pembelajaran berlangsung. Model menguasai bahan yang sudah diajarkan.
pembelajaran yang tepat harus digunakan Untuk mengaktualisasikan hasil belajar
selama proses pembelajaran agar dapat tersebut diperlukan serangkaian pengukuran
meningkatkan hasil belajar fisika siswa. menggunakan alat evaluasi yang baik dan
Salah satu alternatif untuk mencapai hal memenuhi syarat. Oleh karenanya, hasil
tersebut, yaitu dengan melaksanakan belajar dapat berupa perubahan dalam
pembelajaran menggunakan MPBM kemampuan kognitif, afektif, dan
berbantuan media animasi. psikomotor, tergantung dari tujuan
Hasil belajar merupakan hal yang pengajaran.
dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa Hasil belajar merupakan perubahan
dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil tingkat laku siswa dalam bentuk perubahan
belajar merupakan tingkat perkembangan pengetahuan dan pemahaman serta
mental yang lebih baik bila dibandingkan keterampilan dan sikapnya setelah menjalani

117
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi Volume 4 No.1, Juni 2018
suatu proses pembelajaran dan interaksi t ′ hitung = 4,71; t alpha = 2,03. Karena
sosial dengan orang lain. Sementara itu, t ′ hitung > t alpha yaitu 4,71 > 2,03, maka
hasil belajar fisika yang dimaksud dalam H02 ditolak dan Ha2 diterima. Dengan
penelitian ini adalah perubahan pengetahuan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat
siswa dalam mata pelajaran fisika. Di mana pengaruh model pembelajaran berbasis
hasil belajar tersebut merupakan perubahan masalah berbantuan media animasi terhadap
pengetahuan siswa dalam ranah kognitif hasil belajar fisika siswa berupa peningkatan
mulai dari C1 sampai dengan C6 yang terdiri hasil belajar fisika siswa dalam ranah
atas: mengingat, memahami, menerapkan, kognitif menurut taksonomi Bloom, yaitu
menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. dari C1 sampai C6 (mengingat, memahami,
Kemampuan ranah kognitif ini sesuai menerapkan, menganalisis, mengevaluasi,
dengan taksonomi Bloom. dan mencipta).
Proses pembelajaran yang
menggunakan MPBM berbantuan media PENUTUP
animasi memberikan pengaruh positif Berdasarkan hasil penelitian dan
terhadap hasil belajar fisika siswa. Fakta ini pembahasan dapat disimpulkan bahwa
diperkuat oleh beberapa penelitian terdapat pengaruh MPBM berbantuan media
sebelumnya, di antaranya adalah penelitian animasi terhadap kemampuan berpikir kritis
yang dilakukan oleh Listiawati dkk (2015) siswa berupa peningkatan kemampuan
yang menyatakan bahwa MPBM berbantuan dalam hal: (a) memfokuskan pertanyaan, (b)
simulasi interaktif memberikan pengaruh menganalisis argumen/mengidentifikasi
yang positif terhadap hasil belajar fisika alasan, (c) menginduksi dan
siswa. Selain itu, Sudria (2011) dalam mempertimbangkan hasil induksi, (d)
penelitiannya juga menemukan bahwa mengevaluasi/menilai hasil pertimbangan,
penggunaan media komputer dalam proses (e) memberikan alasan. Selain itu, MPBM
pembelajaran mampu menyajikan konsep berbantuan media animasi juga memiliki
yang abstrak menjadi lebih konkrit dan lebih pengaruh terhadap hasil belajar fisika siswa
menarik, sehingga mampu meningkatkan berupa peningkatan hasil belajar fisika siswa
hasil belajar siswa. dalam ranah kognitif menurut taksonomi
Retna (2014) dalam penelitiannya juga Bloom, yaitu dari C1 sampai C6 (mengingat,
menemukan bahwa penggunaan media memahami, menerapkan, menganalisis,
berbasis PhET terbukti dapat meningkatkan mengevaluasi, dan mencipta).
hasil belajar siswa. Hal ini disebabkan Saran-saran yang dapat diberikan yaitu:
karena siswa lebih aktif dan antusias dalam (1) Penggunaan MPBM sebaiknya
belajar dibandingkan dengan kelas kontrol digunakan selama proses pembelajaran agar
yang belajar menggunakan model siswa dapat memiliki kemampuan berpikir
pembelajaran langsung. Program komputer kritis dan hasil belajar fisika yang lebih baik,
yang berbasis PhET juga memberikan kesan (2) Bantuan media animasi sebaiknya
yang positif, menarik, menghibur dan digunakan selama proses pembelajaran agar
membantu menjelaskan secara mendalam siswa dapat lebih mudah memahami materi
tentang suatu fenomena alam (Taufik, 2008). yang diberikan, (3) LKS yang digunakan
Setelah dilakukan uji hipotesis dengan sebaiknya menggunakan kata yang efektif
menggunakan uji statistik yang agar siswa mudah memahami maksudnya,
′ ′
menggunakan uji-t , diperoleh nilai t hitung (4) Instrumen soal yang digunakan
lebih besar dari t alpha dengan nilai sebaiknya menggunakan kalimat yang

118
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi Volume 4 No.1, Juni 2018
efektif dan efisian agar siswa mudah Educational Students. United
memahaminya. Kingdom: Learning Matters Ltd.
Listiawati, W., Gunawan, dan Sutrio. 2015.
REFERENSI Pengaruh Penerapan Model
Ahmad F., Sukarmin, dan Aminah, N. S. Pembelajaran Berbasis Masalah
2015. Pengaruh Pembelajaran Fisika Berbantuan Simulasi Interaktif
pada Materi Fluida Dinamik Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa.
Menggunakan Metode Problem Based Jurnal Pendidikan Fisika dan
Learning (PBL) dan Inkuiri Teknologi. 1 (1): 83.
Terbimbing Ditinjau dari Kemampuan Musfiqon. 2012. Pengembangan Media dan
Awal dan Sikap Ilmiah terhadap Sumber Pembelajaran. Jakarta:
Prestasi Belajar dan Kreativitas. Prestasi Pustaka Publisher.
Jurnal Inkuiri. 4 (2): 76-86.
Mutmainnah, Rokhmat, J., dan ‘Ardhuha, J.
Finkelstein, N. 2006. High-Tech Tools for 2017. Pengaruh Penerapan Metode
Teaching Physics: the Physics Pembelajaran Fisika Berbasis
education Technology Project. Merlot Eksperimen Virtual terhadap Motivasi
Journal of Online Learning and dan Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas
Teaching. 2 (3): 110-120. X MAN 2 Mataram Tahun Ajaran
Gokhale, A. A. 1995. Collaborative 2014/2015. Jurnal Pendidikan Fisika
Learning Enhances Critical Thinking. dan Teknologi. 1 (3): 41-47.
Journal of Technology Education. 7 Prastiwi, I., Soedjoko, E., dan Mulyono.
(1): 22-30. 2014. Efektivitas Pembelajaran
Gunada, I. W., Sahidu, H., dan Sutrio. 2015. Conceptual Understanding Procedures
Pengembangan Perangkat untuk Meningkatkan Kemampuan
Pembelajaran Fisika Berbasis Masalah Siswa pada Aspek Koneksi
untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Matematika. Jurnal Krean. 5 (1): 42.
Sikap Ilmiah Mahasiswa. Jurnal Rahmatullah, Sahidu, H., dan Ayub, S. 2017.
Pendidikan Fisika dan Teknologi. 1 Pengaruh Model Pembelajaran
(1): 38-46. Kooperatif Tipe Group Investigation
Gunawan. 2015. Model Pembelajaran Sains (GI) dengan Teknik Open-Ended
Berbasis ICT. Mataram: FKIP PRESS Problem terhadap Aktivitas dan Hasil
Universitas Mataram. Belajar Fisika Siswa SMAN 3
Mataram. Jurnal Pendidikan Fisika
Herayanti, L., dan Habibi. 2015. Model dan Teknologi. 3 (2): 109-118.
Pembelajaran Berbasis Masalah
Berbantuan Simulasi Komputer untuk Retna, W. 2014. Penerapan Pembelajaran
Meningkatkan Keterampilan Berpikir Fisika dengan Media Simulasi PhET
Kritis Calon Guru Fisika. Jurnal pada Pokok Bahasan Gaya untuk
Pendidikan Fisika dan Teknologi. 1 Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
(1): 61-66. Kelas VIIIA SMPN 6 Yogyakarta.
Jurnal Prosiding Pertemuan Ilmiah
Hikmawati. 2015. Pembelajaran Fisika XXVIII HFI Jateng & DIY: 400-402.
dengan Model Siklus Belajar 5 –E
(Engage, Explore, Explain, Elaborate, Santoso, R., Darmadi I. W., dan Darsikin.
Evaluate) Sebagai Upaya 2016. Pengaruh Model Pembelajaran
Meningkatkan Kecakapan Hidup Berbasis Masalah Berbantuan Media
Siswa. Jurnal Pendidikan Fisika dan Komputer terhadap Kemampuan
Teknologi. 1 (1): 27. Berpikir Kritis Siswa SMA Negeri 5
Palu. Jurnal Pendidikan Fisika
Judge, B., Jones, P., and McCreery, E. 2009. Tadulako. 4 (1): 39-40.
Critical Thinking Skills for

119
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi Volume 4 No.1, Juni 2018
Setyosari, P. 2010. Metode Penelitian
Pendidikan dan Pengembangan.
Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.
Sudria, I. B. N., Redhana, I. W., dan
Samiasih L. 2011. Pengaruh
Pembelajaran Interaktif Laju Reaksi
Berbantuan Komputer terhadap Hasil
Belajar Siswa. Jurnal Pendidikan dan
Pengajaran. 44 (1-3): 25-33.
Taufik, M. 2008. Pembuatan Media
Pembelajaran Berbasis Compact Disc
untuk Menampilkan Simulasi dan
Virtual Labs Besaran-Besaran Fisika.
Jurnal Pijar MIPA. 3 (1): 23.
Wulan, B. R. S., Effendi, D., dan Widayati,
S. A. 2013. Pembelajaran Berdasarkan
Masalah (Problem Based Instruction)
dalam Meningkatkan Kemampuan
Siswa Menyelesaikan Soal Cerita.
Jurnal Pendidikan Matematika STKIP
PGRI Sidoarjo. l (1): 25-34.

120

Вам также может понравиться