Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Samidi Khalim
g
an
ar
m
samidi khalim
Se
a
Abstract
m
Balai Penelitian dan Pengembangan
Agama Semarang
ga
Jl. Untung Suropati Kav. 70 This article is a summary of the research literature on Primbon Atassadhur Adammakna
Bambankerep Ngaliyan Semarang was written by Prince Tjakraningrat. The primbon generally contains knowledge of
A
Telp. 024-7601327 Faks. 024- prophecy or prognosis, but Primbon Atassadhur Adammakna contain about Sufism. It’s
an
7611386
much used as a reference by the Islam Kejawen followers as a source of life. This research
e-mail: samidi.khalim@yahoo.co.id
of Primbon Atassadhur Adammakna which uses method. This will be conducted by,
ng
Naskah disetujui: 19 Juni 2014 contents are analyzedby using Sufism and Hermeneutics approaches. The study finds
that mystical teachings found in Primbon Atassadhur Adammakna, particularly the
em
is concept of Jumbuhing Kawula Gusti or pantheism have similarities with Ibn Arabi’s
thought (560-638 H) Wahdatul Wujud and also the teachings of Abu Mansur Hussain al
ng
to achieve Jumbuhing Kawula Gusti is by good performing, controlling the lust, and
always doing Salat Daim.
n
da
Keywords: Jumbuhing Kawula Gusti, The God, Man, and Primbon Atassadur Adammakna
an
Abstrak
iti
Artikel ini merupakan ringkasan dari penelitian kepustakaan terhadap kitab Primbon
Atassadhur Adammakna yang ditulis oleh Pangeran Tjakraningrat. Kitab primbon
l
ne
pada umumnya berisi ilmu petung atau ramalan, namun Kitab Primbon Atassadhur
Pe
Adammakna justru mengajarkan ilmu tasawuf. Kitab tersebut banyak dijadikan rujukan
oleh para penganut Islam Kejawen sebagai sumber ajaran hidup. Kajian terhadap Kitab
Primbon Atassadhur Adammakna ini menggunakan pendekatan analisis isi (content
ai
analysis) secara deskriptif analitis. Kandungan atau isi kitab primbon yang berkaitan
al
tasawuf dan hermeneutika. Ajaran tasawuf yang terdapat dalam Kitab Primbon
Atassadhur Adammakna adalah Konsep Jumbuhing Kawula Gusti. Konsep tersebut
memiliki kesamaan dengan ajaran Ibnu Arabi (560-638 H) yang mengajarkan Wahdatul
Wujud dan juga ajaran Husain Abu Mansur al Hallaj (858-922 M) seorang sufi asal
Persia yang mengajarkan paham Ḥulūl atau yang popular dikenal dengan ajaran Ana al
Haq. Ajaran Jumbuhing Kawula Gusti merupakan ajaran Wihdat al wujud (menyatunya
manusia dengan Tuhan) yang sudah diolah secara kejawaan (Jawanisasi). Adapun laku
spiritual untuk mencapai Jumbuhing Kawula Gusti adalah dengan mengerjakan budi
luhur, mengendalikan hawa nafsu, dan senantiasa menjalankan Salat Daim.
Kata kunci: Jumbuhing Kawula Gusti, Tuhan, Manusia, Primbon Atassadur Adammakna
91
Jurnal “Analisa” Volume 21 Nomor 01 Juni 2014
halaman 91-103
g
Kejawen memiliki peran penting dalam sejarah menjadi rukun agama yang sangat penting. Salat
an
penyebaran agama Islam di tanah Jawa dan tidak hanya sebatas rukun Islam dan media
ar
masuk kategori kepustakaan Islam. Meskipun membersihkan diri dari dosa, tetapi juga sebagai
m
sebagian kepustakaan Islam Kejawen kurang jalan mistik untuk mencapai manunggaling
Se
memperhatikan aspek syariat (yang berkaitan kawula Gusti (Hariwijaya 2004:228).
dengan hukum Islam dan fikih), akan tetapi Bagi masyarakat Jawa, hubungan manusia
a
m
banyak juga yang menjadi sumber ajaran hidup dengan Tuhan sering kali digambarkan
ga
bagi masyarakat Islam di Jawa. (Khalim, dengan berbagai istilah. Istilah yang paling
2010:4). Hal yang sama juga diungkapkan
A
popular adalah manunggaling kawula-Gusti,
oleh Hilman Hadikusuma, bahwa sebagian Jumbuhing kawula-Gusti, dan juga curiga
an
masyarakat Jawa yang merasa memiliki budaya manjing warangka-warangka manjing curiga.
ng
“adiluhung” dan mencoba melestarikan budaya Bersatunya antara jiwa dan raga sama dengan
ba
tersebut, menganggap bahwa ajaran-ajaran para bersatunya manusia dengan Sang Pencipta, ibarat
em
leluhur yang tertuang dalam naskah-naskah curigo manjing warongko- warongko manjing
klasik sebagai “kitab suci”. Hal ini dapat dilihat curigo. Tuhan telah menyatu dengan manusia
ng
dari pakem (pedoman) ajaran Islam Kejawen dan dan manusia telah menyatu dengan Tuhannya.
Pe
munculnya aliran-aliran kebatinan yang muncul Dengan kata lain telah terjadi manunggaling
pada era sesudahnya banyak yang bersumber kawulo-Gusti.
n
Kepustakaan Islam Kejawen pada umumnya luhur dan dikeramatkan. Meskipun demikian,
l
ne
banyak mengajarkan tentang mistik dan budi orang Kejawen tetap mempercayai al-Quran
pekerti luhur. Sebagaimana dijelaskan oleh sebagai sumber utama dari segala pengetahuan
Pe
Simuh, bahwa Wirid, Serat, dan Suluk memuat yang ada. Dalam praktek keagamaannya orang-
ai
ajaran-ajaran tentang mistik Islam (tasawuf), orang Islam Kejawen lebih banyak dipengaruhi
al
sedangkan primbon berisi ramalan, doa, mantra, oleh keyakinan, konsep-konsep, pandangan-
B
berbagai tradisi-ritual orang Jawa, dan sebagian pandangan, nilai-nilai budaya, dan norma-
kecil ajaran tentang syariat Islam (Simuh, norma yang berada dalam alam pikirannya
1988:3). Masalah ibadah mahdloh (formal) (Koentjaraningrat, 1984: 319).
seperti salat, puasa, zakat, dan haji juga tidak
Ajaran mistik yang menonjol dalam
lepas dari kajian secara mistis dalam perspketif
kepustakaan Islam Kejawen adalah konsep
budaya Jawa. Suluk Sajatining Salat dan Suluk
manunggaling kawula-Gusti atau Jumbuhing
Salat Sarengat Tarekat Kakekat Makripat
kawula-Gusti, yang dalam Islam dikenal dengan
karya Pangeran Sastrawijaya merupakan bentuk
wahdah al-wujud atau ittihad. Konsep ini
refleksi pemikiran pujangga Jawa terhadap
mengajarkan bahwa manusia bukan Tuhan,
92
Konsepsi Jumbuhing Kawula Gusti dalam Kepustakaan Islam Kejawen
Samidi Khalim
tetapi tidak lain dari Tuhan. Dalam tingkatan namun berbeda dengan Kitab Primbon
tertentu, manusia dapat mencapai penghayatan Atassadhur Adammakna ini, yang mengajarkan
ruhaniah tertinggi, derajat kasampurnan. ilmu batin (gaib) berdasarkan kitab-kitab tasawuf.
Konsep Manunggaling Kawulo-Gusti terdapat Kitab primbon tersebut mengandung berbagai
dalam berbagai kepustakaan Islam Kejawen: macam laku ritual (spiritual) masyarakat Jawa
Serat, Suluk atau Wirid. Konsep tersebut juga yang diwariskan secara turun temurun untuk
terdapat dalam Primbon. Pada umumnya meraih kasampurnan (makrifat). Kitab primbon
primbon dikenal masyarakat sebagai karya sastra tersebut sampai saat ini masih banyak dijumpai di
yang berisi ramalan, doa, mantra, dan berbagai masyarakat, dicetak berulangkali. Ajaran dalam
g
tradisi terkait aktivitas manusia. Akan tetapi, kitab primbon tersebut banyak yang menjadi
an
tidak demikian dengan Kitab Primbon Atassadur rujukan para penganut Islam Kejawen.
ar
Adammakna. Kitab ini berbeda dengan karena ia
Teknik Pengumpulan Data
m
juga membahas konsep Manunggaling Kawula
Se
Gusti yang diistilahkan dengan Jumbuhing Penelitian ini merupakan kajian pustaka
Kawula Gusti. (library research). Data utama penelitian ini
a
adalah Kitab Primbon Atassadhur Adammkana.
m
Kitab Primbon Atassadhur Adammakna
Kitab tersebut sudah dicetak berulangkali dan
ga
termasuk Kepustakaan Islam Kejawen yang
dipasarkan secara umum. Oleh karena itu, penulis
A
memuat berbagai macam ilmu gaib, mistik, dan
berupaya mendapatkan cetakan yang paling lama.
an
berbagai macam ritual kepercayaan masyarakat
Selain itu juga ditunjang dengan cetakan-cetakan
Jawa. Sebagaimana dijelaskan dalam purwaka
ng
berbagai macam doa dan mantra. Selain itu kitab Kajian pustaka sama seperti penelitian pada
Pe
kaping 10 (cetakan ke-10) pada tahun 2008. keterbatasan atau ketersediaan dana. Namun
da
Hal ini membuktikan bahwa kitab primbon dalam penelitian pustaka ini tidak harus
an
tersebut masih banyak diminati dan digunakan menggunakan wawancara, observasi, daftar
iti
oleh masayarakat. Oleh karena itu, penulis pertanyaan, diskusi kelompok, dan sebagainya,
l
melakukan kajian terhadap Kitab Primbon termasuk analisis biografi (Ratna, 2010:196).
ne
Kawula Gusti dalam dalam kitab primbon ini dilakukan secara deskriptif analitis. Langkah
tersebut, dan bagaimana laku ritual untuk pertama adalah melakukan klasifikasi ajaran
mencapai Jumbuhing Kawula Gusti. tasawuf yang ada di dalam kitab tersebut,
kemudian menganalisis konsepsi Jumbuhing
Metode Penelitian kawula-Gusti yang ada di dalamnya. Analisis
Obyek Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan tasawuf dan
Obyek utama dalam penelitian ini adalah hermeneutika, untuk mengungkapkan bagaimana
Kitab Primbon Atassadhur Adammakna. Kitab konsepsi Jumbuhing kawula-Gusti yang ada
primbon yang pada umumnya mengajarkan dalam Kitab Primbon Atassadhur Adammkana.
berbagai ramalan (petung), doa, dan mantra, Pendekatan dalam hal ini bukan teori, metode,
93
Jurnal “Analisa” Volume 21 Nomor 01 Juni 2014
halaman 91-103
atau teknik, tetapi dalam pendekatan terkandung dan ramalan. Sehingga ada sebagian umat Islam
teori, metode, teknik, instrument dan sebagainya yang sampai mengharamkannya.
(Ratna, 2010:45). Pendekatan atau approach
Kitab primbon muncul pada zaman
merupakan “cara mendekati” objek sehingga
keislaman, pada abad ke-16. Kitab primbon
karya budaya, dalam hal ini adalah Kitab Primbon
tertua adalah karya Sunan Bonang, yang berisi
Atassadhur Adammakna, sebagai sebuah
tentang berbagai ajaran atau wejangan Sunan
struktur makna dapat diungkapkan dengan jelas
Bonang. Primbon tersebut diteliti oleh Schrieke
(Rohrberger and Woods, Jr., 1971:3-15).
pada tahun 1916, yang kemudian dikenal dengan
Pendekatan tasawuf ini merupakan sudut Het Boek Van Bonang. Kitab primbon yang
g
pandang yang penulis anggap paling relevan dikenal sebagai kitab ramalan, kitab berisi klenik,
an
sesuai dengan tujuan penelitian. Adapun metode mistik, takhayul, atau bahkan menyimpang dari
ar
untuk memahami laku spiritual tersebut adalah: akidah agama (Islam), tidak sepenuhnya benar.
m
berusaha menelaah Kitab Primbon Atassadhur Masih ada juga kitab primbon yang masih
Se
Adammakna sebagai satu kesatuan ajaran yang memperhatikan nilai-nilai agama, diantaranya
utuh; memahami dan menganalisis pokok-pokok adalah kitab Primbon Atassadhur Adammakna.
a
m
ajaran tentang Konsepsi Jumbuhing kawula- Kitab primbon ini ditulis pada masa Islam sudah
ga
Gusti yang terkandung di dalamnya; dan berusaha menjadi agama mayoritas dan menjadi agama
A
untuk memahami konsep-konsep tasawuf dalam resmi kerajaan, Yogyakarta Hadiningrat.
an
pemahaman dan kerangka pikir Islam Kejawen.
Kitab Primbon Atassadhur Adammakna
ng
Kitab Primbon sebagai sebuah karya sastra merupakan karya Pangeran Harya Tjakaraningrat
dapat dianalisis secara langsung, sebab karya atau Patih Danuredjo VI, sewaktu masih aktif
ba
itulah yang dianggap sebagai masyarakat. di kasultanan Yogayakarta. Kitab primbon ini
em
Menganalisis sebuah karya sastra sifatnya adalah sebenarnya merupakan piwulang (ajaran) yang
mandiri atau otonom, semata-mata melalui disampaikan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono
ng
mikroskopis). Menurut I Nyoman Kutha Ratna, (memiliki mata batin yang tajam). Keterangan
tentang penulisan kitab Primbon Atassadhur
n
merupakan suatu kekeliruan, sebab karya sastra Adammakna ini dijelaskan dalam Maha Sandhi
bersifat otonom (Ratna, 2010:198). Wara Darma, sebagai berikut:
an
Konsep Jumbuhing Kawula lan Gusti dalam Sultan Hamengku Buwono ing Ngayogyakarta
Kitab Primbon Atassadhur Adammakna Hadiningrat, kawedaraken lumantaring Dhawuh
Pe
Penulisan Kitab Primbon Atassadhur Adammakna Timbalan Dalem Ingkang Sinuwun Kanjeng
Sultan Ingkang Jumeneng kaping V, ingkang
ai
Primbon menurut Ensiklopedi Umum (1986) awit kawaskithan Dalem, lajeng kawrat ing Kitab
al
adalah kitab atau daftar perhitungan nujum, Adammakna dening Kanjeng Pangeran Harya
B
Tjakraningrat”.
antara lain memuat perhitungan hari-hari yang
baik dan yang buruk untuk mengerjakan sesuatu. Artinya:
Buku perhitungan semacam ini ada di seluruh “Uraian tentang ajaran luhur Ingkang Sinuhun
Kanjeng Sultan Hamengku Buwono di Yogyakarta
daerah di Indonesia. Sedangkan Poerwadarminta
Hadiningrat. Ditulis berdasarkan perintah Sri
dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (1976) Sultan yang ke-5 (HB V), karena kawaskitan
menyebut primbon sebagai kitab yang berisi beliau, kemudian ditulislah dalam Kitab
ramalan dan perhitungan hari naas atau sial. Dua Adammakna oleh Pangeran Tjakaraningrat”.
pengertian tersebut memberikan kesan bahwa
Keterangan tentang Pangeran Harya
primbon penuh dengan nuansa tahayul, nujum
Tjakraningrat juga terdapat dalam kitab-
94
Konsepsi Jumbuhing Kawula Gusti dalam Kepustakaan Islam Kejawen
Samidi Khalim
kitab primbon lainnya, seperti Kitab Primbon ajaran-ajaran luhur Sri Sultan Hamengku
Lukmanakim Adammakna, Primbon Bowono V memiliki alasan tersendiri. Reproduksi
Bektijammal Adammakna, dan Primbon terhadap pemikiran atau ajaran Sri Sultan
Betaljemur Adammakna. Keterangan tentang Hamengku Buwono V merupakan upaya untuk
kapan lahir dan wafatnya Pangeran Tjakraningrat membangun wibawa istana atau kerajaan. Pada
tidak penulis temukan secara pasti, yang jelas masa pemerintahan HB V, penyaduran, penulisan
beliau adalah patih pada masa pemerintahan atau penyalinan naskah sangat banyak, mencapai
Sultan Hamengku Buwono VI (1821-1877) dan VII ratusan. Produktivitas naskah pada masa HB
(1839-1921). Nama Pangeran Harya Tjakraningrat V mencapai puncaknya pada tahun 1846-1855
g
ini diberikan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono (Riyadi, 2002:37). Naskah yang diproduksi pada
an
VII sebagai penghormatan kepada beliau setelah masa pemerintahan HB V, baik karya beliau
ar
purna tugas menjabat patih di kasultanan maupun atas prakarsanya, tercatat ada 121
m
Yogyakarta. Pada waktu masih menjabat sebagai naskah (Behrend, 1993:416). Naskah-naskah
Se
patih, beliau dikenal dengan Raden Adipati Harya tersebut sampai sekarang masih tersimpan di
Danureja VI1. Gelar penghormatan diberikan Museum Widya Budaya Kraton Yogyakarta.
a
kepada Patih Danuredja VI karena perjuangan Selain naskah yang diproduksi pada masa HB V
m
dan kesetiaannya kepada rajanya, setelah usia juga terdapat naskah-naskah hasil karya pada
ga
tua beliau mengundurkan diri dan kemudian masa pemerintahan Sultan HB IX.
A
diberikanlah gelar kepangeran tersebut.
an
Kitab primbon sebagai hasil karya sastra
Pangeran Tjakraningrat adalah cucu dari Sri tidak lepas dari peran kraton dan para pekerja
ng
Sultan Hamengku Buwono IV (1804-1823) dari sastra. Menurut Slamet Riyadi (2002:64), para
ba
putranya BRAy. Danurejo IV, yang dikarunia pekerja sastra di kraton Yogyakarya berasal dari
em
usia panjang (Soemadidjojo, 2013: iii). Pangeran status sosial yang bervariasi, ada yang berasal dari
Tjakraningrat mengabdikan diri pada masa abdi dalem kerajaan, sentana dalem (keluarga
ng
pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono VI, kerajaan), putra mahkota, dan raja sendiri.
Pe
yang juga putra Sri Sultan Hamengku Buwono Demikian juga dengan Pangeran Tjakraningrat,
IV. Pada masa pemerintahan Sultan Hamengku yang merupakan patih atau masih termasuk
n
Buwono VI situasi politik sudah cukup kondusif. sentana dalem, melakukan penulisan kitab
da
1
Keterangan tentang Patih Danuredja VI atau Pangeran Tjakraningrat ini terdapat pada setiap
bubuka (pengantar kitab primbon Adammakna).
2
Canggah adalah cucu dari cucu atau keturunan yang keempat (anak, cucu, buyut, canggah).
95
Jurnal “Analisa” Volume 21 Nomor 01 Juni 2014
halaman 91-103
g
waktunya dalam berkarya sebagai seorang itu adalah wujud nyata Tuhan, dan Tuhan itu
an
pujangga kraton (sentana dalem). hanya ada satu” (PAA, hlm.14).
ar
Konsep Jumbuhing Kawula Gusti (JKG)
m
Konsep Jumbuhing Kawula Gusti
merupakan ajaran khas Islam Kejawen. Ajaran
Se
Konsepsi Jumbuhing Kawula Gusti dapat
tersebut tidak lepas dari kepercayaan dan sikap
digolongkan ke dalam mistik pada umumnya
a
hidup masyarakat Jawa yang cenderung mistis,
m
dan sama dengan paham wihdatul-wujud dalam
berpangkal pada dunia batin. Konsep JKG
ga
ajaran Sufi. Mistisisme di dalam Islam disebut
merupakan upaya manusia dalam mencapai
dengan tasawuf, oleh orientalis Barat disebut
A
keselarasan hubungan alam nyata dan alam gaib,
sufisme atau Islamic Mysticisme. Oleh sebab
an
antara manusia dan Tuhan. Tuhan dalam kitab
itu pantaslah jika Simuh menyebut konsep
ng
Kitab Primbon Atassadhur Adammakna yang kemudian menjadi pa + ngenger + an, yang
menguraikan ajaran Jumbuhing Kawula Gusti berarti tempat ngawula atau mengabdi. Istilah
an
pada bagian awal, dengan menjabarkan Wirid pangeran ini memiliki dua makna secara teologis
iti
Maklumat Jati Wedharing Ilmu Kebatosan. dan sosiologis. Secara teologis digunakan untuk
l
Pembuka wejangan atau ajaran wolung untuk menyebut orang-orang yang memiliki
ai
wiwiridan (delapan wirid) menggunakan bahasa derajat bangsawan kraton (istana). Dengan
al
Sansekerta yang digunakan oleh umat Hindu. demikian, istilah pangeran menunjukkan
B
Setelah pembukaan, maka diuraikan ajaran tempat pengabdian atau ngawula yang memiliki
Wirid Wirayat Jati. Ajaran Wirayat Jati ini perbedaan dimensi. Satu sisi untuk pengabdian
mengajarkan tentang ilmu kasampurnan yang yang berorientasi akhirat (hablun min-Allah),
diajarkan oleh para ulama yang bersumber dan sisi lain pengabdian pada manusia di dunia
dari kitab-kitab tasawuf. Ajaran tasawuf yang (hablun min an-naas).
dimaksud bersumber pada firman Allah SWT
Dating Pangeran (Dat Tuhan) merupakan
kepada Nabi Musa Kalamullah: “sesungguhnya
asal mula kehidupan, yang menciptakan segala
manusia itu adalah wujud nyata Tuhan, dan Tuhan
yang maujud di alam semesta ini. Penciptaan alam
itu hanya ada satu”. Sebagaimana disebutkan
semesta ini dalam konsep Islam Kejawen disebut
dalam Primbon Atassadhur Adammakna (dalam
96
Konsepsi Jumbuhing Kawula Gusti dalam Kepustakaan Islam Kejawen
Samidi Khalim
dengan Sangkan Paraning Dumadi. Proses berhati-hati. Hemat dan cermat yang menjadi asal
penciptaan alam yang merupakan af’al Tuhan mula kehidupan, jangan sampai dikesampingkan
dalam hidup ini. Demikianlah cirri orang mukmin
ini diawali dari kekosongan atau yang disebut yang sudah khas, dapat diumpamakan : tidak
dengan awang-uwung, Hariwijaya menyebutnya susah ketika ditimpa kemiskinan, tidak kawatir
teori langit kosong (Hariwijaya, 2006:76). Teori kelaparan, tidak berduka ketika ditimpa sakit,
penciptaan alam yang disebut awang-uwung ini tidak takut akan datangnya kematian. Tetapi
bagi orang yang masih awam, harus melakukan
mengatakan bahwa sebelum ada apa-apa, alam ikhtiar yang dapat mendatangkan kebahagiaan
semesta ini masih awang-uwung. Langit atau dan kesejahteraan hidup” (PAA, hlm.31).
alam ini masih hampa, tidak ada kehidupan
Pada Wirid Wirayat Jati diajarkan tentang
g
sama sekali, yang ada hanya Dat Hidup, yaitu
an
suatu energi yang anglimputi (memenuhi) hakekat Tuhan yang berupa wejangan 8 pangkat,
menguraikan tentang siapa Tuhan pencipta dan
ar
seluruh ruang kosong (awang-uwung) tersebut.
pengatur alam yang sebenarnya. Kedelapan
m
Dat Tuhan kemudian berkehendak agar tidak
wejangan ini merupakan rangkaian yang integral,
Se
terjadi kekosongan, mengejawantah mencipta
diri membentuk benda-benda fisik yang memiliki untuk mencapai derajat Jumbuhing Kawula
a
dimensi ruang dan waktu. Proses mencipta diri ini Gusti. Adapun delapan wejangan tersebut adalah
m
merupakan hal yang paling mungkin, karena tidak (PAA, hlm.14-20):
ga
mungkin menciptakan sesuatu dengan barang 1. Wejangan pertama disebut dengan pitedahan
A
atau benda lain di alam kosong; ibarat amuba wahananing Pangeran. Ajaran ini didasarkan
an
membelah diri untuk melakukan regenerasi, pada firman Allah SWT kepada Nabi
ng
menciptakan makhluk lain yang serupa dengan Muhammad saw: “bahwa sesungguhnya tidak
ba
dirinya. Dat Hidup yang meliputi alam semesta ada apa-apa, ketika masih awang-uwung
ini dapat melakukan pengejawantahan kapan (kosong) belum ada sesuatu, yang ada pertama
em
saja dan di mana saja sesuai kehendak-Nya. Hal adalah Aku. Tidak ada Tuhan kecuali Aku yang
ng
inilah yang kemudian dikenal dengan Tuhan Yang Maha Hidup lebih Suci, menyertai nama dan
Maha Esa, dalam Ismal Kejawen disebut dengan perbuatan-Ku (dat, sifat, asma, dan af’al)
Pe
mengajarkan konsep awang-uwung atau itu terdiri dari 7 (tujuh) perkara, sesuai dengan
iti
sangkan paraning dumadi dalam Wirid firman Allah SWT kepada Nabi Muhammad
l
Karana Jati. Wirid ini menjelaskan tentang saw. Firman Allah SWT tersebut adalah
ne
hakekat Dat Tuhan yang Mahasuci dan serba sebagai berikut: “sesungguhnya Aku adalah
Pe
gaib. Sebagaimana disebutkan dalam Primbon Tuhan, yang berkuasa menciptakan segala
Atassadhur Adammakna sebagai berikut (dalam
ai
“ketika belum ada apa-apa, keadaan alam raya tanda wujud kehendak dan perbuatan-Ku”.
dan alam lahir beserta segala isinya belum ada 3. Wejangan ketiga disebut dengan Gegelaran
apa-apa, yang ada hanyalah Dat Yang Mahasuci.
Hakekat Dat Yang Mahasuci itu bersifat Esa, Kahananing Pangeran. Pada bagian ini
ibaratnya adalah dat Mutlak Qadim Ajali abadi. diajarkan tentang hakekat dan kehendak
Artinya bersifat tunggal, yang pasti ada terlebih Tuhan, yang menunjukkan keadaan dan
dahulu ketika masih awang-uwung (hampa). kekuasaan-Nya ketika manusia menemui
Selamanya keadaan diri peribadi kita berada di
dalam nukad gaib, yang langgeng berada di dalam ajalnya.
hidup kita, sejatinya hidup ini. Inilah tajalli-nya 4. Wejangan keempat disebut dengan
Dat Tuhan Yang Mahasuci, maka wajib bagi kita
untuk bisa menjaga hidup pribadi kita, dengan Kayektening Pangeran, yaitu petunjuk
97
Jurnal “Analisa” Volume 21 Nomor 01 Juni 2014
halaman 91-103
g
manusia dan Kami tahu apa yang dibisikan
an
Kahananing Pangeran, yang menguraikan dirinya kepadanya. Kami lebih dekat kepada
tentang tata kedudukan (singgasana) yang
ar
manusia daripada pembuluh darah yang ada
berada di kemaluan laki-laki.
m
di lehernya.”(Q.S. Qaaf:16). Ayat tersebut jelas
Se
7. Wejangan ketujuh disebut dengan Panetepan memberikan keterangan tentang Tuhan yang
Santosaning Pangandel. Ajaran ini bersumber berada di dalam diri manusia, bukan di luar diri
a
manusia.
m
dari kalimat syahadat, yang membuat kuat
ga
keyakinan kita ketika hakekat hidup pribadi Kitab Primbon Atassadhur Adammakna
kita telah merasuk (jumbuh) dengan Tuhan.
A
memberikan penjelasan tentang hakekat
an
8. Wejangan kedelapan disebut dengan Paseksen. Tuhan, Maha Suci dan Maha Gaib. Sifat Tuhan
Bagian ini meyakinkan kepada sanak saudara digambarkan tidak memiliki rupa dan warna,
ng
semua (manusia) bahwa segala sesuatu yang bukan laki-laki, bukan perempuan, dan juga
ba
ada di alam ini seperti bumi, langit, matahari, bukan banci. Tuhan tidak terikat oleh waktu dan
em
bintang, api, angin, air, dan lain sebagainya, tempat, tidak dapat dilihat dan diraba, hanya hati
semuanya menyaksikan jika kita sudah yang waskita yang mampu merasakan kehadiran
ng
Delapan pangkat (maqamat) dalam Wirayat Meskipun Tuhan bersifat Maha Gaib dan Suci,
n
Jati tersebut, menunjukkan adanya pemahaman namun wujud Tuhan di dunia ini dapat dilihat
da
bahwa manifestasi Tuhan itu ada dalam diri secara nyata dari wujud manusia yang berada di
pribadi manusia (anthroposentris). Manusia dalam Nukad Gaib. Manusia merupakan Tajalli
an
dan Tuhan seakan-akan adalah satu. Manusia Tuhan yang Maha Suci, maka manusia harus
iti
sebagai bukti wujud Tuhan di alam semesta menjaga hidup pribadinya dengan hati-hati.
l
ne
ini. Ajaran Islam yang menyatakan tentang Gemi nastiti (hemat dan cermat) merupakan
asal mula kehidupan, jangan sampai diabaikan
Pe
yang menyebutkan bahwa manusia dekat sekali Jika seseorang mencapai derajat mukmin khas,
al
dengan Tuhan adalah dalam Surat Al Baqarah maka dia akan memiliki sifat: tidak susah jika
B
ayat 186: “Apabila hamba-hamba-Ku bertanya hidup miskin, tidak menderita jika lapar, tidak
kepada engkau tentang Aku (Allah), maka mengeluh jika sedang sakit, dan tidak takut akan
sesungguhnya Aku adalah yang dekat, yang datangnya ajal. Tetapi bagi orang mukmin yang
memperkenankan permintaan orang apabila ia masih awam, maka wajib bagi dia untuk ihtiyar
meminta kepada-Ku. Oleh karena itu hendaklah agar hidupnya santosa. Hal ini sebagaimana
mereka patuh dan percaya kepada-Ku agar dijelaskan dalam Wirid Karana Jati (PAA,
mereka selalu berada dalam kebenaran”. hlm.31):
Ayat tersebut memberikan penjelasan “….sajatining dat kang Mahasuci iku kang asipat
hesa, kabasakaken dat mutlak kadim ajali abadi,
bahwa Allah sangat dekat dengan manusia dan
98
Konsepsi Jumbuhing Kawula Gusti dalam Kepustakaan Islam Kejawen
Samidi Khalim
tegese asipat siji, kang mesthi dhihin dewe, keenam warana yang lainnya, sehingga manusia
rikala ijih awang – uwung, salawase kahanan dapat bergerak dan menuruti kehendak panca
kita yaiku jumeneng pribadi ana ing sajroning
nukad gaib. Kang langgeng dumunung ing urip
indranya. Aktifitas atau perbuatan melihat,
kita, kayaktene yaiku urip kita. Iki tajalining mencium, berbicara, merasa, bernafas, semuanya
dat kang Mahasuci sajati, mulane wajib padha adalah menuruti keinginan atau kehendak
bisaa rumeksa marang urip kita pribadi, Tuhan yang bersemayam di dalam diri manusia.
marga saka ngati- ati. Gemi nastiti kang dadi
sangkaning panguripan, aywa nganti kapiran
Kayu sifatnya menyatu dengan kahananing
nora jumeneng ing uripe, pahe kang wus tinitah Dat, sehingga diberikan kekuasaan untuk
mukmin kas, kareksa ing babasan: nora susah menghidupkan cahya, rahsa, suksma, napsu,
manawa nandhang kamlaratan, nora uwas yen
g
budi, badan seluruhnya, dan merambah dari awal
an
kaluwen, nora maras yen lagi ginanjar lara,
nora miris tekaning pati. Manawa taksih tinitah
hingga akhir. Proses tajalli (pengejawantahan)
ar
kawula ngam, kudu tumindak ihtiyar, kang Tuhan di dunia ini melalui wujud manusia. Dzat
m
andadekake kasantosaning urip”. Tuhan merupakan asal mula kehidupan yang
Se
menguasai segala rangkaian kehidupan. Segala
Orang mukmin khas adalah orang yang
af’al atau perbuatan Allah SWT tercermin dalam
a
mengenal Tuhan dengan baik. Orang yang mampu
perilaku manusia yang sudah mencapai derajat
m
mengenal diri pribadinya akan menemukan
Jumbuh atau manunggal.
ga
hakekat Tuhan, mencapai Jumbuhing Kawula
A
Gusti. Untuk mencapai derajat itu dibutuhkan Kitab Primbon Atassadhur Adammakna
an
ngelmu dan laku khusus, untuk menemukan memberikan gambaran tentang bagaimana
hakekat Tuhan di dalam dirinya sendiri. Adapun Tuhan mengejawantah. Dat memberikan daya
ng
tanda-tanda orang yang sudah mencapai derajat pada Kayu, artinya Dat merupakan asal mula
ba
jumbuh dapat dilihat dari tingkah lakunya (solah kehidupan yang berupa waskita, yang kemudian
em
bawa) yang mencerminkan kehendak Tuhan. disebut dengan Mahasuci. Kayu menguasai Nur,
Di dalam Primbon Atassadhur Adammakna artinya hidup ini merupakan pancaran cahaya
ng
dijelaskan bahwa hakekatnya Tuhan merasuk yang mewujudkan Wisesa yang kemudian disebut
Pe
(jumbuh) dalam diri manusia itu melalui 7 (tujuh) dengan Mahamulya. Nur menguasai Sir, artinya
warana (media) yang saling berkaitan antara cahaya tersebut mengandung hidupnya Rahsa,
n
(5) Napsu (angen-angen); (6) Ngakal (budi); dan berwujud esti yang kemudian disebut dengan
(7) Jasad (badan) Mahaluhur. Nafsu menguasai Akal, artinya nafsu
ai
al
Dari ketujuh derajat warananing Pangeran, tersebut mengandung hidupnya Budi, berupa
B
yang berupa tujuh kenyataan tersebut dapat keinginan, kemudian disebut dengan Mahaagung.
diringkas menjadi 3 (tiga) hal, yaitu: (1) Suksma, Akal menguasai Jasad, artinya Budi tersebut
yang berarti moksa (jamaning kemukswan); (2) mengandung hidupnya Badan, berupa nyawa,
Rahsa, yang berarti pada saat tidur (jamaning yang kemudian disebut dengan Mahayekti. Jasad
supena); dan (3) Budi, yang berarti pada saat hanya menjalani Pancadriya (panca indra),
terjaga (jamaning dunya) artinya badan tersebut sekedar menjalankan
apa yang menjadi keinginan Pancadriya (panca
Kayu artinya hidup, menyatu dengan indra), berupa tingkah laku manusia yang disebut
kahananing (keadaan) Dat. Kayu (hayyu:Arab) Allah Ta’ala (PAA, hlm.32-33).
merupakan asal mula kehidupan yang meliputi
99
Jurnal “Analisa” Volume 21 Nomor 01 Juni 2014
halaman 91-103
Jasad manusia merupakan wujud nyata dari mutih milang kepel; dan Laku melek. Semua
pengejawantahan Allah SWT di dunia ini. Tingkah orang yang hendak menjalani puasa harus
laku dan perbuatan manusia tidak lepas dari af’al- membersihkan badan lahir dan batin. Adapun
Nya, dengan kata lain “cermin perbuatan” Allah yang dimaksud mensucikan badan yaitu
SWT itu sendiri. Jasad dikuasai oleh akal, artinya dengan mandi kramas, dan yang dimaksud
gerak atau perbuatan yang dilakukan oleh badan mensucikan batin dengan mengurangi atau
(jasad) manusia dikarenakan oleh keinginan budi. mengendalikan hawa nafsu. Badan wadag
Kehendak budi yang dikerjakan oleh jasad ini merupakan tempat bersemayamnya budi,
menjadi tanda adanya Hyang Mahayekti, karena nafsu, karsa, suksma, rahsa, cipta, kawasa
g
badan merupakan tanda dari af’alnya budi. Oleh dan wisesa. Oleh sebab itu badan wadag harus
an
karena itu, jasad merupakan wujud nyata manusia mampu mengendalikan segala macam godaan
ar
yang juga memiliki sifat-sifat ketuhanan. Konsep nafsu, memiliki budi pekerti rila (ikhlas),
m
tersebut senada dengan ajaran Ibnu Arabi (560- legawa (qana’ah), menerima, temen bener
Se
638 H) yang mengajarkan Wahdatul Wujud dan (berlaku jujur), susila dan utami.
juga Husain Abu Mansur al Hallaj (858-922 M)
b. Berbudi Luhur. Selain mengendalikan hawa
a
seorang sufi asal Persia yang mengajarkan paham
m
nafsu dengan cara puasa, seseorang yang
Ḥulūl atau yang popular dikenal dengan ajaran
ga
hendak mencapai Jumbuh hendaknya juga
Ana al Haq (Saya adalah yang Maha Benar/
A
harus menjalani tujuh laku utama. Hal ini
Haq). Menurut Al Hallaj, Tuhan mempunyai
sebagaimana dijelaskan dalam Primbon
an
sifat al Lahūt (ketuhanan) dan juga sifat an
Atassadhur Adammakna halaman: 21-22,
ng
Laku Spiritual untuk Mencapai Jumbuhing melakukan senggama, lakukanlah jika sudah
an
derajat Jumbuhing Kawula Gusti harus c. Salat Daim. Ujung perjalanan ruhaniah atau
ai
menjalani laku spiritual tertentu. Adapun laku batin dalam Islam Kejawen adalah Jumbuh
al
spiritual tersebut yaitu: mencegah keinginan atau manunggal. Tujuan tersebut dapat
B
nafsu, berbudi luhur, samadi, dan melakukan ditempuh dengan mengerjakan Salat Daim,
manekung. Mencegah hawa nafsu atau keinginan yang merupakan laku Samadhi seorang
duniawi merupakan laku pertama yang harus kawulo. Salat Daim ini diajarkan bersama
dipenuhi, yaitu dengan menjalani puasa. dengan salat lima waktu dan rukun Islam
yang lain. Adapun tatacara menjalankan Salat
a. Ngèkèr (menahan) Hawa Nafsu. Cara
Daim yaitu dengan menjaga keluar masuknya
mengendalikan hawa nafsu adalah dengan
nafas. Ketika nafas masuk: menarik nafas dari
cara berpuasa. Ada beberapa jenis puasa dalam
pusar sampai ke ujung otak atau ubun-ubun
Kitab Primbon Atassadhur Adammakna, yaitu
dengan hitungan tertentu, sambil membaca
: Pati geni; Nglowong; Ngebleng; Mutih; Laku
100
Konsepsi Jumbuhing Kawula Gusti dalam Kepustakaan Islam Kejawen
Samidi Khalim
g
akibat dari membaca dua mantra sastra secara
Primbon Atassadhur Adammakna terdapat
an
batin, yaitu: “Hu – Ya”. Keluarnya suara di
pada waktu malam Lailatul Qadar, yaitu: tanggal
ar
dalam batin tersebut melalui daya kekuatan
9 Suro (Muharram); 12 Mulud (Rabi’ul Awal); 27
m
cethak (langit-langit). Bacaan 2 (dua)
Rejeb (Rajab); 15 Ruwah (Sya’ban); pada tanggal
Se
mantra sastra (“Hu – Ya”) ini dalam ajaran
21,23,25,27,29 bulan Ramadhan, dan juga tanggal
Naqsyabandiyah diganti dengan bacaannya
8 dan 9 Besar (Dzulhijjah).
a
dengan : “Hu – Allah”. Cara mengamalkannya
m
sama menggunakan pengaturan nafas juga. Selain waktu-waktu tersebut, salat daim
ga
Adapun tatacara wirid tersebut dalam ajaran dan Manekung hendaknya juga dilakukan pada
A
Syatariah menggunakan bacaan: La Ilaha waktu menjelang tidur di malam hari, dengan
an
Illallah, tanpa menggunakan pengaturan nafas mengatur nafas seraya menyebut: “Hu – Allah”.
ng
(PAA, hlm.64). Ajaran wirid batin dengan Amal demikian ini yang disebut dengan ajeg
panembahe – lumintu salate (tetap ibadahnya
ba
di mana saja, tanpa hitungan dan langgeng mampu rutin (istiqamah) menjalankan salat batin
ini, berarti seseorang sudah mampu melakukan
ng
sambil bekerja. Jangan sampai meninggalkan waktu dan jumlah rakaat. Salat Daim adalah
n
wiridan yang disertai dengan menjaga keluar hakekatnya salat, sehingga salat ini tanpa ruku
da
masuknya nafas dengan wirid “Hu – Ya” atau tanpa sujud, hanya berada pada pusatnya rahsa
dan di dasar kehidupan.
an
Penutup
l
101
Jurnal “Analisa” Volume 21 Nomor 01 Juni 2014
halaman 91-103
arti bersatunya hamba atau manusia dengan Nya dan akan kembali kepada-Nya. Agar dapat
Tuhan atau dikenal dengan paham pantheistis. kembali kepada Gusti Yang Mahasuci maka
Jumbuhing Kawula Gusti ini berada pada tataran kawulo harus mensucikan diri lahir dan batin,
keyakinan aliran kebatinan dan kepercayaan dengan berbudi luhur dan menjaga keselarasan
Kejawen dan juga pada mistisisme Islam. Rasa dengan kosmos.
ingin tahu dan tidak puas manusia untuk selalu
berdekatan dengan Tuhannya, menimbulkan Daftar Pustaka
berbagai bentuk keyakinan, kepercayaan, dan Amin, Darori. 2011. Konsepsi Manunggaling
bahkan berbagai laku ritual (spiritual). Kawula Gusti Dalam Kepustakaan Islam
g
Perjalanan ruhaniah bagi kalangan Islam Kejawen (Studi Analisis Suluk Sujinah).
an
Kejawen untuk mencapai tujuan akhirnya, Jakarta: Badan Litbang dan Diklat
ar
yaitu Jumbuh (bersatu) dengan Sang Pencipta Kementerian Agama RI.
m
dilakukan sepanjang hidupnya. Kemampuan Behrend, T.E. 1993. “Manuscript Production in
Se
untuk membebaskan diri dari dunia materi dan Nineteenth-Century Java”. Dalam Bijdragen
kehidupan duniawi membutuhkan laku spiritual,
a
Tot de Taal, Land-en Volkenkunde. Deel 149.
m
baik lahir maupun batin. Laku spiritual untuk Leiden.
ga
mencapai derajat Jumbuhing Kawula Gusti
Dwiyanto, Djoko. 2009. Kraton Yogyakarta:
A
dalam Kitab Primbon Atassadhur Adammakna
adalah dengan cara berbudi luhur, Salat Daim, Sejarah, Nasionalisme, dan Teladan
an
dan menekung. Kemampuan Salat Daim ini Perjuangan. Yogyakarta: Paradigma
ng
daim atau terus menerus sepanjang hidup. Jika Ensiklopedi Umum. 1986.
em
al wujud, menyatunya Tuhan (Allah SWT) dengan Khalim, Samidi. 2010. Salat Islam Kejawen.
manusia diolah secara kejawaan (Jawanisasi). Semarang: Primamedia Press.
an
Meskipun demikian, nilai-nilai spiritual Jawa ___. 2008. Kitab Primbon Ajimantrawara,
dalam kitab Primbon Atassadhur Adammakna Yogabrata, Rajah Yoga Mantra. Cap-capan
mengajarkan agar manusia selalu membangun Kaping 30. Yogyakarta: Soemodidjoyo
hubungan yang harmonis dengan Gusti atau Mahadewa dan CV. Buana Raya.
Tuhan. Hubungan harmonis tersebut dalam Ratna, Nyoman Kutha. 2010. Metodologi
arti bahwa manusia menyadari hakekat dirinya Penelitian, Kajian Budaya dan Ilmu Sosial
adalah Kawulo atau hamba. Tugas kawulo adalah Humaniora Pada Umumnya. Yogyakarta:
menjalankan apa yang diperintahkan Gustinya. Pustaka Pelajar.
Kawulo adalah ciptaan Tuhan yang berasal dari-
102
Konsepsi Jumbuhing Kawula Gusti dalam Kepustakaan Islam Kejawen
Samidi Khalim
Riyadi, Slamet. 2002. Tradisi Kehidupan Sastra Shihab, Alwi. 2009. Antara Tasawuf Sunni dan
di Kasultanan Yogyakarta. Yogyakarta: Tasawuf Falsafi: Akar tasawuf di Indonesia,
Gama Media. Jakarta: Pustaka Iman.
Rohrberger, Mary and Samuel H. Woods, Jr. 1971. Simuh. 1988. Mistik Islam Kejawen Raden
Reading and Writting About Literature. New Ngabehi Ranggawarsita. Jakarta: UI-Press.
York: Random House.
Soemadidjojo. 2013. Kitab Primbon Betaljemur
Schrieke, B. J. O. 1916. Het Boek Van Bonang, Adammakna, Cap-capan Kaping 58,
Proefschrif Univ. Leiden, Editor P. Den Boer, Yogyakarta: Soemodidjoyo Mahadewa dan
Utrecht, MCMXVI. (University of Chicago CV. Buana Raya.
g
an
Microfilm, MARCXML Open Library).
ar
m
Se
a
m
ga
A
an
ng
ba
em
ng
Pe
n
da
an
liti
ne
Pe
ai
al
B
103