Вы находитесь на странице: 1из 13

Konsepsi Jumbuhing Kawula Gusti dalam Kepustakaan Islam Kejawen

Samidi Khalim

Konsepsi Jumbuhing Kawula Gusti dalam


Kepustakaan Islam Kejawen
(Kajian Terhadap Kitab Primbon Atassadhur Adammakna)

The concept of Jumbuhing Kawula Gusti in the literature of Islam Kejawen


(Analysis of Primbon Atassadhur Adammakna)

g
an
ar
m
samidi khalim

Se
a
Abstract

m
Balai Penelitian dan Pengembangan
Agama Semarang

ga
Jl. Untung Suropati Kav. 70 This article is a summary of the research literature on Primbon Atassadhur Adammakna
Bambankerep Ngaliyan Semarang was written by Prince Tjakraningrat. The primbon generally contains knowledge of

A
Telp. 024-7601327 Faks. 024- prophecy or prognosis, but Primbon Atassadhur Adammakna contain about Sufism. It’s
an
7611386
much used as a reference by the Islam Kejawen followers as a source of life. This research
e-mail: samidi.khalim@yahoo.co.id
of Primbon Atassadhur Adammakna which uses method. This will be conducted by,
ng

Naskah diterima: 10 Januari 2014


Naskah direvisi: 19-30 Mei 2014 describing the mystical teaching in the Primbon Atassadhur Adammakna, and then the
ba

Naskah disetujui: 19 Juni 2014 contents are analyzedby using Sufism and Hermeneutics approaches. The study finds
that mystical teachings found in Primbon Atassadhur Adammakna, particularly the
em

is concept of Jumbuhing Kawula Gusti or pantheism have similarities with Ibn Arabi’s
thought (560-638 H) Wahdatul Wujud and also the teachings of Abu Mansur Hussain al
ng

Hallaj’s thought (858-922 M) Ḥulūl or Ana al Haq. The Concept of JumbuhingKawulaGusti


or phanteism is doctrine of Wihdat al Wujud that has been javanised. The spiritual ways
Pe

to achieve Jumbuhing Kawula Gusti is by good performing, controlling the lust, and
always doing Salat Daim.
n
da

Keywords: Jumbuhing Kawula Gusti, The God, Man, and Primbon Atassadur Adammakna
an

Abstrak
iti

Artikel ini merupakan ringkasan dari penelitian kepustakaan terhadap kitab Primbon
Atassadhur Adammakna yang ditulis oleh Pangeran Tjakraningrat. Kitab primbon
l
ne

pada umumnya berisi ilmu petung atau ramalan, namun Kitab Primbon Atassadhur
Pe

Adammakna justru mengajarkan ilmu tasawuf. Kitab tersebut banyak dijadikan rujukan
oleh para penganut Islam Kejawen sebagai sumber ajaran hidup. Kajian terhadap Kitab
Primbon Atassadhur Adammakna ini menggunakan pendekatan analisis isi (content
ai

analysis) secara deskriptif analitis. Kandungan atau isi kitab primbon yang berkaitan
al

dengan tasawuf dideskripsikan secara rinci, kemudian dianalisis dengan pendekatan


B

tasawuf dan hermeneutika. Ajaran tasawuf yang terdapat dalam Kitab Primbon
Atassadhur Adammakna adalah Konsep Jumbuhing Kawula Gusti. Konsep tersebut
memiliki kesamaan dengan ajaran Ibnu Arabi (560-638 H) yang mengajarkan Wahdatul
Wujud dan juga ajaran Husain Abu Mansur al Hallaj (858-922 M) seorang sufi asal
Persia yang mengajarkan paham Ḥulūl atau yang popular dikenal dengan ajaran Ana al
Haq. Ajaran Jumbuhing Kawula Gusti merupakan ajaran Wihdat al wujud (menyatunya
manusia dengan Tuhan) yang sudah diolah secara kejawaan (Jawanisasi). Adapun laku
spiritual untuk mencapai Jumbuhing Kawula Gusti adalah dengan mengerjakan budi
luhur, mengendalikan hawa nafsu, dan senantiasa menjalankan Salat Daim.
Kata kunci: Jumbuhing Kawula Gusti, Tuhan, Manusia, Primbon Atassadur Adammakna

91
Jurnal “Analisa” Volume 21 Nomor 01 Juni 2014
halaman 91-103

Pendahuluan ajaran ibadah formal dalam Islam. Kedua suluk


Kepustakaan Islam Kejawen adalah salah tersebut membahas arti pentingnya salat bagi
satu kepustakaan Jawa yang memuat perpaduan seorang muslim. Salat bukan hanya menjalankan
antara tradisi Jawa dengan unsur-unsur ajaran kewajiban seorang hamba, tetapi dapat dijadikan
agama Islam. Kepustakaan ini menggunakan sebagai laku spiritual untuk mensucikan diri
tulisan (huruf) dan bahasa Jawa, sedangkan dalam rangka mencapai manunggal dengan Tuhan
isinya cenderung bernuansa mistik dan sedikit (Khalim, 2010:154). Hal yang sama diungkapkan
yang mengungkapkan permasalahan syariat oleh Hariwijaya, salat yang merupakan ibadah
Islam (Simuh, 1988:2). Kepustakaan Islam harian dalam kalangan orang Islam Kejawen

g
Kejawen memiliki peran penting dalam sejarah menjadi rukun agama yang sangat penting. Salat

an
penyebaran agama Islam di tanah Jawa dan tidak hanya sebatas rukun Islam dan media

ar
masuk kategori kepustakaan Islam. Meskipun membersihkan diri dari dosa, tetapi juga sebagai

m
sebagian kepustakaan Islam Kejawen kurang jalan mistik untuk mencapai manunggaling

Se
memperhatikan aspek syariat (yang berkaitan kawula Gusti (Hariwijaya 2004:228).
dengan hukum Islam dan fikih), akan tetapi Bagi masyarakat Jawa, hubungan manusia

a
m
banyak juga yang menjadi sumber ajaran hidup dengan Tuhan sering kali digambarkan

ga
bagi masyarakat Islam di Jawa. (Khalim, dengan berbagai istilah. Istilah yang paling
2010:4). Hal yang sama juga diungkapkan

A
popular adalah manunggaling kawula-Gusti,
oleh Hilman Hadikusuma, bahwa sebagian Jumbuhing kawula-Gusti, dan juga curiga
an
masyarakat Jawa yang merasa memiliki budaya manjing warangka-warangka manjing curiga.
ng

“adiluhung” dan mencoba melestarikan budaya Bersatunya antara jiwa dan raga sama dengan
ba

tersebut, menganggap bahwa ajaran-ajaran para bersatunya manusia dengan Sang Pencipta, ibarat
em

leluhur yang tertuang dalam naskah-naskah curigo manjing warongko- warongko manjing
klasik sebagai “kitab suci”. Hal ini dapat dilihat curigo. Tuhan telah menyatu dengan manusia
ng

dari pakem (pedoman) ajaran Islam Kejawen dan dan manusia telah menyatu dengan Tuhannya.
Pe

munculnya aliran-aliran kebatinan yang muncul Dengan kata lain telah terjadi manunggaling
pada era sesudahnya banyak yang bersumber kawulo-Gusti.
n

dari “kitab-kitab” (naskah klasik) karya sastra


da

Sumber ajaran Islam Kejawen pada umumnya


para pujangga keraton atau kalangan masyarakat
berasal dari karya sastra pujangga Jawa (pujangga
an

penganutnya (Hadikusuma, 1993:72).


kraton khususnya), yang memiliki nilai-nilai budi
iti

Kepustakaan Islam Kejawen pada umumnya luhur dan dikeramatkan. Meskipun demikian,
l
ne

banyak mengajarkan tentang mistik dan budi orang Kejawen tetap mempercayai al-Quran
pekerti luhur. Sebagaimana dijelaskan oleh sebagai sumber utama dari segala pengetahuan
Pe

Simuh, bahwa Wirid, Serat, dan Suluk memuat yang ada. Dalam praktek keagamaannya orang-
ai

ajaran-ajaran tentang mistik Islam (tasawuf), orang Islam Kejawen lebih banyak dipengaruhi
al

sedangkan primbon berisi ramalan, doa, mantra, oleh keyakinan, konsep-konsep, pandangan-
B

berbagai tradisi-ritual orang Jawa, dan sebagian pandangan, nilai-nilai budaya, dan norma-
kecil ajaran tentang syariat Islam (Simuh, norma yang berada dalam alam pikirannya
1988:3). Masalah ibadah mahdloh (formal) (Koentjaraningrat, 1984: 319).
seperti salat, puasa, zakat, dan haji juga tidak
Ajaran mistik yang menonjol dalam
lepas dari kajian secara mistis dalam perspketif
kepustakaan Islam Kejawen adalah konsep
budaya Jawa. Suluk Sajatining Salat dan Suluk
manunggaling kawula-Gusti atau Jumbuhing
Salat Sarengat Tarekat Kakekat Makripat
kawula-Gusti, yang dalam Islam dikenal dengan
karya Pangeran Sastrawijaya merupakan bentuk
wahdah al-wujud atau ittihad. Konsep ini
refleksi pemikiran pujangga Jawa terhadap
mengajarkan bahwa manusia bukan Tuhan,

92
Konsepsi Jumbuhing Kawula Gusti dalam Kepustakaan Islam Kejawen
Samidi Khalim

tetapi tidak lain dari Tuhan. Dalam tingkatan namun berbeda dengan Kitab Primbon
tertentu, manusia dapat mencapai penghayatan Atassadhur Adammakna ini, yang mengajarkan
ruhaniah tertinggi, derajat kasampurnan. ilmu batin (gaib) berdasarkan kitab-kitab tasawuf.
Konsep Manunggaling Kawulo-Gusti terdapat Kitab primbon tersebut mengandung berbagai
dalam berbagai kepustakaan Islam Kejawen: macam laku ritual (spiritual) masyarakat Jawa
Serat, Suluk atau Wirid. Konsep tersebut juga yang diwariskan secara turun temurun untuk
terdapat dalam Primbon. Pada umumnya meraih kasampurnan (makrifat). Kitab primbon
primbon dikenal masyarakat sebagai karya sastra tersebut sampai saat ini masih banyak dijumpai di
yang berisi ramalan, doa, mantra, dan berbagai masyarakat, dicetak berulangkali. Ajaran dalam

g
tradisi terkait aktivitas manusia. Akan tetapi, kitab primbon tersebut banyak yang menjadi

an
tidak demikian dengan Kitab Primbon Atassadur rujukan para penganut Islam Kejawen.

ar
Adammakna. Kitab ini berbeda dengan karena ia
Teknik Pengumpulan Data

m
juga membahas konsep Manunggaling Kawula

Se
Gusti yang diistilahkan dengan Jumbuhing Penelitian ini merupakan kajian pustaka
Kawula Gusti. (library research). Data utama penelitian ini

a
adalah Kitab Primbon Atassadhur Adammkana.

m
Kitab Primbon Atassadhur Adammakna
Kitab tersebut sudah dicetak berulangkali dan

ga
termasuk Kepustakaan Islam Kejawen yang
dipasarkan secara umum. Oleh karena itu, penulis

A
memuat berbagai macam ilmu gaib, mistik, dan
berupaya mendapatkan cetakan yang paling lama.
an
berbagai macam ritual kepercayaan masyarakat
Selain itu juga ditunjang dengan cetakan-cetakan
Jawa. Sebagaimana dijelaskan dalam purwaka
ng

yang lain. Pengumpulan data penulis lakukan


(kata pengantar)nya, kitab tersebut memuat
dengan mencari di toko-toko buku, pasar loak,
ba

ajaran ilmu kebatinan, ilmu hakekat (ilmu sejati),


perpustakaan, dan para pemilik kitab primbon di
em

tata cara yoga atau samadi, laku spiritual untuk


masyarakat.
menggapai ketenangan dan daya linuwih, serta
ng

berbagai macam doa dan mantra. Selain itu kitab Kajian pustaka sama seperti penelitian pada
Pe

primbon Atassadhur Adammakna tersebut umumnya, tidak didasarkan pada kepentingan


juga dicetak sampai beberapa kali, cap-capan pribadi, seperti ikatan tertentu dengan lokasi,
n

kaping 10 (cetakan ke-10) pada tahun 2008. keterbatasan atau ketersediaan dana. Namun
da

Hal ini membuktikan bahwa kitab primbon dalam penelitian pustaka ini tidak harus
an

tersebut masih banyak diminati dan digunakan menggunakan wawancara, observasi, daftar
iti

oleh masayarakat. Oleh karena itu, penulis pertanyaan, diskusi kelompok, dan sebagainya,
l

melakukan kajian terhadap Kitab Primbon termasuk analisis biografi (Ratna, 2010:196).
ne

Atassadhur Adammakna. Adapun masalah


Pe

pokok dalam penelitian ini yaitu bagaimana latar Analisis Data


belakang penulisan Kitab Primbon Atassadhur Penelitian literatur (library research)
ai

terhadap Kitab Primbon Atassadhur Adammakna


al

Adammakna, bagaimana konsep Jumbuhing


B

Kawula Gusti dalam dalam kitab primbon ini dilakukan secara deskriptif analitis. Langkah
tersebut, dan bagaimana laku ritual untuk pertama adalah melakukan klasifikasi ajaran
mencapai Jumbuhing Kawula Gusti. tasawuf yang ada di dalam kitab tersebut,
kemudian menganalisis konsepsi Jumbuhing
Metode Penelitian kawula-Gusti yang ada di dalamnya. Analisis
Obyek Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan tasawuf dan
Obyek utama dalam penelitian ini adalah hermeneutika, untuk mengungkapkan bagaimana
Kitab Primbon Atassadhur Adammakna. Kitab konsepsi Jumbuhing kawula-Gusti yang ada
primbon yang pada umumnya mengajarkan dalam Kitab Primbon Atassadhur Adammkana.
berbagai ramalan (petung), doa, dan mantra, Pendekatan dalam hal ini bukan teori, metode,

93
Jurnal “Analisa” Volume 21 Nomor 01 Juni 2014
halaman 91-103

atau teknik, tetapi dalam pendekatan terkandung dan ramalan. Sehingga ada sebagian umat Islam
teori, metode, teknik, instrument dan sebagainya yang sampai mengharamkannya.
(Ratna, 2010:45). Pendekatan atau approach
Kitab primbon muncul pada zaman
merupakan “cara mendekati” objek sehingga
keislaman, pada abad ke-16. Kitab primbon
karya budaya, dalam hal ini adalah Kitab Primbon
tertua adalah karya Sunan Bonang, yang berisi
Atassadhur Adammakna, sebagai sebuah
tentang berbagai ajaran atau wejangan Sunan
struktur makna dapat diungkapkan dengan jelas
Bonang. Primbon tersebut diteliti oleh Schrieke
(Rohrberger and Woods, Jr., 1971:3-15).
pada tahun 1916, yang kemudian dikenal dengan
Pendekatan tasawuf ini merupakan sudut Het Boek Van Bonang. Kitab primbon yang

g
pandang yang penulis anggap paling relevan dikenal sebagai kitab ramalan, kitab berisi klenik,

an
sesuai dengan tujuan penelitian. Adapun metode mistik, takhayul, atau bahkan menyimpang dari

ar
untuk memahami laku spiritual tersebut adalah: akidah agama (Islam), tidak sepenuhnya benar.

m
berusaha menelaah Kitab Primbon Atassadhur Masih ada juga kitab primbon yang masih

Se
Adammakna sebagai satu kesatuan ajaran yang memperhatikan nilai-nilai agama, diantaranya
utuh; memahami dan menganalisis pokok-pokok adalah kitab Primbon Atassadhur Adammakna.

a
m
ajaran tentang Konsepsi Jumbuhing kawula- Kitab primbon ini ditulis pada masa Islam sudah

ga
Gusti yang terkandung di dalamnya; dan berusaha menjadi agama mayoritas dan menjadi agama

A
untuk memahami konsep-konsep tasawuf dalam resmi kerajaan, Yogyakarta Hadiningrat.
an
pemahaman dan kerangka pikir Islam Kejawen.
Kitab Primbon Atassadhur Adammakna
ng

Kitab Primbon sebagai sebuah karya sastra merupakan karya Pangeran Harya Tjakaraningrat
dapat dianalisis secara langsung, sebab karya atau Patih Danuredjo VI, sewaktu masih aktif
ba

itulah yang dianggap sebagai masyarakat. di kasultanan Yogayakarta. Kitab primbon ini
em

Menganalisis sebuah karya sastra sifatnya adalah sebenarnya merupakan piwulang (ajaran) yang
mandiri atau otonom, semata-mata melalui disampaikan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono
ng

unsur-unsur yang membangunnya (analisis V (1822-1855), sebagai orang yang waskitha


Pe

mikroskopis). Menurut I Nyoman Kutha Ratna, (memiliki mata batin yang tajam). Keterangan
tentang penulisan kitab Primbon Atassadhur
n

menganalisis karya sastra dari aspek-aspek luar


da

merupakan suatu kekeliruan, sebab karya sastra Adammakna ini dijelaskan dalam Maha Sandhi
bersifat otonom (Ratna, 2010:198). Wara Darma, sebagai berikut:
an

“Babaraning piwulang Dalem Ngarsa Dalem


iti

Hasil dan Pembahasan Sampeyan Dalem Ingkang Sinuwun Kanjeng


l
ne

Konsep Jumbuhing Kawula lan Gusti dalam Sultan Hamengku Buwono ing Ngayogyakarta
Kitab Primbon Atassadhur Adammakna Hadiningrat, kawedaraken lumantaring Dhawuh
Pe

Penulisan Kitab Primbon Atassadhur Adammakna Timbalan Dalem Ingkang Sinuwun Kanjeng
Sultan Ingkang Jumeneng kaping V, ingkang
ai

Primbon menurut Ensiklopedi Umum (1986) awit kawaskithan Dalem, lajeng kawrat ing Kitab
al

adalah kitab atau daftar perhitungan nujum, Adammakna dening Kanjeng Pangeran Harya
B

Tjakraningrat”.
antara lain memuat perhitungan hari-hari yang
baik dan yang buruk untuk mengerjakan sesuatu. Artinya:
Buku perhitungan semacam ini ada di seluruh “Uraian tentang ajaran luhur Ingkang Sinuhun
Kanjeng Sultan Hamengku Buwono di Yogyakarta
daerah di Indonesia. Sedangkan Poerwadarminta
Hadiningrat. Ditulis berdasarkan perintah Sri
dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (1976) Sultan yang ke-5 (HB V), karena kawaskitan
menyebut primbon sebagai kitab yang berisi beliau, kemudian ditulislah dalam Kitab
ramalan dan perhitungan hari naas atau sial. Dua Adammakna oleh Pangeran Tjakaraningrat”.
pengertian tersebut memberikan kesan bahwa
Keterangan tentang Pangeran Harya
primbon penuh dengan nuansa tahayul, nujum
Tjakraningrat juga terdapat dalam kitab-

94
Konsepsi Jumbuhing Kawula Gusti dalam Kepustakaan Islam Kejawen
Samidi Khalim

kitab primbon lainnya, seperti Kitab Primbon ajaran-ajaran luhur Sri Sultan Hamengku
Lukmanakim Adammakna, Primbon Bowono V memiliki alasan tersendiri. Reproduksi
Bektijammal Adammakna, dan Primbon terhadap pemikiran atau ajaran Sri Sultan
Betaljemur Adammakna. Keterangan tentang Hamengku Buwono V merupakan upaya untuk
kapan lahir dan wafatnya Pangeran Tjakraningrat membangun wibawa istana atau kerajaan. Pada
tidak penulis temukan secara pasti, yang jelas masa pemerintahan HB V, penyaduran, penulisan
beliau adalah patih pada masa pemerintahan atau penyalinan naskah sangat banyak, mencapai
Sultan Hamengku Buwono VI (1821-1877) dan VII ratusan. Produktivitas naskah pada masa HB
(1839-1921). Nama Pangeran Harya Tjakraningrat V mencapai puncaknya pada tahun 1846-1855

g
ini diberikan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono (Riyadi, 2002:37). Naskah yang diproduksi pada

an
VII sebagai penghormatan kepada beliau setelah masa pemerintahan HB V, baik karya beliau

ar
purna tugas menjabat patih di kasultanan maupun atas prakarsanya, tercatat ada 121

m
Yogyakarta. Pada waktu masih menjabat sebagai naskah (Behrend, 1993:416). Naskah-naskah

Se
patih, beliau dikenal dengan Raden Adipati Harya tersebut sampai sekarang masih tersimpan di
Danureja VI1. Gelar penghormatan diberikan Museum Widya Budaya Kraton Yogyakarta.

a
kepada Patih Danuredja VI karena perjuangan Selain naskah yang diproduksi pada masa HB V

m
dan kesetiaannya kepada rajanya, setelah usia juga terdapat naskah-naskah hasil karya pada

ga
tua beliau mengundurkan diri dan kemudian masa pemerintahan Sultan HB IX.

A
diberikanlah gelar kepangeran tersebut.
an
Kitab primbon sebagai hasil karya sastra
Pangeran Tjakraningrat adalah cucu dari Sri tidak lepas dari peran kraton dan para pekerja
ng

Sultan Hamengku Buwono IV (1804-1823) dari sastra. Menurut Slamet Riyadi (2002:64), para
ba

putranya BRAy. Danurejo IV, yang dikarunia pekerja sastra di kraton Yogyakarya berasal dari
em

usia panjang (Soemadidjojo, 2013: iii). Pangeran status sosial yang bervariasi, ada yang berasal dari
Tjakraningrat mengabdikan diri pada masa abdi dalem kerajaan, sentana dalem (keluarga
ng

pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono VI, kerajaan), putra mahkota, dan raja sendiri.
Pe

yang juga putra Sri Sultan Hamengku Buwono Demikian juga dengan Pangeran Tjakraningrat,
IV. Pada masa pemerintahan Sultan Hamengku yang merupakan patih atau masih termasuk
n

Buwono VI situasi politik sudah cukup kondusif. sentana dalem, melakukan penulisan kitab
da

VOC mampu mengendalikan kekuasaan di primbon Atassadhur Adammakna atas titah


an

daerah pesisir, sehingga tidak lagi menggunakan rajanya.


iti

kekuatan militer untuk mengatasi berbagai


Pada tahun 1990-an (tahun Alip Windu
l

permasalahan sosial dan politik (Ricklefs


ne

Sancaya) dilakukan penulisan ulang kitab-kitab


dalam Dwiyanto, 2009:308). Di sisi lain, kaum
primbon yang ada oleh Penerbit Soemowidjojo
Pe

bangsawan di Jawa, baik di Surakarta maupun


Maha Dewa Yogyakarta dengan cara yang lebih
Yogyakarta, tidak leluasa dalam berpolitik
ai

modern. Tujuan penerbitan tersebut untuk dicetak


al

sehingga mereka mengalihkan perhatian pada


dan dipasarkan lebih luas agar berguna bagi
B

dunia sastra budaya, terutama sastra impor yang


masyarakat. Hal ini diprakarsai oleh canggah2
bercorak Islam (Dwiyanto, 2009:308).
Pangeran Tjakraningrat, yaitu Ir. Wibatsu
Penulisan Kitab Primbon Atassadhur Harianto Soembogo (RW Radya Soembogo) atas
Adammakna yang merupakan pemikiran atau ijin dari pewaris buku-buku Tjakraningratan,

1
Keterangan tentang Patih Danuredja VI atau Pangeran Tjakraningrat ini terdapat pada setiap
bubuka (pengantar kitab primbon Adammakna).
2
Canggah adalah cucu dari cucu atau keturunan yang keempat (anak, cucu, buyut, canggah).

95
Jurnal “Analisa” Volume 21 Nomor 01 Juni 2014
halaman 91-103

yaitu Ibu Siti Woerdjan Soemadijah Noeradyo. terjemah bebas penulis):


Sebagai seorang patih dan juga seorang “inilah petunjuk yang nyata, menjabarkan
pujangga, Pangeran Tjakraningrat atau Patih tentang pengetahuan dan maqamat tentang
Kasampurnan (hakekat), berasal dari ajaran para
Danuredjo tentunya tidak dapat lepas dari
ulama di tanah Jawa, yang bersedia mengajarkan
kepentingan politik kerajaan dalam menulis karya ilmu hakekat yang sesungguhnya, diambil dari
sastra. Karya-karya Patih Danuredjo VI ini lebih kitab-kitab tasawuf. Penjabaran ajaran tersebut
banyak ketika beliau purna tugas dari kepatihan. tumbuh dari kejernihan hati, petunjuk ilham
dari Tuhan, yang kemudian menjabarkan firman
Setelah lengser dari kepatihan, Pangeran
Tuhan kepada Nabi Musa Kalamullah, yang
Tjakraningrat lebih banyak menghabiskan maksudnya demikian: “sesungguhnya manusia

g
waktunya dalam berkarya sebagai seorang itu adalah wujud nyata Tuhan, dan Tuhan itu

an
pujangga kraton (sentana dalem). hanya ada satu” (PAA, hlm.14).

ar
Konsep Jumbuhing Kawula Gusti (JKG)

m
Konsep Jumbuhing Kawula Gusti
merupakan ajaran khas Islam Kejawen. Ajaran

Se
Konsepsi Jumbuhing Kawula Gusti dapat
tersebut tidak lepas dari kepercayaan dan sikap
digolongkan ke dalam mistik pada umumnya

a
hidup masyarakat Jawa yang cenderung mistis,

m
dan sama dengan paham wihdatul-wujud dalam
berpangkal pada dunia batin. Konsep JKG

ga
ajaran Sufi. Mistisisme di dalam Islam disebut
merupakan upaya manusia dalam mencapai
dengan tasawuf, oleh orientalis Barat disebut

A
keselarasan hubungan alam nyata dan alam gaib,
sufisme atau Islamic Mysticisme. Oleh sebab
an
antara manusia dan Tuhan. Tuhan dalam kitab
itu pantaslah jika Simuh menyebut konsep
ng

Primbon Aatassadhur Adammakna disebut


Jumbuhing Kawula Gusti atau Manunggaling
dengan “Pangeran”. Istilah pangeran bukan
ba

Kawula Gusti ini sebagai Sufisme Jawa (Simuh,


berarti gelar kaum bangsawan di Jawa, meskipun
2004). Ajaran Jumbuhing Kawula Gusti ini
em

memiliki makna konotasi yang hampir sama.


banyak terdapat dalam karya-karya sastra mistis
Kata pangeran ini berasal dari kata ngenger
ng

Jawa, seperti dalam beberapa karya R. Ng.


(kata sifat) yang memiliki arti nderek, ngawula
Pe

Ronggowarsito yang dianggap sebagai “bapak


atau mengabdi. Kata tersebut menjadi kata
kebatinan” (Shihab, 2009:239).
benda dengan mendapat imbuhan “pa + an”
n
da

Kitab Primbon Atassadhur Adammakna yang kemudian menjadi pa + ngenger + an, yang
menguraikan ajaran Jumbuhing Kawula Gusti berarti tempat ngawula atau mengabdi. Istilah
an

pada bagian awal, dengan menjabarkan Wirid pangeran ini memiliki dua makna secara teologis
iti

Maklumat Jati Wedharing Ilmu Kebatosan. dan sosiologis. Secara teologis digunakan untuk
l

Wirid Maklumat Jati merupakan ajaran tentang


ne

menyebut Tuhan, sebagai pusat pengabdian


kebatinan yang terdiri dari delapan tingkatan. atau pemujaan, dan secara sosiologis digunakan
Pe

Pembuka wejangan atau ajaran wolung untuk menyebut orang-orang yang memiliki
ai

wiwiridan (delapan wirid) menggunakan bahasa derajat bangsawan kraton (istana). Dengan
al

Sansekerta yang digunakan oleh umat Hindu. demikian, istilah pangeran menunjukkan
B

Setelah pembukaan, maka diuraikan ajaran tempat pengabdian atau ngawula yang memiliki
Wirid Wirayat Jati. Ajaran Wirayat Jati ini perbedaan dimensi. Satu sisi untuk pengabdian
mengajarkan tentang ilmu kasampurnan yang yang berorientasi akhirat (hablun min-Allah),
diajarkan oleh para ulama yang bersumber dan sisi lain pengabdian pada manusia di dunia
dari kitab-kitab tasawuf. Ajaran tasawuf yang (hablun min an-naas).
dimaksud bersumber pada firman Allah SWT
Dating Pangeran (Dat Tuhan) merupakan
kepada Nabi Musa Kalamullah: “sesungguhnya
asal mula kehidupan, yang menciptakan segala
manusia itu adalah wujud nyata Tuhan, dan Tuhan
yang maujud di alam semesta ini. Penciptaan alam
itu hanya ada satu”. Sebagaimana disebutkan
semesta ini dalam konsep Islam Kejawen disebut
dalam Primbon Atassadhur Adammakna (dalam

96
Konsepsi Jumbuhing Kawula Gusti dalam Kepustakaan Islam Kejawen
Samidi Khalim

dengan Sangkan Paraning Dumadi. Proses berhati-hati. Hemat dan cermat yang menjadi asal
penciptaan alam yang merupakan af’al Tuhan mula kehidupan, jangan sampai dikesampingkan
dalam hidup ini. Demikianlah cirri orang mukmin
ini diawali dari kekosongan atau yang disebut yang sudah khas, dapat diumpamakan : tidak
dengan awang-uwung, Hariwijaya menyebutnya susah ketika ditimpa kemiskinan, tidak kawatir
teori langit kosong (Hariwijaya, 2006:76). Teori kelaparan, tidak berduka ketika ditimpa sakit,
penciptaan alam yang disebut awang-uwung ini tidak takut akan datangnya kematian. Tetapi
bagi orang yang masih awam, harus melakukan
mengatakan bahwa sebelum ada apa-apa, alam ikhtiar yang dapat mendatangkan kebahagiaan
semesta ini masih awang-uwung. Langit atau dan kesejahteraan hidup” (PAA, hlm.31).
alam ini masih hampa, tidak ada kehidupan
Pada Wirid Wirayat Jati diajarkan tentang

g
sama sekali, yang ada hanya Dat Hidup, yaitu

an
suatu energi yang anglimputi (memenuhi) hakekat Tuhan yang berupa wejangan 8 pangkat,
menguraikan tentang siapa Tuhan pencipta dan

ar
seluruh ruang kosong (awang-uwung) tersebut.
pengatur alam yang sebenarnya. Kedelapan

m
Dat Tuhan kemudian berkehendak agar tidak
wejangan ini merupakan rangkaian yang integral,

Se
terjadi kekosongan, mengejawantah mencipta
diri membentuk benda-benda fisik yang memiliki untuk mencapai derajat Jumbuhing Kawula

a
dimensi ruang dan waktu. Proses mencipta diri ini Gusti. Adapun delapan wejangan tersebut adalah

m
merupakan hal yang paling mungkin, karena tidak (PAA, hlm.14-20):

ga
mungkin menciptakan sesuatu dengan barang 1. Wejangan pertama disebut dengan pitedahan

A
atau benda lain di alam kosong; ibarat amuba wahananing Pangeran. Ajaran ini didasarkan
an
membelah diri untuk melakukan regenerasi, pada firman Allah SWT kepada Nabi
ng

menciptakan makhluk lain yang serupa dengan Muhammad saw: “bahwa sesungguhnya tidak
ba

dirinya. Dat Hidup yang meliputi alam semesta ada apa-apa, ketika masih awang-uwung
ini dapat melakukan pengejawantahan kapan (kosong) belum ada sesuatu, yang ada pertama
em

saja dan di mana saja sesuai kehendak-Nya. Hal adalah Aku. Tidak ada Tuhan kecuali Aku yang
ng

inilah yang kemudian dikenal dengan Tuhan Yang Maha Hidup lebih Suci, menyertai nama dan
Maha Esa, dalam Ismal Kejawen disebut dengan perbuatan-Ku (dat, sifat, asma, dan af’al)
Pe

Sangkan Paraning Dumadi, asal muasal dan


2. Wejangan kedua disebut dengan Pambuka
n

tujuan segala penciptaan (Adiwardoyo, 2001:14).


da

Kahananing Pangeran. Wejangan ini


Kitab Primbon Atassadhur Adammakna mengajarkan bahwa hakekat hidup manusia
an

mengajarkan konsep awang-uwung atau itu terdiri dari 7 (tujuh) perkara, sesuai dengan
iti

sangkan paraning dumadi dalam Wirid firman Allah SWT kepada Nabi Muhammad
l

Karana Jati. Wirid ini menjelaskan tentang saw. Firman Allah SWT tersebut adalah
ne

hakekat Dat Tuhan yang Mahasuci dan serba sebagai berikut: “sesungguhnya Aku adalah
Pe

gaib. Sebagaimana disebutkan dalam Primbon Tuhan, yang berkuasa menciptakan segala
Atassadhur Adammakna sebagai berikut (dalam
ai

sesuatu tercipta seketika berdasar kehendak


al

terjemah bebas penulis): dan ketentuan-Ku, di sana terdapat tanda-


B

“ketika belum ada apa-apa, keadaan alam raya tanda wujud kehendak dan perbuatan-Ku”.
dan alam lahir beserta segala isinya belum ada 3. Wejangan ketiga disebut dengan Gegelaran
apa-apa, yang ada hanyalah Dat Yang Mahasuci.
Hakekat Dat Yang Mahasuci itu bersifat Esa, Kahananing Pangeran. Pada bagian ini
ibaratnya adalah dat Mutlak Qadim Ajali abadi. diajarkan tentang hakekat dan kehendak
Artinya bersifat tunggal, yang pasti ada terlebih Tuhan, yang menunjukkan keadaan dan
dahulu ketika masih awang-uwung (hampa). kekuasaan-Nya ketika manusia menemui
Selamanya keadaan diri peribadi kita berada di
dalam nukad gaib, yang langgeng berada di dalam ajalnya.
hidup kita, sejatinya hidup ini. Inilah tajalli-nya 4. Wejangan keempat disebut dengan
Dat Tuhan Yang Mahasuci, maka wajib bagi kita
untuk bisa menjaga hidup pribadi kita, dengan Kayektening Pangeran, yaitu petunjuk

97
Jurnal “Analisa” Volume 21 Nomor 01 Juni 2014
halaman 91-103

keadaan kraton (singgasana) yang berada di mengabulkan permintaan hamba-Nya yang


otak manusia, sebagai bukti bahwa manusia meminta. Oleh kaum sufi ayat tersebut sering
adalah makhluk yang paling sempurna. diartikan bahwa Tuhan mengabulkan semua
orang yang ingin dekat pada-Nya. “Timur dan
5. Wejangan kelima disebut dengan
Barat adalah kepunyaan Tuhan. Ke mana saja
Kanyatahaning Wahananing Pangeran. Pada
kamu berpaling demikian ayat ini, manusia akan
wejangan ini dijelaskan tentang kedudukan
berjumpa dengan Tuhan”. Begitu dekatnya jarak
atau singgasana (kursiy) yang berada di dalam
antara manusia dengan Tuhan juga digambarkan
jantung manusia.
dalam Al Qur’an: “Telah Kami ciptakan
6. Wejangan keenam disebut dengan Kayekten

g
manusia dan Kami tahu apa yang dibisikan

an
Kahananing Pangeran, yang menguraikan dirinya kepadanya. Kami lebih dekat kepada
tentang tata kedudukan (singgasana) yang

ar
manusia daripada pembuluh darah yang ada
berada di kemaluan laki-laki.

m
di lehernya.”(Q.S. Qaaf:16). Ayat tersebut jelas

Se
7. Wejangan ketujuh disebut dengan Panetepan memberikan keterangan tentang Tuhan yang
Santosaning Pangandel. Ajaran ini bersumber berada di dalam diri manusia, bukan di luar diri

a
manusia.

m
dari kalimat syahadat, yang membuat kuat

ga
keyakinan kita ketika hakekat hidup pribadi Kitab Primbon Atassadhur Adammakna
kita telah merasuk (jumbuh) dengan Tuhan.

A
memberikan penjelasan tentang hakekat
an
8. Wejangan kedelapan disebut dengan Paseksen. Tuhan, Maha Suci dan Maha Gaib. Sifat Tuhan
Bagian ini meyakinkan kepada sanak saudara digambarkan tidak memiliki rupa dan warna,
ng

semua (manusia) bahwa segala sesuatu yang bukan laki-laki, bukan perempuan, dan juga
ba

ada di alam ini seperti bumi, langit, matahari, bukan banci. Tuhan tidak terikat oleh waktu dan
em

bintang, api, angin, air, dan lain sebagainya, tempat, tidak dapat dilihat dan diraba, hanya hati
semuanya menyaksikan jika kita sudah yang waskita yang mampu merasakan kehadiran
ng

menyatu dengan Tuhan. Tuhan (PAA, hlm.31).


Pe

Delapan pangkat (maqamat) dalam Wirayat Meskipun Tuhan bersifat Maha Gaib dan Suci,
n

Jati tersebut, menunjukkan adanya pemahaman namun wujud Tuhan di dunia ini dapat dilihat
da

bahwa manifestasi Tuhan itu ada dalam diri secara nyata dari wujud manusia yang berada di
pribadi manusia (anthroposentris). Manusia dalam Nukad Gaib. Manusia merupakan Tajalli
an

dan Tuhan seakan-akan adalah satu. Manusia Tuhan yang Maha Suci, maka manusia harus
iti

sebagai bukti wujud Tuhan di alam semesta menjaga hidup pribadinya dengan hati-hati.
l
ne

ini. Ajaran Islam yang menyatakan tentang Gemi nastiti (hemat dan cermat) merupakan
asal mula kehidupan, jangan sampai diabaikan
Pe

kedekatan hubungan manusia dan Tuhan juga


dijelaskan dalam al-Qur’an. Diantara ayat-ayat dalam kehidupan seorang mukmin yang khas.
ai

yang menyebutkan bahwa manusia dekat sekali Jika seseorang mencapai derajat mukmin khas,
al

dengan Tuhan adalah dalam Surat Al Baqarah maka dia akan memiliki sifat: tidak susah jika
B

ayat 186: “Apabila hamba-hamba-Ku bertanya hidup miskin, tidak menderita jika lapar, tidak
kepada engkau tentang Aku (Allah), maka mengeluh jika sedang sakit, dan tidak takut akan
sesungguhnya Aku adalah yang dekat, yang datangnya ajal. Tetapi bagi orang mukmin yang
memperkenankan permintaan orang apabila ia masih awam, maka wajib bagi dia untuk ihtiyar
meminta kepada-Ku. Oleh karena itu hendaklah agar hidupnya santosa. Hal ini sebagaimana
mereka patuh dan percaya kepada-Ku agar dijelaskan dalam Wirid Karana Jati (PAA,
mereka selalu berada dalam kebenaran”. hlm.31):

Ayat tersebut memberikan penjelasan “….sajatining dat kang Mahasuci iku kang asipat
hesa, kabasakaken dat mutlak kadim ajali abadi,
bahwa Allah sangat dekat dengan manusia dan

98
Konsepsi Jumbuhing Kawula Gusti dalam Kepustakaan Islam Kejawen
Samidi Khalim

tegese asipat siji, kang mesthi dhihin dewe, keenam warana yang lainnya, sehingga manusia
rikala ijih awang – uwung, salawase kahanan dapat bergerak dan menuruti kehendak panca
kita yaiku jumeneng pribadi ana ing sajroning
nukad gaib. Kang langgeng dumunung ing urip
indranya. Aktifitas atau perbuatan melihat,
kita, kayaktene yaiku urip kita. Iki tajalining mencium, berbicara, merasa, bernafas, semuanya
dat kang Mahasuci sajati, mulane wajib padha adalah menuruti keinginan atau kehendak
bisaa rumeksa marang urip kita pribadi, Tuhan yang bersemayam di dalam diri manusia.
marga saka ngati- ati. Gemi nastiti kang dadi
sangkaning panguripan, aywa nganti kapiran
Kayu sifatnya menyatu dengan kahananing
nora jumeneng ing uripe, pahe kang wus tinitah Dat, sehingga diberikan kekuasaan untuk
mukmin kas, kareksa ing babasan: nora susah menghidupkan cahya, rahsa, suksma, napsu,
manawa nandhang kamlaratan, nora uwas yen

g
budi, badan seluruhnya, dan merambah dari awal

an
kaluwen, nora maras yen lagi ginanjar lara,
nora miris tekaning pati. Manawa taksih tinitah
hingga akhir. Proses tajalli (pengejawantahan)

ar
kawula ngam, kudu tumindak ihtiyar, kang Tuhan di dunia ini melalui wujud manusia. Dzat

m
andadekake kasantosaning urip”. Tuhan merupakan asal mula kehidupan yang

Se
menguasai segala rangkaian kehidupan. Segala
Orang mukmin khas adalah orang yang
af’al atau perbuatan Allah SWT tercermin dalam

a
mengenal Tuhan dengan baik. Orang yang mampu
perilaku manusia yang sudah mencapai derajat

m
mengenal diri pribadinya akan menemukan
Jumbuh atau manunggal.

ga
hakekat Tuhan, mencapai Jumbuhing Kawula

A
Gusti. Untuk mencapai derajat itu dibutuhkan Kitab Primbon Atassadhur Adammakna
an
ngelmu dan laku khusus, untuk menemukan memberikan gambaran tentang bagaimana
hakekat Tuhan di dalam dirinya sendiri. Adapun Tuhan mengejawantah. Dat memberikan daya
ng

tanda-tanda orang yang sudah mencapai derajat pada Kayu, artinya Dat merupakan asal mula
ba

jumbuh dapat dilihat dari tingkah lakunya (solah kehidupan yang berupa waskita, yang kemudian
em

bawa) yang mencerminkan kehendak Tuhan. disebut dengan Mahasuci. Kayu menguasai Nur,
Di dalam Primbon Atassadhur Adammakna artinya hidup ini merupakan pancaran cahaya
ng

dijelaskan bahwa hakekatnya Tuhan merasuk yang mewujudkan Wisesa yang kemudian disebut
Pe

(jumbuh) dalam diri manusia itu melalui 7 (tujuh) dengan Mahamulya. Nur menguasai Sir, artinya
warana (media) yang saling berkaitan antara cahaya tersebut mengandung hidupnya Rahsa,
n

mewujudkan kuasa yang kemudian disebut


da

yang satu dengan yang lain. Adapun warana


tersebut dijelaskan dalam Primbon Atassadhur dengan Mahawisesa. Sir menguasai Ruh, artinya
an

Adammakna (hlm.26) sebagai berikut: Rahsa tersebut mengandung hidupnya Suksma,


iti

mewujudkan Cipta yang kemudian disebut dengan


(1) Kayu, sajatining gesang kita (hakekat hidup
l

Mahakuasa. Ruh menguasai Nafsu, artinya


ne

manusia); (2) Nur (cahya atau cahaya); (3) Sir


(rahsa; rasa); (4) Ruh (nyawa; suksma; herah); Suksma tersebut mengandung hidupnya Nafsu,
Pe

(5) Napsu (angen-angen); (6) Ngakal (budi); dan berwujud esti yang kemudian disebut dengan
(7) Jasad (badan) Mahaluhur. Nafsu menguasai Akal, artinya nafsu
ai
al

Dari ketujuh derajat warananing Pangeran, tersebut mengandung hidupnya Budi, berupa
B

yang berupa tujuh kenyataan tersebut dapat keinginan, kemudian disebut dengan Mahaagung.
diringkas menjadi 3 (tiga) hal, yaitu: (1) Suksma, Akal menguasai Jasad, artinya Budi tersebut
yang berarti moksa (jamaning kemukswan); (2) mengandung hidupnya Badan, berupa nyawa,
Rahsa, yang berarti pada saat tidur (jamaning yang kemudian disebut dengan Mahayekti. Jasad
supena); dan (3) Budi, yang berarti pada saat hanya menjalani Pancadriya (panca indra),
terjaga (jamaning dunya) artinya badan tersebut sekedar menjalankan
apa yang menjadi keinginan Pancadriya (panca
Kayu artinya hidup, menyatu dengan indra), berupa tingkah laku manusia yang disebut
kahananing (keadaan) Dat. Kayu (hayyu:Arab) Allah Ta’ala (PAA, hlm.32-33).
merupakan asal mula kehidupan yang meliputi

99
Jurnal “Analisa” Volume 21 Nomor 01 Juni 2014
halaman 91-103

Jasad manusia merupakan wujud nyata dari mutih milang kepel; dan Laku melek. Semua
pengejawantahan Allah SWT di dunia ini. Tingkah orang yang hendak menjalani puasa harus
laku dan perbuatan manusia tidak lepas dari af’al- membersihkan badan lahir dan batin. Adapun
Nya, dengan kata lain “cermin perbuatan” Allah yang dimaksud mensucikan badan yaitu
SWT itu sendiri. Jasad dikuasai oleh akal, artinya dengan mandi kramas, dan yang dimaksud
gerak atau perbuatan yang dilakukan oleh badan mensucikan batin dengan mengurangi atau
(jasad) manusia dikarenakan oleh keinginan budi. mengendalikan hawa nafsu. Badan wadag
Kehendak budi yang dikerjakan oleh jasad ini merupakan tempat bersemayamnya budi,
menjadi tanda adanya Hyang Mahayekti, karena nafsu, karsa, suksma, rahsa, cipta, kawasa

g
badan merupakan tanda dari af’alnya budi. Oleh dan wisesa. Oleh sebab itu badan wadag harus

an
karena itu, jasad merupakan wujud nyata manusia mampu mengendalikan segala macam godaan

ar
yang juga memiliki sifat-sifat ketuhanan. Konsep nafsu, memiliki budi pekerti rila (ikhlas),

m
tersebut senada dengan ajaran Ibnu Arabi (560- legawa (qana’ah), menerima, temen bener

Se
638 H) yang mengajarkan Wahdatul Wujud dan (berlaku jujur), susila dan utami.
juga Husain Abu Mansur al Hallaj (858-922 M)
b. Berbudi Luhur. Selain mengendalikan hawa

a
seorang sufi asal Persia yang mengajarkan paham

m
nafsu dengan cara puasa, seseorang yang
Ḥulūl atau yang popular dikenal dengan ajaran

ga
hendak mencapai Jumbuh hendaknya juga
Ana al Haq (Saya adalah yang Maha Benar/

A
harus menjalani tujuh laku utama. Hal ini
Haq). Menurut Al Hallaj, Tuhan mempunyai
sebagaimana dijelaskan dalam Primbon
an
sifat al Lahūt (ketuhanan) dan juga sifat an
Atassadhur Adammakna halaman: 21-22,
ng

Nasūt (kemanusiaan) sama seperti manusia.


yaitu: (1) Jangan ceroboh, tapi harus senantiasa
ba

Apabila manusia mampu menghilangkan sifat-


menjaga kesucian; (2) Jangan gemar makan,
sifat an Nasūt dengan fana’, maka yang tinggal
em

tapi makanlah jika perut sudah merasa lapar


hanya sifat-sifat ketuhanan dalam dirinya.
saja; (3) Jangan banyak minum, tapi minumlah
ng

Dalam kondisi (maqam) inilah kemudian Tuhan


jika sudah merasa haus saja; (4) Jangan banyak
mengambil tempat dalam dirinya, dan pada saat
Pe

tidur, tapi tidurlah jika mata sudah merasa


itu Roh Tuhan dan roh manusia bersatu dalam
ngantuk saja; (5) Jangan banyak bicara, tapi
n

tubuh manusia (Darori, 2011:82).


bicaralah seperlunya saja; (6) Jangan banyak
da

Laku Spiritual untuk Mencapai Jumbuhing melakukan senggama, lakukanlah jika sudah
an

Kawula Gusti kangen sekali; (7) Jangan terlalu berbahagia


iti

di hati, walaupun sedang mendapatkan


Kitab Primbon Atassadhur Adammkna
l

keuntungan, meskipun sedang bergembira


ne

memberikan tuntunan tentang bagaimana cara


jangan sampai meninggalkan kebajikan.
mencapai jumbuh. Orang yang ingin mencapai
Pe

derajat Jumbuhing Kawula Gusti harus c. Salat Daim. Ujung perjalanan ruhaniah atau
ai

menjalani laku spiritual tertentu. Adapun laku batin dalam Islam Kejawen adalah Jumbuh
al

spiritual tersebut yaitu: mencegah keinginan atau manunggal. Tujuan tersebut dapat
B

nafsu, berbudi luhur, samadi, dan melakukan ditempuh dengan mengerjakan Salat Daim,
manekung. Mencegah hawa nafsu atau keinginan yang merupakan laku Samadhi seorang
duniawi merupakan laku pertama yang harus kawulo. Salat Daim ini diajarkan bersama
dipenuhi, yaitu dengan menjalani puasa. dengan salat lima waktu dan rukun Islam
yang lain. Adapun tatacara menjalankan Salat
a. Ngèkèr (menahan) Hawa Nafsu. Cara
Daim yaitu dengan menjaga keluar masuknya
mengendalikan hawa nafsu adalah dengan
nafas. Ketika nafas masuk: menarik nafas dari
cara berpuasa. Ada beberapa jenis puasa dalam
pusar sampai ke ujung otak atau ubun-ubun
Kitab Primbon Atassadhur Adammakna, yaitu
dengan hitungan tertentu, sambil membaca
: Pati geni; Nglowong; Ngebleng; Mutih; Laku

100
Konsepsi Jumbuhing Kawula Gusti dalam Kepustakaan Islam Kejawen
Samidi Khalim

“Hu” dalam hati. Ketika nafas keluar membaca 27-28).


“Ya”, bersamaan keluarnya nafas dari ubun-
Manekung harus dilakukan secara rutin
ubun sampai ke pusar. Naik turunnya nafas
dan terus menerus, baik pada waktu siang
tersebut melebihi dada dan cethak (langit-
maupun malam hari. Pengaturan nafas ini
langit mulut), sehingga disebut dengan
sama seperti salat daim atau salat batin, yaitu
Sastracetha. Cetha artinya adalah tempatnya
salatnya suksma atau salatnya nyawa. Manekung
kawruh (pengetahuan), cetha berasal dari
ini dapat dilakukan minimal sekali dalam satu
tebalnya suara di cethak (langit-langit mulut).
bulan, apalagi pada waktu yang mustajabah.
Dengan demikian Sastracetha ini merupakan
Adapun waktu yang mustajabah menurut Kitab

g
akibat dari membaca dua mantra sastra secara
Primbon Atassadhur Adammakna terdapat

an
batin, yaitu: “Hu – Ya”. Keluarnya suara di
pada waktu malam Lailatul Qadar, yaitu: tanggal

ar
dalam batin tersebut melalui daya kekuatan
9 Suro (Muharram); 12 Mulud (Rabi’ul Awal); 27

m
cethak (langit-langit). Bacaan 2 (dua)
Rejeb (Rajab); 15 Ruwah (Sya’ban); pada tanggal

Se
mantra sastra (“Hu – Ya”) ini dalam ajaran
21,23,25,27,29 bulan Ramadhan, dan juga tanggal
Naqsyabandiyah diganti dengan bacaannya
8 dan 9 Besar (Dzulhijjah).

a
dengan : “Hu – Allah”. Cara mengamalkannya

m
sama menggunakan pengaturan nafas juga. Selain waktu-waktu tersebut, salat daim

ga
Adapun tatacara wirid tersebut dalam ajaran dan Manekung hendaknya juga dilakukan pada

A
Syatariah menggunakan bacaan: La Ilaha waktu menjelang tidur di malam hari, dengan
an
Illallah, tanpa menggunakan pengaturan nafas mengatur nafas seraya menyebut: “Hu – Allah”.
ng

(PAA, hlm.64). Ajaran wirid batin dengan Amal demikian ini yang disebut dengan ajeg
panembahe – lumintu salate (tetap ibadahnya
ba

membaca mantra sastra: “Hu – Ya” atau “Hu


– Allah” ini dapat dikerjakan kapan saja dan – senantiasa menjalankan salat). Jika sudah
em

di mana saja, tanpa hitungan dan langgeng mampu rutin (istiqamah) menjalankan salat batin
ini, berarti seseorang sudah mampu melakukan
ng

tidak terputus. Wiridan ini dapat dikerjakan


baik dengan duduk, berdiri, berjalan, maupun Salat Daim. Salat yang tidak terpancang pada
Pe

sambil bekerja. Jangan sampai meninggalkan waktu dan jumlah rakaat. Salat Daim adalah
n

wiridan yang disertai dengan menjaga keluar hakekatnya salat, sehingga salat ini tanpa ruku
da

masuknya nafas dengan wirid “Hu – Ya” atau tanpa sujud, hanya berada pada pusatnya rahsa
dan di dasar kehidupan.
an

“Hu – Allah” tersebut, inilah yang disebut


dengan Salat Daim.
iti

Penutup
l

d. Manekung. Manekung merupakan suatu


ne

Pandangan orang tentang kitab primbon


ritual yang memiliki gerakan seperti orang
Pe

sebagai kitab klenik, berisi nujum, ramalan, dan


melakukan meditasi atau Yoga. Caranya
penuh dengan takhayul tidaklah sepenuhnya
adalah dengan duduk bersila menyilangkan
ai

benar. Kitab Primbon Atassadhur Adammakna


al

kedua kaki, kedua tangan dipadukan di depan


merupakan salah satu pustaka Islam Kejawen
B

hidung layaknya orang melakukan sembah


yang mengajarkan mistik atau tasawuf, berbeda
terhadap seorang raja, lidah ditekuk ke langit-
dengan kitab-kitab primbon lainnya. Salah satu
langit, dan mulut ditutup rapat-rapat. Pada
ajaran yang menonjol dalam kitab primbon
posisi ini kemudian membaca dalam hati
tersebut adalah konsep Jumbuhing Kawula
mantra sastra : “Hu –Allah” dengan mengatur
Gusti. Konsepsi Jumbuhing Kawula Gusti (JKG)
keluar masuknya nafas. Tata cara olah nafas
merupakan pemahaman mistik masyarakat
ini sama seperti melakukan Salat Daim,
Jawa yang memiliki kesamaan dengan
hanya berbeda pelaksanaannya saja. Ajaran
konsep“Manunggaling Kawula Gusti” (MKG).
mengenai manekung ini dijelaskan dalam
Kedua konsep tersebut sama-sama mengandung
Kitab Primbon Atasadhur Adammakna (hlm.

101
Jurnal “Analisa” Volume 21 Nomor 01 Juni 2014
halaman 91-103

arti bersatunya hamba atau manusia dengan Nya dan akan kembali kepada-Nya. Agar dapat
Tuhan atau dikenal dengan paham pantheistis. kembali kepada Gusti Yang Mahasuci maka
Jumbuhing Kawula Gusti ini berada pada tataran kawulo harus mensucikan diri lahir dan batin,
keyakinan aliran kebatinan dan kepercayaan dengan berbudi luhur dan menjaga keselarasan
Kejawen dan juga pada mistisisme Islam. Rasa dengan kosmos.
ingin tahu dan tidak puas manusia untuk selalu
berdekatan dengan Tuhannya, menimbulkan Daftar Pustaka
berbagai bentuk keyakinan, kepercayaan, dan Amin, Darori. 2011. Konsepsi Manunggaling
bahkan berbagai laku ritual (spiritual). Kawula Gusti Dalam Kepustakaan Islam

g
Perjalanan ruhaniah bagi kalangan Islam Kejawen (Studi Analisis Suluk Sujinah).

an
Kejawen untuk mencapai tujuan akhirnya, Jakarta: Badan Litbang dan Diklat

ar
yaitu Jumbuh (bersatu) dengan Sang Pencipta Kementerian Agama RI.

m
dilakukan sepanjang hidupnya. Kemampuan Behrend, T.E. 1993. “Manuscript Production in

Se
untuk membebaskan diri dari dunia materi dan Nineteenth-Century Java”. Dalam Bijdragen
kehidupan duniawi membutuhkan laku spiritual,

a
Tot de Taal, Land-en Volkenkunde. Deel 149.

m
baik lahir maupun batin. Laku spiritual untuk Leiden.

ga
mencapai derajat Jumbuhing Kawula Gusti
Dwiyanto, Djoko. 2009. Kraton Yogyakarta:

A
dalam Kitab Primbon Atassadhur Adammakna
adalah dengan cara berbudi luhur, Salat Daim, Sejarah, Nasionalisme, dan Teladan
an
dan menekung. Kemampuan Salat Daim ini Perjuangan. Yogyakarta: Paradigma
ng

dapat diperoleh dengan melakukan latihan secara Indonesia.


ba

daim atau terus menerus sepanjang hidup. Jika Ensiklopedi Umum. 1986.
em

seseorang sampai pada kemampuan ruhaniah


Hadikusuma, Hilman. 1993. Antropologi Agama.
melakukan Salat Daim, maka dia dapat Jumbuh
Bandung: Citra Aditya Bakti.
ng

dengan Gusti, baik ketika masih hidup di dunia


Pe

maupun sudah meninggal. Hariwijaya, M. 2004. Islam Kejawen. Yogyakarta:


Gelombang Pasang.
Ajaran Jumbuhing Kawula Gusti atau Wihdat
n
da

al wujud, menyatunya Tuhan (Allah SWT) dengan Khalim, Samidi. 2010. Salat Islam Kejawen.
manusia diolah secara kejawaan (Jawanisasi). Semarang: Primamedia Press.
an

Konsep menyatunya Tuhan dengan manusia Koentjaraningrat. 1984. Kebudayaan Jawa.


iti

(Jumbuhing Kawula Gusti) menggambarkan Jakarta: Balai Pustaka.


l
ne

hubungan antara manusia dengan Tuhan secara


Noeradyo. Siti Woerjan Soemadijah. 1990.
tumpang tindih. Tuhan dilukiskan memiliki sifat-
Pe

Kitab Primbon Atassadhur Adammakna.


sifat yang sama dengan manusia, demikian juga
Yogyakarta: Soemodidjojo Mahadewa dan
ai

dengan sebaliknya. Paham semacam ini dalam


CV. Buana Raya.
al

dunia filsafat disebut dengan Antropomorfisme.


B

Meskipun demikian, nilai-nilai spiritual Jawa ___. 2008. Kitab Primbon Ajimantrawara,
dalam kitab Primbon Atassadhur Adammakna Yogabrata, Rajah Yoga Mantra. Cap-capan
mengajarkan agar manusia selalu membangun Kaping 30. Yogyakarta: Soemodidjoyo
hubungan yang harmonis dengan Gusti atau Mahadewa dan CV. Buana Raya.
Tuhan. Hubungan harmonis tersebut dalam Ratna, Nyoman Kutha. 2010. Metodologi
arti bahwa manusia menyadari hakekat dirinya Penelitian, Kajian Budaya dan Ilmu Sosial
adalah Kawulo atau hamba. Tugas kawulo adalah Humaniora Pada Umumnya. Yogyakarta:
menjalankan apa yang diperintahkan Gustinya. Pustaka Pelajar.
Kawulo adalah ciptaan Tuhan yang berasal dari-

102
Konsepsi Jumbuhing Kawula Gusti dalam Kepustakaan Islam Kejawen
Samidi Khalim

Riyadi, Slamet. 2002. Tradisi Kehidupan Sastra Shihab, Alwi. 2009. Antara Tasawuf Sunni dan
di Kasultanan Yogyakarta. Yogyakarta: Tasawuf Falsafi: Akar tasawuf di Indonesia,
Gama Media. Jakarta: Pustaka Iman.
Rohrberger, Mary and Samuel H. Woods, Jr. 1971. Simuh. 1988. Mistik Islam Kejawen Raden
Reading and Writting About Literature. New Ngabehi Ranggawarsita. Jakarta: UI-Press.
York: Random House.
Soemadidjojo. 2013. Kitab Primbon Betaljemur
Schrieke, B. J. O. 1916. Het Boek Van Bonang, Adammakna, Cap-capan Kaping 58,
Proefschrif Univ. Leiden, Editor P. Den Boer, Yogyakarta: Soemodidjoyo Mahadewa dan
Utrecht, MCMXVI. (University of Chicago CV. Buana Raya.

g
an
Microfilm, MARCXML Open Library).

ar
m
Se
a
m
ga
A
an
ng
ba
em
ng
Pe
n
da
an
liti
ne
Pe
ai
al
B

103

Вам также может понравиться