Вы находитесь на странице: 1из 4

 

PEMANTAUAN EKOLOGI SARANG ELANG JAWA (Spizaets


bartelsi) DI WILAYAH HUTAN CIKANIKI
TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN SALAK
Oleh :
Iwan Ridwan¹,Mulyadi At², & Abdul Rahman Rusli3
 
Iwan Ridwan, Mulyadi At dan Abdul Rahman Rusli:2014
Nest Ecology Of Javan Hawk-Eagle (Spizaetus bartelsi)
In Cikaniki Forest Area, Gunung Halimun – Salak National Park, West
Java, Indonesia
Jurnal Nusa Sylva Volume.14 No. 2 Desember 2014: 43-46
Abstract
Javanese eagle (Spizaetus bartelsi) is one type of bird of prey endemic to Java. The existence of birds of prey
in an ecosystem is very important, because of its position as the top predators in the food chain or pyramid ..
The purpose of this study was to determine the characteristics and ecological nests, as well as the proliferation
of Java Eagle Cikaniki especially in forest areas. Observation method used is cooperative mehod five
observation points around forest areas Cikaniki. Through monthly observation, ranges Javanese eagle depicted
on the map, and mapped point is the assumption of Javanese eagle nesting sites. Observations are also done
through direct observation at the location around the nest. The results explain that Java Eagle identified seven
individuals that belong to three families: Pengkeh family, relatives and family Andam I Andam II. During the
observation, observed breeding success of one family, it is characterized by the presence of individual chicks
that fly around the nest site. During the monitoring also the sound of Javanese eagle chicks in the vicinity of
the nest. Cikaniki in forest areas, family observed using the Java Eagle Castanopsis argentea tree to lay a nest.
The tree is a towering trees compared to other tree with a height of about 30 meters. Java Eagle nest situated at
an altitude 16 meters above the ground on the second branch. Nest trees grow at an altitude of 1,100 meters
above sea level and on a fairly steep slope topography, close to the creeks and within 500 meters of open
wilayan limit.
Keywords : Ecological nest,, Javanese eagle,Observation, Conservation.

Abstrak
Elang Jawa (Spizaetus bartelsi) merupakan salah satu jenis burung pemangsa endemik Pulau Jawa. Keberadaan
burung pemangsa dalam suatu ekosistem sangat penting, karena posisinya sebagai pemangsa puncak dalam
piramida atau rantai makanan.. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik dan ekologi sarang,
serta perkembangbiakan Elang Jawa khususnya pada wilayah hutan Cikaniki. Metode pengamatan yang
digunakan adalah cooperative mehod pada lima titik pengamatan di sekitar wilayah hutan Cikaniki. Melalui
pengamatan bulanan, wilayah jelajah Elang Jawa digambarkan pada peta serta dipetakan pula titik asumsi lokasi
sarang Elang Jawa. Pengamatan juga dilakukan melalui pengamatan langsung pada lokasi sekitar sarang. Hasil
menjelaskan bahwa teridentifikasi tujuh individu Elang Jawa yang termasuk ke dalam tiga keluarga yaitu
keluarga Pengkeh, keluarga Andam I dan keluarga Andam II. Selama pengamatan, terpantau satu keluarga
sukses berkembangbiak, hal tersebut dicirikan dengan adanya individu anakan yang terbang disekitar lokasi
sarang. Selama monitoring juga terdengar suara dari anakan Elang Jawa di sekitar lokasi sarang. Di wilayah
hutan Cikaniki, teramati keluarga Elang Jawa menggunakan pohon Castanopsis argentea untuk meletakkan
sarang. Pohon tersebut merupakan pohon yang menjulang tinggi dibandingkan pohon lainnya dengan tinggi
sekitar 30 meter. Sarang Elang Jawa terletak pada ketinggian 16 meter dari permukaan tanah pada cabang
kedua. Pohon sarang tumbuh pada ketinggian 1.100 meter diatas permukaan laut dan pada topografi lereng
yang cukup curam, dekat dengan anak sungai dan berjarak 500 meter dari batas wilayan terbuka.
Kata Kunci : Ekologi sarang, Elang Jawa, Pengamatan, Konservasi.
1)Alumni Fakultas Kehutanan,Universitas Nusa Bangsa
2,3)Dosen Fakultas Kehutanan, Universitas Nusa Bangsa

 
Ekologi Sarang Elang Jawa      | 45 
 

PENDAHULUAN Elang Jawa karena memiliki kondisi


terbaik dan terluas yang masih tersisa di
Latar belakang
Pulau Jawa. Pada tahun 1994 dan 1995,
Indonesia tercatat memiliki 69 jenis ditemukan Elang Jawa pada ketinggian
burung pemangsa yang termasuk ke 900 m di atas daerah Cikotok, dan Lebak.
dalam ordo Falconiformes. Sementara Sedangkan pada bulan April 1995,
itu, 11 jenis diantaranya merupakan jenis ditemukan juvenil di sekitar daerah
yang perlu mendapat perhatian, dengan Ciptarasa (ditemukan enam pasangan
rincian lima jenis bisa dikatakan secara pada pertengahan tahun 1990-an), dan
global terancam punah, lima jenis lainnya ditemukan pula di sekitar daerah Nirmala
mendekati terancam punah, dan satu jenis pada ketinggian 1000-1100 m, daerah
masih kurang data. Salah satu jenis yang Sukabumi pada tahun 1981-1989
perlu mendapat perhatian adalah Elang (BirdLife Internasional 2001).
Jawa (Spizaetus bartelsi). Perlindungan spesies Elang Jawa di
Populasinya di alam semakin kawasan ini menjadi akan menjadi
menurun akibat kerusakan habitat, sumbangan yang besar bagi upaya
fragmentasi kawasan hutan, perburuan pelestarian Elang Jawa. Karena itu
dan perdagangan. Mengingat fungsinya kegiatan monitoring dan penelitian
di alam sebagai pemangsa puncak dalam tentang Elang Jawa dilakukan secara
rantai makanan dan indikator kelestarian berkelanjutan oleh pihak TNGHS bekerja
suatu habitat, maka Elang Jawa sama dengan satakeholders yang
memerlukan perhatian yang serius untuk memiliki kepedulian terhadap
menjamin kelestariannya. kelangsungan hidup Elang Jawa.
Elang Jawa (Spizaetus bartelsi) Perkembangbiakan Elang Jawa
merupakan salah satu jenis burung yang lambat yaitu sekali dalam 2 tahun
pemangsa endemik Pulau Jawa. dan hanya menghasilkan satu buah telur,
Keberadaan burung pemangsa dalam merupakan salah satu hal yang menjadi
suatu ekosistem sangat penting, karena alasan mengapa Elang Jawa berada
posisinya sebagai pemangsa puncak dalam status yang secara global terancam
dalam piramida atau rantai makanan. punah. Untuk itulah penelitian ini perlu
Dengan demikian bila ada gangguan dilakukan.
terhadap mereka, maka akan terganggu
METODE PENELITIAN
pula rantai dan jaring-jaring makanan
dalam ekosistem tersebut baik secara Lokasi dan Waktu
langsung maupun tidak langsung.
Observation dilaksanakan selama
Dalam beberapa tahun terakhir ini selama 7 hari pada bulan Agustus 2014
daerah sebaran Elang Jawa sudah pada kawasan hutan Cikaniki dan
terfragmentasi sehingga saat ini perkebunan teh Nirmala Agung.
diperkirakan hanya tersisa sekitar 10%
dari luas sebaran sebelumnya, dan terjadi
peningkatan ancaman dimana Bahan dan Alat.
populasinya di sebelah Barat dan Timur Bahan dan Alat yang di gunakan
Pulau Jawa akan terpisah antara satu dalam penelitian ini adalah:
sama lain. Selain itu, perdagangan 1. Binokuler
liarnya pun semakin meningkat dengan 2. Fildguide
tingkat ancaman yang sangat tinggi 3. Tally Sheet
sehingga hal ini mengakibatkan populasi 4. Alat Tulis
Elang Jawa cenderung semakin menurun. Metode Pengumpulan data
Taman Nasional Gunung Halimun Pengambilan data lapangan
Salak (TNGHS) yang memiliki luas dilakukan dengan menggunakan metode
113.357 Ha merupakan habitat alami cooperative method dan direct
bagi burung-burung pemangsa, termasuk

Volume 14 No. 2 Desember 2014 Jurnal Nusa Sylva,Fakultas Kehutanan Universitas Nusa Bangsa
 
 
Ekologi Sarang Elang Jawa      | 46 
 

observation. Cooperative method berkembang biak ditandai dengan adanya


digunakan untuk dalam pengambilan juvenile yang pledging. Selama
data lapangan di luar hutan mengingat pengamatan terlihat juvenille belajar
kondisi penutupan tajuk yang sangat terbang dan berpindah cabang di sekitar
rapat sehingga tidak mungkin untuk pohon sarang diawasi oleh induknya.
mengamati aktivitas harian Elang Jawa Tercatat Elang Jawa menggunakan
dari dalam hutan. Metode monitoring pohon Castanopsis argentea yang
yang dilakukan secara bersama oleh ditumbuhi banyak liana pada batang
beberapa orang peneliti terhadap obyek utamanya untuk bersarang. Pohon yang
yang sama untuk mendapatkan data yang dipilih merupakan pohon yang emergent
efektif dan menyeluruh. Metode ini dan mencuat diantara pohon lainnya serta
dilakukan dengan menempatkan mempunyai pandangan terbuka ke arah
beberapa peneliti di beberapa titik lembah sehingga memudahkan pasangan
tertentu yang telah ditentukan Elang Jawa untuk keluar masuk sarang
sebelumnya. Setiap peneliti yang berada dan mengawasi dari tempat lain. Pohon
di masing-masing stasiun mengamati dan yang dipilih mempunyai tinggi 40 meter
mencatat secara terperinci obyek yang dari tanah. Sarang diletakkan pada
yang teramati serta melaporkan informasi tumpukan efifit pada cabang kedua
kepada stasiun lain menggunakan alat dengan ketinggian 16 meter dari
handy talky. permukaan tanah. Material sarang terdiri
Sedangkan untuk pengambilan data dari ranting-ranting pohon, daun-daunan
lapangan sarang digunakan metode yang masih hijau yang secara periodik
penelusuran ke dalam hutan setelah setelah daun mengering diganti dengan
memetakan lokasi di peta terlebih dahulu. ranting dan daun-daunan yang baru.
Setelah lokasi sarang ditemukan di Habitat pohon sarang merupakan
lapangan kemudian dilakukan hutan primer yang berbatasan dengan
pemantauan secara berkala untuk areal terbuka kebun teh. Jarak antara
memantau kondisi sarang dan aktivitas pohon sarang dengan batas tepi
Elang Jawa di sekitar sarang. perkebunan teh adalah sejauh 500 meter.
Pemantauan dilakukan dari dalam hutan Sedangkan jarak antar pohon sarang
dan dari luar. Ketika ada individu Elang dengan pemukiman penduduk adalah 700
Jawa yang terlihat mendekati atau meter.
terbang disekitar sarang, tim pemantau
Lokasi sekitar pohon sarang
yang berada di luar hutan
didominasi oleh tumbuhan dari marga
menginformasikan kepada tim yang
fagaceae dan hamamelidaceae. Jenis –
melakukan pamantauan didalam hutan
jenis yang banyak dijumpai pada lokasi
dan begitu sebaliknya.
sekitar sarang diantaranya Castanopsis
HASIL PENELITIAN argentea, Castanopsis acuminatisima,
Kawasan Resort Cikaniki Quercus sp, Altingia exelsa, dan Schima
mempunyai topografi yang walicii. Ketinggian lokasi adalah 1.760
bergelombang, berbukit-bukit dan meter di atas permukaan laut. Ketinggian
bergunung dengan ketinggian tempat ini merupakan ketinggian yang disukai
bervariasi mulai 500 m - 1.929 m dari oleh Elang Jawa di TNGHS.
permukaan laut. Tempat tertinggi Beberapa hari setelah fledging,
merupakan puncak Gunung Halimun induk Elang Jawa masih memberi dan
Utara. membantu anak untuk makan si pohon
Dari hasil pengamatan lapangan sarang. Dan selama itu juvenille
dengan metode cooperative method beraktifitas di sekitar pohon sarang
teramati 3 keluarga Elang Jawa hidup diawasi oleh kedua induknya secara
pada kawasan hutan Cikaniki. Terdapat bergantian. aktivitas juvenile yang
satu keluarga yang telah sukses teramati adalah terbang di atas kanopi

Volume 14 No. 2 Desember 2014 Jurnal Nusa Sylva,Fakultas Kehutanan Universitas Nusa Bangsa
 
 
Ekologi Sarang Elang Jawa      | 47 
 

sekitar pohon sarang, berpindah cabang Jawa di Cikaniki dan sekitarnya.


kemudian kembali ke pohon sarang. b. Diperlukan upaya perlindungan
KESIMPULAN DAN SARAN terhadap perkembangbiakan Elang
Jawa dari gangguan pemburu liar.
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Berdasarkan hasil pemantauan
lapangan pohon yang digunakan oleh Kuswandono, Desy E, Sri M, Tatsuyoshi
Elang Jawa untuk bersarang adalah M, Takehiko I, Noriaki S. 2003.
pohon yang memiliki karakteristik Javan Hawk Eagle Spizaetus
sebagai berikut : bartelsi Research and
a. Pohon dominan yang mencuat di Monitoring in Cikaniki,
antara pohon-pohon lainnya. Gunung Halimun Nasional
Park-Indonesia. TNGH-BCP
b. Memiliki ruang yang cukup leluasa
JICA. Bogor
untuk keluar masuk dan pengawasan
sarang. MacKinnon J. 1995. Panduan Lapangan
c. Pohon yang memiliki cabang besar Pengenalan Burung di Jawa
horizontal. dan Bali. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta
d. Pohon yang memiliki tajuk yang
tidak terlalu rapat. Prawiladilaga DM. 1999. Elang Jawa
Satwa Langka. Biodiversity
e. Pohon yang dipilih biasanya berada
Conservation Project. Bogor
pada lereng lembah yang dekat
dengan sungai atau sumber air Tatsuyoshi M, Anwar M, Takehiko I,
lainnya untuk menjamin Kuswandono, Adam AS, Desi
ketersediaan prey. E, M Yayat A, Hapsoro,
Toshiki O, Noriaki S. 2003.
f. Lokasi sarang tidak terlalu jauh
Panduan Survei Lapangan dan
dengan areal terbuka untuk berburu.
Pemantauan Burung-burung
g. Sarang berbentuk mangkuk yang Pemangsa. BCP-JICA. Bogor
terdiri dari ranting-ranting dan daun-
daunan kering. Sőzer R, V Nijman & I Setiawan. 1999.
Panduan Identifikasi Elang
h. Posisi sarang berada pada tempat Jawa Spizaetus bartelsi.
yang mudah untuk keluar masuk dan Biodiversity Conservation
mudah untuk diawasi oleh pasangan Project. Bogor
Elang Jawa namun tetap aman dari
predator. TNGH. 2014. laporan Monitoring Elang
Jawa (Spizaetus bartelsi) di
Saran Blok Cikaniki. TNGHS.
Dalam rangka perbaikan dan Sukabumi
keberlanjutan monitoring terhadap Widodo, Tri. 2004. Populasi dan Wilayah
perkembangbiakan Elang Jawa di Jelajah Elang Jawa (Spizaetus
wilayah TNGHS, maka perlu dilakukan bartelsi Stresemann,1924) di
hal sebagai berikut : Gunung Kendeng Resort
a. Perlu dilakukan kegiatan monitoring Cikaniki-TNGH. Fahutan IPB.
secara terus menerus untuk Bogor.
memantau perkembangbiakan Elang

Volume 14 No. 2 Desember 2014 Jurnal Nusa Sylva,Fakultas Kehutanan Universitas Nusa Bangsa
 
 

Вам также может понравиться