Вы находитесь на странице: 1из 9

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN SEKOLAH DASAR

DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI


KECAMATAN CANDI KABUPATEN SIDOARJO
Nirmala Tri Kartika
Supriyadi
Agung Kurniawan
Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Malang
email: ntkartika@gmail.com

Abstract: Dengue hemorrhagic fever (DHF) has increased every year. The DHF case ini
Sidoarjo district has increased in 3 years. The case was experienced by many children of
primary school age. One factor that can increase the risk of this disease is the environmental
sanitation of the school. The study aims to determine the relationship between environmental
sanitation of elementary school with the incidence of dengue in the Candi subdistrict,
Sidoarjo. This type of research is Analytical Survey. The study population is 29 state
elementary schools in Candi subdistrict, Sidoarjo. Samplers using cluster random sampling
technique, that obtained 24 schools. Collecting data used for the assessment from Health
Office of Sidoarjo District. Analysis of data is used statistical test of Rank Spearman. Based
on the study results showed that there is no significant relationship between elementary
schools environmental sanitation with the incidence of dengue hemorrhagic fever (0,570>
0,05), with the translation of sub variables studied as follows: there is no significant
relationship between the availability of clean water to the incidence of dengue fever dengue
(0,293> 0,05), there is no significant relationship between the means of waste disposal with
the incidence of dengue hemorrhagic fever (0,729> 0,05), and no significant correlation
between the density of mosquito larvae with the incidence of dengue hemorrhagic fever (0,031
<0,05). The conclusion of this study is there is no relationship between the school
environmental sanitation, sub variable of water supply and waste disposal facilities with the
incidence of dengue fever. There is a relationship between sub variable density of mosquito
larvae with.

Keywords: school environmental sanitation, dengue fever, Sidoarjo

Abstrak: Penyakit demam berdarah dengue (DBD) mengalami peningkatan setiap tahunnya.
Kabupaten Sidoarjo mengalami peningkatan selama 3 tahun terakhir. Kasus tersebut banyak
dialami oleh anak usia sekolah dasar. Salah satu faktor yang dapat meningkatkan resiko
penyakit ini ialah sanitasi lingkungan sekolah. Penelitian bertujuan untuk mengetahui
hubungan sanitasi lingkungan sekolah dasar dengan kejadian demam berdarah dengue di
Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo. Jenis penelitian yang digunakan adalah Survei
Analitik. Populasi penelitian ini adalah semua Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Candi
Kabupaten Siodarjo yang berjumlah 29 sekolah, pengambil sampel dengan menggunakan
teknik cluster random sampling, diperoleh jumlah sampel, yaitu 24 sekolah. Pengumpulan
data menggunakan format penilaian dari Dinas Kesehatan Kabupaten Siodarjo. Analisis data
menggunakan uji statistik Rank Spearman. Berdasarkan hasil Penelitian menunjukkan bahwa
tidak ada hubungan yang signifikan antara sanitasi lingkungan sekolah dasar dengan kejadian
demam berdarah dengue (0,570 > 0,05), dengan penjabaran sub variabel yang diteliti sebagai
berikut: tidak ada hubungan yang signifikan antara ketersedian air bersih dengan kejadian
demam berdarah dengue (0,293 > 0,05), tidak ada hubungan yang signifikan antara sarana
pembuangan sampah dengan kejadian demam berdarah dengue (0,729 > 0,05), dan ada
hubungan yang signifikan antara kepadatan jentik nyamuk dengan kejadian demam berdarah
dengue (0,031 < 0,05). Kesimpulan dari penelitian ini adalah tidak ada hubungan antara
sanitasi lingkungan sekolah, sub variabel ketersediaan air bersih dan sub variabel sarana
pembuangan sampah dengan kejadian demam berdarah dengue. Ada hubungan antara sub
variabel kepadatan jentik nyamuk dengan kejadian demam berdarah dengue.

Kata kunci: sanitasi lingkungan sekolah, demam berdarah dengue, Sidoarjo


Kabupaten Sidoarjo merupakan salah satu sanitasi lingkungan yang buruk. Hasil
daerah endemis di Provinsi Jawa Timur penelitian yang dilakukan oleh Sholihah
yang setiap tahun selalu terdapat kasus dan Prasetyo (2014) diketahui bahwa
DBD dan kematian karena penyakit sanitasi lingkungan yang berpengaruh
tersebut. Data kasus DBD dari Dinas terhadap kejadian DBD ialah kontainer,
Kesehatan Kabupaten Sidoarjo pada tahun ventilasi, dan pengetahuan tentang DBD.
2014 sampai dengan Agustus 2016 Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan
mengalami peningkatan. Pada tahun 2014 oleh Suyasa dkk (2008) diketahui bahwa
terjadi 171 kasus dengan incident rate (IR) sanitasi lingkungan yang berpengaruh
sebesar 8,1/100.000 penduduk dan case terhadap kejadian DBD ialah keberadaan
fatality rate (CFR) sebesar 0,6% (Dinas vektor DBD, kepadatan penduduk,
Kesehatan Kabupaten Sidoarjo, 2015). mobilitas penduduk, keberadaan tempat
Pada tahun 2015 terjadi 601 kasus dengan ibadah, keberadaan pot tanaman hias,
IR 28,3/100.000 penduduk dan CFR keberadaan saluran air hujan dan
sebesar 4,8% (Dinas Kesehatan Kabupaten keberadaan.
Sidoarjo, 2016). Data DBD hingga Agustus Berdasarkan pemaparan diatas
2016 terjadi 1.279 kasus dengan CFR peneliti bertujuan meneliti hubungan
sebesar 2,6% (Dinas Kesehatan Kabupaten sanitasi lingkungan sekolah dasar,
Sidoarjo, 2016). ketersediaan air bersih, saranan
Kecamatan Candi merupakan pembuangan sampah, dan kepadatan jentik
Kecamatan di Kabupaten Sidoarjo yang nyamuk dengan kejadian demam berdarah
memiliki kasus DBD paling tinggi, tahun dengue.
2015 terdapat 57 kasus dan pada Januari-
Agustus 2016 terdapat 155 kasus (Dinas METODE
Kesehatan Kabupaten Sidoarjo, 2016). Desain penelitian yang digunakan
Peningkatan kasus DBD di Kabupaten adalah deskriptif analitik dengan
Sidoarjo dialami oleh anak-anak usia menggunakan cross sectional. Jumlah
Sekolah Dasar (5-12 tahun). Pada tahun populasi dalam penelitian ini sebanyak 29
2015 terdapat 264 anak yang terkena DBD Sekolah Dasar Negeri (SDN) dengan teknik
dari 601 kasus dan pada bulan Januari sampling yang digumakan cluster random
sampai dengan Agustus 2016 terdapat 607 sampling, sehingga sampel pada penelitian
anak yang terkena DBD dari 1.279 kasus. ini menjadi 24 SDN. Instrumen penelitian
Sekolah dapat menjadi tempat yang yang digunakan berupa dokumentasi kasus
potensial dalam penyebaran dan penularan demam bedarah dengue tahun 2015hingga
penyakit DBD pada anak sekolah, hal ini Agustus tahun 2016 dan format penilaian
dikarenakan nyamuk Aedes aegypti secara sanitasi lingkungan sekolah dasar dariDinas
alamiah bersifat multiple bitter (mengisap Kesehatan Kabupaten Sidoarjo.Penelitian
darah berpindah-pindah dan berkali-kali) ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri
serta aktif menggigit pada pagi hari (jam Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo
08.00-10.00) bersama dengan aktivitas selama 1 bulan, yaitu bulan November-
anak sekolah belajar di kelas (Departemen Desember 2016. Pengumpulan data
Kesehatan Republik Indonesia dalam dilakukan dengan observasi menggunakan
Nurjanah, 2013). Salah satu faktor yang format penilaian hygiene sanitasi SD/MI
meningkatkan resiko terjadinya penyebaran dan dokumentasi kasus DBD di setiap
dan penularan penyakit DBD pada anak di sekolah. Analisis data yang digunakan ialah
lingkungan sekolah adalah sanitasi analisis deskriptif dan analisis korelasi (Uji
lingkungan. Menurut Elder dan Lloyd Statistika Spearman) dengan aplikasi SPSS
(dalam Hariyono, 2016) menyatakan bahwa v.22.
peningkatan kasus DBD terkait erat dengan
HASIL

Tabel 1. Hasil data analisis deskriptif dari variabel sanitasi lingkungan sekolah dasar dan
kejadian DBD serta sub variabel ketersediaan air bersih, sarana pembuangan sampah,
kepadatan jentik nyamuk.
Min Max Mean
Sanitasi lingkungan sekolah dasar 65,67 100,86 80,68
Ketersediaan air bersih 21 49 37,04
Sarana pembuangan sampah 28 56 40,83
Kepadatan jentik nyamuk 2 4 2,81
Kejadian dbd 2 30 6,50

Pada tabel diatas diketahui bahwa SDN Balonggabus dan skor tertinggi
variabel sanitasi lingkungan sekolah dasar sebesar 56 yaitu SDN Gelam II dan SDN
memiliki skor terendah (minimum) sebesar Sugihwaras dari total skor 70 dengan skor
65,67 yaitu SDN Durungbanjar, SDN rata-rata sebesar 40,83. Pada sub variabel
Durungbedug dan SDN Balongdowo, skor kepadatan jentik nyamuk skor terendah
tertinggi (maximum) sebesar 100,86 yaitu sebesar 2 yaitu SDN Larangan dan skor
SDN Gelam II dan skor rata-rata sebesar tertinggi sebesar 4 yaitu SDN
80,67. Pada sub variabel ketersediaan air Kedungpeluk I dengan skor rata-rata
bersih memiliki skor terendah sebesar 21 sebesar 2,81. Terakhir, pada variabel
yaitu SDN Kedungpeluk I dan skor kejadian DBD diketahui bahwa sekolah
tertinggi sebesar 49 yaitu SDN Larangan yang memiliki kejadian terendah yaitu
dan SDN Sumorame dari total skor 70 SDN Larangan dan SDN Sugihwaras
dengan skor rata-rata sebesar 37,04. Pada dengan 2 kejadian dan kejadian tertinggi
sub variabel sarana pembuangan sampah sebesar 30 kejadian yaitu SDN
skor terendah sebesar 28 yaitu SDN Ngampelsari.
Durungbanjar, SDN Balongdowo, dan

Tabel 2. Uji normalitas variabel sanitasi lingkungan sekolah dasar dan kejadian DBD
Shapiro Wilk
df Sig.
Sanitasi lingkungan sekolah dasar 24 0,008
Kejadian DBD 24 0,000

Pada tabel uji normalitas diketahui Sig. < α (0,008 < 0,05) sehingga data
bahwa jumlah data yang di uji 24 sample dikatakan tidak normal dan pada uji
sehingga menggunakan uji normalitas normalitas kejadian DBD diketahui nilai
Shapiro-Wilk. Pada uji normalitas sanitasi Sig. < α (0,000 <0,05) sehingga data
lingkungan sekolah dasar diketahui nilai dikatakan tidak normal.
Tabel 3. Uji normalitas sub variabel ketersediaan air bersih, sarana pembuangan sampah, dan
kepadatan jentik nyamuk.
Shapiro Wilk
df Sig.
Ketersediaan air bersih 24 0,027
Sarana pembuangan sampah 24 0,037
Kepadatan jentik nyamuk 24 0,017

Pada uji normalitas ketersediaan sarana pembuangan sampah dikatakan


air bersih diketahui nilai Sig. < α tidak normal, dan uji normalitas kepadatan
(0,027<0,05) sehingga data ketersediaan jentik nyamuk diketahui nilai Sig. < α
air bersih dikatakan tidak normal, uji (0,017<0,05) sehingga data kepadatan
normalitas sarana pembuangan sampah jentik nyamuk dikatakan tidak normal.
diketahui nilai Sig. < α (0,037<0,05)
sehingga data

Tabel 4. Hubungan sanitasi lingkungan sekolah dasar dengan kejadian demam berdarah dengue
(DBD)
Sanitasi lingkungan sekolah dasar
Correlation coefficient -0.122
Spearman’s
DBD Sig. (2-tailed) 0,570
rho
N 24

Berdasarkan tabel di atas Tanda negatif pada koefisien


diketahui koefisien korelasi sebesar -0,122 korelasi menunjukkan korelasi yang
dan nilai Sig. > α (0,570>0,05) sehingga terjadi antara sanitasi lingkungan sekolah
dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat dasar dengan demam berdarah dengue
hubungan yang signifikan antara sanitasi tidak berbanding lurus, yang artinya
lingkungan sekolah dasar dengan kejadian semakin baik sanitasi lingkungan sekolah
demam berdarah dengue. dasar, maka tidak semakin berkurang
kejadian DBD di sekolah tersebut.

Tabel 5. Hubungan ketersediaan air bersih dengan kejadian demam berdarah dengue (DBD)
Ketersediaan air bersih
Correlation coefficient -0,224
Spearman’s
DBD Sig. (2-tailed) 0,293
rho
N 24

Berdasarkan tabel di atas Tanda negatif pada koefisien


diketahui koefisien korelasi sebesar -0,224 korelasi menunjukkan korelasi yang
dan nilai Sig. > α (0,293>0,05) sehingga terjadi antara ketersediaan air bersih
dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat dengan demam berdarah dengue tidak
hubungan yang signifikan antara berbanding lurus, yang artinya semakin
ketersediaan air bersih dengan kejadian baik akses air bersih yang ada, maka tidak
demam berdarah dengue. semakin berkurang kejadian DBD di
sekolah tersebut.
Tabel 6. Hubungan sarana pembuangan sampah dengan kejadian demam berdarah dengue
(DBD)
Sarana pembuangan sampah
Correlation coefficient -0,075
Spearman’s
DBD Sig. (2-tailed) 0,729
rho
N 24

Berdasarkan tabel di atas Tanda negatif pada koefisien


diketahui koefisien korelasi sebesar -0,075 korelasi menunjukkan korelasi yang
dan nilai Sig. > α (0,729>0,05) sehingga terjadi antara sarana pembuangan sampah
dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat dengan demam berdarah dengue tidak
hubungan yang signifikan antara sarana berbanding lurus, yang artinya semakin
pembuangan sampah dengan kejadian baik pengelolaan sampah yang dilakukan,
demam berdarah dengue. maka tidak semakin berkurang kejadian
DBD tersebut.

Tabel 7. Hubungan kepadatan jentik nyamuk dengan kejadian demam berdarah dengue (DBD)
Kepadatan jentik nyamuk
Correlation coefficient -0,441
Spearman’s rho DBD Sig. (2-tailed) 0,031
N 24

Berdasarkan tabel di atas Sholihah dan Prasetyo (2014) yang


diketahui koefisien korelasi sebesar 0,441 menyatakan bahwa ada hubungan yang
dan nilai Sig. < α (0,031<0,05) sehingga signifikan antara kondisi sanitasi
dapat disimpulkan bahwa terdapat lingkungan dengan kejadian DBD di
hubungan yang signifikan antara Kelurahan Lontar.Tidak adanya hubungan
kepadatan jentik nyamuk dengan kejadian ini dikarenakan hasil observasi dengan
demam berdarah dengue. menggunakan format penilaian sanitasi
Tanda positif pada koefisien lingkungan sekolah dasar dan kemudian
korelasi menunjukkan korelasi yang diklasifikasikan menurut kategorinya,
terjadi antara kepadatan jentik nyamuk menyatakan bahwa sanitasi lingkungan di
dengan demam berdarah dengue semua Sekolah Dasar Kecamatan Candi
berbanding lurus, yang artinya semakin Kabupaten Sidoarjo termasuk dalam
tinggi kepadatan jentik nyamuk, maka katergori cukup baik, hanya SDN Gelam
semakin tinggi pula kejadian DBD di II yang termasuk kategori baik.
sekolah tersebut.
Hubungan ketersediaan air bersih
PEMBAHASAN dengan kejadian demam berdarah
Hubungan sanitasi lingkungan sekolah dengue
dengan kejadian demam berdarah
dengue Hasil penelitian menunjukkan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan
bahwa tidak terdapat hubungan yang antara ketersediaan air bersih dengan
signifikan antara sanitasi lingkungan kejadian DBD. Hal ini juga didukung oleh
sekolah dasar dengan kejadian demam hasil penelitian yang dilakukan oleh
berdarah dengue. Hal ini tidak sejalan Nurjanah dkk (2008) yang menyatakan
dengan penelitian yang dilakukan oleh bahwa tidak ada hubungan yang bermakna
antara akses terhadap air bersih dengan menyatakan tidak ada hubungan antara
kejadian DBD, dan penelitian yang keberadaan tempat sampah dengan
dilakukan oleh Wahyuni (2013) keberadaan vektor DBD. Penelitian yang
menyatakan bahwa penyediaan air bersih dilakukan oleh Wahyuni (2013)
bukan merupakan faktor resiko dari menyatakan bahwa yaitu pengelolaan
penyakit demam berdarah, melainkan sampah bukan merupakan faktor resiko
merupakan faktor pendukung kejadian dari penyakit demam berdarah, melainkan
DBD. merupakan faktor pendukung kejadian
Tidak adanya hubungan antara DBD.
ketersediaan air bersih dengan kejadian Tidak adanya hubungan antara
DBD dapat dipengaruhi oleh variabel sarana pembuangan sampah dengan
intervening, yaitu penyimpanan air bersih. kejadian DBD ini sama halnya dengan
Penelitian yang dilakukan oleh Hasyimi ketersediaan air, yaitu dapat dipengaruhi
dan Soekino (2004) menjelaskan bahwa oleh variabel intervening. Dalam hal ini
wilayah yang penyediaan airnya tidak yaitu pengolahan sampah. Nurjanah dkk
teratur, memiliki perilaku menyimpan air (2008) menyatakan bahwa keberadaan
sehingga hal ini juga berpotensi sebagai sampah di lingkungan sekolah seperti
tempat perindukan nyamuk vektor DBD. plastik bekas makanan maupun botol
Selain itu WHO (dalam Wahyuni, 2013) bekas menjadi hal yang harus diperhatikan
menyatakan bahwa dengan simpanan air karena akan berkontribusi sebagai tempat
ini timbul bersamaan masalah perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti.
perkembangbiakan Aedes aegypti dan Selain itu sampah padat yang berserakan
peningkatan resiko infeksi virus dengue. harus dibuang dan dikubur di tempat
Dari 6 sekolah di wilayah penimbunan sampah (WHO, 2004)
Kecamatan Candi yang dekat dengan Sebagian besar Sekolah Dasar di
perkotaan, 4 sekolah tidak mengalami Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo
kesulitan dalam mengakses air bersih sudah memiliki tempat sampah yang
sehingga tidak melakukan penyimpanan sesuai, seperti adanya tutup tempat
air. Namun, Sekolah yang kesulitan dalam sampah dan tempat sampah yang terpisah
memperoleh air bersih terutama di antara yang kering dan basah atau yang
wilayah pedesaan, juga tidak melakukan organik dan anorganik. Pada proses
penyimpanan air, sehingga mengurangi pemusnahan sampah, sebagian besar
resiko perkembangbiakan nyamuk Aedes sekolah melakukannya dengan membakar
aegypti. Hanya 7 sekolah yang melakukan dan itu dilakukan setiap hari setelah
penyimpanan air bersih di wilayah ini kegiatan pembelajaran selesai, kecuali
dikarenakan jumlah siswa yang banyak. SDN Candi dan SDN Kedung Peluk I
Sekolah-sekolah tersebut ialah SDN yang sampahnya diangkut oleh
Sumokali, SDN Bligo, Kedungpeluk I, masyarakat desa untuk dibuang ke tempat
SDN Kendalpecabean, SDN Candi, SDN pembuangan akhir.
Balongdowo, dan SDN Balonggabus.
Hubungan kepadatan jentik nyamuk
Hubungan sarana pembuangan sampah dengan kejadian demam berdarah
dengan kejadian demam berdarah dengue
dengue Hasil penelitian menunjukkan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan
bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara kepadatan jentik nyamuk (bebas
antara sarana pembuangan sampah dengan jentik nyamuk) dengan kejadian DBD. Hal
kejadian. Hal ini didukung oleh hasil ini didukung oleh hasil penelitian yang
penelitian Suyasa dkk (2008) yang dilakukan oleh Suyasa (2008)
menyatakan bahwa ada hubungan antara KESIMPULAN
keberadaan kontainer dengan keberadaan Berdasarkan hasil penelitian
vektor DBD. Hasil penelitian yang mengenai hubungan sanitasi lingkungan
dilakukan Wati (2010) maupun Sucipto sekolah dasar dengan kejadian demam
(2015) menyatakan hal yang sama yaitu berdarah dengue di Kecamatan Candi
terdapat hubungan yang signifikan antara Kabupaten Sidoarjo dapat diperoleh
tempat penampungan air yang terdapat kesimpulan sebagai berikut.
jentik dengan kejadian DBD. 1. Tidak ada hubungan antara sanitasi
Penelitian tersebut disebabkan lingkungan sekolah dasr dengan
karena belum maksimalnya program kejadian demam berdarah dengue di
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) 3M Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo
plus di lingkungan sekolah sehingga rantai 2. Tidak ada hubungan antara
perkembangbiakan nyamuk bisa ketersediaan air bersih dengan kejadian
berlangsung sampai nyamuk dewasa. demam berdarah dengue di Kecamatan
Kegiatan 3M plus sendiri diantaranya Candi Kabupaten Sidoarjo
(Kementerian Kesehatan RI, 2016): 3. Tidak hubungan antara sarana
1. Menguras, adalah membersihkan pembuangan sampah dengan kejadian
tempat yang sering dijadikan tempat demam berdarah dengue di Kecamatan
penampungan air seperti bak mandi, Candi Kabupaten Sidoarjo
ember air, tempat penampungan air 4. Ada hubungan antara kepadatan jentik
minum, penampung air lemari es dan nyamuk dengan kejadian demam
lain-lain, berdarah dengue di Kecamatan Candi
2. Menutup, yaitu menutup rapat-rapat Kabupaten Sidoarjo
tempat-tempat penampungan air seperti
drum, kendi, toren air, dan lain SARAN
sebagainya, dan Berdasarkan kesimpulan di atas,
3. Memanfaatkan kembali atau mendaur saran yang diberikan adalah sebagai
ulang barang bekas yang memiliki berikut:
potensiuntukjaditempat 1. Bagi Sekolah Dasar
perkembangbiakan nyamuk penular Diharapkan dapat meningkatkan
DBD. dan menghidupkan kembali Juru
Adapun yang dimaksud dengan Pemantau Jentik (JUMANTIK) guna
plus ialah menaburkan bubuk larvasida memberantas jentik nyamuk yang ada di
pada tempat penampungan air yang sulit lingkungan sekolah, seperti ditempat
dibersihkan, menggunakan obat nyamuk penampungan air (bak kamar mandi, dan
atau anti nyamuk, memelihara ikan tendon), genangan air dan juga yang
pemangsa jentik nyamuk, menanam memungkinkan menjadi tempat
tanaman pengusir nyamuk, mengatur perkembang biakan nyamuk Aedes
cahaya dan ventilasi dan lain-lain. aegypti.
Keberadaan jentik nyamuk yang
hidup di berbagai tempat penampungan air 2. Bagi Instansi Terkait
seperti bak mandi, genangan air di Dinas Pendidikan Kabupaten
wastafel maupun genangan air ditempat Sidoarjo dan Dinas Kesehatan Kabupaten
lainnya sangat memungkinkan terjadinya Sidoarjo diharapkan membuat prioritas
demam berdarah dengue dan apabila program pemberantasan jentik nyamuk di
dibiarkan maka kejadian DBD akan terus lingkungan sekolah sehingga dapat
meningkat. menurunkan kejadian demam berdarah
dengue.
3. Bagi Peneliti lain Dengue. Jakarta: Direktorat
Disarankan agar menambah Jenderal Pengendalian Penyakit
variabel sanitasi lingkungan sekolah selain dan Penyehatan Lingkungan
ketersediaan air bersih, saranan Kementerian Kesehatan Republik
pembuangan sampah, dan kepadatan Indonesia. 2016. Kendalikan DBD
jentik nyamuk, dan mencoba dengan PSN 3M Plus. (Online)
menggunakan metode penelitian studi (http://www.depkes.go.id/article/v
retrospektif sehingga dapat memperkuat iew/16020900002/kendalikan-
hasil yang diperoleh. dbd-dengan-psn-3m-plus.html)
diakses pada tanggal 30 Januari
DAFTAR RUJUKAN 2017
Dinas Kesehatan Kabupaten Sidoarjo. Nurjanah, dkk. 2013. Hubungan Praktik
2016. Laporan Bulanan Penyakit PSN dan Akses Air Bersih dengan
DBD Kabupaten Sidoarjo 2016. Kejadian DBD pada Siswa SD di
Sidoarjo: Dinas Kesehatan Kecamatan Palu Selatan. (Online)
Kabupaten Sidoarjo (http://repository.unhas.ac.id/bitstr
Dinas Kesehatan Kabupaten Sidoarjo. eam/handle/123456789/4249/JUR
2016. Profil Kesehatan NAL%20Nurjanah%20K1110902
Kabupaten Sidoarjo 2015. 3.pdf?sequence=1) diakses pada
Sidoarjo: Dinas Kesehatan tanggal 1 Oktokber 2016
Kabupaten Sidoarjo Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Endy, Timothy P., Chunsuttiwat, No. 66 Tahun 2010 tentang
Supamit., Nisalak, Ananda., et al. Pengelolaan dan Penyelenggaraan
2002. Epidemiology of Inapparent Pendidikan
and Symptomatic Acute Dengue Sholihah, Q. & Prasetyo, K. 2014.
Virus Infection: A Prospective Hubungan Kondisi Sanitasi
Study of Primary School Children Lingkungan, Pengetahuan dan
in Kamphaeng Phet, Thailang. Tingkat Pendidikan terhadap
American Journal of Kejadian Demam Berdarah
Epidemiology. 156(1): 40-51 Dengue (DBD) di Kelurahan
Ginanjar, G. 2014. Demam Berdarah. Lontar Kecamatan Sambikereb
Yogyakarta: B First. Kota Surabaya. Jurnal Swara
Haryono., Suyadi., Hakim, Luchman & Bhumi, 3(3): 219-228
Yanuwiadi, Bagyo. 2016. The Sucipto, P. T., Raharjo, Mursid &
Role of Environmental and Nurjazuli. 2015. Faktor-Faktor
Behavior Factors to Dengue yang Mempengaruhi Kejadian
Fever Incidents. Journal of Penyakit Demam Berdarah
Applied Enviromental and Dengue (DBD) dan Jenis Serotipe
Biological Sciences. 6(4): 1-8 Virus Dengue di Kabupaten
Hasyimi, H., & Soekino Mardjan. 2004. Semarang. Jurnal Kesehatan
Pengamatan Tempat Perindukan Lingkungan Indonesia, 14(2):51-
Aedes aegypti Pada Tempat 56
Penampungan Air Rumah Tangga Suharjo .2006. Mengenal Pendidikan
Pada Masyarakat Pengguna Air Sekolah Dasar Teori Dan Praktek.
Olahan. Jurnal Ekologi Jakarta: Direktorat Jenderal
Kesehatan. 3(1): 37-42 Pendidikan Tinggi.
Kementerian Kesehatan Republik Suyasa, I. N. G., Putra, N. A. & Aryanta,
Indonesia. 2011. Modul R. I. W. 2008. Hubungan Faktor
Pengendalian Demam Berdarah Lingkungan dan Perilaku
Masyarakat dengan Keberadaan Kematian Larva Aedes aegypti
Vektor Demam Berdarah Dengue Instar Iii In Vitro. (Online)
(DBD) di Wilayah Kerja (https://eprints.uns.ac.id/6884/1/
Puskesmas I Denpasar Selatan. 178802511201104181.pdf)
Jurnal Ecotrophic, 3(1):1-6 diakses pada tanggal 10 Januari
Wahyuni, Nur Ifka & Saraswati Dian. 2017
2013. Faktor Risiko Sanitasi Wati, W. E. 2009. Beberapa faktor yang
Lingkungan Rumah Terhadap Berhubungan dengan Kejadian
Kejadian Penyakit Demam Demam Berdarah Dengue (DBD)
Berdarah Dengue (DBD) di di Kelurahan Ploso Kecamatan
Wilayah Kerja Puskesmas Pacitan Tahun 2009. Skripsi.
Limboto Kecamatan Surakarta: Fakultas Ilmu
Limbotokabupaten Gorontalo Kesehatan Universitas
Tahun 2013. Jurnal Kim Muhammadiyah Surakarta
Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan World Health Organization. 2002.
Dan Keolahragaan. 1(1) Pencegahan dan Pengendalian
Wati, Fatna Andika. 2010. Pengaruh Air Dengue dan Demam Berdarah
Perasan Kulit Jeruk Manis Dengue: Panduan. Terjemahan
(Citrus aurantium sub spesies Palupi Widyastuti. 2004. Jakarta:
sinensis) terhadap Tingkat EDC.

Вам также может понравиться