Вы находитесь на странице: 1из 89

BAB I

PENDAHULUAN

TUJUAN
Setelah mengikuti perkuliahan ini diharapkan mahasiswa dapat menjelaskan definisi
ilmu ‘arûdh dan qawâfi, tokohnya, latar belakang munculnya, objek pembahasannya,
manfaat mempelajarinya dan tujuannya.

BAHASAN
A. Definisi Ilmu ‘Arûdh dan Qawâfî
Kata ‘arûdh menurut etimologi berasal dari kata ‘âridhah yang berarti
melintang/ menghalang; yaitu kayu yang melintang di dalam rumah. Menurut
istilah, ilmu ‘arûdh didefinisikan sebagai berikut:

.‫ﻫﺎ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﺴ‬


 ‫ﻭﹶﻓ‬ ‫ﻌ ﹺﺮ‬ ‫ﺸ‬
 ‫ﻥ ﺍﻟ‬ ‫ﺯﺍ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺤ ﹸﺔ ﹶﺃ‬
‫ﺻ‬
 ‫ﻬﺎ‬ ‫ﻑ ﹺﺑ‬
 ‫ﺮ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﻮﺍ‬ ‫ﻢ ﹺﺑ ﹶﻘ‬ ‫ﻋ ﹾﻠ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﺽ‬
‫ﻭ ﹺ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻢ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﻋ ﹾﻠ‬
Ilmu ‘arûdh adalah ilmu yang membahas pola-pola syi’ir Arab untuk
mengetahui wazan yang benar dan yang salah.
Kata qawâfi adalah jamak dari qâfiyah yang menurut etimilogi berarti di
belakang leher. Menurut istilah, ilmu qawâfi didefinisikan sebagai berikut:

‫ﻊ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﻴ‬‫ﻠ‬‫ﻳ‬ ‫ﻛ ﹴﻦ‬ ‫ﺳﺎ‬ ‫ﻭ ﹺﻝ‬ ‫ﻪ ﺇﹶﻟﻰ ﹶﺃ‬ ‫ﻓﻴ‬ ‫ﻛ ﹴﻦ‬ ‫ﺳﺎ‬ ‫ﻑ‬
 ‫ﺮ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﺧ ﹺﺮ‬ ‫ﻦ ﺁ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻲ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺖ ﹶﺃ‬
 ‫ﻴ‬‫ﺒ‬‫ﻓﻰ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﺔ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻠ‬‫ﺮ ﹶﻛ‬ ‫ﺧ‬ ‫ﻲ ﺁ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﻓﻲ‬‫ﻮﺍ‬ ‫ﺍﹾﻟ ﹶﻘ‬
.‫ﻛ ﹺﻦ‬ ‫ﺴﺎ‬
 ‫ﺒ ﹶﻞ ﺍﻟ‬‫ﻱ ﹶﻗ‬
 ‫ﺬ‬ ‫ﻙ ﺍﱠﻟ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺤ‬
 ‫ﺘ‬‫ﻤ‬ ‫ﺍﹾﻟ‬
Ilmu qawâfi adalah ilmu yang membahas ujung kata di dalam bait syi’ir yang
terdiri dari huruf akhir yang mati di ujung bait sampai dengan huruf hidup
sebelum huruf mati.
Pembahasannya meliputi nama-nama huruf, nama-nama harakah, nama-nama
qâfiyah dan noda-nodanya.
B. Tokoh Ilmu ‘Arûdh dan Qawâfî
Peletak batu pertama ilmu ‘arûdh dan qawâfî adalah al-Khalîl bin Ahmad al-
Farâhîdî al-Azdî al-Bashrî Syekh Sîbaweh. Ia dilahirkan di Basrah pada tahun 100
H dan meninggal di sana pada tahun 170 H.
C. Latar Belakang Ilmu ‘Arûdh dan Qawâfî
Latar belakang munculnya ilmu ‘arûdh dan qawâfî dilukiskan dalam syi’ir
berikut:

‫ﻳﻪ‬‫ﺒﻮ‬‫ﻴ‬‫ﺴ‬
ِ ‫ﻟ‬ ‫ﻯ‬‫ﻮﺭ‬ ‫ﻴ ﹸﻞ ﺍﹾﻟ‬‫ﻣ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﺒ‬‫ﺒ‬‫ﺳ‬ # ‫ﻋﻠﹶﻴﻪ‬ ‫ﻤ ﹸﺔ ﺍﷲ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﻴ ﹺﻞ‬‫ﻠ‬‫ﺨ‬
 ‫ﻢ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﻋ ﹾﻠ‬

‫ﻡ‬‫ﺾ ﺍﹾﻟ ﹶﻜﺮ‬


‫ﻴ ﹺ‬‫ﻦ ﹶﻓ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺖ‬
 ‫ﻴ‬‫ﺒ‬‫ﺏ ﺍﹾﻟ‬
 ‫ﺭ‬ ‫ﺴﹶﺄ ﹸﻝ‬
 ‫ﻳ‬ # ‫ﻡ‬‫ﺤﺮ‬
 ‫ﻟﹶﻠ‬ ‫ﻰ‬‫ﺴﻌ‬
 ‫ﻳ‬ ‫ﻡ‬ ‫ﺎ‬‫ﺝ ﺍ ِﻹﻣ‬
 ‫ﺮ‬ ‫ﺨ‬
 ‫َﹶﻓ‬

1
‫ﺮ‬‫ﺒﺸ‬‫ﻪ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﺖ ﹶﻟ‬
 ‫ﺒﹶﻠ‬‫ﻯ ﹶﻓﹶﺄ ﹾﻗ‬‫ﻮﺭ‬ ‫ﻦ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﻴ‬‫ﺑ‬ #‫ﺮ‬‫ﺘﺸ‬‫ﻧ‬‫ﺽ ﻓﹶﺎ‬
‫ﻭ ﹺ‬‫ﻌﺮ‬ ‫ﻢ ﺍﻟ‬ ‫ﻋ ﹾﻠ‬ ‫ﻩ‬ ‫ﺩ‬ ‫ﺍ‬‫ﹶﻓﺰ‬
“Ilmunya al-Khalîl (semoga rahmat Allah selalu diberikan kepadanya),
penyebabnya adalah dukungan masyarakat terhadap Sîbaweh.
Maka al-Imam pun pergi bersa’i ke masjid al-Haram, memohon limpahan karunia
dari penguasa al-Bait.
Ilmu ‘arûdh menjadi tambahan ilmunya. Ilmu ini pun tersebar dan diterima di
kalangan masyarakat”.
D. Objek Pembahasan Ilmu ‘Arûdh dan Qawâfî
Objek pembahasa ilmu ‘arûdh dan qawâfî adalah syi’ir Arab dari segi
wazannya dan perubahan-perubahan yang terjadi di dalamnya, baik perubahan
yang diperbolehkan ataupun yang terlarang.
E. Manfaat Ilmu ‘Arûdh dan Qawâfî
Ilmu ‘arûdh dan qawâfî sangat bermanfaat dipelajari oleh para pecinta dan
pembelajar bahasa Arab, terutama mereka yang mendalami ajaran Islam dengan
menggali Alquran dan al-Sunnah, yaitu untuk menambah keyakinan bahwa
Alquran bukanlah syi’ir dan demikian pula hadis Nabi Muhammad saw. Adapun
secara khusus, manfaatnya ialah:
- Dapat membedakan syi’ir dengan natsar.
- Dapat menghindari campur aduknya bahar-bahar syi’ir satu sama lain.
- Dapat menghindari kejanggalan wazan dengan perubahan yang terlarang.
- Dapat membedakan wazan-wazan yang benar dengan yang salah.
F. Tujuan Ilmu ‘Arûdh dan Qawâfî
Tujuan mempelajari ilmu ‘arûdh dan qawâfi adalah untuk mengetahui wazan-
wazan syi’ir yang benar dan yang salah.
RANGKUMAN
1. Ilmu ‘arûdh membahas pola-pola syi’ir Arab untuk mengetahui wazan yang benar
dan yang salah.
2. Ilmu qawâfi membahas ujung kata di dalam bait syi’ir yang terdiri dari huruf akhir
yang mati di ujung bait sampai dengan huruf hidup sebelum huruf mati.

TUGAS TERSTRUKTUR
1. Carilah definisi-definisi lain untuk ‘arûdh dan qawâfi, lalu jelaskan sesuai dengan
pemahaman anda!

2
BAB II
KHATH ‘ARÛDHÎ

TUJUAN
Setelah mengikuti perkuliahan ini diharapkan mahasiswa dapat menjelaskan macam-
macam khath Arab dan keistimewaan khath ‘arûdhî.
BAHASAN
A. Macam-macam Khath Arab
Khath Arab terbagi 3 macam, yaitu khath Imlâi, khath ‘Utsmâni dan khath
‘Arûdhî. Khath imlâi disebut juga dengan khath qiyâsi, yaitu tulisan umumnya
bahasa Arab yang sesuai dengan kaidah imlâ, yang terdiri dari khath Nasakhi,
khath Riq’i, khath Tsulutsi, khath Diwâni, khath Fârisi dan khath Kûfi. Perbedaan
di antara macam-macam khath ini terletak pada bentuk tulisannya semata.
Adapun bentuk-bentuk khath Imlâi adalah sebagai berikut:
1. Contoh khath Nasakhi

◌ِ ‫ﱠح ِيم‬ ِ ْ‫ﷲ الرﱠح‬


ِ ‫من الر‬ ِ ‫ِبس ِْم‬
2. Contoh khath Riq’i

‫بسم
الرحمن الرحيم‬
3. Contoh khath Tsulutsi

‫بسم
الرحمن الرحيم‬
4. Contoh khath Diwâni

‫بسم
الرحمن الرحيم‬
5. Contoh khath Fârisi

‫بسم
الرحمن الرحيم‬
6. Contoh khath Kûfi

‫بسم
الرحمن الرحيم‬
Khath ‘Utsmâni ialah tulisan Arab yang digunakan untuk menulis Alquran di
dalam mushhaf. Perbedaannya dengan khath Imlâi bukan dari segi bentuk huruf,
tetapi dari segi isi huruf, seperti huruf alif yang digunakan untuk memanjangkan
bunyi dalam khath Imlâi ditulis dengan harakah berdiri dalam khath ‘Utsmâni

3
(kata ‫ ﲰﺎﻭﺍﺕ‬yang ditulis dalam khath Imlâi ditulis dalam khath ‘Utsmâni jadi

‫) ﲰـﻮﺕ‬. Huruf alif dalam khath imlâi berubah menjadi wawu dalam khath

‘Utsmâni ( ‫ ﺍﻟﺼﻼﺓ‬jadi ‫ ﺍﻟﺼﻠﻮﺓ‬, ‫ ﺍﻟﺰﻛﺎﺓ‬jadi ‫) ﺍﻟﺰﻛﻮﺓ‬

Khath ‘Arûdhî adalah tulisan Arab yang digunakan dalam membentuk


wazan syi’ir supaya sesuai dengan taf’ilah-nya.
B. Khath ‘Arûdhî
Huruf yang ditulis dalam khath ‘Arûdhî adalah semua bunyi yang
diucapkan, sekalipun bunyi itu tidak tertulis dalam khath Imlâi, sedangkan yang
tak terucapkan, maka tidak ditulis dalam khath ‘Arûdhî, sekalipun tertulis dalam
khath Imlâi.
Di antara huruf yang ditulis secara khath ‘Arûdhî walaupun tidak ada
dalam khath Imlâi adalah:
- Alif pada kata “Lâkin” ( ‫ ) ﻟﻜﻦ‬ditulis secara khath ‘Arûdhî ( ‫ﻦ‬
 ‫ﻛ‬ ‫) ﹶﻟ ﹾﺎ‬,

- Alif pada kata-kata ( ‫ ﻫﺬﺍ‬, ‫ ﻫﺬﻩ‬dan ‫ ) ﻫﺆﻻﺀ‬ditulis secara khath ‘Arûdhî menjadi

( ‫ﻫ ﹾﺎ ﹶﺫﹾﺍ‬ , ‫ﻲ‬
 ‫ﻫ‬ ‫ﺫ‬ ‫ﻫ ﹾﺎ‬ , ‫ﻫ ﹾﺎ ُﺀﹶﻟ ﹾﺎ ِﺀ‬ )

- Tanwin dalam khath Imlâi baik tanwin fathah, tanwin kasrah dan tanwin
dhammah, ditulis secara khath ‘Arûdhi menjadi nun, seperti penulisan ( ‫) ﺭﺟﻞ‬

menjadi ( ‫ﻦ‬
 ‫ﺟﹸﻠ‬ ‫ﺭ‬ ).

- Huruf yang ada di ujung Bait yang dibaca panjang (musyba’) jika yang
dipanjangkannya harkah fathah, maka khath ‘Arûdhî-nya dituliskan huruf alif,
seperti ( ‫ﺏ‬
 ‫ﺎ‬‫ ) ﹸﺃﻋ‬menjadi ( ‫ﺑ ﹾﺎ‬‫ﺎ‬‫ ) ﹸﺃﻋ‬jika yang dipanjangkannya harkah kasrah,

maka dituliskan huruf ya seperti ( ‫ ) ﺑﹺﻪ‬menjadi ( ‫ﻲ‬


 ‫ ) ﹺﺑ ﹺﻬ‬Dan jika yang

dipanjangkannya harkah dhammah, maka dituliskan huruf wawu, seperti ( ‫) ﻟﹶﻪ‬

menjadi ( ‫ﻮ‬ ‫ﻬ‬ ‫) ﹶﻟ‬

- Huruf yang ber-tasydîd dalam khath ‘Arûdhî menjadi dua huruf, yang pertama
mati dan yang kedua hidup, seperti ( ‫ﻊ‬ ‫ﻄ‬
‫ ) ﹶﻗ ﱠ‬menjadi ( ‫ﻊ‬ ‫) ﹶﻗ ﹾﻄ ﹶﻄ‬, ( ‫ﺪ‬ ‫ﻋ‬ ) menjadi ( ‫ﺩ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﻋ‬

4
), dan termasuk dalam kategori ini adalah alif lâm syamsiyah seperti huruf sîn
pada kata ( ‫ﺎ ُﺀ‬‫ﺴﻤ‬
 ‫ ) ﺍﹶﻟ‬menjadi ( ‫ﻤ ﹾﺎ ُﺀ‬ ‫ﺴ‬
 ‫ﺳ‬ ‫) ﹶﺍ‬

- Wawu yang dibaca panjang pada nama-nama seperti ( ‫ﺩ‬‫ ) ﺩﺍﻭ‬dan ( ‫ﺱ‬‫ ﻃﹶﺎﻭ‬ditulis

secara khath ‘arûdhî menjadi ( ‫ﺩ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺩﹾﺍ‬ ) dan ( ‫ﺱ‬
 ‫ﻭ‬ ‫ﻭ‬ ‫) ﹶﻃ ﹾﺎ‬.

Dan di antara huruf yang tidak ditulis dalam khath ‘arûdhî walaupun ada
dalam khath imlâi adalah:
- Hamzah washal yang terdapat di tengah kalimat, seperti ( ‫ﺮ‬ ‫ﻛ‬
‫ﺍ ﹾﺫ ﹸ‬‫ ) ﻭ‬ditulis dengan

khath ‘arûdhî ( ‫ﺮ‬ ‫ﻛ‬


‫ﻭ ﹾﺫ ﹸ‬ )

- Alif pada alif lâm qamariyah seperti ( ‫ﻤ ﹺﺮ‬ ‫ﺍﹾﻟ ﹶﻘ‬‫ )ﻭ‬ditulis dengan khath ‘arûdh ( ‫ﻤ ﹺﺮ‬ ‫ﻭﹾﻟ ﹶﻘ‬

- Alif pada alif lam syamsiyah seperti ( ‫ ﺍﻟﻨﺠﻢ‬ditulis dengan khath ‘arûdhî ( ‫ﻢ‬ ‫ﺠ‬
 ‫ﻨ‬‫ﻧ‬‫ﹶﺍ‬

- Huruf-huruf mad baik alif, ya atau wawu apabila bertemu dengan huruf mati
seperti alif pada kata ( ‫ﻕ‬
‫ﻼﹺ‬
‫ﺧ ﹶ‬ ‫ﻋﻠﹶﻰ ﺍ َﻷ‬ ) ditulis dengan khath ‘arûdhî menjadi ( ‫ﻋﹶﻠ ﹾﻞ‬

‫ﺧﹶﻠﺎﹾﻕ‬ ‫)ﹶﺍ‬, ya pada kata ( ‫ﺪ‬ ‫ﺠ‬


 ‫ﻤ‬ ‫ﻲ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﻘ‬ ‫ﻋﹺﻨ‬ ) ditulis secara khath ‘Arûdhî menjadi ( ‫ﻘ ﹾﻞ‬ ‫ﻋ ﹾﺎﹺﻧ‬

‫ﺪ‬ ‫ﺠ‬
 ‫ﻣ‬ ) dan wawu pada kata ( ‫ﻚ‬
 ‫ﻤ ﹾﻠ‬ ‫ﺍ ﺍﹾﻟ‬‫ﺧ ﹸﻄﻮ‬ ) ditulis dengan khath ‘arûdhî menjadi (

‫ﻚ‬
 ‫ﻣ ﹾﻠ‬ ‫ﺧ ﹸﻄ ﹾﻞ‬ ). Dan termasuk ke dalam kategori ini adalah alif Maqshûr dan ya

manqush yang keduanya tidak bertanwin dan menghadapi huruf mati seperti (
‫ﻮ ﹺﻡ‬ ‫ﻰ ﺍﹾﻟ ﹶﻘ‬‫ ) ﹶﻓﺘ‬ditulis dengan khath ‘arûdhî menjadi ( ‫ﻮ ﹺﻡ‬ ‫ﺘ ﹾﻞ ﹶﻗ‬‫ ) ﹶﻓ‬dan ( ‫ﺪ‬ ‫ﺠ‬
 ‫ﻤ‬ ‫ﻲ ﺍﹾﻟ‬‫ﺎﻟ‬‫ ) ﺑ‬ditulis

dengan khath ‘arûdhî menjadi ( ‫ﺪ‬ ‫ﺠ‬


 ‫ﻣ‬ ‫ﻟ ﹾﻞ‬‫ﺑ ﹾﺎ‬ ).

RANGKUMAN
1. Khath Arab terbagi 3 macam, yaitu khath Imlâi, khath ‘Utsmâni dan khath ‘Arûdhî.
2. Khath ‘Arûdhî melahirkan semua bunyi yang diucapkan, sekalipun tidak tertulis
dalam khath Imlâi.

TUGAS TERSTRUKTUR
1. Jelaskan perbedaan khath Imlâi dengan khath ‘Utsmâni dan khath ‘Arûdhî!

5
BAB III
WAZAN DAN TAFÂ’IL

TUJUAN
Setelah mengikuti perkuliahan ini diharapkan mahasiswa dapat menjelaskan wazan
dan tafâ’il.

BAHASAN
A. Wazan
Wazan adalah kumpulan dari untaian nada yang harmonis bagi kalimat-
kalimat yang tersusun dari satuan-satuan bunyi tertentu yang meliputi harakah
(huruf hidup) dan sakanah (huruf mati) yang melahirkan taf’ilah-taf’ilah dan
bahar syi’ir.
Para ahli ilmu ‘arûdh bersepakat bahwa wazan syi’ir itu berupa lafazh-lafazh
yang diramu dari sepuluh huruf, yaitu lâm, mîm, ‘ain, ta, sîn, ya, waw, fa, nûn, dan

alif. Kesepuluh huruf itu dikumpulkan dalam kalimat: ‫ﳌﻌﺖ ﺳﻴﻮﻓﻨﺎ‬ .

B. Tafâ’il
Kesepuluh huruf di atas melahirkan 3 macam satuan bunyi, yaitu sabab,
watad dan fâshilah. Sabab terdiri dari 2 macam, yaitu sabab khafîf dan sabab
tsaqîl. Watad terdiri dari 2 macam, yaitu watad majmû’ dan watad mafrûq.
Fâshilah juga terdiri dari 2 macam, yaitu fâshilah shughrâ dan fâshilah kubrâ,
sehingga jumlahnya menjadi enam macam satuan bunyi, yaitu:
1. Sabab Khafîf, ialah satuan bunyi dua huruf yang terdiri dari huruf hidup (yang

pertama) dan huruf mati (yang kedua). Contoh : ْ‫ ﻓﹶﺎ‬, ‫ﺲ‬


 ‫ﻣ‬ , ‫ﻒ‬
 ‫ﺗ‬ , ‫ﻦ‬ ‫ ﹸﻟ‬, ‫ﻦ‬ ‫ﺗ‬ , ‫ﻲ‬ ‫ﻋ‬ .

Contoh kata : ‫ﻢ‬


 ‫ ﹶﻟ‬, ‫ﺑ ﹾﻞ‬ , ‫ﺪ‬ ‫ ﹶﻗ‬, ‫ﺐ‬
 ‫ﻫ‬ , ‫ﻲ‬ ‫ﻟ‬ .
2. Sabab tsaqîl, ialah satuan bunyi dua huruf yang terdiri dari huruf hidup dan
huruf hidup.

Contoh seperti : ‫ﺖ‬


 ‫ﻣ‬ , ‫ﻋ ﹶﻞ‬ .
Contoh dalam kata: ‫ﻊ‬
 ‫ﻣ‬ , ‫ﻚ‬
 ‫ ﹶﻟ‬, ‫ﻚ‬
 ‫ ﹺﺑ‬, ‫ﻢ‬ ‫ ﹺﺑ‬, ‫ﻢ‬ ‫ﻟ‬
3. Watad majmû’, ialah satuan bunyi tiga huruf yang terdiri dari dua huruf hidup
(yang pertama dan yang kedua) dan satu huruf mati (yang ketiga).

6
Contoh seperti : ‫ﻮ‬ ‫ﻌ‬ ‫ ﹶﻓ‬, ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ , ‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ , ‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ .

Contoh dalam kata : ‫ﻰ‬‫ﺳﻌ‬ , ‫ﻯ‬‫ ﹶﻏﺰ‬, ‫ﻢ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻧ‬ , ‫ﻡ‬ ‫ﺩ‬
4. Watad mafrûq, ialah satuan bunyi tiga huruf yang terdiri dari huruf hidup (yang
pertama), huruf mati (yang kedua) dan huruf hidup lagi (yang ketiga)

Contoh seperti : ‫ﻉ‬


‫ ﹶﻓ ﹾﺎ ﹺ‬, ‫ﺗ ﹾﻔ ﹺﻊ‬ , ‫ﺕ‬
 ‫ ﹶﻟ ﹾﺎ‬.

Contoh dalam kata : ‫ ﹶﻗ ﹾﺎ ﹶﻝ‬, ‫ﺕ‬


 ‫ﻣ ﹾﺎ‬ , ‫ﺭ‬ ‫ﺳ ﹾﺎ‬ .
5. Fâshilah shughrâ, ialah satuan bunyi empat huruf yang terdiri dari tiga huruf
hidup (yang pertama, kedua dan ketiga) dan satu huruf mati (yang keempat).

‫ﻦ‬ ‫ﺘ‬‫ﻋﹶﻠ‬ , ‫ﺘ ﹶﻔ ﹾﺎ‬‫ﻣ‬ .


Contoh seperti :
Contoh dalam kata : ‫ﺖ‬  ‫ﻐ‬ ‫ﺑﹶﻠ‬ , ‫ﺍ‬‫ﻨﻮ‬‫ﺳ ﹶﻜ‬ , ‫ﺎ‬‫ﺪﻧ‬ ‫ﻣ‬ .
6. Fâshilah kubrâ, ialah satuan bunyi lima huruf yang terdiri dari empat huruf
hidup (yang pertama, kedua, ketiga dan keempat) satu huruf mati (yang
kelima).
Contoh seperti : ‫ﻦ‬
 ‫ﺘ‬‫ﻌﹶﻠ‬ ‫ ﹶﻓ‬.

Contoh dalam kata : ‫ﻢ‬ ‫ﻜ‬


‫ﻤﹶﻠ ﹸ‬ ‫ﻋ‬ , ‫ﻢ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﺘﹶﻠ‬‫ ﹶﻗ‬, ‫ﺒ ﹶﻜ ﹲﺔ‬‫ﺷ‬

Keenam satuan bunyi ini dikumpulkan dalam satu kalimat, yaitu :

‫ﻤ ﹶﻜ ﹰﺔ‬ ‫ﺳ‬ ‫ﺒ ﹴﻞ‬‫ﺟ‬ ‫ﻬ ﹺﺮ‬ ‫ﻋﻠﹶﻰ ﹶﻇ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﻢ ﹶﺃ‬ ‫ﹶﻟ‬


Ditulis dengan khath ‘Arûdhî menjadi :

‫ﻦ‬ ‫ﺘ‬‫ﻤ ﹶﻜ‬ ‫ﺳ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻠ‬‫ﺒ‬‫ﺟ‬ ‫ﻬ ﹺﺮ‬ ‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ ﹶﻇ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﻢ ﹶﺃ‬ ‫ﹶﻟ‬
Dari keenam satuan bunyi di atas tersusunlah sepuluh taf’ilah berikut ini :

1) ‫ﻦ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ ; ﹶﻓ‬5 huruf ( ‫ﻮ‬ ‫ﻌ‬ ‫ = ﹶﻓ‬watad majmû’ dan ‫ﻦ‬ ‫ = ﹸﻟ‬sabab khafîf)
2) ‫ﻦ‬ ‫ﻴﹸﻠ‬‫ﻋ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ ; 7 huruf ( ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ = watad majmû’, ‫ﻲ‬ ‫ﻋ‬ = sabab khafîf dan ‫ﻦ‬ ‫ = ﹸﻟ‬sabab
khafîf)
3) ‫ﻦ‬ ‫ﺘ‬‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ ; 7 huruf ( ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ = watad majmû’, ‫ﻋ ﹶﻞ‬ = sabab tsaqîl dan ‫ﻦ‬ ‫ﺗ‬ = sabab
khafîf; ‫ﻦ‬  ‫ﺘ‬‫ﻋﹶﻠ‬ = fâshilah shughra)
4) ‫ﻦ‬ ‫ﺗ‬‫ﻉ ﹶﻟ ﹾﺎ‬ ‫ ; ﹶﻓ ﹾﺎ ﹺ‬7 huruf ( ‫ﻉ‬ ‫ = ﹶﻓ ﹾﺎ ﹺ‬watad mafrûq, ‫ = ﹶﻟ ﹾﺎ‬sabab khafîf dan ‫ﻦ‬ ‫ﺗ‬ = sabab
khafîf )

7
5) ‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ ; ﹶﻓ ﹾﺎ‬5 huruf ( ‫ = ﹶﻓ ﹾﺎ‬sabab khafîf dan ‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ = watad majmû’)
6) ‫ﻦ‬ ‫ﺗ‬‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ ; ﹶﻓ ﹾﺎ‬7 huruf (‫ = ﹶﻓ ﹾﺎ‬sabab khafîf, ‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ = watad majmû’ dan ‫ﻦ‬ ‫ﺗ‬ = sabab khafîf)
7) ‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬  ‫ﻣ‬ ; 7 huruf ( ‫ﺲ‬  ‫ﻣ‬ = sabab khafîf, ‫ﻒ‬  ‫ﺗ‬ = sabab khafîf dan ‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ = watad
majmû’)
8) ‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹶﻔ ﹾﺎ‬‫ﻣ‬ ; 7 huruf ( ‫ﺖ‬ ‫ﻣ‬ = sabab tsaqîl, ‫ = ﹶﻓ ﹾﺎ‬sabab khafîf, boleh juga ‫ﺘ ﹶﻔ ﹾﺎ‬‫ﻣ‬ =
fâshilah shughra, ‫ﻦ‬  ‫ﻋﹸﻠ‬ = watad majmû’)
9) ‫ﺕ‬ ‫ﻮﹶﻟ ﹾﺎ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻣ ﹾﻔ‬ ; 7 huruf ( ‫ﻒ‬  ‫ﻣ‬ = sabab khafîf, ‫ﻮ‬ ‫ﻋ‬ = sabab khafîf dan ‫ﺕ‬
 ‫ = ﹶﻟ ﹾﺎ‬watad
mafrûq)
10) ‫ﻦ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ ﹺﻊ ﹸﻟ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ ; 7 huruf ( ‫ﺲ‬
 ‫ﻣ‬ = sabab khafîf , ‫ﺗ ﹾﻔ ﹺﻊ‬ = watad mafrûq dan ‫ﻦ‬ ‫ﹸﻟ‬ = sabab
khafîf)
Kesepuluh taf’ilah itu dibagi 2 bagian :
1) Taf’ilah-taf’ilah pokok yang terdiri dari :

‫ﻦ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ ﹶﻓ‬, ‫ﻦ‬ ‫ﻴﹸﻠ‬‫ﻋ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ , ‫ﻦ‬ ‫ﺘ‬‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ dan ‫ﻦ‬ ‫ﺗ‬‫ﻉ ﹶﻟ ﹾﺎ‬
‫ ﹶﻓ ﹾﺎ ﹺ‬.
Semuanya dimulai dengan watad.
2) Taf’ilah-taf’ilah cabang, yaitu :

‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ ﹶﻓ ﹾﺎ‬, ‫ﻦ‬ ‫ﺗ‬‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ ﹶﻓ ﹾﺎ‬, ‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬ ‫ﻣ‬ , ‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹶﻔ ﹾﺎ‬‫ﻣ‬ , ‫ﺕ‬
 ‫ﻮﹶﻟ ﹾﺎ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻣ ﹾﻔ‬ dan ‫ﻦ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ ﹺﻊ ﹸﻟ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ . Keenam taf’ilah

ini dimulai dengan sabab. Dalam hal ini watad lebih kuat dari sabab.

RANGKUMAN
1. Wazan tersusun dari satuan-satuan bunyi tertentu yang meliputi harakah (huruf
hidup) dan sakanah (huruf mati) yang melahirkan taf’ilah-taf’ilah dan bahar
syi’ir.

TUGAS TERSTRUKTUR
1. Jelaskan pengertian wazan dan taf’ilah !

8
BAB IV
BAIT AL-SYI’R

TUJUAN
Setelah mengikuti perkuliahan ini diharapkan mahasiswa dapat menjelaskan definisi
syi’ir, al-bait, unsur-unsurnya, nama-namanya dan dharûrât syi’riyyah.

BAHASAN
A. Definisi syi’ir
Qudâmah bin Ja’far dalam bukunya “Naqd al-Syi’r” mengemukakan
definisi syi’ir sebagai berikut:

‫ﻰ‬‫ﻌﻨ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻋﻠﹶﻰ‬ ‫ﺪ ﱡﻝ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻣ ﹶﻘﻔﱠﻰ‬ ‫ﻭ ﹲﻥ‬ ‫ﺯ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻮ ﹲﻝ‬ ‫ﻮ ﹶﻗ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﺸ‬
 ‫ﺍﻟ‬
“Syi’ir adalah ucapan yang berwazan dan berqâfiyah yang mengandung makna”
Definisi di atas mengandung arti bahwa syi’ir itu mengandung 4 unsur, yaitu 1)
lafazh, 2) wazan, 3) makna, dan 4) qâfiyah.
Syi’ir memilki keistimewaan yang tidak dimiliki oleh natsar. Di antara
keistimewaan-keistimewaannya, adalah:
- Syi’ir merupakan ungkapan dari perasaan yang kuat dan mendalam.
- Kata-katanya dipilih yang paling sesuai dengan situasi yang diceriterakan.
- Untaian kata-katanya disusun menurut irama yang khas yang mengacu kepada
wazan.
-. Keserasian bunyi akhir bergantung kepada qâfiyah, kecuali pada syi’ir bebas.

B. Pengertian al-Bait
Kata bait menurut bahasa berarti rumah/tempat menginap. Sedangkan menurut
istilah dalam ilmu ‘arûdh, bait itu adalah suatu ungkapan sastra yang kata-katanya
tersusun rapih untuk mengikuti not-not yang tersedia dalam taf’ilah-taf’ilah dan
diakhiri dengan qâfiyah.

C. Unsur-unsur al-Bait
Setiap bait terdiri dari bagian-bagian/juz, yaitu:
1. Shadar, yaitu setengah bait yang pertama.
2. ‘Ajz, yaitu setengah bait yang kedua.

9
3. Mishra’ atau syathr, yaitu setengah bait, baik setengah yang pertama (shadar)
atau setengah yang kedua (‘ajz).
4. ‘Arûdh, yaitu taf’ilah yang terakhir dari shadar.
5. Dharab, yaitu taf’ilah yang terakhir dari ‘ajz.
6. Hasywu, yaitu taf’ilah-taf’ilah yang selain ‘arûdh dan dharab.
Untuk lebih memperjelas pembagian ini, kita lihat pada contoh berikut ini :
Contoh syi’ir mufrad

‫ﻼ‬
‫ﺟ ﹶ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻳ ﹸﻜ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻢ ﹶﻟ‬ ‫ﻋ ﹾﻠ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﻴ‬‫ﻓ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻳ ﹸﻜ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻦ ﹶﻟ‬ ‫ﻣ‬ # ‫ﺟ ﹸﻞ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﺎﹶﻟ‬‫ﺊ ﻧ‬ ‫ﻴ‬‫ﺷ‬ ‫ﻑ‬
 ‫ﺮ‬ ‫ﺷ‬ ‫ﻢ ﹶﺃ‬ ‫ﻌ ﹾﻠ‬ ‫ﹶﺍﹾﻟ‬
“Ilmu adalah sesuatu perolehan seseorang yang paling mulia.
Barangsiapa tidak berilmu, maka bukan orang”
Taf’ilah-taf’ilah syi’ir di atas terdiri dari :
‫ﻼ‬
‫ﺟ ﹶ‬ ‫ﺭ‬ /‫ﻦ‬ ‫ﻴ ﹸﻜ‬‫ﻤ‬ ‫ﻨﹶﻠ‬‫ﻣ‬ /‫ﻌ ﹾﻞ‬ ‫ﻴ ﹺﻬ‬‫ﻓ‬ /‫ﻦ‬ ‫ﻴ ﹸﻜ‬‫ﻤ‬ ‫ﻨﹶﻠ‬‫ﻣ‬ # ‫ﺟ ﹸﻞ‬ ‫ﺭ‬ /‫ﻪ‬ ‫ﺎﹶﻟ‬‫ﻨﻨ‬‫ﺋ‬/‫ﻲ‬ ‫ﺸ‬
 ‫ﺭﹸﻓ‬ /‫ﺵ‬
 ‫ﻤﹶﺄ‬ ‫ﻌ ﹾﻠ‬ ‫ﹶﺍﹾﻟ‬

‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﻦ ﹶﻓ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬


 ‫ﻣ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﻦ ﹶﻓ ﹾﺎ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ # ‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﻦ ﹶﻓ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﻦ ﹶﻓ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬

‫ﺏ‬
 ‫ﺮ‬ ‫ﺿ‬
 ‫ﻮ‬ ‫ـــــ‬‫ﺣﺸ‬ ‫ﺽ‬
 ‫ﻭ‬‫ﻋﺮ‬ ‫ﻮ‬ ‫ـــــ‬‫ﺣﺸ‬

‫ﺰ‬ ‫ــــــــ‬‫ﻋﺠ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺪ‬ ‫ــــــــ‬‫ﺻ‬

D. Nama-nama al-Bait
Dilihat dari segi kumplit atau tidaknya bagian-bagian bait, maka terdapat beberapa
macam nama bait, yaitu :
1. Bait tâm, yaitu bait yang kumplit bagian-bagiannya, seperti contoh bait di atas.
2. Bait majzû, yaitu bait yang dibuang dua taf’ilah (taf’ilah ‘arûdh dan dharab).
Selanjutnya, sisa taf’ilah yang terakhir dari shadar menjadi ‘arûdh , dan sisa
taf’ilah yang terakhir dari ‘ajz menjadi dharab. Jika bait itu asalnya terdiri dari
6 taf’ilah, maka bait majzû menjadi 4 taf’ilah.
Contoh bait majzû :

‫ﻙ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺘ‬‫ﻣ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﻋ ﹾﺎ ﹺﺟ ﹴﻞ ﹸﻛﱡﻠ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻋ‬ # ‫ﻪ‬ ‫ﻧ‬‫ﺶ ﹺﺇﻟﱠﺎ ﹶﺃ‬
 ‫ﻴ‬‫ﻌ‬ ‫ﺐ ﺍﹾﻟ‬
 ‫ﻴ‬‫ﻣ ﹾﺎ ﹶﺃ ﹾﻃ‬
“Betapa indahnya penghidupan itu, hanya saja karena tergesa-gesa semuanya
tertinggal”

‫ﻮ‬ ‫ﻭ ﹸﻛ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺘ‬‫ﻣ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻦ ﹸﻛ ﹾﻠﹸﻠ‬ ‫ﻠ‬‫ﻌ ﹾﺎ ﹺﺟ‬ ‫ﻨ‬‫ﻋ‬ #‫ﻮ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻨ‬‫ﻧ‬‫ﺸﹺﺈ ﹾﻝ ﹶﻟ ﹾﺎ ﹶﺃ‬
 ‫ﻴ‬‫ﻋ‬ ‫ﺒ ﹾﻞ‬‫ﻴ‬‫ﻣ ﹾﺎ ﹶﺃ ﹾﻃ‬

‫ﻦ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻣ ﹾﻔ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﻦ ﹶﻓ ﹾﺎ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬


 ‫ﻣ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﻣﺴ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﻦ ﹶﻓ ﹾﺎ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬

10
Bait di atas asalnya 8 taf’ilah, dibuang taf’ilah ‘arûdh dan dharabnya, sehingga
sisanya tinggal 6 taf’ilah.

‫ﻲ‬ ‫ﻴﹺﻨ‬‫ﺼ‬
 ‫ﻌ‬ ‫ﺗ‬‫ﻭ‬ ‫ﻲ‬ ‫ﺒﹺﻨ‬‫ﻀ‬
 ‫ﻐ‬ ‫ﺘ‬‫ ﹶﻓ‬# ‫ــﺎ‬‫ﺮﻫ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺁ‬‫ﻬ ﹾﺎ ﻭ‬ ‫ﺒ‬‫ﺗ‬‫ﻋ ﹾﺎ‬ ‫ﹸﺃ‬
“Aku mencacinya dan akupun menyuruhnya, maka ia memarahiku dan
mendurhakaiku”.
‫ﻲ‬ ‫ﻴﹺﻨ‬‫ﺼ‬
 ‫ﻌ‬ ‫ﺗ‬‫ﻭ‬ ‫ﻲ‬ ‫ﺒﹺﻨ‬‫ﻀ‬
 ‫ﻐ‬ ‫ﺘ‬‫ ﹶﻓ‬# ‫ــﺎ‬‫ﺮﻫ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺁ‬‫ﻬ ﹾﺎ ﻭ‬ ‫ﺒ‬‫ﺗ‬‫ﻋ ﹾﺎ‬ ‫ﹸﺃ‬

‫ﻦ‬ ‫ﺘ‬‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﺘ‬‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﺘ‬‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﻣ ﹶﻔﺎﹾ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﺘ‬‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬
Bait di atas asalnya 6 taf’ilah, dibuang taf’ilah ‘arûdh dan dharabnya, sehingga
sisanya tinggal 4 taf’ilah.
3. Bait masythûr, yaitu bait yang dibuang satu mishra’ (setengah bait), yang ada
hanya satu mishra’. Maka yang satu mishra’ ini sekaligus menjadi shadar dan
‘ajz, dan taf’ilah yang terakhirnya pun sekaligus menjadi ‘arûdh dan dharab.
Contoh bait masythûr :

# ‫ﻤ ﹺﻞ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻰ ﺍﹾﻟ‬‫ﺹ ﻓ‬


‫ﺧﹶﻠ ﹾﺎ ﹺ‬ ‫ﺍﹾﻟﹺﺈ‬‫ﺒ ﹺﺮ ﻭ‬‫ﺼ‬
 ‫ﻚ ﺑﹺﺎﻟ‬
 ‫ﻴ‬‫ﻋﹶﻠ‬
“Hendaklah anda bersabar dan ikhlas dalam beramal”

‫ﻤ ﹺﻞ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻰ ﺍﹾﻟ‬‫ﺹ ﻓ‬‫ﺧﹶﻠ ﹾﺎ ﹺ‬ ‫ﺍﹾﻟﹺﺈ‬‫ﺒ ﹺﺮ ﻭ‬‫ﺼ‬


 ‫ﻚ ﺑﹺﺎﻟ‬
 ‫ﻴ‬‫ﻋﹶﻠ‬
‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﻦ ﹶﻓ‬ ‫ﻌﻠﹸـ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻋﻠﹸــ‬ ‫ﻦ ﹶﻓ ﹾﺎ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬
Bait di atas asalnya 2 mishra’, dibuang satu mishra’ sehingga sisanya tinggal
satu mishra’ lagi.
4. Bait manhûk, adalah bait yang dibuang dua pertiganya, yang ada hanya satu
pertiganya. Bait manhûk hanya terdapat pada bait yang terdiri dari 6 taf’ilah.
Maka bait manhûk hanya terdiri dari 2 taf’ilah. Kedua taf’ilah itu otomatis
sebagai shadar dan ‘ajz, dan taf’ilah yang keduanya otomatis pula menjadi
‘arûdh dan dharab.
Contoh bait manhûk :

# ‫ﻉ‬
 ‫ﺟ ﹶﺬ‬ ‫ﺎ‬‫ﻴﻬ‬‫ﻓ‬ ‫ﻲ‬ ‫ــﹺﻨ‬‫ﻴﺘ‬‫ﻳ ﹾﺎﹶﻟ‬
“Mudah-mudahan aku – pada masa kenabianmu (Muhammad)– masih muda”
‫ﻉ‬
 ‫ﺟ ﹶﺬ‬ ‫ﺎ‬‫ﻴﻬ‬‫ﻓ‬ ‫ﻲ‬ ‫ــﹺﻨ‬‫ﻴﺘ‬‫ﻳ ﹾﺎﹶﻟ‬

‫ﻦ‬ ‫ﻌﻠﹸـ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬


 ‫ﻣ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻌﻠﹸـ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬

11
Bait di atas asalnya 6 taf’ilah, dibuang dua pertiganya, yang ada hanya satu
pertiganya, sehingga sisanya tinggal 2 taf’ilah.
5. Bait mushmit, yaitu bait yang berbeda râwi ‘arûdh dengan râwi dharab-nya.
Penjelasan tentang râwi terdapat pada bab qâfiyah.

‫ﻡ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﺠ‬


‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ ‫ﻚ‬
 ‫ﻴ‬‫ﻨ‬‫ﻴ‬‫ﻋ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺔ‬ ‫ﺑ‬‫ﺎ‬‫ﺼﺒ‬
 ‫ﺎ ُﺀ ﺍﻟ‬‫ ﻣ‬# ‫ﺔ‬ ‫ﻨ ﹺﺰﹶﻟ‬‫ﻣ‬ ‫ﺮﻗﹶﺎ ِﺀ‬ ‫ﺧ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺖ‬
 ‫ﻤ‬ ‫ﺳ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﹶﺃﹶﺃ ﹾﻥ‬
“Apakah air mata kerinduanmu berderai karena melihat kedudukan yang luar
biasa?

6. Bait musharra’, yaitu bait yang mendapat perubahan pada ‘arûdh-nya untuk
mengikuti dharab-nya. Perubahan ini kadang-kadang dengan jalan menambah
atau mengurangi. Contoh bait musharra’ dengan jalan menambah :

‫ﻥ‬ ‫ﺎ‬‫ﺯﻣ‬ ‫ﻨ ﹸﺬ ﹶﺃ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﺗ‬‫ﺎ‬‫ﺖ ﺁﻳ‬


 ‫ﺧﹶﻠ‬ ‫ﺑ ﹴﻊ‬‫ﺭ‬ ‫ﻭ‬ # ‫ﻥ‬ ‫ﺮﻓﹶﺎ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺐ‬
‫ﻴ ﹴ‬‫ﺣﹺﺒ‬ ‫ﻯ‬‫ﺫ ﹾﻛﺮ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻚ‬  ‫ﺒ‬‫ﻧ‬ ‫ﻗﻔﹶﺎ‬
‫ﻥ‬ ‫ﺎ‬‫ﻫﺒ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﻒ‬  ‫ﺣ‬ ‫ﺎ‬‫ﻣﺼ‬ ‫ﻲ‬ ‫ﻓ‬ ‫ﻮ ﹴﺭ‬ ‫ﺑ‬‫ﺯ‬ ‫ﻂ‬ ‫ﺨﱢ‬  ‫ ﹶﻛ‬# ‫ﺖ‬  ‫ﺤ‬  ‫ﺒ‬‫ﺻ‬  ‫ﺎ ﹶﻓﹶﺄ‬‫ﻴﻬ‬‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﻱ‬
 ‫ﺪ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﺑ‬ ‫ﺞ‬ ‫ﺠ‬
 ‫ﺣ‬ ‫ﺖ‬  ‫ﺗ‬‫ﹶﺃ‬
“Berhentilah! Kita menangis dulu, mengenang kekasih, teman akrab dan
tempat tinggal yang tanda-tandanya telah punah sejak lama.
Para peziarah telah datang ke sana setelahku. Tanda-tandanya itu bagaikan
tulisan pada kitab-kitab para pendeta”

Contoh bait musharra’ dengan jalan mengurangi :

‫ﺐ‬
 ‫ﻴ‬ ‫ﺴ‬
ِ ‫ﻋ‬ ‫ﻡ‬ ‫ﺎ ﹶﺃﻗﹶﺎ‬‫ﻢ ﻣ‬ ‫ﻴ‬ ‫ﻘ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻲ‬ ‫ﻧ‬‫ﻭﹺﺇ‬ # ‫ﺏ‬  ‫ﻮ‬ ‫ﻨ‬‫ﺗ‬ ‫ﺏ‬
 ‫ﻮ‬ ‫ﺨ ﹸﻄ‬
 ‫ﺎ ﹶﺃ ﱠﻥ ﺍﹾﻟ‬‫ﺗﻨ‬‫ﺭ‬ ‫ﺎ‬‫ﹶﺃﺟ‬
‫ﺐ‬
 ‫ﻴ‬‫ﺴ‬ ِ ‫ﻧ‬ ‫ﺐ‬‫ﻳ ﹺ‬‫ﻐ ﹺﺮ‬ ‫ﻟ ﹾﻠ‬ ‫ﺐ‬
‫ﻳ ﹴ‬‫ﻭ ﹸﻛ ﱡﻞ ﹶﻏ ﹺﺮ‬ # ‫ﺎ‬‫ﻬﻨ‬ ‫ﻥ ﻫ‬ ‫ﺎ‬‫ﻴﻤ‬‫ﻘ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺎ‬‫ﺎ ﹶﺃﻧ‬‫ﺗﻨ‬‫ﺭ‬ ‫ﺎ‬‫ﹶﺃﺟ‬
“Wahai tetanggaku (kekasih di dalam kubur), sesungguhnya mara bahaya
silih berganti, dan sesungguhnya aku baru akan menjadi penghuni kubur
manakala gunung asih berdiri tegak.
Wahai tetanggaku, sesungguhnya kita sama-sama berdiam di sini, dan setiap
orang asing akan senasib dengan orang asing lagi”

7. Bait muqaffâ, yaitu bait yang ‘arûdh dan dharab-nya sama tanpa ada
perubahan. Contoh:

‫ﻣ ﹺﻞ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﺤ‬


 ‫ﻮ ﹺﻝ ﹶﻓ‬ ‫ﺧ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﻦ ﺍﻟ‬ ‫ﻴ‬‫ﺑ‬ ‫ﻯ‬‫ﻂ ﺍﻟﱢﻠﻮ‬
 ‫ﺴ ﹾﻘ‬
ِ ‫ ﹺﺑ‬# ‫ﻨ ﹺﺰ ﹺﻝ‬‫ﻨ‬‫ﻣ‬‫ﺐ ﻭ‬
‫ﻴ ﹴ‬‫ﺣﹺﺒ‬ ‫ﻯ‬‫ﺫ ﹾﻛﺮ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻚ‬
 ‫ﺒ‬‫ﻧ‬ ‫ﻗﻔﹶﺎ‬

“Berhentilah, kita menangis dulu, mengenang kekasih dan rumah di


Siqthilliwa antara Dakhul dan Haumal”
8. Bait mudawwir, yaitu bait yang kedua syathar-nya bersama-sama pada satu
kata; yaitu sepotong katanya masuk pada syathr awal dan sepotong lagi masuk
pada syathr tsâni. Contoh:

‫ﺕ‬
 ‫ﺎ‬‫ﺴﻨ‬
‫ﺤ‬ ‫ﻭﺍ ﺍﹾﻟ‬‫ َﺀ ﹶﺓ ﹶﺃ ﹾﻛﹶﺜﺮ‬# ‫ﺎ‬‫ﻭﺍ ﺍ ِﻹﺳ‬‫ﻮ ﹶﺫ ﹶﻛﺮ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﻭﹺﺇﺫﹶﺍ‬
“Jika mereka mengingat kejelekan, mereka memperbanyak kebaikan”

12
Al-Bait, ditinjau dari jumlahnya mempunyai beberapa nama, yaitu :
1. Mufrad atau yatîm, yaitu jika hanya terdiri dari satu bait.
2. Nutfah, yaitu jika terdiri dari dua bait.
3. Qith’ah, yaitu jika terdiri dari tiga sampai enam bait.
4. Qashîdah, yaitu jika terdiri dari tujuh bait ke atas.

RANGKUMAN
1. Al-Bait terdiri dari bagian-bagian/juz, yaitu shadar,‘ajz, mishra’ atau syathr,‘arûdh,
dharab dan hasywu.
3. Kumplit atau tidaknya bagian-bagian itu, melahirkan macam-macam nama bait,
yaitu bait tâm, majzû, masythûr, manhûk, mushmit, musharra’, muqaffâ dan
mudawwir.

TUGAS TERSTRUKTUR
1. Jelaskan bagian-bagian dan nama-nama al-bait!

13
BAB V
AL-ZIHÂF

TUJUAN
Setelah mengikuti perkuliahan ini diharapkan mahasiswa dapat menjelaskan
pengertian zihâf dengan pembagiannya.

BAHASAN
A. Pengertian Zihâf
Zihâf ialah perubahan yang terjadi pada huruf kedua dari sabab, baik sabab
tsaqîl dengan mematikan huruf hidup, atau sabab Khafîf dengan membuang huruf
mati.
Huruf sabab yang kedua pada taf’ilah ada pada huruf kedua, keempat,
kelima dan ketujuh. Zihâf itu tidak akan terjadi pada huruf kesatu, ketiga dan
keenam dari taf’ilah, karena bukan tsawânî asbâb (huruf-huruf kedua dari sabab).
Zihâf terbagi dua macam, yaitu zihâf mufrad dan zihâf murakkab

B. Zihâf Mufrad
Zihâf Mufrad ialah perubahan yang terjadi pada satu tempat dari satu
taf’ilah. Zihâf Mufrad ada 8 macam:
1) Idhmâr, yaitu mematikan huruf kedua yang hidup, seperti ( ‫ﻦ‬
 ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹶﻔ ﹾﺎ‬‫ﻣ‬ ) menjadi

(‫ﻦ‬
 ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹶﻔ ﹾﺎ‬‫ﻣ‬ ), kemudian dipindahkan ke taf’ilah lain, yaitu ( ‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ ).

2) Khabn, yaitu membuang huruf kedua yang mati, seperti ( ‫ﻦ‬


 ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ ) ﹶﻓ ﹾﺎ‬menjadi ( ‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﹶﻓ‬

).
3) Waqsh, yaitu membuang huruf kedua yang hidup, seperti ( ‫ﻦ‬
 ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹶﻔ ﹾﺎ‬‫ﻣ‬ ) menjadi

(‫ﻦ‬
 ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ ).

14
4) Thayy, yaitu membuang huruf keempat yang mati, seperti ( ‫ﻦ‬
 ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ ) menjadi

(‫ﻦ‬
 ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ ).

5) ‘Ashb, yaitu mematikan huruf kelima yang hidup, seperti ( ‫ﻦ‬


 ‫ﺘ‬‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ ) menjadi

(‫ﻦ‬
 ‫ﺘ‬‫ﻋ ﹾﻠ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ ), kemudian dipindahkan kepada taf’ilah lain yaitu ( ‫ﻦ‬ ‫ﻴﹸﻠ‬‫ﻋ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ ).

6) Qabdh, yaitu membuang huruf kelima yang mati, seperti ( ‫ﻦ‬


 ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ ) ﹶﻓ‬menjadi (

‫ﻮ ﹸﻝ‬ ‫ﻌ‬ ‫) ﹶﻓ‬.

7) ‘Aql, yaitu membuang huruf kelima yang hidup, seperti ( ‫ﻦ‬


 ‫ﺘ‬‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ ) menjadi (

‫ﻦ‬ ‫ﺘ‬‫ﻋ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ ) kemudian dipindahkan kepada taf’ilah lain yaitu ( ‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ )

8) Kaff, yaitu membuang huruf ketujuh yang mati, seperti ( ‫ﻦ‬


 ‫ﻴﹸﻠ‬‫ﻋ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ ) menjadi (

‫ﻴ ﹸﻞ‬‫ﻋ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ ).

C. Zihâf Murakkab
Zihâf murakkab atau zihâf mujdawij ialah perubahan yang terjadi pada dua
tempat (dua sabab) pada satu taf’ilah.
Zihâf muzdawij atau zihâf murakkab ada 4 macam :
1) Khabl, yaitu campuran dari khabn dan thayy, seperti membuang sîn dan fa
pada taf’ilah ( ‫ﻦ‬
 ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ ) sehingga menjadi ( ‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ‬‫ﻣ‬ sama dengan ( ‫ﻦ‬ ‫ﺘ‬‫ﻌﹶﻠ‬ ‫) ﹶﻓ‬.

2) Khazl, yaitu campuran dari idhmâr dan thayy, seperti mematikan ta dan
membuang alif pada taf’ilah ( ‫ﻦ‬
 ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹶﻔ ﹾﺎ‬‫ﻣ‬ ) sehingga menjadi ( ‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹶﻔ‬‫ﻣ‬ ), atau ( ‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ‬‫ﻣ ﹾﻔ‬

3) Syakl, yaitu campuran dari khabn dan kaff, seperti membuang alif pertama dan
nûn akhir pada taf’ilah ( ‫ﻦ‬
 ‫ﺗ‬‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ ) ﹶﻓ ﹾﺎ‬sehingga menjadi ( ‫ﺕ‬
 ‫ﻌﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫) ﹶﻓ‬.

4) Naqsh, yaitu campuran dari ‘ashb dan kaff, seperti mematikan huruf lam dan
membuang huruf nûn pada taf’ilah (‫ﻦ‬
 ‫ﺘ‬‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ ) sehingga menjadi ( ‫ﺖ‬
 ‫ﻋ ﹾﻠ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ ),

sama dengan ( ‫ﻞ‬


‫ﻴ ﹸ‬‫ﻋ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ ).

15
RANGKUMAN
1. Zihâf ialah perubahan yang terjadi pada huruf kedua dari sabab, baik sabab tsaqîl
dengan mematikan huruf hidup, atau sabab Khafîf dengan membuang huruf mati.
2. Huruf sabab yang kedua pada taf’ilah ada pada huruf kedua, keempat, kelima dan
ketujuh. Zihâf itu tidak akan terjadi pada huruf kesatu, ketiga dan keenam dari
taf’ilah, karena bukan tsawânî asbâb (huruf-huruf kedua dari sabab).
3. Zihâf terbagi dua macam, yaitu zihâf mufrad dan zihâf murakkab

TUGAS TERSTRUKTUR
1. Jelaskan zihâf mufrad dan zihâf murakkab !

16
BAB VI
AL-‘ILLAH

TUJUAN
Setelah mengikuti perkuliahan ini diharapkan mahasiswa dapat menjelaskan
pengertian ‘illah dengan pembagiannya.

BAHASAN
A. Pengertian ‘Illah
‘Illah menurut bahasa berarti penyakit. ‘Illah yang dimaksud dalam ilmu
‘arûdh adalah perubahan yang terjadi pada sabab dan watad dari taf’ilah ‘arûdh
(taf’ilah terakhir pada syatar awal) dan taf’ilah dharab (taf’ilah terakhir pada
syatar awal). ‘Illah tidak terjadi pada selain ‘arûdh dan dharab.
‘Illah sifatnya lazim, artinya jika terjadi pada ’arûdh dan dharab atau pada
salah satunya, maka semua bait harus mengikutinya.
‘Illah ada 2 macam, yaitu:
1) ‘Illah ziyâdah (menambah huruf pada taf’ilah)
2) ‘Illah naqsh (mengurangkan huruf pada taf’ilah)
B. ‘Illah Ziyâdah
‘Illah ziyâdah ada 3 macam, yaitu:

17
1) Tarfîl, yaitu menambahkan sabab Khafîf pada taf’ilah yang diakhiri dengan
watad majmû’, seperti ( ‫ﻦ‬
 ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ ) ﹶﻓ ﹾﺎ‬menjadi ( ‫ﻦ‬ ‫ﺘ‬‫ﻨ‬‫ﻋﹸﻠ‬ ‫) ﹶﻓ ﹾﺎ‬, sama dengan ( ‫ﻦ‬ ‫ﺗ‬‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫) ﹶﻓ ﹾﺎ‬.

2) Tadzyîl, yaitu menambahkan huruf mati pada taf’ilah yang diakhiri dengan
watad majmû’, seperti ( ‫ﻦ‬
 ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ ) menjadi (‫ﻦ‬
 ‫ﻨ‬‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ ), sama dengan (

‫ﻌﹶﻠ ﹾﺎ ﹾﻥ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬


 ‫ﻣ‬ ).

3) Tasbîgh, yaitu menambahkan huruf mati pada taf’ilah yang diakhiri dengan
sabab Khafîf, seperti ( ‫ﻦ‬
 ‫ﺗ‬‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ ) ﹶﻓ ﹾﺎ‬menjadi ( ‫ﻦ‬ ‫ﻨ‬‫ﺗ‬‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫) ﹶﻓ ﹾﺎ‬, sama dengan ( ‫ﺗ ﹾﺎ ﹾﻥ‬‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫) ﹶﻓ ﹾﺎ‬.

C. ‘Illah Naqsh
‘Illah Naqsh ada 9 macam, yaitu :
1) Hadzf, yaitu membuang sabab Khafîf, seperti membuang ( ‫ﻦ‬
 ‫ ) ﹸﻟ‬dari taf’ilah

(‫ﻦ‬
 ‫ﻴﹸﻠ‬‫ﻋ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ ) menjadi ( ‫ﻲ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ ) atau ( ‫ﻦ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫) ﹶﻓ‬

2) Qathf, yaitu membuang sabab Khafîf dan mematikan huruf yang sebelumnya,
seperti membuang ( ‫ﻦ‬
 ‫ﺗ‬ ) pada taf’ilah (‫ﻦ‬
 ‫ﺘ‬‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ ) dan mematikan huruf lâm,

sehingga menjadi ( ‫ﻞ‬


‫ﻋ ﹾ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ ) atau ( ‫ﻦ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫) ﹶﻓ‬

3) Qashr, yaitu membuang huruf kedua dari sabab Khafîf dan mematikan huruf
yang pertamanya, seperti membuang nûn yang mati pada taf’ilah ( ‫ﻦ‬
 ‫ﻴﹸﻠ‬‫ﻋ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ )

dan mematikan huruf lâm menjadi ( ‫ﻞ‬


‫ﻴ ﹾ‬‫ﻋ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ )

4) Qatha’, yaitu membuang huruf akhir dari watad majmû’ dan mematikan huruf
yang keduanya, seperti membuang nûn pada taf’ilah ( ‫ﻦ‬
 ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ ) ﹶﻓ ﹾﺎ‬dan mematikan

huruf lâm, sehingga menjadi ( ‫ﻞ‬


‫ﻋ ﹾ‬ ‫) ﹶﻓ ﹾﺎ‬

5) Tasy’îts, yaitu membuang huruf pertama atau kedua dari watad majmû’,
seperti membuang huruf ‘ain atau lâm pada taf’ilah ( ‫ﻦ‬
 ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫) ﹶﻓ ﹾﺎ‬, menjadi ( ‫ﻦ‬ ‫) ﹶﻓ ﹾﺎﹸﻟ‬

atau ( ‫ﻦ‬
 ‫ﻋ‬ ‫ﹶﻓ ﹾﺎ‬

6) Hadzadz, yaitu membuang watad majmû’, seperti membuang ( ‫ﻦ‬


 ‫ﻋﹸﻠ‬ ) dari

taf’ilah ( ‫ﻦ‬
 ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹶﻔ ﹾﺎ‬‫ﻣ‬ ) sehingga menjadi ( ‫ﺘ ﹶﻔ ﹾﺎ‬‫ﻣ‬ )

18
7) Kasf, yaitu membuang huruf akhir dari watad mafrûq, seperti membuang ( ‫ﺕ‬
 )

dari taf’ilah ( ‫ﺕ‬


 ‫ﻮﹶﻟ ﹾﺎ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻣ ﹾﻔ‬ ) sehingga menjadi ( ‫ﻮﹶﻟ ﹾﺎ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻣ ﹾﻔ‬ ) atau ( ‫ﻦ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻣ ﹾﻔ‬ )

8) Shalm, yaitu membuang watad mafrûq, seperti membuang ( ‫ﺕ‬


 ‫ ) ﹶﻟ ﹾﺎ‬dari taf’ilah

(‫ﺕ‬
 ‫ﻮﹶﻟ ﹾﺎ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻣ ﹾﻔ‬ ) sehingga menjadi ( ‫ﻮ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻣ ﹾﻔ‬ )

9) Waqf, yaitu mematikan huruf akhir dari watad mafrûq, seperti mematikan
huruf ( ‫ﺕ‬
 ) pada taf’ilah ( ‫ﺕ‬
 ‫ﻮﹶﻟ ﹾﺎ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻣ ﹾﻔ‬ ) sehingga menjadi ( ‫ﺕ‬
 ‫ﻮﹶﻟ ﹾﺎ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻣ ﹾﻔ‬ ).

Tambahan :
Kadang-kadang hadzf dan qatha’ terjadi bersama-sama pada satu taf’ilah, maka
yang demikian disebut batr atau abtar, seperti pada taf’ilah ( ‫ﻦ‬
 ‫ﺗ‬‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ ) ﹶﻓ ﹾﺎ‬menjadi

(‫ﻞ‬
‫ﻋ ﹾ‬ ‫) ﹶﻓ ﹾﺎ‬

RANGKUMAN
1. ‘Illah adalah perubahan yang terjadi pada sabab dan watad dari taf’ilah ‘arûdh dan
dharab. ‘Illah tidak terjadi pada selain ‘arûdh dan dharab.
2. ‘Illah ada 2 macam, yaitu: ‘illah ziyâdah dan ‘illah naqsh.

TUGAS TERSTRUKTUR
1. Jelaskan perbedaan antara ‘illah ziyâdah dan ‘illah naqsh!

19
BAB VII
AL-TAQTHÎ’

TUJUAN
Setelah mengikuti perkuliahan ini diharapkan mahasiswa mengetahui teori taqthî’
penerapannya dan dharûrât syi’riyyah .

BAHASAN
A. Pengertian Taqthî’

20
Taqthî’ menurut bahasa adalah mashdar dari qaththa’a ( ‫ﻊ‬ ‫ﻄ‬
‫ ) ﹶﻗ ﱠ‬yang berarti

memotong-motong. Sedangkan menurut istilah dalam ilmu ‘arûdh, taqthî’ itu


adalah memotong-motong bait syi’ir menjadi beberapa bagian (juz), sesuai
dengan tuntutan taf’ilah dalam wazan syi’ir baik huruf-hurufnya maupun vokal
dan konsonannya (harakah dan sakanah-nya).
Tulisan yang digunakan dalam taqthî’ adalah khath ‘arûdhî. Yang ditulis
dalam khath ‘arûdhî adalah setiap huruf yang diucapkan walaupun tidak ada
dalam khat imlâi, yang tidak diucapkan tidak ditulis dalam khath ‘arûdhî
sekalipun tertulis dalam khath imlâi.
Pemotongan bait dalam taqhtî’ ini tidak sekadar dicocokkan dengan salah
satu taf’ilah yang sepuluh macam tapi harus sesuai dengan taf’ilah yang sudah
ditentukan dalam wazan syi’ir tertentu (bahar). Kemampuan seseorang dalam
taqthî’ ditentukan dengan kemahirannya dalam menganalisis bahar-bahar syi’ir.
Sebelum sampai kepada pembahasan tentang bahar-bahar syi’ir, sekedar
gambaran dalam taqhtî’, kita kemukakan di sini salah satu cara yang biasa
digunakan untuk memudahkan dalam taqthî’, yaitu dengan memberikan lambang
( / ) untuk huruf hidup, dan lambang ( o ) untuk huruf mati.

B. Penerapan Taqthî’
Untuk lebih mendekatkan gambaran taqthî’, perhatikan contoh berikut:

‫ﻲ‬‫ﺘﻠ‬‫ﺒ‬‫ﻴ‬‫ﻟ‬ ‫ﻮ ﹺﻡ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻉ ﺍﹾﻟ‬


‫ﺍ ﹺ‬‫ﻧﻮ‬‫ﺑﹶﺄ‬ ‫ﻲ‬ ‫ﻋﹶﻠ‬ # ‫ﻪ‬ ‫ﻭﹶﻟ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﺳ‬ ‫ﻰ‬‫ﺭﺧ‬ ‫ﺤ ﹺﺮ ﹶﺃ‬
 ‫ﺒ‬‫ﺝ ﺍﹾﻟ‬
‫ﻮ ﹺ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻴ ﹴﻞ ﹶﻛ‬‫ﻭﹶﻟ‬
“Keadaan di suatu malam bagaikan ombak laut yang menurunkan tirainya
kepadaku untuk mengujiku dengan berbagai kebingungan”

‫ﻲ‬ ‫ﻠ‬‫ﺘ‬‫ﺒ‬‫ﻴ‬‫ﻟ‬ / ‫ﻮ ﹺﻡ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻫ‬ / ‫ﻋ ﹾﻞ‬ ‫ﻮﹾﺍ‬ ‫ﻧ‬‫ ﹺﺑﹶﺄ‬/ ‫ﻲ‬ ‫ﻴ‬‫ﻋﹶﻠ‬ # ‫ﻮ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻭﹶﻟ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﺳ‬ / ‫ﻰ‬ ‫ﺧ‬ ‫ﺭ‬ ‫ ﹺﺭﹶﺃ‬/ ‫ﺢ‬ ‫ﺒ‬‫ﻮ ﹺﺟ ﹾﻠ‬ ‫ﻤ‬ ‫ ﹶﻛ‬/ ‫ﻦ‬ ‫ﻠ‬‫ﻴ‬‫ﻭﹶﻟ‬
o//o// /o// o/o/o// /o// o//o// o/o// o/o/o// o/o//

‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ / ‫ﻮ ﹸﻝ‬ ‫ﻌ‬ ‫ ﹶﻓ‬/ ‫ﻦ‬ ‫ﻴﹸﻠ‬‫ﻋ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ / ‫ﻮ ﹸﻝ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﹶﻓ‬ # ‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ / ‫ﻦ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ ﹶﻓ‬/ ‫ﻦ‬ ‫ﻴﹸﻠ‬‫ﻋ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ / ‫ﻦ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﹶﻓ‬
Syi’ir yang ditaqhti’ di atas menggunakan bahar thawîl.

C. Dharûrât Syi’riyyah

21
Ada beberapa hal yang terjadi di dalam syi’ir, semata-mata karena
keistimewaan syi’ir untuk mengikuti wazan yang sudah dibakukan. Rincian
keistimewaan itu adalah sebagai berikut :
1) Menanwini kata-kata yang tidak bertanwin, seperti kata ( ‫ﺮ‬ ‫ﺋ‬‫ﺍ‬‫ﺳﺮ‬
 ) menjadi

( ‫ﺍ‬‫ﺋﺮ‬‫ﺍ‬‫ﺳﺮ‬
 ) pada syi’ir Imam Ali yang berbunyi :

‫ﻉ‬
 ‫ﺩ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﺘ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻳ‬ ‫ﺍ‬‫ﺋﺮ‬‫ﺍ‬‫ﺳﺮ‬ ‫ﻚ‬
 ‫ﻴ‬‫ﻰ ﹺﺇﹶﻟ‬‫ﻐﺸ‬ ‫ﻳ‬ # ‫ﺉ‬
‫ﻣ ﹺﺮ ﹺ‬ ‫ﺖ ﹺﺇﹶﻟﻰ ﺍ‬
 ‫ﻌ‬ ‫ﺘ ﹶﻄ‬‫ﺳ‬ ‫ﺎ ﺍ‬‫ﺍ ﻣ‬‫ﺷﺮ‬ ‫ﺶ‬
 ‫ﻐ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﹶﻻ‬
“Janganlah kau tutupi kejelekan kepada seseorang selagi engkau mampu, ia
akan menutupi rahasia-rahasiamu yang lalu”

2) Merubah alif mamdûdah menjadi alif maqshûrah, seperti pada kata ( ‫ﺎ ُﺀ‬‫) ﺍﹾﻟ ﹶﻔﻀ‬

menjadi ( ‫ﺎ‬‫) ﺍﹾﻟ ﹶﻔﻀ‬, dalam syi’ir Al-Hariri yang berbunyi :

‫ﺏ‬
 ‫ﻐ ﹺﺮ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺍﹾﻟ‬‫ﺎ ﻭ‬‫ﺮﹸﻗﻬ‬ ‫ﺸ‬
 ‫ﺗ‬ ‫ﺎ‬‫ﺮﺿ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻮ ﹰﻻ‬ ‫ ﹸﻃ‬# ‫ﺎ‬‫ﻌ ﹸﺔ ﺍﹾﻟ ﹶﻔﻀ‬ ‫ﺳ‬ ‫ﺍ‬‫ﷲ ﻭ‬
ِ ‫ﺽﺍ‬
 ‫ﺭ‬ ‫ﺣ ﹾﻞ ﹶﻓﹶﺄ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﻓﹶﺎ‬
“Berangkatlah! Tanah Allah itu sangat luas panjang lebarnya, timur dan
baratnya”

3) Mengharkati mîm jama’, seperti ( ‫ﻢ‬ ‫ﻫ‬ ) menjadi ( ‫ﻮ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻫ‬ ) dalam syi’ir Imam

Syauki yang berbunyi :

‫ﺍ‬‫ﺒﻮ‬‫ﻫ‬ ‫ﻢ ﹶﺫ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻼ ﹸﻗ‬


‫ﺧ ﹶ‬ ‫ﺖ ﹶﺃ‬
 ‫ﺒ‬‫ﻫ‬ ‫ﻮ ﹶﺫ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻫ‬ ‫ ﹶﻓﹺﺈ ﹾﻥ‬# ‫ﺖ‬
 ‫ﻴ‬‫ﻘ‬ ‫ﺑ‬ ‫ﺎ‬‫ﻕ ﻣ‬
‫ﻼ‬‫ﺧ ﹶ‬ ‫ﻢ ﺍ َﻷ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺎ ﺍ ُﻷ‬‫ﻧﻤ‬‫ﻭﹺﺇ‬
“Kekuatan ummat itu selagi berakhlak, jika akhlak mereka lenyap, mereka
pun lenyap”

4) Menanwini ‘alam munada (nama yang dipanggil), seperti pada kata ( ‫ﺮ‬ ‫ﻄ‬
‫ﻣ ﹶ‬ ‫ﺎ‬‫) ﻳ‬

menjadi ( ‫ﺮ‬ ‫ﻄ‬


‫ﻣ ﹶ‬ ‫ﺎ‬‫ ) ﻳ‬pada syi’ir yang berbunyi

‫ﻡ‬ ‫ﻼ‬
‫ﺳ ﹶ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻣ ﹶﻄ‬ ‫ﺎ‬‫ﻚ ﻳ‬
 ‫ﻴ‬‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﺲ‬
 ‫ﻴ‬‫ﻭﹶﻟ‬ # ‫ﺎ‬‫ﻴﻬ‬‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻣ ﹶﻄ‬ ‫ﺎ‬‫ﷲ ﻳ‬
ِ ‫ﻡ ﺍ‬ ‫ﻼ‬
‫ﺳ ﹶ‬
“Salam Allah semoga diberikan kepadanya wahai Mathar, dan tidak ada
salam untukmu wahai Mathar”

5) Meng-isyba’kan harakah, baik harakah fathah, kasrah, atau dhammah,


sehingga melahirkan huruf mad.
Contoh-contoh :
a. Mengisyba’kan harakah fathah

‫ﻼ‬
‫ﻳ ﹶ‬‫ﺤ ﹺﻮ‬
 ‫ﺘ‬‫ﺩ ﹺﺭ ﺍﻟ‬ ‫ﺎ‬‫ﻭﺑ‬ ‫ﻡ‬ ‫ﻤﻘﹶﺎ‬ ‫ﻉ ﺍﹾﻟ‬
‫ﺪ ﹺ‬ ‫ ﹶﻓ‬# ‫ﺎ‬‫ﻟﻬ‬َ‫ﺎ‬‫ﻦ ﺣ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﺕ‬
 ‫ﺮ‬ ‫ﻴ‬‫ﻐ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﺩ‬ ‫ﻼ‬
‫ﻭﹺﺇﺫﹶﺍ ﺍﹾﻟﹺﺒ ﹶ‬

22
“Apabila negeri-negeri berubah keadaannya, maka tinggalkanlah tempat itu
dan segeralah mengadakan perombakan”

b. Mengisyba’kan harakah kasrah

‫ﻣﹶﺜ ﹺﻞ‬ ‫ﻚ ﹺﺑﹶﺄ‬


 ‫ﻨ‬‫ﻣ‬ ‫ﺡ‬
 ‫ﺎ‬‫ﺻﺒ‬
 ‫ﺎ ﺍ ِﻹ‬‫ﻭﻣ‬ ‫ﺒ ﹴﺢ‬‫ﺼ‬
 ‫ ﹺﺑ‬# ‫ﻲ‬ ‫ﻠ‬‫ﺠ‬
 ‫ﻧ‬‫ﻳ ﹸﻞ ﹶﺃ ﹶﻻ ﺍ‬‫ﻴ ﹸﻞ ﺍﻟ ﱠﻄ ﹺﻮ‬‫ﺎ ﺍﻟﱠﻠ‬‫ﻳﻬ‬‫ﹶﺃ ﹶﻻ ﹶﺃ‬
“Wahai malam panjang, berhentilah dengan subuh, tiada subuh yang lebih
baik darimu”

c. Mengisyba’kan harakah dhammah

‫ﺡ‬
‫ﻼﹺ‬
‫ﺳ ﹶ‬ ‫ﻴ ﹺﺮ‬‫ﻐ‬ ‫ﺎ ﹺﺑ‬‫ﻴﺠ‬‫ﻉ ﹺﺇﻟﹶﻰ ﺍﹾﻟ ﹺﻬ‬
‫ﺎ ﹴ‬‫ ﹶﻛﺴ‬# ‫ﻪ‬ ‫ﺎ ﹶﻟ‬‫ﻦ ﹶﻻ ﹶﺃﺧ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻙ ﹶﺃ ﱠﻥ‬ ‫ﺎ‬‫ﻙ ﹶﺃﺧ‬ ‫ﺎ‬‫ﹶﺃﺧ‬
“Perhatikan saudaramu, karena orang yang tidak punya saudara bagaikan
sang menyerang tanpa senjata”

6) Memberikan harakah kasrah pada akhir kata yang mati, seperti pada kata ( ‫ﻢ‬ ‫ﹶﻟ‬

‫ﺐ‬
 ‫ﺼ‬
 ‫ﻳ‬ menjadi ( ‫ﺐ‬
‫ﺼ ﹺ‬
 ‫ﻳ‬ ‫ﻢ‬ ‫) ﹶﻟ‬. Contoh :

‫ﺐ‬
‫ﺼ ﹺ‬
 ‫ﻳ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﺱ ﹶﻟ‬
‫ﻮ ﹺ‬ ‫ﻕ ﺍﹾﻟ ﹶﻘ‬
 ‫ﺍ‬‫ﻓﺮ‬ ‫ﻮ ﹶﻻ‬ ‫ﻢ ﹶﻟ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﺴ‬
 ‫ﺍﻟ‬‫ ﻭ‬# ‫ﺖ‬
 ‫ﺼ‬
 ‫ﺘ‬‫ﺎ ﺍ ﹾﻗ‬‫ﺏ ﻣ‬
‫ﺎ ﹺ‬‫ﻕ ﺍﹾﻟﻐ‬
 ‫ﺍ‬‫ﻓﺮ‬ ‫ﻮ ﹶﻻ‬ ‫ﺪ ﹶﻟ‬ ‫ﺳ‬ ‫ﺍ ُﻷ‬‫ﻭ‬
“Singa, kalaulah tidak keluar dari utan, maka tak ada ceritanya.
Anak panah, kalau tidak keluar dari busurnya tidak akan kena sasaran”
7) Mengqatha’kan hamzah washal, seperti hamzah pada kata ( ‫) ﺍﻻﺛﻨﲔ‬. Contoh :

‫ﻦ‬ ‫ﻴ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺚ ﹶﻗ‬


 ‫ﻳ‬‫ﺪ‬ ‫ﺤ‬
 ‫ﺮ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﻴ‬‫ﺜ‬‫ﺗ ﹾﻜ‬‫ﻭ‬ ‫ﺖ‬
 ‫ﻨ‬‫ ﹺﺑ‬# ‫ﻪ‬ ‫ﻧ‬‫ﺮ ﹶﻓﹺﺈ‬ ‫ﺳ‬ ‫ﻴ ﹺﻦ‬‫ﻨ‬‫ﺯ ﺍ ِﻹﹾﺛ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺎ‬‫ﹺﺇﺫﹶﺍ ﺟ‬
“Manakala melampaui dua, ia senang karena itu anak perempuan, sedangkan
memperbanyak cerita adalah wajar”
8) Mewashalkan hamzah qatha’, seperti hamzah pada kata ( ‫) ﺃﻡ‬. Contoh :

‫ﻣ ﹺﺮ‬ ‫ﺎ‬‫ﻡ ﻋ‬ ‫ﺮ ﺍ‬ ‫ﻴ‬‫ﺠ‬


‫ﻣ ﹺ‬ ‫ﻱ ﹶﻻﻗﹶﻰ‬
 ‫ﺬ‬ ‫ﻲ ﺍﱠﻟ‬‫ﻼﻗ‬
‫ﻳ ﹶ‬ # ‫ﻪ‬ ‫ﻠ‬‫ﻫ‬ ‫ﻴ ﹺﺮ ﹶﺃ‬‫ﻲ ﹶﻏ‬ ‫ﻓ‬ ‫ﻑ‬
 ‫ﻭ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻊ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﻨ‬‫ﺼ‬
 ‫ﻳ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻭ‬
“Barangsiapa berbuat kebaikan kepada yang bukan ahlinya, niscaya akan
mengalami apa yang dialami oleh tetangga Ummu ‘Amir”
9) Mematikan huruf hidup, seperti pada kata ( ‫ﻮ‬ ‫ﻬ‬ ‫ ) ﹶﻓ‬menjadi ( ‫ﻮ‬ ‫ﻬ‬ ‫) ﹶﻓ‬. Contoh :

‫ﺺ‬
 ‫ﻤ‬ ‫ﺪ ﹸﻗ‬ ‫ﺟ‬ ‫ﻴ ﹺﺮ ﹺﺇﺫﹶﺍ‬‫ﻌ‬ ‫ﻮ ﻛﹶﺎﹾﻟ‬ ‫ﻬ‬ ‫ ﹶﻓ‬# ‫ﺋ ﹺﻖ‬‫ﺎ‬‫ﻲ ﻣ‬ ‫ﺐ ﹸﻛ ﱠﻞ ﹶﻏﹺﺒ‬
 ‫ﺘﹺﻨ‬‫ﺟ‬ ‫ﺍ‬‫ﻭ‬
“Hindarilah setiap orang bodoh yang tolol, karena ia seperti keledai, apabila
sudah besar, ia pun lari”
10) Memecahkan huruf idghâm, seperti pada kata ( ‫ﻞ‬ ‫ ) ﺍﻷﺟ ﹼ‬menjadi ( ‫ﺟﻠﹶﻞ‬ ‫) ﺍ َﻷ‬.

Contoh :

23
‫ﺒ ﹺﻞ‬‫ﺎ ﻓﹶﺎ ﹾﻗ‬‫ﺭﺑ‬ ‫ﺱ‬
‫ﺎ ﹺ‬‫ﻚ ﺍﻟﻨ‬
 ‫ﻴ‬‫ﻠ‬‫ﻣ‬ ‫ﺖ‬
 ‫ﻧ‬‫ ﹶﺃ‬# ‫ﺟﹶﻠ ﹺﻞ‬ ‫ﻌﻠﹶﻰ ﺍ َﻷ‬ ‫ﷲ ﺍﹾﻟ‬
ِ ‫ﺪ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺤ‬
 ‫ﹶﺍﹾﻟ‬
“Segala puji bagi Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung.
Engkau adalah Raja manusia, Tuhan manusia, maka terimalah!”

11) Mentasydîdkan huruf yang tidak bertasydîd, seperti pada kata ( ‫ ) ﺩﻡ‬menjadi

( ‫ﻡ‬ ‫) ﺩ‬. Contoh :

‫ﺪ‬ ‫ﺴ‬
‫ﺤ‬ ‫ﻋﻠﹶﻰ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﺍ‬‫ﺍﺭ‬‫ﺻﺮ‬
 ‫ﺍ‬ ‫ﻚ‬
 ‫ﻴ‬‫ﻐ‬ ‫ﺑ‬ ‫ﻭ‬‫ﻤﺮ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﺎ‬‫ ﻳ‬# ‫ﻪ‬ ‫ﺗ‬‫ﺰ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﺑ‬ ‫ﺮﻏﹰﺎ‬ ‫ﻚ ﹶﻓ‬
 ‫ﻣ‬ ‫ﺩ‬ ‫ﺎ ﹶﻥ‬‫ﹶﺃﻫ‬
“Darahmu menjadi gampang sehabis masa jayanya wahai Amr, kamu masih
menggeluti kedengkian”

RANGKUMAN
1. Taqthî’ adalah memotong-motong bait syi’ir menjadi beberapa bagian (juz), sesuai
dengan tuntutan taf’ilah dalam wazan syi’ir baik huruf-hurufnya maupun vokal
dan konsonannya (harakah dan sakanah-nya).
2. Tulisan yang digunakan dalam taqthî’ adalah khath ‘arûdhî. Yang ditulis dalam
khath ‘arûdhî adalah setiap huruf yang diucapkan walaupun tidak ada dalam khat
imlâi, dan yang tidak diucapkan tidak ditulis dalam khath ‘arûdhî sekalipun ada
dalam khath imlâi.
3. Ada beberapa hal yang terjadi di dalam syi’ir, semata-mata karena keistimewaan
syi’ir untuk mengikuti wazan yang sudah dibakukan, yang demikian disebut
dharûrât syi’riyyah.

TUGAS TERSTRUKTUR
1. Jelaskan pengertian taqthî’ !
2. Jelaskan pengertian dharûrât syi’riyyah !

BAB VIII
BUHÛR AL-SYI’R AL-KHUMÂSIYYAH

TUJUAN
Setelah mengikuti perkuliahan ini diharapkan mahasiswa mengetahui pengetian buhûr
al-syi’r al-khumâsiyyah, al-bahr al-Mutaqârib dan al-bahr al-Mutadârik.

24
BAHASAN
A. Pengetian Buhûr al-Syi’r al-Khumâsiyyah
Kata bahar menurut bahasa berarti laut. Sedangkan menurut istilah dalam
ilmu ‘arûdh, bahar itu adalah wazan (timbangan) tertentu yang dijadikan pola
dalam menggubah syi’ir Arab.
Menurut al-Khalîl bin Ahmad al-Farâhîdî yang menjadi peletak batu pertama
dalam ilmu ‘arûdh, bahar syi’ir itu ada 15 macam. Al-Akhfasy al-Ausath
menambahkan satu bahar, sehingga menjadi 16 bahar. Bahar yang ditambahkan
oleh Al-Akhfasy adalah bahar Mutadârik .
Buhûr al-syi’r al-khumâsiyyah ialah bahar-bahar yang menggunakan
taf’ilah 5 huruf. Bahar yang termasuk dalam kelompok 5 huruf ini ada 2 macam,
yaitu 1) bahar Mutaqârib 2) bahar Mutadârik

B. Al-Bahr al-Mutaqârib
Di dalam bahar Mutaqârib terdapat 2 macam bait :
1. Bait tâm dengan 8 taf’ilah, yaitu :
‫ﻦ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻦ ﹶﻓ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻦ ﹶﻓ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻦ ﹶﻓ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ ﹶﻓ‬# ‫ﻦ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻦ ﹶﻓ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻦ ﹶﻓ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻦ ﹶﻓ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﹶﻓ‬

2. Bait majzû dengan 6 taf’ilah, yaitu :

‫ﻦ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻦ ﹶﻓ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻦ ﹶﻓ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ ﹶﻓ‬# ‫ﻦ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻦ ﹶﻓ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻦ ﹶﻓ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﹶﻓ‬
Bahar Mutaqârib dengan bait tâm mempunyai satu macam ‘arûdh, yaitu ‘arûdh
shahîhah ( ‫ﻦ‬
 ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫)ﹶﻓ‬, dharabnya ada 4 macam, yaitu :

1) Dharab shahîh (‫ﻦ‬


 ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫)ﹶﻓ‬

2) Dharab maqshûr ( ‫ﻦ‬


 ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﺮ ﹶﻓ‬ ‫ﺼ‬
 ‫ ﹶﻗ‬menjadi ‫ﻮ ﹾﻝ‬ ‫ﻌ‬ ‫) ﹶﻓ‬

3) Dharab mahdzûf ( ‫ﻦ‬


 ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻑ ﹶﻓ‬
 ‫ﺣ ﹾﺬ‬ menjadi ‫ﻮ‬ ‫ﻌ‬ ‫)ﹶﻓ‬

4) Dharab abtar ( ‫ﻦ‬


 ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻊ ﹶﻓ‬ ‫ﻭﹶﻗ ﹾﻄ‬ ‫ﻑ‬
 ‫ﺣ ﹾﺬ‬ menjadi ‫ﻊ‬ ‫) ﹶﻓ‬

Bahar Mutaqârib dengan bait majzû mempunyai satu macam ‘arûdh, yaitu ‘arûdh
mahdzûfah ( ‫ﻦ‬
 ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻑ ﹶﻓ‬
 ‫ﺣ ﹾﺬ‬ menjadi ‫ﻌ ﹾﻞ‬ ‫ ﹶﻓ‬/ ‫ﻮ‬ ‫ﻌ‬ ‫) ﹶﻓ‬

Dharabnya ada 2 macam, yaitu :

25
a. Dharab mahdzûf, sama dengan taf’ilah ‘arûdh-nya ( ‫ﻞ‬
‫ﻌ ﹾ‬ ‫ ﹶﻓ‬/ ‫ﻮ‬ ‫ﻌ‬ ‫) ﹶﻓ‬

b. Dharab abtar ( ‫ﻦ‬


 ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻊ ﹶﻓ‬ ‫ﻭﹶﻗ ﹾﻄ‬ ‫ﻑ‬
 ‫ﺣ ﹾﺬ‬ menjadi ‫ﻊ‬ ‫ﹶﻓ‬

Contoh-contoh :
1) Bahar Mutaqârib bait tâm; ‘arûdh shahîhah, dharab shahîh ( ‫ﻦ‬
 ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ ﹶﻓ‬- ‫ﻦ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫) ﹶﻓ‬
‫ﺍ‬‫ﺒﺎﺭ‬‫ﻛ‬ ‫ﻲ‬ ‫ﻟ‬‫ﺎ‬‫ﻤﻌ‬ ‫ﺎ ﹶﺓ ﺍﹾﻟ‬‫ﺣﻴ‬ ‫ﺍ‬‫ﻴﻮ‬‫ﺤ‬
 ‫ﻴ‬‫ﻟ‬ # ‫ﺍ‬‫ﺎﺭ‬‫ﺻﻐ‬
 ‫ﺎ‬‫ﺒﺘ‬‫ﻧ‬ ‫ﺽ‬
‫ﻭ ﹺ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻲ ﺍﻟ‬‫ﻦ ﻓ‬ ‫ﻴ‬‫ﺑ‬‫ﺮ‬ ‫ﻳ‬
“Mereka menanam tanaman di kebun pada waktu kecil, agar hidup tinggi di
waktu besar”

‫ﺭﹾﺍ‬ ‫ﺒ ﹾﺎ‬‫ﻛ‬ /‫ﻲ‬ ‫ﻟ‬‫ﻌ ﹾﺎ‬ ‫ﻣ‬ /‫ﺗ ﹾﻞ‬‫ﻴ ﹾﺎ‬‫ﺣ‬ /‫ﻮ‬ ‫ﻴ‬‫ﺤ‬
 ‫ﻴ‬‫ﻟ‬ # ‫ﺭﹾﺍ‬ ‫ﺎ‬‫ﺻﻐ‬
 /‫ﻦ‬ ‫ﺘ‬‫ﺒ‬‫ﻨ‬‫ﺿ‬
 /‫ﻭ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻔ‬ ‫ﻧ‬/‫ﻲ‬ ‫ﺑﹺﺒ‬‫ﺮ‬ ‫ﻳ‬

o/o// o/o// o/o// o/o// o/o// o/o// o/o// o/o//


‫ﻦ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﹶﻓ‬/‫ﻦ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﹶﻓ‬/‫ﻦ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﹶﻓ‬/‫ﻦ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ ﹶﻓ‬# ‫ﻦ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﹶﻓ‬/‫ﻦ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﹶﻓ‬/‫ﻦ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﹶﻓ‬/‫ﻦ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﹶﻓ‬

2) Bahar Mutaqârib; bait tâm, ‘arûdh shahîhah, dharab maqshûr ( ‫ﻦ‬


 ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ ﹶﻓ‬- ‫ﻮ ﹾﻝ‬ ‫ﻌ‬ ‫) ﹶﻓ‬

‫ﺎ ﹾﻝ‬‫ﺴﻌ‬
 ‫ﻣﹾﺜ ﹶﻞ ﺍﻟ‬ ‫ﻊ‬ ‫ﻴ‬‫ﺿ‬
 ‫ﺍ‬‫ﻣﺮ‬ ‫ﺚ‬
 ‫ﻌ‬ ‫ﺷ‬ ‫ﻭ‬ # ‫ﺕ‬
 ‫ﺎ‬‫ﺋﺴ‬‫ﺎ‬‫ﺓ ﺑ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﺴ‬
 ‫ﻱ ﹺﺇﹶﻟﻰ ﹺﻧ‬
 ‫ﻳ ﹾﺎ ﹺﻭ‬‫ﻭ‬

“Ia mendatangi wanita-wanita miskin, rambutnya kusut, susunya seperti jin


sihir”

‫ﻌ ﹾﺎ ﹾﻝ‬ ‫ﺳ‬ /‫ﺲ‬


 ‫ﻤﹾﺜﹶﻠ‬ ‫ﻋ‬ /‫ﻲ‬ ‫ﺿ‬
 ‫ﺮﹾﺍ‬ ‫ﻣ‬ /‫ﻦ‬ ‫ﺜ‬‫ﻌ‬ ‫ﺷ‬ ‫ﻭ‬ #‫ﻲ‬ ‫ﺗ‬‫ﺴ ﹾﺎ‬
 ‫ﺋ‬/‫ﺒ ﹾﺎ‬‫ﻨ‬‫ﺗ‬‫ﻭ‬ /‫ﺲ‬
 ‫ﹺﺇﹶﻟ ﹾﺎﹺﻧ‬/‫ﻱ‬
 ‫ﻳ ﹾﺎ ﹺﻭ‬‫ﻭ‬

oo// o/o// o/o// o/o// o/o// o/o// o/o// o/o//


‫ﻮ ﹾﻝ‬ ‫ﻌ‬ ‫ ﹶﻓ‬/ ‫ﻦ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﹶﻓ‬/ ‫ﻦ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﹶﻓ‬/‫ﻦ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻦ ﹶﻓ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﹶﻓ‬/‫ﻦ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﹶﻓ‬/‫ﻦ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﹶﻓ‬/‫ﻦ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﹶﻓ‬

3) Bahar Mutaqârib; bait tâm, ‘arûdh shahîhah, dharab mahdzûf ( ‫ﻦ‬


 ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ ﹶﻓ‬- ‫ﻌ ﹾﻞ‬ ‫) ﹶﻓ‬

‫ﺍ‬‫ﻭﻭ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﻱ ﹶﻗ‬


 ‫ﺬ‬ ‫ﺍ ﹶﺓ ﺍﱠﻟ‬‫ﺮﻭ‬ ‫ﻲ ﺍﻟ‬‫ﺎﺳ‬‫ﻳﻨ‬ # ‫ﺎ‬‫ﻳﺼ‬‫ﻋ ﹺﻮ‬ ‫ﺍ‬‫ﻌﺮ‬ ‫ﺷ‬ ‫ﻌ ﹺﺮ‬ ‫ﺸ‬
 ‫ﻦ ﺍﻟ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻱ‬
 ‫ﺭ ﹺﻭ‬ ‫ﻭﹶﺃ‬

“Aku menyampaikan sebuah syi’ir yang sulit yang melupakan orang yang telah
menerimanya dari para perawinya”

‫ﻭ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺭ‬ /‫ﺪ‬ ‫ﻳ ﹶﻘ‬‫ﺬ‬ ‫ﹶﻟ‬/‫ﺗ ﹾﻞ‬‫ﻭﹾﺍ‬ ‫ﺭ‬ /‫ﺮ‬ ‫ﺳ‬ ‫ﻨ ﹾﺎ‬‫ﻳ‬ # ‫ﺎ‬‫ﻳﺼ‬‫ﻋ ﹺﻮ‬ /‫ﺮ ﹾﻥ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﺷ‬ ‫ ﹺﺭ‬/‫ﻊ‬ ‫ﺸ‬
‫ﺸ‬
 ‫ﻨ‬‫ﻣ‬ /‫ﻱ‬
 ‫ﺭ ﹺﻭ‬ ‫ﻭﹶﺃ‬

o// o/o// o/o// o/o// o/o// o/o// o/o// o/o//


‫ﻌ ﹾﻞ‬ ‫ﹶﻓ‬/‫ﻦ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﹶﻓ‬/ ‫ﻦ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﹶﻓ‬/‫ﻦ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ ﹶﻓ‬# ‫ﻦ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﹶﻓ‬/ ‫ﻦ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ ﹶﻓ‬/ ‫ﻦ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ ﹶﻓ‬/ ‫ﻦ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﹶﻓ‬

4) Bahar Mutaqârib; bait tâm, ‘arûdh shahîhah, dharab abtar ( ‫ﻦ‬


 ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ ﹶﻓ‬- ‫ﻊ‬ ‫) ﹶﻓ‬

‫ﻪ‬ ‫ﺴ‬
 ‫ﺒ‬‫ﺣ‬ ‫ﻯ‬‫ﻨﺪ‬‫ﻲ ﺍﻟ‬‫ﻪ ﻓ‬ ‫ﻟ‬‫ﺑ ﹾﺬ‬ ‫ﻋﻠﹶﻰ‬ #‫ﻀ ﹾﻞ‬
 ‫ﺗ ﹶﻔ‬ ‫ﻰ ﹺﺇ ﹾﻥ‬‫ﺤﺼ‬
 ‫ﺎ ﹸﻝ ﹺﺇﻻﱠﺍﹾﻟ‬‫ﺎﺍﹾﻟﻤ‬‫ﻭﻣ‬

26
“Harta itu sekadar perhitungan, jika anda mengutamakan memberikannya
kepada yang jauh niscaya ia terpelihara”

‫ﻪ‬ ‫ﺳ‬ /‫ﺐ‬


 ‫ﺣ‬ ‫ﺪﹾﺍ‬ ‫ﻧ‬/‫ﻦ‬ ‫ﻔ‬ ‫ﻴ‬‫ﻟ ﹺﻬ‬/‫ﺑ ﹾﺬ‬‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ #‫ﻀ ﹾﻞ‬
‫ﻀ‬ ‫ﺗ ﹶﻔ‬/‫ﻦ‬ ‫ﺋ‬‫ﺼ ﹾﺎ‬
 ‫ﺣ‬ /‫ﹸﻟﹺﺈﹾﻟﹶﻠ ﹾﻞ‬/‫ﻤ ﹾﺎ‬ ‫ﻣ ﹾﻠ‬ ‫ﻭ‬

o/ o/o// o/o// o/o// o/o// o/o// o/o// o/o//


‫ﻊ‬ ‫ ﹶﻓ‬/ ‫ﻦ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﹶﻓ‬/‫ﻦ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﹶﻓ‬/‫ﻦ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﹶﻓ‬# ‫ﻦ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﹶﻓ‬/‫ﻦ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﹶﻓ‬/‫ﻦ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﹶﻓ‬/‫ﻦ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﹶﻓ‬

5) Bahar Mutaqârib bait majzû; ‘arûdh mahdzûfah, dharab mahdzûf (‫ﻞ‬


‫ﻌ ﹾ‬ ‫ ﹶﻓ‬- ‫ﻌ ﹾﻞ‬ ‫) ﹶﻓ‬

‫ﻰ‬‫ﺎ ﹶﻗﻀ‬‫ﻋﻠﹶﻰ ﻣ‬ ‫ﺍ‬‫ﺒﺮ‬‫ﺼ‬


 ‫ ﹶﻓ‬# ‫ﻲ‬ ‫ﻟ‬ ‫ﺐ‬
 ‫ﺤ‬
 ‫ﷲ ﺑﹺﺎﹾﻟ‬
ُ ‫ﻰ ﺍ‬‫ﹶﻗﻀ‬
“Allah telah menetapkan rasa cinta bagiku, maka bersabarlah terhadap
ketetapan-Nya”

‫ﻀ ﹾﺎ‬
 ‫ ﹶﻗ‬/ ‫ﻣ ﹾﺎ‬ ‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ / ‫ﺮ ﹾﻥ‬ ‫ﺒ‬‫ﺼ‬
 ‫ ﹶﻓ‬# ‫ﻲ‬ ‫ﻠ‬‫ ﹺﺑ‬/ ‫ﺐ‬
 ‫ﺤ‬
 ‫ﻫﹺﺒ ﹾﻠ‬ / ‫ﻀ ﹾﻠﻠﹶﺎ‬
 ‫ﹶﻗ‬
o// o/o// o/o// o// o/o// o/o//

‫ﻌ ﹾﻞ‬ ‫ ﹶﻓ‬/ ‫ﻦ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ ﹶﻓ‬/ ‫ﻦ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ ﹶﻓ‬# ‫ﻌ ﹾﻞ‬ ‫ ﹶﻓ‬/ ‫ﻦ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ ﹶﻓ‬/ ‫ﻦ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﹶﻓ‬

6) Bahar Mutaqârib bait majzû, ‘arûdh mahdzûfah dan dharab abtar ( ‫ﻞ‬
‫ﻌ ﹾ‬ ‫ ﹶﻓ‬- ‫ﻊ‬ ‫) ﹶﻓ‬

‫ﻚ‬
 ‫ﻴ‬‫ﺗ‬‫ﻳ ﹾﺎ‬ ‫ﺾ‬
 ‫ﻳ ﹾﻘ‬ ‫ﺎ‬‫ ﹶﻓﻤ‬# ‫ﺲ‬
 ‫ﺌ‬‫ﺘ‬‫ﺒ‬‫ﺗ‬ ‫ﻭ ﹶﻻ‬ ‫ﻒ‬
 ‫ﻌ ﱠﻔ‬ ‫ﺗ‬
“Sudahlah, jangan bersedih, karena semua suratan takdir akan datang
kepadamu”

‫ ﹶﻛ ﹾﺎ‬/ ‫ﻲ‬ ‫ﺗ‬‫ﻴ ﹾﺄ‬‫ﺿ‬


 / ‫ﻖ‬ ‫ﻳ‬‫ﻤ ﹾﺎ‬ ‫ ﹶﻓ‬# ‫ﺲ‬
 ‫ﺌ‬‫ﺗ‬ / ‫ﺐ‬
 ‫ﺗ‬‫ﻭﹶﻟ ﹾﺎ‬ / ‫ﻒ‬
 ‫ﻌ ﹾﻔ ﹶﻔ‬ ‫ﺗ‬
o/ o/o// o/o// o// o/o// o/o//

‫ﻊ‬ ‫ ﹶﻓ‬/ ‫ﻦ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ ﹶﻓ‬/ ‫ﻦ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ ﹶﻓ‬# ‫ﻌ ﹾﻞ‬ ‫ ﹶﻓ‬/ ‫ﻦ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ ﹶﻓ‬/ ‫ﻦ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﹶﻓ‬
Di dalam bahar Mutaqârib terdapat 2 macam kebolehan zihâf, yaitu :
1) Hadzf fa’ûlun (‫ﻦ‬
 ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻑ ﹶﻓ‬
 ‫ﺣ ﹾﺬ‬ menjadi ‫ﻌ ﹾﻞ‬ ‫ ﹶﻓ‬/ ‫ﻮ‬ ‫ﻌ‬ ‫ ) ﹶﻓ‬pada ‘arûdh bait tâm . Contoh :
‫ﺏ‬
 ‫ﺩ‬ ‫ﺕ ﺍ َﻷ‬
 ‫ﺳ ﹾﺎ‬ ‫ﻦ ﹶﺃ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻋﻠﹶﻰ‬ ‫ﻱ‬
 ‫ﺪ ﹺﺭ‬ ‫ﺗ‬‫ ﹶﺃ‬# ‫ﻲ‬ ‫ﺘ‬‫ﻤ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻋﻠﹶﻰ ﹺﻧ‬ ‫ﻲ‬ ‫ﻟ‬ ‫ﺍ‬‫ﺳﺪ‬ ‫ﺎ‬‫ﺎﺣ‬‫ﹶﺃﻳ‬
“Wahai salah seorang yang dengki terhadap nikmatku, tahukah kamu
kesopanan orang yang engkau jahati?”

‫ﺏ‬
 ‫ﺩ‬ ‫ ﹶﺃ‬/‫ﺗ ﹾﻞ‬‫ﺳ ﹾﺄ‬ ‫ﹶﺃ‬/‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ /‫ﻱ‬
 ‫ﺪ ﹺﺭ‬ ‫ﺗ‬‫ ﹶﺃ‬# ‫ﻲ‬ ‫ﺘ‬‫ﻣ‬ /‫ﻊ‬ ‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎﹺﻧ‬ /‫ﻲ‬ ‫ﻠ‬‫ﻧ‬‫ﺪ‬ ‫ﺳ‬ /‫ﺣ ﹾﺎ‬ ‫ﺎ‬‫ﹶﺃﻳ‬
o// o/o// o/o// o/o// o// o/o// o/o// o/o//
‫ﻌ ﹾﻞ‬ ‫ ﹶﻓ‬/‫ﻦ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﹶﻓ‬/‫ﻦ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ ﹶﻓ‬/ ‫ﻦ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ ﹶﻓ‬# ‫ﻌ ﹾﻞ‬ ‫ﹶﻓ‬/‫ﻦ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﹶﻓ‬/‫ﻦ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﹶﻓ‬/‫ﻦ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﹶﻓ‬

27
2) Qabdh fa’ûlun ( ‫ﻦ‬
 ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﺾ ﹶﻓ‬
 ‫ﺒ‬‫ ﹶﻗ‬menjadi ‫ﻮ ﹸﻝ‬ ‫ﻌ‬ ‫) ﹶﻓ‬. Zihâf ini dapat terjadi pada semua

taf’ilah atau sebagiannya. Contoh :


‫ﻪ‬ ‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﺣ ﱡﻘ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﻴ ﹶﺊ ﹺﺑ‬‫ﺠ‬
‫ﻳ ﹺ‬ # ‫ﻰ‬‫ﺣﺘ‬ ‫ﺎ ﹶﻝ‬‫ﺰ ﺍﹾﻟﻤ‬ ‫ﻳ ﹾﻜﹺﻨ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻟ‬ ‫ﺖ‬
 ‫ﺒ‬‫ﺠ‬
‫ﻋ ﹺ‬

“Aku mengagumi orang yang menyimpan hartanya sampai datang


kewajibannya, ia timbun”

‫ﻪ‬ ‫ﺳ‬ /‫ﻡ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﹸﻗ‬/‫ﻖ‬ ‫ﺤ‬


 ‫ﻴ‬‫ﹺﺑ ﹺﻬ‬/‫ﻴ ﹶﺊ‬‫ﺠ‬
‫ﻳ ﹺ‬ # ‫ﺘ ﹾﺎ‬‫ﺘ‬‫ﺤ‬
 ‫ﹶﻟ‬/‫ﻤ ﹾﺎ‬ ‫ﺰﹾﻟ‬ ‫ﹺﻧ‬/‫ﻚ‬
 ‫ﻴ‬‫ﻨ‬‫ﻤ‬ ‫ﻟ‬/‫ﺖ‬
 ‫ﺒ‬‫ﺠ‬
‫ﻋ ﹺ‬

o/ o/o// o/o// /o// o/o// o/o// o/o// /o//


‫ﻊ‬ ‫ ﹶﻓ‬/ ‫ﻦ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﹶﻓ‬/ ‫ﻦ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﹶﻓ‬/‫ﻮ ﹸﻝ‬ ‫ﻌ‬ ‫ ﹶﻓ‬# ‫ﻦ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﹶﻓ‬/‫ﻦ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﹶﻓ‬/‫ﻦ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﹶﻓ‬/‫ﻮ ﹸﻝ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﹶﻓ‬

C. Al-Bahr al-Mutadârik
Di dalam bahar Mutadârik terdapat 2 macam bait :
1. Bait tâm dengan 8 taf’ilah, yaitu :
‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﻦ ﹶﻓ ﹾﺎ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﻦ ﹶﻓ ﹾﺎ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﻦ ﹶﻓ ﹾﺎ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ ﹶﻓ ﹾﺎ‬# ‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﻦ ﹶﻓ ﹾﺎ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﻦ ﹶﻓ ﹾﺎ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﻦ ﹶﻓ ﹾﺎ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﹶﻓ ﹾﺎ‬

2. Bait majzû dengan 6 taf’ilah, yaitu :

‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﻦ ﹶﻓ ﹾﺎ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﻦ ﹶﻓ ﹾﺎ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ ﹶﻓ ﹾﺎ‬# ‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﻦ ﹶﻓ ﹾﺎ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﻦ ﹶﻓ ﹾﺎ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﹶﻓ ﹾﺎ‬
Bahar Mutadârik dengan bait tâm mempunyai satu macam ‘arûdh, yaitu
‘arûdh shahîhah ( ‫ﻦ‬
 ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫) ﹶﻓ ﹾﺎ‬. Dharabnya pun hanya satu macam, yaitu dharab shahîh,

sama dengan taf’ilah ‘arûdh-nya ( ‫ﻦ‬


 ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫) ﹶﻓ ﹾﺎ‬

Bahar Mutadârik dengan bait majzû mempunyai satu macam ‘arûdh, yaitu
‘arûdh shahîhah ( ‫ﻦ‬
 ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫) ﹶﻓ ﹾﺎ‬, dharabnya ada 3 macam:

1) dharab shahîh ( ‫ﻦ‬


 ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫) ﹶﻓ ﹾﺎ‬,

2) dharab mudzayyal (‫ﻦ‬


 ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ ﹶﻓ ﹾﺎ‬menjadi ‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ ﹾﻥ‬ ‫) ﹶﻓ ﹾﺎ‬

3) dharab makhbûn muraffal ( ‫ﻦ‬


 ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﻴ ﹸﻞ ﹶﻓ ﹾﺎ‬‫ﻓ‬‫ﺮ‬ ‫ﺗ‬‫ﻭ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﺒ‬‫ﺧ‬ menjadi ‫ﻦ‬ ‫ﺗ‬‫ﻌﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫) ﹶﻓ‬

Contoh-contoh :
1. Bahar Mutadârik; bait tâm, ‘arûdh shahîhah, dharab shahîh ( ‫ﻦ‬
 ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ ﹶﻓ ﹾﺎ‬- ‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫) ﹶﻓ ﹾﺎ‬

‫ﺮ‬ ‫ﻩ ﺑﹺﺎ َﻷﹶﺛ‬ ‫ﺬ‬ ‫ﺧ‬ ‫ﻯ ﹶﺃ‬‫ﺳﻮ‬ ‫ﻋ ﹾﻠ ﹴﻢ‬ ‫ﻀ ﹶﻞ‬


 ‫ﹶﻓ‬#‫ﺮ‬ ‫ﺒ‬‫ﻋ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﻱ ﹶﻗ‬
 ‫ﺬ‬ ‫ﻟﱠﻠ‬ ‫ﻰ‬‫ﻣﻀ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻉ‬
 ‫ﺪ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﹶﻟ‬

28
“Dia tidak melupakan orang yang sudah mati lebih dulu, karena keutamaan
ilmunya di samping akan mengikuti jejaknya”

‫ﺮ‬ ‫ﹺﺑ ﹾﻠﹶﺎﹶﺛ‬/‫ﻲ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﺬ‬ ‫ﺧ‬ ‫ﹶﺃ‬/‫ﻮﹾﺍ‬ ‫ﺴ‬


ِ ‫ﻨ‬‫ﻣ‬ /‫ﻌ ﹾﻞ‬ ‫ﻀﹶﻠ‬
 ‫ﹶﻓ‬#‫ﺮ‬ ‫ﺒ‬‫ﻋ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﹶﻗ‬/‫ﻱ‬
 ‫ﺬ‬ ‫ﻟ ﹾﻠﹶﻠ‬/‫ﻀ ﹾﺎ‬
 ‫ﻤ‬ ‫ﻨ‬‫ﻣ‬ /‫ﻉ‬
 ‫ﺪ‬ ‫ﻴ‬‫ﻤ‬ ‫ﹶﻟ‬

o//o/ o//o/ o//o/ o//o/ o//o/ o//o/ o//o/ o//o/


‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﹶﻓ ﹾﺎ‬/‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ ﹶﻓ ﹾﺎ‬/ ‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﹶﻓ ﹾﺎ‬/ ‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﹶﻓ ﹾﺎ‬#‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﹶﻓ ﹾﺎ‬/ ‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﹶﻓ ﹾﺎ‬/‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ ﹶﻓ ﹾﺎ‬/‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﹶﻓ ﹾﺎ‬

2. Bahar Mutadârik; bait majzû, ‘arûdh shahîhah, dharab shahîh ( ‫ﻦ‬


 ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ ﹶﻓ ﹾﺎ‬- ‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫) ﹶﻓ ﹾﺎ‬

‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﺍﻟ‬‫ﺎ ﻭ‬‫ﻟﻬ‬‫ﻼ‬


‫ﻦ ﹶﺃ ﹾﻃ ﹶ‬ ‫ﻴ‬‫ﺑ‬ # ‫ﻦ‬ ‫ﻴ‬‫ﻜ‬ ‫ﺑ‬‫ﺍ‬‫ﻢ ﻭ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﺍ ﹺﺭ‬‫ﻋﻠﹶﻰ ﺩ‬ ‫ﻒ‬
 ‫ﻗ‬
“Berhentilah di negeri mereka dan menangislah di antara puing-puingnya dan
negeri Diman”

‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺩ‬ ‫ﺩ‬ ‫ﻭ‬ / ‫ﻬ ﹾﺎ‬ ‫ﻟ‬‫ ﹶﻟ ﹾﺎ‬/ ‫ﻁ‬


‫ﻨﹶﺎ ﹾ‬‫ﻴ‬‫ﺑ‬ # ‫ﻦ‬ ‫ﻴ‬‫ﻜ‬ ‫ﺑ‬‫ﻭ‬ / ‫ﻢ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﺩﹾﺍ ﹺﺭ‬ / ‫ﻌﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ﻗ ﹾﻔ‬
o//o/ o//o/ o//o/ o//o/ o//o/ o//o/

‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ ﹶﻓ ﹾﺎ‬/ ‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ ﹶﻓ ﹾﺎ‬/ ‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ ﹶﻓ ﹾﺎ‬# ‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ ﹶﻓ ﹾﺎ‬/ ‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ ﹶﻓ ﹾﺎ‬/ ‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﹶﻓ ﹾﺎ‬

3. Bahar Mutadârik; bait majzû, ‘arûdh shahîhah, dharab mudzayyal (‫ﻦ‬


 ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ ﹶﻓ ﹾﺎ‬- ‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ ﹾﻥ‬ ‫ﹶﻓ ﹾﺎ‬

‫ﺭ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﺎ ﺍﻟ‬‫ﺘﻬ‬‫ﺤ‬


 ‫ﻣ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﺑ‬‫ﺯ‬ ‫ﻡ‬ ‫ ﹶﺃ‬# ‫ﺕ‬
 ‫ﺮ‬ ‫ﻢ ﹶﺃ ﹾﻗ ﹶﻔ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺍ‬‫ﻩ ﺩ‬ ‫ﺬ‬ ‫ﻫ‬
“Apakah ini negeri mereka yang telah mati bahkan seperti tulisan yang telah
terhapus oleh lamanya zaman”
‫ﺭ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﺩ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﻫ‬ /‫ﺖ‬
 ‫ﺤ‬
 ‫ﻤ‬ ‫ﻧ‬‫ﺭ‬ /‫ﻮ‬ ‫ﺑ‬‫ﺰ‬ ‫ﻣ‬ ‫ ﹶﺃ‬# ‫ﺕ‬
 ‫ﺮ‬ ‫ﹶﺃ ﹾﻗ ﹶﻔ‬/‫ﻢ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺩﹾﺍ‬ /‫ﻲ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﺫ‬ ‫ﻫ ﹾﺎ‬
oo//o/ o//o/ o//o/ o//o/ o//o/ o//o/

‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ ﹾﻥ‬ ‫ ﹶﻓ ﹾﺎ‬/ ‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ ﹶﻓ ﹾﺎ‬/ ‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ ﹶﻓ ﹾﺎ‬# ‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ ﹶﻓ ﹾﺎ‬/ ‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﹶﻓ ﹾﺎ‬/‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﹶﻓ ﹾﺎ‬
4. Bahar Mutadârik; bait majzû, ‘arûdh shahîhah, dharab makhbûn muraffal
( ‫ﻦ‬
 ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ ﹶﻓ ﹾﺎ‬- ‫ﻦ‬ ‫ﺗ‬‫ﻌﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫) ﹶﻓ‬

‫ﻥ‬ ‫ﺍ‬‫ﻤﹶﻠﻮ‬ ‫ﻼ ﺍﹾﻟ‬


‫ﺒ ﹶ‬‫ﺎ ﺍﹾﻟ‬‫ﺎﻫ‬‫ﺪ ﹶﻛﺴ‬ ‫ ﹶﻗ‬#‫ﻥ‬ ‫ﺎ‬‫ﻋﻤ‬ ‫ﺤ ﹺﺮ‬
‫ﺸ‬
 ‫ﻯ ﹺﺑ‬‫ﻌﺪ‬ ‫ﺳ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺍ‬‫ﺩ‬
“Negeri Su’da di pantai ‘Uman telah diselimuti bencana siang malam”

‫ﻲ‬ ‫ﻮﹾﺍﹺﻧ‬ ‫ﻣﹶﻠ‬ / ‫ﺒﹶﻠ ﹾﻞ‬‫ﻫ ﹾﻠ‬ / ‫ﺴ ﹾﺎ‬


 ‫ﺪ ﹶﻛ‬ ‫ﹶﻗ‬#‫ﻲ‬ ‫ﻤ ﹾﺎﹺﻧ‬ ‫ﻋ‬ ‫ ﹺﺭ‬/‫ﺢ‬ ‫ﺸ‬
 ‫ﺩﹾﺍﹺﺑ‬ /‫ﻊ‬ ‫ﺳ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺩﹾﺍ‬
o/o/// o//o/ o//o/ o/o/// o//o/ o//o/

29
‫ﻦ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﻌﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ ﹶﻓ‬/ ‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ ﹶﻓ ﹾﺎ‬/ ‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﹶﻓ ﹾﺎ‬# ‫ﻦ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﻌﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ ﹶﻓ‬/‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﹶﻓ ﹾﺎ‬/‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﹶﻓ ﹾﺎ‬
Catatan :
Pada contoh nomor 4 di atas terdapat kejanggalan dalam ketentuan ‘arûdh. ‘Arûdh
yang seharusnya adalah ( ‫ﻦ‬
 ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫) ﹶﻓ ﹾﺎ‬, akan tetapi karena bait ini dijadikan bait

musharra’, maka taf’ilah ‘arûdh-nya dirubah untuk disesuaikan dengan wazan


dharab-nya, baik rawi maupun wazan.
Di dalam bahar Mutadârik terdapat 3 macam kebolehan zihâf, yaitu :
1. Khabn fâ’ilun ( ‫ﻦ‬
 ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﻦ ﹶﻓ ﹾﺎ‬ ‫ﺒ‬‫ﺧ‬ menjadi ‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ ) ﹶﻓ‬pada hasywu, ‘arûdh, dharab. Contoh:

‫ﺟ ﹸﻞ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺟ ﹲﻞ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺎ‬‫ﺘﹶﻠ ﱠﻘ ﹶﻔﻬ‬‫ ﹶﻓ‬# ‫ﺔ‬ ‫ﺠ‬


 ‫ﻟ‬‫ﺍ‬‫ﺼﻮ‬
 ‫ﺖ ﹺﺑ‬
 ‫ﺣ‬ ‫ﺮﹲﺓ ﹸﻃ ﹺﺮ‬ ‫ﹸﻛ‬
“Sebuah bola dipukul dengan tongkat lengkung, lalu ditangkap oleh orang
perorang”

‫ﻮ‬ ‫ﺟﹸﻠ‬ ‫ﺭ‬ /‫ﻦ‬ ‫ﺟﹸﻠ‬ ‫ﺭ‬ /‫ﻬ ﹾﺎ‬ ‫ﹶﻗ ﹶﻔ‬/‫ﻖ‬ ‫ﺘﹶﻠ‬‫ ﹶﻓ‬# ‫ﻲ‬ ‫ﺘ‬‫ﺠ‬
 ‫ﻟ‬/‫ﻮﹾﺍ‬ ‫ﺼ‬
 ‫ﹺﺑ‬/‫ﺖ‬
 ‫ﺣ‬ ‫ ﹸﻃ ﹺﺮ‬/‫ﻦ‬ ‫ﺗ‬‫ﺮ‬ ‫ﹸﻛ‬

o/// o/// o/// o/// o/// o/// o/// o///


‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﹶﻓ‬/ ‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﹶﻓ‬/‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﹶﻓ‬/‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ ﹶﻓ‬# ‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ ﹶﻓ‬/ ‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ ﹶﻓ‬/ ‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ ﹶﻓ‬/‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﹶﻓ‬

2. Tasy’its fâ’ilun ( ‫ﻦ‬


 ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﺚ ﹶﻓ ﹾﺎ‬
‫ﻴ ﹸ‬‫ﻌ‬ ‫ﺸ‬
 ‫ﺗ‬ menjadi‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﻓ‬ ‫ﻦ‬ ‫ ) ﹶﻓ ﹾﺎﹸﻟ‬pada hasywu, ‘arûdh dan

dharab. Contoh :

‫ﺍ‬‫ﺪﺭ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﻭﻓﹰﺎ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺐ‬


 ‫ﻫ‬ ‫ﺗ ﹾﺬ‬ ‫ ﹶﻻ‬#‫ﺍ‬‫ﻴﺮ‬‫ﺧ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﺼ‬
‫ﺤ‬
 ‫ﺗ‬ ‫ﺍ‬‫ﻴﺮ‬‫ﺧ‬ ‫ﻉ‬
 ‫ﺭ‬ ‫ﺯ‬ ‫ﺍ‬
“Tanamlah kebaikan, niscaya anda menuai kebaikan. Janganlah
melenyapkan kebaikan dengan sia-sia”

‫ﺍ‬‫ﺪﺭ‬ ‫ﻫ‬ /‫ﻦ‬ ‫ﻭﹶﻓ‬ ‫ﺭ‬ /‫ﻊ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺒ‬‫ﻫ‬ /‫ﺗ ﹾﺬ‬ ‫ ﹶﻟ ﹾﺎ‬# ‫ﺍ‬‫ﻴﺮ‬‫ﺧ‬ /‫ﺪ‬ ‫ﺼ‬
‫ﺤ‬ ‫ﺗ‬/‫ﺮ ﹾﻥ‬ ‫ﻴ‬‫ﺧ‬ /‫ﻉ‬
 ‫ﺭ‬ ‫ﺯ‬ ‫ﺍ‬

o/o/ o/o/ o/o/ o/o/ o/o/ o/o/ o/o/ o/o/


‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﻓ‬ /‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﻓ‬/‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﻓ‬/‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﻓ‬ # ‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﻓ‬ / ‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﻓ‬ /‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﻓ‬ / ‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﻓ‬

3. Mengumpulkan taf’ilah-taf’ilah ( ‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ ﹶﻓ‬dan ‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﻓ‬ ) pada satu bait. Contoh :

‫ﻩ‬ ‫ﺩ‬ ‫ﺩ‬ ‫ﺆ‬ ‫ﺳ‬ ‫ﻰ‬‫ﺎﻣ‬‫ﺗﺴ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﺠ‬


 ‫ﻤ‬ ‫ﻟ ﹾﻠ‬ # ‫ﺏ‬
‫ﻭﺛﱠﺎ ﹺ‬ ‫ﺊ‬ ‫ﺸ‬
 ‫ﻧ‬ ‫ﻲ‬ ‫ﻓ‬ ‫ﻣ ﹲﻞ‬ ‫ﹶﺃ‬
“Cita-cita pada waktu kecil adalah meraih kehormatan bermegah-megahan
kekuasaan”

30
‫ﻮ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﺩ‬ ‫ﺩ‬ /‫ﻮ‬ ‫ﺳ‬ ‫ﻣ ﹾﺎ‬ /‫ﺴ ﹾﺎ‬
 ‫ﺗ‬‫ﺩ‬ /‫ﺞ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻟ ﹾﻠ‬ # ‫ﻲ‬ ‫ﹶﺛ ﹾﺎﹺﺑ‬/‫ﺙ‬
‫ﻮ ﹾ‬ ‫ﻧ‬‫ﺍ‬/‫ﺶ‬
 ‫ﻨ‬‫ﻴ‬‫ﻓ‬/‫ﻦ‬ ‫ﻣﹸﻠ‬ ‫ﹶﺃ‬

o/// o/o/ o/// o/o/ o/o/ o/o/ o/o/ o///


‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ ﹶﻓ‬/ ‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﻓ‬ /‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﹶﻓ‬/ ‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﻓ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﻓ‬/‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﻓ‬/‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﻓ‬/‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﹶﻓ‬

RANGKUMAN
1. Buhûr al-syi’r al-khumâsiyah ialah bahar-bahar syi’ir yang taf’ilah-taf’ilah-nya
terdiri dari 5 huruf.
2. Yang termasuk dalam buhûr al-syi’r al-khumâsiyah adalah bahar mutaqârib dan
mutadârik

TUGAS TERSTRUKTUR
1. Jelaskan pengertian buhûr al-syi’r al-khumâsiyyah !
2. Jelaskan perbedaan antara bahar Mutaqârib dan Mutadârik !

BAB IX
BUHÛR AL-SYI’R AL-SUBÂ’IYYAH I

TUJUAN
Setelah mengikuti perkuliahan ini diharapkan mahasiswa mengetahui pengetian buhûr
al-syi’r al-subâ’iyyah, al-bahr al-Wâfir dan al-bahr al-Kâmil.

31
BAHASAN
A. Pengetian Buhûr al-Syi’r al-Subâ’iyyah
Buhûr al-syi’r al-subâ’iyyah ialah bahar-bahar yang taf’ilah-taf’ilahnya terdiri
dari tujuh huruf. Di antara bahar-bahar yang termasuk dalam kelompok 7 huruf ini
adalah wâfir, kâmil, hazj dan rajz.

B. Al-Bahr al-Wâfir
Di dalam bahar Wâfir terdapat 2 macam bait :
1. Bait tâm dengan 6 taf’ilah, yaitu :
‫ﻦ‬ ‫ﺘ‬‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﺘ‬‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﺘ‬‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ # ‫ﻦ‬ ‫ﺘ‬‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﺘ‬‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﺘ‬‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬

2. Bait majzû dengan 4 taf’ilah, yaitu :

‫ﻦ‬ ‫ﺘ‬‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﺘ‬‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ # ‫ﻦ‬ ‫ﺘ‬‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﺘ‬‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬
Bahar Wâfir dengan bait tâm mempunyai satu macam ‘arûdh, yaitu ‘arûdh
maqthûfah ( ‫ﻦ‬
 ‫ﺘ‬‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ ‫ﻒ‬
 ‫ ﹶﻗ ﹾﻄ‬menjadi ‫ﻋ ﹾﻞ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ / ‫ﻦ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫) ﹶﻓ‬, dharabnya pun hanya satu, yaitu

dharab maqthuf, sama dengan taf’ilah ‘arûdh-nya ( ‫ﻦ‬


 ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫) ﹶﻓ‬.

Adapun bahar Wâfir dengan bait majzû, ‘arûdh-nya satu, yaitu ‘arûdh shahîhah
(‫ﻦ‬
 ‫ﺘ‬‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ ), dharabnya ada dua macam, yaitu :

a. Dharab shahîh ( ‫ﻦ‬


 ‫ﺘ‬‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ )
b. Dharab ma’shub ( ‫ﻦ‬
 ‫ﺘ‬‫ﻋ ﹾﻠ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ / ‫ﻦ‬ ‫ﻴﹸﻠ‬‫ﻋ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ )
Contoh-contoh :
1. Bahar Wâfir bait tâm, ‘arûdh maqthûfah dan dharab maqthûf ( ‫ﻦ‬
 ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ ﹶﻓ‬- ‫ﻦ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫) ﹶﻓ‬

‫ﺎ ُﺀ‬‫ﺍ ِﻹﺧ‬‫ﺩ ﹸﺓ ﻭ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻢ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﻨ ﹸﻜ‬‫ﻴ‬‫ﺑ‬‫ﻭ‬ # ‫ﻲ‬ ‫ﻴﹺﻨ‬‫ﺑ‬ ‫ﻮ ﹸﻥ‬ ‫ﻳ ﹸﻜ‬‫ﻭ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﺭ ﹸﻛ‬ ‫ﺎ‬‫ﻙ ﺟ‬ ‫ﻢ ﹶﺃ‬ ‫ﹶﺃﹶﻟ‬
“Bukankah aku ini tetanggamu, dan di antara aku dan kamu ada cinta dan
persaudaraan?”
‫ﺧ ﹾﺎ ُﺀ‬ ‫ﹺﺇ‬/‫ﻮ ﹾﻝ‬ ‫ﺗ‬‫ﺩ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻣ‬ /‫ﻤ ﹾﻞ‬ ‫ﻨ ﹸﻜ‬‫ﻴ‬‫ﺑ‬‫ﻭ‬ # ‫ﻲ‬ ‫ﻴٍﹺﻨ‬‫ﺒ‬‫ﻧ‬/‫ﻮ‬ ‫ﻳ ﹸﻜ‬‫ﻮ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺭ ﹸﻛ‬ /‫ﺠ ﹾﺎ‬
 ‫ﻤﹶﺎ ﹸﻛ‬ ‫ﹶﺃﹶﻟ‬

o/o// o///o// o///o// o/o// o///o// o///o//


‫ﻦ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ ﹶﻓ‬/‫ﻦ‬ ‫ﺘ‬‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ / ‫ﻦ‬ ‫ﺘ‬‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ # ‫ﻦ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﹶﻓ‬/‫ﻦ‬ ‫ﺘ‬‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ /‫ﻦ‬ ‫ﺘ‬‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬

2. Bahar Wâfir bait majzû, ‘arûdh shahîhah dan dharab shahîh ( ‫ﻦ‬
 ‫ﺘ‬‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ - ‫ﻦ‬ ‫ﺘ‬‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬

32
‫ﻠﻔﹶﺎ‬‫ﺤ‬
 ‫ﺮ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﺜ‬‫ﻳ ﹾﻜ‬‫ﻭ‬ ‫ﻥ‬ ‫ﺎ‬‫ﻠﺴ‬‫ـ‬#‫ﻙ ﺑﹺﺎﻟـ‬ ‫ﺩ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺖ ﹶﻛ‬
 ‫ﺴ‬
 ‫ﹶﻓﹶﻠ‬
“Aku tidak seperti orang yang mencintaimu dengan lidah tapi banyak
sumpah”

‫ﻠ ﹶﻔ ﹾﺎ‬‫ﺤ‬
 ‫ﺮﹾﻟ‬ ‫ﺛ‬ / ‫ﻚ‬
 ‫ﻳ‬‫ﻮ‬ ‫ﺎﹺﻧ‬‫ﻟﺴ‬ # ‫ﺩ ﹶﻛﹺﺒ ﹾﻞ‬ ‫ﺩ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻳ‬ / ‫ﻦ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺘ ﹶﻜ‬‫ﺴ‬
 ‫ﹶﻓﹶﻠ‬
o///o// o///o// o///o// o///o//

‫ﻦ‬ ‫ﺘ‬‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ / ‫ﻦ‬ ‫ﺘ‬‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ # ‫ﻦ‬ ‫ﺘ‬‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ / ‫ﻦ‬ ‫ﺘ‬‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬

3. Bahar Wâfir bait majzû,‘arûdh shahîhah dan dharab ma’shub ( ‫ﻦ‬


 ‫ﺘ‬‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ - ‫ﻦ‬ ‫ﻴﹸﻠ‬‫ﻋ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ )

‫ﻲ‬ ‫ﻴﹺﻨ‬‫ﺼ‬
 ‫ﻌ‬ ‫ﺗ‬‫ﻭ‬ ‫ﻲ‬ ‫ﺒﹺﻨ‬‫ﻀ‬
 ‫ﻐ‬ ‫ﺘ‬‫ ﹶﻓ‬# ‫ﺎ‬‫ﺮﻫ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺁ‬‫ﺎ ﻭ‬‫ﺒﻬ‬‫ﺗ‬‫ﺎ‬‫ﹸﺃﻋ‬
Aku mencacinya tapi aku menyuruhnya, maka ia memarahiku dan
mendurhakaiku

‫ﻲ‬ ‫ﻴﹺﻨ‬‫ﺼ‬
 ‫ﻌ‬ ‫ﺗ‬‫ﻭ‬ / ‫ﻲ‬ ‫ﺒﹺﻨ‬‫ﻀ‬
 ‫ﻐ‬ ‫ﺘ‬‫ ﹶﻓ‬# ‫ﻫ ﹾﺎ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻭﹶﺃﹾﺍ‬ / ‫ﺎ‬‫ﺒﻬ‬‫ﺗ‬‫ﻋ ﹾﺎ‬ ‫ﹸﺃ‬
o/o/o// o///o// o///o// o///o//

‫ﻦ‬ ‫ﻴﹸﻠ‬‫ﻋ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ / ‫ﻦ‬ ‫ﺘ‬‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ # ‫ﻦ‬ ‫ﺘ‬‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ / ‫ﻦ‬ ‫ﺘ‬‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬
Di dalam bahar Wâfir hanya diperbolehkan satu macam zihâf, yaitu
‘ashbu mufâ’alatun ( ‫ﻦ‬
 ‫ﺘ‬‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ ‫ﺐ‬
 ‫ﺼ‬
 ‫ﻋ‬ menjadi ‫ﻦ‬ ‫ﺘ‬‫ﻋ ﹾﻠ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ / ‫ﻦ‬ ‫ﻴﹸﻠ‬‫ﻋ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ ). Zihâf ini terdapat

pada hasywu dan ‘arûdh, dan dianggap sebagai zihâf yang baik dan banyak
terpakai. Perhatikan contoh berikut ini :
‫ﺏ‬
 ‫ﺘﻄﹶﺎ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻳ‬ ‫ﻌ ﹴﻞ‬ ‫ﻔ‬ ‫ﻢ ﹺﺑ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻣ ﹾﻠ‬ ‫ﺎ‬‫ ﹶﻓﻌ‬# ‫ﺎ‬‫ﻳﺒ‬‫ﻮ ﹴﻡ ﹶﻏ ﹺﺮ‬ ‫ﻲ ﹶﻗ‬ ‫ﻓ‬ ‫ﺖ‬
 ‫ﻨ‬‫ﺎ ﹸﻛ‬‫ﹺﺇﺫﹶﺍ ﻣ‬
“Jika anda berada di kalangan orang-orang asing, maka pergaulilah mereka
dengan perbuatan yang baik”

‫ﻮ‬ ‫ﺑ‬‫ﺗﻄﹶﺎ‬/‫ﺲ‬
 ‫ﻴ‬‫ﻨ‬‫ﻠ‬‫ﻌ‬ ‫ﻔ‬ ‫ﹺﺑ‬/‫ﻢ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻣ ﹾﻠ‬ ‫ﻌ ﹾﺎ‬ ‫ ﹶﻓ‬# ‫ﺎ‬‫ﻳﺒ‬‫ ﹶﻏ ﹺﺮ‬/‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻴ ﹶﻘ‬‫ﻔ‬ ‫ﺗ‬/‫ﻦ‬ ‫ﻣ ﹾﺎ ﹸﻛ‬ ‫ﹺﺇ ﹶﺫﹾﺍ‬
o/o// o///o// o///o// o/o// o///o// o///o//
‫ﻦ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﹶﻓ‬/‫ﻦ‬ ‫ﻴﹸﻠ‬‫ﻋ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ /‫ﻦ‬ ‫ﻴﹸﻠ‬‫ﻋ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ # ‫ﻦ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﹶﻓ‬/‫ﻦ‬ ‫ﻴﹸﻠ‬‫ﻋ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ /‫ﻦ‬ ‫ﻴﹸﻠ‬‫ﻋ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬
Contoh lain:
‫ﻖ‬ ‫ﺧﹶﻠ‬ ‫ﺎ‬‫ﺪﻫ‬ ‫ﻳ‬‫ﺪ‬ ‫ﺟ‬ ‫ ﹶﻓ ﹸﻜ ﱡﻞ‬# ‫ﺎ‬‫ﻧﻴ‬‫ﺪ‬ ‫ﺠ ﹸﺔ ﺍﻟ‬
 ‫ﻬ‬ ‫ﺑ‬ ‫ﺖ‬
 ‫ﻮﱠﻟ‬ ‫ﺗ‬
“Dia dikuasai oleh kemegahan dunia, maka setiap yang baru menjadi
akhlaknya

‫ﻮ‬ ‫ﺧﹶﻠ ﹸﻘ‬ ‫ﻫ ﹾﺎ‬ ‫ﺩ‬ / ‫ﻱ‬


 ‫ﺪ‬ ‫ﺠ‬
 ‫ ﹶﻓ ﹸﻜ ﹾﻠﹸﻠ‬# ‫ﺎ‬‫ﻧﻴ‬‫ﺩ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﺘ‬‫ﺟ‬ / ‫ﻪ‬ ‫ﺒ‬‫ﺘ‬‫ﻮﹾﻟﹶﻠ‬ ‫ﺗ‬
o///o// o///o// o/o/o// o/o/o//

33
‫ﻦ‬ ‫ﺘ‬‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ / ‫ﻦ‬ ‫ﺘ‬‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ # ‫ﻦ‬ ‫ﻴﹸﻠ‬‫ﻋ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ / ‫ﻦ‬ ‫ﻴﹸﻠ‬‫ﻋ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬
C. Al-Bahr al-Kâmil
Di dalam bahar Kâmil ada 2 macam bait :
1. Bait tâm dengan 6 taf’ilah, yaitu :
‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹶﻔ ﹾﺎ‬‫ﻣ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹶﻔ ﹾﺎ‬‫ﻣ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹶﻔ ﹾﺎ‬‫ﻣ‬ # ‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹶﻔ ﹾﺎ‬‫ﻣ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹶﻔ ﹾﺎ‬‫ﻣ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹶﻔ ﹾﺎ‬‫ﻣ‬

2. Bait majzû dengan 4 taf’ilah, yaitu :

‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹶﻔ ﹾﺎ‬‫ﻣ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹶﻔ ﹾﺎ‬‫ﻣ‬ # ‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹶﻔ ﹾﺎ‬‫ﻣ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹶﻔ ﹾﺎ‬‫ﻣ‬
Bahar Kâmil bait tâm mempunyai 2 macam ‘arûdh dan 5 macam dharab, yaitu:
1. Arudh shahîhah ( ‫ﻦ‬
 ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹶﻔ ﹾﺎ‬‫ﻣ‬ ), dharabnya ada 3

a. Dharab shahîh, ( ‫ﻦ‬


 ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹶﻔ ﹾﺎ‬‫ﻣ‬ )
b. Dharab maqthû’ ( ‫ﻞ‬
‫ﻋ ﹾ‬ ‫ﺘ ﹶﻔ ﹾﺎ‬‫ﻣ‬ / ‫ﻦ‬ ‫ﺗ‬‫ﻌﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫) ﹶﻓ‬
c. Dharab hadzadz mudhmar ( ‫ﺘ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ ‫ﻣ‬ / ‫ﻦ‬
 ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﻓ‬ )
2. ‘Arûdh hadzdzâu ( ‫ﻦ‬
 ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹶﻔ ﹾﺎ‬‫ﻣ‬ ‫ﺣ ﱡﺬ‬ - ‫ﺘ ﹶﻔ ﹾﺎ‬‫ﻣ‬ / ‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫) ﹶﻓ‬, dharabnya ada 2, yaitu :

a. Dharab hadzadz ( ‫ﺘ ﹶﻔ ﹾﺎ‬‫ﻣ‬ / ‫ﻦ‬


 ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫) ﹶﻓ‬

b. Dharab hadzadz mudhmar ( ‫ﺘ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ ‫ﻣ‬ / ‫ﻦ‬


 ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﻓ‬ )

Bahar Kâmil bait majzû mempunyai satu macam ‘arûdh yaitu ‘arûdh shahîhah (
‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹶﻔ ﹾﺎ‬‫ﻣ‬ dharabnya ada 4 :

a. Dharab shahîh ( ‫ﻦ‬


 ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹶﻔ ﹾﺎ‬‫ﻣ‬ )

b. Dharab muraffal ( ‫ﻦ‬


 ‫ﺗ‬‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ﺘ ﹶﻔ ﹾﺎ‬‫ﻣ‬ )

c. Dharab mudzayyal ( ‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ ﹾﻥ‬ ‫ﺘ ﹶﻔ ﹾﺎ‬‫ﻣ‬ )

d. Dharab maqthû’ ( ‫ﻞ‬


‫ﻋ ﹾ‬ ‫ﺘ ﹶﻔ ﹾﺎ‬‫ﻣ‬ / ‫ﻦ‬ ‫ﺗ‬‫ﻌﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫) ﹶﻓ‬

Contoh-contoh :
1. Bahar Kâmil bait tâm, ‘arûdh shahîhah dan dharab shahîh ( ‫ﻦ‬
 ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹶﻔ ﹾﺎ‬‫ﻣ‬ - ‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹶﻔ ﹾﺎ‬‫ﻣ‬ )

‫ﻊ‬ ‫ﻨ‬‫ﻤ‬ ‫ﻳ‬‫ﻭ‬ ‫ﺵ‬


‫ﺎ ﹺ‬‫ﻤﻌ‬ ‫ﻋ ﹺﻦ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﻕ‬
 ‫ﻮ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﺐ‬
 ‫ﺒ‬‫ﺳ‬ # ‫ﺎ‬‫ﻧﻬ‬‫ﺍﹾﻟﹺﺒﻄﹶﺎﹶﻟ ﹶﺔ ﹺﺇ‬‫ﺳ ﹶﻞ ﻭ‬ ‫ﺘﻜﹶﺎ‬‫ﻉ ﺍﻟ‬
‫ﺩ ﹺ‬ ‫ﻭ‬

“Jangan bermalas-malasan dan banyak menganggur, karena hal itu akan


menyebabkan terlambat dan terhambatnya penghidupan”

34
‫ﻮ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻨ‬‫ﻤ‬ ‫ﻳ‬‫ﻮ‬ ‫ﺷ‬ /‫ﻌ ﹾﺎ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻌﹺﻨ ﹾﻠ‬ ‫ﹸﻗ‬/‫ﻮ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻴ‬‫ﻨ‬‫ﺒ‬‫ﺒ‬‫ﺳ‬ # ‫ﻬ ﹾﺎ‬ ‫ﻨ‬‫ﻧ‬‫ﺘﹺﺈ‬‫ﹶﻟ‬/‫ﻮﹾﻟﹺﺒ ﹶﻄ ﹾﺎ‬ ‫ﺳﹶﻠ‬ /‫ﺘ ﹶﻜ ﹾﺎ‬‫ﺘ‬‫ﻋ‬ ‫ﺩ‬ ‫ﻭ‬

o//o/// o//o/// o//o/// o//o/// o//o/// o//o///


‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹶﻔ ﹾﺎ‬‫ﻣ‬ /‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹶﻔ ﹾﺎ‬‫ﻣ‬ /‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹶﻔ ﹾﺎ‬‫ﻣ‬ # ‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹶﻔ ﹾﺎ‬‫ﻣ‬ /‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹶﻔ ﹾﺎ‬‫ﻣ‬ /‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹶﻔ ﹾﺎ‬‫ﻣ‬

2. Bahar Kâmil bait tâm, ‘arûdh shahîhah dan dharab maqthû’ ( ‫ﻦ‬
 ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹶﻔ ﹾﺎ‬‫ﻣ‬ - ‫ﻦ‬ ‫ﺗ‬‫ﻌﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫) ﹶﻓ‬

‫ﺍ‬‫ﺍﺭ‬‫ﻣﺮ‬ ‫ﻼ ﹺﻡ‬
‫ﻋﻠﹶﻰ ﺍﹾﻟ ﹶﻜ ﹶ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﻨ‬‫ﺘ‬‫ ﹶﻓﹶﻠ‬# ‫ﺮ ﹶﺓ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻚ‬
 ‫ﺗ‬‫ﻮ‬ ‫ﺳ ﹸﻜ‬ ‫ﻋﻠﹶﻰ‬ ‫ﺖ‬
 ‫ﻣ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﻧ‬ ‫ﹶﻓﹺﺈﺫﹶﺍ‬
“Jika anda menyesal karena diam satu kali, maka hendaklah anda menyesal
beberapa kali karena berkata”

‫ﺍ‬‫ﺍﺭ‬‫ﻤﺮ‬ ‫ﻣ‬ /‫ﻌﹶﻠ ﹾﻠ ﹶﻜﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ﻧ‬/‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﻨ‬‫ﺘ‬‫ ﹶﻓﹶﻠ‬# ‫ﺎ‬‫ﺭﺗ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺗ ﹶﻜ‬/‫ﻮ‬ ‫ﺳ ﹸﻜ‬ ‫ﻌﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ﺗ‬/‫ﻡ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﻧ‬‫ﹶﻓﹺﺈ ﹶﺫﹾﺍ‬

o/o/// o//o/// o//o/// o//o/// o//o/// o//o///


‫ﻦ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﻌﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ﹶﻓ‬/‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹶﻔ ﹾﺎ‬‫ﻣ‬ /‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹶﻔ ﹾﺎ‬‫ﻣ‬ # ‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹶﻔ ﹾﺎ‬‫ﻣ‬ /‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹶﻔ ﹾﺎ‬‫ﻣ‬ /‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹶﻔ ﹾﺎ‬‫ﻣ‬

3. Bahar Kâmil bait tâm, ‘arûdh shahîhah dharab hadzadz mudhmar ( ‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹶﻔ ﹾﺎ‬‫ﻣ‬ -

‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﻓ‬ )

‫ﺮ‬ ‫ﺎ ﺍﹾﻟ ﹶﻘ ﹾﻄ‬‫ﻤﻬ‬ ‫ﺳ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻴ‬‫ﻭ ﹶﻏ‬ ‫ﺖ‬


 ‫ﺳ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺩ‬ # ‫ﻗ ﹺﻞ‬‫ﺎ‬‫ﻴ ﹺﻦ ﹶﻓﻌ‬‫ﺘ‬‫ﻣ‬ ‫ﺍ‬‫ﺎ ﹺﺭ ﹺﺑﺮ‬‫ﺪﻳ‬ ‫ﻦ ﺍﻟ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﹶﻟ‬
“Sesungguhnya di antara negeri-negeri yang berada di Ramatain sampai
dengan ‘Aqil ada negeri yang bekas-bekasnya telah musnah dan tanda-
tandanya diubah oleh ujan”

‫ﻭ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﹶﻗ ﹾﻄ‬/‫ﻬ ﹾﻞ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺳ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻳ‬/‫ﻲ‬ ‫ﻮ ﹶﻏ‬ ‫ﺘ‬‫ﺳ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺩ‬ # ‫ﻲ‬ ‫ﻠ‬‫ﻗ‬‫ﺎ‬‫ﹺﻧ ﹶﻔﻌ‬/‫ﻲ‬ ‫ﺘ‬‫ﻣ‬ ‫ﺍ‬‫ ﹺﺭﹺﺑﺮ‬/‫ﻳ ﹾﺎ‬‫ﺩ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﻨ‬‫ﻤ‬ ‫ﹶﻟ‬

o/o/ o//o/// o//o/// o//o/// o//o/// o//o///


‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﻓ‬ / ‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹶﻔ ﹾﺎ‬‫ﻣ‬ / ‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹶﻔ ﹾﺎ‬‫ﻣ‬ # ‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹶﻔ ﹾﺎ‬‫ﻣ‬ /‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹶﻔ ﹾﺎ‬‫ﻣ‬ /‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹶﻔ ﹾﺎ‬‫ﻣ‬

4. Bahar Kâmil bait tâm, ‘arûdh hadzdzâu dan dharab hadzadz ( ‫ﻦ‬
 ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ ﹶﻓ‬- ‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫) ﹶﻓ‬

‫ﺏ‬
 ‫ﺗ ﹺﺮ‬ ‫ﺡ‬
 ‫ﺎ ﹺﺭ‬‫ﻭﺑ‬ ‫ﺶ‬
 ‫ﺟ‬ ‫ﻄ ﹲﻞ ﹶﺃ‬ ‫ﻫ‬ # ‫ﺎ‬‫ﻤﻬ‬ ‫ﻟ‬‫ﺎ‬‫ﻣﻌ‬ ‫ﺎ‬‫ﻣﺤ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺖ‬
 ‫ﻋ ﹶﻔ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺩ‬
“Inilah negeri-negeri yang telah binasa dan tanda-tandanya telah terhapus
oleh ujan besar dan badai tornado”

‫ﻮ‬ ‫ﺑ‬‫ﺗ ﹺﺮ‬/‫ﻦ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﺑ ﹾﺎ ﹺﺭ‬‫ﻮ‬ ‫ﺷ‬ /‫ﺶ‬


 ‫ﺟ‬ ‫ﻨﹶﺄ‬‫ﻄﹸﻠ‬ ‫ﻫ‬ # ‫ﻬ ﹾﺎ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻟ‬/‫ﻌ ﹾﺎ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺤ ﹾﺎ‬
 ‫ﻣ‬ ‫ﻭ‬ /‫ﺖ‬
 ‫ﻌ ﹶﻔ‬ ‫ﻨ‬‫ﻨ‬‫ﻣ‬ ‫ﺩ‬
o/// o//o/// o//o/// o/// o//o/// o//o///
‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ ﹶﻓ‬/ ‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹶﻔ ﹾﺎ‬‫ﻣ‬ / ‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹶﻔ ﹾﺎ‬‫ﻣ‬ # ‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﹶﻓ‬/‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹶﻔ ﹾﺎ‬‫ﻣ‬ / ‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹶﻔ ﹾﺎ‬‫ﻣ‬

35
5. Bahar Kâmil bait tâm, ‘arûdh hadzadz dan dharab hadzadz mudhmar (‫ﻦ‬
 ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫– ﹶﻓ‬

‫ﻌﻠﹸﻦ‬ ‫ﻓ‬

‫ﻋ ﹺﺮ‬ ‫ﻰ ﺍﻟ ﱡﺬ‬‫ﺞ ﻓ‬ ‫ﻭﹸﻟ‬ ‫ﺍ ﹺﻝ‬‫ﻧﺰ‬ ‫ﺖ‬


 ‫ﻴ‬‫ﻋ‬ ‫ﺩ‬ # ‫ﻣ ﹶﺔ ﹺﺇ ﹾﺫ‬ ‫ﺎ‬‫ﻦ ﹸﺃﺳ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻊ‬ ‫ﺠ‬
 ‫ﺷ‬ ‫ﺖ ﹶﺃ‬
 ‫ﻧ‬‫ﻭﹶﻟﹶﺄ‬

“Anda benar-benar lebih berani dari pada singa ketika diucapkan kata-kata
‘turun tanganlah dan masuklah ke dalam kancah ketakutan”

‫ﻱ‬
 ‫ﻋ ﹺﺮ‬ ‫ ﹸﺫ‬/‫ﻔ ﹾﺬ‬ ‫ﺠ‬
‫ﺠ‬
 ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻟ‬/‫ﺰﹾﺍ‬ ‫ﻨ‬‫ﺘ‬‫ﻴ‬‫ﻋ‬ ‫ﺩ‬ # ‫ﺘﹺﺈ ﹾﺫ‬‫ﻣ‬ /‫ﺳ ﹾﺎ‬ ‫ﻨﹸﺄ‬‫ﻤ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﺟ‬ /‫ﺵ‬
 ‫ﺘﹶﺄ‬‫ﻧ‬‫ﻭﹶﻟﹶﺄ‬

o/o/ o//o/// o//o/// o/// o//o/// o//o///


‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﻓ‬ /‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹶﻔ ﹾﺎ‬‫ﻣ‬ /‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹶﻔ ﹾﺎ‬‫ﻣ‬ # ‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ ﹶﻓ‬/‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹶﻔ ﹾﺎ‬‫ﻣ‬ /‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹶﻔ ﹾﺎ‬‫ﻣ‬

6. Bahar Kâmil bait majzû, ‘arûdh shahîhah dan dharab shahîh ( ‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹶﻔ ﹾﺎ‬‫ﻣ‬ -

‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹶﻔ ﹾﺎ‬‫ﻣ‬ )

‫ﻤ ﹺﻞ‬ ‫ﺠ‬
 ‫ﺗ‬‫ﻭ‬ ‫ﺎ‬‫ﺸﻌ‬
‫ﺠ‬ ‫ﺘ‬‫ﻣ‬ # ‫ﻦ‬ ‫ﺗ ﹸﻜ‬ ‫ﻼ‬
‫ﺕ ﹶﻓ ﹶ‬
 ‫ﺮ‬ ‫ﺘ ﹶﻘ‬‫ﻭﹺﺇﺫﹶﺍ ﺍ ﹾﻓ‬
“Jika anda butuh, maka janganlah rakus, dan bersoleklah”

‫ﻲ‬ ‫ﻠ‬‫ﻤ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺠ‬


 ‫ﺗ‬‫ﻭ‬ / ‫ﻦ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﺸ‬
‫ﺸ‬‫ﺠ‬
 ‫ﺘ‬‫ﻣ‬ # ‫ﻦ‬ ‫ﺗ ﹸﻜ‬ ‫ﺗ ﹶﻔﹶﻠ ﹾﺎ‬ / ‫ﺮ‬ ‫ﺘ ﹶﻘ‬‫ﻭﹺﺇ ﹶﺫ ﹾﻓ‬
o//o/// o//o/// o//o/// o//o///

‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹶﻔ ﹾﺎ‬‫ﻣ‬ / ‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹶﻔ ﹾﺎ‬‫ﻣ‬ # ‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹶﻔ ﹾﺎ‬‫ﻣ‬ / ‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹶﻔ ﹾﺎ‬‫ﻣ‬

7. Bahar Kâmil bait majzû, ‘arûdh shahîhah dan dharab muraffal ( ‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹶﻔ ﹾﺎ‬‫ﻣ‬ -

‫ﻦ‬ ‫ﺗ‬‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ﺘ ﹶﻔ ﹾﺎ‬‫ﻣ‬ )

‫ﻪ‬ ‫ﻴﹺﻨ‬‫ﺟﹺﺒ‬ ‫ﻋﻠﹶﻰ‬ ‫ﺪ ﱡﻝ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﻤ ﹲﺔ‬ ‫ﺳ‬ # ‫ﻪ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﺎ‬‫ﻄﺒ‬ ‫ﻟ‬ ‫ﻰ‬‫ﻋﻠﹶﻰ ﺍﹾﻟ ﹶﻔﺘ‬ ‫ﻭ‬
“Watak pemuda ditandai dengan ciri yang terdapat pada keningnya”

‫ﻪ‬ ‫ﻴﹺﻨ‬‫ﺟﹺﺒ‬ ‫ﻌﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ ﹸﻟ‬/ ‫ﺪ ﹾﻝ‬ ‫ﺘ‬‫ﻨ‬‫ﺘ‬‫ﻤ‬ ‫ﺳ‬ # ‫ﻲ‬ ‫ﻋ ﹺﻬ‬ ‫ﺒ ﹾﺎ‬‫ﻄ‬ ‫ﻟ‬ / ‫ﺘ ﹾﺎ‬‫ﻋﹶﻠ ﹾﻠ ﹶﻔ‬ ‫ﻭ‬
o/o//o/// o//o/// o//o/// o//o///

‫ﻦ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ﺘ ﹶﻔ ﹾﺎ‬‫ﻣ‬ / ‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹶﻔ ﹾﺎ‬‫ﻣ‬ # ‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹶﻔ ﹾﺎ‬‫ﻣ‬ / ‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹶﻔ ﹾﺎ‬‫ﻣ‬

8. Bahar Kâmil bait majzû, ‘arûdh shahîhah, dharab mudzayyal ( ‫ﻦ‬


 ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹶﻔ ﹾﺎ‬‫ﻣ‬ - ‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ ﹾﻥ‬ ‫ﺘ ﹶﻔ ﹾﺎ‬‫ﻣ‬ )

36
‫ﺡ‬
 ‫ﺎ‬‫ﺮﻳ‬ ‫ﻒ ﺍﻟ‬
 ‫ﻠ‬‫ﺘ‬‫ﺨ‬
 ‫ﻤ‬ ‫ﺍ ﹺﺑ‬‫ﺑﺪ‬‫ ﹶﺃ‬# ‫ﻪ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻣﻘﹶﺎ‬ ‫ﻮ ﹸﻥ‬ ‫ﻳ ﹸﻜ‬ ‫ﺙ‬
‫ﺪ ﹲ‬ ‫ﺟ‬
“Pekuburan yang menggantikannya, selamanya berada pada persimpangan
angin”

‫ﺡ‬
 ‫ﻳ ﹾﺎ‬‫ﺮ ﹺﺭ‬ ‫ﻔ‬ ‫ﻠ‬‫ﺗ‬ / ‫ﺦ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻧﹺﺒ‬‫ﺪ‬ ‫ﺑ‬‫ ﹶﺃ‬# ‫ﻮ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻤﻘﹶﺎ‬ ‫ﻧ‬ / ‫ﻮ‬ ‫ﻴ ﹸﻜ‬‫ﻨ‬‫ﺪﹸﺛ‬ ‫ﺟ‬
oo//o/// o//o/// o//o/// o//o///

‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ ﹾﻥ‬ ‫ﺘ ﹶﻔ ﹾﺎ‬‫ﻣ‬ / ‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹶﻔ ﹾﺎ‬‫ﻣ‬ # ‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹶﻔ ﹾﺎ‬‫ﻣ‬ / ‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹶﻔ ﹾﺎ‬‫ﻣ‬

9. Bahar Kâmil bait majzû, ‘arûdh shahîhah dan dharab maqthû’ ( ‫ﻦ‬
 ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹶﻔ ﹾﺎ‬‫ﻣ‬ - ‫ﻦ‬ ‫ﺗ‬‫ﻌﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ﹶﻓ‬
)

‫ﺕ‬
 ‫ﺎ‬‫ﺴﻨ‬
‫ﺤ‬ ‫ﻭﺍ ﺍﹾﻟ‬‫ َﺀ ﹶﺓ ﹶﺃ ﹾﻛﹶﺜﺮ‬# ‫ﺎ‬‫ﻭﺍ ﺍ ِﻹﺳ‬‫ﻮ ﹶﺫ ﹶﻛﺮ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﻭﹺﺇﺫﹶﺍ‬
“Jika mereka mengingat kejelekan, akan memperbanyak kebaikan”

‫ﻲ‬ ‫ﺗ‬‫ﺎ‬‫ﺴﻨ‬
 ‫ﺣ‬ / ‫ﺮ ﹾﻝ‬ ‫ﺗﹶﺄ ﹾﻛﹶﺜ‬‫ ﹶﺃ‬# ‫ﺎ‬‫ﺮﹾﻟﹺﺈﺳ‬ ‫ ﹶﺫ ﹶﻛ‬/ ‫ﻮ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﻭﹺﺇﺫﹶﺍ‬
o/o/// o//o/// o//o/// o//o///
‫ﻦ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﻌﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ ﹶﻓ‬/ ‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹶﻔ ﹾﺎ‬‫ﻣ‬ # ‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹶﻔ ﹾﺎ‬‫ﻣ‬ / ‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹶﻔ ﹾﺎ‬‫ﻣ‬
Di dalam bahar Kâmil terdapat 4 macam kebolehan zihâf, yaitu :
1. Idhmâr mutafâ’ilun ( ‫ﻦ‬
 ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹶﻔ ﹾﺎ‬‫ﻣ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺎ‬‫ﺿﻤ‬
 ‫ﺍ‬ menjadi ‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹶﻔ ﹾﺎ‬‫ﻣ‬ / ‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ ) Perhatikan contoh:

#‫ﻱ‬  ‫ﺬ‬ ‫ﻟﱠﻠ‬ ‫ﺩ ﹸﺓ‬ ‫ﺎ‬‫ﺴﻌ‬


 ‫ﻲ ﺍﻟ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﺎ ﹶﺓ‬‫ﺤﻴ‬
 ‫ﹺﺇ ﱠﻥ ﺍﹾﻟ‬
‫ﺎ‬‫ﻭ ﹺﺭﻫ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻭ ﹸﻏ‬ ‫ﺎ‬‫ﻳ ﹺﺮﻫ‬‫ﺰ ﹺﻭ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺰ‬ ‫ﻳ‬
“Hidup itu merupakan kebahagiaan bagi orang yang tahu kepalsuan dan
tipuannya”

‫ﻫ ﹾﺎ‬ ‫ﻭ ﹺﺭ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻭ ﹸﻏ‬ /‫ﻫ ﹾﺎ‬ ‫ﻳ ﹺﺮ‬‫ﺰ ﹺﻭ‬ ‫ﺗ‬/‫ﻦ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺰ‬ ‫ﻳ‬#‫ﻱ‬
 ‫ﺬ‬ ‫ﻠ ﹾﻠﹶﻠ‬‫ﺗ‬‫ﺩ‬ /‫ﺎ‬‫ﺴﻌ‬
‫ﺴ‬
 ‫ﻴ‬‫ﺗ ﹺﻬ‬/‫ﺎ‬‫ﺤﻴ‬
 ‫ﻨ ﹾﻠ‬‫ﻧ‬‫ﹺﺇ‬

o//o/// o//o/o/ o//o/o/ o//o/// o//o/// o//o/o/


‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹶﻔ ﹾﺎ‬‫ﻣ‬ /‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ /‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ #‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹶﻔ ﹾﺎ‬‫ﻣ‬ /‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹶﻔ ﹾﺎ‬‫ﻣ‬ /‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬

2. Waqsh mutafâ’ilun ( ‫ﻦ‬


 ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹶﻔ ﹾﺎ‬‫ﻣ‬ ‫ﺺ‬
 ‫ﻭ ﹾﻗ‬ menjadi ‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ ) pada hasywu, ‘arûdh, dharab:

‫ﻲ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺘ‬‫ﺤ‬


 ‫ﻳ‬‫ﻭ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﻠ‬‫ﺒ‬‫ﻧ‬‫ﻭ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﺤ‬
 ‫ﻣ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﻭ‬ # ‫ﻪ‬ ‫ﻔ‬ ‫ﻴ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻪ ﹺﺑ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻳ‬‫ﺣ ﹺﺮ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﺏ‬
 ‫ﻳ ﹸﺬ‬
“Dia membela istrinya dengan pedang, tombak dan anak panah, dan ia pun
terlindungi”

‫ﻲ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺘ‬‫ﺤ‬


 ‫ﻳ‬‫ﻭ‬ /‫ﻲ‬ ‫ﻠ ﹺﻬ‬‫ﺒ‬‫ﻧ‬‫ﻭ‬ /‫ﻲ‬ ‫ﺤ ﹺﻬ‬
 ‫ﻣ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﻭ‬ #‫ﻲ‬ ‫ﻔ ﹺﻬ‬ ‫ﻴ‬‫ﺴ‬
 ‫ﹺﺑ‬/‫ﻲ‬ ‫ﻤ ﹺﻬ‬ ‫ﻳ‬‫ﺣ ﹺﺮ‬ /‫ﻦ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﺒ‬‫ﺑ‬‫ﻳ ﹸﺬ‬

37
o//o// o//o// o//o// o//o// o//o// o//o//
‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ / ‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ / ‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ # ‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ /‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ /‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬

3. Kebolehan zihâf pada taf’ilah mutafâ’ilun ( ‫ﻦ‬


 ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹶﻔ ﹾﺎ‬‫ﻣ‬ ) di atas berlaku juga pada

taf’ilah ( ‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ ﹾﻥ‬ ‫ﺘ ﹶﻔ ﹾﺎ‬‫ﻣ‬ dan ‫ﻦ‬


 ‫ﺗ‬‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ﺘ ﹶﻔ ﹾﺎ‬‫ﻣ‬ ). Perhatikan dua contoh di bawah ini

‫ﻢ‬ ‫ﻴ‬‫ﺧ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﺗ‬‫ﺮ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﺍﻟ ﱡﻈ ﹾﻠ‬‫ ﻭ‬# ‫ﻪ‬ ‫ﻫﹶﻠ‬ ‫ﻉ ﹶﺃ‬
 ‫ﺮ‬ ‫ﺼ‬
 ‫ﻳ‬ ‫ﻲ‬ ‫ﻐ‬ ‫ﺒ‬‫ﺍﹾﻟ‬‫ﻭ‬
“Perbuatan lacur akan membanting keluarganya, sedangkan kedoliman,
kesenangannya mengerikan”

‫ﻢ‬ ‫ﻴ‬‫ﺧ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﺗ‬ / ‫ﺮ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻭ ﹾﻇ ﹸﻈ ﹾﻠ‬ # ‫ﻮ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻫﹶﻠ‬ ‫ﻋﹶﺄ‬ ‫ﺭ‬ / ‫ﺺ‬
 ‫ﻴ‬‫ﻴ‬‫ﻐ‬ ‫ﺒ‬‫ﻭﹾﻟ‬
oo//o/// o//o/o/ o//o/// o//o/o/

‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ ﹾﻥ‬ ‫ﺘ ﹶﻔ ﹾﺎ‬‫ﻣ‬ / ‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬


 ‫ﻣ‬ # ‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹶﻔ ﹾﺎ‬‫ﻣ‬ / ‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬
Contoh lain:

‫ﻨ ﹾﺔ‬‫ﺟ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺒ‬‫ﺼ‬


 ‫ﺮ ﹶﻓﹺﺈ ﱠﻥ ﺍﻟ‬ ‫ﺻﹺﺒ‬
 ‫ﺍ‬‫ ﻭ‬# ‫ﺎ‬‫ﺣ ﱠﻈﻬ‬ ‫ﻚ‬
 ‫ﺴ‬
ِ ‫ﻨ ﹾﻔ‬‫ﻟ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺘ‬‫ﺧ‬ ‫ﺍ‬‫ﻭ‬
“Seleksilah bagian untuk dirimu, dan bersabarlah, karena kesabaran itu
merupakan perisai”

‫ﻨ ﹾﺔ‬‫ﻨ‬‫ﺟ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺒ‬‫ﺼ‬


‫ﺼ‬
 ‫ﻧ‬/‫ﺮ ﹶﻓﹺﺈ ﹾﻥ‬ ‫ﺻﹺﺒ‬
 ‫ﻭ‬ # ‫ﻬ ﹾﺎ‬ ‫ﺤ ﹾﻈ ﹶﻈ‬
 ‫ﺳ ﹶﻜ‬ /‫ﻒ‬
 ‫ﻨ‬‫ﻟ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺘ‬‫ﺧ‬ ‫ﻭ‬
o/o//o/o/ o//o/o/ o//o/// o//o/o/

‫ﻦ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﻌﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬


 ‫ﻣ‬ / ‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ # ‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹶﻔ ﹾﺎ‬‫ﻣ‬ / ‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬

4. Dianggap baik menggunakan taf’ilah (‫ﻦ‬


 ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻣ ﹾﻔ‬ ) pada dharab, baik dalam

bait tâm ataupun majzû, sebagai pengganti dari ( ‫ﻦ‬


 ‫ﺗ‬‫ﻌﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫) ﹶﻓ‬. Contoh:

# ْ ‫ﺗﺠﹺﺪ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﺋ ﹺﺮﹶﻟ‬‫ﺎ‬‫ﺕ ﹺﺇﻟﹶﻰ ﺍﻟ ﱠﺬﺧ‬


 ‫ﺮ‬ ‫ﺘ ﹶﻘ‬‫ﻭﹺﺇﺫﹶﺍ ﺍ ﹾﻓ‬
‫ﺎ ﹺﻝ‬‫ﻋﻤ‬ ‫ﻟ ﹺﺢ ﺍ َﻷ‬‫ﺎ‬‫ﻮ ﹸﻥ ﹶﻛﺼ‬ ‫ﻳ ﹸﻜ‬ ‫ﺍ‬‫ﺧﺮ‬ ‫ﹸﺫ‬

“Jika anda memerlukan tabungan, anda tidak akan mendapatkan tabungan


yang seperti amal saleh”

‫ﻲ‬ ‫ﻟ‬‫ﻤ ﹾﺎ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﹶﺃ‬/‫ﺤ ﹾﻞ‬


 ‫ﻟ‬‫ﺎ‬‫ﻧ ﹶﻜﺼ‬/‫ﻮ‬ ‫ﻴ ﹸﻜ‬‫ﻧ‬‫ﺮ‬ ‫ﺧ‬ ‫ ﹸﺫ‬# ‫ﺪ‬ ‫ﺠ‬
‫ﺘ ﹺ‬‫ﻤ‬ ‫ﺋ ﹺﺮﹶﻟ‬/‫ﺧ ﹾﺎ‬ ‫ﺗﹺﺈﹶﻟ ﹾﺬ ﹶﺫ‬/‫ﺮ‬ ‫ﺘ ﹶﻘ‬‫ﻭﹺﺇ ﹶﺫ ﹾﻓ‬

o/o/o/ o//o/// o//o/o/ o//o/// o//o/// o//o///

38
‫ﻦ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻣ ﹾﻔ‬ /‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹶﻔ ﹾﺎ‬‫ﻣ‬ / ‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ # ‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹶﻔ ﹾﺎ‬‫ﻣ‬ /‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹶﻔ ﹾﺎ‬‫ﻣ‬ /‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹶﻔ ﹾﺎ‬‫ﻣ‬

RANGKUMAN
1. Buhûr al-syi’r al-subâ’iyyah ialah bahar-bahar yang taf’ilah-taf’ilahnya terdiri dari
tujuh huruf.
2. Di antara bahar-bahar yang termasuk dalam kelompok 7 huruf ini adalah bahar
Wâfir dan bahar Kâmil.

TUGAS TERSTRUKTUR
1. Jelaskan perbedaan antara al-bahr al-Wâfir dan al-bahr al-Kâmil!

BAB X
BUHÛR AL-SYI’R AL-SUBÂ’IYYAH II

TUJUAN
Setelah mengikuti perkuliahan ini diharapkan mahasiswa mengetahui bahr al-Hazj,
bahr al-Razj dan bahr al-Raml

BAHASAN
A. Bahr al-Hazj
Di dalam bahar Hazj hanya terdapat satu macam bait, yaitu bait majzû yang
mempunyai 4 taf’ilah, yaitu :

‫ﻦ‬ ‫ﻴﹸﻠ‬‫ﻋ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻴﹸﻠ‬‫ﻋ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ # ‫ﻦ‬ ‫ﻴﹸﻠ‬‫ﻋ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻴﹸﻠ‬‫ﻋ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬
Bahar hajz dengan bait majzû ini mempunyai satu macam ‘arûdh, yaitu ‘arûdh

shahîhah (‫ﻦ‬
 ‫ﻴﹸﻠ‬‫ﻋ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ ) dan 2 macam dharab, yaitu

1. Dharab shahîh ( ‫ﻦ‬


 ‫ﻴﹸﻠ‬‫ﻋ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ )
2. Dharab mahdzûf ( ‫ﻲ‬
 ‫ﻋ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ / ‫ﻦ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫) ﹶﻓ‬

Contoh-contoh :

39
1. Bahar Hazj bait majzû; ‘arûdh shahîhah dan dharab shahîh ( ‫ﻦ‬
 ‫ﻴﹸﻠ‬‫ﻋ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ - ‫ﻦ‬ ‫ﻴﹸﻠ‬‫ﻋ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ )

‫ﺍ‬‫ﻧﻮ‬‫ﻱ ﻛﹶﺎ‬
 ‫ﺬ‬ ‫ﺎ ﻛﹶﺎﱠﻟ‬‫ﻮﻣ‬ ‫ﻦ ﹶﻗ‬ ‫ـ‬#‫ـ‬‫ﺮ ﹺﺟﻌ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻡ ﹶﺃ ﹾﻥ‬ ‫ﺎ‬‫ﻰ ﺍ َﻷﻳ‬‫ﻋﺴ‬
“Mudah-mudahan hari-hari itu kembali kepada kaum seperti keadaan dulu”

‫ﺍ‬‫ﻧﻮ‬‫ﻳ ﹶﻜ ﹾﺎ‬‫ﺬ‬ ‫ ﹶﻟ‬/ ‫ﻨ ﹶﻜ ﹾﻞ‬‫ﻣ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻧ ﹶﻘ‬ # ‫ﻊ‬ ‫ﺮ ﹺﺟ‬ ‫ﻴ‬‫ﻧ‬‫ﻣﹶﺄ‬ / ‫ﻴ ﹾﺎ‬‫ﻳ‬‫ﺴ ﹾﻠﹶﺄ‬
 ‫ﻋ‬
o/o/o// o/o/o// o/o/o// o/o/o//

‫ﻦ‬ ‫ﻴﹸﻠ‬‫ﻋ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ / ‫ﻦ‬ ‫ﻴﹸﻠ‬‫ﻋ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ # ‫ﻦ‬ ‫ﻴﹸﻠ‬‫ﻋ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ / ‫ﻦ‬ ‫ﻴﹸﻠ‬‫ﻋ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬

2. Bahar Hazj bait majzû; ‘arûdh shahîhah dan dharab mahdzûf ( ‫ﻦ‬
 ‫ﻴﹸﻠ‬‫ﻋ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ - ‫ﻦ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫) ﹶﻓ‬

‫ﻮ ﹺﻝ‬ ‫ﻬ ﹺﺮ ﺍﻟ ﱠﺬﹸﻟ‬ ‫ـ ﹺﻢ ﺑﹺﺎﻟ ﱠﻈ‬#‫ـ‬‫ﻀﻴ‬


 ‫ﻰ ﺍﻟ‬‫ﺎﻏ‬‫ﻟﺒ‬ ‫ﻱ‬
 ‫ﻬ ﹺﺮ‬ ‫ﺎ ﹶﻇ‬‫ﻭﻣ‬
“Aku tidak akan terhinakan oleh oleh orang yang selalu mencari kelaliman”

‫ﻮ ﹺﻝ‬ ‫ ﹶﺫﹸﻟ‬/ ‫ﻬ ﹺﺮ ﹾﺫ‬ ‫ﻣﹺﺒ ﹾﻈ ﹶﻈ‬ # ‫ﻲ‬ ‫ﻀ‬


‫ﻀ‬
 ‫ﻏ‬ ‫ﺎ‬‫ﻟﺒ‬ / ‫ﻱ‬
 ‫ﻬ ﹺﺮ‬ ‫ﻣ ﹾﺎ ﹶﻇ‬ ‫ﻭ‬
o/o// o/o/o// o/o/o// o/o/o//
‫ﻦ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ ﹶﻓ‬/ ‫ﻦ‬ ‫ﻴﹸﻠ‬‫ﻋ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ # ‫ﻦ‬ ‫ﻴﹸﻠ‬‫ﻋ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ / ‫ﻦ‬ ‫ﻴﹸﻠ‬‫ﻋ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬
Di dalam bahar Hazj terdapat 2 macam kebolehan zihâf, yaitu :
1. Kaff mafâ’îlun ( ‫ﻦ‬
 ‫ﻴﹸﻠ‬‫ﻋ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ ‫ﻒ‬
 ‫ ﹶﻛ‬menjadi ‫ﻴ ﹸﻞ‬‫ﻋ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ pada hasywu dan ‘arûdh. Contoh:

‫ﻲ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﺐ‬


‫ﻦ ﹶﻛﹶﺜ ﹴ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻭﺫﹶﺍ‬ # ‫ﻥ‬ ‫ﺍ‬‫ﻭﺩ‬ ‫ﻳ ﹸﺬ‬ ‫ﻥ‬ ‫ﻓﹶﻬﺬﹶﺍ‬
“Yang dua ini akan membela, dan yang ini akan menembak dari dekat”

‫ﻲ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻴ‬‫ﻨ‬‫ ﹶﺛﹺﺒ‬/ ‫ﻚ‬


 ‫ﻨ‬‫ﻣ‬ ‫ﻭﺫﹶﺍ‬ # ‫ﻥ‬ ‫ﺩﹾﺍ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻳ ﹸﺬ‬ / ‫ﻥ‬ ‫ﻬ ﹾﺎ ﹶﺫﹾﺍ‬ ‫ﹶﻓ‬
o/o/o// /o/o// /o/o// /o/o//
‫ﻦ‬ ‫ﻴﹸﻠ‬‫ﻋ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ / ‫ﻴ ﹸﻞ‬‫ﻋ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ # ‫ﻴ ﹸﻞ‬‫ﻋ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ / ‫ﻴ ﹸﻞ‬‫ﻋ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬

2. Qabdh mafâ’îlun ( ‫ﻦ‬


 ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ ), zihâf ini terdapat pada hasywu. Contoh:

‫ﺱ‬
‫ﺑ ﹾﺄ ﹺ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻚ‬
 ‫ﻴ‬‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﺎ‬‫ ﹶﻓﻤ‬# ‫ﺎ‬‫ﺑ ﹾﺄﺳ‬ ‫ﻒ‬
 ‫ﺨ‬
 ‫ﺗ‬ ‫ﺖ ﹶﻻ‬
 ‫ﹶﻓ ﹸﻘ ﹾﻠ‬
“Aku telah berkata: Jangan takut bahaya, karena tidak ada bahaya
terhahadapmu”

‫ﻲ‬ ‫ﺳ‬ ‫ﺒ ﹾﺄ‬‫ﻨ‬‫ﻤ‬ ‫ ﹶﻛ‬/ ‫ﻲ‬ ‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﺎ‬‫ ﹶﻓﻤ‬# ‫ﺎ‬‫ﺒ ﹾﺄﺳ‬‫ﺨ ﹾﻔ‬
 ‫ﺗ‬ / ‫ﺘﹶﻠ ﹾﺎ‬‫ﹶﻓ ﹸﻘ ﹾﻠ‬
o/o/o// o//o// o/o/o// o//o//

40
‫ﻦ‬ ‫ﻴﹸﻠ‬‫ﻋ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ / ‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ # ‫ﻦ‬ ‫ﻴﹸﻠ‬‫ﻋ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ / ‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬
B. Bahr al-Razj
Di dalam bahar Rajz terdapat 4 macam bait :
1. Bait tâm , dengan 6 taf’ilah, yaitu :
‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ # ‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬

2. Bait majzû, dengan 4 taf’ilah, yaitu :

‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬


 ‫ﻣ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ # ‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬
3. Bait masythûr, dengan 3 taf’ilah, yaitu :

‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬


 ‫ﻣ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬
4. Bait manhûk, dengan 2 taf’ilah, yaitu :

‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬


 ‫ﻣ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬
Bahar Rajz bait tâm mempunyai satu macam ‘arûdh, yaitu ‘arûdh shahîhah (

‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬


 ‫ﻣ‬ ) dan 2 dharab, yaitu :

a. Dharab shahîh ( ‫ﻦ‬


 ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ )

b. Dharab maqthû’ ( ‫ﻞ‬


‫ﻌ ﹾ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ / ‫ﻦ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻣ ﹾﻔ‬ )

Bahar Rajz bait majzû mempunyai satu macam ‘arûdh dan satu macam dharab
yaitu ‘arûdh shahîhah ( ‫ﻦ‬
 ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ ) dan dharab shahîh sama dengan ‘arûdh-nya (

‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬


 ‫ﻣ‬ )

Bahar Rajz bait masythûr mempunyai 2 macam ‘arûdh dan 2 macam dharab,
yang dalam prakteknya ‘arûdh dan dharab bait masythûr adalah taf’ilah itu juga.
Kedua ‘arûdh dan dharab-nya itu adalah :
1. ‘Arûdh shahîhah dan dharab shahîh (‫ﻦ‬
 ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ )

2. ‘Arûdh maqthû’ah dan dharab maqthû’ ( ‫ﻦ‬


 ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ ‫ﻊ‬ ‫ ﹶﻗ ﹾﻄ‬menjadi ‫ﻌ ﹾﻞ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ / ‫ﻦ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻣ ﹾﻔ‬

)
Bahar Rajz bait manhûk hanya mempunyai satu macam ‘arûdh dan dharab, yang
dalam prakteknya sama persis seperti dalam bait masythûr, yaitu bahwa ‘arûdh

41
dan dharab pada bait majzû adalah taf’ilah itu-itu juga. ‘Arûdh dan dharab-nya
sama, yaitu ‘arûdh shahîhah dan dharab shahîh ( ‫ﻦ‬
 ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ ).

Contoh-contoh :
1. Bahar Rajz bait tâm; ‘arûdh shahîhah, dharab shahîh (‫ﻦ‬
 ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ - ‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ )

# ‫ﻋﻠﹶﻰ‬ ‫ﻲ‬ ‫ﻴﹺﻨ‬‫ﻳﹾﺜﹺﻨ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﺖ ﹶﺃ ﱠﻥ ﺍﻟ‬


 ‫ﺧ ﹾﻠ‬ ‫ﺎ‬‫ﻣ‬

‫ﻯ‬‫ﺐ ﺍﹾﻟ ﹸﻜﺪ‬


 ‫ﺿ‬
 ‫ﺎ‬‫ﻰ ﹺﺑﻬ‬‫ﺮﺿ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﺍ ِﺀ ﹶﻻ‬‫ﺿﺮ‬

“Aku tidak mengira bahwa zaman itu memujiku atas penderitaan yang tidak
disukai oleh kunci kesuksesan”

‫ﺪﹾﺍ‬ ‫ﺒ ﹾﻠ ﹸﻜ‬‫ﺒ‬‫ﺿ‬
 /‫ﺎ‬‫ﺿ ﹾﺎﹺﺑﻬ‬
 ‫ﺮ‬ ‫ﻳ‬/‫ﺭﹾﺍ ِﺀﹶﻟ ﹾﺎ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺿ‬
 # ‫ﻌﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ﻴ‬‫ﻴﹺﻨ‬‫ ﹺﻧ‬/‫ﺚ‬
‫ﻳ ﹾ‬‫ﺮ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﺩ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﻧ‬/‫ﺘﹶﺄ ﹾﻥ‬‫ﺧ ﹾﻠ‬ ‫ﺎ‬‫ﻣ‬

o//o/o/ o//o/o/ o//o/o/ o//o/o/ o//o/o/ o//o/o/


‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ /‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ /‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ #‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ /‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ /‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬

2. Bahar Rajz bait tâm; ‘arûdh shahîhah, dharab maqthû’ (‫ﻦ‬


 ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ - ‫ﻦ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻣ ﹾﻔ‬ )

# ‫ﻯ‬‫ﻬﻮ‬ ‫ﺍ ِﺀ ﺍﹾﻟ‬‫ﻦ ﺩ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺐ‬


 ‫ﺍﻭﹺﻱ ﺍﹾﻟ ﹶﻘ ﹾﻠ‬‫ﻳﺪ‬ ‫ﻦ ﺫﹶﺍ‬ ‫ﻣ‬

‫ﺩ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﺟ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻯ‬‫ﻬﻮ‬ ‫ﻟ ﹾﻠ‬ ‫ﺍ َﺀ‬‫ﺩﻭ‬ ‫ﹺﺇ ﹾﻥ ﹶﻻ‬
“Siapakah yang akan mengobati hati dari penyakit cinta, jika tidak ada obat,
untuk cinta itu ada.
‫ﻭ‬ ‫ﺩ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﺟ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻣ‬ /‫ﻮﹾﺍ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻟ ﹾﻠ‬‫ َﺀ‬/‫ﻭﹾﺍ‬ ‫ﺩ‬ ‫ﻧﹶﻠ ﹾﺎ‬‫ﹺﺇ‬#‫ﻮﹾﺍ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﺩﹾﺍ ِﺀﹾﻟ‬ /‫ﻦ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺒ‬‫ ﹺﻭﹾﻟ ﹶﻘ ﹾﻠ‬/‫ﺪﹾﺍ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻨ ﹶﺬﹾﺍ‬‫ﻣ‬
o/o/o/ o//o// o//o/o/ o//o/o/ o//o/o/ o//o/o/
‫ﻦ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻣ ﹾﻔ‬ /‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ /‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ #‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ /‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ /‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬

3. Bahar Rajz bait majzû;‘arûdh shahîhah, dharab shahîh ( ‫ﻦ‬


 ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ - ‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ )

‫ﺐ‬
 ‫ﻌ‬ ‫ﺘ‬‫ﻰ ﺍﻟ‬‫ﻭ ﹶﻥ ﹺﺇ ﱠﻻ ﻓ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﻳ‬ # ‫ﻮ‬ ‫ﻥ ﹶﻟ‬ ‫ﺎ‬‫ﻧﺴ‬‫ﺣ ﹸﺔ ﺍ ِﻹ‬ ‫ﺍ‬‫ﻫ ﹾﻞ ﺭ‬
“Kesenangan manusia, jika mereka tahu hanya ada pada kelelahan”

‫ﺐ‬
 ‫ﻌ‬ ‫ﺘ‬‫ﺘ‬‫ﻓ‬ ‫ ﹶﻟ ﹾﺎ‬/ ‫ﻧﹺﺈ ﹾﻝ‬‫ﻭ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﻳ‬ # ‫ﻮ‬ ‫ﺴ ﹾﺎﹺﻧﹶﻠ‬
 ‫ﻧ‬‫ ﹺﺇ‬/ ‫ﺘ ﹾﻞ‬‫ﺣ‬ ‫ﺮﹾﺍ‬ ‫ﻫ ﹾﻠ‬
o//o/o/ o//o/o/ o//o/o/ o//o/o/

42
‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ / ‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ # ‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ / ‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬

4. Bahar Rajz bait masythûr; ‘arûdh shahîhah, dharab shahîh ( ‫ﻦ‬


 ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ )

# ‫ﺎ‬‫ﺷﺠ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﺍ ﹶﻗ‬‫ﺠﻮ‬


 ‫ﺷ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺎ‬‫ﺍﻧ‬‫ﺣﺰ‬ ‫ﺝ ﹶﺃ‬
 ‫ﺎ‬‫ﺎ ﻫ‬‫ﻣ‬
“Apakah yang membangkitkan kesedihan dan kehawatiran?”

‫ﺎ‬‫ﺷﺠ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﻧ ﹶﻘ‬‫ﻭ‬ / ‫ﺞ‬ ‫ﺷ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻨ‬‫ﻧ‬‫ﺯﹾﺍ‬ / ‫ﺡ‬


 ‫ﺟﹶﺄ‬ ‫ﻫ ﹾﺎ‬ ‫ﻣ ﹾﺎ‬
o//o/o/ o//o/o/ o//o/o/

‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬


 ‫ﻣ‬ / ‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ / ‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬

5. Bahar Rajz bait masythûr;‘arûdh maqthû’ah, dharab maqthû’ ( ‫ﻦ‬


 ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻣ ﹾﻔ‬ )

# ‫ﻲ‬ ‫ﻟ‬‫ﻋ ﹾﺬ‬ ‫ﻼ‬


‫ﻗ ﱠ‬‫ﻲ ﹶﺃ‬ ‫ﻠ‬‫ﺣ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﻲ‬ ‫ﺒ‬‫ﺣ‬ ‫ﺎ‬‫ﺎ ﺻ‬‫ﻳ‬
“Wahai kedua teman pelana untaku, kurangilah umpatanku”

‫ﻲ‬ ‫ﻟ‬‫ﻌ ﹾﺬ‬ ‫ ﹶﻟ‬/ ‫ﻗ ﹾﻞ‬‫ﻴﹶﺄ‬‫ﻠ‬‫ﺣ‬ ‫ﺭ‬ / ‫ﻲ‬ ‫ﺒ‬‫ﺣ‬ ‫ﺎ‬‫ﺎ ﺻ‬‫ﻳ‬
o/o/o/ o//o/o/ o//o/o/

‫ﻦ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻣ ﹾﻔ‬ / ‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬


 ‫ﻣ‬ / ‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬

6. Bahar Rajz bait manhûk; ‘arûdh shahîhah, dharab shahîh ( ‫ﻦ‬


 ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ )

# ‫ﻉ‬
 ‫ﺟ ﹶﺬ‬ ‫ﺎ‬‫ﻴﻬ‬‫ﻓ‬ ‫ﻲ‬ ‫ﺘﹺﻨ‬‫ﻴ‬‫ﺎ ﹶﻟ‬‫ﻳ‬
“Mudah-mudahan aku – pada masa kenabianmu (Muhammad) – masih muda”
‫ﻉ‬
 ‫ﺟ ﹶﺬ‬ ‫ﻬ ﹾﺎ‬ ‫ﻴ‬‫ﻓ‬ / ‫ﻲ‬ ‫ﺘﹺﻨ‬‫ﻴ‬‫ﺎ ﹶﻟ‬‫ﻳ‬
o//o/o/ o//o/o/

‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬


 ‫ﻣ‬ / ‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬
Di dalam bahar Rajz terdapat 4 macam kebolehan zihâf, yaitu :
1. Khabn mustaf’ilun ( ‫ﻦ‬
 ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﻣ‬ / ‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ ).

2. Thayy mustaf’ilun ( ‫ﻦ‬


 ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ / ‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ‬‫ﻣ ﹾﻔ‬ ). Perhatikan contoh:

‫ﻰ‬‫ﻭﻋ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻟ‬ ‫ﺎ‬‫ﺴﻨ‬


 ‫ﺣ‬ ‫ﻳﺜﹰﺎ‬‫ﺪ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﻦ‬ ‫ ﹶﻓ ﹸﻜ‬# ‫ﻩ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﺑ‬ ‫ﺚ‬
‫ﻳ ﹸ‬‫ﺪ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﺮ ُﺀ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺎ ﺍﹾﻟ‬‫ﻧﻤ‬‫ﻭﹺﺇ‬

43
“Manusia itu menjadi buah tutur generasi berikutnya, maka jadilah buah
tutur yang baik bagi para penutur”

‫ﻋ ﹾﺎ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻨ‬‫ﻤ‬ ‫ﻟ‬/‫ﻦ‬ ‫ﻨ‬‫ﺴ‬


‫ﺤ‬
 ‫ﻨ‬‫ﹶﺛ‬/‫ﻱ‬
 ‫ﺪ‬ ‫ﺤ‬
 ‫ﻨ‬‫ ﹶﻓ ﹸﻜ‬# ‫ﻲ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﺒ‬‫ﹸﺛ‬/‫ﻱ‬
 ‫ﺪ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﺮ ُﺀ‬ ‫ﻣ‬ /‫ﻤ ﹾﻞ‬ ‫ﻨ‬‫ﻧ‬‫ﻭﹺﺇ‬

o//o// o///o/ o//o// o//o// o///o/ o//o//


‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ / ‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ‬‫ﻣ ﹾﻔ‬ / ‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ # ‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ / ‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ‬‫ﻣ ﹾﻔ‬ /‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬

3. Qath’u mustaf’ilun ( ‫ﻞ‬


‫ﻌ ﹾ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ / ‫ﻦ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻣ ﹾﻔ‬ ), zihâf ini terjadi pada ‘arûdh dan dharab.

Contoh:

‫ﻥ‬ ‫ﺎ‬‫ﺒﻨ‬‫ﺍﹾﻟ‬‫ﺪ ﻭ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﺎ‬‫ﺪ ﺑﹺﺎﻟﺴ‬ ‫ﻴ‬‫ﺍﹾﻟ‬‫ ﻭ‬# ‫ﻥ‬ ‫ﺍ‬‫ﺧﻮ‬ ‫ﺟﺎ ﹸﻝ ﺑﹺﺎ ِﻹ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺎ ﺍﻟ‬‫ﻧﻤ‬‫ﹶﻓﹺﺈ‬
“Manusia dengan saudara-saudaranya, tangan dengan lengan dan ujung
jari”

‫ﻲ‬ ‫ﺎﹺﻧ‬‫ﺑﻨ‬/‫ﻭ ﹾﻝ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﺳ ﹾﺎ‬ /‫ﺲ‬


 ‫ﺪ ﹺﺑ‬ ‫ﻴ‬‫ﻭﹾﻟ‬ # ‫ﻲ‬ ‫ﻮﹾﺍﹺﻧ‬ ‫ﺧ‬ ‫ﹺﺇ‬/‫ﺟ ﹾﺎﹸﻟﹺﺒ ﹾﻞ‬ ‫ ﹺﺭ‬/‫ﺮ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻨ‬‫ﻧ‬‫ﹶﻓﹺﺈ‬

o/o// o///o/ o///o/ o/o/o/ o//o// o//o//


‫ﻦ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﹶﻓ‬/‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ‬‫ﻣ ﹾﻔ‬ / ‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ‬‫ﻣ ﹾﻔ‬ #‫ﻦ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻣ ﹾﻔ‬ /‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ /‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬

4. Khabn maf’ûlun ( ‫ﻦ‬


 ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻣ ﹾﻔ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﺒ‬‫ﺧ‬ menjadi (‫ﻦ‬
 ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻣ‬ / ‫ﻦ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫) ﹶﻓ‬, zihâf ini terjadi pada

‘arûdh dan dharab. Contoh:

‫ﺑﻘﹶﺎ ُﺀ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻚ‬


 ‫ﻤ ﹾﻠ‬ ‫ﻟ‬ ‫ﺲ‬
 ‫ﻴ‬‫ ﹶﻟ‬# ‫ﺍ ُﺀ‬‫ﺩﻭ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﻣﺎ ﹶﻟ‬ ‫ﺍ ٌﺀ‬‫ﻲ ﺩ‬ ‫ﻐ‬ ‫ﺒ‬‫ﺍﹾﻟ‬‫ﻭ‬
“Melakukan perzinahan adalah penyakit yang tidak ada obatnya. Tidak ada
suatu kekuasaan yang kekal bersamanya”

‫ﻮ‬ ‫ﺑﻘﹶﺎﹸﺋ‬ /‫ﻮ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻨ‬‫ﻛ‬ /‫ﻤ ﹾﻞ‬ ‫ﻠ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻴ‬‫ ﹶﻟ‬# ‫ﻭ‬ ‫ﻭﹾﺍ ُﺀ‬ ‫ﺩ‬ / ‫ﻮ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻤ ﹾﺎﹶﻟ‬ ‫ﻨ‬‫ ﹸﺋ‬/ ‫ﺪﹾﺍ‬ ‫ﻴ‬‫ﻐ‬ ‫ﺒ‬‫ﻭﹾﻟ‬

o/o// o//o/o/ o//o/o/ o/o// o//o/o/ o//o/o/


‫ﻦ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﹶﻓ‬/‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ /‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ #‫ﻦ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﹶﻓ‬/‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ /‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬

C. Bahr al-Raml
Di dalam bahr Raml terdapat 2 macam bait :
1. Bait tâm dengan 6 taf’ilah, yaitu :

‫ﻦ‬ ‫ﺗ‬‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ﻦ ﹶﻓ ﹾﺎ‬ ‫ﺗ‬‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ﻦ ﹶﻓ ﹾﺎ‬ ‫ﺗ‬‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ ﹶﻓ ﹾﺎ‬# ‫ﻦ‬ ‫ﺗ‬‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ﻦ ﹶﻓ ﹾﺎ‬ ‫ﺗ‬‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ﻦ ﹶﻓ ﹾﺎ‬ ‫ﺗ‬‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ﹶﻓ ﹾﺎ‬
2. Bait majzû dengan 4 taf’ilah, yaitu :

‫ﻦ‬ ‫ﺗ‬‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ﻦ ﹶﻓ ﹾﺎ‬ ‫ﺗ‬‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ ﹶﻓ ﹾﺎ‬# ‫ﻦ‬ ‫ﺗ‬‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ﻦ ﹶﻓ ﹾﺎ‬ ‫ﺗ‬‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ﹶﻓ ﹾﺎ‬

44
Bahar Raml dengan bait tâm mempunyai satu macam ‘arûdh, yaitu ‘arûdh
mahdzûfah (‫ﻦ‬
 ‫ﺗ‬‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ﻑ ﹶﻓ ﹾﺎ‬
 ‫ﺣ ﹾﺬ‬ menjadi ‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ ﹶﻓ ﹾﺎ‬/ ‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ ) ﹶﻓ ﹾﺎ‬dan 3 macam dharab, yaitu :

a. Dharab mahdzûf ( ‫ﻦ‬


 ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫) ﹶﻓ ﹾﺎ‬

b. Dharab shahîh ( ‫ﻦ‬


 ‫ﺗ‬‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫) ﹶﻓ ﹾﺎ‬

c. Dharab maqshûr ( ‫ﺕ‬


 ‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ ﹶﻓ ﹾﺎ‬/ ‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ ﹾﻥ‬ ‫) ﹶﻓ ﹾﺎ‬

Bahar Raml dengan bait majzû mempunyai 2 macam ‘arûdh dan 4 macam
dharab, Rinciannya adalah sebagai berikut :
1. ‘Arûdh shahîhah ( ‫ﻦ‬
 ‫ﺗ‬‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫) ﹶﻓ ﹾﺎ‬, dharab-nya ada 3 :

a. Dharab shahîh ( ‫ﻦ‬


 ‫ﺗ‬‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫) ﹶﻓ ﹾﺎ‬
b. Dharab musabbagh ( ‫ﺗ ﹾﺎ ﹾﻥ‬‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫) ﹶﻓ ﹾﺎ‬
c. Dharab mahdzûf ( ‫ﻦ‬
 ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫) ﹶﻓ ﹾﺎ‬
2. ‘Arûdh mahdzûfaf ( ‫ﻦ‬
 ‫ﺗ‬‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ﻑ ﹶﻓ ﹾﺎ‬
 ‫ﺣ ﹾﺬ‬ menjadi ‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ ﹶﻓ ﹾﺎ‬/ ‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ ) ﹶﻓ ﹾﺎ‬Dharab-nya satu macam,

yaitu dharab mahdzûf, sama dengan ‘arûdh-nya ( ‫ﻦ‬


 ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫) ﹶﻓ ﹾﺎ‬

Contoh-contoh :
1. Bahar Raml bait tâm; ‘arûdh mahdzûfah dan dharab mahdzûf ( ‫ﻦ‬
 ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﻦ – ﹶﻓ ﹾﺎ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫) ﹶﻓ ﹾﺎ‬

# ‫ﻊ‬ ‫ﻧ ﹶﻔ‬ ‫ﻡ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻰ‬‫ﺎ ﹺﻡ ﺍﹾﻟ ﹶﻔﺘ‬‫ﺮ ﹶﺃﻳ‬ ‫ﻴ‬‫ﺧ‬
‫ﻊ‬ ‫ﻨ‬‫ﺻ‬
 ‫ﺎ‬‫ﺑﻘﹶﻰ ﻣ‬ ‫ﻴ ﹺﺮ ﹶﺃ‬‫ﺨ‬
 ‫ﻉ ﺍﹾﻟ‬
 ‫ﺎ‬‫ﻄﻨ‬ ‫ﺻ‬
 ‫ﺍ‬‫ﻭ‬
“Sebaik-baik hari pemuda adalah hari yang berguna.
Berbuat baik adalah perbuatan yang paling abadi”

‫ﻊ‬ ‫ﻨ‬‫ﺻ‬
 ‫ﻣ ﹾﺎ‬ /‫ﺑ ﹶﻘ ﹾﺎ‬‫ﻴ ﹺﺮﹶﺃ‬‫ﺧ‬ /‫ﻋ ﹾﻞ‬ ‫ﻨ ﹾﺎ‬‫ﻄ‬ ‫ﺻ‬
 ‫ﻭﺍ‬ #‫ﻊ‬ ‫ﻨ ﹶﻔ‬‫ﻨ‬‫ﻣ‬ /‫ﻮ‬ ‫ﻳ‬‫ﺎ‬‫ﻣ ﹾﻠ ﹶﻔﺘ‬ /‫ﺎ‬‫ﻳﻴ‬‫ﺮ ﹶﺃ‬ ‫ﻴ‬‫ﺧ‬
o//o/ o/o//o/ o/o//o/ o//o/ o/o//o/ o/o//o/
‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﹶﻓ ﹾﺎ‬/‫ﻦ‬ ‫ﺗ‬‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ ﹶﻓ ﹾﺎ‬/ ‫ﻦ‬ ‫ﺗ‬‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ ﹶﻓ ﹾﺎ‬# ‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﹶﻓ ﹾﺎ‬/‫ﻦ‬ ‫ﺗ‬‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ﹶﻓ ﹾﺎ‬/‫ﻦ‬ ‫ﺗ‬‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ﹶﻓ ﹾﺎ‬
2. Bahar Raml bait tâm; ‘arûdh mahdzûfah dan dharab shahîh ( ‫ﻦ‬
 ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ ﹶﻓ ﹾﺎ‬- ‫ﻦ‬ ‫ﺗ‬‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫) ﹶﻓ ﹾﺎ‬

# ‫ﺎ‬‫ﺭ ﹸﻛﱡﻠﻬ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺎ ﹸﻏ‬‫ﻧﻴ‬‫ﺪ‬ ‫ﺎ ﺍﻟ‬‫ﻧﻤ‬‫ﹺﺇ‬


‫ﻘﻔﹶﺎ ﹺﺭ‬ ‫ﺽ ﺍﹾﻟ‬
‫ﺭ ﹺ‬ ‫ﻲ ﹶﺃ‬ ‫ﻓ‬ ‫ﻤ ﹺﻊ ﺍﻵ ﹺﻝ‬ ‫ﻣﹾﺜ ﹸﻞ ﹶﻟ‬

“Dunia itu semuanya hanya tipuan, bagaikan gemerlapnya mutiara di tanah


tandus”

45
‫ﻘﻔﹶﺎ ﹺﺭ‬ ‫ﺿ ﹾﻠ‬
 /‫ﺭ‬ ‫ﻴﹶﺄ‬‫ﻔ‬ ‫ﻟ‬‫ﹶﺍﹾﺍ‬/‫ﻞ‬‫ﻤﻌ‬ ‫ﻣﹾﺜﹸﻠﹶﻠ‬ #‫ﻬ ﹾﺎ‬ ‫ ﹸﻛ ﹾﻠﹸﻠ‬/‫ﺭ ﹾﻥ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺎ ﹸﻏ‬‫ﻳ‬/‫ﺩ ﹾﻥ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻧ‬‫ﹺﺇ‬
o/o//o/ o/o//o/ o/o//o/ o//o/ o/o//o/ o/o//o/

‫ﻦ‬ ‫ﺗ‬‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ﹶﻓ ﹾﺎ‬/‫ﻦ‬ ‫ﺗ‬‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ﹶﻓ ﹾﺎ‬/‫ﻦ‬ ‫ﺗ‬‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ﹶﻓ ﹾﺎ‬# ‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﹶﻓ ﹾﺎ‬/‫ﻦ‬ ‫ﺗ‬‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ﹶﻓ ﹾﺎ‬/‫ﻦ‬ ‫ﺗ‬‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ﹶﻓ ﹾﺎ‬

3. Bahar Raml bait tâm; ‘arûdh mahdzûfah dan dharab maqshûr ( ‫ﻦ‬
 ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ ﹶﻓ ﹾﺎ‬- ‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ ﹾﻥ‬ ‫) ﹶﻓ ﹾﺎ‬

# ‫ﺪ‬ ‫ﻴ‬‫ﺳ‬ ‫ﺪﹺﺇ ﱠﻻ‬ ‫ﺠ‬


 ‫ﻤ‬ ‫ﺎ ﹸﻝ ﺍﹾﻟ‬‫ﻳﻨ‬‫ﹶﻻ‬

‫ﺏ‬
 ‫ﻮ‬ ‫ﺨ ﹸﻄ‬
 ‫ﺪ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﺠ‬
 ‫ﻤ‬ ‫ﻟ ﹾﻠ‬ ‫ﺽ‬
 ‫ﺎ‬‫ﻲ ﺧ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﹶﺃﹾﻟ‬
“Tidak akan mencapai keagungan kecuali pemimpin yang cerdas yang
berjalan untuk keagungan, tukang ceramah”

‫ﺏ‬
 ‫ﻮ‬ ‫ﺨ ﹸﻄ‬
 ‫ﺩﹾﻟ‬ /‫ﺞ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻠ ﹾﻠ‬‫ﺿ‬
 ‫ﺧ ﹾﺎ‬ /‫ﻦ‬ ‫ﻴ‬‫ﻴ‬‫ﻌ‬ ‫ﻤ‬ ‫ ﹶﺃﹾﻟ‬#‫ﻭ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﻴﹺﻴ‬‫ﺳ‬ /‫ﺪﹺﺇﹾﻟﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ﺠ‬
 ‫ﻣ‬ /‫ﺎﹸﻟ ﹾﻞ‬‫ﻳﻨ‬‫ﹶﻻ‬

oo//o/ o/o//o/ o/o//o/ o//o/ o/o//o/ o/o//o/


‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ ﹾﻥ‬ ‫ ﹶﻓ ﹾﺎ‬/ ‫ﻦ‬ ‫ﺗ‬‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ ﹶﻓ ﹾﺎ‬/ ‫ﻦ‬ ‫ﺗ‬‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ ﹶﻓ ﹾﺎ‬# ‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﹶﻓ ﹾﺎ‬/‫ﻦ‬ ‫ﺗ‬‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ﹶﻓ ﹾﺎ‬/‫ﻦ‬ ‫ﺗ‬‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ﹶﻓ ﹾﺎ‬

4. Bahar Raml bait majzû; ‘arûdh shahîhah dan dharab shahîh ( ‫ﻦ‬
 ‫ﺗ‬‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ ﹶﻓ ﹾﺎ‬- ‫ﻦ‬ ‫ﺗ‬‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫) ﹶﻓ ﹾﺎ‬

‫ﺍ ﹺﻝ‬‫ﺯﻭ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺎ ﹲﻝ ﹸﺫ‬‫ﺧﻴ‬ ‫ﺎ‬‫ ﻳ‬# ‫ـ‬‫ﺪﻧ‬ ‫ﻰ ﺍﻟ‬‫ﺎ ﹸﻥ ﻓ‬‫ﻧﺴ‬‫ﺎ ﺍ ِﻹ‬‫ﻧﻤ‬‫ﹺﺇ‬


“Manusia di dunia hanyalah bayangan yang akan musnah”
‫ﻭﹾﺍ ﹺﻝ‬ ‫ﺯ‬ ‫ﻭ‬ ‫ ﹸﺫ‬/ ‫ﻦ‬ ‫ﺎﹸﻟ‬‫ﺧﻴ‬ ‫ﺎ‬‫ ﻳ‬# ‫ـ‬‫ﺩﻧ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﻔ‬ ‫ﻧ‬‫ﺳ ﹾﺎ‬ / ‫ﻤ ﹾﻠﹺﺈ ﹾﻥ‬ ‫ﻨ‬‫ﻧ‬‫ﹺﺇ‬
o/o//o/ o/o//o/ o/o//o/ o/o//o/
‫ﻦ‬ ‫ﺗ‬‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ ﹶﻓ ﹾﺎ‬/ ‫ﻦ‬ ‫ﺗ‬‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ ﹶﻓ ﹾﺎ‬# ‫ﻦ‬ ‫ﺗ‬‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ ﹶﻓ ﹾﺎ‬/ ‫ﻦ‬ ‫ﺗ‬‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ﹶﻓ ﹾﺎ‬
5. Bahar Raml bait majzû; ‘arûdh shahîhah dan dharab musabbagh ( ‫ﻦ‬
 ‫ﺗ‬‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ ﹶﻓ ﹾﺎ‬-

‫ﺗ ﹾﺎ ﹾﻥ‬‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫) ﹶﻓ ﹾﺎ‬

‫ﺴﻔﹶﺎ ﹾﻥ‬
 ‫ﻌ‬ ‫ﺎ ﹺﺑ‬‫ﺑﻌ‬‫ﺭ‬ ‫ﺍ‬‫ﺨﹺﺒﺮ‬
 ‫ﺗ‬ #‫ــ‬‫ﺍﺳ‬‫ﺎ ﻭ‬‫ﺑﻌ‬‫ﺭ‬ ‫ﻲ ﺍ‬ ‫ﻴﹶﻠ‬‫ﻠ‬‫ﺧ‬ ‫ﺎ‬‫ﻳ‬
“Wahai kedua kekasihku, berhentilah, dan carilah berita di suatu daerah di
‘Asfan”

‫ﺴﻔﹶﺎ ﹾﻥ‬
 ‫ﻌ‬ ‫ﻨﹺﺒ‬‫ﻋ‬ /‫ﺏ‬
 ‫ﺭ‬ ‫ﺮﹾﺍ‬ ‫ﺨﹺﺒ‬
 ‫ﺗ‬ #‫ـ‬‫ﺍﺳ‬‫ﻌ ﹾﺎ ﻭ‬ ‫ﺑ‬‫ﺮ‬ ‫ﻳ‬ /‫ﻲ‬ ‫ﻴﹶﻠ‬‫ﻠ‬‫ﺧ‬ ‫ﻳ ﹾﺎ‬
oo/o//o/ o/o//o/ o/o//o/ o/o//o/
‫ﺗ ﹾﺎ ﹾﻥ‬‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ ﹶﻓ ﹾﺎ‬/ ‫ﻦ‬ ‫ﺗ‬‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ ﹶﻓ ﹾﺎ‬# ‫ﻦ‬ ‫ﺗ‬‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ ﹶﻓ ﹾﺎ‬/ ‫ﻦ‬ ‫ﺗ‬‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ﹶﻓ ﹾﺎ‬
6. Bahar Raml bait majzû; ‘arûdh shahîhah dan dharab mahdzûf ( ‫ﻦ‬
 ‫ﺗ‬‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ ﹶﻓ ﹾﺎ‬- ‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫) ﹶﻓ ﹾﺎ‬

‫ﺎ‬‫ﺳﱠﻠﻤ‬ ‫ﺎ‬‫ﻮﻣ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻌ ﹾﻠ‬ ‫ ـ‬#‫ﺪ ﹺﺇ ﱠﻻ ﺍﻟﹾـ‬ ‫ﺠ‬


 ‫ﻤ‬ ‫ﻟ ﹾﻠ‬ ‫ﻯ‬‫ﺗﺮ‬ ‫ﹶﻻ‬

46
“Anda tidak akan mendapatkan untuk meraih kemulyaan selain ilmu yang
bertahap”
‫ﺎ‬‫ﺳ ﹾﻠﹶﻠﻤ‬ / ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻴ‬‫ﻤ‬ ‫ﻋ ﹾﻠ‬ # ‫ﺪ ﹺﺇﹾﻟﹶﻠ ﹾﻞ‬ ‫ﺠ‬
 ‫ﻣ‬ / ‫ﻟ ﹾﻞ‬ ‫ﺮﹾﺍ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﹶﻻ‬
o//o/ o/o//o/ o/o//o/ o/o//o/

‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ ﹶﻓ ﹾﺎ‬/ ‫ﻦ‬ ‫ﺗ‬‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ ﹶﻓ ﹾﺎ‬# ‫ﻦ‬ ‫ﺗ‬‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ ﹶﻓ ﹾﺎ‬/ ‫ﻦ‬ ‫ﺗ‬‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ﹶﻓ ﹾﺎ‬

7. Bahar Raml bait majzû; ‘arûdh mahdzûfah dan dharab mahdzûf ( ‫ﻦ‬
 ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ ﹶﻓ ﹾﺎ‬- ‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫) ﹶﻓ ﹾﺎ‬

‫ﻯ‬‫ﺳﺪ‬ ‫ﻲ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﺕ ﹶﻗ‬


 ‫ﺭ‬ ‫ﺩ‬ ‫ ﻏﹶﺎ‬# ‫ﻲ‬ ‫ﺘ‬‫ﺏ ﺍﱠﻟ‬
‫ﺮ ﹺ‬ ‫ﺤ‬
 ‫ﻟ ﹾﻠ‬ ‫ﺱ‬
 ‫ﺆ‬ ‫ﺑ‬
“Kesengsaraan untuk Harb yang telah meninggalkan kaumku begitu saja”

‫ﻯ‬‫ﺴﺪ‬
 ‫ﻴ‬‫ﻣ‬ / ‫ﻮ‬ ‫ﺗ ﹶﻘ‬‫ﺭ‬ ‫ﺩ‬ ‫ ﹶﻏ ﹾﺎ‬# ‫ﻲ‬ ‫ﺘ‬‫ ﹺﺑ ﹾﻠﹶﻠ‬/ ‫ﺮ‬ ‫ﺤ‬
 ‫ﻠ ﹾﻠ‬‫ﺳ‬ ‫ﺆ‬ ‫ﺑ‬
o//o/ o/o//o/ o//o/ o/o//o/

‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ ﹶﻓ ﹾﺎ‬/ ‫ﻦ‬ ‫ﺗ‬‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ ﹶﻓ ﹾﺎ‬# ‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ ﹶﻓ ﹾﺎ‬/ ‫ﻦ‬ ‫ﺗ‬‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ﹶﻓ ﹾﺎ‬
Di dalam bahar Raml terdapat 5 macam kebolehan zihâf, yaitu :
1. Khabn fâ’ilâtun ( ‫ﻦ‬
 ‫ﺗ‬‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ﻦ ﹶﻓ ﹾﺎ‬ ‫ﺒ‬‫ﺧ‬ menjadi ‫ﻦ‬ ‫ﺗ‬‫ﻌﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫) ﹶﻓ‬

2. Khabn Fâ’ilun ( ‫ﻦ‬


 ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﻦ ﹶﻓ ﹾﺎ‬ ‫ﺒ‬‫ﺧ‬ menjadi ‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫) ﹶﻓ‬. Kedua macam zihâf ini dapat terjadi

pada hasywu, ‘arûdh dan dharab. Perhatikan 3 bait contoh di bawah ini:

‫ﺑ ﹾﻞ‬‫ﺎ ﹶﺫ‬‫ﺎ ﻣ‬‫ﻨﻬ‬‫ﻣ‬ ‫ﺶ‬


 ‫ﻌ‬ ‫ﻨ‬‫ﺗ‬ ‫ﹶﻟ ﱠﺬ ﹰﺓ‬#‫ﺎ‬‫ﺴﻨ‬
ِ ‫ﻧ ﹸﻔ‬‫ﻲ ﹶﺃ‬ ‫ﻓ‬ ‫ﺎ ﹺﻝ‬‫ﻶﻣ‬‫ ﹺﺇ ﱠﻥ ﻟ‬-1
“Sesungguhnya dalam diri kita untuk meraih cita-cita ada kenikmatan dalam
membangkitkan semangat yang sudah loyo”

‫ﺑ ﹾﻞ‬‫ﻣ ﹾﺎ ﹶﺫ‬ / ‫ﻬ ﹾﺎ‬ ‫ﻨ‬‫ﻤ‬ ‫ﺸ‬


 ‫ﻋ‬ / ‫ﻦ‬ ‫ﺘ‬‫ﻨ‬‫ﺗ‬‫ ﹶﻟ ﹾﺬ ﹶﺫ‬# ‫ﺎ‬‫ﺴﻨ‬
ِ ‫ ﹸﻓ‬/ ‫ﻴﹶﺄ ﹾﻥ‬‫ﻔ‬ ‫ﻟ‬‫ﻣ ﹾﺎ‬ / ‫ﻠ ﹾﻠﹶﺄﹾﺍ‬‫ﻨ‬‫ﻧ‬‫ﹺﺇ‬

o//o/ o/o/// o/o//o/ o/// o/o//o/ o/o//o/

‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ ﹶﻓ ﹾﺎ‬/‫ﻦ‬ ‫ﺗ‬‫ﻌﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ ﹶﻓ‬/ ‫ﻦ‬ ‫ﺗ‬‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ ﹶﻓ ﹾﺎ‬# ‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﹶﻓ‬/‫ﻦ‬ ‫ﺗ‬‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ﹶﻓ ﹾﺎ‬/‫ﻦ‬ ‫ﺗ‬‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ﹶﻓ ﹾﺎ‬

# ‫ﺮ ُﺀ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺎ ﺍ‬‫ﻧﻴ‬‫ﺪ‬ ‫ﻰ ﺍﻟ‬‫ﺪ ﻓ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﺍ‬‫ﺲ ﹺﺑَﺎﻟﺰ‬


 ‫ﻴ‬‫ ﹶﻟ‬-2
‫ﺎ‬‫ﺮﹶﻗﻌ‬ ‫ﻬﻮﹺﻯ ﺍﻟ‬ ‫ﻳ‬‫ﻭ‬ ‫ﻑ‬
 ‫ﻮ‬ ‫ﺼ‬
 ‫ﺲ ﺍﻟ‬  ‫ﺒ‬‫ﻳ ﹾﻠ‬
“Orang Zuhud itu bukanlah orang yang biasa memakai pakaian bulu dan
menyukai tambal-tambalan”
‫ﻌ ﹾﺎ‬ ‫ﺭﹶﻗ‬ /‫ﺭ‬ ‫ﻬ ﹺﻮ‬ ‫ﻳ‬‫ﻮ‬ ‫ﹶﻓ‬/‫ﻮ‬ ‫ﺼ‬
‫ﺼ‬
 ‫ﺴ‬
 ‫ﺒ‬‫ﻳ ﹾﻠ‬ # ‫ﻭ‬ ‫ﺮ ُﺀ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻳ‬/‫ﺩ ﹾﻥ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﻓ‬‫ﺪ‬ ‫ﻫ‬ /‫ﺯﹾﺍ‬ ‫ﺰ‬ ‫ﺴَﹺﺒ‬
 ‫ﻴ‬‫ﹶﻟ‬
o/// o/o/// o/o//o/ o//o/ o/o/// o/o//o/

47
‫ﹶﻓ ﹾﺎ ‪‬ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‪‬ﺗ ‪‬ﻦ ‪/‬ﹶﻓ ‪‬ﻌﹶﻠ ﹾﺎ‪‬ﺗ ‪‬ﻦ ‪ /‬ﹶﻓ ﹾﺎ ‪‬ﻋﹸﻠ ‪‬ﻦ ‪ #‬ﹶﻓ ﹾﺎ ‪‬ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‪‬ﺗ ‪‬ﻦ ‪ /‬ﹶﻓ ‪‬ﻌﹶﻠ ﹾﺎ‪‬ﺗ ‪‬ﻦ ‪ /‬ﹶﻓ ‪‬ﻌﹸﻠ ‪‬ﻦ‬

‫‪ -3‬ﺍ ‪‬ﺷ‪‬ﺘ ﹺﺮ ﺍﹾﻟ ‪‬ﻌ ‪‬ﺰ ﹺﺑﻤ‪‬ﺎ ﹺﺑﻴ‪‬ـ‪ #‬ـ ‪‬ﻊ ﹶﻓﻤ‪‬ﺎ ﺍﹾﻟ ‪‬ﻌ ‪‬ﺰ ﹺﺑﻐ‪‬ﺎ ﹺﻝ‬
‫”‪“Belilah kehormatan itu dengan alat tukar, karena kehormatan itu tidak mahal‬‬

‫‪‬ﺍ ‪‬ﺷ‪‬ﺘ ﹺﺮﹾﻟ ‪‬ﻌ ‪‬ﺰ ‪ /‬ﺯ ﹺﺑﻤ‪‬ﺎ ﹺﺑ ‪‬ﻲ ‪ #‬ﻋ ﹶﻔ ‪‬ﻤ ﹾﻠ ‪‬ﻌ ‪‬ﺰ ‪ /‬ﺯﹺﺑ ‪‬ﻐ ﹾﺎ‪‬ﻟ ‪‬ﻲ‬
‫‪o/o///‬‬ ‫‪o/o///‬‬ ‫‪o/o///‬‬ ‫‪o/o//o/‬‬

‫ﹶﻓ ﹾﺎ ‪‬ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‪‬ﺗ ‪‬ﻦ ‪ /‬ﹶﻓ ‪‬ﻌﹶﻠ ﹾﺎ‪‬ﺗ ‪‬ﻦ ‪ #‬ﹶﻓ ‪‬ﻌﹶﻠ ﹾﺎ‪‬ﺗ ‪‬ﻦ ‪ /‬ﹶﻓ ‪‬ﻌﹶﻠ ﹾﺎ‪‬ﺗ ‪‬ﻦ‬

‫ﻦ ( ‪3. Kaff fâ’ilâtun‬‬


‫ﻒ ﹶﻓ ﹾﺎ ‪‬ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‪‬ﺗ ‪‬‬
‫ﺕ ‪ menjadi‬ﹶﻛ ‪‬‬
‫‪ ), zihâf ini terdapat pada hasywu dan‬ﹶﻓ ﹾﺎ ‪‬ﻋﹶﻠ ﹾﺎ ‪‬‬

‫‪‘arûdh. Perhatikan contoh di bawah ini‬‬

‫ﺲ ﹸﻛ ﱡﻞ ‪‬ﻣ ‪‬ﻦ ﹶﺃﺭ‪‬ﺍ ‪‬ﺩ ﺣ‪‬ﺎ ‪‬ﺟ ﹶﺔ ‪#‬‬


‫ﹶﻟ‪‬ﻴ ‪‬‬

‫ﻼﹺﺑﻬ‪‬ﺎ ﹶﻗﻀ‪‬ﺎﻫ‪‬ﺎ‬
‫ﹸﺛ ‪‬ﻢ ‪‬ﺟ ‪‬ﺪ ‪‬ﻓ ‪‬ﻲ ﹶﻃ ﹶ‬
‫‪“Tidak setiap yang menginginkan sesuatu, kemudian ia bersungguh-sungguh‬‬
‫”‪dalam mencarinya akan mendapatkannya‬‬
‫ﻀ ﹾﺎﻫ‪‬ﺎ‬
‫ﺏ‪ /‬ﻫ ﹾﺎ ﹶﻗ ‪‬‬
‫ﻼ ﹺ‬
‫ﺠ ‪‬ﺪ ‪‬ﺩ‪/‬ﻓ‪‬ﻴ ﹶﻄ ﹶ‬
‫ﺴ ﹸﻜ ﹾﻠ ﹸﻞ‪ /‬ﻣ‪‬ﻨﹶﺄ ‪‬ﺭﹾﺍ ‪‬ﺩ‪/‬ﺣ‪‬ﺎ ‪‬ﺟ‪‬ﺘ ﹾﺎ ‪ #‬ﹸﺛ ‪‬ﻤ ‪‬ﻤ ‪‬‬
‫ﹶﻟ‪‬ﻴ ‪‬‬

‫‪o/o//o/ /o//o/ /o//o/‬‬ ‫‪o//o/ /o//o/ /o//o/‬‬


‫ﺕ ‪ /‬ﹶﻓ ﹾﺎ ‪‬ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‪‬ﺗ ‪‬ﻦ‬
‫ﺕ ‪ /‬ﹶﻓ ﹾﺎ ‪‬ﻋﹶﻠ ﹾﺎ ‪‬‬
‫ﺕ‪/‬ﹶﻓ ﹾﺎ ‪‬ﻋﹸﻠ ‪‬ﻦ ‪ #‬ﹶﻓ ﹾﺎ ‪‬ﻋﹶﻠ ﹾﺎ ‪‬‬
‫ﺕ‪/‬ﹶﻓ ﹾﺎ ‪‬ﻋﹶﻠ ﹾﺎ ‪‬‬
‫ﹶﻓ ﹾﺎ ‪‬ﻋﹶﻠ ﹾﺎ ‪‬‬

‫ﻦ ﹶﻓ ﹾﺎ ‪‬ﻋﹶﻠ ﹾﺎ ﹾﻥ ( ‪4. Khabn fâ’ilân‬‬


‫) ﹶﻓ ‪‬ﻌﹶﻠ ﹾﺎ ﹾﻥ ‪ menjadi‬ﺧ‪‬ﺒ ‪‬‬

‫ﻦ ﹶﻓ ﹾﺎ ‪‬ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‪‬ﺗ ﹾﺎ ﹾﻥ ( ‪5. Khabn fâ’ilâtân‬‬


‫) ﹶﻓ ‪‬ﻌﹶﻠ ﹾﺎ‪‬ﺗ ﹾﺎ ﹾﻥ ‪ menjadi‬ﺧ‪‬ﺒ ‪‬‬

‫‪Perhatikan 2 bait contoh di bawah ini‬‬

‫ﻕ‪#‬‬
‫ﺸ ﹺﺮ ﹺ‬
‫ﺤﻴ‪‬ﺎ ‪‬ﻣ ‪‬‬
‫ﺕ ‪‬ﻣ ‪‬‬
‫‪ -1‬ﻏﹶﺎ ‪‬ﺩﹲﺓ ﺫﹶﺍ ‪‬‬

‫ﺕ‬
‫ﺠﻠﹸﻮﺍﻟ ﱡﻈﹸﻠﻤ‪‬ﺎ ‪‬‬
‫ﻓ‪‬ﻰ ﺍﻟ ‪‬ﺪﺟ‪‬ﺎﻛﹶﺎﹾﻟ‪‬ﺒ ‪‬ﺪ ﹺﺭ‪‬ﻳ ‪‬‬

‫ﺕ‬
‫ﻆ‪ /‬ﹸﻇﹸﻠ ‪‬ﻤ ﹾﺎ ‪‬‬
‫ﺠﹸﻠ ﹾ‬
‫ﺸﺮﹺﻗ ِ‪‬ﻲ‪#‬ﻓ ‪‬ﺪ ‪‬ﺩﺟ‪‬ﺎ ﹶﻛ ﹾﻞ‪/‬ﺑ ‪‬ﺪ ﹺﺭ‪‬ﻳ ‪‬‬
‫ﺤ‪‬ﻴ‪‬ﻴ ﹾﺎ‪ /‬ﻣ ‪‬‬
‫ﹶﻏ ﹾﺎ ‪‬ﺩ‪‬ﺗ‪‬ﻨ ﹶﺬﹾﺍ‪/‬ﺗ ‪‬ﻤ ‪‬‬
‫‪oo/// o/o//o/ o/o//o/‬‬ ‫‪o//o/ o/o/// o/o//o/‬‬
‫ﹶﻓ ﹾﺎ ‪‬ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‪‬ﺗ ‪‬ﻦ‪/‬ﹶﻓ ‪‬ﻌﹶﻠ ﹾﺎ‪‬ﺗ ‪‬ﻦ‪ /‬ﹶﻓ ﹾﺎ ‪‬ﻋﹸﻠ ‪‬ﻦ ‪ #‬ﹶﻓ ﹾﺎ ‪‬ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‪‬ﺗ ‪‬ﻦ ‪ /‬ﹶﻓ ﹾﺎ ‪‬ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‪‬ﺗ ‪‬ﻦ ‪ /‬ﹶﻓ ‪‬ﻌﹶﻠ ﹾﺎ ﹾﻥ‬
‫ﺤ ‪‬ﻦ ‪‬ﺗ ﹸﻜ ‪‬ﻮ‪‬ﻧ ‪‬ﻮ ﹾﻥ‬
‫‪ -2‬ﻭ ﹶﻛﻤ‪‬ﺎ ﹶﺃ‪‬ﻧ‪‬ﺘ ‪‬ﻢ ﹸﻛﻨ‪‬ﺎ ‪ #‬ﻭ ﹶﻛﻤ‪‬ﺎ ‪‬ﻧ ‪‬‬

‫‪48‬‬
‘Keadaan kamu adalah seperti kami, demikian pula keadaan kami adalah
seperti kamu”
‫ﻮ ﹾﻥ‬ ‫ﻧ‬‫ﻮ‬ ‫ﺘ ﹸﻜ‬‫ﻧ‬ / ‫ﺢ‬ ‫ﻧ‬ ‫ﻤ ﹾﺎ‬ ‫ﻭ ﹶﻛ‬ # ‫ﺎ‬‫ﻨﻨ‬‫ﻤ ﹸﻜ‬ ‫ﺗ‬ / ‫ﻤ ﹾﺎ ﹶﺃ ﹾﻥ‬ ‫ﻭ ﹶﻛ‬
oo/o/// o/o/// o/o/// o/o///
‫ﺗ ﹾﺎ ﹾﻥ‬‫ﻌﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ ﹶﻓ‬/ ‫ﻦ‬ ‫ﺗ‬‫ﻌﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ ﹶﻓ‬# ‫ﻦ‬ ‫ﺗ‬‫ﻌﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ ﹶﻓ‬/ ‫ﻦ‬ ‫ﺗ‬‫ﻌﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ﹶﻓ‬

RANGKUMAN
1. Termasuk dalam kelompok 7 huruf adalah bahar Hazj, bahar Rajz dan bahr al-
Raml
2. Bahar Hazj, bahar Rajz dan bahr al-Raml memiliki kebolehan zihâf masing-
masing.

TUGAS TERSTRUKTUR
1. Jelaskan perbedaan antara bahr al-Hazj, bahr al-razj dan bahr al-Raml!
2. Jelaskan kebolehan zihâf pada bahar Hazj, bahar Rajz dan bahr al-Raml

BAB XI
BUHÛR AL-SYI’R AL-SUBÂ’IYYAH III

TUJUAN
Setelah mengikuti perkuliahan ini diharapkan mahasiswa mengetahui al-bahr al-Sarî,
al-bahr al-Munsarih dan al-bahr al-Khafîf.

BAHASAN

49
A. Al-Bahr al-Sarî
Di dalam bahar Sarî’ terdapat 2 macam bait :
1. Bait tâm dengan 6 taf’ilah, yaitu :
‫ﺕ‬
 ‫ﻮﹶﻟ ﹾﺎ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻣ ﹾﻔ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ # ‫ﺕ‬
 ‫ﻮﹶﻟ ﹾﺎ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻣ ﹾﻔ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬

2. Bait masythûr dengan 3 taf’ilah, yaitu :

‫ﺕ‬
 ‫ﻮﹶﻟ ﹾﺎ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻣ ﹾﻔ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬
Bahar Sarî’ dengan bait tâm mempunyai 2 macam ‘arûdh dan 5 macam dharab,
yaitu:
1. ‘Arûdh mathwiyyah maksûfah ( ‫ﻌﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ﻣ ﹾﻔ‬ / ‫ﻦ‬
 ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫) ﹶﻓ ﹾﺎ‬. Dharabnya ada 3 macam :
a. Dharab mathwiyy maksûf ( ‫ﻦ‬
 ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫) ﹶﻓ ﹾﺎ‬

b. Dharab mathwiyy mauqûf ( ‫ﺕ‬


 ‫ﻌﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ﻣ ﹾﻔ‬ / ‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ ﹾﻥ‬ ‫) ﹶﻓ ﹾﺎ‬

c. Dharab ashlam ( ‫ﻮ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻣ ﹾﻔ‬ / ‫ﻦ‬


 ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﻓ‬ )

2. ‘Arûdh makhbûnah maksufah ( ‫ﻌﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ﻣ‬ / ‫ﻦ‬


 ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫) ﹶﻓ‬. Dharabnya ada 2 macam :

a. Dharab makhbûn maksûf, ( ‫ﻌﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ﻣ‬ / ‫ﻦ‬


 ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫) ﹶﻓ‬

b. Dharab ashlam ( ‫ﺕ‬


 ‫ﻮﹶﻟ ﹾﺎ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻣ ﹾﻔ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﺻ ﹾﻠ‬
 menjadi ‫ﻮ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻣ ﹾﻔ‬ )

Bahar Sarî’ dengan bait masythûr mempunyai satu macam ‘arûdh, yaitu ‘arûdh
maksûfah ( ‫ﻮﹶﻟ ﹾﺎ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻣ ﹾﻔ‬ / ‫ﻦ‬
 ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻣ ﹾﻔ‬ ). Taf’ilah ‘arûdh ini sekaligus menjadi dharab.

Contoh-contoh :
1. Bahar Sarî’ bait tâm dengan ‘arûdh mathwiyyah maksûfah dan dharab mathwiyy
maksûf ( ‫ﻦ‬
 ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ ﹶﻓ ﹾﺎ‬- ‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫) ﹶﻓ ﹾﺎ‬
# ‫ﻌ ﹺﺰ ﹺﻝ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻲ‬ ‫ﻓ‬ ‫ﺱ‬
‫ﺎ ﹺ‬‫ﻴ ﹺﻊ ﺍﻟﻨ‬‫ﻤ‬ ‫ﺟ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﹸﻛ‬
‫ﻪ‬ ‫ﺘ‬‫ﺰﹶﻟ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﻲ‬ ‫ﻓ‬ ‫ﻭ ﹸﻝ‬ ‫ﺰ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻢ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﺴﹶﻠ‬
 ‫ﻳ‬‫ﺪ‬ ‫ﹶﻗ‬

“Jadilah anda bagian dari orang-orang di perantauan, karena itulah jalan


selamat di perantauan”
‫ﻪ‬ ‫ﺘ‬‫ﺰﹶﻟ‬ ‫ﻋ‬ /‫ﻲ‬ ‫ﻔ‬ ‫ﻭﹸﻟ‬ ‫ﺰ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻣ‬ /‫ﻤ ﹾﻞ‬ ‫ﺴﹶﻠ‬
 ‫ﻳ‬‫ﺪ‬ ‫ ﹶﻗ‬# ‫ﻲ‬ ‫ﻟ‬‫ﻌ ﹺﺰ‬ ‫ﻣ‬ /‫ﻲ‬ ‫ﻔ‬ ‫ﺳ‬ ‫ﻨ ﹾﺎ‬‫ﻨ‬‫ﻋ‬ /‫ﻲ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺠ‬
 ‫ﻨ‬‫ﻌ‬ ‫ﻨ‬‫ﹸﻛ‬

o//o/ o//o/o/ o//o/o/ o//o/ o//o/o/ o//o/o/


‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ ﹶﻓ ﹾﺎ‬/‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ /‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ # ‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﹶﻓ ﹾﺎ‬/‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ / ‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬

50
2. Bahar Sarî’ bait tâm dengan ‘arûdh mathwiyyah maksûfah dan dharab mathwiyy
mauqûf ( ‫ﻦ‬
 ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ ﹶﻓ ﹾﺎ‬- ‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ ﹾﻥ‬ ‫) ﹶﻓ ﹾﺎ‬

‫ﻕ‬
 ‫ﺍ‬‫ﻋﺮ‬ ‫ﻲ‬ ‫ﻓ‬ ‫ﻭ ﹶﻻ‬ ‫ﺷ ﹾﺎ ﹴﻡ‬ ‫ﻲ‬ ‫ﻓ‬ ‫ﻭ ﹶﻥ‬ ‫ﺭﹾﺍ ُﺀ‬ #‫ﺎ ﺍﻟﺮ‬‫ﻣﹾﺜﹶﻠﻬ‬ ‫ﻯ‬‫ﻳﺮ‬ ‫ﻰ ﹶﻻ‬‫ﺳ ﹾﻠﻤ‬ ‫ﺎ ﹸﻥ‬‫ﺯﻣ‬ ‫ﹶﺃ‬

“Hari-hari perjumpaanku dengan Salma tak seorang pengintai pun tahu, baik di
Syam/Siria maupun di Irak”

‫ﻕ‬
 ‫ﺍ‬‫ﻌﺮ‬ ‫ﻴ‬‫ﻓ‬ / ‫ﻮﹶﻟ ﹾﺎ‬ ‫ﻨ‬‫ﻣ‬ ‫ﺷ ﹾﺎ‬ /‫ﻲ‬ ‫ﻔ‬ ‫ﻧ‬‫ﻭ‬ ‫ﺭﹾﺍ ُﺀ‬ # ‫ﺮ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻣﹾﺜﹶﻠ‬ /‫ﺮﹾﺍ‬ ‫ﻳ‬‫ﻣ ﹾﺎ ﹶﻻ‬ /‫ﺴ ﹾﻞ‬
 ‫ﻧ‬‫ﺎ‬‫ﺯﻣ‬ ‫ﹶﺃ‬
oo//o/ o//o/o/ o//o/o/ o//o/ o//o/o/ o//o/o/

‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ ﹾﻥ‬ ‫ﹶﻓ ﹾﺎ‬/‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬


 ‫ﻣ‬ /‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ # ‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﹶﻓ ﹾﺎ‬/‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ /‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬
3. Bahar Sarî’ bait tâm dengan ‘arûdh mathwiyyah maksûfah dan dharab ashlam
(‫ﻦ‬
 ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ ﹶﻓ ﹾﺎ‬- ‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﻓ‬ )

‫ﻲ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﺎ‬‫ﺳﻤ‬ ‫ﺖ ﹶﺃ‬


 ‫ﻐ‬ ‫ﺑﹶﻠ‬‫ﺪ ﹶﺃ‬ ‫ﻼ ﹶﻟ ﹶﻘ‬
‫ﻬ ﹰ‬ ‫ﻣ‬ # ‫ﺎ‬‫ﺨﻨ‬
 ‫ﻴ ﹶﻞ ﺍﹾﻟ‬‫ﻘ‬ ‫ﻟ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﺼ‬
 ‫ﺗ ﹾﻘ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻭﹶﻟ‬ ‫ﺖ‬
 ‫ﻗﹶﺎﹶﻟ‬

“Istriku menggunjing dengan perlahan, tapi ia tidak sengaja berkata jelek itu.
Aku benar-benar telah mendengarnya”

‫ﻲ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﺎ‬‫ ﻣ‬/ ‫ﺱ‬


 ‫ﺘﹶﺄ‬‫ﻐ‬ ‫ﺑﹶﻠ‬‫ ﹶﺃ‬/ ‫ﺪ‬ ‫ﻨﹶﻠ ﹶﻘ‬‫ﻬﹶﻠ‬ ‫ﻣ‬ # ‫ﺎ‬‫ﺨﻨ‬
 ‫ ﹶﻟ ﹾﻠ‬/ ‫ﻲ‬ ‫ﻘ‬ ‫ﻟ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﺼ‬
 ‫ﺗ ﹾﻘ‬ /‫ﻢ‬ ‫ﻮﹶﻟ‬ ‫ﺘ‬‫ﻗﹶﺎﹶﻟ‬

o/o/ o//o/o/ o//o/o/ o//o/ o//o/o/ o//o/o/


‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﻓ‬ / ‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ /‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ # ‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﹶﻓ ﹾﺎ‬/ ‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ /‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬

4. Bahar Sarî’ bait tâm dengan ‘arûdh makhbûnah maksûfah dan dharab makhbûn
maksûf ( ‫ﻦ‬
 ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ ﹶﻓ‬- ‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫) ﹶﻓ‬

‫ﻢ‬ ‫ﻨ‬‫ﻋ‬ ‫ﻒ‬


 ‫ﻑ ﺍ َﻷ ﹸﻛ‬
 ‫ﺍ‬‫ﻭﹶﺃ ﹾﻃﺮ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻴ‬‫ ﹺﻧ‬# ‫ﺎ‬‫ﺩﻧ‬ ‫ﻩ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﺟ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﺍﹾﻟ‬‫ﻚ ﻭ‬
 ‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺸ‬
 ‫ﻨ‬‫ﺍﹶﻟ‬
“Baunya harum, wajahnya bagaikan dinar dan ujung jarinya bagaikan pohon
anam”

‫ﻢ‬ ‫ﻨ‬‫ﻌ‬ ‫ﻓ‬/‫ﻒ‬


 ‫ﺭﹾﺍﹸﻓ ﹾﻠﹶﺄ ﹸﻛ‬ /‫ﻁ‬
‫ﻭﹶﺃ ﹾ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻴ‬‫ ﹺﻧ‬# ‫ﺎ‬‫ﺪﻧ‬ ‫ﻫ‬ /‫ﻮ‬ ‫ﺟ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻮﹾﻟ‬ ‫ﻨ‬‫ ﹸﻛ‬/‫ﺲ‬
 ‫ﻣ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺸ‬
 ‫ﻨ‬‫ﻧ‬‫ﹶﺍ‬
o/// o//o/o/ o///o/ o/// o//o/o/ o//o/o/

‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﹶﻓ‬/ ‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬


 ‫ﻣ‬ / ‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ‬‫ﻣ ﹾﻔ‬ # ‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﹶﻓ‬/‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ / ‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬
5. Bahar Sarî’ bait tâm dengan ‘arûdh makhbûnah maksûfah dan dharab ashlam
(‫ﻦ‬
 ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ ﹶﻓ‬- ‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﻓ‬ )

51
‫ﻯ‬‫ﺤﺮ‬
 ‫ﺔ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻴ ﹶﻞ ﺍ ُﻷ‬‫ﻠ‬‫ﻱ ﹶﻏ‬
 ‫ﺮ ﹺﻭ‬ ‫ﻳ‬ # ‫ﻤ ﹺﻞ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﻲ‬ ‫ﻓ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﺠ‬
‫ﺪﹺﺇ ﱠﻻ ﺍﹾﻟ ﹺ‬ ‫ﺠ‬
 ‫ﻤ‬ ‫ﺎﺍﹾﻟ‬‫ﻣ‬
“Kehormatan itu hanyalah kegigihan dalam beramal, ia akan menceriterakan
kejaran orang-orang yang jahat”

‫ﺭﹾﺍ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺣ‬ /‫ﺘ ﹾﻞ‬‫ﻤ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﹶﻟ ﹾﻠﹸﺎ‬/‫ﻲ‬ ‫ﻠ‬‫ﻐ‬ ‫ﻳ‬‫ﺮ ﹺﻭ‬ ‫ﻳ‬ # ‫ﻲ‬ ‫ﻠ‬‫ﻤ‬ ‫ﻋ‬ /‫ﻲ‬ ‫ﻓ‬‫ﺩ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﺠ‬
‫ﹶﻟ ﹾﻠ ﹺ‬/‫ﺪﹺﺇ ﹾﻝ‬ ‫ﺠ‬
 ‫ﻤ‬ ‫ﻣ ﹾﻠ‬
o/o/ o//o/o/ o//o/o/ o/// o//o/o/ o//o/o/

‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﻓ‬/‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬


 ‫ﻣ‬ /‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ # ‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ ﹶﻓ‬/‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ /‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬

6. Bahar Sarî’ bait masythûr dengan ‘arûdh maksûfah dan dharab maksûf ( ‫ﻦ‬
 ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻣ ﹾﻔ‬ )

# ‫ﻲ‬ ‫ﻟ‬‫ﻋ ﹾﺬ‬ ‫ﻼ‬


‫ﻗ ﱠ‬‫ﻲ ﹶﺃ‬ ‫ﻠ‬‫ﺣ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﻲ‬ ‫ﺒ‬‫ﺣ‬ ‫ﺎ‬‫ﺎ ﺻ‬‫ﻳ‬
“Wahai kedua teman perjalananku, kurangilah cercaan padaku”

‫ﻲ‬ ‫ﻟ‬‫ﻋ ﹾﺬ‬ ‫ ﹶﻟ ﹾﺎ‬/ ‫ﻗ ﹾﻞ‬‫ﻴﹶﺄ‬‫ﻠ‬‫ﺣ‬ ‫ﺭ‬ / ‫ﻲ‬ ‫ﺒ‬‫ﺣ‬ ‫ﺎ‬‫ﺎ ﺻ‬‫ﻳ‬
o/o/o/ o//o/o/ o//o/o/

‫ﻦ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻣ ﹾﻔ‬ / ‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬


 ‫ﻣ‬ / ‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬
Di dalam bahar Sarî’ terdapat 2 macam kebolehan zihâf, yaitu :
1. Khabn mustaf’ilun ( ‫ﻦ‬
 ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﺒ‬‫ﺧ‬ - ‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﻣ‬ / ‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ )

2. Thayy mustaf’ilun ( ‫ﻦ‬


 ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ ‫ﻲ‬ ‫ ﹶﻃ‬- ‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ / ‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ‬‫ﻣ ﹾﻔ‬ )

Perhatikan 2 bait contoh di bawah ini :

‫ﺽ‬
‫ﺭ ﹺ‬ ‫ﻋﻠﹶﻰ ﺍ َﻷ‬ ‫ﻲ‬ ‫ﺸ‬
 ‫ﻤ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﺎ‬‫ﺩﻧ‬ ‫ﺎ‬‫ ﹶﺃ ﹾﻛﺒ‬# ‫ﺎ‬‫ﻨﻨ‬‫ﻴ‬‫ﺑ‬ ‫ﺎ‬‫ﺩﻧ‬ ‫ﻭ ﹶﻻ‬ ‫ﺎ ﹶﺃ‬‫ﻧﻤ‬‫ﻭﹺﺇ‬ -
“Anak-anak kita di antara kita hanyalah hati-hati kita yang berjalan di atas
tanah”

‫ﻲ‬ ‫ﺿ‬
 ‫ﺭ‬ ‫ﹶﺃ‬/‫ﻌﹶﻠ ﹾﻞ‬ ‫ﻴ‬‫ﺸ‬
 ‫ﻤ‬ ‫ﺗ‬/‫ﻧ ﹾﺎ‬‫ﺩ‬ ‫ﺒ ﹾﺎ‬‫ ﹶﺃ ﹾﻛ‬# ‫ﻨ ﹾﺎ‬‫ﻨ‬‫ﻴ‬‫ﺑ‬/ ‫ﻧ ﹾﺎ‬‫ﺩ‬ ‫ﻭﹶﻟ ﹾﺎ‬ ‫ ﹶﺃ‬/ ‫ﻤ ﹾﺎ‬ ‫ﻨ‬‫ﻧ‬‫ﻭﹺﺇ‬
o/o/ o//o/o/ o//o/o/ o//o/ o//o/o/ o//o//

‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﻓ‬/‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬


 ‫ﻣ‬ /‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ # ‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﹶﻓ ﹾﺎ‬/‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ /‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬

‫ﺺ‬
‫ﻤ ﹺ‬ ‫ﻐ‬ ‫ﻦ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻲ‬ ‫ﻴﹺﻨ‬‫ﻋ‬ ‫ﺖ‬
 ‫ﻌ‬ ‫ﻨ‬‫ﺘ‬‫ﻣ‬ ‫ ﹶﻻ‬# ‫ﻢ‬ ‫ﻀ ﹺﻬ‬
 ‫ﻌ‬ ‫ﺑ‬ ‫ﻋﻠﹶﻰ‬ ‫ﺢ‬ ‫ﻳ‬‫ﺮ‬ ‫ﺖ ﺍﻟ‬
 ‫ﺒ‬‫ﻫ‬ ‫ﻮ‬ ‫ ﹶﻟ‬-

“Kalaulah angin berhembus kepada sebagian mereka, niscaya mataku terhalang


dari sakit mata”

52
‫ﻲ‬ ‫ﺼ‬
 ‫ﻤ‬ ‫ ﹶﻏ‬/‫ﻨ ﹾﻞ‬‫ﻤ‬ ‫ﻴ‬‫ﻴﹺﻨ‬‫ﻋ‬ /‫ﺖ‬
 ‫ﻌ‬ ‫ﻨ‬‫ﺘ‬‫ﻤ‬ ‫ ﹶﻟ‬# ‫ﻢ‬ ‫ﻀ ﹺﻬ‬
 ‫ﻌ‬ ‫ﺑ‬/‫ﻌﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ﺤ‬
 ‫ﻳ‬‫ ﹺﺭ‬/‫ﺮ‬ ‫ﺘ‬‫ﺒ‬‫ﺒ‬‫ﻫ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﹶﻟ‬
o/o/ o//o/o/ o///o/ o//o/ o///o/ o//o/o/

‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﻓ‬ /‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬


 ‫ﻣ‬ / ‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ‬‫ﻣ ﹾﻔ‬ # ‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﹶﻓ ﹾﺎ‬/‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ‬‫ﻣ ﹾﻔ‬ /‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬

B. Al-Bahr al-Munsarih
Di dalam bahar Munsarih terdapat 2 bait :
1. Bait tâm dengan 6 taf’ilah, yaitu :
‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ ‫ﺕ‬
 ‫ﻮﹶﻟ ﹾﺎ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻣ ﹾﻔ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ # ‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ ‫ﺕ‬
 ‫ﻮﹶﻟ ﹾﺎ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻣ ﹾﻔ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬

2. Bait manhûk dengan 2 taf’ilah, yaitu :

‫ﺕ‬
 ‫ﻮﹶﻟ ﹾﺎ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻣ ﹾﻔ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬
Bahar Munsarih dengan bait tâm mempunyai 2 macam ‘arûdh dan 3 macam dharab.
Rinciannya adalah sebagai berikut :
1. ‘Arûdh shahîhah ( ‫ﻦ‬
 ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ ). Dharabnya ada satu ialah dharab mathwiyy ( ‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ ‫ﻲ‬ ‫ﹶﻃ‬

menjadi ‫ﻦ‬
 ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ / ‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ‬‫ﻣ ﹾﻔ‬ )

2. ‘Arûdh mathwiyyah ( ‫ﻦ‬


 ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ ‫ﻲ‬ ‫ ﹶﻃ‬menjadi ‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ‬‫ﻣ ﹾﻔ‬ Dharabnya ada 2 macam, yaitu :

a. Dharab mathwiyy ( ‫ﻦ‬


 ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ‬‫ﻣ ﹾﻔ‬ )

b. Dharab maqthû’ ( ‫ﻦ‬


 ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ ‫ﻊ‬ ‫ ﹶﻗ ﹾﻄ‬menjadi ‫ﻌ ﹾﻞ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ / ‫ﻦ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻣ ﹾﻔ‬ )

Bahar Munsarih dengan bait manhûk mempunyai 2 macam ‘arûdh yang sekali gus
menjadi dharab:
1. ‘Arûdh mauqûfah yang sekali gus menjadi dharab mauqûf (‫ﺕ‬
 ‫ﻮﹶﻟ ﹾﺎ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻣ ﹾﻔ‬ ‫ﻒ‬
 ‫ﻭ ﹾﻗ‬ - ‫ﺕ‬
 ‫ﻮﹶﻟ ﹾﺎ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻣ ﹾﻔ‬ /

‫ﻮﹶﻟ ﹾﺎ ﹾﻥ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻣ ﹾﻔ‬ )

2. ‘Arûdh maksûfah yang sekali gus menajdi dharab maksûf ( ‫ﺕ‬


 ‫ﻮﹶﻟ ﹾﺎ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻣ ﹾﻔ‬ ‫ﻒ‬
 ‫ﺴ‬
 ‫ ﹶﻛ‬- ‫ﻮﹶﻟ ﹾﺎ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻣ ﹾﻔ‬ /

‫ﻦ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻣ ﹾﻔ‬ )

Contoh-contoh :
1. Bahar Munsarih bait tâm; ‘arûdh shahîhah dan dharab mathwiy ( ‫ﻦ‬
 ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ - ‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ‬‫ﻣ ﹾﻔ‬ )

53
‫ﺮﻓﹶﺎ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻩ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﺼ ﹺﺮ‬
 ‫ﻣ‬ ‫ﻲ‬ ‫ﻓ‬ ‫ﻲ‬ ‫ﺸ‬
 ‫ﻳ ﹾﻔ‬ ‫ﻴ ﹺﺮ‬‫ﺨ‬
 ‫ﻟ ﹾﻠ‬ # ‫ﻼ‬
‫ﻤ ﹶ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﺘ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ ‫ﺍ ﹶﻝ‬‫ﺪ ﹶﻻ ﺯ‬ ‫ﻳ‬‫ﺯ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﺑ‬‫ﹺﺇ ﱠﻥ ﺍ‬

“Ibn Zaid selalu menggunakan adat untuk menyebarkan kebaikan di kotanya”

‫ﺮﹶﻓ ﹾﺎ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻫ ﹾﻠ‬ /‫ﺼ ﹺﺮ‬


 ‫ﻤ‬ ‫ﻴ‬‫ﻔ‬ ‫ﻴ‬‫ﺷ‬ /‫ﻒ‬
 ‫ﻳ‬‫ﻴ ﹺﺮ‬‫ﺨ‬
 ‫ﻟ ﹾﻠ‬ # ‫ﻤﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﺘ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ /‫ﺍ ﹶﻝ‬‫ﻧﹶﻠ ﹾﺎﺯ‬‫ﺩ‬ /‫ﻱ‬
 ‫ﺰ‬ ‫ﻨ‬‫ﺒ‬‫ﻨ‬‫ﻧ‬‫ﹺﺇ‬

o///o/ /o/o/o/ o//o/o/ o//o/o/ /o/o/o/ o//o/o/


‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ‬‫ﻣ ﹾﻔ‬ /‫ﺕ‬
 ‫ﻮﹶﻟ ﹾﺎ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻣ ﹾﻔ‬ /‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ #‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ /‫ﺕ‬
 ‫ﻮﹶﻟ ﹾﺎ‬‫ﻣ ﹾﻔﻌ‬ /‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬

2. Bahar Munsarih bait tâm; ‘arûdh mathwiyyah dan dharab mathwiyy ( ‫ﻦ‬
 ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ‬‫ﻣ ﹾﻔ‬ - ‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ‬‫ﻣ ﹾﻔ‬

‫ﻪ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻧ ﹶﻔ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﺸ‬


 ‫ﻴ‬‫ﻌ‬ ‫ﺎ ﹺﺑ‬‫ﻴﻨ‬‫ﻋ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻦ ﹶﻗ‬ ‫ﻣ‬ # ‫ﻪ‬ ‫ﻙ ﹺﺑ‬ ‫ﺎ‬‫ﺎ ﹶﺃﺗ‬‫ﻫ ﹺﺮ ﻣ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﻦ ﺍﻟ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻓﹶﺎ ﹾﻗﹺﺒ ﹾﻞ‬
“Hadapilah apa-apa yang dibawa oleh zaman kepadamu. Barangsiapa
menyenangi penghidupannya, niscaya akan memberi manfaat kepadanya”

‫ﻪ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻨ ﹶﻔ‬‫ﻴ‬‫ﻫ‬ /‫ﺶ‬


‫ﻴ ﹺ‬‫ﻌ‬ ‫ﻨﹺﺒ‬‫ﻧ‬/‫ﻲ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻨ ﹶﻘ‬‫ﻣ‬ #‫ﻲ‬ ‫ﺗ ﹾﺎ ﹶﻛﹺﺒ ﹺﻬ‬/‫ﻣ ﹾﺎﹶﺃ‬ ‫ﻫ ﹺﺮ‬ ‫ﺩ‬ /‫ﺪ‬ ‫ﻨ‬‫ﻤ‬ ‫ﹶﻓ ﹾﻘﹺﺒ ﹾﻠ‬
o///o/ /o//o/ o//o/o/ o///o/ /o//o/ o//o/o/

‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ‬‫ﻣ ﹾﻔ‬ /‫ﺕ‬


 ‫ﻌﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ﻣ ﹾﻔ‬ /‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ #‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ‬‫ﻣ ﹾﻔ‬ /‫ﺕ‬
 ‫ﻌﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ﻣ ﹾﻔ‬ /‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬

3. Bahar Munsarih bait tâm; ‘arûdh mathwiyyah dan dharab maqthû’ (‫ﻦ‬
 ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ‬‫ﻣ ﹾﻔ‬ - ‫ﻦ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻣ ﹾﻔ‬ )

‫ﺎ‬‫ﻴﻨ‬‫ﻨ‬‫ﻐ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﺔ‬ ‫ﻧ‬‫ﺎ‬‫ﻋﻠﹶﻰ ﺑ‬ ‫ﺖ‬


 ‫ﻣ‬ ‫ ﻗﹶﺎ‬# ‫ﺔ‬ ‫ﻮﹶﻗ‬ ‫ﻣ ﹶﻄ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻕ‬
 ‫ﻮ‬ ‫ﺸ‬
 ‫ﺞ ﺍﻟ‬ ‫ﻴ‬‫ﻫ‬ ‫ﺎ‬‫ﻣ‬
“Apa yang menggerakkan rindu kepada Muthawwaqah yang bertugas ke
kampung Banah untuk menghibur kita”

‫ﻨ ﹾﺎ‬‫ﻴ‬‫ﻨﹺﻨ‬‫ ﹶﻏ‬/‫ﺖ‬
 ‫ﻨ‬‫ﺘ‬‫ﻧ‬‫ﺑ ﹾﺎ‬/‫ﻌﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ﺘ‬‫ﻣ‬ ‫ ﹶﻗ ﹾﺎ‬# ‫ﻲ‬ ‫ﺘ‬‫ﻭﹶﻗ‬ ‫ﻮ‬ ‫ ﹶﻃ‬/‫ﻢ‬ ‫ﻨ‬‫ﻤ‬ ‫ﻮﹶﻗ‬ ‫ﺷ‬ /‫ﺶ‬
 ‫ﺠ‬
 ‫ﻴ‬‫ﻴ‬‫ﻫ‬ ‫ﻣ ﹾﺎ‬
o/o/o/ /o//o/ o//o/o/ o///o/ /o//o/ o//o/o/

‫ﻦ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻣ ﹾﻔ‬ /‫ﺕ‬


 ‫ﻌﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ﻣ ﹾﻔ‬ /‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ #‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ‬‫ﻣ ﹾﻔ‬ /‫ﺕ‬
 ‫ﻌﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ﻣ ﹾﻔ‬ /‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬

4. Bahar Munsarih bait manhûk; ‘arûdh mauqufah, dharab mauqûf ( ‫ﻮﹶﻟ ﹾﺎ ﹾﻥ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻣ ﹾﻔ‬ )

‫ﺭ‬ ‫ﺍ‬‫ﺪ ﺍﻟﺪ‬ ‫ﺒ‬‫ﻋ‬ ‫ﻲ‬ ‫ﺑﹺﻨ‬ ‫ﺍ‬‫ﺒﺮ‬‫ﺻ‬



“Bersabarlah wahai Bani ‘Abdiddar”

‫ﺭ‬ ‫ﺩﹾﺍ‬ ‫ﺩ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﺒ‬‫ﻋ‬ / ‫ﻲ‬ ‫ﺒﹺﻨ‬‫ﻧ‬‫ﺮ‬ ‫ﺒ‬‫ﺻ‬


54
oo/o/o/ o//o/o/

‫ﻮﹶﻟ ﹾﺎ ﹾﻥ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻣ ﹾﻔ‬ / ‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬


 ‫ﻣ‬

5. Bahar Munsarih bait manhûk; ‘arûdh maksûfah, dharab maksûf ( ‫ﻦ‬


 ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻣ ﹾﻔ‬ )
‫ﺍ‬‫ﻌﺪ‬ ‫ﺳ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﺳ‬ ‫ﻡ‬ ‫ﻳ ﹸﻞ ﺍ‬‫ﻭ‬
“Celakalah ibu Sa’ad karena kematian Sa’ad”

‫ﺪﹾﺍ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﺴ‬


 ‫ﻧ‬‫ﺩ‬ / ‫ﻊ‬ ‫ﺴ‬
 ‫ﻤ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻳﹸﻠ‬‫ﻭ‬
o/o/o/ o//o/o/

‫ﻦ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻣ ﹾﻔ‬ / ‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬


 ‫ﻣ‬
Di dalam bahar Munsarih terdapat 3 macam kebolehan zihâf, yaitu :
1. Khabn mustaf’ilun ( ‫ﻦ‬
 ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﻣ‬ / ‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ ) pada hasywu

2. Thayyu mustaf’ilun ( ‫ﻦ‬


 ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ / ‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ‬‫ﻣ ﹾﻔ‬ ) juga pada hasywu

3. Khabn maf’ûlâtu ( ‫ﺕ‬


 ‫ﻌﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ﻣ ﹾﻔ‬ )

Perhatikan contoh-contoh di bawah ini :

‫ﻪ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺟ‬ ‫ﺎ‬‫ﺮ ﻣ‬ ‫ﻴ‬‫ﺎ ﹶﻝ ﹶﻏ‬‫ﻳ ﹾﺄ ﹸﻛ ﹸﻞ ﺍﹾﻟﻤ‬‫ﻭ‬ # ‫ﻪ‬ ‫ﻠ‬‫ﻛ‬ ‫ﺮ ﺁ‬ ‫ﻴ‬‫ﺎ ﹶﻝ ﹶﻏ‬‫ﻊ ﺍﹾﻟﻤ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺠ‬
 ‫ﻳ‬ ‫ﺪ‬ ‫ ﹶﻗ‬-1

“Boleh jadi yang mengumpulkan harta itu bukan pemakannya, dan boleh jadi
pemakan harta itu bukan yang mengumpulkannya”

‫ﻪ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺟ‬ ‫ﻣ ﹾﺎ‬ /‫ﺮ‬ ‫ﻴ‬‫ﻐ‬ ‫ﻣ ﹾﺎﹶﻟ‬ /‫ﻳ ﹾﺄ ﹸﻛﹸﻠ ﹾﻞ‬‫ﻭ‬ # ‫ﻲ‬ ‫ﻠ ﹺﻬ‬‫ﻛ‬ ‫ﹶﺃﹾﺍ‬/‫ﺮ‬ ‫ﻴ‬‫ﻐ‬ ‫ﻣ ﹾﺎﹶﻟ‬ /‫ﻌ ﹾﻞ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺠ‬
 ‫ﻳ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﹶﻗ‬

o///o/ /o//o/ o//o// o///o/ /o//o/ o//o/o/


‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ‬‫ﻣ ﹾﻔ‬ /‫ﺕ‬
 ‫ﻌﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ﻣ ﹾﻔ‬ /‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ # ‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ‬‫ﻣ ﹾﻔ‬ /‫ﺕ‬
 ‫ﻌﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ﻣ ﹾﻔ‬ /‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬

‫ﻪ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﺭﹶﻓ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﺮ ﹶﻗ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﺍﻟ‬‫ﺎ ﻭ‬‫ﻮﻣ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻊ‬ ‫ﺮ ﹶﻛ‬ ‫ﺗ‬ # ‫ﻚ ﹶﺃ ﹾﻥ‬
 ‫ﻋﱠﻠ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻴ‬‫ﻘ‬ ‫ﺩ ﺍﹾﻟ ﹶﻔ‬ ‫ﺎ‬‫ﺗﻌ‬ ‫ﻭ ﹶﻻ‬ -2

“Janganlah memusuhi orang miskin, karena boleh jadi pada suatu saat engkau
sedang merunduk, sedang ia diangkat oleh zaman”

‫ﻪ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﺭﹶﻓ‬ ‫ﺪ‬ ‫ ﹶﻗ‬/ ‫ﺮ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﺩ‬ ‫ﺩ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻨ‬‫ﻣ‬ / ‫ﻮ‬ ‫ﻴ‬‫ﻌ‬ ‫ﺮ ﹶﻛ‬ ‫ﺗ‬ # ‫ﻋ ﹾﻠﹶﻠ ﹶﻜﹶﺄ ﹾﻥ‬ / ‫ﺮ‬ ‫ﻴ‬‫ﻘ‬ ‫ﺩﹾﻟ ﹶﻔ‬ /‫ﻌ ﹾﺎ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﻭﹶﻟ ﹾﺎ‬

o///o/ /o//o/ o///o/ o///o/ /o//o/ o//o//


‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ‬‫ﻣ ﹾﻔ‬ / ‫ﺕ‬
 ‫ﻌﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ﻣ ﹾﻔ‬ / ‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ‬‫ﻣ ﹾﻔ‬ # ‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ‬‫ﻣ ﹾﻔ‬ /‫ﺕ‬
 ‫ﻌﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ﻣ ﹾﻔ‬ /‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬

C. Al-Bahr al-Khafîf

55
Di dalam bahar Khafîf terdapat 2 macam bait
1. Bait tâm dengan 6 taf’ilah, yaitu :
‫ﻦ‬ ‫ﺗ‬‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ﻦ ﹶﻓ ﹾﺎ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ ﹺﻊ ﹸﻟ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﺗ‬‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ ﹶﻓ ﹾﺎ‬# ‫ﻦ‬ ‫ﺗ‬‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ﻦ ﹶﻓ ﹾﺎ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ ﹺﻊ ﹸﻟ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﺗ‬‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ﹶﻓ ﹾﺎ‬

2. Bait majzû dengan 4 taf’ilah, yaitu :

‫ﻦ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ ﹺﻊ ﹸﻟ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﺗ‬‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ ﹶﻓ ﹾﺎ‬# ‫ﻦ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ ﹺﻊ ﹸﻟ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﺗ‬‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ﹶﻓ ﹾﺎ‬
Bahar Khafîf dengan bait tâm mempunyai 2 macam ‘arûdh dan 3 macam dharab.
Rinciannya adalah :
1. ‘Arûdh shahîhah ( ‫ﻦ‬
 ‫ﺗ‬‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫) ﹶﻓ ﹾﺎ‬. Dharabnya ada 2 macam, yaitu :

a. Dharab shahîh ( ‫ﻦ‬


 ‫ﺗ‬‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫) ﹶﻓ ﹾﺎ‬

b. Dharab mahdzûf ( ‫ﻦ‬


 ‫ﺗ‬‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ﻑ ﹶﻓ ﹾﺎ‬
 ‫ﺣ ﹾﺬ‬ - ‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ ﹶﻓ ﹾﺎ‬/ ‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫) ﹶﻓ ﹾﺎ‬

2. ‘Arûdh mahdzûfah ( ‫ﻦ‬


 ‫ﺗ‬‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ﻑ ﹶﻓ ﹾﺎ‬
 ‫ﺣ ﹾﺬ‬ menjadi ‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ ﹶﻓ ﹾﺎ‬/ ‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫) ﹶﻓ ﹾﺎ‬. Dharabnya ada satu yaitu

dharab mahdzûf ( ‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ ﹶﻓ ﹾﺎ‬/ ‫ﻦ‬


 ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫) ﹶﻓ ﹾﺎ‬

Bahar Khafîf dengan bait majzû mempunyai satu macam ‘arûdh, yaitu ‘arûdh
shahîhah ( ‫ﻦ‬
 ‫ﺘ ﹾﻔ ﹺﻊ ﹸﻟ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ ). Dharabnya ada 2 macam, yaitu :

a. Dharab shahîh ( ‫ﻦ‬


 ‫ﺘ ﹾﻔ ﹺﻊ ﹸﻟ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ )

b. Dharab maqshûr makhbûn ( ‫ﻞ‬


‫ﻌ ﹾ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﻣ‬ / ‫ﻦ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫) ﹶﻓ‬

Abu al-‘Atahiyah menambahkan satu macam ‘arûdh pada bahar Khafîf bait majzû
ini, yaitu ‘arûdh maqshûrah makhbûnah ( ‫ﻦ‬
 ‫ﺘ ﹾﻔ ﹺﻊ ﹸﻟ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﺒ‬‫ﺧ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺼ‬
 ‫ ﹶﻗ‬menjadi ‫ﻌ ﹾﻞ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﻣ‬ / ‫ﻦ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫) ﹶﻓ‬

Dharabnya satu, yaitu dharab makhbûn maqshûr, sama dengan taf’ilah ‘arûdh-
nya (‫ﻦ‬
 ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫) ﹶﻓ‬

Contoh-contoh :
1. Bahar Khafîf bait tâm; ‘arûdh shahîhah, dharab shahîh ( ‫ﻦ‬
 ‫ﺗ‬‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ ﹶﻓ ﹾﺎ‬- ‫ﻦ‬ ‫ﺗ‬‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫) ﹶﻓ ﹾﺎ‬

‫ﻡ‬ ‫ﻼ‬
‫ﻪ ﺍﻟ ﱠﻈ ﹶ‬ ‫ﻨ‬‫ﻋ‬ ‫ﻕ‬
 ‫ﺎ‬‫ﺎ ﻋ‬‫ﺎ ﻣ‬‫ﻫﻤ‬ ‫ﺲ‬
 ‫ﻴ‬‫ ﹶﻟ‬# ‫ﻪ‬ ‫ﻴ‬‫ﻓ‬ ‫ﺮ ُﺀ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺽ ﺍﹾﻟ‬
 ‫ﺮ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺎ‬‫ﺎ ﻣ‬‫ﺰﻣ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﺲ‬
 ‫ﻴ‬‫ﹶﻟ‬

“Tidaklah bertekad bulat yang selagi ada perawat, dan tidaklah bersemangat
yang terhambat oleh gelap”

‫ﻮ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻫ ﹾﻈ ﹶﻈﹶﻠ ﹾﺎ‬ /‫ﻦ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻋ ﹾﺎﹶﻗ‬ ‫ﻣ ﹾﺎ‬ /‫ﻦ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﺴ‬
 ‫ﻴ‬‫ ﹶﻟ‬#‫ﻲ‬ ‫ﻴ ﹺﻬ‬‫ﻓ‬ ‫ﺮ ُﺀ‬ ‫ﻣ‬ /‫ﺿ ﹾﻞ‬
 ‫ﺭ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻣ ﹾﺎ‬ /‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺰ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﺴ‬
 ‫ﻴ‬‫ﹶﻟ‬

56
o/o//o/ o//o/o/ o/o//o/ o/o//o/ o//o/o/ o/o//o/
‫ﻦ‬ ‫ﺗ‬‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ﹶﻓ ﹾﺎ‬/‫ﻦ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ ﹺﻊ ﹸﻟ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ / ‫ﻦ‬ ‫ﺗ‬‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ ﹶﻓ ﹾﺎ‬# ‫ﻦ‬ ‫ﺗ‬‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ﹶﻓ ﹾﺎ‬/‫ﻦ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ ﹺﻊ ﹸﻟ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ / ‫ﻦ‬ ‫ﺗ‬‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ﹶﻓ ﹾﺎ‬

2. Bahar Khafîf bait tâm; ‘arûdh shahîhah, dharab mahdzûf ( ‫ﻦ‬


 ‫ﺗ‬‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ ﹶﻓ ﹾﺎ‬- ‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫) ﹶﻓ ﹾﺎ‬

‫ﻯ‬‫ﺮﺩ‬ ‫ﻙ ﺍﻟ‬ ‫ﻥ ﺫﹶﺍ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺩ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻮﹶﻟ‬ ‫ﺤ‬
 ‫ﻳ‬ ‫ﻡ‬ ‫ ﹶﺃ‬# ‫ﻢ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻨ‬‫ﻴ‬‫ﺗ‬‫ﻫ ﹾﻞ ﺁ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻫ ﹾﻞ ﹸﺛ‬ ‫ﻱ‬
 ‫ﻌ ﹺﺮ‬ ‫ﺷ‬ ‫ﺖ‬
 ‫ﻴ‬‫ﹶﻟ‬

“Semoga aku dapat menjawab pertanyaan; apakah, apakah aku akan


menyampaikan kecintaan itu kepada mereka, ataukah akan pudar sebelum
binasa?”

‫ﺩﹾﺍ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺮ‬ ‫ ﹶﻛ‬/ ‫ﻭﹺﻧ ﹶﺬﹾﺍ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﻨ‬‫ﻣ‬ / ‫ﻦ‬ ‫ﻮﹶﻟ‬ ‫ﺤ‬
 ‫ﻴ‬‫ﻣ‬ ‫ ﹶﺃ‬# ‫ﻢ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻨ‬‫ﻴ‬‫ﺗ‬‫ ﹶﺍﹾﺍ‬/‫ﻬ ﹾﻞ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻫ ﹾﻠﹸﺜ‬ /‫ﻱ‬
 ‫ﻌ ﹺﺮ‬ ‫ﺸ‬
 ‫ﺘ‬‫ﻴ‬‫ﹶﻟ‬

o//o/ o//o/o/ o/o//o/ o/o//o/ o//o/o/ o/o//o/


‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ ﹶﻓ ﹾﺎ‬/ ‫ﻦ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ ﹺﻊ ﹸﻟ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ / ‫ﻦ‬ ‫ﺗ‬‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ ﹶﻓ ﹾﺎ‬# ‫ﻦ‬ ‫ﺗ‬‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ ﹶﻓ ﹾﺎ‬/‫ﻦ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ ﹺﻊ ﹸﻟ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ /‫ﻦ‬ ‫ﺗ‬‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ﹶﻓ ﹾﺎ‬

3. Bahar Khafîf bait tâm; ‘arûdh mahdzûfah, dharab mahdzûf ( ‫ﻦ‬


 ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ ﹶﻓ ﹾﺎ‬- ‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫) ﹶﻓ ﹾﺎ‬

‫ﻢ‬ ‫ﻪ ﹶﻟ ﹸﻜ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﻧ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻪ ﹶﺃ‬ ‫ﻨ‬‫ﻣ‬ ‫ﻒ‬


 ‫ﺼ‬
 ‫ﺘ‬‫ﻨ‬‫ﻧ‬ # ‫ﻣ ﹺﺮ‬ ‫ﺎ‬‫ﻋﻠﹶﻰ ﻋ‬ ‫ﺎ‬‫ﻮﻣ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﺎ‬‫ﺭﻧ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﹺﺇ ﹾﻥ ﹸﻗ‬
“Jika kami pada suatu hari diberi kemampuan, maka akan kami tepati
persangkutan dengan Amir, atau kami tangguhkan untuk kamu dulu?

‫ﻢ‬ ‫ﻮ ﹶﻟ ﹸﻜ‬ ‫ﻫ‬ /‫ﻉ‬


 ‫ﺪ‬ ‫ﻧ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻫﹶﺄ‬ /‫ﻦ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺼ ﹾﻔ‬
 ‫ﺘ‬‫ﻨ‬‫ﻧ‬ # ‫ﻱ‬
 ‫ﻣ ﹺﺮ‬ ‫ﻋ ﹾﺎ‬ /‫ﻌﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ﻨ‬‫ﻣ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻳ‬ /‫ﻧ ﹾﺎ‬‫ﺭ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﻧ ﹸﻘ‬‫ﹺﺇ‬

o//o/ o//o/o/ o/o//o/ o//o/ o//o/o/ o/o//o/


‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ ﹶﻓ ﹾﺎ‬/‫ﻦ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ ﹺﻊ ﹸﻟ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ / ‫ﻦ‬ ‫ﺗ‬‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ ﹶﻓ ﹾﺎ‬# ‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﹶﻓ ﹾﺎ‬/‫ﻦ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ ﹺﻊ ﹸﻟ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ /‫ﻦ‬ ‫ﺗ‬‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ﹶﻓ ﹾﺎ‬

4. Bahar Khafîf bait majzû; ‘arûdh shahîhah, dharab shahîh ( ‫ﻦ‬


 ‫ﺘ ﹾﻔ ﹺﻊ ﹸﻟ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ - ‫ﻦ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ ﹺﻊ ﹸﻟ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ )

‫ﺎ‬‫ﻣ ﹺﺮﻧ‬ ‫ﻲ ﹶﺃ‬ ‫ﻓ‬ ‫ﻤﺮﹴﻭ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﻡ‬ ‫ ﹸﺍ‬# ‫ﻯ‬‫ﺗﺮ‬ ‫ﺎﺫﹶﺍ‬‫ﻱ ﻣ‬
 ‫ﻌ ﹺﺮ‬ ‫ﺷ‬ ‫ﺖ‬
 ‫ﻴ‬‫ﹶﻟ‬

“Mudah-mudahan aku dapat menjawab pertanyaan; apakah yang diketahui oleh


Ummu Amr tentang urusanku?

‫ﻧ ﹾﺎ‬‫ﻣ ﹺﺮ‬ ‫ﻴﹶﺄ‬‫ﻓ‬ / ‫ﻤ ﹺﺮ ﹾﻥ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻣ‬ ‫ ﹸﺍ‬# ‫ﺮﹾﺍ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﻣ ﹾﺎ ﹶﺫﹾﺍ‬ / ‫ﻱ‬
 ‫ﻌ ﹺﺮ‬ ‫ﺸ‬
 ‫ﺘ‬‫ﻴ‬‫ﹶﻟ‬
o//o/o/ o/o//o/ o//o/o/ o/o//o/

‫ﻦ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ ﹺﻊ ﹸﻟ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ / ‫ﻦ‬ ‫ﺗ‬‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ ﹶﻓ ﹾﺎ‬# ‫ﻦ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ ﹺﻊ ﹸﻟ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ / ‫ﻦ‬ ‫ﺗ‬‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ﹶﻓ ﹾﺎ‬

57
5. Bahar Khafîf bait majzû; ‘arûdh shahîhah, dharab maqshûr makhbûn (‫ﻦ‬
 ‫ﺘ ﹾﻔ ﹺﻊ ﹸﻟ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ -

‫ﻦ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫) ﹶﻓ‬

‫ﺮ‬ ‫ﻴ‬‫ﺴ‬
ِ ‫ﻳ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﺘ‬‫ﺒ‬‫ﻀ‬
 ‫ﺍ ﹶﻏ‬‫ﻧﻮ‬ # ‫ﻮ‬ ‫ﺗ ﹸﻜ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﺐ ﹺﺇ ﹾﻥ ﹶﻟ‬
‫ﺧ ﹾﻄ ﹴ‬ ‫ﹸﻛ ﱡﻞ‬
“Setiap yang menyusahkan, jika kamu menghadapinya dengan tidak emosi,
niscaya akan mudah”

‫ﻭ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻴ‬‫ﺴ‬


ِ ‫ﻳ‬ / ‫ﻢ‬ ‫ﺘ‬‫ﺒ‬‫ﻀ‬
 ‫ﻮ ﹶﻏ‬ ‫ﻧ‬ # ‫ﻮ‬ ‫ﺘ ﹸﻜ‬‫ﻤ‬ ‫ﻧﹶﻠ‬‫ ﹺﺇ‬/ ‫ﻦ‬ ‫ﺨ ﹾﻄﹺﺒ‬
 ‫ﹸﻛ ﹾﻠﹸﻠ‬
o/o// o/o//o/ o//o/o/ o/o//o/

‫ﻦ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ ﹶﻓ‬/ ‫ﻦ‬ ‫ﺗ‬‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ ﹶﻓ ﹾﺎ‬# ‫ﻦ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ ﹺﻊ ﹸﻟ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ / ‫ﻦ‬ ‫ﺗ‬‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ﹶﻓ ﹾﺎ‬
6. Bahar Khafîf bait majzû; ‘arûdh makhbûnah maqshûrah, dharab makhbûn
maqshûr ( ‫ﻦ‬
 ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ ﹶﻓ‬- ‫ﻦ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫) ﹶﻓ‬

‫ﻲ ؟‬ ‫ﻟ‬‫ﺎ‬‫ﻭﻣ‬ ‫ﻲ‬ ‫ﻳﹺﻨ‬‫ﺒ ﹺﺮ‬‫ﺧ‬ # ‫ﺎ ﹺﻝ‬‫ﺨﻴ‬


 ‫ﻟ ﹾﻠ‬ ‫ﺎ‬‫ﺐ ﻣ‬
 ‫ﺘ‬‫ﻋ‬
“Beri tahulah aku, mengapa aku mencari kesalahan terhadap sesuatu yang tidak
jelas?

‫ﻲ‬ ‫ﻟ‬‫ﻣ ﹾﺎ‬ ‫ﻭ‬ / ‫ﻲ‬ ‫ﻳﹺﻨ‬‫ﺒﹺﺒ ﹺﺮ‬‫ﺧ‬ # ‫ﻲ‬ ‫ﻟ‬‫ﺎ‬‫ﺧﻴ‬ / ‫ﻟ ﹾﻞ‬‫ﻤ ﹾﺎ‬ ‫ﺒ‬‫ﺘ‬‫ﻋ‬
o/o// o/o//o/ o/o// o/o//o/

‫ﻦ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ ﹶﻓ‬/ ‫ﻦ‬ ‫ﺗ‬‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ ﹶﻓ ﹾﺎ‬# ‫ﻦ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ ﹶﻓ‬/ ‫ﻦ‬ ‫ﺗ‬‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ﹶﻓ ﹾﺎ‬
Di dalam bahar Khafîf terdapat 4 macam kebolehan zihâf, yaitu :
1. Khabn fâ’ilâtun ( ‫ﻦ‬
 ‫ﺗ‬‫ﻌﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ ) ﹶﻓ‬pada hasywu, ‘arûdh dan dharab

2. Khabn mustaf’i lun ( ‫ﻦ‬


 ‫ﺘ ﹾﻔ ﹺﻊ ﹸﻟ‬‫ﻣ‬ / ‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ )

3. Khabn fâ’ilun ( ‫ﻦ‬


 ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﻦ ﹶﻓ ﹾﺎ‬ ‫ﺒ‬‫ﺧ‬ menjadi ‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫) ﹶﻓ‬

4. Tasy’îtsu fâ’ilâtun ( ‫ﻦ‬


 ‫ﺗ‬‫ ﹶﻓ ﹾﺎﹶﻟ ﹾﺎ‬/ ‫ﻦ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻣ ﹾﻔ‬ ) pada dharab awal, ‘arûdh ûla dari bahar Khafîf

bait tâm.
Perhatikan contoh-contoh di bawah ini :

‫ﺒ ﹾﺔ‬‫ﻴ‬‫ﺼ‬
 ‫ﻣ‬ ‫ﻚ‬
 ‫ﺘ‬‫ﺗ‬‫ﺍ ﹺﺇﺫﹶﺍ ﹶﺃ‬‫ﻮﺭ‬ ‫ﺒ‬‫ﺻ‬
 ‫ﻭ‬ # ‫ﻆ‬
 ‫ﻴ‬‫ﻐ‬ ‫ﺖ ﹺﺑ‬
 ‫ﻴ‬‫ﻠ‬‫ﺑ‬ ‫ﺎ ﹺﺇﺫﹶﺍ‬‫ﻴﻤ‬‫ﻠ‬‫ﺣ‬ ‫ﻦ‬ ‫ ﹸﻛ‬-1

58
“Jadilah orang rendah hati pada saat diuji dengan kemarahan, dan jadilah orang
sabar pada saat ditimpa musibah”

‫ﺒ ﹾﺔ‬‫ﻴ‬‫ﺼ‬
 ‫ﻤ‬ ‫ ﹶﻛ‬/‫ﺖ‬
 ‫ﺗ‬‫ﹺﺇ ﹶﺫﹾﺍ ﹶﺃ‬/‫ﺭ ﹾﻥ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﺒ‬‫ﺻ‬
 ‫ﻭ‬ # ‫ﻲ‬ ‫ﻈ‬ ‫ﻴ‬‫ﻐ‬ ‫ﺗﹺﺒ‬/‫ﻲ‬ ‫ﻠ‬‫ﺑ‬ ‫ﹺﺇ ﹶﺫﹾﺍ‬/‫ﻦ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻴ‬‫ﻠ‬‫ﺤ‬
 ‫ﻨ‬‫ﹸﻛ‬

o/o/// o//o// o/o/// o/o/// o//o// o/o//o/


‫ﻦ‬ ‫ﺗ‬‫ﻌﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ ﹶﻓ‬/ ‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ / ‫ﻦ‬ ‫ﺗ‬‫ﻌﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ ﹶﻓ‬# ‫ﻦ‬ ‫ﺗ‬‫ﻌﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ ﹶﻓ‬/‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ / ‫ﻦ‬ ‫ﺗ‬‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ﹶﻓ ﹾﺎ‬

‫ﻖ‬ ‫ﻠ‬‫ﻋ‬ ‫ﺎ‬‫ﻠﻬ‬‫ﺒ‬‫ﺣ‬ ‫ﻲ‬ ‫ﻓ‬ ‫ﻲ‬ ‫ﺣ‬ ‫ ﹸﻛ ﱡﻞ‬# ‫ﺩ‬ ‫ﺎ‬‫ﻭﻋ‬ ‫ﺎ ﹴﺭ‬‫ﻦ ﺳ‬ ‫ﻴ‬‫ﺑ‬ ‫ﺎ‬‫ﺎ ﻣ‬‫ﺎﻳ‬‫ﻤﻨ‬ ‫ﺍﹾﻟ‬‫ ﻭ‬-2

“Kematian itu berada di antara yang pergi dan kembali, setiap yang hidup ada
keterkaitan dalam talinya”

‫ﻮ‬ ‫ﻠ ﹸﻘ‬‫ﻋ‬ /‫ﻬ ﹾﺎ‬ ‫ﻠ‬‫ﺒ‬‫ﺤ‬


 ‫ﻴ‬‫ﻓ‬/‫ﻦ‬ ‫ﻴﹺﻴ‬‫ﺤ‬
 ‫ ﹸﻛ ﹾﻠﹸﻠ‬# ‫ﻱ‬
 ‫ﺩ‬ ‫ﻋ ﹾﺎ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻧ‬‫ ﹺﺭ‬/‫ﺴ ﹾﺎ‬
 ‫ﻨ‬‫ﻴ‬‫ﺑ‬‫ﺎ‬‫ﻣ‬/‫ﻳ ﹾﺎ‬‫ﻨ ﹾﺎ‬‫ﻤ‬ ‫ﻭﹾﻟ‬

o/// o//o/o/ o/o//o/ o/o//o/ o//o/o/ o/o//o/


‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﹶﻓ‬/‫ﻦ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ ﹺﻊ ﹸﻟ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ /‫ﻦ‬ ‫ﺗ‬‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ ﹶﻓ ﹾﺎ‬# ‫ﻦ‬ ‫ﺗ‬‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ﹶﻓ ﹾﺎ‬/‫ﻦ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ ﹺﻊ ﹸﻟ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ /‫ﻦ‬ ‫ﺗ‬‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ﹶﻓ ﹾﺎ‬

#‫ﺖ‬  ‫ﻴ‬‫ﺑ‬ ‫ﻱ ﹸﻛ ﱡﻞ‬  ‫ﺬ‬ ‫ﺍ ﹺﺇ ﱠﻻ ﺍﱠﻟ‬‫ﻌﺮ‬ ‫ﺷ‬ ‫ﺲ‬


 ‫ﻴ‬‫ ﹶﻟ‬-3
‫ﻉ‬
‫ﺎ ﹺ‬‫ﺳﻤ‬ ‫ﻮ ﹺﺇﻟﹶﻰ ﺍ َﻷ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻰ‬‫ﻌﻨ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﻴ‬‫ﻓ‬
“Bukanlah syi’ir, kecuali yang setiap baitnya ada makna yang mengundang
pendengaran”
‫ﻲ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﺎ‬‫ﺳﻤ‬ ‫ﹶﺃ‬/‫ﻮ ﹺﺇﹶﻟ ﹾﻞ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﻳ‬/‫ﻦ‬ ‫ﻨ‬‫ﻌ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻴ ﹺﻬ‬‫ﻓ‬ # ‫ﻲ‬ ‫ﺘ‬‫ﻴ‬‫ﺒ‬‫ ﹸﻛ ﹾﻠﹸﻠ‬/‫ﻱ‬
 ‫ﺬ‬ ‫ﹺﺇﹾﻟﹶﻠ ﹾﻠﹶﻠ‬/‫ﺮ ﹾﻥ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﺸ‬
‫ﺴ‬
 ‫ﻴ‬‫ﹶﻟ‬

o/o/o/ o//o/o/ o/o//o/ o/o//o/ o//o/o/ o/o//o/


‫ﻦ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻣ ﹾﻔ‬ /‫ﻦ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ ﹺﻊ ﹸﻟ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ /‫ﻦ‬ ‫ﺗ‬‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ ﹶﻓ ﹾﺎ‬# ‫ﻦ‬ ‫ﺗ‬‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ ﹶﻓ ﹾﺎ‬/‫ﻦ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ ﹺﻊ ﹸﻟ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ / ‫ﻦ‬ ‫ﺗ‬‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ﹶﻓ ﹾﺎ‬

RANGKUMAN
Bahar-bahar lain yang termasuk dalam kelompok 7 huruf ini adalah bahar Sarî’,
bahar Munsarih, bahar Khafîf.
TUGAS TERSTRUKTUR
1. Jelaskan perbedaan antara bahar Sarî’, bahar Munsarih dan bahar Khafîf !
2. Jelaskan kebolehan zihâf pada bahar Sarî’, bahar Munsarih dan bahar Khafîf !
BAB XII
BUHÛR AL-SYI’R AL-SUBÂ’IYYAH IV

TUJUAN
Setelah mengikuti perkuliahan ini diharapkan mahasiswa mengetahui al-bahr al-
Mudhâri’, al-bahr al-Muqtadhab dan al-bahr al-Mujtats.

59
BAHASAN
A. Al-Bahr al-Mudhâri’
Di dalam bahar Mudhâri’ hanya terdapat satu macam bait, yaitu bait majzû yang
terdiri dari 4 taf’ilah :

‫ﻦ‬ ‫ﺗ‬‫ﻉ ﹶﻟ ﹾﺎ‬


‫ﻦ ﹶﻓ ﹾﺎ ﹺ‬ ‫ﻴﹸﻠ‬‫ﻋ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ # ‫ﻦ‬ ‫ﺗ‬‫ﻉ ﹶﻟ ﹾﺎ‬
‫ﻦ ﹶﻓ ﹾﺎ ﹺ‬ ‫ﻴﹸﻠ‬‫ﻋ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬

‘Arûdh-nya ada satu, yaitu ‘arûdh shahîhah (‫ﻦ‬


 ‫ﺗ‬‫ﻉ ﹶﻟ ﹾﺎ‬
‫ ) ﹶﻓ ﹾﺎ ﹺ‬dan dharabnya pun hanya

satu, yaitu dharab shahîh ( ‫ﻦ‬


 ‫ﺗ‬‫ﻉ ﹶﻟ ﹾﺎ‬
‫) ﹶﻓ ﹾﺎ ﹺ‬. Contoh :

Bahar Mudhâri’ dengan ‘arûdh shahîhah dan dharab shahîh ( ‫ﻦ‬


 ‫ﺗ‬‫ﻉ ﹶﻟ ﹾﺎ‬
‫ ﹶﻓ ﹾﺎ ﹺ‬- ‫ﻦ‬ ‫ﺗ‬‫ﻉ ﹶﻟ ﹾﺎ‬
‫) ﹶﻓ ﹾﺎ ﹺ‬

‫ﻥ‬ ‫ﺎ‬‫ﻣﻌ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺕ ﹶﺃ‬


 ‫ﺍ‬‫ﺎﺭ‬‫ﻟﺠ‬ # ‫ﻮ ﹺﻡ‬ ‫ﺮ ﹶﻗ‬ ‫ﻴ‬‫ﺧ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﺳ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻨ‬‫ﺑ‬
“Bani Sa’ad adalah sebaik-baik kaum bagi para tetangga atau yang ditolong”

‫ﻲ‬ ‫ﻌ ﹾﺎﹺﻧ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻭ‬ ‫ ﹶﺃ‬/ ‫ﻦ‬ ‫ﺗ‬‫ﺍ‬‫ﺎﺭ‬‫ﻟﺠ‬ # ‫ﻲ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﺮ ﹶﻗ‬ ‫ﻴ‬‫ﺧ‬ / ‫ﺪ ﹾﻥ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﺳ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻨ‬‫ﺑ‬
o/o//o/ o/o/o// o/o//o/ o/o/o//

‫ﻦ‬ ‫ﺗ‬‫ﻉ ﹶﻟ ﹾﺎ‬


‫ ﹶﻓ ﹾﺎ ﹺ‬/ ‫ﻦ‬ ‫ﻴﹸﻠ‬‫ﻋ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ # ‫ﻦ‬ ‫ﺗ‬‫ﻉ ﹶﻟ ﹾﺎ‬
‫ ﹶﻓ ﹾﺎ ﹺ‬/ ‫ﻦ‬ ‫ﻴﹸﻠ‬‫ﻋ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬
Di dalam bahar Mudhâri’ terdapat 3 macam kebolehan zihâf, yaitu:
1. Qabdh mafâ’îlun ( ‫ﻦ‬
 ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ ). Contoh :

‫ﺘﺬﹶﺍ ﹺﻝ‬‫ﺣ‬ ‫ﺍ‬‫ﺔ ﻭ‬ ‫ﺫﱠﻟ‬ ‫ﻭ‬ # ‫ﻬ ﹺﻞ‬ ‫ﺠ‬


 ‫ﺸﻘﹶﻰ ﹺﺑ‬
 ‫ﺗ‬ ‫ﻙ‬ ‫ﹶﻛﻔﹶﺎ‬
“Cukuplah anda menderita dengan kebodohan, kehinaan dan rontoknya bulu
mata”

‫ﻲ‬ ‫ﻟ‬‫ﺘ ﹶﺬﹾﺍ‬‫ﺣ‬ ‫ﺍ‬‫ ﻭ‬/ ‫ﻦ‬ ‫ﺘ‬‫ﺫﹾﻟﹶﻠ‬ ‫ﻭ‬ # ‫ﻲ‬ ‫ﻠ‬‫ﻬ‬ ‫ﺠ‬
 ‫ ﹶﻗ ﹾﺎ ﹺﺑ‬/ ‫ﺶ‬
 ‫ﺘ‬‫ﹶﻛ ﹶﻔ ﹾﺎ ﹶﻛ‬
o/o//o/ o//o// o/o//o/ o//o//

‫ﻦ‬ ‫ﺗ‬‫ﻉ ﹶﻟ ﹾﺎ‬


‫ ﹶﻓ ﹾﺎ ﹺ‬/ ‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ # ‫ﻦ‬ ‫ﺗ‬‫ﻉ ﹶﻟ ﹾﺎ‬
‫ ﹶﻓ ﹾﺎ ﹺ‬/ ‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬

2. Kaff mafâ’îlun ( ‫ﻞ‬


‫ﻴ ﹸ‬‫ﻋ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ ). Contoh :

‫ﺎ‬‫ﺎﻋ‬‫ﻪ ﺑ‬ ‫ﻨ‬‫ﻣ‬ ‫ﻚ‬


 ‫ﺑ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻳ ﹶﻘ‬ # ‫ﺍ‬‫ﺒﺮ‬‫ﺷ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﻨ‬‫ﻣ‬َ ‫ﺪ ﹸﻥ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﻭﹺﺇ ﹾﻥ‬
“Jika anda mendekatinya sejengkal, maka ia akan mendekatimu sehasta”

60
‫ﻋ ﹾﺎ‬ ‫ﺒ ﹾﺎ‬‫ﻬ‬ ‫ﻨ‬‫ﻣ‬ / ‫ﻚ‬
 ‫ﺑ‬‫ﺮ ﹺﺭ‬ ‫ﻳ ﹶﻘ‬ # ‫ﺍ‬‫ﺒﺮ‬‫ﺸ‬
 ‫ﻬ‬ ‫ﻨ‬‫ﻣ‬َ / ‫ﺪ ﹸﻥ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﻭﹺﺇ ﹾﻥ‬
o/o//o/ /o/o// o/o//o/ /o/o//

‫ﻦ‬ ‫ﺗ‬‫ﻉ ﹶﻟ ﹾﺎ‬


‫ ﹶﻓ ﹾﺎ ﹺ‬/ ‫ﻴ ﹸﻞ‬‫ﻋ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ # ‫ﻦ‬ ‫ﺗ‬‫ﻉ ﹶﻟ ﹾﺎ‬
‫ ﹶﻓ ﹾﺎ ﹺ‬/ ‫ﻴ ﹸﻞ‬‫ﻋ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬

3. Kaff fâ’i lâtun ( ‫ﺕ‬


 ‫ﻉ ﹶﻟ ﹾﺎ‬
‫) ﹶﻓ ﹾﺎ ﹺ‬. Contoh :

‫ﺪ‬ ‫ﻳ‬‫ﺯ‬ ‫ﻣﹾﺜ ﹶﻞ‬ ‫ﻖ‬ ‫ﻧ ﹾﻠ‬ ‫ﻢ‬ ‫ ﹶﻓﹶﻠ‬# ‫ﺎ ﹺﻝ‬‫ﺮﺟ‬ ‫ﻋﻠﹶﻰ ﺍﻟ‬ ‫ﺎ‬‫ﻭﹶﻗ ﹾﻔﻨ‬
“Kami telah mengenal orang-orang itu, namun tidak menemukan yang seperti
Zaid”

‫ﻱ‬
 ‫ﺪ‬ ‫ﻳ‬‫ﺰ‬ ‫ﻣﹾﺜﹶﻠ‬ / ‫ﻖ‬ ‫ﻨ ﹾﻠ‬‫ﻤ‬ ‫ ﹶﻓﹶﻠ‬# ‫ﺟ ﹾﺎ ﹺﻝ‬ ‫ﺮ ﹺﺭ‬ ‫ ﹶﻟ‬/ ‫ﻉ‬
 ‫ﺎ‬‫ﻭﹶﻗ ﹾﻔﻨ‬
o/o//o/ /o/o// /o//o/ /o/o//

‫ﻦ‬ ‫ﺗ‬‫ﻉ ﹶﻟ ﹾﺎ‬


‫ ﹶﻓ ﹾﺎ ﹺ‬/ ‫ﻴ ﹸﻞ‬‫ﻋ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ # ‫ﺕ‬
 ‫ﻉ ﹶﻟ ﹾﺎ‬
‫ ﹶﻓ ﹾﺎ ﹺ‬/ ‫ﻴ ﹸﻞ‬‫ﻋ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬
B. Al-Bahr al-Muqtadhab
Di dalam bahar Muqtadhab hanya terdapat satu macam bait, yaitu bait majzû
dengan 4 taf’ilah yaitu :

‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬


 ‫ﻣ‬ ‫ﺕ‬
 ‫ﻮﹶﻟ ﹾﺎ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻣ ﹾﻔ‬ # ‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ ‫ﺕ‬
 ‫ﻮﹶﻟ ﹾﺎ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻣ ﹾﻔ‬
Bahar Muqtadhab dengan bait majzû ini mempunyai satu macam ‘arûdh, yaitu
‘arûdh mathwiyyah ( ‫ﻦ‬
 ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ ‫ﻲ‬ ‫ ﹶﻃ‬menjadi ‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ‬‫ﻣ ﹾﻔ‬ ). Dharabnya pun hanya ada satu

macam, yaitu dharab mathwiyy, sama dengan taf’ilah ‘arûdh-nya ( ‫ﻦ‬


 ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ‬‫ﻣ ﹾﻔ‬ )

Perhatikan contoh di bawah ini :


Bahar Muqtadhab bait majzû; ‘arûdh mathwiyyah dan dharab mathwiy (‫ﻦ‬
 ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ‬‫ﻣ ﹾﻔ‬ -

‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ‬‫ﻣ ﹾﻔ‬

‫ﺐ‬
‫ﻦ ﹶﻛﹶﺜ ﹺ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻙ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﺩ‬ ‫ﺑ ﹾﻞ ﹶﺃ‬ # ‫ﺪ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﺑ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻙ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﺩ‬ ‫ﹶﻻ ﹶﺃ‬
“Aku tidak memanggilmu dari jauh, tapi aku memanggilmu dari dekat”

‫ﻲ‬ ‫ﻨ ﹶﻜﹶﺜﹺﺒ‬‫ﻣ‬ / ‫ﻙ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﺩ‬ ‫ﺑ ﹾﻠﹶﺄ‬ # ‫ﻱ‬


 ‫ﺪ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﺒ‬‫ﻨ‬‫ﻣ‬ / ‫ﻙ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﺩ‬ ‫ﹶﻟ ﹾﺎ ﹶﺃ‬
o///o/ /o/o/o/ o///o/ /o/o/o/

61
‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ‬‫ﻣ ﹾﻔ‬ / ‫ﺕ‬
 ‫ﻮﹶﻟ ﹾﺎ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻣ ﹾﻔ‬ # ‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ‬‫ﻣ ﹾﻔ‬ / ‫ﺕ‬
 ‫ﻮﹶﻟ ﹾﺎ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻣ ﹾﻔ‬
Di dalam bahar Muqtadhab terdapat 2 macam kebolehan zihâf, yaitu :
1. Khabn maf’ûlâtu ( ‫ﺕ‬
 ‫ﻮﹶﻟ ﹾﺎ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻣ‬ / ‫ﺕ‬
 ‫ﻮﹶﻟ ﹾﺎ‬ ‫ﻌ‬ ‫) ﹶﻓ‬. Contoh:

‫ﻢ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻧ‬‫ﻮ‬ ‫ﻨ‬‫ﻓ‬‫ﺪ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﻭ‬ # ‫ﺍ‬‫ﺪﻭ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﺑ‬ ‫ﻮ ﹶﻥ ﹶﻻ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻳ ﹸﻘ‬
“Mereka berkata bahwa mereka tidak jauh, dan merekalah yang
menguburkannya”

‫ﻮ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻧ‬‫ﻮ‬ ‫ﻧ‬ / ‫ﻑ‬


 ‫ﺪ‬ ‫ﻴ‬‫ﻤ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﻭ‬ # ‫ﻭ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﺑ‬ ‫ ﹶﻟ ﹾﺎ‬/ ‫ﻮ ﹶﻥ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻳ ﹸﻘ‬
o///o/ /o/o// o///o/ /o/o//

‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ‬‫ﻣ ﹾﻔ‬ / ‫ﺕ‬


 ‫ﻮﹶﻟ ﹾﺎ‬ ‫ﻌ‬ ‫ ﹶﻓ‬# ‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ‬‫ﻣ ﹾﻔ‬ / ‫ﺕ‬
 ‫ﻮﹶﻟ ﹾﺎ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﹶﻓ‬

2. Thayyu maf’ûlâtu ( ‫ﺕ‬


 ‫ﻌﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ﻣ ﹾﻔ‬ ). Contoh:

‫ﻨ ﹸﺬ ﹺﺭ‬‫ﺍﻟ‬‫ﻥ ﻭ‬ ‫ﺎ‬‫ﺒﻴ‬‫ ﺑﹺﺎﹾﻟ‬# ‫ﺎ‬‫ﺮﻧ‬ ‫ﺸ‬


 ‫ﺒ‬‫ﻣ‬ ‫ﺎ‬‫ﺎﻧ‬‫ﹶﺃﺗ‬
“Dia datang kepada kita memberi kabar gembira berupa keterangan dan
peringatan”
‫ﻱ‬
 ‫ﻨ ﹸﺬ ﹺﺭ‬‫ﻧ‬‫ﻭ‬ / ‫ﻥ‬ ‫ﻴ ﹾﺎ‬‫ﺒ‬‫ ﹺﺑ ﹾﻠ‬# ‫ﻧ ﹾﺎ‬‫ﺮ‬ ‫ﺸ‬
‫ﺸ‬ ‫ﺑ‬ / ‫ﻡ‬ ‫ﻧ ﹾﺎ‬‫ﺗ ﹾﺎ‬‫ﹶﺃ‬
o///o/ /o//o/ o///o/ /o/o//

‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ‬‫ﻣ ﹾﻔ‬ / ‫ﺕ‬


 ‫ﻌﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ﻣ ﹾﻔ‬ # ‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ‬‫ﻣ ﹾﻔ‬ / ‫ﺕ‬
 ‫ﻮﹶﻟ ﹾﺎ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﹶﻓ‬
C. Al-Bahr al-Mujtats
Di dalam bahar Mujtats hanya terdapat satu macam bait, yaitu bait majzû dengan
4 taf’ilah

‫ﻦ‬ ‫ﺗ‬‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ﻦ ﹶﻓ ﹾﺎ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ ﹺﻊ ﹸﻟ‬‫ﺴ‬


 ‫ﻣ‬ # ‫ﻦ‬ ‫ﺗ‬‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ﻦ ﹶﻓ ﹾﺎ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ ﹺﻊ ﹸﻟ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬
Bahar Mujtats bait majzû ini menurut asalnya hanya mempunyai satu macam
‘arûdh, yaitu ‘arûdh shahîhah ( ‫ﻦ‬
 ‫ﺗ‬‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ ) ﹶﻓ ﹾﺎ‬dan satu macam dharab, yaitu dharab

shahîh, sama dengan taf’ilah ‘arûdh-nya ( ‫ﻦ‬


 ‫ﺗ‬‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫) ﹶﻓ ﹾﺎ‬

Perhatikan contoh di bawah ini :


Bahar Mujtats bait majzû; ‘arûdh shahîhah, dharab shahîh ( ‫ﻦ‬
 ‫ﺗ‬‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ ﹶﻓ ﹾﺎ‬- ‫ﻦ‬ ‫ﺗ‬‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫) ﹶﻓ ﹾﺎ‬

62
‫ﻼ ﹺﻝ‬
‫ﻣﹾﺜ ﹸﻞ ﺍﹾﻟ ﹺﻬ ﹶ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﺟ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﺍﹾﻟ‬‫ ﻭ‬# ‫ﺺ‬
 ‫ﻴ‬‫ﻤ‬ ‫ﺧ‬ ‫ﺎ‬‫ﻨﻬ‬‫ﻣ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﺒ ﹾﻄ‬‫ﹶﺍﹾﻟ‬
“Perut kekasih itu kempis dan mukanya bagaikan bulan”

‫ﻲ‬ ‫ﻟ‬‫ ﹸﻟ ﹾﻠ ﹺﻬﹶﻠ ﹾﺎ‬/ ‫ﺚ‬


‫ﻤ ﹾ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﺟ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻭﹾﻟ‬ # ‫ﻮ‬ ‫ﺼ‬
 ‫ﻴ‬‫ﻤ‬ ‫ﺧ‬ ‫ﻫ ﹾﺎ‬ / ‫ﻦ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻨ‬‫ﺒ ﹾﻄ‬‫ﹶﺍﹾﻟ‬
o/o//o/ o//o/o/ o/o//o/ o//o/o/
‫ﻦ‬ ‫ﺗ‬‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ ﹶﻓ ﹾﺎ‬/ ‫ﻦ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ ﹺﻊ ﹸﻟ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ # ‫ﻦ‬ ‫ﺗ‬‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ ﹶﻓ ﹾﺎ‬/ ‫ﻦ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ ﹺﻊ ﹸﻟ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬
Di samping ‘arûdh yang asal tadi, ada juga yang menambahkan satu macam
‘arûdh lagi, yaitu ‘arûdh mahdzûfah ( ‫ﻦ‬
 ‫ﺗ‬‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ﻑ ﹶﻓ ﹾﺎ‬
 ‫ﺣ ﹾﺬ‬ menjadi ‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ ﹶﻓ ﹾﺎ‬/ ‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ ) ﹶﻓ ﹾﺎ‬Dharabnya

satu macam, yaitu dharab mahdzûf ( ‫ﻦ‬


 ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫) ﹶﻓ ﹾﺎ‬

Perhatikan contoh di bawah ini :


Bahar Mujtats bait majzû; ‘arûdh mahdzûfah, dharab mahdzûf ( ‫ﻦ‬
 ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﻦ – ﹶﻓ ﹾﺎ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫) ﹶﻓ ﹾﺎ‬.

‫ﻡ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﺍﹾﻟ‬‫ﺒﻠﹶﻰ ﻭ‬‫ﻦ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﻴ‬‫ﺑ‬ # ‫ﻡ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﻘ‬ ‫ﺎ ﺍﹾﻟ‬‫ﻋﻔﹶﺎﻫ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺍ‬‫ﺩ‬

‫ﻡ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻭﹾﻟ‬ / ‫ﺒﹶﻠ ﹾﺎ‬‫ﻨ ﹾﻠ‬‫ﻴ‬‫ﺑ‬ # ‫ﻡ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﻘ‬ ‫ﻫ ﹾﻠ‬ / ‫ﻌ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ ‫ﻧ‬‫ﺭ‬ ‫ﺩﹾﺍ‬
o//o/ o//o/o/ o//o/ o//o/o/

‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﹶﻓ ﹾﺎ‬/‫ﻦ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ ﹺﻊ ﹸﻟ‬‫ﺴ‬


 ‫ﻣ‬ # ‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ ﹶﻓ ﹾﺎ‬/‫ﻦ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ ﹺﻊ ﹸﻟ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬
Di dalam bahar Mujtats terdapat 4 zihâf :
1. Khabn mustaf’i lun ( ‫ﻦ‬
 ‫ﺘ ﹾﻔ ﹺﻊ ﹸﻟ‬‫ﻣ‬ ). Contoh :
‫ﻲ‬ ‫ﻟ‬‫ﻦ ﺍﻟﱠﻠﺌﹶﺎ‬ ‫ﻴ‬‫ﺑ‬ ‫ﺹ‬
 ‫ﻮ‬ ‫ﻐ‬ ‫ﻳ‬ # ‫ﻰ‬‫ﺿﺤ‬
 ‫ﺤ ﹺﺮ ﹶﺃ‬
 ‫ﺒ‬‫ﻰ ﺍﹾﻟ‬‫ﺏ ﻓ‬
 ‫ﺮ‬ ‫ﻐ‬ ‫ﺍﹾﻟ‬‫ﻭ‬
“Orang Barat pagi-pagi menyelam di laut di antara mutiara-mutiara”
‫ﻲ‬ ‫ﻟ‬‫ﻧ ﹾﻠﹶﻠﹶﺌ ﹾﺎ‬ / ‫ﻲ‬ ‫ﺒ‬‫ﺻ‬
 ‫ﻮ‬ ‫ﻐ‬ ‫ﻳ‬ # ‫ﺤ ﹾﺎ‬
‫ﺿ‬ ‫ﺤ ﹺﺮ ﹶﺃ‬
 ‫ﺑ‬ / ‫ﻔ ﹾﻞ‬ ‫ﺑ‬‫ﺮ‬ ‫ﻐ‬ ‫ﻭﹾﻟ‬
o/o//o/ o//o// o/o//o/ o//o/o/

‫ﻦ‬ ‫ﺗ‬‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ ﹶﻓ ﹾﺎ‬/ ‫ﻦ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ ﹺﻊ ﹸﻟ‬‫ﻣ‬ # ‫ﻦ‬ ‫ﺗ‬‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ ﹶﻓ ﹾﺎ‬/ ‫ﻦ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ ﹺﻊ ﹸﻟ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬

2. Khabn fâ’ilâtun ( ‫ﻦ‬


 ‫ﺗ‬‫ﻌﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫) ﹶﻓ‬. Contoh :
‫ﺎ ﹺﻝ‬‫ﻦ ﺣ‬ ‫ﺴ‬
 ‫ﺣ‬ ‫ﺶ ﹶﺃ‬
 ‫ﻴ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻳ‬ # ‫ﺎ‬‫ﻴﻤ‬‫ﻤ ﹸﻞ ﹶﻛ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﺏ‬
 ‫ﺮ‬ ‫ﻐ‬ ‫ﹶﺍﹾﻟ‬
“Orang Barat bekerja agar hidup lebih baik”
‫ﻲ‬ ‫ﻟ‬‫ﺤ ﹾﺎ‬
 ‫ﻨ‬‫ﺳ‬ / ‫ﺡ‬
 ‫ﺸﹶﺄ‬
 ‫ﻴ‬‫ﻌ‬ ‫ﻳ‬ # ‫ﺎ‬‫ﻴﻤ‬‫ﻣﹸﻠ ﹶﻜ‬ / ‫ﻊ‬ ‫ﻴ‬‫ﺑ‬‫ﺮ‬ ‫ﻐ‬ ‫ﹶﺍﹾﻟ‬
o/o/// o//o// o/o/// o//o/o/

63
‫ﻦ‬ ‫ﺗ‬‫ﻌﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ ﹶﻓ‬/ ‫ﻦ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ ﹺﻊ ﹸﻟ‬‫ﻣ‬ # ‫ﻦ‬ ‫ﺗ‬‫ﻌﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ ﹶﻓ‬/ ‫ﻦ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ ﹺﻊ ﹸﻟ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬

3. Tasy’iitsu fâ’ilâtun ( ‫ﻦ‬


 ‫ﺗ‬‫ ﹶﻓ ﹾﺎﹶﻟ ﹾﺎ‬/ ‫ﻦ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻣ ﹾﻔ‬ ).Contoh :

‫ﻮ ﹸﻝ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻤ ﹾﺄ‬ ‫ﺪ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﻴ‬‫ﺴ‬


 ‫ ﺫﹶﺍ ﺍﻟ‬# ‫ﻮ ﹸﻝ‬ ‫ﺎ ﹶﺃﹸﻗ‬‫ﻲ ﻣ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻢ ﹶﻻ‬ ‫ﻟ‬

“Mengapa perkataanku tak diingat oleh Tuan yang menjadi dambaan?”

‫ﻮ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻣ ﹾﺄ‬ / ‫ﺪ ﹾﻝ‬ ‫ﻴﹺﻴ‬‫ﺴ‬


 ‫ﺳ‬ ‫ ﹶﺫ‬# ‫ﻮ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻣ ﹾﺎ ﹶﺃﹸﻗ‬ / ‫ﻲ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻤﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ﻟ‬
o/o/o/ o//o/o/ o/o//o/ o//o/o/

‫ﻦ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻣ ﹾﻔ‬ / ‫ﻦ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ ﹺﻊ ﹸﻟ‬‫ﺴ‬


 ‫ﻣ‬ # ‫ﻦ‬ ‫ﺗ‬‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ ﹶﻓ ﹾﺎ‬/ ‫ﻦ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ ﹺﻊ ﹸﻟ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬

4. Khabn fâ’ilun ( ‫ﻦ‬


 ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫) ﹶﻓ‬. Contoh :

‫ﺔ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻴ‬‫ﺷ‬ ‫ﺔ‬ ‫ﻴﹶﻠ‬ ‫ﻲ ﹶﻟ‬ ‫ﻓ‬ # ‫ﺎ‬‫ﺏ ﹺﺑﻨ‬


 ‫ﺍ‬‫ﻐﺮ‬ ‫ﺡ ﺍﹾﻟ‬
 ‫ﺎ‬‫ﺻ‬

“Burung elang berbunyi pada kebiasaan malam”

‫ﻲ‬ ‫ﺘ‬‫ﻤ‬ ‫ﻴ‬‫ﺷ‬ / ‫ﻦ‬ ‫ﺘ‬‫ﻴﹶﻠ‬‫ﻴﹶﻠ‬‫ﻓ‬ # ‫ﺎ‬‫ﺑﹺﺒﻨ‬ / ‫ﺮﹾﺍ‬ ‫ﻐ‬ ‫ﺣ ﹾﻠ‬ ‫ﺻ ﹾﺎ‬

o//o/ o//o/o/ o/// o//o/o/
‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ ﹶﻓ ﹾﺎ‬/ ‫ﻦ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ ﹺﻊ ﹸﻟ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ # ‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ ﹶﻓ‬/ ‫ﻦ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ ﹺﻊ ﹸﻟ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬

RANGKUMAN
Bahar-bahar lain yang termasuk dalam kelompok 7 huruf adalah bahar Mudhâri,
bahar Muqtadhab dan bahar Mujtats.

TUGAS TERSTRUKTUR
1. Jelaskan perbedaan antara bahar Mudhâri, bahar Muqtadhab, bahar Mujtats !
2. Jelaskan kebolehan zihâf dalam bahar Mudhâri, bahar Muqtadhab, bahar Mujtats !

BAB XIII
BUHÛR AL-SYI’R AL-MUMTAZIJAH

TUJUAN

64
Setelah mengikuti perkuliahan ini diharapkan mahasiswa mengetahui pengetian buhûr
al-syi’r al-mumtazijah, al-bahr al-thawîl, al-bahr al-madîd dan al-bahr al-basîth.

BAHASAN
A. Pengetian Buhûr al-Syi’r al-Mumtazijah
Buhûr al-Syi’r al-Mumtazijah ialah bahar-bahar yang menggunakan
taf’ilah campuran dari yang lima huruf seperti ( ‫ﻦ‬
 ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ ﹶﻓ‬dan ‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ ) ﹶﻓ ﹾﺎ‬dengan taf’ilah

yang tujuh huruf seperti ( ‫ﻦ‬


 ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ dan ‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹶﻔ ﹾﺎ‬‫ﻣ‬ ). Yang termasuk dalam kelompok

campuran ini ada 3 bahar, yaitu bahar thawîl, bahar madîd dan bahar basîth.

B. Al-Bahr al-Thawîl
Bahar Thawîl mempunyai 8 taf’ilah, yaitu :
‫ﻦ‬ ‫ﻴﹸﻠ‬‫ﻋ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻦ ﹶﻓ‬ ‫ﻴﹸﻠ‬‫ﻋ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﹶﻓ‬#‫ﻦ‬ ‫ﻴﹸﻠ‬‫ﻋ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻦ ﹶﻓ‬ ‫ﻴﹸﻠ‬‫ﻋ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﹶﻓ‬

Dalam bahar Thawîl hanya ada bait tâm, tidak masuk ke dalam bahar Thawîl
macam-macam bait seperti bait majzû, bait masythûr dan bait manhûk. Dan itulah
sebabnya bahar ini disebut dengan bahar Thawîl.
Bahar Thawîl mempunyai satu ‘arûdh, yaitu ‘arûdh maqbûdhah ( ‫ﻦ‬
 ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ )

Dharabnya ada 3 macam, yaitu :


a. Dharab shahîh ( ‫ﻦ‬
 ‫ﻴﹸﻠ‬‫ﻋ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ )
b. Dharab maqbûdh ( ‫ﻦ‬
 ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ )
c. Dharab mahdzûf ( ‫ﻲ‬
 ‫ﻋ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ / ‫ﻦ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫) ﹶﻓ‬
Contoh-contoh :
1. Bahar Thawîl ‘arûdh maqbûdhah dengan dharab shahîh ( ‫ﻦ‬
 ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ - ‫ﻦ‬ ‫ﻴﹸﻠ‬‫ﻋ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ )

# ‫ﺔ‬ ‫ﺒ‬‫ﻨ ﹾﻜ‬‫ﺎ ﹺﺑ‬‫ﻮﻣ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﻙ ﺍﻟ‬ ‫ﺎ‬‫ﺎ ﹶﺃﺗ‬‫ﹺﺇﺫﹶﺍ ﻣ‬
‫ﺍ‬‫ﺪﺭ‬ ‫ﺻ‬
 ‫ﺎ‬‫ﻊ ﹶﻟﻬ‬ ‫ﺳ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻭﹶﺃ‬ ‫ﺍ‬‫ﺒﺮ‬ ‫ﺻ‬
 ‫ﺎ‬‫ﻍ ﹶﻟﻬ‬‫ﹶﻓﹶﺄ ﹾﻓ ﹺﺮ ﹾ‬
“Jika pada suatu hari anda mendapat musibah, maka berusahalah untuk
sabar dan berlapang dada”
# ‫ﻲ‬ ‫ﺘ‬‫ﺒ‬‫ﻨ ﹾﻜ‬‫ ﹺﺑ‬/ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻳ‬‫ﺭ‬ / ‫ﻩ‬ ‫ﺩ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﺗ ﹾﺎ ﹶﻛ‬‫ ﹶﺃ‬/ ‫ﻣ ﹾﺎ‬ ‫ﹺﺇ ﹶﺫﹾﺍ‬
o//o// o/o// o/o/o// o/o//
# ‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ / ‫ﻦ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ ﹶﻓ‬/ ‫ﻦ‬ ‫ﻴﹸﻠ‬‫ﻋ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ /‫ﻦ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﹶﻓ‬
‫ﺍ‬‫ﺪﺭ‬ ‫ﺻ‬
 ‫ﻬ ﹾﺎ‬ ‫ﹶﻟ‬/‫ﻊ‬ ‫ﺳ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻭﹶﺃ‬ /‫ﺮ ﹾﻥ‬ ‫ﺒ‬‫ﺻ‬
 ‫ﻬ ﹾﺎ‬ ‫ﹶﻟ‬/‫ﻍ‬
‫ﹶﻓﹶﺄ ﹾﻓ ﹺﺮ ﹾ‬

65
o/o/o// o/o// o/o/o// o/o//
‫ﻦ‬ ‫ﻴﹸﻠ‬‫ﻋ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ / ‫ﻦ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﹶﻓ‬/‫ﻦ‬ ‫ﻴﹸﻠ‬‫ﻋ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ /‫ﻦ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﹶﻓ‬
2. Bahar Thawîl ‘arûdh maqbûdhah dengan dharab maqbûdh ( ‫ﻦ‬
 ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ - ‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ )

#‫ﻼ‬ ‫ﻌ ﹶ‬ ‫ﺮﻗﹶﻰ ﹺﺇﻟﹶﻰ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﺎ ِﺀ‬‫ﻌ ﹾﻠﻴ‬ ‫ﺔ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻭﺑﹺﺎﹾﻟ ﹺﻬ‬
‫ﺍ‬‫ﻬﺮ‬ ‫ﻤ ﹰﺔ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ ﹶﺃ ﹾﻇ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﻋﻠﹶﻰ‬ ‫ﻦ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ ﹶﺃ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﹶﻓ‬
“Dengan semangat yang tinggi anda akan naik ke derajat tinggi. Orang yang
tinggi semangatnya akan nampak jelas”

# ‫ﻌﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ ﹺﺇﹶﻟ ﹾﻠ‬/ ‫ﺮﹶﻗ ﹾﺎ‬ ‫ﺗ‬ ‫ ِﺀ‬/ ‫ﻴ ﹾﺎ‬‫ﻌ ﹾﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻠ‬‫ﻣ‬ / ‫ﻢ‬ ‫ﻭﹺﺑ ﹾﻠ ﹺﻬ‬
o//o// o/o// o/o/o// o/o//
# ‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ / ‫ﻦ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﹶﻓ‬/ ‫ﻦ‬ ‫ﻴﹸﻠ‬‫ﻋ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ /‫ﻦ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﹶﻓ‬
‫ﺍ‬‫ﻬﺮ‬ ‫ﻧﹶﺄ ﹾﻇ‬/‫ﻨ ﹶﻜ ﹾﺎ‬‫ﺘ‬‫ﻣ‬ /‫ﻢ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ﻧﹶﺄ‬/‫ﻨ ﹶﻜ ﹾﺎ‬‫ﻤ‬ ‫ﹶﻓ‬
o//o// o/o// o/o/o// o/o//
‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ /‫ﻦ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﹶﻓ‬/‫ﻦ‬ ‫ﻴﹸﻠ‬‫ﻋ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ /‫ﻦ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﹶﻓ‬
3. Bahar Thawîl ‘arûdh maqbûdhah dengan dharab mahdzûf ( ‫ﻦ‬
 ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ - ‫ﻦ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫) ﹶﻓ‬
# ‫ﺎ‬‫ﻨﻬ‬‫ﻳ‬‫ﻳ ﹺﺰ‬ ‫ﺎ‬‫ﻋﻠﹶﻰ ﻣ‬ ‫ﺎ‬‫ﻤ ﹾﻠﻬ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﺍ‬‫ﺲ ﻭ‬
 ‫ﻨ ﹾﻔ‬‫ﺻ ﹺﻦ ﺍﻟ‬

‫ﻴ ﹸﻞ‬‫ﻤ‬ ‫ﺟ‬ ‫ﻚ‬
 ‫ﻴ‬‫ﻓ‬ ‫ﻮ ﹸﻝ‬ ‫ﺍﹾﻟ ﹶﻘ‬‫ﺎ ﻭ‬‫ﻟﻤ‬‫ﺎ‬‫ﺶ ﺳ‬
 ‫ﻌ‬ ‫ﺗ‬
“Peliharalah diri dan bawalah kepada yang akan menghiasinya, niscaya
hidup anda selamat dan pembicaraan tentang anda pun akan baik”

# ‫ﺎ‬‫ﻨﻬ‬‫ﻳ‬‫ﻳ ﹺﺰ‬/‫ﻣ ﹾﺎ‬ ‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ /‫ﻬ ﹾﺎ‬ ‫ﻤ ﹾﻠ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﺳ‬ /‫ﻒ‬
 ‫ﻨ‬‫ﻨ‬‫ﺻﹺﻨ‬

o//o// o/o// o/o/o// o/o//
‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ /‫ﻦ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﹶﻓ‬/ ‫ﻦ‬ ‫ﻴﹸﻠ‬‫ﻋ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ / ‫ﻦ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﹶﻓ‬
‫ﻮ‬ ‫ﻴﹸﻠ‬‫ﻤ‬ ‫ﺟ‬ /‫ﻚ‬
 ‫ﻴ‬‫ﻔ‬ ‫ﹸﻟ‬/‫ﻮ‬ ‫ﻮﹾﻟ ﹶﻘ‬ ‫ﻨ‬‫ﻤ‬ ‫ﻟ‬/‫ﺴ ﹾﺎ‬
‫ﺸ‬  ‫ﻌ‬ ‫ﺗ‬
o/o// /o// o/o/o// o/o//
‫ﻦ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ ﹶﻓ‬/‫ﻮ ﹸﻝ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﹶﻓ‬/‫ﻦ‬ ‫ﻴﹸﻠ‬‫ﻋ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ /‫ﻦ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﹶﻓ‬
Zihâf-zihâf yang diperbolehkan terjadi pada bahar Thawîl adalah :
1. Taf’ilah fa’ûlun ( ‫ﻦ‬
 ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ ) ﹶﻓ‬yang terdapat pada hasywu diperbolehkan mendapat
zihâf qabdh sehingga menjadi fa’ûlu ( ‫ﻝ‬
‫ﻮ ﹸ‬ ‫ﻌ‬ ‫) ﹶﻓ‬, dan zihâf ini dianggap baik.
contoh:
# ‫ﻢ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻴ‬‫ﺎ ﹺﻝ ﹺﺇﹶﻟ‬‫ﺮﺟ‬ ‫ﻭ ﹶﻃ ﹾﺎ ﹶﻥ ﺍﻟ‬ ‫ﺐ ﹶﺃ‬
 ‫ﺒ‬‫ﺣ‬ ‫ﻭ‬
‫ﻚ‬
 ‫ﻟ‬‫ﺎ‬‫ﻫﻨ‬ ‫ﺏ‬
 ‫ﺎ‬‫ﺸﺒ‬
 ‫ﺎ ﺍﻟ‬‫ﺎﻫ‬‫ﺏ ﹶﻗﻀ‬
 ‫ﺂ ﹺﺭ‬‫ﻣ‬
“Mencintakan orang-orang kepada tanah air merupakan tujuan yang
ditempuh oleh para pemuda di sana”

66
# ‫ﻮ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻴ‬‫ﹺﺇﹶﻟ‬/‫ﺟ ﹾﺎ ﹺﻝ‬ ‫ ﹺﺭ‬/‫ﺮ‬ ‫ﻧ‬‫ﻭ ﹶﻃ ﹾﺎ‬ ‫ﺑﹶﺄ‬/‫ﺐ‬
 ‫ﺒ‬‫ﺣ‬ ‫ﻭ‬
o//o// /o// o/o/o// /o//
# ‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ /‫ﻮ ﹸﻝ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﹶﻓ‬/‫ﻦ‬ ‫ﻴﹸﻠ‬‫ﻋ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ / ‫ﻮ ﹸﻝ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﹶﻓ‬
‫ﻟ ﹶﻜ ﹾﺎ‬‫ﻨ ﹾﺎ‬‫ﻫ‬ /‫ﺏ‬
 ‫ﺒ ﹾﺎ‬‫ﺷ‬ /‫ﺶ‬
 ‫ﻫ‬ ‫ﻀ ﹾﺎ‬
‫ﻀ‬
 ‫ﺑ ﹶﻘ‬/‫ﻣﹶﺎﹾﺍ ﹺﺭ‬
o//o// /o// o/o/o// /o//
‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ /‫ﻮ ﹸﻝ‬ ‫ﻌ‬ ‫ ﹶﻓ‬/ ‫ﻦ‬ ‫ﻴﹸﻠ‬‫ﻋ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ /‫ﻮ ﹸﻝ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﹶﻓ‬
2. Taf’ilah mafâ’îlun ( ‫ﻦ‬
 ‫ﻴﹸﻠ‬‫ﻋ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ ) yang terdapat pada hasywu diperbolehkan

mendapat zihâf qabdh sehingga menjadi mafâ’ilun ( ‫ﻦ‬


 ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ ). Contoh :

# ‫ﺎ‬‫ﻬﻤ‬ ‫ﻨ‬‫ﻣ‬ ‫ﻚ‬


 ‫ﺴ‬
 ‫ﻤ‬ ‫ﻉ ﺍﹾﻟ‬
 ‫ﻮ‬ ‫ﻀ‬
 ‫ﺗ‬ ‫ﺎ‬‫ﻣﺘ‬ ‫ﹺﺇﺫﹶﺍ ﻗﹶﺎ‬
‫ﻧ ﹸﻔ ﹺﻞ‬‫ﺮ‬ ‫ﺎ ﺍﹾﻟ ﹶﻘ‬‫ﺮﻳ‬ ‫ﺕ ﹺﺑ‬
 ‫ﺎ َﺀ‬‫ﺎ ﺟ‬‫ﺼﺒ‬
 ‫ﻢ ﺍﻟ‬ ‫ﻴ‬‫ﺴ‬
ِ ‫ﻧ‬
“Jika keduanya berdiri, maka tersebarlah aroma harum dari mereka, datang
sebagai angin kerinduan seindah qaranfuli (nama tumbuh-tumbuhan)”
# ‫ﻤ ﹾﺎ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻨ‬ ‫ﻤ‬ ‫ ﹸﻛ‬/‫ﺲ‬
 ‫ﻤ‬ ‫ﻋ ﹾﻠ‬ ‫ﻭ‬ / ‫ﻮ‬ ‫ﻀ‬
 ‫ﺗ‬‫ﺘ ﹾﺎ‬‫ﻣ‬ / ‫ﹺﺇ ﹶﺫﹾﺍﹶﻗ ﹾﺎ‬
o//o// o/o// o//o// o/o//
‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ / ‫ﻦ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ ﹶﻓ‬/ ‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ /‫ﻦ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﹶﻓ‬
‫ﻲ‬ ‫ﻠ‬‫ﻧ ﹸﻔ‬‫ﺮ‬ ‫ﹶﻗ‬/‫ﻴ ﹾﻞ‬‫ﻳ‬‫ﺮ‬ ‫ﹺﺑ‬/‫ﺕ‬
 ‫ﺟ ﹾﺎ َﺀ‬ ‫ﺒ ﹾﺎ‬‫ﺻ‬
 /‫ﺺ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻴ‬‫ﺴ‬ ِ ‫ﻧ‬
o//o// o/o// o/o/o// o/o//
‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ /‫ﻦ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﹶﻓ‬/ ‫ﻦ‬ ‫ﻴﹸﻠ‬‫ﻋ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ / ‫ﻦ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﹶﻓ‬
3. Taf’ilah mafâ’îlun ( ‫ﻦ‬
 ‫ﻴﹸﻠ‬‫ﻋ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ ) juga diperbolehkan mendapat zihâf kaff sehingga

menjadi mafâ’îlu ( ‫ﻞ‬


‫ﻴ ﹸ‬‫ﻋ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ ). Zihâf ini dianggap jelek oleh Al-Khalîl, tapi

dianggap baik oleh Al-Akhfasy. Contoh :

# ‫ﺢ‬ ‫ﻟ‬‫ﺎ‬‫ﻦ ﺻ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻨ‬‫ﻣ‬ ‫ﻚ‬


 ‫ﻮ ﹴﻡ ﹶﻟ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﺏ‬
 ‫ﺭ‬ ‫ﹶﺍ ﹶﻻ‬
‫ﺠ ﹺﻞ‬
 ‫ﺟ ﹾﻠ‬ ‫ﻩ‬ ‫ﺍ ﹺﺭ‬‫ﻮ ﹴﻡ ﹺﺑﺪ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﺎ‬‫ﻴﻤ‬‫ﺳ‬ ‫ﻭ ﹶﻻ‬
“Ingatlah! banyak sekali hari yang baik untukmu dari perlakuan istri-istrimu,
terutama hari-hari yang ada suara kemerincing di rumahnya”

‫ﻮ‬ ‫ﺤ‬
 ‫ﻟ‬‫ﺼ ﹾﺎ‬
 ‫ﻧ‬/‫ﻦ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻨ‬‫ﻤ‬ ‫ ﹶﻛ‬/‫ﻨ ﹶﻞ‬‫ﻣ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻴ‬‫ﺑ‬/‫ﺏ‬
 ‫ﺭ‬ ‫ﹶﺍﹶﻟ ﹾﺎ‬
o//o// o/o// /o/o// o/o//
‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ / ‫ﻦ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﹶﻓ‬/‫ﻴ ﹸﻞ‬‫ﻋ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ / ‫ﻦ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﹶﻓ‬
‫ﻲ‬ ‫ﻠ‬‫ﺠ‬
 ‫ﺠ ﹾﻠ‬
 ‫ﻫ‬ /‫ﺪﹾﺍ ﹺﺭ‬ ‫ﹺﺑ‬/‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻳ‬‫ﻤ ﹾﺎ‬ ‫ﻳ‬/‫ﻲ‬ ‫ﺳ‬ ‫ﻭﹶﻟ ﹾﺎ‬
o//o// /o// o/o/o// o/o//
‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ / ‫ﻮ ﹸﻝ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﹶﻓ‬/‫ﻦ‬ ‫ﻴﹸﻠ‬‫ﻋ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ /‫ﻦ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﹶﻓ‬

67
C. Al-Bahr al-Madîd
Bahar Madîd, asalnya mempunyai 8 taf’ilah, tetapi dalam bahar ini hanya ada
satu mecam bait, yaitu bait majzû (membuang taf’ilah ‘arûdh dan dharab), maka
taf’ilah bahar Madîd tinggal 6 taf’ilah, yaitu :

‫ﻦ‬ ‫ﺗ‬‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ﻦ ﹶﻓ ﹾﺎ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﻦ ﹶﻓ ﹾﺎ‬ ‫ﺗ‬‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ ﹶﻓ ﹾﺎ‬# ‫ﻦ‬ ‫ﺗ‬‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ﻦ ﹶﻓ ﹾﺎ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﻦ ﹶﻓ ﹾﺎ‬ ‫ﺗ‬‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ﹶﻓ ﹾﺎ‬
Di dalam bahar Madîd ada 3 macam ‘arûdh dengan 6 macam dharab. Rinciannya
adalah sebagai berikut :
1. ‘Arudh shahîhah ( ‫ﻦ‬
 ‫ﺗ‬‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ )ﹶﻓ ﹾﺎ‬dengan dharab shahîh ( ‫ﻦ‬ ‫ﺗ‬‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫) ﹶﻓ ﹾﺎ‬.

2. ‘Arûdh mahdzûfah ( ‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ ﹶﻓ ﹾﺎ‬/ ‫ﻦ‬


 ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫) ﹶﻓ ﹾﺎ‬. ‘arûdh ini mempunyai 3 dharab, yaitu :

a. Dharab Mahdzûf ( ‫ﻦ‬


 ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫) ﹶﻓ ﹾﺎ‬

b. Dharab maqshûr ( ‫ﺕ‬


 ‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫) ﹶﻓ ﹾﺎ‬

c. Dharab abtar ( ‫ﻞ‬


‫ﻋ ﹾ‬ ‫ ﹶﻓ ﹾﺎ‬/ ‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﻓ‬ )

3. ‘Arûdh mahdzûfah makhbûnah ( ‫ﻌﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ ﹶﻓ‬/ ‫ﻦ‬


 ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫‘ ) ﹶﻓ‬arûdh ini mempunyai 2 dharab,

yaitu:
a. Dharab mahdzûf makhbûn ( ‫ﻦ‬
 ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫) ﹶﻓ‬.

b. Dharab abtar ( ‫ﻦ‬


 ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﻓ‬ )

Contoh-contoh:
1. Bahar Madîd; ‘arûdh shahîhah, dharab shahîh ( ‫ﻦ‬
 ‫ﺗ‬‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ ﹶﻓ ﹾﺎ‬- ‫ﻦ‬ ‫ﺗ‬‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫) ﹶﻓ ﹾﺎ‬

‫ﺎ‬‫ﺘﺌﹶﺎﺑ‬‫ﻕ ﺍ ﹾﻛ‬
 ‫ﻮ‬ ‫ﺴ‬
 ‫ﻳ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﺏ ﹶﻗ‬
 ‫ﺘﺌﹶﺎ‬‫ﺍ ﹾﻛ‬‫ ﻭ‬# ‫ﺪ‬ ‫ﻭ ﹶﻛ‬ ‫ﻼ ٌﺀ‬
‫ﺑ ﹶ‬ ‫ﺎ‬‫ﻧﻴ‬‫ﺪ‬ ‫ﺎ ﺍﻟ‬‫ﻧﻤ‬‫ﹺﺇ‬
“Dunia ini semata-mata ujian, kepayahan dan kesedihan demi kesedihan”

‫ﺑ ﹾﺎ‬‫ﺘﹶﺌ ﹾﺎ‬‫ﹸﻗ ﹾﻜ‬/‫ﻮ‬ ‫ﺴ‬


 ‫ﻳ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﹶﻗ‬/‫ﻦ‬ ‫ﺑ‬‫ﺘﹶﺌ ﹾﺎ‬‫ﻭ ﹾﻛ‬ # ‫ﻭ‬ ‫ﺩ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﻮ ﹶﻛ‬ ‫ﻨ‬‫ﹸﺋ‬/‫ﺑﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ﻳ ﹾﺎ‬/‫ﺩ ﹾﻥ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻨ‬‫ﻧ‬‫ﹺﺇ‬
o/o//o/ o//o/ o/o//o/ o/o//o/ o//o/ o/o//o/

‫ﻦ‬ ‫ﺗ‬‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ﹶﻓ ﹾﺎ‬/‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﹶﻓ ﹾﺎ‬/ ‫ﻦ‬ ‫ﺗ‬‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ ﹶﻓ ﹾﺎ‬# ‫ﻦ‬ ‫ﺗ‬‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ﹶﻓ ﹾﺎ‬/‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﹶﻓ ﹾﺎ‬/ ‫ﻦ‬ ‫ﺗ‬‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ﹶﻓ ﹾﺎ‬

2. Bahar Madîd; ‘arûdh mahdzûfah, dharab mahdzûf ( ‫ﻦ‬


 ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ ﹶﻓ ﹾﺎ‬- ‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫) ﹶﻓ ﹾﺎ‬

‫ﺎ‬‫ﺋﺒ‬‫ﻭ ﻏﹶﺎ‬ ‫ﺖ ﹶﺃ‬


 ‫ﻨ‬‫ﺎ ﹸﻛ‬‫ﺍ ﻣ‬‫ﻫﺪ‬ ‫ﺎ‬‫ ﺷ‬# ‫ﻆ‬
‫ﻓ ﹸ‬‫ﺎ‬‫ﻢ ﺣ‬ ‫ﻲ ﹶﻟ ﹸﻜ‬ ‫ﻧ‬‫ﺍ ﹶﺃ‬‫ﻤﻮ‬ ‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﺍ‬

68
“Ketahuilah, aku ini penjagamu, baik aku ada atau tiada”

‫ﺒ ﹾﺎ‬‫ﺋ‬‫ ﹶﻏ ﹾﺎ‬/‫ﻭ‬ ‫ﺘﹶﺄ‬‫ﻨ‬‫ ﹸﻛ‬/‫ﻤ ﹾﺎ‬ ‫ﻧ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﺷ ﹾﺎ‬ # ‫ﻮ‬ ‫ﻓ ﹸﻈ‬‫ﺣ ﹾﺎ‬ /‫ﻢ‬ ‫ﻴﹶﻠ ﹸﻜ‬‫ﹺﻧ‬/‫ﻮﹶﺃ ﹾﻥ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﺍ‬
o//o/ o//o/ o/o//o/ o//o/ o//o/ o/o//o/

‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﹶﻓ ﹾﺎ‬/ ‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﹶﻓ ﹾﺎ‬/ ‫ﻦ‬ ‫ﺗ‬‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ ﹶﻓ ﹾﺎ‬# ‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﹶﻓ ﹾﺎ‬/‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﹶﻓ ﹾﺎ‬/‫ﻦ‬ ‫ﺗ‬‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ﹶﻓ ﹾﺎ‬

3. Bahar Madîd, ‘arûdh mahdzûfah, dharab maqshûr ( ‫ﻦ‬


 ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ ﹶﻓ ﹾﺎ‬- ‫ﺕ‬
 ‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫) ﹶﻓ ﹾﺎ‬

‫ﺍ ﹾﻝ‬‫ﺰﻭ‬ ‫ﻠ‬‫ﺮ ﻟ‬ ‫ﺋ‬‫ﺎ‬‫ﺶ ﺳ‬


‫ﻴ ﹴ‬‫ﻋ‬ ‫ ﹸﻛ ﱡﻞ‬# ‫ﻪ‬ ‫ﺸ‬
 ‫ﻴ‬‫ﻋ‬ ‫ﺮﺀًﺍ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺮ ﱠﻥ ﺍ‬ ‫ﻐ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﹶﻻ‬
“Janganlah seseorang terperdaya dengan penghidupannya, karena semua
penghidupan itu akan lenyap

‫ﻭﹾﺍ ﹾﻝ‬ ‫ﺯ‬ ‫ﺰ‬ ‫ﻟ‬/‫ﺮ ﹾﻥ‬ ‫ﺋ‬‫ﺎ‬‫ﺳ‬/‫ﻦ‬ ‫ﺸ‬


 ‫ﻴ‬‫ﻌ‬ ‫ ﹸﻛ ﹾﻠﹸﻠ‬#‫ﻮ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﺸ‬
 ‫ﻴ‬‫ﻋ‬ /‫ﺮ َﺀ ﹾﻥ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻧ‬/‫ﺭ ﹾﻥ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻐ‬ ‫ﻳ‬‫ﹶﻟ ﹾﺎ‬
oo//o/ o//o/ o/o//o/ o//o/ o//o/ o/o//o/

‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ ﹾﻥ‬ ‫ﹶﻓ ﹾﺎ‬/‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ ﹶﻓ ﹾﺎ‬/ ‫ﻦ‬ ‫ﺗ‬‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ ﹶﻓ ﹾﺎ‬# ‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﹶﻓ ﹾﺎ‬/‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﹶﻓ ﹾﺎ‬/ ‫ﻦ‬ ‫ﺗ‬‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ﹶﻓ ﹾﺎ‬

4. Bahar Madîd; ‘arûdh mahdzûfah, dharab abtar ( ‫ﻦ‬


 ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ ﹶﻓ ﹾﺎ‬- ‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﻓ‬ )

‫ﻥ‬ ‫ﻫﻘﹶﺎ‬ ‫ﺩ‬ ‫ﺲ‬


‫ﻴ ﹺ‬‫ﻦ ﹶﻛ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺖ‬
 ‫ﺟ‬ ‫ﺧ ﹺﺮ‬ ‫ ﹸﺃ‬# ‫ﺗ ﹸﺔ‬‫ﻮ‬ ‫ﺎﹸﻗ‬‫ﺎ ﺍﻟ ﱠﺬﹾﻟﻔﹶﺎ ُﺀ ﻳ‬‫ﻧﻤ‬‫ﹺﺇ‬
“Dzalfa itu bagaikan permata yakut yang dikeluarkan dari dompet saudagar”

‫ﻲ‬ ‫ﹶﻗ ﹾﺎﹺﻧ‬/‫ﻩ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﺴ‬


ِ ‫ﻴ‬‫ ﹶﻛ‬/‫ﻦ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺘ‬‫ﺟ‬ ‫ﺧ ﹺﺮ‬ ‫ ﹸﺃ‬# ‫ﻮ‬ ‫ﺘ‬‫ﺗ‬‫ﻮ‬ ‫ﹸﻗ‬/‫ﻳ ﹾﺎ‬ ‫ﹶﻓ ﹾﺎ ُﺀ‬/‫ﻤ ﹾﺬ ﹶﺫ ﹾﻝ‬ ‫ﻧ‬‫ﹺﺇ‬
o/o/ o//o/ o/o//o/ o//o/ o//o/ o/o//o/

‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﻓ‬ / ‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ ﹶﻓ ﹾﺎ‬/ ‫ﻦ‬ ‫ﺗ‬‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ ﹶﻓ ﹾﺎ‬# ‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﹶﻓ ﹾﺎ‬/‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﹶﻓ ﹾﺎ‬/‫ﻦ‬ ‫ﺗ‬‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ﹶﻓ ﹾﺎ‬
5. Bahar Madîd; ‘arûdh mahdzûfah makhbûnah, dharab mahdzûf makhbûn (
‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ ﹶﻓ‬- ‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫) ﹶﻓ‬

‫ﻪ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﻪ ﹶﻗ‬ ‫ﺎﹶﻗ‬‫ﻱ ﺳ‬


 ‫ﺪ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﺚ‬
‫ﻴ ﹸ‬‫ﺣ‬ # ‫ﻪ‬ ‫ﺶ ﹺﺑ‬
 ‫ﻴ‬‫ﻌ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻋ ﹾﻘ ﹲﻞ‬ ‫ﻰ‬‫ﻟ ﹾﻠ ﹶﻔﺘ‬
“Pemuda punya akal yang dengannya ia hidup, ke mana saja tapak kaki
membawa betis”

‫ﻪ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﹶﻗ‬/‫ﻮ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﺎﹶﻗ‬‫ﺳ‬/‫ﻱ‬


 ‫ﺪ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﺘ‬‫ﻴﹸﺜ‬‫ﺣ‬ # ‫ﻲ‬ ‫ﺷﹺﺒ ﹺﻬ‬ /‫ﻲ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻴ‬‫ﻨ‬‫ﹸﻟ‬/‫ﻖ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﺘ ﹾﺎ‬‫ﻟ ﹾﻠ ﹶﻔ‬
o/// o//o/ o/o//o/ o/// o//o/ o/o//o/

69
‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﹶﻓ‬/ ‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﹶﻓ ﹾﺎ‬/ ‫ﻦ‬ ‫ﺗ‬‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ ﹶﻓ ﹾﺎ‬# ‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﹶﻓ‬/‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﹶﻓ ﹾﺎ‬/‫ﻦ‬ ‫ﺗ‬‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ﹶﻓ ﹾﺎ‬

6. Bahar Madîd; ‘arûdh mahdzûfah makhbûnah, dharab abtar ( ‫ﻦ‬


 ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ ﹶﻓ‬- ‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﻓ‬ )

‫ﺭ‬ ‫ﺎ ﻃﹶﺎ‬‫ﺐ ﻣ‬
‫ﻟ ﹾﻠ ﹶﻘ ﹾﻠ ﹺ‬ ‫ﺎ‬‫ﺩﻧ‬ ‫ﻮ‬ ‫ ﹶﻟ‬# ‫ﺷﹺﺈ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﻯ‬‫ﻫﻮ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻲ‬ ‫ﺭ ﹶﻗ ﹾﻠﹺﺒ‬ ‫ﻃﹶﺎ‬
“Hatiku melayang karena menyukai anak rusa, jika ia dekat di hati, niscaya
hatiku tidak melayang”

‫ﺭﹾﺍ‬ ‫ ﹶﻃ ﹾﺎ‬/‫ﻤ ﹾﺎ‬ ‫ﹶﻗ ﹾﻠﹺﺒ‬/‫ﻟ ﹾﻞ‬‫ﻧ ﹾﺎ‬‫ﺩ‬ ‫ﻮ‬ ‫ ﹶﻟ‬# ‫ﻲ‬ ‫ﺌ‬‫ﺷ‬ ‫ﺭ‬ /‫ﻮﹾﺍ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻨ‬‫ﻣ‬ /‫ﻲ‬ ‫ﺭ ﹶﻗ ﹾﻠﹺﺒ‬ ‫ﹶﻃ ﹾﺎ‬
o/o/ o//o/ o/o//o/ o/// o//o/ o/o//o/
‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﻓ‬/‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﹶﻓ ﹾﺎ‬/ ‫ﻦ‬ ‫ﺗ‬‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ ﹶﻓ ﹾﺎ‬# ‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﹶﻓ‬/‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﹶﻓ ﹾﺎ‬/ ‫ﻦ‬ ‫ﺗ‬‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ﹶﻓ ﹾﺎ‬
Di dalam bahar Madîd ada 3 macam kebolehan zihâf, yaitu :
1. Khabn fâ’ilâtun ( ‫ﻦ‬
 ‫ﺗ‬‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ﻦ ﹶﻓ ﹾﺎ‬ ‫ﺒ‬‫ﺧ‬ menjadi ‫ﻦ‬ ‫ﺗ‬‫ﻌﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ ﹶﻓ‬Zihâf ini dapat terjadi pada taf’ilah

hasywu, ‘arûdh dan dharab, dan zihâf ini dianggap baik. Contoh:

‫ﺐ‬
 ‫ﻴ‬‫ﺣﹺﺒ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﻨ‬‫ﻋ‬ ‫ﻮ ﹶﻥ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻨ‬‫ﺗ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﹺﺇ ﱠﻥ‬#‫ﻲ‬ ‫ﻮﹺﻧ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﺩ‬ ‫ﺖ‬
 ‫ﺍ ﹶﻓ ﹸﻘ ﹾﻠ‬‫ﻣﻮ‬ ‫ﺪ ﹶﻻ‬ ‫ﻭﹶﻟ ﹶﻘ‬
“Mereka benar-benar mencaciku, maka aku berkata: Biarkanlah aku, karena
orang yang kamu larang itu adalah kekasihku”
‫ﻮ‬ ‫ﺒ‬‫ﻴ‬‫ﺤﹺﺒ‬
 ‫ﻫ‬ /‫ﻦ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻧ‬‫ﻮ‬ ‫ﻫ‬ /‫ﻦ‬ ‫ﺘ‬‫ﻨ‬‫ﻤ‬ ‫ﻨ‬‫ﻧ‬‫ﹺﺇ‬#‫ﻲ‬ ‫ﻮﹺﻧ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﺗ‬/‫ﻮ ﹶﻓ ﹸﻘ ﹾﻞ‬ ‫ﻣ‬ /‫ﺪ ﹶﻟ ﹾﺎ‬ ‫ﻭﹶﻟ ﹶﻘ‬
o/o/// o//o/ o/o//o/ o/o/// o//o/ o/o///

‫ﻦ‬ ‫ﺗ‬‫ﻌﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ ﹶﻓ‬/‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﹶﻓ ﹾﺎ‬/‫ﻦ‬ ‫ﺗ‬‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ ﹶﻓ ﹾﺎ‬# ‫ﻦ‬ ‫ﺗ‬‫ﻌﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ ﹶﻓ‬/ ‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﹶﻓ ﹾﺎ‬/ ‫ﻦ‬ ‫ﺗ‬‫ﻌﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ﹶﻓ‬

2. Kaff fâ’ilâtun ( ‫ﻦ‬


 ‫ﺗ‬‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ﻒ ﹶﻓ ﹾﺎ‬
 ‫ ﹶﻛ‬menjadi ‫ﺕ‬
 ‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫) ﹶﻓ ﹾﺎ‬. Zihâf ini dapat terjadi pada hasywu

dan ‘arûdh. Contoh:


‫ﺍ‬‫ﻣﻮ‬ ‫ﺘﻘﹶﺎ‬‫ﺳ‬ ‫ﺍ‬‫ﺍ ﻭ‬‫ﺗ ﹶﻘﻮ‬‫ﺎ ﺍ‬‫ﻦ ﻣ‬ ‫ﻴ‬‫ﺤ‬
 ‫ﻟ‬‫ﺎ‬‫ ﺻ‬# ‫ﻦ‬ ‫ﻴ‬‫ﺼﹺﺒ‬
‫ﺨ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺎ‬‫ﻣﻨ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﺍ ﹶﻝ ﹶﻗ‬‫ﻳﺰ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﹶﻟ‬

“Kaum kita akan selalu subur dan saleh selama mereka bertakwa dan
istiqamah”
‫ﻮ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺘ ﹶﻘ ﹾﺎ‬‫ﺳ‬ ‫ﻭ‬ /‫ﻮ‬ ‫ﺘ ﹶﻘ‬‫ﺘ‬‫ﻣ‬ /‫ﻦ‬ ‫ﻴ‬‫ﺤ‬
 ‫ﻟ‬‫ﺻ ﹾﺎ‬
 #‫ﻦ‬ ‫ﻴ‬‫ﺼﹺﺒ‬
‫ﺨ‬
 ‫ﻣ‬ /‫ﻨ ﹾﺎ‬‫ﻣ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﹶﻗ‬/‫ﺰﹾﺍ ﹶﻝ‬ ‫ﻴ‬‫ﻨ‬‫ﹶﻟ‬
o/o//o/ o//o/ /o//o/ /o//o/ o//o/ /o//o/

‫ﻦ‬ ‫ﺗ‬‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ﹶﻓ ﹾﺎ‬/‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﹶﻓ ﹾﺎ‬/‫ﺕ‬


 ‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ﹶﻓ ﹾﺎ‬#‫ﺕ‬
 ‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ﹶﻓ ﹾﺎ‬/‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﹶﻓ ﹾﺎ‬/‫ﺕ‬
 ‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ﹶﻓ ﹾﺎ‬

3. Khabn fâ’ilun ( ‫ﻦ‬


 ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﻦ ﹶﻓ ﹾﺎ‬ ‫ﺒ‬‫ﺧ‬ menjadi ‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫) ﹶﻓ‬. Zihâf ini hanya terdapat pada hasywu.

Perhatikan contoh berikut :

70
‫ﻡ‬ ‫ﺎ‬‫ﻤﻨ‬ ‫ﺚ ﺍﹾﻟ‬
 ‫ﻳ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﻣﹾﺜ ﹸﻞ‬ ‫ﺿﱠﻠ ﹲﺔ‬
 #‫ﻰ‬‫ﻣﻀ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﺎ ﹶﻗ‬‫ﻙ ﻣ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺫ ﹾﻛ‬ ‫ﺎ‬‫ﻧﻤ‬‫ﹺﺇ‬
“Mengingatmu pada masa lalu hanyalah kesesatan bagaikan cerita mimpi”

‫ﻡ‬ ‫ﻨ ﹾﺎ‬‫ﻤ‬ ‫ﺛ ﹾﻠ‬/‫ﻱ‬


 ‫ﺪ‬ ‫ﺤ‬
 ‫ﹸﻟ‬/‫ﺚ‬
‫ﻤ ﹾ‬ ‫ﻨ‬‫ﺘ‬‫ﺿ ﹾﻠﹶﻠ‬
 # ‫ﻀ ﹾﺎ‬
 ‫ﻣ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﹶﻗ‬/‫ﻤ ﹾﺎ‬ ‫ﺭ ﹶﻛ‬ /‫ﻙ‬ ‫ﺫ‬ ‫ﻤ ﹾﺎ‬ ‫ﻨ‬‫ﻧ‬‫ﹺﺇ‬
oo//o/ o/// o/o//o/ o//o/ o/// o/o//o/
‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ ﹾﻥ‬ ‫ﹶﻓ ﹾﺎ‬/ ‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ ﹶﻓ‬/ ‫ﻦ‬ ‫ﺗ‬‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ ﹶﻓ ﹾﺎ‬# ‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﹶﻓ ﹾﺎ‬/ ‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﹶﻓ‬/ ‫ﻦ‬ ‫ﺗ‬‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ﹶﻓ ﹾﺎ‬

D. Al-Bahr al-Basîth
Di dalam bahar Basîth ada 2 macam bait :
1. Bait tâm, taf’ilahnya ada 8 macam, yaitu :

# ‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﻦ ﹶﻓ ﹾﺎ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬


 ‫ﻣ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﻦ ﹶﻓ ﹾﺎ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬
‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﻦ ﹶﻓ ﹾﺎ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﻦ ﹶﻓ ﹾﺎ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬
2. Bait majzû, taf’ilahnya ada 6 macam, yaitu
‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﻦ ﹶﻓ ﹾﺎ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ # ‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﻦ ﹶﻓ ﹾﺎ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬

Bahar Basîth dengan bait tâm mempunyai satu macam ‘arûdh, yaitu ‘arûdh
makhbûnah ( ‫ﻦ‬
 ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﻦ ﹶﻓ ﹾﺎ‬ ‫ﺒ‬‫ﺧ‬ menjadi ‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ ) ﹶﻓ‬dan 2 macam dharab, yaitu :

a. Dharab makhbûn, ( ‫ﻦ‬


 ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫) ﹶﻓ‬

b. Dharab maqthû’ ( ‫ﻞ‬


‫ﻋ ﹾ‬ ‫ ﹶﻓ ﹾﺎ‬/ ‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﻓ‬ )

Adapun bahar Basîth dengan bait majzû, ‘arûdh-nya ada 2 macam dan dharabnya
ada 4 macam, yaitu:
1. ‘Arûdh shahîhah ( ‫ﻦ‬
 ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ ) mempunyai 3 dharab :
a. Dharab shahîh, ( ‫ﻦ‬
 ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ )
b. Dharab mudzayyal ( ‫ﻌﹶﻠ ﹾﺎ ﹾﻥ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ )
c. Dharab maqthû’ ( ‫ﻞ‬
‫ﻌ ﹾ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ / ‫ﻦ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻣ ﹾﻔ‬ )
2. ‘Arûdh maqthû’ah ( ‫ﻞ‬
‫ﻌ ﹾ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ / ‫ﻦ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻣ ﹾﻔ‬ ) mempunyai satu dharab, yaitu dharab

maqthû’, sama dengan ‘arûdh-nya.


Contoh-contoh :
1. Bahar Basîth bait tâm; ‘arûdh makhbûnah, dharab makhbûn ( ‫ﻦ‬
 ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ ﹶﻓ‬- ‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﹶﻓ‬

# ‫ﻋ ﹸﺔ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺰ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻕ‬


‫ﻼ‬‫ﺧ ﹶ‬ ‫ﺍ َﻷ‬‫ﺚ ﻭ‬
 ‫ﻴ‬ ‫ﻐ‬ ‫ﻢ ﻛﹶﺎﹾﻟ‬ ‫ﻌ ﹾﻠ‬ ‫ﹶﺍﹾﻟ‬

71
‫ﻤ ﹶﻄ ﹺﺮ‬ ‫ﻤ ﹶﺔ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﺐ ﹺﻧ‬
 ‫ﻫ‬ ‫ﺗ ﹾﺬ‬ ‫ﺽ‬
 ‫ﺭ‬ ‫ﺚ ﺍ َﻷ‬
 ‫ﺒ‬‫ﺨ‬
 ‫ﺗ‬ ‫ﹺﺇ ﹾﻥ‬

“Ilmu itu bagaikan ujan, sedangkan akhlak adalah ladangnya. Jika tanahnya
tandus, maka hilanglah manfaat ujan”

‫ﻮ‬ ‫ﺘ‬‫ﻋ‬ ‫ﺭ‬ /‫ﺰ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺧﹶﻠ ﹾﺎﹸﻗ‬ ‫ﹶﺃ‬/‫ﻮ ﹾﻝ‬ ‫ﺜ‬‫ﻴ‬‫ ﹶﻏ‬/‫ﻤ ﹶﻜ ﹾﻞ‬ ‫ﻌ ﹾﻠ‬ ‫ﹶﺍﹾﻟ‬
o/// o//o/o/ o//o/ o//o/o/
‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﹶﻓ‬/‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ /‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﹶﻓ ﹾﺎ‬/‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬
‫ﻱ‬
 ‫ﻣ ﹶﻄ ﹺﺮ‬ /‫ﺘ ﹾﻞ‬‫ﻤ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﺒﹺﻨ‬‫ﻫ‬ /‫ﺘ ﹾﺬ‬‫ﺿ‬
 ‫ﺭ‬ ‫ﹶﺃ‬/‫ﺜ ﹾﻞ‬‫ﺒ‬‫ﺨ‬  ‫ﺘ‬‫ﻧ‬‫ﹺﺇ‬
o/// o//o/o/ o//o/ o//o/o/
‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﹶﻓ‬/‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ /‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﹶﻓ ﹾﺎ‬/‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬
2. Bahar Basîth bait tâm; ‘arûdh makhbûnah, dharab maqthû’ ( ‫ﻦ‬
 ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ ﹶﻓ‬- ‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﻓ‬ )

# ‫ﺍ‬‫ﺑﺪ‬‫ﻰ ﹶﺃ‬‫ﻟ ﹾﻠ ﹶﻔﺘ‬ ‫ﺒﻘﹶﻰ‬‫ﻳ‬‫ﻭ‬ ‫ﻱ‬


 ‫ﺪ‬ ‫ﺠ‬
 ‫ﻳ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻌ ﹾﻠ‬ ‫ﹶﺍﹾﻟ‬
‫ﻴ ﹺﻦ‬‫ﺣ‬ ‫ﻯ ﹺﺇﻟﹶﻰ‬‫ﺟﺪ‬ ‫ﻭﹺﺇ ﹾﻥ ﹶﺃ‬ ‫ﻰ‬‫ﻳ ﹾﻔﻨ‬ ‫ﺎ ﹸﻝ‬‫ﺍﹾﻟﻤ‬‫ﻭ‬

“Ilmu itu memberi manfaat dan tetap berada pada pemuda, sedangkan harta
adalah fana, manfaatnya tidak lama”

‫ﺪﹾﺍ‬ ‫ﺑ‬‫ ﹶﺃ‬/ ‫ﺘ ﹾﺎ‬‫ﻟ ﹾﻠ ﹶﻔ‬‫ ﹶﻗ ﹾﺎ‬/ ‫ﺐ‬


 ‫ﻳ‬‫ﻮ‬ ‫ﻳ‬‫ﺩ‬ / ‫ﺞ‬ ‫ﻴ‬‫ﻤ‬ ‫ﻌ ﹾﻠ‬ ‫ﹶﺍﹾﻟ‬
o/// o//o/o/ o//o/ o//o/o/
‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﹶﻓ‬/‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ / ‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ ﹶﻓ ﹾﺎ‬/‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬
‫ﻲ‬ ‫ﻴﹺﻨ‬‫ﺣ‬ /‫ﺪﹾﺍ ﹺﺇﹶﻟ ﹾﺎ‬ ‫ﺟ‬ ‫ﹶﺃ‬/‫ﻭﹺﺇ ﹾﻥ‬ ‫ﻧ ﹾﺎ‬/‫ﻒ‬ ‫ﻴ‬‫ﻤ ﹾﺎﹸﻟ‬ ‫ﻭﹾﻟ‬
o/o/ o//o/o/ o//o/ o//o/o/
‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﻓ‬/‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ /‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﹶﻓ ﹾﺎ‬/‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬

3. Bahar Basîth bait majzû; ‘arûdh shahîhah, dharab shahîh ( ‫ﻦ‬


 ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ - ‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ )

‫ﺠ ﹺﻢ‬
‫ﻌ ﹺ‬ ‫ﺘ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ ‫ﺱ‬
‫ﺍ ﹺﺭ ﹴ‬‫ﻟ ﹴﻖ ﺩ‬‫ﻮ‬ ‫ﺨﹶﻠ‬
 ‫ﻣ‬ #‫ﻼ‬
‫ﺧ ﹶ‬ ‫ﺑ ﹴﻊ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﻋﻠﹶﻰ‬ ‫ﻲ‬ ‫ﻓ‬‫ﻮ‬ ‫ﻭﹸﻗ‬ ‫ﺎﺫﹶﺍ‬‫ﻣ‬
“Apa gunanya aku tinggal di rumah yang sunyi senyap tertanah, rusak lagi
bisu”

‫ﻲ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺠ‬


‫ﻌ ﹺ‬ ‫ﺘ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ /‫ﻦ‬ ‫ﺳ‬ ‫ﺩﹾﺍ ﹺﺭ‬ /‫ﻦ‬ ‫ﻘ‬ ‫ﻟ‬‫ﻮ‬ ‫ﺨﹶﻠ‬
 ‫ﻣ‬ #‫ﺨﹶﻠ ﹾﺎ‬
 ‫ﻨ‬‫ﻌ‬ ‫ﺑ‬‫ﺭ‬ /‫ﻌﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ﻴ‬‫ﻓ‬/‫ﻮ‬ ‫ﻭﹸﻗ‬ ‫ﻣ ﹾﺎ ﹶﺫﹾﺍ‬
o//o/o/ o//o/ o//o/o/ o//o/o/ o//o/ o//o/o/

‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬


 ‫ﻣ‬ /‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﹶﻓ ﹾﺎ‬/‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ #‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ /‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﹶﻓ ﹾﺎ‬/‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬

72
4. Bahar Basîth bait majzû; ‘arûdh shahîhah, dharab mudzayyal (‫ﻦ‬
 ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ - ‫ﻌﹶﻠ ﹾﺎ ﹾﻥ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬

# ‫ﺎ‬‫ﺎ ُﺀﻣ‬‫ﺳﻤ‬ ‫ﺖ ﹶﺃ‬ ‫ﺧﹶﻠ ﹶﻔ‬ ‫ﺪ ﹶﺃ‬ ‫ﺡ ﹶﻗ‬


‫ﺎ ﹺ‬‫ﺎﺻ‬‫ﻳ‬
‫ﺎ ﹾﻝ‬‫ﺴ ﹺﻦ ﺍﹾﻟ ﹺﻮﺻ‬
 ‫ﺣ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻚ‬
 ‫ﻴ‬‫ﻨ‬‫ﻤ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﺖ‬
 ‫ﻧ‬‫ﻛﹶﺎ‬
“Wahai yang menyeru! Sesungguhnya telah keliru nama-nama yang anda
cobakan untuk hubungan yang baik”

‫ﺻ ﹾﺎ ﹾﻝ‬
 ‫ﺴﹺﻨ ﹾﻠ ﹺﻮ‬
 ‫ﺣ‬ /‫ﻦ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻴ ﹶﻜ‬‫ﹺﻧ‬/‫ﻦ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺘ‬‫ﺘ‬‫ﻧ‬‫ ﹶﻛ ﹾﺎ‬#‫ﻣ ﹾﺎ‬ ‫ﻤ ﹾﺎ ُﺀ‬ ‫ﺳ‬ ‫ﹶﺃ‬/‫ﺖ‬
 ‫ﺧﹶﻠ ﹶﻔ‬ ‫ﹶﺃ‬/‫ﺪ‬ ‫ﺣ ﹶﻘ‬ ‫ﺻ ﹾﺎ‬
 ‫ﻳ ﹾﺎ‬

oo//o/o/ o//o/ o//o/o/ o//o/o/ o//o/ o//o/o/


‫ﻌﹶﻠ ﹾﺎ ﹾﻥ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ /‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﹶﻓ ﹾﺎ‬/‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ # ‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ /‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﹶﻓ ﹾﺎ‬/‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬

5. Bahar Basîth bait majzû; ‘arûdh shahîhah, dharab maqthû’ ( ‫ﻦ‬


 ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ - ‫ﻦ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻣ ﹾﻔ‬ )

‫ﻙ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺘ‬‫ﻣ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﺎ ﹺﺟ ﹴﻞ ﹸﻛﱡﻠ‬‫ﻦ ﻋ‬ ‫ﻋ‬ # ‫ﻪ‬ ‫ﻧ‬‫ﺶ ﹺﺇ ﱠﻻ ﹶﺃ‬
 ‫ﻴ‬‫ﻌ‬ ‫ﺐ ﺍﹾﻟ‬
 ‫ﻴ‬‫ﺎ ﹶﺃ ﹾﻃ‬‫ﻣ‬
“Alangkah indahnya penghidupan itu, hanya saja karena tergesa-gesa,
semuanya ditinggalkan”
‫ﻮ‬ ‫ﻭ ﹸﻛ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺘ‬‫ﻣ‬ /‫ﻮ‬ ‫ﻬ‬ ‫ ﹸﻛ ﹾﻠﹸﻠ‬/‫ﻦ‬ ‫ﻠ‬‫ﻌ ﹾﺎ ﹺﺟ‬ ‫ﻨ‬‫ﻋ‬ #‫ﻮ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻨ‬‫ﻧ‬‫ﹶﻟ ﹾﺎ ﹶﺃ‬/‫ﺸﹺﺈ ﹾﻝ‬
 ‫ﻴ‬‫ﻋ‬ /‫ﺒ ﹾﻞ‬‫ﻴ‬‫ﻣ ﹾﺎ ﹶﺃ ﹾﻃ‬
o/o/o/ o//o/ o//o/o/ o//o/o/ o//o/ o//o/o/

‫ﻦ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻣ ﹾﻔ‬ /‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﹶﻓ ﹾﺎ‬/‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ #‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ /‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﹶﻓ ﹾﺎ‬/‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬

6. Bahar Basîth bait majzû; ‘arûdh maqthû’ah, dharab maqthû’ ( ‫ﻦ‬


 ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻣ ﹾﻔ‬ - ‫ﻦ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻣ ﹾﻔ‬ )

‫ﻲ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﺍ‬‫ﺣ ﹺﻲ ﺍﹾﻟﻮ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﺍ ﹶﻛ‬‫ﻗﻔﹶﺎﺭ‬ ‫ﺖ‬


 ‫ﺤ‬
‫ﺿ‬ ‫ ﹶﺃ‬# ‫ﻼ ﹺﻝ‬
‫ﻦ ﹶﺃ ﹾﻃ ﹶ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻕ‬
 ‫ﻮ‬ ‫ﺸ‬
 ‫ﺞ ﺍﻟ‬ ‫ﻴ‬‫ﻫ‬ ‫ﺎ‬‫ﻣ‬

“Apa yang menyebabkan rindu terhadap puing-puing yang hanya menjadikan


tanah kosong seperti tulisan seorang penulis”

‫ﻲ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﻮﹾﺍ‬ ‫ﹺﻳ ﹾﻠ‬/‫ﺡ‬


 ‫ﻮ‬ ‫ﻧ ﹶﻜ‬‫ﺭ‬ /‫ﻘ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ ‫ﺘ‬‫ﺤ‬
‫ﺿ‬ ‫ ﹶﺃ‬# ‫ﻲ‬ ‫ﻟ‬‫ﹶﺃ ﹾﻃﹶﻠ ﹾﺎ‬/‫ﻦ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻮﹶﻗ‬ ‫ﺷ‬ /‫ﺶ‬
 ‫ﺠ‬
 ‫ﻴ‬‫ﻴ‬‫ﻫ‬ ‫ﻣ ﹾﺎ‬

o/o/o/ o//o/ o//o/o/ o/o/o/ o//o/ o//o/o/


‫ﻦ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻣ ﹾﻔ‬ / ‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﹶﻓ ﹾﺎ‬/‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ # ‫ﻦ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻣ ﹾﻔ‬ / ‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ ﹶﻓ ﹾﺎ‬/ ‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬

Di dalam bahar Basîth terdapat 4 macam kebolehan zihâf, yaitu :


1. Khabn mustaf’ilun ( ‫ﻦ‬
 ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﻣ‬ / ‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ ). Zihâf ini dapat terjadi pada taf’ilah hasywu,

‘arûdh dan dharab. Zihâf ini dianggap baik. Contoh:

# ‫ﻲ‬ ‫ﺒﹺﻨ‬‫ﺣ‬ ‫ﺎ‬‫ﺎ ﹺﻝ ﺻ‬‫ﺟ ﹺﻞ ﺍﹾﻟﻤ‬ ‫ﻟﹶﺎ‬‫ﻭ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﹶﻓ ﹶﻜ‬

73
‫ﻲ‬ ‫ﺍﹺﻧ‬‫ﺎﺩ‬‫ﺎ ﹺﻝ ﻋ‬‫ﺍﹾﻟﻤ‬‫ﻟ ﹶﻔ ﹾﻘﺪ‬ ‫ﻳ ﹴﻖ‬‫ﺪ‬ ‫ﺻ‬
 ‫ﻢ‬ ‫ﻭ ﹶﻛ‬
“Banyak musuh lantaran uang menjadi teman bagiku, dan banyak teman
lantaran tidak ada uang memusuhiku”

‫ﻲ‬ ‫ﺒﹺﻨ‬‫ﺣ‬ /‫ﺼ ﹾﺎ‬


 ‫ﻟ‬‫ﻤ ﹾﺎ‬ ‫ﻟ ﹾﻠ‬/‫ﺝ‬
 ‫ﻠﹶﺎ‬‫ﻧ‬‫ ﹺﻭ‬/‫ﻭ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﹶﻓ ﹶﻜ‬
o/// o//o/o/ o//o/ o//o//
‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﹶﻓ‬/‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ /‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﹶﻓ ﹾﺎ‬/ ‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬
‫ﻲ‬ ‫ﺩﹾﺍﹺﻧ‬ /‫ﻌ ﹾﺎ‬ ‫ﻟ‬‫ﻤ ﹾﺎ‬ ‫ﺩﹾﻟ‬ /‫ﻖ‬ ‫ﻠ ﹶﻔ‬‫ﻨ‬‫ﻗ‬/‫ﻱ‬  ‫ﺪ‬ ‫ﺼ‬  ‫ﻤ‬ ‫ﻭ ﹶﻛ‬
o/o/ o//o/o/ o//o/ o//o//
‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﻓ‬/‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ / ‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﹶﻓ ﹾﺎ‬/ ‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬
2. Khabn mustaf’ilân ( ‫ﻌﹶﻠ ﹾﺎ ﹾﻥ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﻣ‬ / ‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ ﹾﻥ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ ). Taf’ilah ini terdapat pada dharab. Contoh:

# ‫ﺎﹺﺇﺫﹶﺍ‬‫ﻮﻣ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻧ ﹸﻜ‬‫ﻢ ﹶﺃ‬ ‫ﺎ َﺀ ﹸﻛ‬‫ﺪ ﺟ‬ ‫ﹶﻗ‬


‫ﻌﺜﹸﻮ ﹾﻥ‬ ‫ﺒ‬‫ﺗ‬ ‫ﻑ‬
 ‫ﻮ‬ ‫ﺳ‬ ‫ﺕ‬
 ‫ﻮ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻢ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﺘ‬‫ﺎ ﹸﺫ ﹾﻗ‬‫ﻣ‬
“Sudah datang berita kepadamu, bahwa kamu pada suatu hari setelah
merasakan kematian, akan dibangkitkan”

‫ﻮ ﹾﻥ‬ ‫ﻌﹸﺜ‬ ‫ﺒ‬‫ﺘ‬‫ﹶﻓ‬/‫ﻮ‬ ‫ﺴ‬


 ‫ﺗ‬‫ﻮ‬ ‫ﻣ‬ /‫ﻤ ﹾﻞ‬ ‫ﺘ‬‫ﻣ ﹾﺎ ﹸﺫ ﹾﻗ‬ # ‫ﻨﹺﺈ ﹶﺫﹾﺍ‬‫ﻣ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻳ‬/‫ﻢ‬ ‫ﻨ ﹸﻜ‬‫ﻧ‬‫ﹶﺃ‬/‫ﻢ‬ ‫ﺟ ﹾﺎ َﺀ ﹸﻛ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﹶﻗ‬

oo//o// o//o/ o//o/o/ o//o/o/ o//o/ o//o/o/


‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ ﹾﻥ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬ /‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﹶﻓ ﹾﺎ‬/‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ # ‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ /‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﹶﻓ ﹾﺎ‬/‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬

3. Khabn Fâ’ilun ( ‫ﻦ‬


 ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫) ﹶﻓ‬. Zihâf ini hanya terdapat pada hasywu.

Perhatikan contoh berikut :

# ‫ﺎ‬‫ﺪﻫ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﺍ‬‫ﻭﻭ‬ ‫ﺎ‬‫ﻧﻴ‬‫ﺪ‬ ‫ﺟ ﹸﻞ ﺍﻟ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺎ‬‫ﻧﻤ‬‫ﻭﹺﺇ‬


‫ﺟ ﹺﻞ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﻋﻠﹶﻰ‬ ‫ﺎ‬‫ﻧﻴ‬‫ﺪ‬ ‫ﻰ ﺍﻟ‬‫ﻮ ﹸﻝ ﻓ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻦ ﹶﻻ‬ ‫ﻣ‬

“Hartawan yang sebenarnya adalah orang yang tidak pernah mengeluh


tentang dunia kepada orang lain”

# ‫ﻫ ﹾﺎ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﺣ‬ /‫ﻭﹾﺍ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻴ ﹾﺎ‬‫ﻧ‬‫ﺩ‬ /‫ﺪ‬ ‫ﺟﹸﻠ‬ ‫ﺭ‬ /‫ﻤ ﹾﺎ‬ ‫ﻨ‬‫ﻧ‬‫ﻭﹺﺇ‬
o/// o//o/o/ o/// o//o//

‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﹶﻓ‬/‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬


 ‫ﻣ‬ /‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﹶﻓ‬/‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﻣ ﹶﻔ ﹾﺎ‬

‫ﻲ‬ ‫ﻠ‬‫ﺟ‬ ‫ﺭ‬ /‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎ‬ ‫ﻴ ﹾﺎ‬‫ﻧ‬‫ﺩ‬ /‫ﺪ‬ ‫ﻔ‬ ‫ ﹺﻭﹸﻟ‬/‫ﻮ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻨﹶﻠ ﹾﺎ‬‫ﻣ‬
o/// o//o/o/ o/// o//o/o/

74
‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﹶﻓ‬/‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ /‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﹶﻓ‬/‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬

4. Khabn maf’ûlun ( ‫ﻦ‬


 ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻣ‬ / ‫ﻦ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫) ﹶﻓ‬. Zihâf ini terdapat pada ‘arûdh dan dharab.
Contoh:
# ‫ﻲ‬ ‫ﻼﹺﻧ‬
‫ﻋ ﹶ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﺐ ﹶﻗ‬
 ‫ﻴ‬‫ﺸ‬
 ‫ﺍﻟ‬‫ﺖ ﻭ‬
 ‫ﺤ‬
 ‫ﺒ‬‫ﺻ‬
 ‫ﹶﺃ‬
‫ﺏ‬
‫ﺎ ﹺ‬‫ﺨﻀ‬
 ‫ﻴﺜﹰﺎ ﹺﺇﻟﹶﻰ ﺍﹾﻟ‬‫ﺜ‬‫ﺣ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﻳ‬
“Pagi-pagi uban sudah mengalahkanku, mengajak cepat untuk mencatnya”
‫ﻲ‬ ‫ﻀ ﹾﺎﹺﺑ‬
 ‫ﺧ‬ /‫ﻨﹺﺈﹶﻟ ﹾﻞ‬‫ﹶﺛ‬/‫ﻲ‬ ‫ﺜ‬‫ﺣ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﻳ‬#‫ﻲ‬ ‫ﻋﹶﻠ ﹾﺎﹺﻧ‬ /‫ﺪ‬ ‫ﺒ ﹶﻘ‬‫ﻴ‬‫ﺷ‬ /‫ﺵ‬
 ‫ﻮ‬ ‫ﺘ‬‫ﺤ‬
 ‫ﺒ‬‫ﺻ‬
 ‫ﹶﺃ‬
o/o// o//o/ o//o/o/ o/o// o//o/ o//o/o/
‫ﻦ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﹶﻓ‬/‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﹶﻓ ﹾﺎ‬/ ‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ # ‫ﻦ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﹶﻓ‬/‫ﻦ‬ ‫ﻋﹸﻠ‬ ‫ﹶﻓ ﹾﺎ‬/ ‫ﻦ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬

RANGKUMAN
1. Buhûr al-Syi’r al-Mumtazijah ialah bahar-bahar yang menggunakan taf’ilah
campuran dari yang lima huruf dengan taf’ilah yang tujuh huruf
2. Yang termasuk dalam kelompok campuran ini ada 3 bahar, yaitu bahar Thawîl,
bahar Madîd dan bahar Basîth.

TUGAS TERSTRUKTUR
1. Jelaskan perbedaan antara bahar Thawîl, bahar Madîd dan bahar Basîth.
BAB XIV
AL-QAWÂFÎ I

TUJUAN
Setelah mengikuti perkuliahan ini diharapkan mahasiswa mengetahui pengertian
qawâfî, huruf al-qâfiyah dan harakât al-qâfiyah.
BAHASAN
A. Pengertian Qawâfî
Qâfiyah ialah huruf-huruf yang terdapat di ujung bait syi’ir yang terdiri dari
huruf akhir yang mati di ujung bait sampai dengan huruf hidup sebelum huruf
mati. Qâfiyah itu dapat terjadi pada sebagian kata, satu kata, atau pada dua kata.
Perhatikan contoh-contoh di bawah ini.
1. Qâfiyah yang terdapat pada sebagian kata

# ‫ﻼ‬ ‫ﻗ ﹶ‬‫ﺎ‬‫ﻦ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ ﻋ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻮ ﹺﻡ‬ ‫ﻊ ﺍﹾﻟ ﹶﻘ‬ ‫ﻴ‬‫ﻓ‬‫ﺭ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻳ‬
‫ﺐ‬
‫ﻴ ﹺ‬ ‫ﺴ‬
ِ‫ﺤ‬ ‫ﻪ ﹺﺑ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻲ ﹶﻗ‬ ‫ﻓ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻳ ﹸﻜ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻭﹺﺇ ﹾﻥ ﹶﻟ‬

75
“Dianggap tingginya kaum itu manakala ada orang yang berakal, sekalipun
tidak diperhitungkan dalam kaum itu”
Qâfiyah pada bait di atas terdapat pada sebagian kata ( ‫ﺐ‬
‫ﻴ ﹺ‬‫ﺴ‬
ِ ‫ﺣ‬ ) yaitu huruf sîn,

ya, ba, dan ya ( ‫ﻲ‬


 ‫ﻴﹺﺒ‬‫ﺳ‬ )

2. Qâfiyah yang terdapat pada satu kata :

# ‫ﺍ‬‫ﻕ ﹺﺟﺪ‬ ‫ﺎ‬‫ﺍ ﺿ‬‫ﻣﺮ‬ ‫ﺖ ﹶﺃ‬


 ‫ﻴ ﹾﻘ‬‫ﺿ‬
 ‫ﹺﺇﺫﹶﺍ‬
‫ﺎ‬‫ﺎﻧ‬‫ﺰ ﻫ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﺎ ﹶﻗ‬‫ﺖ ﻣ‬
 ‫ﻮﹾﻟ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﻭﹺﺇ ﹾﻥ‬

“Jika anda mempersempit urusan, maka menjadi sangat sempitlah ia. Jika
anda mengintimidasi yang berat, maka ia akan menjadi ringan”

Qâfiyah pada bait di atas terdapat pada kata ( ‫ﺎ‬‫ﺎﻧ‬‫ ) ﻫ‬yang terdiri dari huruf ha,

alif, nûn dan alif.


3. Qâfiyah yang terdapat pada dua kata :

# ‫ﺰ ﹾﻝ‬ ‫ﻐ‬ ‫ﺍﹾﻟ‬‫ﻲ ﻭ‬ ‫ﺮ ﺍ َﻷﻏﹶﺎﹺﻧ‬ ‫ﺫ ﹾﻛ‬ ‫ﺘ ﹺﺰ ﹾﻝ‬‫ﻋ‬ ‫ﺍ‬


‫ﺰ ﹾﻝ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺐ‬
 ‫ﺎﹺﻧ‬‫ﻭﺟ‬ ‫ﻀ ﹶﻞ‬
 ‫ﻭﹸﻗ ﹺﻞ ﺍﹾﻟ ﹶﻔ‬

“Berhentilah kamu dari mengingat nyanyian dan percintaan. Katakanlah


kebajikan dan hindarilah orang yang bersenda gurau”
Qâfiyah pada bait di atas terdapat pada dua kata, yaitu ( ‫ﻝ‬
‫ﺰ ﹾ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ ) yang terdiri

dari huruf mîm, nûn, ha, zây dan lâm.

B. Huruf al-Qâfiyah
Huruf-huruf Qâfiyah mempunyai 6 nama:
1. Rawi, ialah huruf yang dijadikan sebutan dari suatu qashîdah, misalnya
qashîdah lâmiyah, qashîdah mîmiyah, qashîdah nûniyah dan seterusnya.
Karena syi’ir-syi’ir tersebut berakhiran lâm, mîm, nûn dan seterusnya, kecuali
huruf mad (alif, ya dan wawu) dan huruf ha ( ‫ ﻫـ‬/ ‫) ﺓ‬. Huruf mad dan ha tidak

termasuk huruf rawi.


Rawi terbagi 2 macam :
a. Rawi muthlaq, yaitu rawi yang terdiri dari huruf hidup
b. Rawi muqayyad, yaitu rawi yang terdiri dari huruf mati.
Contoh-contoh :

76
-Rawi muthlaq dari qashîdah lâmiyah :

# ‫ﻦ‬ ‫ﻥ ﹶﻓﹶﻠ‬ ‫ﺎ‬‫ﺰﻣ‬ ‫ﺕ ﺍﻟ‬


 ‫ﺎ‬‫ﺎﻋ‬‫ﻊ ﺳ‬ ‫ﻴ‬‫ﻀ‬
 ‫ﺗ‬ ‫ﻭ ﹶﻻ‬
‫ﻭ ﹺﻝ‬ ‫ﻪ ﺍ ُﻷ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺎ‬‫ﻦ ﹶﺃﻳ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺕ‬
 ‫ﺎ ﻓﹶﺎ‬‫ﺩ ﻣ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻳ‬
“Jangan kau sia-siakan waktu itu, karena tidak akan kembali hari-hari yang
utama yang sudah berlalu”

-Rawi muqayyad dari qashîdah lâmiyah :

# ‫ﺎ‬‫ﷲ ﻣ‬ ِ ‫ﻯ ﺍ‬‫ﺘ ﹾﻘﻮ‬‫ﷲ ﹶﻓ‬


َ ‫ﺗ ﹺﻖ ﺍ‬‫ﺍ‬‫ﻭ‬
‫ﺻ ﹾﻞ‬
 ‫ﻭ‬ ‫ﺉ ﹺﺇ ﱠﻻ‬
‫ﻣ ﹺﺮ ﹴ‬ ‫ﺐ ﺍ‬
 ‫ﺕ ﹶﻗ ﹾﻠ‬
 ‫ﺭ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺎ‬‫ﺟ‬
“Bertakwalah kepada Allah, karena takwa kepada Allah tidak menjadi
tetangga hati seseorang, bahkan akan sampai”

-Contoh yang berakhiran huruf mad :

‫ﻭﺍ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺍ‬‫ﺎ ﹺﺭ ﺩ‬‫ﻳﻨ‬‫ﺪ‬ ‫ﻋﻠﹶﻰ ﺍﻟ‬ ‫ﻭ‬ # ‫ﺍ‬‫ﻫﺪ‬ ‫ﺯ‬ ‫ﺱ‬
‫ﺎ ﹺ‬‫ﻠﻨ‬‫ﺍ ﻟ‬‫ﺮﻭ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﺍ ﹾﻇ‬
“Tampakkanlah kezuhudan di kalangan manusia, karena mereka hanya
mengelilingi dinar”

-Contoh yang berakhiran ha :

# ‫ﺔ‬ ‫ﻬﹶﻠ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻼ‬


‫ﻮ ﹶﻝ ﹺﺑ ﹶ‬ ‫ﻖ ﺍﹾﻟ ﹶﻘ‬ ‫ﻦ ﹶﺃ ﹾﻃﹶﻠ‬ ‫ﻣ‬
‫ﻪ‬ ‫ﺘ‬‫ﺠﹶﻠ‬
 ‫ﻋ‬ ‫ﻲ‬ ‫ﻓ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻌﹸﺜ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻚ ﹶﺃ ﹾﻥ‬
 ‫ﺷ‬ ‫ﹶﻻ‬
“Barang siapa membebaskan ucapan tanpa tangguhan, niscaya ia akan
tersandung pada saat terburu-buru”

Huruf rawi dari yang berakhiran huruf mad dan huruf ha adalah huruf yang
sebelumnya, yaitu huruf ra pada contoh yang berakhiran huruf mad, dan huruf
ta pada contoh yang berakhiran huruf ha.
2. Washal, ialah huruf mad (alif, ya atau wawu) yang timbul karena
mengisyba’kan harakah rawi atau ha yang mendampingi rawi.
Contoh-contoh:
- Washal alif yang timbul karena mengisyba’kan harakah fathah pada rawi :

# ‫ﻩ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺧ‬ ‫ﺍ‬‫ﺖ ﺩ‬ ‫ﻧ‬ ‫ﺊ ﹶﺃ‬ ‫ﻴ‬‫ﺷ‬ ‫ﺲ‬


 ‫ﻧ ﹶﻔ‬‫ﻢ ﹶﺃ‬ ‫ﻌ ﹾﻠ‬ ‫ﹶﺍﹾﻟ‬
‫ﺎ‬‫ﺪﻣ‬ ‫ﻨ‬‫ﺙ ﺍﻟ‬
 ‫ﻮ ﹺﺭ‬ ‫ﺘ‬‫ﺴ‬
 ‫ﺗ‬ ‫ﻼ‬
‫ﻫ ﹰ‬ ‫ﺎ‬‫ﻦ ﺟ‬ ‫ﺗ ﹸﻜ‬ ‫ﻼ‬
‫ﹶﻓ ﹶ‬

“Ilmu itu merupakan simpanan anda yang paling berharga, maka


janganlah kamu menjadi orang bodoh yang akan mengakibatkan
penyesalan
- Washal ya yang timbul karena mengisyba’kan harakah kasrah pada rawi :

77
# ‫ﻪ‬ ‫ﺘ‬‫ﻴ ﹶﻘ‬ ‫ﻠ‬‫ﺧ‬ ‫ﺕ‬  ‫ﺎ َﺀ‬‫ﻪ ﺳ‬ ‫ﺴ‬
 ‫ﻧ ﹾﻔ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﺼ‬
 ‫ﻳ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻦ ﹶﻟ‬ ‫ﻣ‬
‫ﺘ ﹶﻘ ﹺﻞ‬‫ﻨ‬‫ﻣ‬ ‫ﻴ ﹺﺮ‬‫ﺊ ﹶﻏ‬ ‫ﻳ‬‫ﺩ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺒ ﹴﻊ‬‫ﹺﺑ ﹸﻜ ﹼﻞ ﹶﻃ‬
“Orang yang tidak menghias dirinya pasti jelek akhlaknya, segala watak
yang buruknya tidak berubah”

- Washal wawu yang timbul karena mengisyba’kan harakah dhammah pada


rawi :

# ‫ﺎ‬‫ﺣﺒ‬ ‫ﺎ‬‫ﻚ ﺻ‬
 ‫ﻦ ﹶﻟ‬ ‫ﻳ ﹸﻜ‬ ‫ﻭ ﹶﻻ‬ ‫ﺏ‬  ‫ﻭ‬ ‫ﻉ ﺍﹾﻟ ﹶﻜ ﹸﺬ‬
‫ﺩ ﹺ‬ ‫ﻭ‬
‫ﺐ‬
 ‫ﺤ‬
‫ﺼ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻼ‬
 ‫ﺧ‬ ‫ﺲ‬
 ‫ﺏ ﹶﻟﹺﺒﹾﺌ‬
 ‫ﻭ‬ ‫ﹺﺇ ﱠﻥ ﺍﹾﻟ ﹶﻜ ﹸﺬ‬
“Tinggalkanlah pendusta, janganlah ia menjadi temanmu. Sesungguhnya
pendusta itu adalah sejelek-jelek teman yang ditemani”
- Washal ha :

# ‫ﻪ‬ ‫ﻠ‬‫ﻫ‬ ‫ﻲ ﹶﺃ‬ ‫ﻓ‬ ‫ﺢ‬ ‫ﺒ‬‫ﺼ‬


 ‫ﻣ‬ ‫ﺉ‬
‫ﻣ ﹺﺮ ﹴ‬ ‫ﹸﻛ ﱡﻞ ﺍ‬
‫ﻪ‬ ‫ﻠ‬‫ﻌ‬ ‫ﻧ‬ ‫ﻙ‬ ‫ﺍ‬‫ﺷﺮ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻰ‬‫ﺩﻧ‬ ‫ﺕ ﹶﺃ‬
 ‫ﻮ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺍﹾﻟ‬‫ﻭ‬
“Setiap orang menjadi pembela keluarganya, sedangkan kematian lebih
dekat dari kedua sandalnya”
3. Khuruj, ialah huruf mad (alif, ya, wawu) yang timbul karena mengisyba’kan
ha washal.
Contoh-contoh :
- Khuruj alif :

‫ﻬﺎ‬ ‫ﻓ ﹸﻘ‬‫ﺍ‬‫ﻳﻮ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﺗ‬‫ﺍ‬‫ﻏﺮ‬ ‫ﺾ‬


‫ﻌ ﹺ‬ ‫ﺑ‬ ‫ﻲ‬ ‫ﻓ‬ # ‫ﻪ‬ ‫ﺘ‬‫ﻴ‬‫ﻣﹺﻨ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻦ ﹶﻓ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻚ‬
 ‫ﺷ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻳ‬
“Hampir saja orang yang lari dari kematian, ia temui pada saat ia lalai”

- Khuruj ya :

# ‫ﻪ‬ ‫ﻠ‬‫ﻫ‬ ‫ﻲ ﹶﺃ‬ ‫ﻓ‬ ‫ﺢ‬ ‫ﺒ‬‫ﺼ‬


 ‫ﻣ‬ ‫ﺉ‬
‫ﻣ ﹺﺮ ﹴ‬ ‫ﹸﻛ ﱡﻞ ﺍ‬
‫ﻪ‬ ‫ﻠ‬‫ﻌ‬ ‫ﻧ‬ ‫ﻙ‬ ‫ﺍ‬‫ﺷﺮ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻰ‬‫ﺩﻧ‬ ‫ﺕ ﹶﺃ‬
 ‫ﻮ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺍﹾﻟ‬‫ﻭ‬
“Setiap orang menjadi pembela keluarganya, sedangkan kematian lebih
dekat dari kedua sandalnya”

- Khuruj wawu :

# ‫ﻲ‬ ‫ﺘ‬‫ﻤ‬ ‫ﻴ‬‫ﻘ‬ ‫ﻲ ﹺﺑ‬ ‫ﻟ‬‫ﻲ ﹶﺃﻏﹶﺎ‬ ‫ﻋﹺﻨ‬ ‫ﺩ‬ ‫ﻲ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺋ‬‫ﺎ ﹶﻻ‬‫ﹶﻓﻴ‬
‫ﻪ‬ ‫ﻧ‬‫ﻮ‬ ‫ﻨ‬‫ﺴ‬
ِ‫ﺤ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﺎ‬‫ﺱ ﻣ‬
‫ﺎ ﹺ‬‫ﻤ ﹸﺔ ﹸﻛ ﹼﻞ ﺍﻟﻨ‬ ‫ﻴ‬‫ﻘ‬ ‫ﹶﻓ‬

“Wahai orang yang mencaciku, biarkanlah aku mengangkat harga diriku,


karena harga diri tiap-tiap orang itu terletak pada apa yang dianggap baik”

78
4. Ridf, ialah huruf mad (alif, ya, wawu) yang terletak sebelum rawi tanpa
pemisah.
Contoh-contoh :
- Ridf alif :

# ‫ﻢ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﺑ‬‫ﻮ‬ ‫ﺪ ﹸﻗﹸﻠ‬ ‫ﻌﹺﺒ‬ ‫ﺘ‬‫ﺴ‬


 ‫ﺗ‬ ‫ﺱ‬
‫ﺎ ﹺ‬‫ﻦ ﹺﺇﻟﹶﻰ ﺍﻟﻨ‬ ‫ﺴ‬
ِ ‫ﺣ‬ ‫ﹶﺃ‬
‫ﺴﺎ ﹸﻥ‬
 ‫ﺣ‬ ‫ﺍ‬ ‫ﺎ ﹶﻥ‬‫ﻧﺴ‬‫ﺪ ﺍ ِﻹ‬ ‫ﺒ‬‫ﻌ‬ ‫ﺘ‬‫ﺳ‬ ‫ﺎ ﺍ‬‫ﹶﻓﻄﹶﺎﹶﻟﻤ‬
“Berbuat baiklah kepada manusia, niscaya anda dapat memperbudak hati
mereka, karena lama sekali kebaikan memperbudak manusia”

- Ridf ya :

# ‫ﻪ‬ ‫ﺎﹸﻟ‬‫ﺲ ﹺﺇ ﹾﻥ ﹶﻗ ﱠﻞ ﻣ‬
‫ﻨ ﹾﻔ ﹺ‬‫ﻰ ﺍﻟ‬‫ﻏﻨ‬ ‫ﺰ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻳ‬
‫ﻴ ﹸﻞ‬‫ﻟ‬‫ﻮ ﹶﺫ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺎ ﹺﻝ‬‫ﻰ ﺍﹾﻟﻤ‬‫ﻏﻨ‬ ‫ﻰ‬‫ﻳ ﹾﻔﻨ‬‫ﻭ‬
“Kaya hati menjadi kuat pada saat tidak punya uang, sedangkan kaya harta
akan rusak dan menjadikan ia terhina”

- Ridf wawu :

# ‫ﺪ‬ ‫ﺮ ﹺﺇﻟﹶﻰ ﹶﻏ‬ ‫ﺻﹺﺒ‬  ‫ﻮ ﹺﻡ ﻓﹶﺎ‬ ‫ﻴ‬‫ﻕ ﺍﹾﻟ‬


 ‫ﺯ‬ ‫ﻕ ﹺﺭ‬
 ‫ﺎ‬‫ﻭﹺﺇ ﹾﻥ ﺿ‬
‫ﻭ ﹸﻝ‬ ‫ﺰ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﻚ‬
 ‫ﻨ‬‫ﻋ‬ ‫ﻫ ﹺﺮ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﺕ ﺍﻟ‬
 ‫ﺎ‬‫ﻧ ﹶﻜﺒ‬ ‫ﻰ‬‫ﻋﺴ‬
“Kalaulah rizki hari ini terasa sempit, maka bersabarlah sampai besok,
mudah-mudahan penderitaan ini lenyap darimu”

5. Ta’sîs, ialah alif yang terhalang satu huruf dari rawi. Ta’sîs di bawah ini
adalah alif pada kata ( ‫ﺐ‬
 ‫ﻫ‬ ‫) ﹶﺫﹾﺍ‬
# ‫ﺦ‬ ‫ﺳ‬ ‫ﺍ‬‫ﻙ ﺭ‬ ‫ﺩ‬ ‫ﺍ‬‫ﻲ ﹸﻓﺆ‬ ‫ﻓ‬ ‫ﺶ‬
 ‫ﻧ ﹾﻘ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻌ ﹾﻠ‬ ‫ﺍﹾﻟ‬‫ﻭ‬
‫ﺐ‬
 ‫ﻫ‬ ‫ﻙ ﺫﹶﺍ‬ ‫ﺎ ِﺀ‬‫ﻦ ﹶﻓﻨ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﻇ ﱞﻞ‬ ‫ﻤﺎ ﹸﻝ‬ ‫ﺍﹾﻟ‬‫ﻭ‬
“Ilmu itu adalah dekorasi yang stabil dalam hatimu, sedangkan harta
merupakan bayang-bayang kefanaanmu yang akan lenyap”

6. Dakhîl, ialah huruf hidup yang terletak antara ta’sîs dan rawi.

Dakhîl pada bait nomor 5 di atas adalah huruf ha pada kata ( ‫ﺐ‬
 ‫ﻫ‬ ‫) ﺫﹶﺍ‬
C. Harakât al-Qâfiyah
Harakah qâfiyah terdiri dari 6 macam :
1. Rassu, ialah harakah huruf yang sebelum ta’sîs. Berhubung huruf ta’sîs itu
hanya terdiri dari huruf alif, maka harakah huruf yang sebelum ta’sîs hanya

79
terdiri dari harakah fathah, misalnya harakah fathah pada huruf ( ‫ ) ﺝ‬yang

terdapat pada kata ( ‫ﻞ‬


‫ﻫ ﹺ‬ ‫ﺠ ﹾﺎ‬
 ‫ ) ﹶﻛ‬dari bait :

# ‫ﺎ‬‫ﺤﺠ‬  ‫ﺍﹾﻟ‬‫ﻌ ﹾﻠ ﹺﻢ ﻭ‬ ‫ﻯ ﺍﹾﻟ‬‫ﻟﺬ‬ ‫ﻊ‬ ‫ﻧ ﹾﻔ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻳ ﹸﻜ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﺇﹺﺫﹶﺍ ﹶﻟ‬
‫ﻫ ﹺﻞ‬ ‫ﺠﺎ‬
 ‫ﺱ ﹺﺇ ﱠﻻ ﹶﻛ‬
‫ﺎ ﹺ‬‫ﻦ ﺍﻟﻨ‬ ‫ﻴ‬ ‫ﺑ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﺎ‬‫ﹶﻓﻤ‬

“Jika tidak ada manfaat bagi orang yang berilmu, maka keadaannya di
kalangan manusia hanyalah seperti orang bodoh”

2. Isyba’, ialah harakah dakhîl.


Contoh-contoh :
a. Isyba’ fathah (harakah fathah pada huruf wawu yang terdapat pada kata
(‫ﻲ‬
 ‫ﻟ‬‫ﻭ‬ ‫ﺗﻄﹶﺎ‬ ) dari bait :

# ‫ﺍ ﹺﻭ ﹺﻝ‬‫ﺠﺪ‬  ‫ﺍﹾﻟ‬‫ﺪ ﹺﺭ ﻭ‬ ‫ﺴ‬


 ‫ﺕ ﺍﻟ‬
 ‫ﺨ ﹸﻞ ﺫﹶﺍ‬
 ‫ﻧ‬ ‫ﺎ‬‫ﻳ‬
‫ﻲ‬ ‫ﻟ‬‫ﻭ‬ ‫ﺗﻄﹶﺎ‬ ‫ﺖ ﹺﺇ ﹾﻥ‬
 ‫ﺷﹾﺌ‬ ‫ﺎ‬‫ﻲ ﻣ‬ ‫ﻟ‬‫ﻭ‬ ‫ﺗﻄﹶﺎ‬

“Wahai kurma-kurma yang memiliki pohon-pohon dan parit-parit,


tinggilah kamu sekehendakmu jika kamu mau tinggi.
b. Isyba’ kasrah (harakah kasrah pada huruf ( ‫ ) ﻫـ‬yang terdapat pada kata

(‫ﺐ‬
 ‫ﻫ‬ ‫ ) ﺫﹶﺍ‬dari bait :

# ‫ﺦ‬ ‫ﺳ‬ ‫ﺍ‬‫ﻙ ﺭ‬ ‫ﺩ‬ ‫ﺍ‬‫ﻲ ﹸﻓﺆ‬ ‫ﻓ‬ ‫ﺶ‬


 ‫ﻧ ﹾﻘ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻌ ﹾﻠ‬ ‫ﺍﹾﻟ‬‫ﻭ‬
‫ﺐ‬
 ‫ﻫ‬ ‫ﻙ ﺫﹶﺍ‬ ‫ﺎ ِﺀ‬‫ﻦ ﹶﻓﻨ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﻇ ﱞﻞ‬ ‫ﺎ ﹸﻝ‬‫ﺍﹾﻟﻤ‬‫ﻭ‬
“Ilmu itu adalah dekorasi yang stabil dalam hatimu, sedangkan harta
merupakan bayang-bayang kefanaan-mu yang akan lenyap”

c. Isyba’ dhammah (harakah dhammah pada huruf ( ‫ ) ﺝ‬yang terdapat pada

kata ( ‫ﻞ‬
‫ﺟ ﹸ‬ ‫ﺭ‬ ) dari bait :

‫ﺟ ﹸﻞ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺟ ﹲﻞ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺎ‬‫ﺘﹶﻠ ﱠﻘ ﹶﻔﻬ‬‫ ﹶﻓ‬# ‫ﺔ‬ ‫ﺠ‬


 ‫ﻟ‬‫ﺍ‬‫ﺼﻮ‬
 ‫ﺖ ﹺﺑ‬
 ‫ﺣ‬ ‫ﺮﹲﺓ ﹸﻃ ﹺﺮ‬ ‫ﹸﻛ‬
“Sebuah bola dipukul dengan tongkat lengkung, maka berebutanlah
mengejarnya satu demi satu”

3. Hadzwu, ialah harakah huruf yang sebelum ridf.


Contoh-contoh :

80
a. Hadzwu fathah (harakah fathah pada huruf ( ‫ ) ﺱ‬yang terdapat pada kata

( ‫ﺎ ﹸﻥ‬‫ﺣﺴ‬
 ‫ﺍ‬ ) dari bait :

# ‫ﻢ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﺑ‬‫ﻮ‬ ‫ﺪ ﹸﻗﹸﻠ‬ ‫ﻌﹺﺒ‬ ‫ﺘ‬‫ﺴ‬  ‫ﺗ‬ ‫ﺱ‬


‫ﺎ ﹺ‬‫ﻦ ﹺﺇﻟﹶﻰ ﺍﻟﻨ‬ ‫ﺴ‬
ِ ‫ﺣ‬ ‫ﹶﺃ‬
‫ﺎ ﹸﻥ‬‫ﺣﺴ‬ ‫ﺍ‬ ‫ﺎ ﹶﻥ‬‫ﻧﺴ‬‫ﺪ ﺍ ِﻹ‬ ‫ﺒ‬‫ﻌ‬ ‫ﺘ‬‫ﺳ‬ ‫ﺎ ﺍ‬‫ﹶﻓﻄﹶﺎﹶﻟﻤ‬
“Berbuat baiklah kepada manusia, niscaya anda dapat memperbudak hati
mereka, karena lama sekali kebaikan memperbudak manusia”

b. Hadzwu kasrah (harakah kasrah pada huruf ( ‫ ) ﺱ‬yang terdapat pada kata

(‫ﺐ‬
‫ﻴ ﹺ‬‫ﺴ‬
ِ‫ﺤ‬
 ‫ ) ﹺﺑ‬dari bait :

# ‫ﻼ‬
‫ﻗ ﹶ‬‫ﺎ‬‫ﻦ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ ﻋ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻮ ﹺﻡ‬ ‫ﻊ ﺍﹾﻟ ﹶﻘ‬ ‫ﻴ‬‫ﻓ‬‫ﺭ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻳ‬
‫ﺐ‬
‫ﻴ ﹺ‬‫ﺴ‬
ِ‫ﺤ‬ ‫ﻪ ﹺﺑ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻲ ﹶﻗ‬ ‫ﻓ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻳ ﹸﻜ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻭﹺﺇ ﹾﻥ ﹶﻟ‬
“Dianggap tingginya kaum itu manakala ada orang yang berakal,
sekalipun tidak diperhitungkan dalam kaum itu”

c. Hadzwu dhammah (harakah dhammah pada huruf ( ‫ ) ﺡ‬yang terdapat pada

kata kata ( ‫ﺏ‬


 ‫ﻮ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺳ‬ ) dari bait :

# ‫ﻲ‬ ‫ﻤﹸﻠﹺﻨ‬ ‫ﺤ‬


 ‫ﺗ‬ ‫ﺍ َﺀ‬‫ﻌﻮ‬ ‫ﺸ‬
 ‫ﺭ ﹶﺓ ﺍﻟ‬ ‫ﺎ‬‫ﺪ ﺍﹾﻟﻐ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﺷ‬ ‫ﺪ ﹶﺃ‬ ‫ﻗﹶ‬
‫ﺏ‬
 ‫ﻮ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺳ‬ ‫ﻴ ﹺﻦ‬‫ﻴ‬‫ﺤ‬
 ‫ﻭﹶﻗ ﹸﺔ ﺍﻟﹼﻠ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺍ ُﺀ‬‫ﺮﺩ‬ ‫ﺟ‬
“Kadang-kadang aku menyaksikan serangan yang menyebar yang
membawaku. Orang suci yang berkeringat kedua jenggotnya adalah
macan kumbang”

4. Nafadz, ialah harakah ha washal.


Contoh-contoh :
a. Nafadz fathah :

‫ﻬﺎ‬ ‫ﻓ ﹸﻘ‬‫ﺍ‬‫ﻳﻮ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﺗ‬‫ﺍ‬‫ﻏﺮ‬ ‫ﺾ‬


‫ﻌ ﹺ‬ ‫ﺑ‬ ‫ﻲ‬ ‫ﻓ‬#‫ﻪ‬ ‫ﺘ‬‫ﻴ‬‫ﻣﹺﻨ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻦ ﹶﻓ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻚ‬
 ‫ﺷ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻳ‬
“Hampir saja orang yang lari dari kematian, ia temui pada saat ia lalai”

b. Nafadz kasrah :

# ‫ﻪ‬ ‫ﻠ‬‫ﻫ‬ ‫ﻲ ﹶﺃ‬ ‫ﻓ‬ ‫ﺢ‬ ‫ﺒ‬‫ﺼ‬


 ‫ﻣ‬ ‫ﺉ‬
‫ﻣ ﹺﺮ ﹴ‬ ‫ﹸﻛ ﱡﻞ ﺍ‬
‫ﻪ‬ ‫ﻠ‬‫ﻌ‬ ‫ﻧ‬ ‫ﻙ‬ ‫ﺍ‬‫ﺷﺮ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻰ‬‫ﺩﻧ‬ ‫ﺕ ﹶﺃ‬
 ‫ﻮ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺍﹾﻟ‬‫ﻭ‬

81
“Setiap orang menjadi pembela keluarganya, sedangkan kematian lebih
dekat dari kedua sandalnya”

c. Nafadz dhammah :

# ‫ﻲ‬ ‫ﺘ‬‫ﻤ‬ ‫ﻴ‬‫ﻘ‬ ‫ﻲ ﹺﺑ‬ ‫ﻟ‬‫ﻲ ﹶﺃﻏﹶﺎ‬ ‫ﻋﹺﻨ‬ ‫ﺩ‬ ‫ﻲ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺋ‬‫ﺎ ﹶﻻ‬‫ﹶﻓﻴ‬
‫ﻪ‬ ‫ﻧ‬‫ﻮ‬ ‫ﻨ‬‫ﺴ‬
ِ‫ﺤ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﺎ‬‫ﺱ ﻣ‬
‫ﺎ ﹺ‬‫ﻤ ﹸﺔ ﹸﻛ ﹼﻞ ﺍﻟﻨ‬ ‫ﻴ‬‫ﻘ‬ ‫ﹶﻓ‬

“Wahai orang yang mencaciku, biarkanlah aku mengangkat harga diriku,


karena harga diri tiap-tiap orang itu terletak pada apa yang dianggap baik”

5. Majrâ, ialah harakah rawi muthlaq.


Contoh-contoh :
a. Majrâ fathah :

# ‫ﺅ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺎ ﺍ‬‫ﻧﻴ‬‫ﺪ‬ ‫ﻰ ﺍﻟ‬‫ﺪ ﻓ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﺍ‬‫ﺲ ﺑﹺﺎﻟﺰ‬


 ‫ﻴ‬‫ﹶﻟ‬
‫ﺎ‬‫ﺮﹶﻗﻌ‬ ‫ﻬﻮﹺﻯ ﺍﻟ‬ ‫ﻳ‬‫ﻭ‬ ‫ﻑ‬
 ‫ﻮ‬ ‫ﺼ‬
 ‫ﺲ ﺍﻟ‬
 ‫ﺒ‬‫ﻳ ﹾﻠ‬
“Bukanlah orang zuhud di dunia, seseorang yang memakai wool dan
menmyukai tambal-tambalan”

b. Majrâ kasrah :

‫ﺎ ﹺﻝ‬‫ﺰ ﹺﺑﻐ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﺎ ﺍﹾﻟ‬‫ﻊ ﹶﻓﻤ‬ ‫ــ‬#‫ــ‬‫ﺎ ﹺﺑﻴ‬‫ﺰ ﹺﺑﻤ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﺘ ﹺﺮ ﺍﹾﻟ‬‫ﺷ‬ ‫ﺍ‬
“Belilah kehormatan itu dengan barang jualan, karena kehormatan itu
tidak mahal”

c. Majrâ dhammah :

# ‫ﺎ‬‫ﻧﻬ‬‫ﺍﹾﻟﹺﺒﻄﹶﺎﹶﻟ ﹶﺔ ﹺﺇ‬‫ﺳ ﹶﻞ ﻭ‬ ‫ﺘﻜﹶﺎ‬‫ﻉ ﺍﻟ‬


‫ﺩ ﹺ‬ ‫ﻭ‬
‫ﻊ‬ ‫ﻨ‬‫ﻤ‬ ‫ﻳ‬‫ﻭ‬ ‫ﺵ‬
‫ﺎ ﹺ‬‫ﻤﻌ‬ ‫ﻋ ﹺﻦ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﻕ‬
 ‫ﻮ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﺐ‬
 ‫ﺒ‬‫ﺳ‬
“Jauhilah malas dan menganggur, karena hal itu merupakan penyebab
terlambat dan terhalangnya penghidupan”

6. Taujîh, ialah harakah huruf yang sebelum rawi muqayyad


Contoh-contoh :
a. Taujîh fathah :

# ‫ﻲ‬ ‫ﺘ‬‫ﻤ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻋﻠﹶﻰ ﹺﻧ‬ ‫ﻲ‬ ‫ﻟ‬ ‫ﺍ‬‫ﺳﺪ‬ ‫ﺎ‬‫ﺎ ﺣ‬‫ﹶﺍﻳ‬
‫ﺏ‬
 ‫ﺩ‬ ‫ﺕ ﺍ َﻷ‬
 ‫ﺳ ﹾﺄ‬ ‫ﻦ ﹶﺃ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻋﻠﹶﻰ‬ ‫ﻱ‬
 ‫ﺪ ﹺﺭ‬ ‫ﺗ‬‫ﹶﺃ‬
“Wahai pendengki terhadap ni’matku, tahukah kamu kesopanan orang
yang kamu jahati?”

b. Taujîh kasrah :

82
# ‫ﻢ‬ ‫ﻘ‬ ‫ﺘ‬‫ﺳ‬ ‫ﺪ ﹶﻛﺎ‬ ‫ﻴ‬‫ﻔ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻆ‬
‫ﺎ ﹶﻟ ﹾﻔ ﹲ‬‫ﻣﻨ‬ ‫ﻼ‬
‫ﹶﻛ ﹶ‬
‫ﻢ‬ ‫ﻠ‬‫ﻑ ﺍﹾﻟ ﹶﻜ‬
 ‫ﺮ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻌ ﹲﻞ ﹸﺛ‬ ‫ﻓ‬‫ﻭ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﺳ‬ ‫ﺍ‬‫ﻭ‬
“Kalam menurut kita adalah lafazh yang berfaidah seperti ungkapan ‫ﻢ‬
 ‫ﻘ‬ ‫ﺘ‬‫ﺳ‬ ‫ﺍ‬
sedangkan ism, fi’il dan harf disebut kalim”

c. Taujîh dhammah :

# ‫ﻣ ﹺﺮ‬ ‫ﺎ‬‫ﻋﻠﹶﻰ ﻋ‬ ‫ﺎ‬‫ﻮﻣ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﺎ‬‫ﺭﻧ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﹺﺇ ﹾﻥ ﹸﻗ‬


‫ﻢ‬ ‫ﻪ ﹶﻟ ﹸﻜ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﻧ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻪ ﹶﺃ‬ ‫ﻨ‬‫ﻣ‬ ‫ﻒ‬
 ‫ﺼ‬
 ‫ﺘ‬‫ﻨ‬‫ﻧ‬
“Jika pada suatu hari kami ditakdirkan kepada ‘Amir, niscaya kami
berlaku adil terhadapnya atau kami membiarkan dia untukmu”

RANGKUMAN
Qâfiyah ialah huruf-huruf yang terdapat di ujung bait syi’ir yang terdiri dari huruf
akhir yang mati di ujung bait sampai dengan huruf hidup sebelum huruf mati. Qâfiyah
itu dapat terjadi pada sebagian kata, satu kata, atau pada dua kata.

TUGAS TERSTRUKTUR
Jelaskan perbedaan antara nama-nama huruf qâfiyah dan harakah qâfiyah

BAB XV
AL-QAWÂFÎ II

TUJUAN
Setelah mengikuti perkuliahan ini diharapkan mahasiswa mengetahui nama-nama
qâfiyah, noda-nodanya dan macam-macam sinâd.

BAHASAN
A. Nama-nama qâfiyah
Nama-nama qâfiyah ada 5 macam
1. Mutakâwis, ialah setiap qâfiyah yang di antara kedua huruf matinya terdapat
empat huruf hidup. Contoh :

83
‫ﺮ‬ ‫ﺠﹺﺒ‬
 ‫ﻪ ﹶﻓ‬ ‫ﻦ ﺍﻹِﻟ‬ ‫ﻳ‬‫ﺪ‬ ‫ﺮ ﺍﻟ‬ ‫ﺒ‬‫ﺟ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﹶﻗ‬
“Allah telah mengatur agama, maka teraturlah agama itu”

2. Mutarâkib, ialah setiap qâfiyah yang di antara kedua huruf matinya terdapat
tiga huruf hidup. Contoh :

# ‫ﺖ‬
 ‫ﻬﹶﻠ‬ ‫ﺟ‬ ‫ﺎ ﹺﺇﺫﹶﺍ‬‫ﺪﻫ‬ ‫ﺷ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺍ‬‫ﺲ ﻭ‬
 ‫ﻨ ﹾﻔ‬‫ﺒ ﹺﺮ ﺍﻟ‬‫ﺻ‬
 ‫ﻭ‬
‫ﺎ‬‫ﻧ ﹺﻬﻤ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﺗ ﹸﻜ‬ ‫ﺎ ﹶﻻ‬‫ﺎﻣ‬‫ﺕ ﹶﻃﻌ‬
 ‫ﺮ‬ ‫ﻀ‬
 ‫ﺣ‬ ‫ﻭﹺﺇ ﹾﻥ‬

“Sabarkanlah dirimu, dan ajarilah ia manakala tidak tahu, jika dihadapkan


kepada makanan jangan rakus”

3. Mutadârik, ialah setiap qâfiyah yang di antara kedua huruf matinya terdapat
dua huruf hidup. Contoh :

‫ﻂ‬
‫ﻐﹶﻠ ﹾ‬ ‫ﺑ ﹶﺔ ﺑﹺﺎﹾﻟ‬‫ﺎ‬‫ﻪ ﺍ ِﻹﺻ‬ ‫ﻨ‬‫ﻣ‬ # ‫ﺖ‬
 ‫ﺧﹶﻠ‬ ‫ﻙ ﹺﺇﺫﹶﺍ‬ ‫ﺎ‬‫ﺢ ﹶﺃﺧ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺎ‬‫ﺳ‬
“Maafkanlah saudaramu jika tidak ada yang benar dari padanya dengan
berbuat kesalahan”

4. Mutawâtir, ialah setiap qâfiyah yang di antara kedua huruf matinya terdapat
satu huruf hidup. Contoh :

# ‫ﺍ‬‫ﺨﺮ‬ ‫ﺻ‬  ‫ﺲ‬ ‫ﻤ ﹺ‬ ‫ﺸ‬


 ‫ﻉ ﺍﻟ‬
 ‫ﻮ‬ ‫ﻲ ﹸﻃﹸﻠ‬ ‫ﺮﹺﻧ‬ ‫ﻳ ﹶﺬ ﹼﻛ‬
‫ﺲ‬
‫ﻤ ﹺ‬ ‫ﺷ‬ ‫ﺐ‬
‫ﻴ ﹺ‬‫ﻐ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻩ ﹺﺑ ﹸﻜ ﹼﻞ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻭﹶﺃ ﹾﺫ ﹸﻛ‬

“Terbitnya matahari mengingatkan aku terhadap Sakhr, aku biasa


mengingatnya setiap terbenam matahari”

5. Mutarâdif, ialah setiap qâfiyah yang kedua huruf matinya bertemu (tidak
terhalang oleh huruf hidup). Contoh :

‫ﺭ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﺎ ﺍﻟ‬‫ﺘﻬ‬‫ﺤ‬


 ‫ﻣ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﺑ‬‫ﺯ‬ ‫ﻡ‬ ‫ ﹶﺃ‬# ‫ﺕ‬
 ‫ﺮ‬ ‫ﻢ ﹶﺃ ﹾﻗ ﹶﻔ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺍ‬‫ﻩ ﺩ‬ ‫ﺬ‬ ‫ﻫ‬
“Apakah ini kampung mereka yang sudah lapuk atau tulisan yang telah
lenyap karena lamanya zaman”
B. Noda-noda qâfiyah
Ada 7 macam yang menodai qâfiyah :
1. Îthâ, ialah mengulangi kata rawi, baik lapalnya maupun maknanya dalam dua
bait berturut-turut dari suatu qashîdah. Contoh :

# ‫ﺔ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻠ‬‫ﻣ ﹾﻈ‬ ‫ﺎ َﺀ‬‫ﺮﺳ‬ ‫ﺧ‬ ‫ﻲ‬ ‫ﻓ‬ ‫ﺖ‬


 ‫ﻴ‬‫ﺒ‬‫ﻊ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﺿ‬
 ‫ﺍ‬‫ﹸﺃﻭ‬

84
‫ﻱ‬
 ‫ﺎ ﹺﺭ‬‫ﺎ ﺍﻟﺴ‬‫ﻱ ﹺﺑﻬ‬
 ‫ﺴ ﹺﺮ‬
 ‫ﻳ‬ ‫ﺮ ﹶﻻ‬ ‫ﻴ‬‫ﻌ‬ ‫ﺪ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﻴ‬‫ﺗ ﹶﻘ‬
# ‫ﺎ‬‫ﻢ ﹺﺑﻬ‬ ‫ﺽ ﹶﺃﹶﻟ‬ ‫ﺭ ﹴ‬ ‫ﻦ ﹶﺃ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﺯ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺾ ﺍﻟ‬
 ‫ﻔ‬ ‫ﺨ‬
 ‫ﻳ‬ ‫ﹶﻻ‬
‫ﻱ‬
 ‫ﺎ ﹺﺭ‬‫ﻪ ﺍﻟﺴ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﺎ‬‫ﺼﺒ‬
 ‫ﻣ‬ ‫ﻋﻠﹶﻰ‬ ‫ﻀ ﱡﻞ‬
 ‫ﻳ‬ ‫ﻭ ﹶﻻ‬
“Aku membangun rumah di tanah kosong yang gelap, pengikat keledai, tidak
ada yang lewat di malam hari.
Tidak ada suara yang pelan di tanah yang menyakitkan itu. Orang yang mau
lewat malam harus membawa pelita”
Yang menjadi contoh adalah kata : ‫ﻱ‬
 ‫ﺎ ﹺﺭ‬‫ﺍﻟﺴ‬

2. Tadhmîn, ialah mengaitkan qâfiyah bait kepada bait berikutnya. Contoh :

# ‫ﻴ ﹺﻢ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﻋﻠﹶﻰ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺠﻔﹶﺎ‬


‫ﻭﺍ ﺍﹾﻟ ﹺ‬‫ﺭﺩ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﻭ‬
‫ﻲ‬ ‫ﻧ‬‫ﻅ ﹶﺃ‬
 ‫ﻋﻜﹶﺎ‬ ‫ﻮ ﹺﻡ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﺏ‬
 ‫ﺎ‬‫ﺻﺤ‬
 ‫ﻢ ﹶﺃ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﻭ‬
# ‫ﺕ‬  ‫ﺩﻗﹶﺎ‬ ‫ﺎ‬‫ﻦ ﺻ‬ ‫ﻃ‬ ‫ﺍ‬‫ﻣﻮ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﺕ ﹶﻟ‬
 ‫ﺪ‬ ‫ﺷ ﹺﻬ‬
‫ﻲ‬ ‫ﻨ‬‫ﻣ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﺴ ﹺﻦ ﺍﻟ ﱠﻈ‬
‫ﺤ‬ ‫ﻢ ﹺﺑ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﺪ ﹶﻥ ﹶﻟ‬ ‫ﺷ ﹺﻬ‬
“Mereka (Bani Asad) mendatangi air Jifar milik Bani Tamim. Mereka adalah
penghuni pasar ‘Ukazh. Aku bersaksi, bawa mereka memiliki negeri yang sah,
mereka pun mengakui dugaanku yang baik kepadanya”
Yang menjadi contoh adalah mengaitkan kata ( ‫ﻲ‬
 ‫ﻧ‬‫ ) ﹶﺃ‬kepada ‫ﺕ‬
 ‫ﺪ‬ ‫ﺷ ﹺﻬ‬ .

3. Iqwâ’, ialah adanya perbedaan di dalam majrâ (harakah rawi) antara harakah
kasrah dan dhammah. Contoh :

# ‫ﺼ ﹺﺮ‬
 ‫ﻦ ﹶﻗ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻮ ﹴﻝ‬ ‫ﻦ ﹸﻃ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻮ ﹺﻡ‬ ‫ﺱ ﺑﹺﺎﹾﻟ ﹶﻘ‬
 ‫ﺑ ﹾﺄ‬ ‫ﹶﻻ‬
‫ﻴ ﹺﺮ‬‫ﻓ‬‫ﺎ‬‫ﻌﺼ‬ ‫ﻡ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﻼ‬
‫ﺣ ﹶ‬ ‫ﻭﹶﺃ‬ ‫ﺎ ﹺﻝ‬‫ﻢ ﺍﹾﻟﹺﺒﻐ‬ ‫ﺴ‬
 ‫ﹺﺟ‬
# ‫ﻪ‬ ‫ﻓﹸﻠ‬‫ــﺎ‬‫ﻑ ﹶﺃﺳ‬  ‫ﻮ‬ ‫ﺟ‬ ‫ﺐ‬
 ‫ﺼ‬
 ‫ﻢ ﹶﻗ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻧ‬‫ﹶﻛﹶﺄ‬
‫ﺮ‬ ‫ﻴ‬‫ﺻ‬ ‫ﺎ‬‫ﻪ ﺍ َﻷﻋ‬ ‫ﻴ‬‫ﻓ‬ ‫ﺖ‬ ‫ﺨ‬  ‫ﻧ ﹶﻔ‬ ‫ﺐ‬
 ‫ﻣﹶﺜ ﱠﻘ‬
“Tidak apa-apa bagi kaum itu, baik yang tinggi atau yang pendek, berbadan
seperti keledai dan berpikiran seperti burung pipit.
Mereka seolah-olah seruas kayu yang berlubang, di bawahnya terlubangi
pula, ditiup oleh angin puyuh besar”

Yang menjadi contoh adalah harakah pada huruf ( ‫ ) ﺭ‬yaitu pada bait pertama

berharakah kasrah ( ‫ﻴ ﹺﺮ‬ ‫ﻓ‬‫ﺎ‬‫ﻌﺼ‬ ‫ ) ﺍﹾﻟ‬sedangkan pada bait kedua berharakah dhammah

( ‫ﺮ‬ ‫ﻴ‬ ‫ﺻ‬


 ‫ﺎ‬‫) ﺍ َﻷﻋ‬

4. Ishrâf, ialah adanya perbedaan di dalam majrâ (harakah rawi) antara harakah
fathah dengan dhammah atau antara harakah fathah dengan kasrah. Contoh:

85
a. Perbedaan di dalam majrâ antara harakah fathah dengan harakah
dhammah :

# ‫ﻴﻰ‬‫ﺤ‬  ‫ﻳ‬ ‫ﻡ‬ ‫ﻼ‬ ‫ﺖ ﹶﻛ ﹶ‬


 ‫ﻌ‬ ‫ﻨ‬‫ﻣ‬ ‫ﻚ ﹺﺇ ﹾﻥ‬
 ‫ﺘ‬‫ﻳ‬‫ﺭ‬ ‫ﹶﺃ‬
‫ﺒﻜﹶﺎ َﺀ‬‫ﻰ ﺍﹾﻟ‬‫ﺤﻴ‬
 ‫ﻳ‬ ‫ﻋﻠﹶﻰ‬ ‫ﻲ‬ ‫ﻌﹺﻨ‬ ‫ﻨ‬‫ﻤ‬ ‫ﺗ‬‫ﹶﺃ‬
# ‫ﺩ‬ ‫ﺎ‬‫ﺳﻬ‬ ‫ﻰ‬‫ﺤﻴ‬  ‫ﻳ‬ ‫ﻋﻠﹶﻰ‬ ‫ﻲ‬ ‫ﻓ‬‫ﺮ‬ ‫ﻲ ﹶﻃ‬ ‫ﻔ‬ ‫ﹶﻓ‬
‫ﻼ ُﺀ‬
‫ﺒ ﹶ‬‫ﻰ ﺍﹾﻟ‬‫ﺤﻴ‬
 ‫ﻳ‬ ‫ﻋﻠﹶﻰ‬ ‫ﻲ‬ ‫ﻲ ﹶﻗ ﹾﻠﹺﺒ‬ ‫ﻓ‬‫ﻭ‬

“Ceritakanlah, manakala engkau melarangku menangisi Yahya.


Mataku selalu berjaga untuk Yahya dan hatiku selalu gelisah karenanya”

Yang menjadi contoh adalah harakah pada huruf ( ‫ ) ﺀ‬yaitu pada bait

pertama berharakah fathah ( ‫ﺒﻜﹶﺎ َﺀ‬‫ ) ﺍﹾﻟ‬sedangkan pada bait kedua berharakah

dhammah ( ‫ﻼ ُﺀ‬
‫ﺒ ﹶ‬‫) ﺍﹾﻟ‬

b. Perbedaan di dalam majrâ antara harakah fathah dengan harakah kasrah :

# ‫ﻴﻠﹶﻰ‬‫ﺑ ﹺﻦ ﹶﻟ‬‫ﻋﻠﹶﻰ ﺍ‬ ‫ﺕ‬


 ‫ﺩ‬ ‫ﺩ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﻲ‬ ‫ﺮﹺﻧ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﹶﺃﹶﻟ‬
‫ﺍ َﺀ‬‫ﺖ ﺍ َﻷﺩ‬  ‫ﺠ ﹾﻠ‬
 ‫ﻌ‬ ‫ﻪ ﹶﻓ‬ ‫ﺘ‬‫ﺤ‬
 ‫ﻴ‬‫ﻣﹺﻨ‬
# ‫ﺎ‬‫ﺘﻨ‬‫ﺗ‬‫ﺎ ﹶﺃ‬‫ﻪ ﹶﻟﻤ‬ ‫ﺗ‬‫ــــﺎ‬‫ﻟﺸ‬ ‫ﺖ‬
 ‫ﻭﹸﻗ ﹾﻠ‬
‫ﺍ ِﺀ‬‫ﺓ ﹺﺑﺪ‬ ‫ﺎ‬‫ﻦ ﺷ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﷲ‬ ُ ‫ﻙ ﺍ‬ ‫ﺎ‬‫ﺭﻣ‬
“Tidakkah engkau lihat aku pulang pergi ke puteranya Ny. Laila?
Hadiahnya aku kembalikan dengan cepat.
Aku katakan pada kambingnya ketika datang kepadaku: Semoga Allah
menghilangkan penyakit kambing itu”

Yang menjadi contoh adalah harakah pada huruf ( ‫ ) ﺀ‬yaitu pada bait

pertama berharakah fathah ( ‫ﺍ َﺀ‬‫ﻷﺩ‬


َ ‫ ) ﺍ‬sedangkan pada bait kedua berharakah

kasrah ( ‫ﺍ ِﺀ‬‫) ﹺﺑﺪ‬

5. Ikfâ, ialah adanya perbedaan di dalam rawi antara huruf-huruf yang


berdekatan makhrajnya, seperti huruf lâm dengan huruf nûn. Contoh :

‫ﻴ ﹾﻞ‬‫ﺪ ﺍﻟﱠﻠ‬ ‫ﺧ‬ ‫ﻋﻠﹶﻰ‬ ‫ﻭ ﱠﻃﺎ ٍﺀ‬ ‫ﺕ‬  ‫ﺎ‬‫ﺑﻨ‬


‫ﻦ‬ ‫ﻴ‬‫ﻧ ﹶﻘ‬‫ﺎ ﹶﺃ‬‫ﻼ ﻣ‬
‫ﻤ ﹰ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻴ‬‫ﻜ‬ ‫ﺸ‬
 ‫ﻳ‬ ‫ﹶﻻ‬
“Para pejalan yang lewat malam itu, tidak mengeluh tentang perbuatan yang
menggemukkan”

86
6. Ijâzah, ialah adanya perbedaan di dalam rawi antara huruf-huruf yang
berjauhan makhrajnya, seperti huruf lâm dengan huruf mîm. Contoh :

# ‫ﻚ‬  ‫ﻟ‬‫ﺎ‬‫ﻡ ﻣ‬ ‫ﻦ ﹸﺍ‬ ‫ﺗ ﹸﻜ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻯ ﹺﺇ ﹾﻥ ﹶﻟ‬‫ﺗﺮ‬ ‫ﻫ ﹾﻞ‬ ‫ﹶﺍ ﹶﻻ‬
‫ﻴ ﹸﻞ‬‫ﻠ‬‫ﻱ ﹶﺃ ﱠﻥ ﺍﹾﻟ ﹶﻜﻔﹶﺎ َﺀ ﹶﻗ‬
 ‫ﺪ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻚ‬
 ‫ﻤ ﹾﻠ‬ ‫ﹺﺑ‬
# ‫ﻏ ﹾﻠ ﹶﻈ ﹶﺔ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺟﻔﹶــﺎ ًﺀ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﻴ‬‫ﻴﹶﻠ‬‫ﻠ‬‫ﺧ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺭﺃﹶﻯ‬
‫ﻢ‬ ‫ﻴ‬‫ﻣ‬ ‫ﺹ ﹶﺫ‬
 ‫ﻮ‬ ‫ﻉ ﺍﹾﻟ ﹸﻘﹸﻠ‬
 ‫ﺎ‬‫ﺒﺘ‬‫ﻳ‬ ‫ﻡ‬ ‫ﹺﺇﺫﹶﺍ ﻗﹶﺎ‬
“Ingatlah! Tahukah kamu jika ibunda raja tidak berada dalam kekuasaanku?
sesungguhnya keseimbangan itu sedikit.
Ia melihat dari dua kekasihnya kebengisan dan kekasaran, jika anak untanya
mau dijual, dicerca”

7. Sinâd, ialah adanya perbedaan dalam huruf dan harakah yang sebelum rawi.
Contoh :

# ‫ﺖ‬  ‫ﺤ‬  ‫ﺒ‬‫ﺻ‬ ‫ﺎ ﹶﻓﹶﺄ‬‫ﻠﻴ‬‫ﺑ‬ ‫ﺎ‬‫ﻨﻬ‬‫ﻣ‬ ‫ﺍ‬‫ﺩﻭ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻢ ﹶﻃ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﻭ‬
‫ﺋ ﹺﺮ‬‫ﻣ ﹶﺔ ﻏﹶﺎ‬ ‫ــﺎ‬‫ﺗﻬ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺩ‬ ‫ﺍ‬‫ﻲ ﹺﺑﻮ‬ ‫ﻠ‬‫ﺑ‬
# ‫ﺎ‬‫ﻋ ﹶﺔ ﹸﻛﹼﻠﻬ‬ ‫ـﺎ‬‫ﻦ ﹸﻗﻀ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺎ‬‫ﻮﻫ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻨ‬‫ﻣ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﻭ‬
‫ﻭ ﹺﺭ‬ ‫ﺎ‬‫ﺘﻐ‬‫ﺪ ﺍﻟ‬ ‫ﻨ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﺍ ِﺀ‬‫ﻤﺮ‬ ‫ﺤ‬
 ‫ﻀ ﹺﺮ ﺍﹾﻟ‬
 ‫ﻣ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻭ‬
“Mereka menolak kabilah Baliyya dari arus masuknya kurma, sehingga
kabilahku Baliyya berada di lembah yang dalam di negeri Tihamah
Mereka pun menolak arus tersebut dari Qudha’ah semuanya, juga dari
Mudhar al-Hamra, ketika arus itu mau masuk”

C. Macam-macam Sinâd
Sinâd itu ada yang berhubungan dengan huruf, dan ada pula yang
berhubungan dengan harakah.
Adapun sinâd yang berhubungan dengan huruf terdiri dari 2 macam, yaitu :
1. Sinâd ridf, ialah adanya ridf pada suatu bait, sedangkan pada bait yang lainnya
tidak ada. Contoh :

# ‫ﻼ‬ ‫ﺳ ﹶ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺔ‬ ‫ﺟ‬ ‫ﺎ‬‫ﻲ ﺣ‬ ‫ﻓ‬ ‫ﺖ‬
 ‫ﻨ‬‫ﹺﺇﺫﹶﺍ ﹸﻛ‬
‫ﻪ‬ ‫ﺻ‬
 ‫ﻮ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﻭ ﹶﻻ‬ ‫ﺎ‬‫ﻴﻤ‬‫ﻜ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﺳ ﹾﻞ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﹶﻓﹶﺄ‬
# ‫ﻯ‬‫ﺘﻮ‬‫ﻚ ﺍﻟ‬
 ‫ﻴ‬‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺏ ﹶﺃ‬
 ‫ﺎ‬‫ﻭﹺﺇ ﹾﻥ ﻧ‬
‫ﻪ‬ ‫ﺼ‬
 ‫ﻌ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﻭ ﹶﻻ‬ ‫ﺎ‬‫ﻴﺒ‬‫ﺭ ﹶﻟﹺﺒ‬ ‫ــﺎ ﹺﻭ‬‫ﹶﻓﺸ‬
“Jika anda mau mengemukakan kebutuhan, maka sampaikanlah pada hakim,
jangan berwasiat.
Apabila nasi sudah menjadi bubur, maka bermusyawarahlah dengan orang
yang bijak, jangan menentang”

87
2. Sinâd ta’sîs, ialah adanya ta’sîs pada suatu bait, sedangkan pada bait yang
lainnya tidak ada. Contoh :

‫ﻲ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺳﹶﻠ‬ ‫ﻢ ﺍ‬ ‫ﻲ ﹸﺛ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺳﹶﻠ‬ ‫ﻴ ﹶﺔ ﺍ‬‫ﻣ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺍ‬‫ﺎ ﺩ‬‫ﻳ‬
‫ﺎﹶﻟ ﹺﻢ‬‫ﻣ ﹸﺔ ﻫﺬﹶﺍ ﺍﹾﻟﻌ‬ ‫ﺎ‬‫ﻑ ﻫ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﻨ‬‫ﺨ‬  ‫ﹶﻓ‬
“Wahai negeri Miyah, selamatlah, selamatlah!
Khindaf adalah wanita yang paling penting di dunia ini”

Adapun sinâd yang berhubungan dengan harakah terdiri dari 3 macam, yaitu :
1. Sinâd hadzwu, ialah adanya perbedaan di dalam harakah huruf yang sebelum
ridf. Contoh :
‫ﻴ ﹺﻦ‬‫ﻋ‬ ‫ﻮ ﹸﻥ‬ ‫ﻴ‬‫ﻋ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻧ‬‫ﻮ‬ ‫ﻴ‬‫ﻋ‬ ‫ ﹶﻛﹶﺄ ﱠﻥ‬# ‫ﺍ ﹺﺭ‬‫ﺟﻮ‬ ‫ﻋﻠﹶﻰ‬ ‫ﺎ ُﺀ‬‫ﺨﺒ‬
 ‫ﺞ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﻟ‬‫ﺪ ﹸﺃ‬ ‫ﹶﻟ ﹶﻘ‬

‫ﻴ ﹺﻦ‬‫ﻮ ﹺﻡ ﹶﻏ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻲ‬ ‫ﻓ‬ ‫ﻣ ﹰﺔ‬ ‫ﺎ‬‫ﺣﻤ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﻳ‬‫ﺗ ﹺﺮ‬ # ‫ﺏ‬
‫ﻋﻘﹶﺎ ﹺ‬ ‫ﻲ‬ ‫ﺘ‬‫ﻴ‬‫ﻓ‬‫ﺎ‬‫ﻦ ﺧ‬ ‫ﻴ‬‫ﺑ‬ ‫ﻲ‬ ‫ﻧ‬‫ﹶﻛﹶﺄ‬

“Mantel bulu itu dipakaikan kepada para gadis, mata mereka seolah-olah
mata sapi liar.
Aku seakan-akan berada di antara dua ujung sayap burung elang yang mau
menyambar merpati pada suatu hari yang mendung”

2. Sinâd isyba’, ialah adanya perbedaan di dalam harakah dakhîl. Contoh :

# ‫ﺖ‬  ‫ﺤ‬  ‫ﺒ‬‫ﺻ‬


 ‫ﺎ ﹶﻓﹶﺄ‬‫ﻠﻴ‬‫ﺑ‬ ‫ﺎ‬‫ﻨﻬ‬‫ﻣ‬ ‫ﺍ‬‫ﺩﻭ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻢ ﹶﻃ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﻭ‬
‫ﺋ ﹺﺮ‬‫ﻣ ﹶﺔ ﻏﹶﺎ‬ ‫ــﺎ‬‫ﺗﻬ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺩ‬ ‫ﺍ‬‫ﻲ ﹺﺑﻮ‬ ‫ﻠ‬‫ﺑ‬
# ‫ﺎ‬‫ﻋ ﹶﺔ ﹸﻛﹼﻠﻬ‬ ‫ـﺎ‬‫ﻦ ﹸﻗﻀ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺎ‬‫ﻮﻫ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻨ‬‫ﻣ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﻭ‬
‫ﻭ ﹺﺭ‬ ‫ﺎ‬‫ﺘﻐ‬‫ﺪ ﺍﻟ‬ ‫ﻨ‬‫ﻋ‬ ‫ﺍ ِﺀ‬‫ﻤﺮ‬ ‫ﺤ‬
 ‫ﻀ ﹺﺮ ﺍﹾﻟ‬
 ‫ﻣ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻭ‬
“Mereka menolak kabilah Baliyya dari arus masuknya kurma, sehingga
kabilahku Baliyya berada di lembah yang dalam di negeri Tihamah
Mereka pun menolak arus tersebut dari Qudha’ah semuanya, juga dari
Mudhar al-Hamra, ketika arus itu mau masuk”

3. Sinâd taujîh, ialah adanya perbedaan di dalam harakah huruf yang sebelum
rawi muqayyad. Contoh :

‫ﻕ‬
 ‫ﺮ‬ ‫ﺘ‬‫ﺨ‬
 ‫ﻤ‬ ‫ﺎﻭﹺﻯ ﺍﹾﻟ‬‫ﻕ ﺧ‬ ‫ﺎ ﹺ‬‫ﻋﻤ‬ ‫ﺗ ﹺﻢ ﺍ َﻷ‬‫ﻭﻗﹶﺎ‬
‫ﻖ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺤ‬
 ‫ﻰ ﺍﹾﻟ‬‫ﺍﻋ‬‫ﺲ ﺑﹺﺎﻟﺮ‬  ‫ﻴ‬‫ﻰ ﹶﻟ‬‫ﺷﺘ‬ ‫ﻒ‬  ‫ﹶﺃﱠﻟ‬
‫ﻖ‬ ‫ﺤ‬
‫ﺴ‬ ‫ﺑ ﹺﻊ ﺍﻟ‬‫ﺮ‬ ‫ﺷﺬﹶﺍ ﺍﻟ‬ ‫ﺎ‬‫ﻨﻬ‬‫ﻋ‬ ‫ﺑ ﹰﺔ‬‫ﺷﺬﱠﺍ‬
“Banyak tempat yang di dalamnya gelap, jalannya sunyi.
Yang punya keledai itu menghimpun keledai-keledainya yang bercerai-berai.
Ia bukanlah penggembala yang pandir.

88
Ia sering melepas keledainya dari penyakit yang berasal dari keledai yang
berada di tempat yang jauh.

RANGKUMAN
1. Nama-nama qâfiyah ada 5 macam, yaitu mutakâwis, mutarâkib, mutadârik,
mutawâtir dan mutarâdif.
2. Yang menodai qâfiyah ada 7 macam, yaitu îthâ, tadhmîn, iqwâ’, ishrâf, ikfâ, ijâzah
dan sinâd.

TUGAS TERSTRUKTUR
1. Jelaskan perbedaan dari nama-nama qâfiyah berikut contoh masing-masing!
2. Jelaskan ketujuh macam yang menodai qâfiyah berikut contoh masing-masing!
3. Jelaskan macam-macam sinâd!

DAFTAR PUSTAKA
Abdullah Darwisy, (1967). Dirâsât fi al-‘Arûdh wa al-Qâfiyah, Bagdad
Abdur Rahman al-Sayid, (1979). Al-‘Arûdh wa al-Qâfiyah, Dâr al-Nahdhah al-
‘Arabiyah,
Ahmad al-Hasyimi,( 1979) Mîzân al-Dzahab, Cairo.
Almawardi, (1965) Al-‘Arûdh al-Wâdhihah, Bukit Tinggi.
Ibrahim Ali Abu Al-Khasyab, (1979) Bughyah al-Mustafîd min al-‘Arûdh al-Jadîd,
Dâr al-Ma’arif.
Muhammad Badwi Makhtum, (1977) Dirâsât Nazhariyyah wa Tathbîqiyyah fî ‘Ilmi
al-Sharfi wa al-‘Arûdh, Cairo.

89

Вам также может понравиться