Вы находитесь на странице: 1из 9

ASUPAN GIZI SEBAGAI FAKTOR RESIKO

PENYAKIT INFARK MIOKARD AKUT


DI RUMAH SAKIT SANGLAH DENPASAR

P P Sri Suglanll , Hamam Hadl2, I D P Pramantara~ .- -

ABSTRACT
endapan lemak. trombosit, makrofag dan sel-sel
Background: Coronary heart disease especially acute darah putih lainnya diseluruh kedalaman tunika
myocardialinfarction (AMI) is one of the main cause of intima (Iapisan sel endotel) dan akhirnya ke tunika
death even in the developing countries. Coronary heart
diseasehas been reported to be associated with high media (Iapisan otot polos). Arteri yang paling sering
intakesof some nutrients. terkena adalah arteri koroner, aorta. dan arteri-arteri
Objective: the study conducted to understand the role of serebrum. IMA merupakan manifestasi klinis dari
nutrientintake as risk factors of AMI in Sanglah Hospital, Penyakit Jantung Koroner (PJK) (1).
Oenpasar Saat ini PJK sudah menjadi masalah kesehatan
Methods: A case control study was conducted in district
yang cukup serius di negara maju.juga di Indonesia.
of Oenpasarin 2003. Cases were people who had AMI
andhospitalizedin Sanglah Hospital. Each case had two Oi Amerika Serikat (USA) dan negara Eropa. 1/3-}'2
controlsone of which was hospitalized patient with no kematian disebabkan oleh penyakit jantung dan
AMIandthe second was taken from the case-neighboring 70% nya disebabkan oleh PJK. Pada beberapa
household. Controls were sex-and-age matched with penelitian klinik dan epidemiologik yang dilakukan
cases.Dataon nutrient intakes of cases and controls were
di Indonesia menunjukkan peningkatan insidensi
collectedusingfood frequency questionnaire (FFQ).Data
of/ipidsprofile were collected by a chemical analyst. Data PJK (2).
on nutrientintakes were analised using food processor /I Menurut Survey Kesehatan Rumah Tangga
(FPII). Multiple logistic regression models were used to (SKRT) penyebab kematian akibat penyakit jantung
examinewhethernutrient intakes were risk factors of AMI
dan pembuluh darah terus meningkat, dari ranking
Result:this study showed that people who had energy
intakefromfat more than 30% of the total energy were 12 sebelas pada tahun 1957 (1-3%) menjadi ranking
times (OR=12. 95 % CI: 2.71 - 53) more likely to have empat tahun 1980 (5,2%). ranking kedua tahun 1986
AMI than those with energy intake < 30%. People with (9.77%). ranking pertama tahun 1992 (16,4%) dan
high natrium intake were 9 times (OR=9. 95% CI= 1.8- tahun 1995 (18,9%) (3).
43.4)morelikely to have AMI than those with low natrium Oari laporan tahunan di Rumah Sakit Umum
intake.People with LDUHDL ratio more than 3 were 7
times(OR=7. 95% CI= 1.4 - 3.7) more likely to have AMI
Pusat Sanglah Oenpasar tahun 2001. penyakit
thanthose with LDUHDL ratio less than 3. jantung menduduki urutan ke lima dan tahun 2002
menempati urutan kedua penyebab kematian
Conclusion: High fat and natrium intakes and high LDU penderita yang dirawat. Peningkatan penderita IMA
HOL ratio appeared to be risk factors of AMI.
di Rumah Sakit Sanglah Oenpasarjuga nampakdari
Key words: AMI, risk factors, nutrition intake. LDUHDL tahun ke tahun, seperti yang tercantum dalam
ratio laporan tahunan 2000-2002. Pada tahun 2000
jumlah penderita IMA 77 orang, tahun 2001
PENDAHULUAN meningkat menjadi 98 orang dan tahun 2002
berjumlah 142 orang (4).
Infark Miokard akut (IMA) yaitu suatu keadaan Asupan gizi berperan dalam terjadinya PJK.
nekrosismiokard akibat aliran darah ke otot jantung Apabila pada tahun 70-an komposisi asupan gizi
terganggu.Penyebab terjadinya IMA adalah proses tinggi karbohidrat kompleks, tinggi serat. cukup pro-
aterosklerosis. yaitu suatu keadaan pada arteri tein terutama nabati serta rendah lemak. dengan
besar dan kecil yang ditandai oleh penimbunan perbaikan status sosial ekonomi serta intervensi

Jurusan Gizi Poltekes Denpasar


FK UGM Yogyakarta
RS dr. Sardjito Yogyakarta
68 JURNAL GIZI KLiNIK INDONESIA, Volume 1 NO.2November 2004

budaya Barat, komposisi tersebut berangsur-ansur digunakan uji statistik chi-squaredan anova. Untuk
berubah menjadi tinggi karbohidrat, terutama mengestimasi besar risiko dilakukan uji regresi
karbohidrat sederhana, tinggi lemak dan rendah logistik dengan bantuan program stata 6.0.
kandungan serat, serta ditambah kurangnya
aktifitas, maka perubahan pola makan tersebut HASIL DAN BAHASAN
berperan besar dalam terjadinya peningkatan
insidensi PJK di Indonesia (5). Karakteristik Subjek Penelitian
Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti Sebagian besar (92%) penderita IMA berjenis
ingin mengetahui peranan asupan gizi sebagai kelamin laki-Iaki dan sisanya (8%) perempuan,
faktor risiko terjadinya penyakit Infark Miokard Akut dengan umur rata-rata 58,7 :i:9,8 tahun untuk laki-
(IMA) di Rumah Sakit Sanglah Denpasar. laki dan 48,5 :i: 2,5 tahun untuk perempuan.
Rendahnya risiko IMA pada perempuan dibanding-
BAHAN DAN METODE kan laki-Iakidikarenakan adanya fungsi protektifdari
hormon estrogen yang dimiliki perempuan (6), di
Penelitian ini merupakan penelitian obser- mana pada penelitian ini umumnya premenopause.
vasional dengan rancangan matched case control Peningkatan umur akan meningkatkan
study. Kasus adalah penderita IMA serangan terjadinya serangan IMA. Hal ini disebabkan adanya
pertama dirawat di ruang intensif RS Sanglah proses degeneratif sehingga kemungkinan untuk
Denpasar. Sedangkan kontrol adalah individu non terserang PJK akan semakin meningkat. Di samping
IMA. Penentuan IMA dan Non IMA berdasar diag- itu variasi umur dipengaruhi oleh faktor lingkungan
nosis dokter spesialis. Setiap satu kasus memiliki seperti pola makan dan gaya hidup yang mana hal
dua kontrol. Kontrol pertama (kontroll) berasal dari ini berhubungan dengan peningkatan prevalensi
penderita selain IMA yang dirawat di ruang penyakit penyakit degeneratif termasuk PJK (5).
dalam RS Sanglah Denpasar, Kontrol kedua Asupan gizi diperoleh dengan mengadakan
(kontroI2)berasal dari tetangga terdekat kasus. wawancara mengenai riwayat makanan untuk 6
Penelitian dilakukan di RS Sanglah dan di bulan terakhir menggunakan FFQ dengan bantuan
Kotamadya Denpasar pad a bulan September- food model. Asupan gizi diamati berdasarkan 4
Desember 2003. Besar sampel yang digunakan subvariabel yaitu tingkat konsumsi karbohidrat, pro-
dalam penelitian ini adalah 25 orang tiap kelompok tein, natrium dan asupan lemak. Asupan karbo-
yang diambil secara purposive sampling. Variabel hidrat, protein dan natrium pada kasus lebih tinggi
penelitian terdiri dari asupan gizi dan profil lipid dibandingkan dengan kontrol, baik kontroll maupun
darah. Asupan gizi meliputi asupan energi kontrol2. Berdasarkan uji anova, terlihat bahwa
karbohidrat, protein, asupan lemak dan natrium, asupan protein dan natrium berbeda secara statistik
dengan variabel terikatnya IMA. (p<0,05).
Data asupan gizi diperoleh dengan meng- Demikian juga pada asupan lemak diperoleh
gunakan Food Frequency Questionnaire (FFQ) hasil adanya kecenderungan perbedaan asupan
dengan bantuan food model untuk memudahkan lemak yang mencolok antara kelompok kasus dan
subjek penelitian mengingat macam dan jumlah kontrol. Rata-rata total konsumsi lemak pada
makanan yangtelah dikonsumsi selama enam bulan kelompok kasus jauh lebih tinggi dibanding
terakhir. Data ini kemudian diolah dengan kelompok kontrol, maupun kontrol2.
menggunakan program FoodProcessor2 (FP 2). Jika dihitung berdasarkan persentase energi
Data untuk profil lipid darah diperoleh dengan yang berasal dari lemak juga nampak adanya
pengambilan sampel darah subjek penelitian yang perbedaan yang signifikan (p<O,05) antara
dilakukan oleh tenaga analis medis kemudian kelompok kasus dan kontrol, maupun kontrol2.
dilakukan pemeriksaan di Laboratorium Medis RS Kelompok kasus memiliki rata-rata asupan energi
Sanglah Denpasar. berasal dari lemak lebih tinggi baik dibandingkan
Data yang telah terkumpul diteliti keleng- dengan kontroll maupun kontrol2. Kecenderungan
kapannya kemudian dilakukan editing dan diberi yang sarna juga nampak pada rata-rata persentase
kode. Selanjutnya dilakukan entri data dengan lemak yang berasal dari Jemak hewani di mana
bantuan program Epi Info 2000. Untuk melihat kelompok kasus memiliki rata-rata tertinggi
kesebandingan kasus, kontroll dan kontrol2 sementara kelompok kontrol, memiliki rata-ratayang
Asupan Gizi sebagai Faktor Risiko Penyakit Infark Miokard Akut 69

sedikitlebih rendah dan kontroJ2rata-ratanya paling sedikit lebih tinggi dan keJompok kasus memiliki
rendah. Jika dilihat berdasarkan asupan lemak rata-rata rasio LDUHDL tertinggi.
jenuh dan lemak tak jenuh ganda, terlihat adanya Untuk kolesterol total, meski rata-ratanya lebih
perbedaanyangbermakna antara kasus dan kontrol rendah dibanding kelompok kasus, namun
(p < 0,05). kelompok kontrol2 memiliki rata-rata kadar total
Distribusi asupan lemak yang tinggi secara kolesteroJ yang lebih tinggi dibanding kelompok
umumlebihbanyak pada kasus dibandingkan pada kontroll. Khusus untuk kadar trigliserida, nampak
kontrol(p < 0,05). Begitu juga persentase energi bahwa rata-rata kadar trigliserida pada kelompok
yangberasaldari lemak lebih tinggi pada kelompok kontrol2 ternyata justru lebih tinggi dibanding
kasusdibandingkan kelompok kontrol (p < 0,05), kelompok kasus dan kontroll.
sedangkan persentase lemak hewan; tidak Distribusi profil lipid darah antara kasus dan
menunjukkanperbedaan yang bermakna (p > 0,05). kontroJsecara bermakna menunjukkan perbedaan
Profillipiddarah diamati berdasarkan kadar tiga yang signifikan pada kadar kolesterol total dan rasio
komponenutama Jemakdi dalam darah yaitu kadar LDLlHDL (p < 0,05) sedangkan pada kadar
KolesterolTotal, Kadar Trigliserida, dan rasio LDU trigliserida tidak menunjukkan perbedaan yang
HDL. Ada perbedaan rasio LDLlHDL antara bermakna (p > 0,05). Untuk lebih jelasnya
kelompokkasus, kontroll dan kontrol2. Kelompok karakteristik subjek penelitian dapat dilihat pada
kontrol2memilikirata-rata rasio terendah sementara Tabel 1 berikut.
kelompok kontroJI memiliki rata-rata rasio yang

TabeI1.: Karakterlstlk Subjek Penelltlan

Kasus Kontrol1 Kontrol2 x2 p


Sex
Laki-Iaki 23 (92%) 23(92%) 23(92%) 0,00 1,00
Perempuan 2(8%) 2(8%) 2(8%) 0,00 1,00
umur
laki-Iaki 58,7:1: 9,8 57,7:1: 9,5 57 :1:8,9 0,00 1,00
perempuan 48,5 :I:2,5 47,5:1: 3,5 46,5 :I:3,5 0,00 1,00
Asupan glzl Kasus Kontrol1 Kontrol2 F p
KH (%AKG) 246,3 :I:76,5 237,3:1: 58,4 230 :I:55,2 0,44 0,64
Protein (%AKG) 146,8:1: 64,9 95,1 :1:21,7 85,6:1: 27,5 15,00 0,00'
Natrium (mg) 3994,9 :1:338,9 3655,6:1: 507,2 3541,5 :I:465,1 7,11 0,001'
Totallemak (g) 95,7:1: 10,8 59,4:1: 10,8 53:1: 19,7 3,3 0,02'
PEL(%) 40,9 :I:9,6 31,8:1: 4,4 29,5 :I:6,2 18,35 0,00'
PLH (%) 54,6 :I:13,9 46,9:1: 10,9 46,2:1: 10,8 3,85 0,146
Lemak Jenuh 74,74:1: 39,3 62,01 :I:34,5 42,61 :I:20,9 7,64 0,007'
Lemak tak Jenuh 18,3:1: 2,9 13,43:1: 4,24 13,56 :I:3,9 7,07 0,009'
Lipid darah Kasus Kontrol1 Kontrol2 F p
Kolesterol 199,8:1: 49,7 167,2:1: 47,3 177,4:1: 49,3 7,4 0,001'
Trigliserida 121,1 :1:57,6 118,7:1:47,5 124,5:1: 58,4 0,007 0,93
Rasio LDUHDL 4,3:1:2,3 3,4:1: 2,0 2,2 :I:1,4 7,41 0,001'

Kat: PEL = Persen Energi dari Lemak; PLH = Persen Lemak Hewani
, =slgnlfikan (p<O,05)
70 JURNAL GIZI KLINIK INDONESIA, Volume 1 NO.2November 2004

Asupan Zat Gizl sebagai Faktor Rlslko IMA tinggi pada kelompok kasus dibandingkan kelompok
Untuk mengetahui risiko IMA berdasarkan kontrol (p < 0,05), sedangkan persen lemak hewani
asupan gizi dilakukan estimasi dengan (PLH), tidak menunjukkan perbedaan yang
menggunakan modell(OR dihitung dengan bermakna (p > 0,05). Dari analisis lebih lanjut,
menggunakan referensi kontroll), model2 (OR menunjukkan asupan lemak yang tinggi pada
dihitung dengan menggunakan referensi kontrol2) sebagian besar kasus memberikan risiko yang
dan modelgab.(gabungan kontrol, dan kontroI2). cukup besar baik dibandingkan dengan kontrol,
Asupan protein yang tinggi merupakan faktor risiko maupun kontrol2untuk menderita IMA, Demikian
terjadinya IMA, baik menggunakan modell. model2 juga asupan energi yang berasal dari lemak yang
maupun modelgabUn9an' Pada asupan natrium, bila tinggi pada sebagian besar kasus memberikan
menggunakan model2, memberikan risiko 5,5 kali pengaruhyang cukup signifikan untuk terjadinyaIMA
lebih tinggi untuk terjadi IMA (95% CI: 1,4 22,4, - dibandingkan asupan yang lebih rendah pada
OR 5,5). SedangkanAsupan natrium dengan modell kontroll dan kontrol2.
tidak memberi risiko yang bermakna (95 % CI: 0,9 Pada analisis menggunakan kontrol gabungan
- 12,7. OR 3,3), hal ini disebabkan adanya sebagai referensi untuk mengestimasi risiko pola
karakteristik yang hampir sarna antara kasus dan asupan lemak sebagai faktor risiko, nampak bahwa
kontrol" merupakan orang yang sedang sakit asupan lemak total dan asupan energi berasal dari
sehingga terjadi bias ingat dalam menyampaikan lemak memberikan risiko yang cukup signifikan.
asupan natriumnya. Dengan menggunakan Pada orang yang asupan lemak total tinggi
Modelgaborang yang asupan natriumnya tinggi memberikan risiko 21 kali lebih besar dibandingkan
mempunyai risiko 4,2 kali lebih besar untuk dengan asupan lemak total yang rendah (95% CI;
menderita IMA (95 % CI; 1,33 - 13,69, OR 4,2; P = 5,16 - 94,21; OR 21; P = 0,00). Demikian juga pada
0,01) Untuk lebihjelas dapat dilihat pada Tabel 2, di asupan energi berasal dari lemak yang tinggi akan
bawah ini. memberikan risiko 11 kali lebih tinggi untuk

Tabel 2: Asupan Zat Gizi sebagal Faktor Rlslko IMA

kasus kontrol , kontrol2


variabel Model, (OR.CI95%) Model2 (OR.CI95%) ModelGab. (OR.CI95%)
n % n % n %
Asupan Karbohldrat 1,4 2,3 1,76
Tinggi 14 56 12 48 9 36 -
0,4 4,9 0,6 -8,3 0,6 -52
rendah 11 44 13 52 16 64 P = 0,78 P = 0,26 P =0,36
Asupan Protein 5,6 5,6 5,6
Tinggi 16 64 6 24 6 24 -
1,4 23,6 1,4 -23,6 1,77-18,5
rendah 9 36 19 76 19 78 =
P 0,01 P =0,01 P = 0,001
Asupan Natrium 3,3 5,5 4,2
Tinggi 18 72 11 44 8 32 0,9.12,7 1,4 -22,4 1,33-13,7
Rendah 7 28 14 56 17 68 P =0,085 P = 0,01 P = 0,01
Ket: Model, : odds ratio dihitung menggunakan kontrol, sebagai referensi
Model2 : odds ratio dihitung menggunakan kontrol2sebagai referensi
ModeIG.b:Odds ratio dihitung menggunakan gabungan Kontrol, dan kontrol2

Tabel 3 menggambarkan asupan lemak -


menderita IMA (95 % CI; 2,93 46,4; OR 11;P =
sebagai faktor risiko IMA. Distribusi asupan lemak 0,01), sedang untuk persen lemak hewani risikonya
total yang tinggi secara urnurn lebih banyak pada tidak signifikan (95 % CI:O,89 - 8,42; OR 2,7; p
kasus dibandingkan pada kontrol (p < 0,05). Begitu =0,08)
juga asupan energi yang berasal dari lemak, lebih
Asupan Gizi sebagai Faktor Risiko Penyakit Infark Miokard Akut 71

Tabel 3. Asupan Lemak sebagal Faldor Rlslko IMA

variabel
kasus kontrol , kontrol2
Model, Model 2 ModelGab'
n % n % n %
Asupan Lemak total 38,S 13,5 21
tinggi 21 84 3 12 7 28 .
6,3 29,2 .
2,88 70,4 5,6 . 94,2
rendah 4 16 22 88 18 72 P = 0,00 P = 0,00 P = 0,00
% energllemak 9,3 13,5 11
tinggi 21 84 9 34 7 28 21 . 45,8 2,9.70,4 2,9 . 46,4
rendah 4 16 16 64 18 72 P =0,001 p= 0,00 P = 0,01
% lemak hewanl 0,77 0,77 P =2,7
tinggi 17 68 11 44 11 44 0,2. 3,9 0,2.39 0,89 . 8,4
rendah 8 32 14 56 14 56 P = 0,15 P = 0,15 P = 0,08

Ket: Model, : odds ratio (OR)dihitung menggunakan kontrol, sebagai referensi


Model. : odds ratio dihitung menggunakan kontrol . sebagai referensi
ModelQob': odds ratio dihitung menggunakan gabaungan kontrol, dan kontrol.

Profil lipid Darah sebagal Faktor Rlslko IMA 30

a. Kadar Kolesterol Darah


Jika variabel kolesterol dibedakan dijadikan
variabel dikotomus dengan menggunakan 20
kadar 200 mg/dl sebagai cut-off maka dapat
diketahui proporsi kasus, kontrol, dan kontrol2
yang mempunnyai kadar kolesterol >=200 mg/
dl masing-masing adalah 76%, 24 % dan '0
35%.seperti tampak pada gambar 3. Dari Kadar Koleserol

analisis lebih lanjut dengan menggunakan c Im>- 200mgld


model, (odds ratio dihitung dengan kontrol, 8
u 0 8< 200mg/d
sebagai referensi) dan model2 (odds ratio K Kontol' Ko"'ol 2

dihitung dengan kontrol2 sebagai referensi) ldenltls SJbyek


diketahui bahwa kadar kelesterol >=200 mg/dl
memberikanrisiko yang bermakna, Model, OR Gambar 1. Kadar Koleeterol eebagal Faldor Rlelko IMA
10 (95% CI: 2,3-46,7) sedangkan model2 OR
5,6 (95% CI; 1,42-23,6) ini berarti bahwa b. Kadar Trlgllserlda Darah
dengan kadar kolesterol >=200 memberikan Pad a variabel kadar trigliserida juga
risikoyang tinggi untuk terkena IMA. Gambaran dikelompokkanmenjadi2 dengan cut-off150
Kadar Kolesterol terhadap kejadian IMA dapat mg/dl, dengan cut-off ini diketahui proporsi
dilihat pada gambar 1 di bawah ini
kasus, kontrol,dan kontrol2yang mempunyai
72 JURNAL GIZI KLlNlK INDONESIA, Volume 1 No.2 November 2004

kadar trigliserida >=150 mgldl masing-masing HOL>=3 memberikan risiko yang tinggi untuk
adalah 16%, 24% dan 40%. Oari analisis lebih menderita IMA. Model , dimana odds ratio
lanjut, dengan mengabaikan faktor-faktor lain, dihitung dengan Tabel silang antara kasus dan
ternyata kadar trigliserida tidak memberikan kontrol , diperoleh bahwa dengan ratio LOU
risiko yang bermakna, baik menggunakan HOL >=3 akan memberikan risiko 1,7 kali lebih
referensi model, (95% CI: 0,3-8,5; OR 1,6), besar unntuk menderita IMA dibandingkan
model2(95% CI: 0,1-19; OR 0,5) atau gabungan dengan ratio LOUHOL < 3 (95% CI; 0,5 - 6,6;
(95% CI: 0,2 -2,8; OR 0,8). Untuk lebih jelasnya OR 1,7) sedangkan jika kasus dibandingkan
dapat dilihat pada Gambar 2 berikut ini. dengan kontrol2,dengan ratio LOUHOL >=3
risikonya 5,5 kali lebih besar (95 % CI:1,4 -
30 22,4; OR 5,5). Menggunakan kontrol gabungan
dengan ratio LOUHOL >= 3 risikonya 3 kali
lebih besar dibandingkan dengan ratio LOU
HOL < 3 (95% CI; 1-9,7; OR 3).
20
30

10

Kadar Trigl iserida

lEJ>z 150mg/cf

.< 150mg/cf
Ka.us Kont,oll Kontrol2

~o LDUHDl
Identilas Subyek

i!!
Gambar 2. KadarTrigliserida 8
<..> 0
sebagal Faktor Rlslko IMA Kasus Kort,011 Kortrol 2

lden.~s SJbyek
C. Rasio LOUHOL
Oengan menggunakan cut-off3 sebagai batas Gambar 3. Raslo LDUHDL sebagal Faktor Rlslko IMA
terendah diketahui bahwa proporsi orang yang
memliki ratio LOUHOL >=3 masing-masing
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian IMA
untuk kasus, kontrol, dan kontrol2adalah 70%,
60% dan 32% Berdasarkan analisis uji regresi logistik
Analisis faktor risiko dengan menggunakan berganda terhadap variabel yang diamati diketahui
referensi modell' model2 dan gabungan ada limavariabelyang mempengaruhi kejadian IMA,
menunjukkan bahwa orang dengan ratio LOU seperti tampak pada Tabel 4, di bawah ini

Tabel 4. Model Anallsls Regresl Loglstlk Berganda terhadap


faktor yang mempengaruhl keJadlan IMA

Varlabel OR Std. error z P>lzl 95%CI

% E Lemak 12 9.09 3,3 0,001 -


2,71 53,0
Natrium 9 7,20 2,7 0,007 1,84 - 43,4
Rasio LDUHDL 7 5,98 2,3 0,019 1,4 -36,9
Hereditas 4 3,09 2,0 0,041 1,06 -17,6

Keblasaan Merokok 4 2,95 1,9 0,061 0,94 -16,98


Asupan Gizi sebagai Faktor Risiko Penyakit Infark Miokard Akut 73

a. Persentase Energi dari Lemak (PEL) 3% dan 10% dari masukan energi, bercirikan
Asupangiziyang berpengaruhdalam terjadinya kolesterol total dalam darah 200 mg/dl dan
IMA adalah persentase energi yang berasal tingkat kematian karena kardiovaskulerrendah,
dari lemak dan asupan natrium. Asupan energi sedangkan jika masukan lemak jenuh diatas
yang tinggi dari lemak (>30%) akan 10% dari masukan energi terjadi peningkatan
memberikankonstribusi 12 kali untuk terserang kematian (6). Pada penelitian ini ditemukan
IMAdibandingkanasupan <30% (95% CI: 2,71- asupan lemak jenuh dan lemak tak jenuh ganda
53,0;: OR 12). kasus lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol
Persen energi lemak menunjukkan (p<O,05). Asupan lemak jenuh yang tinggi
persentaseenergi yang berasal dan lemak baik berhubungan dengan asupan lemak yang
jumlahlemakmaupunjenis lemak.Daripenelitian berasal dari hewani, yang terlihat pada sebagian
ini rata-rata persen energi Lemak (PEL) pada besar kasus mengkonsumsi lemak hewaniyang
kasusadalah40,9 :t 9,6%, pada kontrol, sedikit tinggi (68%). Asam lemak merupakan unsur
lebihkecildenganrata-rata31,8:t 4,4% dan pada utama dari lemak. Berdasarkan ikatan rangkap
kontrol2berkisar pada 29.5 :t 6,2%. Tingginya yang dimiliki debedakan menjadi asam lemak
asupan PEL pad a kasus kemungkinan jenuh (saturated fatty acids=SFAs), dan asam
disebabkankarenakebiasaanmakankasusyang lemak tak jenuh (MonounsaturatedMUFAs dan
banyak mengkonsumsi lauk hewani seperti PolyunsaturatedPUFAs).Asam lemak takjenuh
daging babi, yang sering dihidangkan pada mempunyai pengaruh dalam menurunkan
upacara-upacaraadatdanjarang mengkonsumsi mortalitas PJK karena mempunyai efek anti
lauknabatiseperti tempe dan sejenisnya. aterogenik, anti trombogenik dan menurunkan
Berdasarkan penelitian yang pernah kadar trigliserida darah (8).
dilakukan, perubahan kompisisi lemak dalam
makananyangdikonsumsi akan mempengaruhi b. Asupan Natrium
kadar lipid dalam darah. Jika asupan Jemak Berdasarkan asupan natrium diperoleh bahwa
diberikan>=30% total kalori dan mengandung asupan natrium yang tinggi dapat
tlnggl lemak jenuh, terjadl peningkatan kadar meningkatkan 9 kali untuk terjadinya IMA
kolesterol LDL dan HDL sehingga rasio LDU dibandingkan pada orang yang asupan
HDL juga meningkat dan Sebaliknya, jika natriumnya rendah (95% CI; 1,84-43,4: OR 9).
konsumsilemak diturunkan < 30%, akan terjadi Natrium (Na) atau sodium secara tidak
penurunankadar LDL, HDL dan ratio LDUHDL langsung dapat meningkatkan risiko terjadinya
menurun (7). Sehingga dapat disimpulkan penyakit jantung koroner. Garam sangat terkait
bahwaasupan lemak yang tinggi berhubungan dengan masalah hipertensi. Pada populasi
dengan kejadian IMA. Hal Ini diperkuat hasil dengan konsumsi garam natrium yang tinggi,
penelitianterhadap penderita pasca infark yang tekanan darahnya meningkat lebih cepat (9).
dirandam menjadi dua grup dimana satu grup Tekanan tinggi pada dinding arteria dapat
dengandiet rendah lemak dan satu grup dengan menimbulkan ateroma dan Sebaliknya pem-
diet biasa, hasilnya tidak ada perbedaan buluh darah yang tidak elastis akibat atheros-
mortalitas antar kedua grup. Sedangkan dari klerosis sehingga menyebabkan hipertensi.
"Lyon Diet Heart Study" asupan lemak yang Disamping itu konsumsi garam natrium akan
tinggi > dari 30% asal diimbangi oleh asupan meningkatkan terjadinya oedema Pada
lemak tak jenuh yang tinggi (omega-3cis dan penelitian ini terbukti bahwa asupan natrium
omega-6cis) dapat menurunkan angka yang tinggi berpengaruh terhadap kejadian
mortalitas PJK sampai 70%, sehingga dalam IMA.
pemberian diet pada penderita jantung perlu
dilakukan modifikasi dengan meningkatkan c. Profil Lipid Darah
asupan lemak tak jenuh > 15% total energi (8). Pengukuran profil lipid darah meliputi total
Dalam mengkaji hubungan masukan lemak kolesterol, trigliserida dan rasio LDUHDL. Dari
dengan penyakit kardiovaskuler, perlu varia bel tersebut, berdasarkan uji regresi
diperhatikan proporsi energi yang berasal dari logistik berganda diketahui variabel yang paling
lemaksertamacam lemakyangdikonsumsi.Dari berpengaruh yang dapat mendeteksi kejadian
studi yang dilakukan, menunjukkan hubungan IMA adalah rasio LDUHDL. Orang dengan rasio
yang positif antara masukan lemak jenuh dan LDUHDL >=3 mempunyai risiko 7 kali lebih
insiden kardiovaskuler selama 10 tahun. besar untuk terserang IMA dibanding orang
Populasidenganrata-rata masukan lemakjenuh dengan rasio <3 (95% CI: 1,4-36,9; OR 7).
74 JURNAL GIZI KLINIK INDONESIA, Volume 1 NO.2 November 2004

Rasio LDLlHDL merupakan indeks Dari hasil uji akurasi pada tabel misklasifikasi
aterogenik yang menggambarkan perbandingan di atas dapat disimpulkan bahwa kebiasaan
antara kolesterol LDL (kolesterol jahat) dengan merokokmeskisecarastatistikbukanmerupakan
Kolesterol HDL(Kolesterol Baik). Makintingginilai faktor risiko yang bermakna, namun perannya
LDL (Hiper-LDLmia) dan makin rendah kadar dalam model prediksi justru merupakan faktor
HDL maka makin tinggi risiko untuk terserang yang paling kritis dalam menentukan besar
Infark Miokard. Pada penelitian inirasio LDUHDL kecilnya risiko kejadian infark miokardia, karena
pada kasus paling tinggi dibanding dengan penyertaan faktor risiko rokok ke dalam model
kontrol,hampir 72% Kasus mempunyai Rasio prediksi kejadian infark miokardia akan
LDUHDL >=3 yang merupakan ambang terendah meningkatkanspesifisitas dan sensitifitasmodel
untuk menderita PJK. Rasio LDLlHDLdapat tersebut.Besarnyarisikokejadianinfarkmiokardia
diajdikanprediktoruntuk mendeteksi IMA(10). pada kelompok perokok diduga karena nikotin
dan 50 senyawa karsinogen yang terdapatpada
d. Riwayat Penyakit Keluarga
asap rokok merupakan faktor perusak jaringan
Sebagian besar kasus (56%) memiliki riwayat
periferal sehingga mengganggu metabolisme
keluarga yang berhubungan dengan penyakit
lipoprotein (12).
jantung sehingga pada analisis multivariatfaktor
riwayat penyakit keluarga memberikan risiko
yang tinggi terjadinya IMA. Hal ini berhubungan KESIMPULAN DAN SARAN
dengan adanya gejala defisiensi enzim
Berdasarkan hasil analisis dan uji statistik yang
lipopprotein lipase, yang berhubungan dengan
telah dilakukan dalam penelitian ini, maka dapat
metabolisme lipoprotein (11).
diambil kesimpulan sebagai berikut:
e. Kebiasaan Merokok a Ada perbedaan asupan gizi antara penderita
Fenomena yang menarik nampak pada faktor IMA dengan bukan IMA. khususnya dalam
kebiasaan merokok. Meskipun ada perbedaan asupan protein. lemak dan asupan natrium
kebiasaan merokok antara kasus dan kontrol b Kadar kolesterol dan rasio LDUHDL berbeda
ternyata dari hasil analisis uji regresi logistik antara penderita IMA dan bukan penderita IMA.
berganda, merokok bukan merupakan faktor c Asupan energi lemak > = 30 % dan asupan
risiko terjadinyaIMA (95% CI:0.82-19.16;OR 4: natrium yang tinggi merupakan faktor risiko
p>O,05),ini bertentangandengan hasil penelitian terjadinya IMA
yang telah dilakukan baik di luar negeri maupun d Rasio LDLlHDL merupakan prediktor terjadinya
didalamnegeri.Hal ini mungkin disebabkantidak IMA
dirincinya kebiasaan merokok kedalam jumlah
batang rokok yang diisap dan lama merokok, Saran dari hasil penelitian ini yaitu sebagai
sehingga tidak nampak perbedaan yang berikut:
bermakna antara kasus dan kontrol. Mengingat a Perlu disosialisasikan pedoman gizi seimbang
hasil-hasil penelitian sebelumnya yang pada masyarakat, mengingat pola asupan gizi
mengatakan bahwa rokok merupakan faktor pada masyarakat yang cenderung mengan-
risiko, maka perlu dilakukanuji lebih lanjut untuk dung lemak yang tinggi. Khusus pada penderita
melihat nilai akurasi dengan mengikutkan Jantung agar mereka bisa mengatur kembali
kebiasaanmerokokkedalammodel.Berdasarkan
pola kebiasaan makan dengan mengurangi
Tabelmisklasifikasimodel denganrokokternyata asupan lemak dan natrium sehingga terhindar
memiliki akurasi yang lebih baik dibandingkan dari serangan berulang penyakit jantung
modeltanparokok seperti nampak pada Tabel5.

Tabel 5. Misklasifikasl Model Kejadlan Infark Mlokardlakantara


Keblasaan Merokok dengan Tldak Merokok
Predlksl Sensl-tlfltas
Model Observasl Spesl.flsltas
IMA Non IMA
+ 21 2 96.0%
Merokok - 84.0%
4 48
total 25 50
Tanpa + 20 4
- 92.0% 80.0%
Rokok 5 46
total 25 50
Asupan Gizi sebagai Faktor Risiko Penyakit Infark MiokardAkut 75

b Pemeriksaan profillipiddarah perlu dilakukan 5 Dinarto M. Nutrisi pada penyakit kardiovaskuler


secara rutin, untuk mendeteksi kejadian IMA, aterosklerotik. pegangan penatalaksanaan
terutama pada usia > 40 tahun nutrisi pasien. PDGMI. Jakarta: 2000.
6 Herman S. pengaruh gizi terhadap penyakit
kardiovaskuler. Cermin Dunia Kedokteran.
Ucapan Terlmakasih
1991,73: 12 -16.
Terimakasihyang tak terhingga disampaikan 7 Feldman, E.B. Nutrition and diet in the
kepada responden yang telah memberikan management of hyperlipidemia and
informasi,juga kepada Sila, Mega dan Alityang atherosclerosis: modern nutrition in health and
telahmembantudalam pengumpulan data. desease. Lea Febiger: Philadelphia: 1992.
8 Supari, F. Fatty acid's in cardiovasculardisease
RUJUKAN new paradigm. Pidato IImiah pada Hut ke-58
Corwin, E. J. Handbook of pathophysiology. FK UGM, Yogyakarta: Maret, 2004.
Brahm U. Pendit (Alih Bahasa). Jakarta: Buku 9 Budiman H. Peranan gizi pada pencegahandan
Kedokteran EGC, 2001. penanggulangan hipertensi. Medika. 1999, 12
2 Darmojo,B. proyek monica (multinational moni- (XXV): 784 - 788.
toring of trends and determinants in 10 Sargowo J. Peranan trigliserida dan lipoprotein
cardiovaskulardesease) di Jakarta. Suatu sebagai faktor risiko penyakit jantung koroner.
penelitian penyakit jantung di komunitas. Medika, 2002, 7 (XXVIII): 425-429.
11 Wallace, A.J. Genetic factor associated with
Medika,1992,4(17): 276 - 285.
3 Thaha, A.R. Promosi kesehatan sebagai response of LDL subfraction to change in the
alternatifpencegahan dan penanggulangan nature of dietary fat, Atherosclerosis Journal,
beban ganda masalah gizi. ProsidingSeminar 2000, Apr: 149(2): 387-394.
Gizi Klinik. PDGMI, Jakarta: 1996. 12. Traquet, C.C. Women and Tobacco,World
4 RS Sanglah Denpasar. Laporan tahunan pola Health Organization Publishing. Geneva: 1992.
penyakit terbanyak penderita rawat inap di RS
Sanglah Denpasar. Denpasar: 2000 dan 2002.

Вам также может понравиться