Вы находитесь на странице: 1из 21

Corporate Social Responsibility : Sebuah Pandangan

dari Sudut Akuntansi


(Corporate Social Responsibility: An Overview
from Accounting Perspective)

Nelly Masnila
Politeknik Negeri Sriwijaya Jurusan Akuntansi
Jalan Srijaya Negara, Palembang 30139
Telepon 0711 353414 Faksimili 0711 355918 e-mail info@polisriwijaya.ac.id

Abstrak

Kegiatan ekonomi dan pembangunan pada umumnya berdampak positif bagi


kemajuan bangsa. Bagaimanapun juga ada dampak negatifnya. Corporate Social
Responsibility atau tanggung jawab sosial ini muncul akibat adanya konflik antara
masyarakat sekitar dengan perusahaan akibat dampak negatif yang timbul akibat
keberadaan suatu perusahaan dalam suatu lingkungan tertentu. Akuntansi untuk mengukur
kegiatan pertanggungjawaban sosial perusahaan dikenal dengan akuntansi sosial.
Akuntansi sosial secara umum bertujuan untuk mengukur dan mengungkapkan
untung rugi dan biaya sosial yang ditimbulkan oleh kegiatan perusahaan tersebut di
masyarakat. Biaya sosial ini umumnya dikaitan dengan ketenagakerjaan, konsumen dan
produk atau barang/jasa yang dihasilkan, kemasyarakatan, dan lingkungan hidup di sekitar
perusahaan
Pengungkapan biaya sosial ini dilakukan dalam laporan keuangan atau laporan
tahunan. Prinsip dasar good corporate governance mengharuskan perusahaan untuk
memberikan laporan bukan hanya kepada pemegang saham, calon investor, kreditur, dan
pemerintah semata tetapi juga kepada stakeholders lainnya termasuk karyawan dan
masyarakat. Pengungkapan corporate Social Responsibility/tanggung jawab sosial
perusahan dalam laporan tahunan dapat dikelompokkan berdasatkan tema yang diungkap,
tipe pengungkapan, tingkat pengungkapan, maupun lokasi dimana tanggung jawab sosial
tersebut diungkapkan.

Kata Kunci : Corporate Social Responsibility, tema, tingkat, tipe, lokasi Pengungkapan.

1
PENDAHULUAN

Tulisan ini merupakan sebuah tinjauan atas praktek pelaksanaan Corporate Social

Responsibility beberapa tahun terakhir yang dipandang dari sudut akuntansi. Penulisan dini

dibagi dalam beberapa bahasan yaitu perkembangan Corporate Social Responsibility,

aktifitas Corporate Social Responsibility, manfaat aktivitas Corporate Social

Responsibility, pengukuran biaya aktifitas Corporate Social Responsibility, dan penyajian

aktifitas Corporate Social Responsibility dalam Laporan Keuangan. Dalam tulisan ini

ditampilkan juga beberapa tabel pelengkap untuk dapat lebih memperjelas beberapa

penjelasan yang diuraikan sebelumnya dalam pembahasan.

PEMBAHASAN

Perkembangan Corporate Social Responsibility

Pada awal tahun 1970-an terjadi perubahan kesadaran masyarakat dunia akan

dampak aktivitas perusahaan. Kesadaran akan dampak,-baik positif maupun negatif-

perusahaan tersebut mengakibatkan tekanan dan tuntutan yang dialamatkan pada

perusahaan, agar perusahaan memperluas tanggung sosialnya. Tanggung jawab

pengelolaan organisasi yang semula hanya kepada stockholders (pemilik/pemegang saham)

bergeser pada stakeholders / pemangku kepentingan (pemilik, karyawan, pemerintah dan

masyarakat luas).

Tekanan dan tuntutan terhadap perusahaan mengakibatkan berkembangnya

akuntansi sosial/ social accounting (Maksum dan Kholis 2003). Menurur Estees (1976 :3)

“The term social accounting is defined as the measurement and reporting, internal or

external, of information concerning the impact of an entity and its activities on society”.

2
Siegel dan Marconi (1989: 499) menyatakan “social accounting is defined as the

ordering, measuring and analytis of the social and economic consequencies of

governmental and entrepreneurial behavior”. Kalimat di atas jika diterjemahkan secara

bebas menyatakan bahwa akuntansi sosial didefinisikan sebagai pengukuran dan pelaporan,

internal atau eksternal, atas informasi berkaitan dengan dampak adanya suatu perusahaan

beserta aktivitas-aktivitasnya terhadap masyarakat sekitar (Masnila 2006). Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa akuntansi sosial merupakan alat pengukuran,

pendokumentasian, dan pelaporan baik keuangan maupun non keuangan berkaitan dengan

interaksi suatu organisasi dengan lingkungan fisik dan lingkungan sosialnya.

Social accounting berkembang sejalan dengan berkembangnya corporate social

responsibility. Kotler dan Lee (2005:3) menyatakan “corporate social responsibility is a

commitment to improve community well-being through discretionary business practices

and contributions of corporate resources”. Selanjutnya World Business Council for

Suistanable Development menggambarkan bahwa “corporate social responsibility as

‘business’ commitment to contribute to suistanable economic development, working with

employees, their families, the local community, and society at large to improve their quality

of life”. (Kotler dan Lee 2005)

Perubahan pandangan masyarakat akan keberadaan suatu perusahaan juga

tergambar dari hasil penelitian. Environics International menunjukkan hasil penelitiannya

yang menyatakan sebagian besar dari masyarakat di 23 negara memberikan perhatian yang

tinggi terhadap perilaku sosial perusahaan (Gupta 2003). Konsumen semakin banyak

mencari produk dan jasa yang lebih memperhatikan masalah lingkungan, sehingga pilihan

3
terhadap produk cenderung semakin subjektif. Perusahaan yang melalaikan masalah

lingkungan akan mengalami kesulitan untuk ikut bersaing. Bankers dan Investors juga

mulai memahami bahwa masalah lingkungan yang dapat menimbulkan risiko dan ini patut

dipertimbangkan saat memutuskan untuk memberikan pinjaman atau berinvestasi (Medley

1997).

Perubahan pandangan masyarakat, investor dan pemerintah pada gilirannya

mendorong perusahaan untuk menunjukkan bentuk tanggung jawab sosial perusahaan yang

tidak terbatas hanya pada aktivitas perbaikan komposisi, kualitas dan keamanan produk

yang dihasilkan, tetapi juga pada teknik dan proses produksi, serta penggunaan sumberdaya

manusia.

Aktifitas Corporate Social Responsibility

Ada berbagai pendapat mengenai aktivitas-aktivitas yang dapat dikategorikan

sebagai aktivitas sosial yang menunjukkan bentuk keterlibatan sosial perusahaan terhadap

masyarakat. Kotler dan Lee (2005: 23) merumuskan aktivitas yang berkaitan dengan

tanggung jawab sosial dalam 6 kelompok kegiatan : promotion, marketing, corporate

social marketing, corporate philantropy, community volunteering, dan social responsibility

business practices.

Promotion adalah aktivitas sosial yang dilakukan melalui persuasive

communications dalam rangka meningkatkan perhatian dan kepedulian terhadap hal-hal

yang berkaitan dengan isu sosial yang sedang berkembang. Marketing, dilakukan melalui

commitment perusahaan untuk menyumbangkan sebesar persentase tertentu hasil

penjualannya untuk kegiatan social. Corporate Sosial Marketing, dilakukan dengan cara

4
mendukung atau pengembangan dan atau penerapan suatu behavior change dalam rangka

meningkatkan kesejahteraan dan kesehatan masyarakat. Corporate Philantropy, merujuk

pada kegiatan yang diberikan langsung Community Volunteering merupakan bentuk

aktivitas social yang diberikan perusahaan dalam rangka memberikan dukungan bagi

kesejahteraan masyarakat dan lingkungan. Dukungan tersebut dapat diberikan berupa

keahlian, talenta, ide, dan atau fasilitas laboratorium. Social Responsibility Business

Practices.Social Responsibility Business Practices merupakan kegiatan penyesuaian dan

pelaksanaan praktik-praktik operasional usaha dan investasi yang mendukung peningkatan

kesejahteraan hidup masyarakat dan melindungi atau menjaga lingkungan, misalnya

membangun fasilitas pengolahan limbah, memilih memilih supplier dan atau kemasan yang

ramah lingkungan, dan lain-lain.

Berbeda dengan Kotler dan Lee, Menurut the committee on Accounting for

Corporate Social Performance of Nation Association of Accountants (Yuniarti, 2002)

bentuk kegiatan sosial perusahaan dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Keterlibatan komunitas (Community Involvement), mencakup aktivitas


berbentuk donasi atau bantuan untuk kegiatan rohani, olahraga, bantuan bagi
pengusaha kecil, pelayanan kesehatan masyarakat, bantuan penelitian dan
sebagainya.
2. Sumberdaya manusia (Human Resources), meliputi program pendidikan dan
pelatihan karyawan, fasilitas keselamatan kerja, kesehatan, kerohanian, serta
tunjangan karyawan.
3. Lingkungan Hidup dan Sumberdaya Fisik (Environmental and Physical
Resources) terdiri dari antara lain keterlibatan perusahaan dalam pengolahan
limbah, program penghijauan, pengendalian polusi, dan pelestarian lingkungan
hidup.
4. Kontribusi produk atau jasa (Product or services contribution), mencakup
keamanan dan kualitas produk, kepuasan konsumen, dan sebagainya.

5
Manfaat Aktifitas Corporate Social Responsibility

Kotler dan Lee (2005) menyatakan bahwa partisipasi perusahaan dalam berbagai

bentuk tanggung jawab sosial dapat memberikan banyak manfaat bagi perusahaan, antara

lain :

1. meningkatkan penjualan dan market share,


2. memperkuat brand positioning,
3. meningkatkan image dan pengaruh perusahaan,
4. meningkatkan kemampuan untuk menarik hati, memotivasi, dan
mempertahankan (retain) karyawan
5. menurunkan biaya operasional, dan
6. meningkatkan hasrat bagi investor untuk berinvestasi.

Satyo (Media Akuntansi, Edisi 47/Tahun XII/Juli 2005) menyatakan penyajian

laporan berkaitan aktivitas sosial dan lingkungan memberikan banyak manfaat bagi

perusahaan antara lain meningkatkan citra perusahaan, disukai konsumen, dan diminati

investor. Bukti bahwa partisipasi dalam tanggung jawab sosial mempengaruhi keberhasilan

perusahaan dalam jangka panjang juga dapat dilihat pada Tabel 1-4 bagian terakhir tulisan

ini.. Bukti-bukti tersebut menunjukkan beragam aktivitas tanggung jawab sosial perusahaan

terhadap stakeholdersnya. Tanggung jawab sosial perusahaan tersebut memberikan

keuntungan bersama bagi semua pihak, baik perusahaan sendiri, karyawan, masyarakat,

pemerintah maupun lingkungan.

Pengukuran Biaya Corporate Social Responsibility

Estes dalam Harahap (2003:370) mengusulkan beberapa teknik pengukuran manfaat

dan biaya sosial yaitu:

6
1. Penilaian pengganti (Surrogate Valuation).
2. Teknik survey (Survey Techniques).
3. Biaya perbaikan dan pencegahan (Restoration or Avoidance Cost).
4. Penilaian (Appraisal) oleh tim independen.
5. Putusan pengadilan (Court Decisions).
6. Analisa (Analisys).
7. Biaya pengeluaran (Outlay Cost).

Metode Penilaian Pengganti (Surrogate Valuation) menyatakan bahwa suatu nilai

ganti terhadap kerusakan lingkungan yang terjadi dapat dipilih sebagai cara menghitung

kerugian saat nilai kerugian yang diinginkan tidak dapat dipenuhi secara langsung.Teknik

Survei (Survey Techniques) merupakan pendekatan yang dilakukan dengan cara

menanyakan secara langsung kepada masyarakat apa yang sangat berharga bagi mereka.

Cara ini merupakan pendekatan survei yang tidak menyenangkan, namun dalam

kenyataannya memberikan informasi yang lebih berharga dan lebih akurat dan sekaligus

merupakan teknik yang mahal. Biaya Perbaikan atau Pencegahan (Restoration or

Avoidance Cost) merupakan suatu cara untuk mengukur biaya sosial dengan

memperkirakan pengeluaran uang yang sesungguhnya untuk mencegah atau menghindari

bahaya atau kerusakan lingkungan. Penaksiran (Appraisal) merupakan penaksiran yang

yang dilakukan oleh pihak independen dalam menilai barang berwujud seperti bangunan

dan tanah. Teknik ini hampir sama dengan penilaian pengganti, hanya disini menggunakan

tenaga ahli sebagai pihak penaksir independen. Putusan Pengadilan (Court Decisions)

merupakan cara untuk menilai atau menghitung kerusakan atau biaya tertentu melalui

putusan pengadilan. Penilaian ini akurat dalam jumlah dan diidentifikasi dengan

menggunakan biaya sosial yang khusus. Pendekatan Analisis (Analisys) dilakukan melalui

analisa ekonomi dan statistik terhadap data yang ada menghasilkan dalam suatu nilai yang

7
sah dan pengukuran yang dapat dipercaya. Biaya Pengeluaran (Outlay Cost) merupakan

teknik yang digunakan untuk menilai program yang berkaitan dengan kegiatan

masyarakat, seperti kegiatan pembaharuan urbanisasi, pertahanan militer, atau konstruksi

jalan raya. Biaya pengeluaran dilakukan dengan mencari hubungan kegiatan tersebut secara

langsung dan mengukur kegunaannya.

Harahap (2003:369) menyatakan ada beberapa metode pengukuran akuntansi sosial,


yaitu :
1. Menggunakan Opportunity Cost
Approach, misalnya atas pembuangan limbah suatu perusahaan, dapat dihitung
social cost dengan cara menghitung kerusakan wilayah rekreasi sebagai akibat
pembuangan limbah tersebut, kerugian manusia dalam hidupnya, berapa
berkurang kekayaannya.
2. Menggunakan daftar kuesioner, survey,
lelang, dimana mereka yang merasa dirugikan ditanyai berapa besar jumlah
kerugian yang ditimbulkannya atau berapa biaya yang harus dibayar kepada
mereka sebagai kompensasi kerugian yang dideritanya.
3. Menggunakan hubungan antara
kerugian massal dengan permintaan untuk barang perorangan dalam menghitung
jumlah kerugian masyarakat.
4. Menggunakan reaksi pasar dalam
menentukan harga. Misalnya vonis hakim akibat pengaduan masyarakat akan
kerusakan lingkungan dapat juga dianggap sebagai dasar perhitungan.

Penyajian Aktifitas Corporate Social Responsibility dalam Laporan Keuangan

Informasi nonkeuangan dan keterlibatan sosial perusahaan dikomunikasikan

kepada para stakeholder. Pengkomunikasian aktivitas tersebut dilakukan dengan berbagai

cara dan media pengungkapan. Salah satu alat atau media yang dapat digunakan adalah

laporan tahunan. Pengungkapan (disclose) berarti penyampaian (release) informasi.

Akuntan cenderung menggunakan dalam pengertian yang lebih terbatas yaitu penyampaian

informasi keuangan tentang suatu perusahaan di dalam laporan keuangan, biasanya laporan

tahunan (Hendriksen dan Van Breda 2000).

8
Di Indonesia, pada dasarnya pelaporan nonkeuangan ini secara umum telah

terakomodasi dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.1 tahun 2004

tentang Penyajian laporan Keuangan dan dalam Exposure Draft PSAK no 20 tahun 2005

tentang Akuntansi Lingkungan.

Dalam PSAK No.1 tahun 2004 tentang Penyajian Laporan Keuangan, bagian

Tanggung jawab atas Laporan Keuangan paragraf 09 dinyatakan bahwa :

”Perusahaan dapat pula menyajikan laporan tambahan seperti laporan mengenai


lingkungan hidup dan laporan nilai tambah (value added statement), khususnya
bagi industri dimana faktor-faktor lingkungan hidup memegang peranan penting
dan bagi industri yang menganggap pegawai sebagai kelompok pengguna
laporan yang memegang peranan penting”.

Dalam Exposure Draft PSAK no 20 tahun 2005 tentang Akuntansi Lingkungan bagian

Pendahuluan paragraph 01 dinyatakan bahwa :

”......perusahaan-perusahaan pada masa kini diharapkan atau diwajibkan untuk


mengungkapkan informasi mengenai kebijakan dan sasaran-sasaran lingkungannya,
program-program yang sedang dilakukan dan kos-kos yang terjadi karena mengejar
tujuan-tujuan ini dan menyiapkan serta mengungkapkan risiko-risiko lingkungan.
Dalam area akuntansi, inisiatif yang telah digunakan untuk memfasilitasi
pengumpulan data dan untuk menigkatkan kesadaran perusahaan dalam hal
terdapatnya implikasi keuangan dari masalah-masalah lingkungan”.

Bagian Definisi paragraf 08 dinyatakan :

”........Pengungkapan tambahan, bagaimanapun, diperlukan atau dianjurkan agar


merefleksikan secara penuh berbagai dampak lingkungan yang timbul dari berbagai
aktivitas dari suatu perusahaan atau industri khusus”.

Bagian Pengungkapan paragraf 41 dinyatakan :

”......... Pengungkapan yang demikian itu dapat dimasukkan dalam laporan


keuangan, dalam catatan atas laporan keuangan atau, dalam kasus-kasus tertentu
dalam suatu seksi laporan di luar laporan keuangan itu sendiri. ......”.

9
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaporan non-financial issues (aspek sosial

dan lingkungan) mengalami peningkatan selama tahun 1998-2002 (Harte dan Owen, 1991;

Kolk 2003). Keputusan untuk menyediakan informasi yang berkaitan dengan aspek sosial

dan lingkungan dilakukan dengan berbagai alasan (Claire 1991) misalnya : pertimbangan

stock market, menentramkan masyarakat dan pemerintah, mengubah persepsi, maupun

mengurangi berbagai political costs.

Meskipun sejumlah perusahaan telah berusaha menyajikan aktifitas non keuangan

atau aspek sosial perusahaan dalam laporan keuangan dan laporan tahunan, seperti yang

terungkap dalam penelitian Harte dan Owen (1991), namun terdapat variasi atas

pengungkapan pertanggunjawaban sosial tersebut (Claire 1991; Zeghal dan Shadrudin

1991; Cooke 1992; Wallace et. al. 1994; Gamble et. al. 1995; Pontus 2002; Kolk 2003).

Variasi pengungkapan ini antara lain disebabkan belum terdapat standar khusus yang dapat

dijadikan pedoman bagi keseragaman penyajian laporan pertanggungjawaban sosial

tersebut. Menurut hasil penelitian Claire, sekitar 68% perusahaan di Negara Eropa telah

mendisclose informasi berkaitan dengan permasalahan sosial dan lingkungan Sedangkan

Shiraz (1998) menyatakan bahwa penyajian/pelaporan aktivitas sosial dan lingkungan di

negara berkembang masih merupakan konsep.

Pengungkapan tanggung jawab sosial dapat dilihat dari berbagai sudut pandang,

yaitu di lihat tema yang diungkapkan, tingkat pengungkapan, lokasi atau tempat

pengungkapan tersebut dilakukan dalam laporan tahunan maupun dipandang dari tipe

pengungkapan.

10
Ad.1 Tingkat Pengungkapan

Semakin banyak tema dan item atau unsur yang diungkapkan oleh suatu perusahaan

maka dikatakan bahwa tingkat pengungkapan tanggung jawab sosialnya semakin luas.

Dengan kata lain, tingkat/luas pengungkapan berarti banyaknya jumlah item-item yang

diungkapkan oleh suatu perusahaan dibandingkan dengan junlah keseluruhan item yang

selayaknya diungkapkan.

Berkaitan dengan tingkat pengungkapan, hasil penelitian Zeghal dan Shadrudin

(1991), Cooke (1992), Gamble et.al. (1995), dan Kolk (2003) menunjukkan pengungkapan

dalam laporan tahunan tidak sama antara satu kelompok industri dengan kelompok lainnya.

Gamble et.al. menyatakan beberapa industri khususnya pertambangan dan manufaktur

menunjukkan kualitas ungkapan yang lebih tinggi dibanding perusahaan dengan jenis

industri lainnya. Cooke menyatakan perusahaan manufaktur mengungkapkan informasi

secara signifikan lebih tinggi dibanding industri tipe lainnya. Di Indonesia penelitian

Utomo (2000), Fitriany (2001), dan Masnila (2006) menunjukkan hasil yang sama.

Ad.2 Tema Pengungkapan

Zuhroh dan Sukmawati (2003) menyebutkan tema-tema yang termasuk dalam

akuntansi pertanggung jawaban sosial adalah : kemasyarakatan, Ketenagakerjaan, Produk

dan Konsumen, dan Lingkungan Hidup. Hasil penelitian Yayasan Mitra Mandiri

Pekalongan (Media Akuntansi, Edisi 27/Juli-Agustus 2002), menunjukkan bahwa

pengungkapan tanggung jawab sosial umumnya berkaitan dengan tema ketenagakerjaan.

Sejalan dengan hasil tersebut, penelitian Masnila (2006) menunjukkan penelusuran pada 69

laporan tahunan perusahaan sampel menunjukkan bahwa seluruh perusahaan (100%)

11
mengungkapkan tanggung jawab sosial berkaitan dan ketenagakerjaan. Sebanyak 80%

mengungkapkan tanggung jawab. perusahaan berkaitan dengan produk dan konsumen.

Sebesar 61% mengungkapkan tanggung jawab perusahaan berkaitan dengan

kemasyarakatan. Selanjutnya sekitar 48% mengungkapkan tanggung jawab social

berkaitan dengan permasalahan lingkungan hidup (Tabel 5).

Masih dari hasil penelitian ini, sebesar 36% perusahaan sampel mengungkapkan

seluruh (4) tema. Meskipun secara persentase angka ini masih belum cukup tinggi tapi

merupakan bagian terbesar (mayoritas) dari perusahaan sampel. Adanya mayoritas sampel

yang mengungkapkan seluruh tema ini menyiratkan sebagian besar perusahaan sudah

semakin peduli dengan tanggung jawabnya yang tidak hanya berkaitan dengan tenaga kerja,

tetapi juga produk dan konsumen, kemasyarakatan dan lingkungan hidup (Tabel 6).

Ad.3 Tipe Pengungkapan

Pengungkapan tanggung jawab sosial bisa dilakukan dengan cara kualitatif naratif,

kuantitatif non-moneter, dan kuantitatif moneter. Bentuk narasi atau pernyataan tanpa

dilengkapi angka-angka pendukung disebut dengan pengungkapan dengan tipe kualitatif

naratif. Tipe pengungkapan kuantitatif non-moneter dinyatakan dalam bentuk angka-

angka namun tidak dalam satuan uang/moneter, dan tipe kuantitatif moneter dinyatakan

dalam bentuk angka-angka dan dalam satuan uang/moneter.

Hasil penelitian Masnila (2006) menunjukkan 69% (689 item) pengungkapan

tanggung jawab sosial perusahaan dinyatakan dalam kualitatif naratif, artinya umumnya

perusahaan mengungkapkan secara deskriptif tanpa dilengkapi data berbentuk angka-

angka pendukung. Ada sebesar 16% (159 item) pengungkapan tanggung jawab sosial

12
perusahaan yang dinyatakan secara deskriptif dan didukung oleh data berbentuk angka non

moneter. Pengungkapan tanggung jawab sosial yang dilakukan secara lebih lengkap,

artinya dinyatakan secara deskriptif dan dilengkapi data pendukung dalam angka (non

moneter) maupun dalam nilai uang (moneter) adalah sebesar 15% (150) item

pengungkapan (Tabel 7).

Ad. 4 Lokasi Pengungkapan

Lokasi pengungkapan berarti merujuk pada tempat dimana pengungkapan tersebut

dilakukan. Menurut Utomo (2000:107) ada beberapa bagian atau lokasi pengungkapan

dalam laporan tahunan yaitu overview, surat dari dewan komisaris, surat dari dewan

direksi, catatan atas laporan keuangan, dan lain sebagainya. Jika dilihat dari tempat atau

lokasinya dalam laporan tahunan, maka lokasi yang paling banyak digunakan untuk

pengungkapan adalah Catatan atas Laporan Keuangan. Penelitian Utomo (2000) yang

membandingkan pengungkapan sosial perusahaan dengan kelompok industri high dan low

profile mengungkapkan bahwa tema yang paling banyak digunakan oleh kedua industri

tersebut adalah tema ketenagakerjaan. Sejalan dengan penelitian Yayasan Mitra Mandiri,

Muslim utomo dalam penelitiannya pun menemukan bahwa lokasi yang paling banyak

dimanfaatkan sebagai tempat pengungkapan sosial adalah di bagian Catatan atas Laporan

Keuangan.

Pengungkapan tanggung jawab sosial dilihat dari tempat atau lokasi pengungkapan

(Tabel 8) menunjukkan sebagian besar (33% atau 334 item) pengungkapan dilakukan di

bagian overview dan 22% (218 item) di bagian CALK dalam laporan tahunan perusahaan

(Masnila 2006). Hal ini berarti bahwa tidak ada perubahan kecenderungan terhadap lokasi

13
pengungkapan sebagaimana hasil penelitian Utomo (2000). Akibat semakin banyak

perusahaan mulai memperhatikan masalah tanggung jawab sosial ini dan sekaligus

menyebabkan timbulnya aktivitas sosial, pengungkapan berkaitan aktivitas sosial itu sendiri

mulai menempati tempat khusus dalam laporan keuangan. Artinya beberapa perusahaan

telah menyediakan halaman khusus sebagai tempat mengungkapkan aktivitas perusahaan

berkaitan dengan permasalahan sosial, masyarakat dan lingkungan (Masnila 2006). Oleh

karena itu hasil penelitian ini menunjukkan ada sebesar 15% (146 item) pengungkapan

dilakukan di lokasi atau halaman khusus tersebut, yang dalam penelitian ini dinyatakan

pada lokasi Lainnya.

SIMPULAN

Kesadaran akan dampak,-baik positif maupun negatif- keberadaan perusahaan

mengakibatkan tekanan dan tuntutan yang dialamatkan pada perusahaan, agar perusahaan

memperluas tanggung sosialnya. Pergeseran pemikiran terhadap tanggung jawab

pengelolaan organisasi yang semula hanya kepada stockholdesr (pemilik/pemegang saham)

menjadi pada stakeholders (pemilik, karyawan, pemerintah dan masyarakat luas).

Tekanan dan tuntutan stakeholders ini direspon oleh perusahaan dengan

menunjukkan berbagai bentuk aktifitas corporate social responsibility atau tanggung jawab

sosial mereka pada masyarakat dan lingkungan. Aktifitas CSR ini menimbulkan biaya yang

pada gilirannya akan disajikan antara lain dalam laporan keuangan/laporan tahunan

perusahaan.

14
Pengungkapan tanggung jawab sosial dapat dilihat dari berbagai sudut pandang,

yaitu tema yang diungkapkan, tingkat pengungkapan, lokasi atau tempat pengungkapan

dan tipe pengungkapan.

DAFTAR PUSTAKA

Cooke, T. E.. 1992. The Impact of size, Stock Market Listing and Industry Type on
Disclosure in the Annual Reports of Japanese Listed Corporations. Accounting and
Business Research, London. Summer. Vol.22. Iss.87; pp.229, 9 pgs.

Diana Zuhroh dan I Putu Pande Heri Sukmawati. 2003. Analisis Pengaruh Luas
Pengungkapan Sosial dalam Laporan Tahunan Perusahaan terhadap Reaksi
Investor (Studi Kasus pada Perusahaan High-Profile di Bursa Efek Jakarta).
Simposium Nasional Akuntansi VI.

Eddy Rismanda Sembiring. 2005. Karakteristik Perusahaan dan Pengungkapan Tanggung


Jawab Sosial : Study Empiris pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek
Jakarta. Simposium Nasional Akuntansi VII.

Fitriany. 2001. Signifikansi Perbedaan Tingkat Kelengkapan Pengungkapan Wajib dan


Sukarela pada Laporan Keuangan Perusahaan Publik yang Terdaftar di Bursa Efek
Jakarta. Simposium Nasional Akuntansi IV.

Gupta, Ashok. 2003. Why Should Companies Care. Mid-American Journal of Business.
Spring . pg. 3

Harte, George and David Owen. 1991. Environmental Disclosures in annual Reports of
British Companies : A Research Note. Accounting Auditing & Accountability
Journal. Vol.4 No.3. pp.51-61.

Hendriksen, Eldon S. dan Michael F. Van Breda. 2002. Teori Akunting. Terjemahan oleh
Herman Wibowo. Buku 2. Edisi Kelima. Jakarta : Interaksara.

Ikatan Akuntan Indonesia, Standar Akuntansi Keuangan per 1 Oktober 2004, Yakarta :
Salemba Empat.

---------------------, Exposure Draft Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan XX..


Akuntansi Lingkungan. Juli 2005 Juli 2005.

15
Kolk, Ans. 2003. Trends in Sustainability Reporting by the Fortune Global 250. Business
Strategy and the Environment. Sep/Oct. pg. 279

Kotler, Philip and Nancy Lee. 2005. Corporate Social Responsibility. New Jersey : John
Wiley and Sons, Inc..

Marwata. 2001. Hubungan antara Karakteristik Perusahaan dan Kualitas Ungkapan


Sukarela dalam Laporan Tahunan Perusahaan Publik di Indonesia. Simposium
Nasional Akuntansi IV.

Masnila, Nelly. 2006. Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan


Tanggung Jawab Sosial Perusahaan yang Terdaftar di BEJ. Thesis. Tidak
Dipublikasikan.

Medley, Patrick. 1997. Environmental Accounting – What Does It Mean to Professional


Accountants? Journal of Accounting Auditing & Accountability. Vol.10 No.4. pp.
594-600.

Muhammad Muslim Utomo, 2000. Praktek Pengungkapan Sosial pada Laporan Tahunan
Perusahaan di Indonesia (Studi Perbandingan antara Perusahaan- Perusahaan
High-Profile dan Low-Profile). Simposium Nasional Akuntansi III.

Roberts, Claire B. 1991. Environmental Disclosures : A Note on Reporting Practices in


Mainland Europe. Accounting Auditing & Accountability Journal. Vol. 4 No.3.
pp.62-71.

Yuniati Gunawan. 2000. Analisis Pengungkapan Informasi Laporan Tahunan pada


Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Simposium Nasional Akuntansi
III.

Zeghal, Daniel and Ahmed, Shadrudin A. 1991. Comparison of Social Responsibility


Information Disclosure Media Used by Canadian Firms. Accounting Auditing &
Accountability Journal. Vol.3 No.1. pp.38-53.

16
Lampiran

Tabel 1 Pengalaman / Hasil Survei bahwa Tanggung Jawab Sosial


dapat Meningkatkan Penjualan dan Market Share
Pengalaman / Hasil Survei
Kampanye yang dilakukan American Express untuk merestorasi
patung liberty pada awal tahun 1970-an menghasilkan peningkatan
1
27% penggunaan kartu kredit, 10 % aplikasi kartu baru dan
menghasilkan dana restorasi $1,7 juta
75 % konsumen memutuskan untuk membeli suatu produk karena
2 dipengaruhi oleh reputasi perusahaan berkaitan dengan kepedulian
terhadap lingkungan.
Kepedulian produsen tepung Bogasari terhadap masyarakat dan
pengusaha kecil di tahun 2004 mengakibatkan hasil penjualan
3
tepung merk tersebut mencapai 7,3 triliun atau meningkat 20,1%
dibanding tahun sebelumnya.
Sumber : diolah dari Kotler (2005) dan Media Akuntansi (Juli 2005)

Tabel 2 Pengalaman / Hasil Survei bahwa Tanggung Jawab Sosial


dapat Meningkatkan Image Perusahaan
Pengalaman / Hasil Survei
Kampanye peduli kesehatan yang dilakukan oleh “Lifebuoy”
dengan menyisihkan sebagian hasil penjualan produk untuk
membangun sarana kebersihan bagi masyarakat miskin
1
meningkatkan image/citra Lifebuoy sebagai sabun kesehatan dan
meraih penghargaan kepuasan pelanggan yang dilakukan oleh
Majalah Swa
Di tahun 1998, perusahaan kosmetik The Body Shop, berdasarkan
survey oleh International Chief Executives dinyatakan oleh The
2 Financial Times sebagai 27th most respected perusahaan di dunia
karena kepeduliannya untuk tidak menggunakan binatang sebagai
cosmetics test.
Sumber : diolah dari Kotler (2005) dan Media Akuntansi (Juli 2005)

17
Tabel 3 Pengalaman / Hasil Survei bahwa Tanggung Jawab Social
dapat Meningkatkan Kemampuan Menarik Hati, Memotivasi, dan Mempertahankan
(Retain) Karyawan
Pengalaman / Hasil Survei
Penelitian Cone/Roper pada tahun 2001 pada dua kelompok
karyawan perusahaan (satu kelompok diberi informasi tentang
1 aktivitas social perusahaan dan kelompok lain tidak diinformasikan,
hasilnya karyawan yang diberi informasi menunjukkan 38% lebih
bangga akan perusahaan.
Survei tahun 2002 yang dilakukan oleh Citizenship Study, 80%
responden menyatakan menolak bekerja pada perusahaan jika
2
mereka tahun bahwa perusahaan memberikan dampak sosial
negatif.
Sumber : diolah dari Kotler (2005)

Tabel 4 Pengalaman / Hasil Survei bahwa Tanggung Jawab Social


dapat Menurunkan Biaya
Pengalaman / Hasil Survei
Johnson & Johnson dalam strateginya menggaet konsumen hijau
(Green consumers) mengubah teknik pengemasan menggunakan
kertas tipis-kuat, telah mengurangi bobot kemasan sebesar 2.750
1
ton, menghemat lebih 1.600 ton kertas senilai US $2,8 juta.
Penghematan penggunaan kertas ini berarti telah menyelamatkan
330 hektar hutan untuk diolah menjadi pulp sebagai bahan baku.
Philips Light Bulb Company merupakan perusahaan ramah
lingkungan karena karakteristik produknya Light Compaq
2
Fluorescent Lightbulb yang membutuhkan 40 watt listrik lebih
rendah dibanding bolam pijar konvensional.
Sumber : diolah dari Majalah Usahawan (Juni 2002)

Tabel 5 Pengungkapan CSR Berdasarkan Tema Pengungkapan


No Tema Jumlah (%)
1 Lingkungan Hidup 33 48
2 Ketenagakerjaan 69 100
3 Produk & Konsumen 55 80
4 Kemasyarakatan 42 61
Jumlah Sampel 69
Sumber : Nelly Masnila (2006)

18
Tabel 6 Pengungkapan CSR Perusahaan Berdasarkan Jumlah Tema yang Diungkap
No Jumlah Tema yang diungkap Jumlah (%)
1 Mengungkapkan seluruh (4) tema 25 36
2 Mengungkapkan hanya 3 tema 19 28
3 Mengungkapkan hanya 2 tema 17 25
4 Mengungkapkan hanya 1 tema 8 12
Jumlah Sampel 69
Sumber : Nelly Masnila (2006)

Tabel 7 Pengungkapan TJS Perusahaan Berdasarkan Tipe Pengungkapan


No Tipe Pengungkapan Jumlah (%)
1 Kualitatif Naratif (KN) 689 69
2 Kuantitatif Non Moneter (NM) 159 16
3 Kuantitatif Moneter (M) 150 15
Jumlah 998
Sumber : Nelly Masnila (2006)

Tabel 8 Pengungkapan TJS Perusahaan Berdasarkan Lokasi Pengungkapan


No Lokasi Pengungkapan Jumlah (%)
1 Overview (O) 334 33
2 Surat Dewan Komisaris (SDK) 60 6
3 Surat Dewan Direksi (SDD) 125 13
4 Diskusi dan Analisis Manajemen (DAM) 115 12
5 Catatan Atas Lap. Keuangan (CALK) 218 22
6 Lainnya (L) 146 15
998
Sumber : Nelly Masnila (2006)

19
CURRICULUM VITAE

Nama : Nelly Masnila, S.E.,M.Si.,Ak.


NIP : 132147138
Pangkat/Jabatan/Gol. : Penata TK. I / Lektor / III d
Bidang Keahlian : Akuntansi Keuangan
Tempat/Tgl. Lahir : Palembang / 14 Oktober 1968
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Staf Pengajar Jurusan Akuntansi
Politeknik Negeri Sriwijaya
Alamat Kantor : Jl. Srijaya Negara Bukit Besar Palembang
Telp. 0711 - 353414
Alamat Rumah : Komp. Taman Indah Blok A11 No. 04
Kel. Talang Kelapa Kec. Sukarami Palembang 30154

Pendidikan
Nama Sekolah /
No Lokasi Tahun Bidang
Lembaga Pendidikan
1. SD Xaverius III Palembang Lulus 1980 -
2. SMP Negeri 8 Palembang Lulus 1983 -
3. SMA Negeri 5 Palembang Lulus 1986 -
4. Universitas Sriwijaya Palembang Lulus 1992 S1 Akuntansi
5. Universitas Padjadjaran Bandung Lulus 2006 S2 Akuntansi

Pengalaman Penelitian
a. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi WP dalam Membayar PBB di
Kotamadya Palembang. (1998).
b. Beberapa Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Menjadi Distributor
Perusahaan MLM di Kota Palembang. (2000).
c. Hubungan Tingkat Bunga terhadap Jumlah Transaksi Gadai di Perum
Pegadaian Kotamadya Palembang. (2000).
d. Pengaruh Penerapan Informasi Akuntansi terhadap Kemampuan Perusahaan
Mendapatkan Laba. (2002).
e. Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap Pengungkapan Tanggung
Jawab Sosial Perusahaan dalam Laporan Tahunan Perusahaan Industri yang
Terdaftar di BEJ. (2005-2006).
f. Analisis Pola Corporate Social Responsibility Disclosure pada Perusahaan
yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. (2007-2008).

20
Makalah/Publikasi
a. Harmonisasi Standar Akuntansi Keuangan (SAK) dan Dampaknya terhadap
Pendidikan Akuntansi di Indonesia. (2004).
b. Social Accounting dan Corporate Social Responsibility : Sebuah Paradigma
Baru, (Majalah Teknika, 2006).
c. Aspek Perilaku Manusia dalam Proses Penganggaran, 2008.

Pelatihan
1. Pelatihan Metodologi Pengajaran – Bandung (1996)
2. Pelatihan Pengajaran Lab. Akuntansi – Semarang (1999)
3. Pelatihan Penyusunan Proposal Penelitian Dosen Muda – Bogor (2006)
4. Pelatihan Auditing – Bandung (2007)
5. Studi banding proses pembelajaran pada Ngee Ann Polytechnic Singapura
(2007)

21

Вам также может понравиться