Вы находитесь на странице: 1из 7

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN


Jl. R. A. Kartini No.11 A, Salatiga 50711
Jawa Tengah Indonesia
Telepon : (0298) 324-861; Fax : (0298) 321728
E-mail :fkikuksw@adm.com

PENGAMBILAN CONTOH MAKANAN (LEKER)

Federik Jovino1, Felix exuino2, Octapian Rolan Saragih3, Iswanto4, Krisman Zetli5, Kislewisa
Hawila6, Cintaningtyas Risdianti7, Frisca Joice Burdam8
1,2,3
Program Studi Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Kristen Satya Wacana

472017412

ABSTRACT
Food is a basic need for human life. Everyday we often consume foods that contain lots of
carbohydrates, proteins, fats, and sugar. One of them is a leker cake. Leker cakes are traditional
snacks that are popular in Central Java, namely in the city of Semarang and Yogyakarta and even
Salatiga. The purpose of this practicum is so that the practitioner is able to make a case study
scenario for nutritional analysis of a food with the standard method that has been set. After that so
that the practitioner understands how to take samples and find out the type of nutritional analysis that
will be used. The method used in this practicum uses qualitative and quantitative methods on food
ingredients that contain preservatives. The results of the leker cake analysis are that there are
proteins that contain high levels of gluten and ash content and high calorie levels. The conclusion of
the practicum this time is that the practitioner has been able to create a case study scenario for
nutritional analysis of a food with the standard method that has been set. After that so that the
practitioner understands how to take samples and find out the type of nutritional analysis that will be
used.
Keywords: protein, ash content, calories                                                               
Word: 205
ABSTRAK
Makanan merupakan kebutuhan mendasar bagi hidup manusia. Sehari-hari kita sering
mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung karbohidrat, protein, lemak, dan gula. Salah
satunya kue leker. Kue leker adalah jajanan tradisional yang populer di Jawa Tengah yaitu di Kota
Semarang dan Jogyakarta bahkan Salatiga. Tujuan dari praktikum ini adalah agar praktikan mampu
membuat skenario studi kasus untuk analysis gizi pada suatu makanan dengan metode baku yang
sudah ditetapkan. Setelah itu agar praktikan memahami cara pengambilan sampel dan mengetahui
jenis analysis gizi yang akan digunakan. Metode yang digunakan pada praktikum kali ini
menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif pada bahan makanan yang mengandung bahan
pengawet. Hasil dari analisis kue leker yaitu terdapat protein yang mengandung kadar gluten dan
kadar abu yang tinggi dan kadar kalori yang tinggi. Kesimpulan dari praktikum kali ini adalah
praktikan telah mampu membuat skenario studi kasus untuk analysis gizi pada suatu makanan dengan
metode baku yang sudah ditetapkan. Setelah itu agar praktikan memahami cara pengambilan sampel
dan mengetahui jenis analysis gizi yang akan digunakan.
Kata kunci : protein, kadar abu, kalori Kata : 165

1
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
Jl. R. A. Kartini No.11 A, Salatiga 50711
Jawa Tengah Indonesia
Telepon : (0298) 324-861; Fax : (0298) 321728
E-mail :fkikuksw@adm.com

PENDAHULUAN

Didalam kehidupan sehari-hari kita sering mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung
karbohidrat, protein, lemak, dan gula. Kali ini bahan atau sampel yang kami akan analysis yaitu kue
leker. Leker sendiri merupakan makanan tradisional yang lebih dikenal sebagai jajanan masa kecil.
Jenis makanan yang sudah jarang ditemui ini diolah menjadi lebih menarik serta mengikuti
perkembangan jaman dengan variasi topping yang beragam serta kemasan yang lebih eye-catching,
tetapi tetap mempertahankan unsur tradisionalnya dalam cara memasaknya.

Kue leker sudah cukup lama dikenal di Indonesia seperti Solo, Surabaya, dan Jakarta. Bagi
yang baru pertama kali dengan kue ini namanya memang sedikit aneh. Konon nama kue leker
berasal dari bahasa Belanda yaitu “lecker” yang artinya enak (Choirul Anam dan Erlynaa, 2016). 1

Kue leker ini adalah salah satu jajanan yang terbilang laris manis karena rasanya yang manis
dan enak yang banyak disukai para kalangan terutama anak muda dan anak anak kecil. Biasanya kue
leker yang sering di jual di sekolah-sekolah dasar, seorang penjual sengaja menjual kue leker ini di
SD karena banyak kalangan anak-anak kecil yang suka dengan kue ini karena bentuknya yang tipis
serta crispy dan manis harganya juga murah dan tidak merenggut kantong. Kue leker ini biasanya
dibentuk seperti mistar busur. Banyak negara berkembang seperti indonesia masih berkutat dalam
masalah gizi, masalah keamanan pangan menjadi penting untuk diperhatikan karena dampak yang
ditimbulkan dapat mempengaruhi masalah gizi dan kesehatan (Cahyadi,2008). 2

Dalam kue leker juga mengandung karbohidrat. Karbohidrat yang banyak dikonsumsi adalah
sayuran, buah-buahan, beras, kacang-kacangan, dan produk tepung lainnya. Karbohidrat merupakan
bahan yang penting dan sumber tenaga yang terdapat dalam tumbuhan dan daging hewan. Selain itu,
karbohidrat juga menjadi komponen struktur penting pada makhluk hidup dalam bentuk sert (fiber),
seperti selulosa, pektin, serta lignin. Masalah penggunaan bahan tambahan makanan dalam proses
produksi perlu diwaspadai bersama, baik oleh produsen maupun konsumen, mengingat
penggunaannya dapat berakibat positif maupun negatif bagi masyarakat (Edahwati, 2010).3
Tujuan dari praktikum ini adalah agar praktikan mampu membuat skenario studi kasus untuk
analysis gizi pada suatu makanan dengan metode baku yang sudah ditetapkan. Setelah itu agar
praktikan memahami cara pengambilan sampel dan mengetahui jenis analysis gizi yang akan
digunakan.

METODE

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jumat, 14 September 2018, pukul 14.00-15. WIB di
toko penjual kue Leker. Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah alat tulis, buku tulis, dan
handphone. Bahan yang digunakan adalah makanan kue leker. Peretama-tama praktikan membuat
skenario studi kasus untuk analisis gizi dengan beraneka ragam dari suatu makanan dengan metode
baku yang sudah ditetapkan. Praktikan membuat skenario yang dimulai dari tempat megambil sampel,
jenis analisis gizi yang dilakukan, jumlah total produksi, pendistribusian produksi, berat di setiap
kemasan, metode pengambilan sampel, dan metode analisis gizi. Praktikan membuat laporan dari
skenario studi kasus yang telah di buat. Setelah itu yang dilakukan adalah kunjungi toko atau tempat

2
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
Jl. R. A. Kartini No.11 A, Salatiga 50711
Jawa Tengah Indonesia
Telepon : (0298) 324-861; Fax : (0298) 321728
E-mail :fkikuksw@adm.com

penjualan kue leker yang berada didepan SMA N 3 Salatiga. Kemudian pada siang hari ketika jam
buka toko kami datang dan melakukan wawancara.

HASIL

Dari hasil survei tanya jawab dengan produsen pada tempat produksi sekaligus penjual kue
leker dicabang Joker Salatiga. Setelah selesai melakukan wawancara dengan produsen didapatkan
hasil total produksi yang dihasilkan dalam satu hari adalah sekitar 65 per hari. Sebagian hasil
produksi ini disuplay ke beberapa tempat dan sebagian nya lagi adalah pesanan. Dengan suplay ada
dua tempat salah satunya yaitu di salatiga. Berat setiap kue leker yang ditambah toping coklat keju
dengan satu bungkus memiliki berat yaitu 50 gr.

Sampel kue leker cabang tempat produksi sekaligus penualan leker

PEMBAHASAN

Hasil dari wawancara dengan pedagang yang menjual kue leker diketahui bahwa dia seorang
karyawan yang bekerja di toko cabang. Berdasarkan hasil analisis di lapangan mengenai pengambilan
sampel pada makanan untuk menguji ada atau tidaknya zat pemanis buatan pada kue leker. Bahan-
bahan apa yang digunakan untuk membuat adonan kue leker antara lain 150 gr tepung terigu protein
sedang, 200 gr tepung beras, 50 gr tepung tapioka, 2 sdm margarine blue band yang sudah dicairkan,
500 ml susu cair, 2 butir telur (kocok leppas), 2 sdt baking powder, 2 sdt vanili bubuk.

Untuk pengambilan sampel agar dapat mewakili dari hasil produksi, berdasarkan teori, untuk
sampel yang merupakan sumber kalori diambil 1-2 kg. Jadi untuk pengambilan sampel kue leker
tersebut , 1 buah kue leker yang ditambahkan toping coklat keju memilki berat yaitu 50 gr, berarti
untuk memenuhi 1 kg atau 1000 gr kami mengambil sampel sekitar 15 bungkus kue leker. Namun
tidak sepenuhnya pengambilan sampel bergantung dengan tetapan tersebut, pengambilan sampel ini
juga didasarkan pada uji yang akan dilakukan. Untuk uji yang akan dilakukan ini adalah pengujian
kandungan gluten dan kadar abu pada bahan pangan secara kualitatif. Sampel kue leker ini
selanjutnya akan dianalisis secara kualitatif unutk melihat ada atau tidak nya kandungan protein dan
karbohidrat pada kue leker.

3
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
Jl. R. A. Kartini No.11 A, Salatiga 50711
Jawa Tengah Indonesia
Telepon : (0298) 324-861; Fax : (0298) 321728
E-mail :fkikuksw@adm.com

Jenis uji yang akan digunakan harus relevan yang sesuai dengan SNI, yang akan dilakukan
adalah sebagai berikut analisis kuantitatif protein dengan metode uji kadar gluten (SNI 01-3751-
2006) serta analisis kualitatif kadar abu dengan metode pemanggangan (SNI 01-2891-1992).

Analisis Kuantitatif Protein Dengan Metode Uji Kadar Gluten (SNI 01-3751-2006)

Tepung terigu merupakan bahan dasar pembuatan kue leker. Tepung terigu diperoleh dari
gandum (Triticum vulgare). Mutu terigu yang dikehendaki adalah terigu yang mempunyai kandungan
air 14%; kadar protein 8-12%; kadar abu 0,25-1,60%; dan gluten basah 24-36%. Adanya kandungan
tepung terigu tersebut maka fungsi tepung terigu membentuk jaringan dan kerangka dari roti sebagai
akibat dari pembentukan gluten. Protein yang ada di dalam tepung terigu yang tidak larut dalam air
akan menyerap air dan ketika diaduk/diulen akan membentuk gluten yang akan menahan gas CO2
hasil reaksi ragi dengan pati di dalam tepung.

Keistimewaan terigu diantara serealia lainnya adalah kemampuannya membentuk glutein pada
adonan kue menyebabkan kue yang dihasilkan tidak mudah putus dan patah pada proses pencetakan
dan pemanggangan. Yang dikehendaki adalah terigu yang memiliki kadar air 14%, kadar protein 8-
12%, kadar abu 0,025-0,60% dan glutein basah 24-36%.

Berdasarkan kandungan glutein (protein), tepung terigu yang beredar dipasaran dapat
dibedakan atas 3 macam yaitu, Hard flour: Tepung ini berkualitas paling baik. Kandungan proteinnya
12-13%. Tepung ini biasanya digunakan untuk pembuatan roti dan mie berkualitas tinggi. Contohnya,
terigu dengan merk dagang Cakra Kembar. Medium hard flour: terigu ini mengandung protein sebesar
9,5-11%. Tepung ini banyak digunakan untuk pembuatan roti, mie dan macam-macam kue, serta
biscuit. Contohnya terigu dengan merk dagang segitiga biru. Soft flour: terigu ini mengandung protein
sebesar 7-8,5%. Penggunaannya cocok sebagai bahan pembuatan kue dan biscuit. Contohnya terigu
dengan merk dagang kunci biru. Dalam prakteknya, tepung terigu yang digunakan dalam pembuatan
kue dan produk lainya seperti mie terdiri dari campuran dua jenis terigu hard flour dan medium hard
flour. Pencampuran kedua jenis tepung tersebut dimaksudkan untuk mendapatkan konsentrasi protein
yang dikehendaki sehingga akan menghasilkan tekstur, konsistensi dan rasa yang khas dari produk
yang bersangkutan (Astawan, 2008).4

Analisis Kuanitatif Kadar Abu Dengan Metode Pemanggangan (SNI 01-2891-1992).

Pertama-tama diambil cawan kosong yang akan digunakan ditimbang terlebih dahulu. Setelah
itu sampel ditimbang sebanyak 3-5 gram dan dimasukkan kedalam cawan yang sudah diketahui
beratnya tadi. Cawan yang berisi sampel dimasukkan ke dalam furnace selama 1 jam dengan suhu
550-600°C. Setelah itu, cawan yang berisi sampel didinginkan selama 70-90 menit didalam desikator
dan ditimbang hingga bobotnya tetap. Kemudian cawan yang berisi sampel diletakkan diatas hotplate
dan dibakar hingga asap pada sampel menghilang. Pengabuan dilanjutkan ke dalam furnace dengan
suhu 550-600°C selama ±3 jam hingga diperoleh abu berwarna putih keabuan. Lalu cawan yang berisi
sampel didinginkan kembali hingga suhu turun menjadi 100-110°C. Jika cawan yang berisi sampel
sudah dingin, diangkat dan didinginkan kedalam desikator selama 70-90 menit. Kemudian berat
cawan dan abu ditimbang kembali.

4
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
Jl. R. A. Kartini No.11 A, Salatiga 50711
Jawa Tengah Indonesia
Telepon : (0298) 324-861; Fax : (0298) 321728
E-mail :fkikuksw@adm.com

Penentuan kadar abu total dapat digunakan untuk berbagai tujuan, antara lain untuk
menentukan baik atau tidaknya suatu pengolahan, mengetahui jenis bahan yang digunakan, dan
sebagai penentu parameter nilai gizi suatu bahan makanan. Penggilingan gandum, misalnya, apabila
masih banyak lembaga dan endosperm maka kadar abu yang dihasilkannya tinggi. Banyaknya
lembaga dan endosperm pada gandum menandakan proses pengolahan kurang baik karena masih
banyak mengandung bahan pengotor yang menyebabkan hasil analisis kadar abu menjadi tidak murni.
Kandungan abu juga dapat digunakan untuk memperkirakan kandungan dan keaslian bahan yang
digunakan. Kadar abu sebagai parameter nilai gizi, contohnya pada analisis kadar abu tidak larut
asam.

Menurut BPOM (2003) dalam SK Pedoman IRT, pangan yang layak dikonsumsi adalah pangan
yang berada dalam kondisi normal yaitu tidak menyimpang seperti busuk, kotor, menjijikkan dan
penyimpangan lainnya. Sedangkan pangan yang aman dikonsumsi adalah pangan yang tidak
mengandung bahan-bahan yang dapat membahayakan kesehatan, seperti bahan yang menimbulkan
penyakit atau keracunan.

Depkes RI.,(2008)5, pangan yang tercemar oleh bakteri pathogen tidak selalu mengalami
perubahan warna, bau, dan rasa. Oleh karena itu, bahan pangan yang layak dikonsumsi tidak dapat
ditentukan secara kasat mata baik oleh indra penciuman, dan indra penglihatan.

Pengertian Sampling Sistematis atau Definisi Sampling Sistematis adalah teknik pengambilan
sampel berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut.Contoh Sampling
Sistematis, anggota populasi yang terdiri dari 100 orang, dari semua semua anggota populasi itu diberi
nomor urut 1 sampai 100. Pengambilan sampel dapat dilakukan dengan mengambil nomor ganjil saja,
genap saja, atau kelipatan dari bilangan tertentu, misalnya kelipatan dari bilangan lima. Untuk itu
maka yang diambil sebagai sampel adalah nomor urut 1, 5, 10, 15, 20 dan seterusnya sampai 100.

Ada empat macam teknik pengambilan sampel yang termasuk dalam teknik pengambilan
sampel dengan probabilitas sampling. Keempat teknik tersebut, yaitu cara acak, stratifikasi, klaster,
dan sistematis.

1. Sampling Acak. Ada beberapa nama untuk menyebutkan teknik pemilihan sampling ini.
Nama tersebut termasuk di antaranya: random sampling atau teknik acak. Apa pun namanya teknik ini
sangat populer dan banyak dianjurkan penggunaannya dalam proses penelitian. Pada teknik acak ini,
secara teoretis, semua anggota dalam populasi mempunyai probabilitas atau kesempatan yang sama
untuk dipilih menjadi sampel. Untuk mendapat responden yang hendak dijadikan sampel, satu hal
penting yang harus diketahui oleh para peneliti adalah bahwa perlunya bagi peneliti untuk mengetahui
jumlah responden yang ada dalam populasi.

2. Teknik Stratifikasi. Dalam penelitian pendidikan maupun penelitian sosial lainnya, sering
kali ditemui kondisi populasi yang ada terdiri dari beberapa lapisan atau kelompok individual dengan
karakteristik berbeda. Di sekolah, misalnya ada kelas satu, kelas dua, dan kelas tiga. Mereka juga
dapat dibedakan menurut jenis kelamin responden menjadi kelompok laki-laki dan kelompok
perempuan. Di masyarakat, populasi dapat berupa kelompok masyarakat, misalnya petani, pedagang,
pegawai negeri, pegawai swasta, dan sebagainya. Keadaan populasi yang demikian akan tidak tepat

5
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
Jl. R. A. Kartini No.11 A, Salatiga 50711
Jawa Tengah Indonesia
Telepon : (0298) 324-861; Fax : (0298) 321728
E-mail :fkikuksw@adm.com

dan tidak terwakili; jika digunakan teknik acak. Karena hasilnya mungkin satu kelompok terlalu
banyak yang terpilih sebagai sampel, sebaliknya kelompok lain tidak terwakili karena tidak muncul
dalam proses pemilihan. Teknik yang paling tepat dan mempunyai akurasi tinggi adalah teknik
sampling dengan cara stratifikasi. Teknik stratifikasi ini harus digunakan sejak awal, ketika peneliti
mengetahui bahwa kondisi populasi terdiri atas beberapa anggota yang memiliki stratifikasi atau
lapisan yang berbeda antara satu dengan lainnya. Ketepatan teknik stratifikasi juga lebih dapat
ditingkatkan dengan menggunakan proporsional besar kecilnya anggota lapisan dari populasi
ditentukan oleh besar kecilnya jumlah anggota populasi dalam lapisan yang ada. Seperti halnya teknik
memilih sampel secara acak, teknik stratifikasi juga mempunyai langkah-langkah untuk menentukan
sampel yang diinginkan.

3. Teknik Klaster. Teknik klaster merupakan teknik memilih sampel lainnya dengan
menggunakan prinsip probabilitas. Teknik ini mempunyai sedikit perbedaan jika dibandingkan
dengan kedua teknik yang telah dibahas di atas. Teknik klaster atau Cluster Sampling ini memilih
sampel bukan didasarkan pada individual, tetapi lebih didasarkan pada kelompok, daerah, atau
kelompok subjek yang secara alami berkumpul bersama. Teknik klaster sering digunakan oleh para
peneliti di lapangan yang wilayahnya mungkin luas. Dengan menggunakan teknik klaster ini, mereka
lebih dapat menghemat biaya dan tenaga dalam menemui responden yang menjadi subjek atau objek
penelitian. Memilih sampel dengan menggunakan teknik klaster ini mempunyai beberapa langkah
seperti berikut. Identifikasi populasi yang hendak digunakan dalam studi. Tentukan besar sampel yang
diinginkan. Tentukan dasar logika untuk menentukan klaster. Perkirakan jumlah rata-rata subjek yang
ada pada setiap klaster. Daftar semua subjek dalam setiap klaster dengan membagi antara jurnlah
sampel dengan jumlah klaster yang ada. Secara random, pilih jumlah angggota sampel yang
diinginkan untuk setiap klaster. Jumlah sampel adalah jumlah klaster dikalikan jumlah anggota
populasi per klaster.

4. Teknik Secara Sistematis. Teknik memilih sampel yang keempat adalah teknik sistematis
atau systematic sampling. Teknik pemilihan ini menggunakan prinsip proporsional. Caranya ialah
dengan menentukan pilihan sampel pada setiap 1/k, di mana k adalah suatu angka pembagi yang telah
ditentukan misalnya 5,6 atau 10. Syarat yang perlu diperhatikan oleh para peneliti adalah adanya
daftar atau list semua anggota populasi. Untuk populasi yang didaftar atas dasar urutan abjad
pemakaian metode menggunakan teknik sistematis juga dapat diterapkan. Walaupun mungkin saja
terjadi bahwa suatu nama seperti nama yang berawalan su, sri dalam bahasa Indonesia akan terjadi
pengumpulan nama dalam awalan tersebut. Sisternatis proporsional k dapat memilih dengan baik.
Teknik observasi lapangan khusus untuk penelitian di lokasi tambang Pengumpulan Data penelitian
Teknik ini dilakukan dengan cara melakukan pengamatan langsung di lapangan. Mengamati tidak
hanya melihat, melainkan merekam, menghitung, mengukur, dan mencatat kejadian yang ada di
lapangan. Teknik ini ada dua macam, yaitu observasi langsung (observasi partisipasi) yaitu apabila
pengumpulan data melalui pengamatan dan pencatatan gejalagejala pada objek yang dilakukan secara
langsung di tempat kejadian, dan observasi tidak langsung (observasi non-partisipasi) yaitu
pengumpulan data melalui pengamatan dan pencatatan gejala-gejala pada objek tidak secara langsung
di lapangan. Beberapa cara yang biasa dilakukan dalam observasi adalah sebagai berikut: 1) Membuat
catatan anekdot (anecdotal record), yaitu catatan informal yang digunakan pada waktu melakukan
observasi. Catatan ini berisi fenomena atau peristiwa yang terjadi saat observasi. 2) Membuat daftar

6
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
Jl. R. A. Kartini No.11 A, Salatiga 50711
Jawa Tengah Indonesia
Telepon : (0298) 324-861; Fax : (0298) 321728
E-mail :fkikuksw@adm.com

cek (checklist), yaitu daftar yang berisi catatan setiap faktor secara sistematis. Daftar cek ini biasanya
dibuat sebelum observasi dan sesuai dengan tujuan observasi. 3) Membuat skala penilaian (rating
scale), yaitu skala yang digunakan untuk menetapkan penilaian secara bertingkat untuk mengamati
kondisi data secara kualitiatif. 4) Mencatat dengan menggunakan alat (mechanical device), yaitu
pencatatan yang dilakukan melalui pengamatan dengan menggunakan alat, misalnya slide, kamera,
komputer, dan alat perekam suara. Observasi tersebut dapat terbentang mulai dari kegiatan
pengumpulan data yang formal hingga yang tidak formal. Bukti observasi seringkali bermanfaat untuk
memberikan informasi tambahan tentang topik yang akan diteliti. Observasi dapat menambah
dimensi-dimensi baru untuk pemahaman konteks maupun fenomena yang akan diteliti.

KESIMPULAN

Kesimpulan dari praktikum kali ini praktikan telah mampu membuat skenario studi kasus
untuk analysis gizi pada suatu makanan dengan metode baku yang sudah ditetapkan. Setelah itu agar
praktikan memahami cara pengambilan sampel dan mengetahui jenis analysis gizi yang akan
digunakan.

DAFTAR PUSTAKA
1.
Choirul Anam dan Erlyna Wida. (2016). Pengelolaan Home Industry Usaha Bakpia Di Kabupaten
Klaten. Solo: Skirpsi Mahasiswa Universitas.
2.
Cahyadi, Wisnu., (2008). Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan. Jakarta ; Bumi
Aksara.
3.
Edahwati, L., (2010), Perpindahan Massa Karbohidrat Menjadi Glukosa dari Buah Kersen dengan
Proses Hidrolisis, Jurnal Penelitian Ilmu Teknik : Bandung.
4.
Astawan, M. (2008). Khasiat Warna Warni Makanan. Jakarta. PT. Gramedia Pustaka Utama.
5.
Depkes RI. (2008). Kumpulan Modul Kursus Higiene Sanitasi Makanan dan Minuman. Jakarta

Вам также может понравиться