Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Habibullah
Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial, Kementerian Sosial RI
Jl. Dewi Sartika Nomor 200, Cawang III Jakarta Timur
E-mail: habibullah@kemsos.go.id
Abstract
The focus of this study is the implications of the Act Number 23 of 2014 on local government for the implementation
of social welfare by using desk study. The Act has implications either for the local authorities or for the regional and
social affairs. Compulsory social affairs are a matter of basic services, and consequentially, local governments should
prioritize the implementation of social welfare in the region both institutionally and financially. Concurrent affairs
are the matters shared between the central government and local government divided into seven sub-areas. In the
sub-field-based social rehabilitation of social institutions in addition to the rehabilitation of former drug abusers and
people with HIV/AIDS implemented by the Provincial Government. Therefore, it is necessary to assign social homes of
Technical Implementation Unit of The Ministry of Social Affairs to the Provincial Government. However, the transfer
of social institutions will create constraints, namely: the beneficiaries of inter-provincial social homes and social
institutions of Technical Implementation Unit of the Ministry of Social Affairs are available not in all provinces. This
study recommends local governments to prioritize social welfare because it is an obligatory basic service and it does
not carry out the transfer of Technical Implementation Unit of the Ministry of Social Affairs to the local governments.
Keywords: the local government, social affairs, the type of social services.
Abstrak
Fokus dari kajian ini adalah implikasi Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang pemerintahan daerah terhadap
penyelenggaraan kesejahteraan sosial dengan menggunakan studi dokumentasi. Undang-Undang tersebut berimplikasi
terhadap kewenangan pemerintah daerah, perangkat daerah dan urusan sosial. Urusan sosial merupakan urusan
wajib pelayanan dasar, konsekuensinya pemerintah daerah harus memprioritaskan penyelenggaraan kesejahteraan
sosial di daerah baik secara kelembagaan maupun pembiayaan. Pada urusan konkuren yaitu urusan yang dibagi
antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah dan urusan sosial dibagi menjadi 7 sub bidang. Pada sub bidang
rehabilitasi sosial berbasis panti sosial selain rehabilitasi bekas korban penyalahgunaan NAPZA dan orang dengan
HIV/AIDS dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi. Oleh karena itu diperlukan penyiapan pengalihan panti sosial
UPT Kementerian Sosial RI ke Pemerintah Provinsi, namun pengalihan panti sosial tersebut akan mengalami kendala
yaitu penerima manfaat panti sosial lintas provinsi dan panti sosial UPT Kementerian Sosial tidak ada di semua
provinsi. Kajian ini merekomendasikan pemerintah daerah lebih memprioritaskan penyelenggaraan kesejahteraan
sosial karena merupakan urusan wajib pelayanan dasar dan tidak melaksanakan pengalihan UPT Kementerian Sosial
RI ke pemerintah daerah.
Kata kunci: pemerintah daerah, urusan sosial, tipe dinas sosial.
20 Sosio Informa Vol. 2, No. 01, Januari - April, Tahun 2016. Kesejahteraan Sosial
khususnya bagi Kementerian Sosial maupun yang diberikan oleh pemerintah pusat kepada
Pemerintah Daerah sehingga efektivitas daerah dan dalam pelaksanaannya dilakukan
penyelenggaraan kesejahteraan sosial. oleh kepala daerah dan DPRD dengan dibantu
Penelitian ini menggunakan teknik analisis oleh perangkat daerah. Urusan Pemerintahan
deskriptif kualitatif Data yang diperoleh untuk yang diserahkan ke daerah berasal dari
penelitian ini berupa data sekunder diperoleh kekuasaan pemerintahan yang ada ditangan
dari hasil studi pustaka. Presiden. Konsekuensi dari negara kesatuan
adalah tanggung jawab akhir pemerintahan ada
PEMBAHASAN ditangan Presiden. Agar pelaksanaan urusan
Implikasi Terhadap Kewenangan pemerintahan yang diserahkan ke daerah
Pemerintah Daerah berjalan sesuai dengan kebijakan nasional
maka presiden berkewajiban untuk melakukan
Pada penjelasan umum Undang-Undang
Nomor 23 tahun 2014 tentang pemerintahan pembinaan dan pengawasan terhadap
daerah, penyelenggaraan pemerintahan daerah penyelenggaraan pemerintahan daerah.
diarahkan untuk mempercepat terwujudnya Ada perbedaan pembagian kewenangan antara
kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pusat dan daerah pada Undang-Undang Nomor
pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta
32 tahun 2004 dan Undang-Undang Nomor 23
masyarakat, serta peningkatan daya saing
tahun 2014 yaitu pada Undang-Undang Nomor 32
daerah dengan memperhatikan prinsip
tahun 2004, urusan pemerintahan hanya terbagi
demokrasi, pemerataan, keadilan, dan kekhasan
dua yaitu urusan absolut dan urusan konkuren,
suatu daerah dalam sistem negara kesatuan
sedangkan pada Undang-Undang Nomor 23
republik indonesia. Efisiensi dan efektivitas
tahun 2014 urusan pemerintahan terbagi menjadi
penyelenggaraan pemerintahan daerah perlu
urusan absolut, urusan pemerintahan umum dan
ditingkatkan dengan lebih memperhatikan
aspek-aspek hubungan antara pemerintah pusat urusan konkuren.
dengan daerah dan antar daerah, potensi dan Pada urusan pemerintahan konkuren
keanekaragaman daerah, serta peluang dan yaitu urusan pemerintahan yang dibagi antara
tantangan persaingan global dalam kesatuan pemerintah pusat dan daerah provinsi dan
sistem penyelenggaraan pemerintahan negara.
daerah kabupaten/kota. Urusan pemerintahan
Secara teoritis, desentralisasi mendekatkan konkuren yang diserahkan ke daerah menjadi
jarak sosial antara pengambil kebijakan dan dasar pelaksanaan otonomi daerah. Urusan
publik yang merasakan dampak kebijakan pemerintahan konkuren terdiri atas urusan
itu. Pengambil kebijakan itu akan merasakan pemerintahan wajib dan urusan pemerintahan
dampak langsung kebijakan yang diambilnya. pilihan yang dibagi antara pemerintah pusat,
Karena itu, diharapkan kebijakan yang diambil daerah provinsi, dan daerah kabupaten/kota.
lebih sesuai dengan realitas yang sebenarnya dan Urusan pemerintahan wajib dibagi dalam urusan
ruang lebih besar untuk partisipasi masyarakat pemerintahan wajib yang terkait pelayanan
(Satria, 2016). dasar dan urusan pemerintahan wajib yang
tidak terkait pelayanan dasar. Untuk urusan
Pada hakikatnya otonomi daerah diberikan
pemerintahan wajib yang terkait pelayanan
kepada rakyat sebagai satu kesatuan masyarakat
dasar ditentukan Standar Pelayanan Minimal
hukum yang diberi kewenangan untuk mengatur
(SPM) untuk menjamin hak-hak konstitusional
dan mengurus sendiri urusan pemerintahan
masyarakat.
22 Sosio Informa Vol. 2, No. 01, Januari - April, Tahun 2016. Kesejahteraan Sosial
Urusan pemerintahan wajib yang berkaitan sendiri yaitu anggaran program pada APBD
dengan pelayanan dasar, ada 6 urusan wajib akan relatif lebih besar jika dibanding dengan
pelayanan dasar yaitu: 1) Pendidikan, 2) perangkat daerah digabung dengan urusan lain.
Kesehatan, 3) Pekerjaan umum dan penataan
ruang, 4) Perumahan rakyat dan kawasan Implikasi Terhadap Perangkat Daerah
permukiman, 5) Ketenteraman, ketertiban Berdasarkan Undang-Undang Nomor
umum dan perlindungan masyarakat dan 6) 32 tahun 2004 perangkat daerah provinsi
Sosial. Ada 18 urusan pemerintahan wajib adalah unsur pembantu kepala daerah dalam
yang tidak berkaitan dengan pelayanan dasar penyelenggaraan pemerintahan daerah yang
meliputi: 1) Tenaga kerja, 2) Pemberdayaan terdiri dari sekretariat daerah, sekretariat
perempuan dan pelindungan anak, 3) Pangan, DPRD, dinas daerah dan lembaga teknis
4) Pertanahan 5) Lingkungan hidup 6) daerah. Perangkat daerah kabupaten/kota
Administrasi kependudukan dan pencatatan adalah unsur pembantu kepala daerah dalam
sipil, 7) Pemberdayaan masyarakat dan desa, penyelenggaraan pemerintahan daerah yang
8) Pengendalian penduduk dan keluarga terdiri dari sekretariat daerah, sekretariat
berencana, 9) Perhubungan, 10) Komunikasi DPRD, dinas daerah, lembaga teknis daerah,
dan informatika, 11) Koperasi, usaha kecil, kecamatan, dan kelurahan. Sedangkan
dan menengah, 12) Penanaman modal, 13) berdasarkan Undang-Undang Nomor 23
Kepemudaan dan olah raga, 14) statistik, 15) tahun 2014, perangkat daerah provinsi terdiri
Persandian, 16) Kebudayaan, 17) Perpustakaan, atas: Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD,
dan 18) Kearsipan. Urusan pemerintahan Inspektorat, Dinas, dan Badan sedangkan
pilihan meliputi: 1) Kelautan dan perikanan 2) perangkat daerah Kabupaten/Kota, terdiri
Pariwisata, 3) Pertanian, 4) Kehutanan, 5) Energi atas: Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD,
dan sumber daya mineral 6) Perdagangan, 7) Inspektorat, Dinas, Badan, dan Kecamatan.
Perindustrian dan 8) Transmigrasi. Selain perangkat daerah pada daerah provinsi
dan kabupaten/kota terdapat Satuan Polisi
Dengan demikian ada pembedaan
Pamong Praja (Satpol PP).
kewenangan antara antara urusan wajib dan
urusan pilihan yang diselenggarakan oleh Dengan demikian ada perbedaan perangkat
pemerintah daerah. Pembedaan antara urusan daerah berdasarkan Undang-Undang Nomor 23
wajib dan urusan pilihan tersebut berimplikasi tahun 2014 dengan Undang-Undang Nomor 32
terhadap kelembagaan/perangkat daerah dan tahun 2004 yaitu munculnya inspektorat dan
anggaran program yang dibiayai melalui badan sebagai kelompok tersendiri yang masuk
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah kelompok lembaga teknis daerah.
(APBD). Pada urusan kelembagaan/perangkat
Pada Undang-Undang Nomor 32 tahun
daerah, pemerintah daerah dalam menyusun
2004, besaran organisasi perangkat daerah
Struktur Organisasi dan Tata Laksana (SOTK)
ditetapkan berdasarkan variabel: jumlah
perangkat daerah mengutamakan pembentukan
penduduk; luas wilayah; dan jumlah Anggaran
perangkat daerah yang merupakan urusan
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
wajib dan tidak menggabungkan perangkat
Jumlah perangkat daerah menggunakan besaran
daerah/dinas atau perangkat daerah/dinas
nilai yang didapat daerah tersebut, dengan
yang menangani urusan wajib berdiri sendiri.
pembagian besar sebagai berikut:
Implikasi dari perangkat daerah/dinas berdiri
1. Besaran organisasi perangkat daerah dengan jumlah perangkat daerah tersebut menyebabkan
nilai kurang dari 40 terdiri dari: sekretariat juga pemerintah daerah cenderung membatasi
daerah, terdiri dari paling banyak 3 asisten; dinas yang hanya cenderung menghabiskan
sekretariat DPRD; dinas paling banyak 12; anggaran APBD dan pemerintah daerah
dan lembaga teknis daerah paling banyak 8. cenderung tergantung dengan anggaran APBN
2. Besaran organisasi perangkat daerah pemerintah pusat untuk urusan pelayanan dasar.
dengan nilai antara 40 sampai dengan 70
Hal tersebut berbeda dengan Undang-
terdiri dari: sekretariat daerah, terdiri dari
Undang Nomor 23 tahun 2014 karena jumlah
paling banyak 3 asisten; sekretariat DPRD;
dinas paling banyak 15; dan lembaga teknis penduduk, luas wilayah dan jumlah Anggaran
daerah paling banyak 10. Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) disebut
faktor umum dan hanya mempunyai bobot 20
3. Besaran organisasi perangkat daerah dengan
persen. Sedangkan 80 persen merupakan faktor
nilai lebih dari 70 terdiri dari: sekretariat
daerah, terdiri dari paling banyak 4 asisten; teknis meliputi beban tugas utama pada masing-
sekretariat DPRD; dinas paling banyak 18; masing urusan pemerintahan yang menjadi
dan lembaga teknis daerah paling banyak 12. kewenangan pada setiap susunan pemerintahan
dan unsur penunjang urusan pemerintahan.
Dengan adanya pembatasan jumlah
perangkat daerah khususnya jumlah dinas Dengan demikian tipologi dinas lebih
dan lembaga teknis daerah menyebabkan ditentukan oleh faktor teknis yaitu 80 persen,
pemerintah daerah menggabungkan beberapa khususnya beban kerja urusan pemerintahan.
dinas tanpa memandang bahwa penggabungan Berdasarkan beban kerja, Dinas dapat
dinas tersebut menyebabkan kurang efektifnya diklasifikasikan dalam 3 Tipe. Tipe ditetapkan
pelayanan dasar bagi warganya. Pembatasan dengan klasifikasi yaitu:
24 Sosio Informa Vol. 2, No. 01, Januari - April, Tahun 2016. Kesejahteraan Sosial
a. Dinas Tipe A dibentuk untuk mewadahi berdasarkan pertimbangan adanya urusan
urusan pemerintahan yang menjadi pemerintahan yang perlu ditangani. Penanganan
kewenangan daerah dengan beban kerja urusan tidak harus dibentuk ke dalam organisasi
yang besar tersendiri. Dalam hal beberapa urusan yang
b. Dinas Tipe B dibentuk untuk mewadahi ditangani oleh satu perangkat daerah, maka
urusan pemerintahan yang menjadi penggabungannya sesuai dengan perumpunan
kewenangan daerah dengan beban kerja urusan pemerintahan yang dikelompokkan
yang sedang. dalam bentuk dinas dan lembaga teknis daerah.
c. Dinas Tipe C dibentuk untuk mewadahi Pelaksanaan tugas dan fungsi staf, pelayanan
urusan pemerintahan yang menjadi administratif serta urusan pemerintahan umum
kewenangan daerah dengan beban kerja lainnya yang tidak termasuk dalam tugas dan
yang kecil. fungsi dinas maupun lembaga teknis daerah
Penyusunan organisasi perangkat daerah dilaksanakan oleh sekretariat daerah.
Tabel 1 Perbandingan Perangkat Daerah dan Perumpunan Urusan yang Diwadahi Dalam Bentuk Dinas
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 dan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014
Undang-Undang Nomor 32 Undang-Undang Nomor 23
tahun 2004 tahun 2014
Perangkat Daerah Sekretariat daerah, sekretariat DPRD, Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD,
dinas daerah dan lembaga teknis daerah Inspektorat, Dinas, dan Badan
Perumpunan urusan yang 1. bidang pendidikan, pemuda dan 1. pendidikan, kebudayaan, kepemudaan
diwadahi dalam bentuk olahraga; dan olahraga;
dinas 2. bidang kesehatan; 2. kesehatan, sosial, pemberdayaan
3. bidang sosial, tenaga kerja dan perempuan dan perlindungan
transmigrasi; anak, pengendalian penduduk dan
4. bidang perhubungan, komunikasi keluarga berencana, administrasi
dan informatika; kependudukan dan pencatatan sipil
5. bidang kependudukan dan catatan serta pemberdayaan masyarakat dan
sipil; desa;
6. bidang kebudayaan dan pariwisata; 3. ketentraman, ketertiban umum dan
7. bidang pekerjaan umum yang perlindungan masyarakat sub urusan
meliputi bina marga, pengairan, bencana dan kebakaran serta sub
cipta karya dan tata ruang; urusan ketentraman dan ketertiban
8. bidang perekonomian yang umum.
meliputi koperasi dan usaha mikro, 4. penanaman modal, koperasi, usaha
kecil dan menengah, industri dan kecil dan menengah, perindustrian,
perdagangan; perdagangan, energi dan sumber daya
9. bidang pelayanan pertanahan; mineral, transmigrasi, tenaga kerja dan
10. bidang pertanian yang meliputi pariwisata.
tanaman pangan, peternakan, 5. komunikasi dan informatika, statistik,
perikanan darat, kelautan dan dan persandian;
perikanan, perkebunan dan 6. perumahan dan kawasan permukiman,
kehutanan; pekerjaan umum dan penataan ruang,
11. bidang pertambangan dan energi; pertanahan, dan perhubungan;
dan 7. pangan, pertanian, serta kelautan dan
12. bidang pendapatan, pengelolaan perikanan,
keuangan dan aset. 8. lingkungan hidup dan kehutanan;
9. perpustakaan dan kearsipan
Sumber: hasil kajian, 2016
26 Sosio Informa Vol. 2, No. 01, Januari - April, Tahun 2016. Kesejahteraan Sosial
juga menyebabkan pemerintah daerah pembangunan dan kemampuan pemerintah
dalam pengalokasian anggaran pada APBD- daerah dalam pembiayaan program-program
nya harus memprioritaskan pembiayaaan pembangunan tersebut. Oleh karena itu
penyelenggaraan kesejahteraan sosial. Selama meskipun tidak bersifat hirarkis masih sangat
ini pembiayaan penyelenggaraan kesejahteraan diperlukan peranan pemerintah pusat dalam
sosial belum menjadi prioritas dan lebih penyelenggaraan kesejahteraan sosial.
bertumpu pada pemerintah pusat melalui
Pada urusan pemerintahan konkuren
APBN.
bersifat wajib pelayanan dasar, Pelaksanaan
Akibat bertumpu pada pembiayaan pelayanan dasar urusan sosial berpedoman
pemerintah pusat dan tidak menjadi prioritas pada Standar Pelayanan Minimal (SPM)
pemerintah daerah, penyelenggaraan pelayanan dan Norma, Standar, Prosedur dan Kreteria
sosial berbasis panti sosial yang diselenggarakan (NSPK). Pemerintah pusat dalam hal urusan
oleh pemerintah daerah dirasakan menjadi sosial, Kementerian Sosial RI menetapkan
beban APBD sehingga beberapa panti sosial SPM dan NSPK bidang sosial dan Pemerintah
ditutup, beralih fungsi maupun digabungkan daerah melaksanakan SPM dan NSPK urusan
pelayanan rehabilitasi sosialnya. Misalnya panti sosial. Dalam menetapkan NSPK urusan sosial
sosial yang menangani tuna netra digabung memperhatikan urusan kewenangan masing-
dengan panti sosial yang menangani tuna rungu masing pemerintahan berdasarkan lampiran
wicara. Selain itu ditemukan juga panti sosial Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014. Dalam
yang sudah diserahkan dari pemerintah pusat ke menetapkan SPM bidang sosial memperhatikan
pemerintah daerah dikembalikan ke pemerintah kewenangan pemerintah daerah dikarenakan
pusat (Sutaat, 2012). kewenangan itu akan terkait dengan pendanaan,
personil dan kelembagaan di daerah.
Oleh karena itu dengan adanya Undang-
Undang Nomor 23 tahun 2014 ini memberikan Berdasarkan lampiran Undang-Undang
peluang penyelenggaraan kesejahteraan Nomor 23 tahun 2014 tentang pemerintahan
sosial menjadi lebih efektif dan efisien karena daerah, pembagian urusan pemerintahan
pelayanan dasar tersebut dapat diselenggarakan konkuren antara pemerintah pusat, provinsi
secara cepat dan tepat karena pemerintah dan kabupaten/kota untuk urusan pemerintahan
daerah jauh lebih memahami kondisi daerahnya bidang sosial 7 sub bidang menjadi urusan
jika dibandingkan dengan pemerintah pusat. konkuren yaitu: pemberdayaan sosial,
Namun yang menjadikan tantangannya ketika penanganan warga negara migran korban tindak
urusan sosial bertumpu pada pemerintah kekerasan, rehabilitasi sosial, perlindungan dan
daerah adalah kesiapan pemerintah daerah itu jaminan sosial, penanganan bencana, taman
sendiri dalam menjalankan program-program makam pahlawan, sertifikasi dan akreditasi.
Tabel 3. Pembagian Urusan Pemerintahan Konkuren Antara Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten/
Kota Pada Bidang Sosial
No Sub Bidang Pemerintah Pusat Daerah Provinsi Daerah Kabupaten/Kota
1 Pemberdayaan a. Penetapan lokasi a. Penerbitan izin a. Pemberdayaan sosial KAT
Sosial dan pemberdayaan pengumpulan b. Penerbitan izin pengumpulan
sosial Komunitas sumbangan lintas sumbangan dalam daerah
Adat Terpencil daerah kabupaten/kota kabupaten/kota
dalam 1 (satu) daerah
provinsi
28 Sosio Informa Vol. 2, No. 01, Januari - April, Tahun 2016. Kesejahteraan Sosial
7 Sertifikasi dan a. Pemberian
akreditasi sertifikasi kepada
pekerja sosial
profesional
dan tenaga
kesejahteraan sosial
b. Pemberian
akreditasi
kepada lembaga
kesejahteraan sosial
30 Sosio Informa Vol. 2, No. 01, Januari - April, Tahun 2016. Kesejahteraan Sosial
Pada pemberdayaan masyarakat terhadap PENUTUP
kesiapsiagaan bencana pemerintah pusat, Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014
pemerintah pusat berwewenang untuk tentang pemerintahan daerah berimplikasi
pembuatan model pemberdayaan masyarakat terhadap kewenangan pemerintah daerah,
terhadap kesiapsiagaan bencana sedangkan perangkat daerah dan urusan sosial. Pada
pemerintah kabupaten/kota menyelenggarakan kewenangan pemerintah daerah dibagi menjadi
pemberdayaaan masyarakat terhadap urusan wajib pelayanan dasar, urusan wajib
kesiapsiagaan bencana kabupaten/kota non pelayanan dasar dan urusan pilihan. Pada
sedangkan pemerintah pusat melaksanakan perangkat daerah, penentuan jumlah perangkat
pembuatan model pemberdayaan masyarakat daerah ditentukan oleh faktor teknis berupa
terhadap kesiapsiagaan bencana. beban kerja. Urusan sosial merupakan urusan
wajib pelayanan dasar, konsekuensinya
Pada saat ini Kementerian Sosial hanya baru
pemerintah daerah harus memprioritaskan
memiliki 1 model pemberdayaan masyarakat
penyelenggaraan kesejahteraan sosial di daerah
terhadap kesiapsiagaan bencana melalui
baik secara kelembagaan maupun pembiayaan.
kampung siaga bencana yang diatur melalui
Pada urusan konkuren yaitu yang dibagi antara
Peraturan Menteri Sosial Nomor 128 tahun
pemerintah pusat dan pemerintah daerah untuk
2011.
urusan sosial dibagi menjadi 7 sub bidang
6. Taman Makam Pahlawan yaitu: pemberdayaan sosial, penanganan
warga negara migran korban tindak kekerasan,
Pada sub bidang taman makam pahlawan
rehabilitasi sosial, perlindungan dan jaminan
pembagian kewenagan dilakukan secara
sosial, penanganan bencana, taman makam
berjenjang yaitu taman makam pahlawan
pahlawan, sertifikasi dan akreditasi. Pada sub
nasional utama didalam maupun luar negeri
bidang rehabilitasi sosial penyelenggaraan
menjadi tanggung jawab pemerintah pusat,
berbasis panti selain Rehabilitasi bekas korban
taman makam pahlawan nasional provinsi
penyalahgunaan NAPZA dan orang dengan
menjadi tanggung jawab pemerintah provinsi
HIV/AIDS dilaksanakan oleh Pemerintah
sedangkan taman makan pahlawan nasional
Provinsi. Oleh karena itu diperlukan penyiapan
kabupaten/kota menjadi tanggung pemerintah
pengalihan panti sosial UPT Kementerian Sosial
kabupaten/kota.
RI ke Pemerintah Provinsi. Namun demikian
7. Sertifikasi dan Akreditasi pengalihan panti sosial tersebut diprediksi akan
mengalami kendala yaitu penerima manfaat
Pada sub bidang sertifikasi dan akreditasi
panti sosial lintas provinsi dan panti sosial UPT
untuk pemberian sertifikasi kepada pekerja
Kementerian Sosial tidak ada di semua provinsi.
sosial profesional dan tenaga kesejahteraan
sosial serta pemberian akreditasi kepada Kajian ini merekomendasikan pemerintah
lembaga kesejahteraan sosial sepenuhnya daerah lebih memprioritaskan penyelenggaraan
dilaksanakan oleh pemerintah pusat. Jika hal kesejahteraan sosial karena merupakan urusan
ini sepenuhnya dilaksanakan oleh pemerintah wajib pelayanan dasar dan tidak melaksanakan
pusat menjadi suatu hal yang tidak bermanfaat pengalihan UPT Kementerian Sosial ke
dicantumkan pada pembagian urusan konkuren pemerintah daerah karena pelayanan rehabilitasi
antara pemerintah pusat, provinsi dan sosial berbasis panti sosial untuk kondisi
kabupaten/kota. sebaran panti sosial UPT Kementerian Sosial
32 Sosio Informa Vol. 2, No. 01, Januari - April, Tahun 2016. Kesejahteraan Sosial