Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
(LKPP)
LAPORAN MODUL PEMBELAJARAN BERBASIS SCL
Judul :
PENERAPAN METODE STUDENT CENTRE LEARNING
PADA MATA KULIAH TEKNIK PENGKODEAN
Oleh :
Ir. Dewiani, MT
83
NIP. 132 126 352
HALAMAN PENGESAHAN
Jurusan : Elektro
Mengetahui :
a.n. Dekan Fakultas Teknik Unhas
Pembantu Dekan I Pembuat Modul Ketua Peneliti
85
Dr. Ing.Ir. Wahyu H.Piarah , MSME Ir. Dewiani, MT
NIP. 131 645 219 NIP. 132 126 352
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga Laporan Modul Pembelajaran Bebasis Student Centre
Learning (SCL) untuk mata kuliah “Teknik Pengkodean” dapat terselesaikan.
Sebagaimana diketahui bahwa salah satu program kerja Universitas Hasanuddin dalam meningkatkan Citra UNHAS 2010 adalah dengan
melaksanakan sistem pengajaran dari Teaching to Learning, yang tentunya diharapkan pada setiap dosen pengasuh mata kuliah untuk melakukan
transformasi sistem pengajaran tersebut.
Penulisan dan penyusunan Modul Pembelajaran Bebasis Student Centre Learning (SCL) ini telah dilakukan semaksimal mungkin, namun
karena keterbatasan waktu dan kemampuan yang dimiliki disadari bahwa modul ini mungkin masih jauh dari kesempurnaan . Oleh karenanya
kritik dan saran yang sifatnya membangun tetap diharapkan untuk kesempurnaan laporan ini.
Terselesaikannya laporan ini tidak terlepas dari dukungan dan kerjasama dari para coach, reviewer, olehnya itu pada kesempatan ini kami
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya. Akhirnya semoga laporan modul pembelajaran ini dapat bermanfaat untuk mahasiswa yang
mengambil mata kuliah tersebut. Amin…
86
Ir. Dewiani, MT
Nip. 132 126 352
RINGKASAN
Pengiriman dan penerimaaan data dalam berkomunikasi ternyata tidak semudah apa yang di bayangkan, agar supaya proses
telekomunikasi dapat berjalan dengan baik. Dibutuhkan beberapa persyaratan dan faktor agar proses Telekomunikasi itu berjalan denagan lancar
antara lain yaitu flow control, pengalamata, informasi kontrol dan manajemen link.
Namun apakah semua faktor itu telah dipenuhi oleh teknik antar muka pada lapisan fisik? Sehingg perlu mereview fungsi lapis fisik yang
kita ketahui seperti sinkronisasi bit, karakter, frame; kalkulasi bit untuk deteksi dan koreksi kesalahan; kompresi data, dll.
87
Pada dasarnya data yang dikirim hendaknya sama dengan data yang diterima tapi adakalanya terdapat perbedaan antara data yang dikirim
tidak sama dengan data yang diterima karena dalam proses pengiriman data terlebih dahulu melalui bagian pengirim, transmisi dan penerima
dimana kemungkinan besar bisa terjadi error pada salah satu bagian tersebut.
Proses pengiriman data tersebut diawali dengan pembangkitan kode oleh generator matrix yang pada aplikasi coding untuk sistem
komunikasi, kode yang diinginkan harus selalu dimodifikasi untuk memenuhi persyaratan khusus pada panjang kode n dan digit informasi k
yang selanjutnya akan dikodekan dengan menggunakan kode cyclic dan kode Hamming. Selanjutnya pada bagian penerima akan dikoreksi
terlebih dahulu apakah ada error atau tidak
Decoder Maggitt dapat diterapkan pada beberapa code cyclic. Ada hubungan satu-satu antara bentuk error tunggal dan sindromnya. Bila
sindrom tersebut diketahui maka lokasi error tunggal bisa diketahui. Karena sindrom s(x) dihitung dari pesan yang diterima oleh r(x)
Fungsi decoder adalah untuk mendeteksi bentuk kesalahan dari sindrom. Sebuah kode siklik yang dipendekkan dengan panjang kode n-i
dapat diuraikan kembali dengan dekoder Meggitt yang didesain untuk kode asli (n,k). Bagaimanapun juga, ketidakcocokan dapat terjadi pada
saat pewaktuan dari dekoder asli sejak kode word yang tiba mengandung digit n-i. Ketidakcocokan pada pewaktuan dapat diselesaikan dengan
desain sirkuit yang cocok berdasarkan pewaktuan n-i.
Decoding Error Trapping merupakan versi pengembangan dari decoding maggitt dan digunakan untuk aplikasi percobaan. Ini terbukti
sangat efektif dalam mengkoreksi double error atau single burst error. Ada beberapa tipe dari Correcting error yang biasa digunakan anara lain
dengan menggunakan Burst Error Correcting, Short Error Corecting dan Bose-Chaudhuri-Hocquenghem code (Kode BCH) dan Reed Salomon
code (RS-Code)
Dengan menggunakan bantuan algoritma “Peterson Berlekamp” dan “Fast Algoritma” dapat diketahui dan mendetesi letak error
(kesalahan data) yang terjadi selama pengiriman data, apakah berupa single error atau double error. Skema decoding Error Trapping di sini lebih
88
cocok untuk code pendek dengan redundansi yang relatif tinggi dan lebih jarang digunakan untuk code yang panjang. Walaupun demikian versi
ini sangat efektif untuk mengkoreksi kesalahan yang terjadi apakah double atau triple error.
Setelah dilakukan deteksi error maka dilakukan pembetulan kode dengan CRC (Cyclic Redundancy check) dan ARQ (Automatic Repeat
Request) yang seharusnya sesuai dengan data yang dikirim sehingga komunikasi dapat berjalan dengan baik karena informasi yang diterima
sesuai dengan yang aslinya. CRC merupakan hasil operasi pembagian biner dengan suatu pembagi tertentu (generator polinomial). Dalam
penerapannya CRC ini diharapkan bisa memaksimalkan kemampuannya mendeteksi kesalahan (jumlah bit yang salah) dengan minimal jumlah
redudant bits juga merupakan operasi binary division (XOR dan shift). ARQ adalah Fasilitas dalam jaringan yang secara otomatis akan
meminta kembali pengiriman ulang apabila diketahui ada suatu kesalahan dalam proses transmisi. ARQ akan mengulang / tidak mengulang
pengiriman data sesuai dengan feedback dari penerima. Yang paling efisien (Utilitas link lebih tinggi) adalah Selective Repeat dan Yang
paling tidak efisien adalah idle RQ.
89
PETA KEDUDUKAN MODUL
MODUL I MODUL V
Error Control Short Random Error Correction
MODUL II MODUL VI
Bentuk Matematis Kode BCH dan RS
90
MODUL III
Cyclic Code
91
Lampiran A : Rancangan Pembelajaran Mata Kuliah
Kompetensi Utama : Mampu mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya dalam bidang telekomunikasi dan informasi, serta
senantiasa menyesuaikan diri dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang tersebut. (No. 7)
Kompetensi Pendukung : Mampu menggunakan bahasa asing sebagai sebagai second language (No.15)
Kompetensi Lainnya : Beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, memiliki etika dan moral,
(Institusional) berkepribadian yang luhur dan mandiri serta bertanggung jawab terhadap masyarakat dan bangsa (No.17)
Bentuk Bobot
Minggu Materi
Pembelajaran Kompetensi Akhir Sesi Pembelajaran Indikator Penilaian Nilai
Ke : Pembelajaran
(Metode SCL) (%)
1 2 3 4 5 6
Penjelasan umum
tentang topik-topik
yang akan dibahas
1 Kuliah
dan metode yang
akan diterapkan serta
kontrak kuliah
- Kemampuan menjelaskan blok diagram sistem 1. Kejelasan uraian dan
2 Dasar system Kuliah + Kerja 5
Konsep
92
informasi dan teknik Individual + - Kemampuan menjelaskan struktur aljabar :Grup, 2. Kedisiplinan
pengkodean Tutorial (Project Field, Ring, Matrix, saling bebas dan ECF.
Based Learning) - Kemampuan menjelaskan Generator matrix untuk
single bit errot dan double bit error
1 2 3 (5) (5) 6
Kuliah + Kerja Kemampuan menghubungkan antara teori dengan 1. Kejelasan isi
Hamming Code dan Kelompok + perhitungan pada decoder dengan encoder 2. Keterkaitan metode yang
dipilih
3-6 Bentuk Sistematis Presentasi 3. Kreativitas 20
Pengkodean (Collaborative 4. Kerja sama tim pada
Learning) presentasi
- Kemampuan Menghubungkan teori dengan 1. Ketepatan ANalisis
Kuliah + Kerja 2. Kejelasan Alasan
Metode Koreksi penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Individu + 3. Kreativitas
Error, Error Locator - Kemampuan menganalisis error yang terjadi
7-9 Presentasi 4. Kedisiplinan 35
Polynomial, pada decoder dan encoder (single bit error 5. Kemampuan
(Project Based
Syndrome dan double bit error) menyelesaikan problem
Learning)
set
- Kemampuan menentukan letak error yang 1. Kejelasan langkah
Kode BCH, RS Code,
Studi Kasus + terjadi penyelesaian masalah
Maximum Likelihood
Presentasi - Kemampuan menyelesaikan decicion Viterbi 2. Kejelasan alasan
10-15 Decoder, Band 40
(Problem Solving Decoding 3. Ketelitian
Limited Radio)
Learning) 4. Cara presentasi
Channel
5. Kreativitas
93
94
1. Rumusan Kompetensi Program Studi
ELEMEN
KELOMPOK
NO RUMUSAN KOMPETENSI KOMPETENSI
KOMPETENSI
A B C D E
KOMPETENSI 1 Memiliki keahlian dasar dalam bidang ilmu teknik elektro √
UTAMA 2. Mampu mendesain sistem kelistrikan dan menganalisisnya secara teknis- √ √ √
ekonomis.
3 Menguasai teknik instalasi, transmisi dan distribusi listrik, serta pekerjaan √
gardu induk.
4 Menguasai bidang pengendalian, pengoperasian dan perawatan mesin-mesin √ √ √
listrik dan mengaplikasikannya.
5 Mampu bekerja sebagai tenaga perencana, pelaksana, pengaturan dan √ √ √
pengendalian sistem, jaringan, perangkat keras dan perangkat lunak yang
diaplikasikan dalam bidang telekomunikasi dan informasi dalam format
multimedia.
6 Mampu mengantisipasi, merumuskan dan menyelesaikan masalah yang terkait √ √ √
dengan sistem, jaringan, perangkat keras dan perangkat lunak yang
diaplikasikan dalam bidang telekomunikasi dan informasi dalam format
multimedia.
7 Mampu mengembangkan ilmu-pengetahuan dan teknologi khususnya dalam √ √
bidang telekomunikasi dan informasi, serta senantiasa menyesuaikan diri
95
dengan kemajuan ilmu-pengetahuan dan teknologi dalam bidang tersebut
8 Mampu memakai paket-paket perangkat lunak komputer untuk pemodelan dan √ √
simulasi masalah-masalah teknik elektro khususnya dan masalah rekayasa
pada umumnya.
9 Menguasai konsep, rancangan dan aplikasi perangkat keras komputer digital √ √ √
10 Mampu merencanakan & merancang arsitektur jaringan komputer serta √ √ √
pengetahuan dasar utk mengadministrasikan suatu jaringan komputer terpadu.
KELOMPOK ELEMEN
NO RUMUSAN KOMPETENSI KOMPETENSI
KOMPETENSI
A B C D E
11 menguasai dasar-dasar teori kendali, baik yang klasik maupun moderen serta √ √
aplikasinya dalam analisis dan perancangan sistem kendali.
12 menguasai pengetahuan tentang perancangan, fabrikasi dan aplikasi berbagai √
piranti, rangkaian dan sistem elektronika dan mikroelektronika termasuk
penggunaan paket-paket perangkat lunak untuk merancang tata letak
rangkaian terintegrasi.
13 Mampu berwirausaha / bekerja mandiri / bekerjasama dalam bidang teknik √ √ √
elektro
KOMPETENSI 14 Mampu menggunakan bahasa-bahasa pemrograman yang umum digunakan √
PENDUKUNG dalam dunia enjiniring
15 √ √
Mampu menggunakan bahasa asing sebagai second language
16 Mampu terlibat dalam kehidupan sosial bermasyarakat berdasarkan budaya √ √
bahari
17 Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, berbudi pekerti luhur, memiliki √ √
KOMPETENSI
LAINNYA etika dan moral, berkepribadian yang luhur dan mandiri serta bertanggung
jawab terhadap masyarakat dan bangsa
18 √ √
Memiliki jiwa kepemimpinan, peneliti dan enterpreneur serta mampu bersaing
96
Elemen Kompetensi:
a. Landasan kepribadian
b. Penguasaan ilmu dan keterampilan
c. Kemampuan berkarya
d. Sikap dan perilaku dalam berkarya menurut tingkat keahlian berdasarkan ilmu dan keterampilan yang dikuasai
e. Pemahaman kaidah berkehidupan bermasyarakat sesuai dengan pilihan keahlian dalam berkarya
97
MODUL I
ERROR CONTROL
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengiriman dan penerimaaan data dalam berkomunikasi ternyata tidak semudah apa
yang di bayangkan. Dibutuhkan beberapa persyaratan dan faktor agar proses Telekomunikasi
itu berjalan denagan lancar.
Faktor-faktor yang perlu ada yaitu :
- Flow control: stasiun pengirim tidak boleh mengirimkan frame dengan laju yang lebih
cepat daripada laju “penyerapan” stasiun penerima
- Pengalamatan: pada saluran multipoint (contohnya LAN), identitas kedua stasiun yang
berkomunikasi harus jelas
- Informasi kontrol dan data dikirimkan pada link yang sama: penerima harus dapat
membedakan kedua jenis informasi tersebut
- Manajemen link: inisiasi (call setup), pemeliharaan, dan terminasi pertukaran data
memerlukan proses koordinasi di antara semua stasiun yang terlibat.
Dalam pengiriman data dari pengirim hingga ke penerima sering terjadi
bahwa data yang diterima tidak sama dengan data yang terkirim, sehingga perlu diadakan
mengontrolan kesalahan (error control) data yang memungkinkan diketahuinya data
yang diterima tersebut terjadi error atau tidak.
B. Ruang Lingkup Isi
Materi yang akan dibahas meliputi : Definisi
Pengaruh Noise
Metoda yang digunakan
Pengenalan Kode Hamming
C. Kaitan Modul
Modul ini merupakan modul ke-1 yang merupakan pendahuluan agar mahasiswa
memahami apa yang akan dipelajari dalam mata kuliah teknik pengkodean ini.
D. Sasaran Pembelajaran Modul
Setelah mempelajari modul ini, mahasiswa diharapkan dapat :
a. Menjelaskan definisi dan ruang lingkup error control
98
b. Menjelaskan pengaruh noise pada pengiriman data
c. Mengetahui metoda yang digunakan pada error control
d. Menjelaskan pemakaian kode hamming untuk memperbaiki salah bit.
Problema :
∧
d (t )
d(t)
Noise
Umpama :
d = ( d1 , d2 , d3 , . . . , dk ) tambah 1 bit parity
s = ( d1 , d2 , d3 , . . . , dk , p ) p : bit parity
dengan : p = ∑ di (even)
⊕
p = ∑ di + 1 (odd)
⊕
⊕ = exor
⊕ = Modulus-2 adder
EXOR :
100
1+1 = 0
1+ 0 = 1
0 +1 = 1
0+0 = 0
Contoh :
d = ( 1 0 1 1 ) → ∑ di = 1
⊕
sE = ( 1 0 1 1 1 ) → ∑ si = 0
⊕
so = ( 1 0 1 1 0 ) → ∑ si = 1
⊕
Yo = ( 1 0 0 1 0 ) → ∑ Yi = 0
⊕
Bahasan :
• Salah 1-bit → (odd) terdeteksi tapi tak terkoreksi
Satu jalan keluar : sistem ARQ (Automatic Request)
• Salah 2-bit → (even) tak terdeteksi dari parity-cheh saja
• Ada BW hilang untuk retransmission
(bisa sangat significant, jika jarak hubungan jauh)
101
p3 = d1 ⊕ d2 ⊕ d4 ↔ p3 ⊕ d1 ⊕ d2 ⊕ d4 = 0
Bukti :
Ambil : q1 = p1 ⊕ d1 ⊕ d2 ⊕ d3
q2 = p2 ⊕ d2 ⊕ d3 ⊕ d4
q3 = p3 ⊕ d1 ⊕ d2 ⊕ d4
Maka :
(1) Tak ada salah : q1 = q2 = q3 = 0
(2) Ada salah satu-bit
Bit salah di :
d1 d2 d3 Ff p1 p2 p3
q1 1 1 1 0 1 0 0
q2 0 1 1 1 0 1 0
q3 1 1 0 1 0 0 1
Kombinasi berbeda → posisi salah bit = terkenali
Terlihat : pola q = (q1 , q2 , q3) unik untuk setiap posisi bit salah di kode yang
diterima.
Kesimpulan : dapat dibuat rangkaian logika untuk mengenali posisi salah bit dan
mengkoreksi data diterima.
Contoh : Pengkoreksi d1
d1
d2
102
⊕
d3
p
A
N ⊕
D
∧ −
q = ( 0 0 1 ) → k1 = 1 → d 1 (t ) = {d1}
∧ −
q ≠ ( 1 0 1 ) → k1 = 0 → d 1 (t ) = d1 {.} = invers
Catatan :
(1) Dipenerima, pi tak dibituhkan, jadi tak perlu dikoreksi
(2) Karena menggunakan rangkaian logika, pembetulan terjadi seketika (sangat cepat)
(3) Operasi harus per blok kode yang ‘benar’ (tak salah posisi bit awal)
(4) Kode Hamming ε Blok Code
Dalam komunikasi data pengaruh noise yang terjadi selama proses pengiriman data apakah
disisi pengirim, transmisi maupun penerima merupakan hal yang pasti terjadi diamping pengaruh
dari luar lainnya. Akibat dari adanya noise tersebut maka terjadi error jika Noise lebih besar dari
sinyalnya sehingga digunakan metoda error control. Serta penggunaan rangkaian logika untuk
pembetulan kesalahan serta operasi per blok kode dengan menggunakan Kode Hamming.
DAFTAR PUSTAKA
1. Shu Lin & Costello, “Error Control Coding” (Prentice Hall), 2000
2. Wicker, “Error Control Systems for Digital Communication & Storage” (Prentice Hall),
1996
3. Rhee, “Error Correcting Coding Theory” (Mc. Graw Hill), 2001
103
104
MODUL II
BENTUK SISTEMATIK
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengiriman dan penerimaaan data dalam berkomunikasi ternyata tidak semudah
apa yang di bayangkan. Dibutuhkan beberapa persyaratan dan faktor agar proses
Telekomunikasi itu berjalan denagan lancar.
Faktor-faktor yang perlu ada yaitu :
- Flow control: stasiun pengirim tidak boleh mengirimkan frame dengan laju yang lebih
cepat daripada laju “penyerapan” stasiun penerima
- Pengalamatan: pada saluran multipoint (contohnya LAN), identitas kedua stasiun yang
berkomunikasi harus jelas
- Informasi kontrol dan data dikirimkan pada link yang sama: penerima harus dapat
membedakan kedua jenis informasi tersebut
- Manajemen link: inisiasi (call setup), pemeliharaan, dan terminasi pertukaran data
memerlukan proses koordinasi di antara semua stasiun yang terlibat.
Data yang akan di kirim ke penerima dalam system Telekomunikasi
bukanlah data riil tetapi dalam bentuk kode yang sistematik yang mana akan dilewatkan
dari ENKODER dan diterima oleh DEKODER sehingga menjadi data aslinya kembali.
C. Kaitan Modul
Modul ini merupakan modul ke-2 yang merupakan penjelasan dari modul
satu secara terinci mengenai tahapan awal dari Pengkodean.
105
Setelah mempelajari modul ini, mahasiswa diharapkan dapat :
e. Menjelaskan Generator Matrix dari pembangkitan data
f. Menjelaskan Null-Space MAtrix
g. Mengetahui fungís dekoder ddan enkoder pada pembangkitan data
h. Menjelaskan síndrome yang terjadi apabila ada salah bit.
Diketahui :
Dicari :
C = ( po , p1 , p2 , … , pn-k-1 , do , d1 , … , dn-k )
C = ( Co , C1 , … , Cn-k )
dengan :
b(x) = bo + b1.x + b2.x2 + … + bn-k-1.xn-k-1
atau :
b(x) + xn-k.d(x) = a(x).g(x).c(x)
g(x) = x3.d(x)
1 1 0 1 / 0 0 0 1 1 1 0 / 0 1 1 0 ← tidak diperlukan
0000
0111
1101
0101
1101
0100 ← { deg = 1 } < deg [ g(x) ]
0000
010 → b(x) = 0.x0 + 1.x1 + 0.x2
GENERATOR MATRIX
Contoh :
Contoh :
d = (1011) → C = d.G
Umpama : ε = ( 0 0 0 0 1 0 0 ) → r = c’ = c + ε = ( 0 0 0 1 1 1 1 )
c’.HT = { ∑ baris 4, 5, 6 & 7 dari HT }
1110 1
0111 1 ≡ k5 dari H
1101 1
∑
Catatan :
Data : [ d0 d1 d2 d3 ]
(1) Geser 3-bit → [ 0 0 0 d0 d1 d2 d3 ]
(2) Bagi dengan g(x) ; diambil sisa hasil bagi [ p0 p1 p2 ]
108
(3) Sambung [ p ] dengan [ r ] → [ p0 p1 p2 d0 d1 d2 d3 ]
DEKODER
Kode sistematik :
xn-k.d(x) = q(x) . g(x) + b(x)
→ c(x) = b(x) + xn-k.d(x)
Catatan :
d(x) = d0 + d1.x + … + dk-1.xk-1
d = 1 0 1 1 0 1 0 1 → [ p0 p1 p2 1 0 1 1 0 1 0 1 ]
x7
(i) k=0 ; isi SR dikeluarkan ke-output
secara otomatik SR dinolkan }
(ii) idem (1) ; dstnya.
COBA :
109
0 → sisa hasil bagi ( 0 0 0 0 )
Kode : [c] = [ b d ] = [ 0 0 0 1 1 0 1 ]
b. Shift Register
x3.d(x)
g(x) → 1 1 0 1 / 0 0 0 1 0 1 1 \ 1 1 1 1
1101
0011
1101
0111
1101
0101
1101
100
Kodenya : [ 1 0 0 1 0 1 1 ]
b. Shift Register
ENKODER ALTERNATIF
Langkah :
1. Dengan L = 1, data : (do, … , dk) dimasukkan ke sistem, output dan SR.
2. Setelah semua data masuk (k-kali right shift) ; l = 0 , kini :
B = ho.cn-1 + … + hk-1.cn-k = cn-k-1
3. SR digeser hingga akhirnya diperoleh c (sebanyak n-k-1 kali)
Catatan :
· Sistem digambar untuk kode binary
· Rangkaian dapat digunakan untuk pengkodean non binary dengan :
gj → -gj
hj → -hj
SINDROME
Div. algorithm :
* r(x) = q(x).g(x) + s(X)
* Deg. [s(x)] < Deg. [g(x)]
Jadi rangkaian pembangkit / penghitung sindrom = pengkoda [r(x) masuk dari kiri]
Dan : high order first, kondisi awal = 0 0 … 0
Setelah semua data (kode) masuk, isi SR = sindrom
COBA :
Hitung isi SR jika masukan : r(x) = 1 + x3 + x4 + x5 + x6
Contoh :
Sindrome Gen. Untuk kode siklik (7,4) dengan : g(x) = 1 + x + x3
r(x) masuk dari kiri.
Dasar :
1. Syndrome ≠ 0 ; ada error
2. Synd.[r(x)] = synd.[ε(x)]
3. Shift cyclic dari c(x) adalah anggota code / code polynomial
112
Akibat :
* Andaikan, bit salah ada di posisi l-bit sebelum bit terakhir
* Jika r(x) digeser cyclic l-bit ke kanan, maka posisi error ada di bit-terakhir dan
Syndrome selalu sama dengan syn [xn-1]
Dapat dibuktikan :
Synd.[xl.r(x)] dapat diperoleh dengan menggeser siklis syndrome generator yang telah
berisi synd.[r(x), l-bit siklis ke kanan.
LATIHAN SOAL
1. Buktikan bahwa g(x) = 1 + x + x4 adalah generator polynomial dari cyclic code (15,10)
2. Hitung isi syndrome generator jika r = (1101001) dengan g(x) = 1 + x x3
3. Jika : g(x) = 1 + x + x3
d(x) = x + x2
(n, k) = (7, 4)
Cari / tentukan kode sistematiknya
DAFTAR PUSTAKA
4. Shu Lin & Costello, “Error Control Coding” (Prentice Hall), 2000
5. Wicker, “Error Control Systems for Digital Communication & Storage” (Prentice Hall),
1996
6. Rhee, “Error Corrcting Coding Theory” (Mc. Graw Hill), 2001
113
MODUL III
LINEAR BINARY BLOCK CODES
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengiriman dan penerimaaan data dalam berkomunikasi ternyata tidak semudah apa
yang di bayangkan. Dibutuhkan beberapa persyaratan dan faktor agar proses Telekomunikasi
itu berjalan denagan lancar.
Faktor-faktor yang perlu ada yaitu :
- Flow control: stasiun pengirim tidak boleh mengirimkan frame dengan laju yang lebih
cepat daripada laju “penyerapan” stasiun penerima
- Pengalamatan: pada saluran multipoint (contohnya LAN), identitas kedua stasiun yang
berkomunikasi harus jelas
- Informasi kontrol dan data dikirimkan pada link yang sama: penerima harus dapat
membedakan kedua jenis informasi tersebut
- Manajemen link: inisiasi (call setup), pemeliharaan, dan terminasi pertukaran data
memerlukan proses koordinasi di antara semua stasiun yang terlibat.
Dalam proses pengiriman dan penerimaan data, umumnya data yang asli
tersebut harus dikodekan terlebih dahulu, dimana dikenal dengan dua pengkodean yaitu kode
binear dan non binear.
C. Kaitan Modul
114
Modul ini merupakan modul ke-3 yang merupakan kelanjutan penjelasan ari
modul satu dan dua mengenai kode binear serta dilengkapi dengan bebarapa jenis pengkodean
antara lain kode Golay dan Hadamark
0 ≤ j ≤ n − k −1
115
GENERATOR MATRIX
C = d.G; dimana
[
G = PKX ( N − K ) ΜI k ]
Misalkan d=(101)
⎡1 1 0 1 1 0⎤
• c = (101) ⎢⎢1 1 0 0 0 1⎥⎥ = (101100 ) ……… nonsystematik
⎣⎢0 1 1 0 1 0⎥⎦
⎡1 0 1 1 0 0⎤
» c = (101) ⎢⎢0 1 1 0 1 0⎥⎥ = (011101) ……systematik
⎢⎣1 1 0 0 0 1⎥⎦
⎡1 0 0 a d ⎤⎫
⎪ ⎡.a .b .c 1 0⎤ ⎫
G = ⎢⎢0 1 0 b e ⎥⎥ ⎬k → H = ⎢ ⎥ ⎬n − k
. . . 0 1
1 4 4 4 2 4 4 4 3⎦ ⎭
⎣ d e f
⎢1 0 1 f ⎥⎦ ⎪⎭
1⎣ 4
c
44 2 4 4 43 n
n
⎡.a .d ⎤
⎢.b .e ⎥ 116
⎢ ⎥
H T = ⎢.c . f ⎥
⎢ ⎥
⎢1 0 ⎥
⎢⎣ 0 1 ⎥⎦
BOBOT & JARAK MIN HAMMING
Bobot = banyak bit”1” dari code ◊(w)
Jarak = banyak bit berbeda dari beberapa code◊(dH)
Mis: c1 = 1 0 1 1 0 0 0 → w1=3
c2 = 1 1 0 0 0 1 0 → w2=3
0111010 → dH=4
Dgn mengetahui dmin maka error dpt diketahui:
dmin ≥ 2t+1
t = [(dmin-1)/2]
Aturan hamming
⎛n⎞
Pi = ⎜⎜ ⎟⎟ P i (1 − P ) n −i
Probabilitas I error= ⎝i⎠
t
⎛ n⎞ t
⎛n⎞
2 n ≥ 2 k ∑ ⎜⎜ ⎟⎟...atau..2 n − k ≥ ∑ ⎜⎜ ⎟⎟
Error corecting: t =0 ⎝ i ⎠ t =0 ⎝ i ⎠
• Plotkin bound:
Untuk 2k-1 non zero code word:
n 2 k −1
d min ≤
⎡ t ⎛n⎞ i⎤ 2k − 1
• Non binary: n − k ≥ log q ⎢∑ ⎜ ⎜ i ⎟⎟(q − 1) ⎥
⎣ t =0 ⎝ ⎠ ⎦
• Gilbert-varshamov bound
Parity check:
d min − 2
⎛ n − 1⎞
∑ ⎜⎜ ⎟⎟ < 2 n − k
i =0 ⎝ i ⎠
SYNDROME
• Jika r ≠ c
• e = r + c ; e = n tupple error
• S = ( c + e ) Ht = r. Ht
117
• c= r+e
STANDARD ARRAY
BOBOT ENUMERATON
Jika Ai adalah bobot I pada code c
A0, A1,…, An distribusi bobot
A0 = 1, A1,…,Admin-1 bobot = 2k untuk k = kecil
dual code = k > n/2
dual code: n
B ( z ) = ∑ Bi Z i
i −0
⎛1− z ⎞
B ( z ) = 2 −( n − k ) (1 + z ) n A⎜ ⎟
⎝1+ z ⎠
⎛1− z ⎞
A( z ) = 2 −( n − k ) (1 + z ) n B⎜ ⎟
⎝1+ z ⎠
PROBABILITAS DIODER ERROR
Probabilitas I error untuk code panjang n
⎛ n⎞
Pi ( E ) = ⎜⎜ ⎟⎟ P i (1 − p ) n −i
⎝i⎠
118
n
⎛n⎞
Pe ( E ) = ∑ ⎜⎜ i ⎟⎟ p (1 − p)
i =t +1⎝ ⎠
i n −i
⎡ ⎛ p ⎞ ⎤
Pud ( E ) = (1 − p ) n ⎢ A⎜⎜ ⎟⎟ − 1⎥
⎣ ⎝1− p ⎠ ⎦
n
Pud ( E ) = 2 −( n − k ) ∑ Bi (1 − 2 p ) i − (1 − p ) n
i =0
A( z ) =
1
n +1
[(1 + z )n + n(1 + z )( n−1) / 2 (1 − z )( n+1) / 2 ]
m−1
B ( z ) = 1 + (2 m − 1) z 2
GOLAY CODE
total blok = ⎛ n ⎞ ⎛ w⎞
B = ⎜⎜ ⎟⎟ / ⎜⎜ ⎟⎟
⎝ λ⎠ ⎝ λ ⎠
119
HADAMARD CODE
BENTUK UMUM + 1 + 1⎤ ⎡0 0⎤
[H ]2 = ⎡⎢ ⎥=⎢ ⎥
⎣+ 1 − 1⎦ ⎣0 1⎦
⎡[H ] [H ]N ⎤
[H ]2 N =⎢ N
⎣[H ]N [H ]N ⎥⎦
Product codes
120
t1 = [(d1-1)/2] ; t2 = [(d2-1)/2] t2 = 2 t1 t2 + t1 +t2
c( x) = c0 + c1 x + c2 x 2 + .... + cn −1 x n −1
Berlaku hukum
1. Perkalian
2. Pembagian (menghasilkan sisa)
Hubungan g(x),h(x) dan d(x)
z g(x) merupakan generator derajat polinomial dari kode.
z h(x) merupakan derajat polinomial dari k
z d(x) merupakan derajat polinomual dari informasi (data).
xn+1 = h(x).g(x)
c(x) = d(x).g(x)
Contoh Soal
z Cyclic code (7,4) dengan g(x) 3 adalah faktor dari X7+1. g(x) dapat difaktorkan shg trdpat
2 g(x), yaitu g(x)=1+x+x3 atau g(x)=1+x2+x3. Deretan informasi yg akan dikirim
d=(1010) dengan polinomial d(x) =1+x2.
Jawaban
121
z Jika digunakan c(x)=d(x)g(x), maka akan dihasilkan kode word yang bentuknya tidak
sistematik.
c(x)=d(x).g(x)=(1+x)(1+x2+x3) = 1 + x3 + x4 + x5
Atau kode word c = (100110)
GENERATOR MATRIX DAN PARITY CHECK MATRIX
z Generator matriks dibentuk oleh kode Cyclic matriks(n,k).
⎡1001110 ⎤
⎡1011000 ⎤ H = ⎢⎢0100111⎥⎥
⎢1110100 ⎥
G=⎢ ⎥ ⎢⎣0011101⎥⎦
⎢1100010 ⎥
⎢ ⎥
⎣0110001⎦
122
decoder dengan bilangan polinomial h(x)
z Encoder ini lebih sesuai untuk kode yang bernilai rendah yang menggunakan register
khusus.Informasi bit tersimpan dalam register khusus, dan register digeser sebanyak n-k
kali untuk memenuhi bit parity check(n-k).
DECODER
z Fungsi dari decoder adalah untuk memperkirakan error e(x) berdasarkan pada syndrome
s(x).
123
Contohnya :Syndrome generator yang dikenal dengan detektor error
LATIHAN SOAL
1. Suatu referensi disebut bahwa generator polynomial dari suatu cyclic code (15, 7) adalah
2 4 8
g(x) = 1 + x + x + x + x .
a. Buktikan bahwa selain dari referensi itu benar adanya dengan menggunakan g(x)
tersebut !
b. Hitung kode sistematik dari d(x) = 1 + x2 + x5
c.. Hitung syndrome dari received vector dengan satu salah di bit terakhir.
d. Jika r = (111001011010100), hitung d(x) !
124
2. Parity check matrix dari suatu kode (n, k) adalah :
⎡1 0 0 0 1 0 1⎤
⎢0 1 0 0 1 1 0⎥⎥
H =⎢
⎢0 0 1 0 0 1 1⎥
⎢ ⎥
⎣0 0 0 1 1 1 1⎦
a. Hitung (n, k) serta jarak minimum dari kode tersebut
b. Jika dianggap terjadi ≤ 1 salah bit, hitung data yang dikirim jika
r(x) = 1 + x2 + x5
DAFTAR PUSTAKA
7. Shu Lin & Costello, “Error Control Coding” (Prentice Hall), 2000
8. Wicker, “Error Control Systems for Digital Communication & Storage” (Prentice Hall),
1996
9. Rhee, “Error Correcting Coding Theory” (Mc. Graw Hill), 2001
125
MODUL VII
CRC MENGGUNAKAN ARQ
DALAM KOMUNIKASI DATA
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang :
Pengiriman dan penerimaaan data dalam berkomunikasi ternyata tidak semudah apa
yang di bayangkan. Dibutuhkan beberapa persyaratan dan faktor agar proses Telekomunikasi
itu berjalan denagan lancar.
Faktor-faktor yang perlu ada yaitu :
- Flow control: stasiun pengirim tidak boleh mengirimkan frame dengan laju yang lebih
cepat daripada laju “penyerapan” stasiun penerima
- Pengalamatan: pada saluran multipoint (contohnya LAN), identitas kedua stasiun yang
berkomunikasi harus jelas
- Informasi kontrol dan data dikirimkan pada link yang sama: penerima harus dapat
membedakan kedua jenis informasi tersebut
- Manajemen link: inisiasi (call setup), pemeliharaan, dan terminasi pertukaran data
memerlukan proses koordinasi di antara semua stasiun yang terlibat.
Namun apakah semua faktor itu telah dipenuhi oleh teknik antar muka pada lapisan
fisik? Sehingg perlu meriview fungsi lapis fisik yang kita ketahui seperti sinkronisasi bit,
karakter, frame; kalkulasi bit untuk deteksi dan koreksi kesalahan; kompresi data, dll.
Dalam terminologinya, beberapa hal yang penting harus diketahui yaitu :
- Frame adalah kumpulan bit yang membentuk paket data yang merupakan unit transmisi
dan error control.
- Transmission Time adalah waktu yang dibutuhkan pengirim untuk mengirimkan semua
bit sebuah frame ke medium transmisi
- Propagation Time adalah waktu yang dibutuhkan oleh sebuah bit untuk melintas
sepanjang medium transmisi dari pengirim ke penerima
- Bit Length of a link adalah jumlah bit maksimum yang dapat berada sepanjang sebuah
sambungan
C. Kaitan Modul
Modul ini merupakan modul ke-8 yang merupakan aplikasi dari metode error control
dan pengkodean yang dijelaskan pada modul-modul sebelumnya yang t erjadi pada komunikasi
data .
FLOW CONTROL
Flow Control adalah Merupakan teknik untuk memastikan bahwa entitas pengirim tidak
membanjiri entitas penerima dengan data.
127
Flow Control mencegah pengirim terhadap kondisi penerima yang memiliki keterbatasan
kapasitas. Contoh : komunikasi antara PDA dengan PC melalui infrared.
Dalam pngiriman data Penerima harus memproses setiap frame yang datang sebelum
mengirimkannya ke lapisan lebih atas, dan proses ini membutuhkan waktu. Delay ini mungkin
menyebabkan penampung penerima terus terisi (Rr < Rs).
Ada dua cara bagi penerima agar dapat mengontrol aliran frame dari pengirim :
• Stop and Wait Flow Control
• Sliding Window Flow Control
ERROR CONTROL
Error control merupakan suatu mekanisme untuk mendeteksi dan membetulkan kesalahan
yang terjadi dalam transmisi PDU. Ada dua tipe kesalahan :
- Lost PDU. PDU gagal untuk tiba di tujuan.
- Damaged PDU. Reorganized PDU tiba, tapi ada beberapa bit informasi dalam kondisi
error.
Teknik error control sebagian besar di dasarkan pada beberapa unsur berikut :
1. Error detection, penerima mendeteksi error dan membuang PDU yang error. Ada beberapa
metode error detection, seperti Parity Check dan CRC (Cyclic Redundancy Check). Error
detection dilakukan pada layer MAC.
128
2. Positive acknowledgment, tujuan mengembalikan positive acknowledgment untuk menunjukkan
bahwa PDU diterima dengan baik tanpa error.
3. Retransmission after timeout, sumber mengirim ulang PDU yang belum diacknowledged
setelah kurun waktu tertentu.
4. Negative acknowledgment and retransmission, tujuan mengembalikan negative
acknowledgment terhadap PDU yang terdapat kesalahan. Sumber mengirim ulang PDU
tersebut.
Mekanisme-mekanisme tersebut bertindak sebagai automatic repeat request (ARQ), dimana efek
dari ARQ adalah mengembalikan data link unreliable ke reliable.
130
Gambar di atas menunjukkan arsitektur umum implementasi shift register CRC untuk polinomial
di mana A0 = An = 1 dan semua Ai lainnya sama dengan 0 atau 1.
Rangkaian diimplementasikan sebagai berikut:
- Register berisi total n bit, sama dengan panjang FCS
- Ada tidaknya suatu gerbang xor sesuai dengan ada tidaknya komponen dalaM
polinomial P(x), tidak termasuk xn.
Agar bisa mendeteksi jumlah bit kesalahan ganjil : harus habis dibagi oleh (1 + X) Oleh
penerima dilakukan operasi yang sama :
- b1 b2 b3…bm Rn-1…R1 / Dn…D1 sisa(rn-1…r1)
- Data benar jika rn-1…r1 = 0
- Data salah jika rn-1…r1 ≠ 0
- Pembagi standar internasional
132
- CRC-16 >11000000000000101
- CRC-ITU >10001000000100001
- CRC-32 >100000100100000010001110110110111
- Jika diperlukan pembagi boleh tidak menggunakan standar ini asal memenuhi:
- Diawali dan diakhiri dengan bit 1 ( 1xxxxxx1)
- Jumlah minimum bit “1” : 3 bit
Contoh Perhitungan :
Checksum
CRC memerlukan perhitungan xor sebanyak jumlah bit data
Diciptakan metoda checksum untuk mengurangi perhitungan
Cara perhitungan :
Data dibagi menjadi kelompok-kelompok 16 bit
Data kelompok pertama di xor dengan kelompok kedua
Hasil di xor dengan kelompok ke 3
133
dst sampai didapat 16 bit checksum dari seluruh data
Contoh Perhitungan :
ARQ : Go Back N
134
Contoh
Selective Repeat :
135
Go Back N :
136
CRC merupakan hasil operasi pembagian biner dengan suatu pembagi tertentu (generator
polinomial). Dalam penerapannya CRC ini diharapkan bisa memaksimalkan kemampuannya
mendeteksi kesalahan (jumlah bit yang salah) dengan minimal jumlah redudant bits. Selain itu
CRC juga harus cepat . Operasi algoritma CRC merupakan operasi binary division (XOR dan
shift).
ARQ adalah Fasilitas dalam jaringan yang secara otomatis akan meminta kembali
pengiriman ulang apabila diketahui ada suatu kesalahan dalam proses transmisi. ARQ akan
mengulang / tidak mengulang pengiriman data sesuai dengan feedback dari penerima. Yang
paling efisien (Utilitas link lebih tinggi) adalah Selective Repeat dan Yang paling tidak efisien
adalah idle RQ.
DAFTAR PUSTAKA
10. Shu Lin & Costello, “Error Control Coding” (Prentice Hall), 2000
11. Wicker, “Error Control Systems for Digital Communication & Storage” (Prentice Hall),
1996
12. Rhee, “Error Correcting Coding Theory” (Mc. Graw Hill), 2001
137