Вы находитесь на странице: 1из 47

Psikologi Abnormal dan Psikopatologi

11.09.06
Abnormal adalah sesuatu yang menyimpang, tidak normal, atau di luar kewajaran.
Psikologi abnormal merupakan bagian dari ilmu psikologi yang mempelajari tentang
perilaku abnormal.
Untuk mengetahui seseorang normal atau tidak, terlebih dahulu harus dipastikan
bahwa orang tersebut tidak berprilaku abnormal. Akan tetapi, berprilaku abnormal belum
tentu abnormal. Yang menyimpang adalah fenomena tingkah lakunya, bukan orangnya.
Tingkah laku abnormal
 patologis:
- psikopatik
- neurotic
- psikotik
- mental retardated
 devians (menyimpang):
- tingkah laku normal yang berpotensi menjadi patologis jika tidak
ditangani dengan baik.
Kesukaran Umum Dalam Merumuskan Pengertian Abnormal
1. Aspek norma (terkait juga dengan kultur)
tidak terdapat norma statistik yang fix tentang apa yang dianggap sebagai tingkah laku
abnormal.
2. Inconsistency
Yang dianggap normal pada suatu waktu, dalam waktu yang lain atau kadar yang
berbeda atau dalam jenis situasi lain dapat dianggap abnormal.
Kita dapat memahami inconsistency dari latar belakang/ruang lingkupnya.
3. St at i st ik
Pengertian abnormal dapat diterapkan atau dipakai untuk kedua ujung ekstrim yang
baik (positif) maupun yang buruk (negatif).
4. Kriteria normal dan abnormal bisa berbeda untuk ras, kelompok, maupun budaya yang
berbeda, individu, keturunan, sosial
5. Kekaburan pengertian dalam masyarakat tentang yang mana tingkah laku yang disebut
“yang biasa/normal" dan yang mana tingkah laku yang dianggap "jahat".

1
Kesukaran lain merumuskan abnormal secara Psikologis
1. Tidak ada model ideal dari tingkah laku "normal"
2. Semua definisi tentang tingkah laku abnormal tidak pernah bebas dari pengaruh
norma.
3. Seringkali yang dinilai abnormal bukanlah individu/manu-sianya, tetapi tingkah
lakunya.

Kriteria Abnormal
1. statistik
kebanyakan orang melakukannya
2. psikososial
suatu tingkah laku disebut abnormal jika maladaptive, tingkah laku tersebut tidak
sesuai dengan keadaan lingkungan.
3. gross departure from social standards
adanya perbedaan yang mencolok dari norma standar.
- social deviance
- cultural relativism
- poor contact with reality
4. Intellectual and social inefficiency
Tingkah laku abnormal ditandai dengan inefisiensi dalam penggunaan intelektual dan
sosial
5. personal distress
menunjukkan adanya tekanan-tekanan persona, masalah pribadi, tekanan-tekanan
emosional.
Personal distress dimungkinkan muncul disebabkan oleh:
- phyisical discomfort: ketidaknyamanan fisik
- anxiety: kenyamanan
- obsession and compulsion: keterpakuan pada sesuatu sehingga
tingkah laku terganggu
- depression
- demoralization: mengalami gangguan pada ukuran-ukuran moral
- alienation: merasa terkucil, diasingkan

2
Ciri utama tingkah laku abnormal adalah tingkah laku itu menyimpang, berbeda dari
fungsi-fungsi psikis yang normal. Dengan kata lain, fungsi psikisnya mengalami gangguan.
Secara psikologis yang dikatakan abnormal bukan tingka laku yang dilakukan orang
yang abnormal, tetapi tingkah laku yang memang abnormal, yang bias juga dilakukan
orang normal.
Normalitas dapat dideteksi dari beberapa perspektif, yaitu:
1. Normalitas = sehat
Hal ini berarti bahwa tidak terdapat tanda-tanda psikopatologi yang meliputi bagian
terbesar tingah laku manusia pada umumnya, juga tidak ada gejala-gejal sakit, nyeri
(undeupain), tidak nyaman (discomfort), dan ketidakmampuan(disability).
Perspektif ini merupakan pendekatan tradisionalmedik psikiatrik terhadap masalah
kesehatan dan keadaan sakit.
2. Normalitas = keadaan idaman/ideal
Normalitas merupakan keadaan padu/harmonis/optimalnya unsur-unsur kejiwaan
sehingga berfungsi normal, merupakan suatu kondisi yang diidamkan/dikhayalkan.
Perspektif ini adalah pendekatan psikiater dan psikoanalisa.
3. Normalitas = keadaan rata-rata
Normalitas adalah skor tengah dari kurva normal.
Perspektif ini digunakan dalam pendekatan penelitian-penelitian behaviora science
yang menggunakan metoda matematika, statistik, kuesioner,dll.
4. Normalitas = transactional system (sistem yang saling mempengaruhi).
Normalitas merupakan hasil akhir dari interaksi sistem yang saling berhubungan.
Merupakan proses dinamik yang berkembang berlanjut terus-menerus, bukan hasil
sesaat (cross sectional).
Pendekatan ini sering digunakan oleh para ahli Ilmu sosil dan bevioral science.
5. Normalitas = kelaziman seseorang
Disebut normal jika seseorang bereaksi sesuai pola hidupnya. Dikatakan abnormal jika
seseorang bereaksi di luar polanya yang lazim.
Hal ini merupakan pendekatan terhadap manusia sebagai individu yang unik.

Model-model teoritis untuk menentukan abnormalitas:


1. Model Deskriptif

3
Merupakan usaha untuk menguraikan tingkah laku abnormal berdasarkan kriteria-
kriteria eksternal. Secara eksternal ditentukan apa yang menjadi kriteria standar,
kemudian dinilai apa yang normal dan yang abnormal.
Ada beberapa macam model deskriptif, antara lain:
• Model Subjektif
Dibuat dengan menetapkan diri sendiri sebagai standar yang sama. Apabila sama
dengan diri sendiri, maka disebut normal. Sebaliknya dikatakan abnormal jika berbeda.
• Model Normatif
Tingkah laku hanya dilihat dan dibandingkn dengn norma. Sebelumya dibuat dahulu
ketentuan bentuk-bentuk tingkah laku yang ideal sebagai norma standar. Akan tetapi,
model ini dianggap kurang ilmiah karena sangat idealistis dan tidak dapat menangkap
hal-hal yang riil.
• Model Statistik
Bentuk-bentuk tingkah laku yang dilakukan oleh banyak individupada umumnya,
dinyatakan sebagai tingkah laku normal (average/rata-rata), sedangkan yang dilakukan
oleh sebagian kecil orang adalah abnormal.
• Model Kultural
Bentuk tingkah laku yang oleh sebagian besar anggota masyarakat dianggap/diterima
merupakan tingkah laku yang normal. Jika tidak berlaku di masyarakt tersebut,maka
dianggap abnormal.
2. Model Eksplanatori
Merupakan suatu usaha yang mencoba menguraikan tingkah laku abnormal
berdasarkan proses mengapa dan bagaimana abnormalitas itu bisa terjadi berdasarkan
proses internal.
Macam-macam model eksplanatori:
• Model Disease/Medis/Biologis
Kelainan/abnormalitas tingkah laku dianggap sebagai suatu penyakit. Dalam ilmu
pengetahuan modern, model medis seperti ini kebanyakan ditentang karena sulit
mendefinisikan dalam masyarakat tentang apa yang secara psikologis dinilai sehat atau
sakit.
• Model Psikodinamis

4
Tingkah laku abnormal/gangguan kejiwaan terjadi karena atau adanya konflik dalam
bawah sadar (unconscious) antara unsur-unsur yang terdapat di daamnya (model
psikoanalisa).
• Model Learning
Tingkah laku abnormal terbentuk sebagai hasil proses pengkondisian (conditioning)
dan belajar (learning) yang terjadi dalam pengalaman hidup seseorang (model
behavior theory).
• Model Stress
Tingkah laku abnormal terjadi sebagai respons terhadap stress/pressure yang tidak
mampu diatasi secara memuaskan oleh individu yang bersangkutan.
• Model Interpersonal
Tingkah laku abnormal tumbuh dari berbagai macam bentuk rasa cemac/ketakutan
terhadap relasi-relasi interpersonal yang berlebihan.
• Model Family Dynamic
Tingkah laku abnormal timbul karena perkembangan kekuatan-kekuatan dinamik yang
terjadi di dalam kehidupan keluarga.
• Model Sosial
Tingkah laku abnormal terjadi oleh karena adanya dinamika kekuatan-kekuatan sosial
dalam masyarakat.

Kelemahan model eksplanatori ini terdapat pada tingkat kepercayaan yang tergantung
atau hanya terlihat pada bentuk-bentuk tingkah laku yang mirip.
Baik pendekatan deskriptif maupun eksplanatori harus digunakan dalam menyusun
kriteria-kriteria tentang tingkah lakuyang dianggap normal atau abnormal. Secara umum
model eksplanatori dianggap lebih psikologis, sedangkan model deskriptif lebih untuk
aplikasi ke masyarakat luas.
Secara umum dapat ditetapkan beberapa pandangan dasar untuk menetapkan apakah
suatu tingkah laku tergolong abnormal. Beberapa pandangan tersebut antara lain:
1. Dipandang dari segi organis
- medical
- pathologic
- phisiogenic

5
Suatu tingkah laku dianggap abnormal jika terjadi akibat kecelakaan , gangguan suatu
panyakit, gangguan pada kelenjar atau organ tubuh sehingga keadaan organis menjadi
kacau.
Beberapa contohnya adalah:
• dimensia senilis
Disebabkan oleh gangguan fisik dan mental karena adanya penurunan kemampuan-
kemampuan fisik dan mental. Pada orang tua daya ingat menurun sehingga menjadi
pelupa.
• melancholic involuntionil
Penyebabnya adalah gangguan pada kelenjar /hormon dan biasanya terjadi pada orang-
orang yang telah mengalami menopause.
• amnesia
Secara organis penyebabnya adalah adanya kelemahan fungsi saraf otak, misalnya
trauma otak sehingga cepat lupa dan kemampuan belajar menurun.
2. Dipandang dari segi statistik (deviation from statistic norms)
Menggunakan pendekatan grafis dan matematis yang memandang bahwa tingkah laku
abnormal adalah tingkah laku unusual karena jarang atau tidak dilakukan oleh sebagian
besar orang. Tingkah laku tersebut hanya dilakukan oleh sebagian kecil orang.
3. Dipandang dari segi kultur (deviation from social norms)
Tingkah laku individu yang dianggap tidak sesuai atau bertentangan dengan norma,
value, adat istiadat yang berlaku dalam lingkungan masyarakat.
4. Dipandang dari segi fungsi psikis (personal distress psychogenic)
Tingkah laku abnormal terjadi karena ketidakmampuan melakukan penyesuaian atau
maladaptif karena buruknya kemampuan psikis.

Secara sederhana, suatu tingkah laku dianggap abnormal jika secara signifikan berbeda.
Dua hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa tingkah laku abnormal
mengganggu/merugikan dan membahayakan bagi diri sendiri, juga bagi orang
lain/lingkungan.

Konsensus tingkah laku normal


Suatu tingkah laku dianggap normal, jika:
1. Tingkah laku adekuat (serasi, tepat, sesuai), sesuai situasi dan kondisi.

6
2. Tingkah laku yang bisa diterima masyarakat.
3. Hubungan interpersonal yang maksimal dan memuaskan.
4. Sikap hidup sesuai dengan masyarakat.
5. Adjusment, penyesuaian diri yang memuaskan.

Maladjustment:
1. Dalam tingkah laku terdapat konflik-konflik mental/batin yang mengakibatkan
tidak adekuatnya pola penyesuaian diri seseorang.
2. Tingkah laku menunjukkan disintegrasi, tidak stabil, tidak seimbang.
3. Menimbulkan ketidakpuasan dalam relasi interpersonal dan intersosial.

25.09.06
Secara mental health, dalam segi ilmu kesehatan jiwa disimpulkan beberapa tanda-
tanda individu yang normal dan sehat. Tanda-tanda tersebut dapat dilihat melalui:
1. sikap terhadap diri
Mampu menerima keadaan diri sebagaimana adanya, realistis dan bertangung jawab.
Memiliki identitas diri yang adekuat, juga sikap terhadap diri yag adekuat.
2. persepsi terhadap realita
Individu mempunyai pandangan yang realistis (sesuai kenyataan) terhadap diri sendiri,
dunia, lingkungan, orang lain, maupun segala sesuatu yang ada di lingkungan.
3. integrasi diri
Memiliki kepribadian utuh, bebas dari ketidakmampuan mengatasi inner conflict,
mempunyai toleransi cukup baik terhadap stress.
4. kemampuan diri
Dapat mengembangkan diri baik secara fisik, intelektual, emosi/kemampuan sosial,
sehingga dapat mengatasi masalah yang dihadapi di dalam kehidupan secara baik.
5. otonomi
Dapat mengambil keputusan secara memadai, dapat menyesuaikan diri, dan mampu
bertanggung jawab.
6. pertumbuhan dan aktualisasi diri
Individu cenderung ke arah yang semakin matang (mature), mampu mengembangkan
potensi dan dapat memenuhi kehidupan diri sendiri sebagai manusia.

7
Beberapa definisi normal:
- Menurut WHO
Normal adalah keadaan dimana seseorang yang sempurna fisik, mental,
dan sosialnya, tidak mengidap gangguan penyakit dan kelemahan-
kelemahan tertentu.
- Menurut Karl Medinger
Normal yaitu adanya penyesuaian timbal balik dari nilai-nilai manusia
terhadap alam/lingkungannya secara maksimal, efisien, dan
menyenangkan baik bagi manusia itu sendiri maupun alam
lingkungannya, yang bukan semata-mata agar efisien, puas atau taat
pada aturan lingkungan, tetapi secara menyeluruh, mampu mengelola
integrasi sosial dan kebahagiaan hidup, perasaan, dan intelegensi.
- HB English
Normal yaitu keadaan yang relatif berlangsung selama beberapa wakt
tertentu dimana seseorang mampu melakukan adjustment dengan baik,
dapat menikmati kehidupan dan mampu mencapa aktualisasi diri.
- WB Boehm
Normal yaitu suatu kondisi dan taraf pemfungsian sosial yang oleh
lingkungan sosial dapat diterima dan secara indivisu dirasa
menyenangkan.

Bidang-bidang yang Berhubungan dengan Psikologi Abnormal


1. Psikologi
Psikologi abnormal adalah bagian dari psikologi yang mempelajari tentang proses
mental dan tingkh laku abnormal. Dua bidang yang memiliki kaitan erat dengan
psikologi adalah:
• clinical psychologist
merupakan profesional dalam administrasi tes psikologi, diagnosa, vocational
guidance, dan psikoterapi untuk pembentukan kebiasaan/kepribadian. Melakukan
diagnosa untuk menentukan treatment terhadap personality disturbance.
• consulting psychologist
merupakan profesional dalam konsultasi dan treatment minor personality dan
emotional disturbance.

8
2. Kedokteran
Dalam kedokteran ada beberapa bidang yang secara langsung memiliki hubungan
yang erat dengan masalah yang dibahas dalam psikologi abnormal, yaitu:
• Psikiatri
merupakan cabang ilmu kedokteran yang mempelajari tentang penyembuhan penyakit-
penyakit jiwa (mental),terutama yang diangap parah dan memerlukan perawatan rumah
sakit.
• Neurologi
merupakan cabang ilmu kedokteran yang mempelajari fungsi-fungsi sistem persarafan,
otak, dan spinal cord. Gangguan kejiwaan yang berhubungan dengan kerusakan dan
disfungsi dari neuropsychiatric disorders.
• Psikoanalisa
Bagian dari psikiatri yang berkaitan dengan investigasi dan treatment psikoneurosa
sebagai mental disorders.
• Psychiatric nursing
Profesional untuk membantu memberikan perawatan kontak sehari-hari dengan
penderita gangguan psikiatrik.
3. Psychiatric social workers
Profesional terlatih dalam masalah-masalah personality disorganization yang
ditimbulkan oleh sebab-sebab lingkungan social, merupakan penghubung antara
penderita dengan msyarakat/lingkungan. Membantu penyesuaian diri penderita dan
memberi pengertian pada lingkungan masyarakat/keluarga tentang keadaan penderita.
4. Sosiologi/Antropologi.
5. Mental hygiene
Dalam bidang ini dilakukan profesi lintas disiplin yang bertujuan:
- mendidik masyarakat untuk kehidupan psikis yang sehat sehingga
terhindar dari tingkah laku abnormal. Hal ini dilakukan sebagai
tindakan prevensi (pencegahan).
- Mendidik masyarakat agar dapat membantu, melindungin dan
memperlakukan secara wajar dan manusiawi para penderita
abnormalitas psikis tersebut.
6. Hukum

9
Tingkah laku abnormal dapat menimbulkan banyak dampak hukum yang
berpengaruh terhadap bagaimana bentuk sanksi/hukuman yang harus diberikan. Ahli
hukum (jaksa, hakim, pengacara, dsb) seharusnya memahami psikologi abnormal.
7. Pendidikan
Tingkah laku abnormal seringkali muncul karena akibat-akibat pendidikan, misalnya
peraturan yang diterapkan dalam pendidikan. Sekolah merupakan lingkungan sosial
yang dini. Pendidik sebagai ”orang tua kedua” seharusnya memahami psikologi agar
dapat menangani tingkah laku anak didik sehingga dapat mendeteksi secara dini
abnormalitas tingkah laku anak didik.
8. Agama
Nasehat-nasehat ulama/keagamaan memiliki peranan terapis yang membantu
memberikan dukungan moral pada individu yang ketakutan, bingung, depresi, merasa
bersalah/berdosa, dsb.
Pada abad pertengahan sebagian besar penderita abnormalitas datang menemui alim
ulama. Data tahun 1960 pun menunjukkan bahwa para alim ulama paling banyak
didatangi oleh penderita abnormalitas.
9. Bisnis dan Industri

Bentuk-bentuk abnormalitas:
1. Bentuk sistematika psikologi abnormal berdasarkan psikiater (psikofisiologis)

2. Bentuk-bentuk abnormalitas psikis


a. psikosa
individu yang mudah sekali menyerahbila dihadapkan pada situasi sulit. Biasanya
kemudian menampilakan berbagai bentuk gejala fisik atau psikis yang
berlangsunguntuk beberapa lama atau mungkin juga menetap.
- mental symptom: Anxiety/tension/restlessness, tidak mampu
berkonsentrasi, takut tanpa sebab, ide-ide inadekuat, kehilangan
kemampuan mengingat.
- Fisik symptom: sakit kepala/pusing, lelah yang amat sangat, hilang
fungsi sensorik dan motorik.
b. psikosa

10
gangguan mental yang amat parah yang menghancurkan integrasi (keutuhan)
kepribadian dan merobek relasi sosial dari individu yang bersangkutan. Tingkah laku
individu sulit dimengerti, tidak masuk akal, seolah hidup dalam dunianya sendiri.
- di mata hukum: insane, tidak dapat dimintai pertanggungjawaban
atas perbuatannya.
- Mental symptom: halusinasi, delusi (waham), gangguan isi pikiran,
gangguan kesadaran, dsb.
- Fisik symptom: gangguan psikosomatik, kaku, stupor (kejang), dsb.
c. mental deficiency
gangguan mental yang disebabkan pertumbuhan psikis yang subnormal sehingga
tidak mampu self support dan self management. Dalam bentuknya yang tidak terlalu
parah hubungan interpersonal masih bisa berlangsung. Dalam batas tertentu,
beberapa keterampilan tertentu masih bisa diberikan secara adekuat.
d. kepribadian antisosial (psikopatik)
abnormalitas psikis yang terjadi karena terbentuknya poreus (lubang) dalam tigkah
laku sosial seseorang sehingga seolah-olah tidak memiliki norma sosial. Oleh karena
itu seolah-olah tidak memiliki rasa salah atau rasa cemas atau dosa bila berbuat
sesuatu yang dianggap salah oleh norma lingkungan masyarakatnya. Biasanya terjadi
karena pembentukan nilai-nilai sosial ke dalam diri seseorang terganggu, misalnya
pada keluarga broken home.
- symptom: impulsif, emosi tidak stabil, tidak ada etika.

BASIS UNTUK MENGERTI TINGKAH LAKU ABNORMAL


Basis untuk mengerti tingkah laku abnormal adalah pemahaman tentang faktor-faktor
yang menunjukkan menunjang (facilitating) & menghambat pengekspresian motivasi
manusia yang sewajarnya.

ADJUSTMENT
kriteria untuk menentukan normal/abnormalnya tingkah laku seseorang. Bergantung :
1. Kondisi keseimbangan yang terjadi antara drives, motives, dan ideals-nya.
2. Seberapa jauh keinginan dan harapannya secara wajar (adekuat) tercapai.
3. Seberapa jauh dorongan dan usaha kegiatan untuk mencapai keinginan itu,
conform dengan tuntutan dan norma/tolok ukur/standar lingkungan sosialnya

11
Pada orang normal terjadi proses keseimbangan antara faktor di luar dan di dalam diri.
Dalam dunia psikologi, bila kita ingin menentukan suatu tingkah laku yang abnormal,
maka kita harus:
1. Mendeskripsikan tingkah laku abnormal
2. Menjelaskan bagaimana terbentuknya tingkah laku abnormal
Bila kita tidak mampu, maka kita tidak punya alasan secara psikologis untuk menentukan
tingkah laku abnormal. Jadi kita dapat menyimpulkan tingkah laku abnormal adalah dari
proses-proses psikologis.
Yang abnormal adalah tingkah laku, bukan kepribadiannya. Karena itu dalam psikologi
kita menentukan tingkah laku yang abnormal bukan berdasarkan bentuk/wujud tingkah
laku, tetapi proses terbentuknya.
Jadi psikologi abnormal adalah deskripsi tingkah laku seseorang dari suatu pemeriksaan
psikologi apakah tingkah laku tersebut normal/abnormal. Posisi psikologi abnormal
dalam psikologi.

12
MOTIVASI DAN PENYESUAIAN DIRI

Individu normal adalah individu yang mampu melaksanakan adjustment secara adekuat
Patokan kriteria adjustment
1. Terdapat keadaan drive motive dan ideal/expectation yang harmonis.
2. Keadaan aspirasi, harapan dan keinginan individu bisa dipenuhi secara
adekuat.
3. Mampu menyesuaikan dorongan keinginan (drives motives) yang terdapat
pada dirinya sehingga sesuai dengan tuntutan dan ketentuan lingkungan sosialnya.

A. DRIVES (physiological drive)


Merupakan dorongan-dorongan yang bersifat organis, merupakan internal stimuli,
kemunculannya menimbulkan perasaan kurang nyaman sehingga menimbulkan atensi dan
energi ke arah terjadinya usaha pemuasan. Fungsinya:
1. Fungsi organik, yaitu untuk mempertahankan kelangsungan hidup dan fungsi
organisme  membutuhkan makanan, minuman, oksigen, istirahat/tidur/membuang sisa-
sisa metabolisme, memelihara suhu tubuh.
2. Proteksi, terhadap gangguan-gangguan organis, timbul penginderaan seperti marah,
sakit, takut, dsb. Yang bersifat psikis, bila mana ada organ dengar, bau, pandang, dsb, yang
mengalami kerusakan sehingga timbul usaha untuk mencegah kerusakan lebih lanjut,
perbaikan.
3. Merangsang adjusted yang berhubungan dengan fungsi reproduksi, berkaitan
dengan fungsi/proses adjusted, reproduksi, aktivitas seksual dan dalam rangka memberikan
perlindungan dan perawatan yang merupakan sesuatu yang alami pada manusia.
4. Exploratory drives, dorongan untuk melakukan eksplorasi terhadap lingkungan
dimana individu berada.
5. Voluntary drives, bentuk-bentuk dorongan yang dapat menimbulkan rasa
menyenangkan atau tidak menyenangkan pada komplexitas dorongan fislologis.
Tipe-tipe adjustive demands (stress yang menyertai adjustment-maladjustment)
1. Frustrasi, bila motives individu terhambat/tidak dapat mencapai taraf goalnya.

13
2. Konflik, bila terdapat lebih dari satu target goals yang dapat dipergunakan untuk
memenuhi dorongan motives.
3. Pressure, bila terdapat tekanan keharusan dan kemampuan tertentu dalam mencapai
target baik dari dalam diri maupun dari luar diri.

B. MOTIVES (psychological basic)


Motif yang dimaksud ini merupakan basic psychological motives, motif-motif lain bisa
berkembang dari motif-motif ini. Berungsi sebagai:
* Security: dorongan rasa aman.
* Mastery: kebutuhan akan dorongan untuk mengatur (orang lain maupun dirinya).
* Self Esteem: dorongan untuk memperoleh penghargaan diri.
* Social motives: dorongan pada individu untuk hidup dalam kelompok.
* Responses from others: kebutuhan untuk mendapat respons dari orang lain.
* Motives psikosexual: kebutuhan afeksi sexual dari lawan jenis
* Habits: karena proses conditioning, terbiasa untuk melakukan sesuatu  dorongan untuk
kebiasaan melakukan sesuatu
* Pengalaman baru: dorongan perlunya sesuatu yang baru mendasari manusia untuk
melakukan kegiatan tingkah laku.
* Dorongan untuk agresi: secara instinktif, manusia memiliki dorongan untuk agresi.

Abnormalitas motivasi diukur dengan komparasi orang lain tetapi intensitas sulit dideteksi.
Kondisi kualitas adjustment ditentukan oleh :
1. Unsur-unsur Internal (psikogenik)
seseorang berada dalam suatu kondisi yang harmonis, menciptakan suatu interaksi yang
tidak mengganggu, tidak menimbulkan masalah/hambatan dalam diri individu.
2. Unsur-unsur eksternal (ekstrinsik)
Faktor-faktor environment, berpengaruh yang tidak menyebabkan kondisi yang
mengganggu/menghalangi seseorang.
3. Interaksi antara internal dan eksternal.
apakah tercipta suatu adjustment yang baik. Bahwa antar unsur internal dan eksternal
terjadi suatu interaksi yang memungkinkan kedua unsur tersebut melakukan proses
penyesuaian secara interaksional sehingga tercipta suatu pemfungsian normal pada diri
seseorang.
Jadi kemungkinan terjadi abnormalitas karena maladjustment pada unsur 1, 2, atau 3.

14
Setiap tingkah laku abnormal dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Dalam
proses terbentuknya tingkah laku abnormal kedua faktor tersebut sangat berperan. Sehingga
dalam menentukan tingkah laku abnormal maka kita harus dapat menjelaskan bagaimana
kedua faktor itu berproses. Secara sederhana tingkah laku abnormal digambarkan sebagai
tingkah laku yang terbentuk karena ada hambatan dari faktor internal dan eksternal, sehingga
mengakibatkan terjadinya bentuk-bentuk penampakan tingkah laku yang menunjukkan
hambatan, baik dari faktor internal, eksternal, dan interaksinya.
Dalam pengertian psikologi, orang normal dapat saja menampakkan tingkah laku yang
abnormal, karena tingkah laku abnormal bisa saja muncul dari kepribadian yang normal.
Proses adjustment terjadi antara:
1. Faktor eksternal-internal
2. Faktor eksternal-eksternal
3. Faktor internal-internal.
Jadi ketiga faktor tadi akan membentuk pola adjustment dan berangkat dari sini kita
dapat menentukan corak tingkah laku apakah normal/ abnormal. Tingkah laku abnormal
adalah. Indikasi dari ketidakseimbangan pada proses adjustment, sehingga jika kita ingin
menggambarkan tingkah laku yang abnormal maka kita berusaha menjelaskan
ketidakseimbangan Individu. Bila suatu proses terbentuknya tingkah laku menggambarkan
bahwa kondisi-kondisi yang memuat faktor-faktor itu seimbang, maka tingkah lakunya
adalah normal (adjusted). Sedangkan bila tidak, maka tingkah lakunya adalah abnormal
(maladjusted).
Intra personal factor dapat digambarkan secara umum seperti:
* drive * motivation
- primary - secondary, tidak bersumber dari organ tertentu.
- berkembang dari primary motive
- learned motives  terbentuk dari proses
pengkondisian.

Proses terbentuknya tingkah laku yang dipengaruhi oleh interaksi faktor eksternal-
internal , menurut :
PSIKOANALISA
Tingkah laku dideskripsikan berpangkal dari sesuatu di dalam diri (intra personal/intra
psikis). Maka biasanya kondisi-kondisi seperti ini memberi dorongan pada individu untuk

15
melakukan sesuatu. Namun dorongan/tingkah laku untuk mencapai sesuatu dapat
terhambat. Hambatan-hambatan tersebut dapat muncul dari dalam maupun luar diri.
Dari sini diambil patokan bahwa kondisi seperti ini selalu terjadi pada proses pembentukan
tingkah laku abnormal. Jadi usaha untuk mencapai keseimbangan dalam diri dihambat oleh
Barrier.
Barrier terdapat di luar diri menghambat impuls-impuls dalam diri individu sehingga
individu frustrasi dan bertingkah laku menyimpang.

BEHAVIORISTIK
Faktor eksternal bukan penghambat tapi sumber/stimulus bagi lahirnya tingkah laku
(respons), sehingga environment merupakan sumber utama yang menyebabkan individu
berespons. Barrier bisa terdapat pada environment atau pada individu tersebut (bila ia
memberi respon yang tidak sesuai dengan situasi tersebut). Respons yang salah terhadap
tingkah laku tertentu menimbulkan tingkah laku yang menyimpang. Jika kondisi internal-
eksternal saling menyesuaikan maka tingkah laku adalah sehat/normal. Jika tidak, maka
tingkah laku abnormal.

Beberapa istilah dalam psikologi abnormal:


1. Frustrasi:
Suatu kondisi dimana faktor eksternal & internal tidak dapat adjusted dengan baik
karena ada faktor barrier yang tidak dapat ditembus, agar tercipta kondisi seimbang.
2. Konflik:
Suatu kondisi dimana keadaan-keadaan tersebut mengganggu adjustment antara
faktor eksternal & internal, karena terdapat sasaran yang tidak sesuai atau terdapat
lebih dari satu sasaran yang dapat menciptakan kondisi adjustment ———> kondisi
yang tidak pasti (kondisi mana yang akan dipakai agar tercapai adjustment ?)
3. Pressure
Suatu kondisi dimana ditemukan tekanan-tekanan tertentu terhadap kondisi
adjustment yang diinginkan. Apapun alternatif yang ditemukan/dibuat dalam proses
adjustment, selalu ada tekanan (mengandung ketidakpuasan).

Hambatan dapat berupa:


Fisik: waktu, ruang, tempat, jarak, suhu
Biologis: daya tahan/energi, kemampuan, kekuatan

16
Psikologis/psikis : rasa bersalah
Kultur: aturan/larangan/norma.

02.10.06
Kemungkinan-kemungkinan yang bisa terjadi sebagai reaksi terhadap hambatan adalah:
1. Attack reactions (reaksi mendobrak)
hambatan

motive —— > goal directed target goal


activities
- individu mengerahkan seluruh kekuatan, usaha dan melakukan usaha menaklukkan
masalah.
- individu memilih usaha yang paling mungkin, dan mengganti-ganti cara untuk
terus, mendobrak .
- individu berusaha meningkatkan segala daya dan sumber untuk mengatasi hambatan,
mencari informasi, kesempatan
- kalau perlu menambah kekuatan dengan bergabung dengan orang/kelompok lain.

2. Withdrawl Reaction (reaksi menghindar)


Kondisi dalam diri direpress karena tidak melakukan proses adjustment.
menghindar
hambatan

motive goal directed target goal


activities
- merasa kalah, individu merasa situasi terlalu sulit dan memilih goal yang hampir mirip,
tidak memaksakan lebih lanjut.
- meninggalkan tempat, bisa secara fisik maupun secara psikis, karena merasa tidak
mampu mengatasi hambatan tersebut.
- mencari sasaran (goal) baru yang lebih memungkinkan dan memberi harapan kepuasan
pada motives.

3. Compromise reaction (reaksi kompromi)


Bila dihadapkan pada hambatan dengan menciptakan sasaran-sasaran lain untuk mencapai
penyesuaian. target goal (substitution goal)
Sasaran lain

17
hambatan
motive goal directed target goal
activities

- merasa tidak akan mampu meraih goal yang dituju, lalu mencari goal lain sebagal goal
pengganti yang dianggap paling mendekati dan lebih mampu diraih.
- hal demikian berarti menurunkan tingkat keinginannya ke tingkat yang lebih mampu
dicapai.
- mencoba goal lain melalui cara yang mungkin tidak seideal yang semula.
- meraih seminimal mungkin apa yang masih bisa diperoleh dari goal yang dituju, karena
memang tidak mungkin meraih goal sepenuhnya.
- menunda untuk sementara usaha pencapaian goal.
- mempertemukan dua kepentingan.
4. Sublimation Reaction
hambatan

motive goal directed > target goal

Dalam hal ini berbeda dengan sublimasi sebagai suatu defence mechanism, merupakan
suatu reaksi individu untuk menghadapi suatu hambatan dimana ia berusaha mencapai
suatu adjustment dengan berbagai usaha dengan cara-cara yang berbeda (bervariasi).
- merasa dapat meraih goal secara langsung maka kemudian berusaha mencapai goal
dengan cara yang mungkin diterima, tanpa mengubah/mengganti goal semula.

KONFLIK
Konflik bisa terjadi jika seseorang dihadapkan pada dua tujuan/goal yang memiliki
valensi yang sama kuat.
Selain itu, konflik bisa terjadi karena adanya hambatan bagi tercapainya goal.
Hambatan tersebut timbul karena terjadinya pergerakan motif-motif yang saling berlawanan
(antagonistik) atau goal-goal yang berbeda mengganggu keseimbangan psikis
(disequilibrium).

Goal II
Goal I

18
Motive II
Motive I II

individu terombang-ambing ——> sukar memutuskan


dalam keadaan demikian —— tense (tegang) decision:
deadlock
confused (bingung)
impulsive
stress (tertekan)
decisision

normalnya: meningkatkan kekuatan untuk menyeleksi motive/ goal yang paling tepat dan
menolak lainnya.
Konflik harus segera diselesaikan, sebab bila konflik berlarut bisa mengakibatkan
munculnya frustasi baru yang dapat menimbulkan kecenderungan untuk bertingkah laku
abnormal.
Stress terjadi jika situasi frustasi terjadi terus menerus. Kondisi hambatan selalu
ditemukan dalam usaha individu untuk memenuhi dorongan bertingkah laku. Untuk tingkah
laku yang normal, dorongan tingkah laku yang ditampilkan bisa memperoleh kepuasan
dengan tercapainya goal.

SUMBER-SUMBER FRUSTRASI
Frustrasi terjadi karena motif tidak sepenuhnya terpenuhi, bahkan kadang-kadang
justru terhambat karena faktor-faktor hambatan yang datang dari luar maupun dalam diri.
Ada beberapa kondisi yang menjadi sumber penyebab frustrasi, yaitu:
1. KOMPETISI
Dalam kenyataan, banyak orang lain yang juga mempunyai sasaran goal yang sama dalam
usaha memenuhi dorongan motifnya. Keadaan tersebut menimbulkan persaingan untuk
meraih sasaran goal tersebut. Goal tidak sepenuhnya dapat diperoleh dengan memuaskan,
bahkan terkadang terhambat.
2. GOAL YANG TERLALU MULUK
Goal yang tidak seimbang dengan keadaan diri individu, tidak sesuai dengan keadaan
sebenarnya, sehingga tidak mungkin dicapainya dengan memuaskan. Akibatnya timbul
kekecewaan/frustrasi.

19
3. HAMBATAN-HAMBATAN SOSIAL
Adanya aturan norma, ketentuan, etika yang harus dipenuhi dalam usaha untuk meraih
goal. Harus dapat diterima oleh aturan hukum, moral/ nilai budaya/sosial masyarakat.
4. HAMBATAH-HAMBATAN LAIN
A. Karena Keterbatasan:
- fisik: keadaan fisik, ruang, waktu, dsb.
Goal tidak bisa/terhambat untuk diperoleh
Misal: tempat terlalu jauh tidak dapat dicapai.
- biologis: daya tahan, energi, kekuatan terbatas.
- psikologis: kecerdasan terbatas.
B. Karena sebab-sebab khusus/civilian catastrophe:
Peperangan (misal kamp tawanan nazi), banjir, angin puyuh/tornado, gempa bumi,
kebakaran, pemboman (terorisme), keadaan ekonomi (misal resesi, devaluasi, sehingga
menyebabkan kelaparan), keadaan sosial politik (misal kudeta, kebijakan pemerintah
yang tidak membolehkan bergaya hidup mewah)

Adapun kondisi-kondisi yang lain, misalnya:


* Kondisi pressure, yaitu kondisi dimana seseorang diberi beban tekanan.
* Kondisi Strain, yaitu kondisi disebabkan tekanan, tapi berhenti tekanan/beban lebih.
abstrak
(bentuk = masalah)
* Tension= ketegangan.

Stress adalah situasi/keadaan dimana seseorang berada dalam situasi yang melemahkan
(overtaked). Suatu kondisi stress merupakan kondisi kombinasi antara strain dan pressure.
Stress pasti bisa diatasi oleh orang normal dan memberi dampak positif. Suatu stress
tidak selalu berdampak negatif, tetapi juga positif (eustress). Stress bisa juga negatif bila
menyebabkan seseorang terdorong pada suatu situasi yang mengganggu (discomfort),
disebut diestress.
Inner stress bisa terjadi karena adanya tuntutan dari dalam, misalnya seseorang yang
need of achievementnya tinggi, mempunyai tuntutan terhadap diri untuk selalu mendapat
nilai A.
Pada umumnya stress merupakan kondisi yang terjadi disebabkan oleh interaksi. Orang
tidak mungkin menghindar dari stress. Yang penting adalah melatih diri untuk menghadapi

20
dan mengatasi stress. Jika seseorang dihadapkan pada kondisi stress terus menerus, maka
energi psikis akan terkuras sehingga kondisi psikis melemah.

REAKSI-REAKSI TERHADAP FRUSTRASI

FRUSTRA merefleksikan EMOTIONAL


SI TENSION/STRESS/
PRESSURE

PERASAAN TIDAK
MENYENANGKAN

Keseimbangan terganggu

AKTIVITAS USAHA REAKSI Bervariasi dari


TERHADAP FRUSTASI yang normal
(konstruktif) s.d.
abnormal

Usaha menghilangkan
rasa tidak
menyenangkan.
= usaha mengembalikan

FRUSTRASI EXTRANEOUS
FACTOR

STRESSOR SPECIFIC ACTION TARGET GOAL

STRESS
AKTIVITAS USAHA REAKSI Defense
TERHADAP FRUSTASI damage

JENIS-JENIS REAKSI TERHADAP FRUSTRASI


1. Direct Approaches

21
Dalam menghadapai stres seseorang meningkatkan cara dan usaha untuk mengatasinya,
sehingga mengesankan mampu dan tidak peduli adanya hambatan (berjuang terus). Bila
masih gagal juga, maka orang tersebut akan mengubah goal.
Dampak dari reaksi ini seakan tidak kelihatan.
2. Feeling of Inferiority (rasa rendah diri)
Bila individu terus berusaha dengan berbagai cara namun tetap gagal juga, maka timbul
rasa putus asa. Keputusasaan ini memunculkan rasa rendah diri. Besar kecilnya rasa
rendah diri ditentukan oleh perbedaan antara ambisi/goal yang ingin dicapai dengan
kemampuan untuk merealisasikannya.
Inferiority feeling = f(ambisi/goal - actual achiev).
Bentuk-bentuk tingkah laku yang muncul antara lain: sensitif terhadap kritik, takut
berkompetisi, ragu-ragu, penilaian diri yang berlebihan.
Keadaan ini menyebabkan orang berada dalam keadaan kalah (tunduk), mulai tidak sok,
self confidence menurun, sadar dengan keterbatasan.

3. Aggressive Behavior (tingkah laku menyerang)


Bertindak menyerang secara aktif hal-hal yang dianggap sebagai faktor yang
menimbulkan hambatan/frustrasi. Menciptakan sikap bermusuhan/benci terhadap
hambatan itu. Dapat pula berbentuk agresi yang diarahkan pada dirinya sendiri (mental
depression, menyakiti diri sendiri, bisa sampai bunuh diri ).

4. Mental Mechanism (defence mechanism)


Bertindak mempertahankan diri agar tetap utuh terhindar dari efek frustrasi yang parah.
Karenanya reaksi ini sering juga dilakukan oleh orang normal tanpa menimbulkan
abnormalitas/patologis .
Timbul apabila penyelesaian yang dianggap baik olehnya terhadap konflik, frustrasi/
inferiority masih belum dianggap cukup/bisa diterima.
Misalnya: Bussinessman yang gagal karena investasinya tidak berhasil, perkawinan yang
berantakan karena penyelewengan salah satu pasangan.
Bentuk-bentuk mental mechanism: fantasi, kompensasi, identifikasi, proyeksi,
rationalisasi, sublimasi.
Progressnya biasanya:
- denial

22
membantah adanya hambatan frustrasi, mengatakan: ' tak mungkin begitu', 'mustahil
terjadi’, dsb.
- regression
mulai terjadi depersonalisasi, bertingkah laku childish, ragu pada masa depannya
sendiri.
- fantasi dan identifikasi terhadap penyebab
timbul keinginan dan harapan yang tidak realistis, mengharapkan keajaiban. Tingkah
laku mulai berubah, mulai bisa menerima apa-apa yang dikehendaki penghambat
tersebut, menyamakan diri dan menerima nilai-nilainya.
- emotional insulation
timbul apathy, pasrah, putus asa, depresi.

Mental mechanism sering dianggap sebagai peredaan suatu kondisi yang menyulitkan
(shock), sehingga orang tidak mudah goncang. Mental mechanism merupakan tingkah
laku otomatis tanpa dipikirkan terlebih dahulu. Mental mechanism merupakan kondisi
pertahanan terakhir untuk bereaksi secara normal terhadap suatu frustrasi. Bila tidak
berhasil mengatasi hambatan dengan defence mechanism/muncul mental symptom.
Selain itu, mental mechanism yang berlebihan pun dapat mengarah pada mental
symptom.

5. Mental Symptom (gejala keluhan gangguan psikis)


Usaha melindungi dari tekanan frustrasi yang tidak tertahankan lagi, tidak mampu
menyesuaikan tuntutan konflik dalam diri dengan hambatan, tekanan dan tuntutan dari
lingkungannya.
Mengakibatkan munculnya symptom-symptom patologis, misal: neurotic, psikotik, dsb.
Individu tidak mampu melakukan adjustment dalam usahanya untuk melindungi diri
mengatasi hambatan-hambatannya tersebut. Dalam keadaan ini struktur kepribadiannya
telah hancur, namun bukan merupakan akumulasi dari defence mechanism.
Penanganannya hanya dengan menggunakan.

PENDAPAT PARA AHLI


1. SELYE (disebut GAS theory/ General Adaptation Syndrome)
Ia mengemukakan bahwa walaupun tiap orang dihadapkan pada stress, tapi tidak setiap
orang menunjukkan gejala/indikasi bahwa seseorang bertingkah laku abnormal.

23
2. BERNARD (Stress Theory Model)
Stress hampir selalu memberikan pengaruh kondisi-kondisi psikis/fisik tertentu. Setiap
situasi memberi stress tertentu pada diri kita. Ada pengaruh timbal balik antara situasi
dan kondisi stress. Hal ini merupakan suatu indikasi dari kondisi psikologis yang
ditemui pada orang normal. Stress harus langsung (direct) dihadapi.

SITUASI REAKSI INDIVIDU


STRES TERHADAP SITUASI
S STRESS
General Environtment Tension
Internal Environtment Anxiety

3. WALTER CANNON (Homeostatis Model/Simple Feed Back Model)


Semua unsur-unsur psikologi berada dalam keadaan homeostatis. Teori ini beranggapan
bahwa suatu situasi stress selalu diupayakan untuk dikembalikan. Melalui mekanisme
dalam diri individu, yaitu mekanisme system control. Mekanisme ini mencoba
menyesuaikan agar Input = output.

INPUT CONTROL SYSTEM TARGET GOAL


mengupayakan homeostatis

FEED BACK
CHANNEL

Homeostatis merupakan kemampuan individu memelihara keadaan konstan yang


ditimbulkan oleh perubahan-perubahan internal dan eksternal melalui self regulating
operations organisme bersangkutan. Tujuannya adalah agar terjadi proses seleksi dalam
diri individu, sehingga ia terhindar dari stress yang melebihi batas kemampuan individu
untuk mengatasinya.

KUALITAS ADJUSTMENT

24
Penyelesaian yang sebaik mungkin yang dapat dihasilkan dalam menghadapi suatu
situasi atau keadaan yang menekan individu, sehingga individu dapat memenuhi dorongan
keinginannya dan diterima lingkungannya secara memuaskan.
Dengan perkataan lain :
Apakah suatu usaha yang diambil/dipilih individu dalam menghadapi usaha meredakan
ketegangan (tension) yang dialaminya untuk mengatasi hambatan akan menghasilkan
adjustment yang memuaskan atau tidak memuaskan, akan menentukan terwujudnya kembali
keseimbangan mental individu tanpa menyisakan sedikitpun motif-motif lainnya,
menurunkan efisiensi dan standard hidupnya, merugikan orang lain, menyerang ataupun
mengganggu kebahagiaan orang lain.
Kita belum bisa mengetahui secara pasti apakah mutu suatu tingkah laku itu adjustment
normal sebelum terlihat sebagai maladjustment abnormal, karena:
- Belum bisa diukur apakah motivasi itu normal atau abnormal dan apakah abnormalitas
adjustmentnya tinggi atau rendah.
- Belum bisa diukur apakah/yang manakah motivasi yang paling mendominasi tingkah
laku seseorang dan mempengaruhi adjustmentnya.
- Ukuran yang dipergunakan, karena masih berbentuk perbandingan dengan rata-rata
orang lain pada umumnya, relatif, tidak universal.

TIGA BENTUK STRESS


1. PHYSICAL STRESS
Suatu stress yang berbentuk fisik sehingga ada bagian tubuh tertentu yang terganggu, oleh
karenanya berakibat beberapa fungsi psikis yang berhubungan dengan organ bersebut
mengalami gangguan. Secara ekstrim/menurut bidang kedokteran semua gangguan psikis
bersumber dari adanya gangguan fisik.
Misal : - gangguan pada otak menyebabkan kemampuan berpikir terganggu.
- kejang-kejang pada bayi.

2. PSYCHOLOGICAL STRESS & PERSONALITY DISORGANIZATION


(Psychogenic Disorders tanpa alasan gangguan organik)
Munculnya stress yang bersifat psikogenik merupakan abnormalitas tingkah laku.
- Motivation factor
- Unconscious factor (unconcious motivation in daily life) ——> misal dreamlife,
sleepwalking, hypnosis.

25
- Conflik dan frustration : * physical barriers
* biological barriers
* psychological barriers
* cultural barriers
- Stress & sexuality —— > Freud: Psychosexual Development Theory
- Stress & agression —— > direct agression/ indirect agression, vicarious agression
(substitute agression )
- Stress & status  contoh: pd status ekonomi
status sbg suami/istri
- Stress & dependency
- Guilt
Fight  direct/ defence mechanism (bisa
coping with stress berbentuk fight/flight)

flight

Defense mechanism dalam arti usaha reaktif


mempertahankan:
Repression compenzation
Substitution reaction formation
Rationalization fantacy
Projection withdrawl
Identification sublimation

3. SOCIOCULTURAL FACTOR & PERSONALITY DISORGANIZATION


faktor sosiokultural juga dapat mempengaruhi :
- peran keluarga (family role)
* attitude keluarga
* dinamlka keluarga
- epidemiologi dari gangguan kejiwaan
* faktor usia (perbedaan)
* faktor perbedaan gender
* faktor etnik
* faktor status perkawinan
* faktor
lingkungan/ekologis
26
* faktor status pekerjaan.
* faktor perbedaan urban-rural

BEBERAPA KEMUNGKINAN DAMPAK KONSTRUKTIF DARI STRESS


Walaupun individu umumnya harus ‘membayar mahal’ dalam upayanya untuk
mengatasi stress yang timbul karena adanya hambatan/frustrasi, tetapi beberapa manfaat
yang dapat dipetik antara lain:
1. MENINGKATKAN SELF UNDERSTANDING (PEMAHAMAN DIRI)
Melalui pengalamannya dalam situasi yang penuh stress, individu dapat mengetahui
lebih jelas tentang modal dirinya, bertanggung jawab tentang dirinya, dan potensi
kemampuan untuk penyesuaian terhadap stress. Semakin sering menghadapi stress dan
melalui pengalaman, semakin memiliki pemahaman diri yang baik terhadap kondisi-
kondisi psikis dalam diri.

2. MENINGKATKAN KEMAMPUAN TERHADAP KONDISI STRESS


Mengembalikan situasi penuh stress kepada situasi keseimbangan dimana unsur
stressnya sudah berkurang/menghilang, memerlukan adanya serangkaian usaha,
pengalaman, menambah pengetahuan baru, dan kemampuan/ pengetahuan tentang cara-
cara mengatasinya.

3. MENGEMBANGKAN PENDEKATAN BARU MENGATASI MASALAH


Bila individu menemukan kenyataan bahwa pola cara mengatasi masalah yang
dipunyainya ternyata tidak efektif, maka ia akan mudah terangsang untuk berusaha
mengembangkan cara-cara yang lebih efektif.

4. SASARAN DAN KEINGINAN AKAN LEBIH REALISTIS


Kegagalan dan frustrasi yang ditemuinya dalam usaha untuk memenuhi keinginan dan
dorongan yang terdapat dalam diri, akan membuatnya realistis dalam meraih alternatif
goal/sasaran yang dianggap dapat memberikan pemuasan terhadap keinginan.

5. MENINGKATKAN DAYA TAHAN & TOLERANSI TERHADAP STRESS


Dengan berhasilnya individu mengatasi dan menyesuaikan diri dengan situasi stress yang
berat dan sulit, maka individu dapat meningkatkan kemampuannya untuk mengatasi

27
stress dan meningkatkan pula toleransinya terhadap stress, sehingga tidak mudah
mengalami stress.

Kemampuan mengatasi stress menggambarkan perkembangan seseorang ke arah


perkembangan psikologis yang sehat yang semakin matang.

28
09-16.10.06
MENTAL MECHANISM DAN MENTAL SYMPTOMS

Merupakan kegiatan-kegiatan psikis untuk melindungi diri dari kehancuran bilamana


dihadapkan pada keadaan-keadaan yang dapat membahayakan dirinya atau yang
menimbulkan keadaan disequilibrium, seperti trauma emosi, frustrasi, konflik, dlsb. Akibat
situasi frustrasi yang parah sehingga pertahanan diri melemah, berdampak diri tidak
seimbang. Seringkali ditampilkan orang secara tidak sadar/otonomically.
Mekanisme ini bekerja secara tidak disadari dengan mengerahkan kemampuan yang
dimiliki secara otomatis dan kompleks sehingga seringkali kehadirannya kurang
diperhatikan.

DaIam taraf moderat


Biasanya juga dipergunakan pada orang normal, misalnya dalam bentuk
pressure/stress karena kegagalan-kegagalan kecil, menyelenggarakan keseimbangan di
dalam diri dan dalam melakukan penyesuaian diri dengan pengalaman-pengalaman yang
menyakitkan. Muncul sebagai shock absorbers, taktik, kamuflase, retreat, dlsb.
Akan menjadi indikasi abnormalitas bila dilakukan:
• secara excessives (berlebihan)
• salah dan tidak pada tempatnya
• tidak sesuai dengan kondisi realita yang dihadapinya
• tidak sesuai dengan kemampuan real-nya, membuat keadaan yang tidak
menyenangkan diri/orang lain (unhappiness)
Sehingga berakibat tingkah laku individu:
- Sukar dimengerti
- misinterpreted (salah tangkap) terhadap realita
- Bingung (confused) terhadap realita.
Keadaan-keadaan demikian menimbulkan kondisi pathologis sebagai mental symtoms,
yaitu individu mengalami gangguan mental.
Jadi mental mechanism merupakan usaha untuk menghadapi lingkungan, topeng dalam
melakukan adjustment dengan lingkungan. Dan mental mechanism ini bekerja secara
otomatis, seolah-olah sebagai bentuk regress dalam bentuk tingkah laku, kalau dihadapkan
pada suatu keadaan yang menyentuh reaksi kita.

29
Mental mechanism ini merupakan usaha yang biasa dilakukan oleh setiap orang untuk
melindungi dirinya. Kalau tidak berhasil melindungi dirinya dengan cara demikian, maka
menjadi keadaan yang lebih parah, disebut mental symptoms dan menjadi gejala pathologis.
Orang yang melakukan proses ‘mental mechanism’ masih normal tapi sudah berada
dalam kondisi yang berbahaya. Orang yang melakukan proses ‘mental mechanism’
mengalami stress yang berat (belum mengalami gangguan) bila defence-nya tidak dapat
mengatasi stress maka dapat mengalami gangguan.
Mental symptoms tidak selalu didahului oleh mental mechanism. Orang yang normal
dan tiba-tiba muncul mental symptoms, tetap saja melakukan mental mechanism tapi
mungkin singkat sehingga tidak manifest (terutama yang psikologis). Untuk yang organis
mungkin saja langsung. Contohnya kecelakaan yang mengakibatkan amnesia.
Dalam mental mechanism ada suatu kondisi yang mengganggu individu (frustrasi) tapi
tidak menimbulkan gangguan tingkah laku. Dengan mental mechanism ia berusaha untuk
menanggulangi kondisi yang mengganggu tersebut, kecuali bila usahanya gagal dan kondisi
yang mengganggu sangat kuat.
Kriteria abnormal: sejauhmana tingkah laku masih sebagai mental mechanism atau
sebagai Mental Symptoms. Abnormalitas pada mental mechanism belum terlihat jelas.

Bentuk— bentuk Mental Mechanism


1. Phantasy (fantasi, day dreaming, reverve/melamun)
Merupakan bentuk yang paling dini. Oleh karena itu biasanya dipakai oleh anak-anak.
Fantasi adalah kelakuan pemuasan terhadap dorongan-dorongan yang mengalami
hambatan/frustrasi dengan kemampuannya berimajinasi, membayangkan hal-hal
keberhasilan memenuhi dorongan dan mengatasi hambatannya itu secara berlebih-lebihan.
Individu mempertahankan diri dengan lari ke dunia fantasinya sendiri. Isi mimpi biasanya
merupakan masalah sehari-hari yang sulit diatasi.
Dalam bentuk normal sering ditemukan pada remaja, kanak-kanak, orang jompo. Isinya:
berupa keinginan, harapan, frustrasi, kekecewaan.
Jadi, fantasi merupakan mechanisme dimana individu, melarikan diri dari alam kenyataan
yang dihadapinya ke alam lain yang diciptakannya sendiri sesuai dengan impressi,
harapan/keinginannya, dengan maksud agar tekanan (pressure,stress) dari hal yang tidak
menyenangkan bisa berkurang.
Fantasi adalah bentuk lain dari mental mechanism, melarikan dorongan-dorongan yang
tidak bisa dipuaskan melalui kegiatan mental ke dalam ‘impian/lamunan’ dan dengan

30
demikian dia memperoleh kepuasan terhadap dorongan-dorongan itu. Karena tidak real,
maka kepuasannya semu. Tapi setidaknya sudah mampu mengurangi
kekecewaan/frustrasi yang bisa dideritanya sebagai akibat terhambatnya pemuasan-
pemuasan terhadap dorongan-dorongan. Hal ini juga mengindikasikan bahwa orang itu
lemah bila dihadapakan pada situasi takanan.
2. Kompensasi
Tingkah laku/aktivitas yang dilakukan untuk menutup-nutupi kelemahan diri/ kekurangan
diri/kegagalan diri dengan menonjol-nonjolkan kelebihan diri atau mengimbangi
kegagalan/frustrasi dalam suatu bidang secara berlebihan, menonjolkan/berusaha
menonjol di bidang yang lain. Contohnya, mahasiswa yang kecerdasannya sedang-sedang
saja mengimbanginya dengan kerajinan yang luar biasa.
Beberapa bentuk kompensasi:
a. direct compensattion
Kompensasi secara langsung, misalnya mahasiswa lemah, yang secara fisik tidak kuat
sehingga menjadi rendah diri.
Kompensasinya: latihan, senam, memperbaiki gizi, latihan bela diri, maka rendah
dirinya berkurang.
Biasa dilakukan oleh group minoritas.
b. Indirect compensation.
Mahasiswa yang kecerdasannya lemah sehingga prestasi akademisnya rendah, maka
kompensasinya berprestasi menonjol di bidang olah raga. Biasanya ke bidang sosial.
c. Desirable compensation
Kompensasinya dalam bentuk bagaimana kepuasan yang diperolehnya dan efek sosial
adjustment. Dalam bentuk yang lebih besar: undesirable (mencari sukses luar biasa
dalam bisnis karena gagal dalam kehidupan pribadi/ keluarga). Dalam bentuk yang
lebih kecil: desirable (menjadi artis terkenal karena gagal dalam studi).
d. Over compensation/ Superiority complex
Kompensasinya dilakukan sangat berlebih-lebihan, berusaha menarik perhatian orang,
bertingkah laku kasar dan agresif sekali, mengenakan dandanan menyolok, gagasan-
gagasan radikal dan gila.
3. Identification
Meningkatkan rasa lebih berharga pada diri individu dengan jalan menghubung-
hubungkan diri/tingkah lakunya dengan orang lain/institution/gambaran tertentu yang

31
terbentuk, dan dengan demikian merasa terpenuhi keinginan-keinginan/dorongan-
dorongan yang terdapat pada dirinya.
Misalnya:
- anak mengidentifikasikan diri dengan orang tua/guru/tokoh superman/pahlawan
Jenderal Sudirman.
- orang dewasa mengidentifikasikan diri dengan kantor/jabatannya melalui cara pandang,
tingkah laku, cara pakaian. Mereka memindahkan (transfer) atribut, dan prestise dirinya
seolah-olah sama dengan person/obyek yang dipilihnya.
Pada individu psikotis: mereka sudah bukan identifikasi lagi, tapi bahkan sudah merasa
100 % yakin dialah identifikasi figur itu. Misalnya: menganggap dirinya nabi, Tuhan, dsb.
Fungsi identifikasi sebenarnya sangat penting, terutama untuk perkembangan
psikoseksual.
Identification adalah mengidentifikasikan diri dengan suatu yang lebih kuat dari dirinya
yang merupakan figur/situasi yang diinginkan untuk masuk dalam dirinya.
4. Projection
Memindahkan kesulitan/masalah dari dirinya ke obyek lain (orang/benda). Banyak
dilakukan pada masa kanak-kanak.
Mengamati hal-hal yang sebetulnya ada dalam dorongan-dorongan yang terdapat pada
dirinya seolah-olah ada pada orang lain, seolah-olah memindahkan apa yang ada di dalam
dirinya ke luar dirinya, sesuai semboyan offence is the best defence.
Jadi bila seseorang dihadapkan pada suatu hambatan yang sulit diatasi/maka orang
tersebut memindahkan hambatan tersebut kepada orang lain/ seakan-akan tidak ada.
Proyeksi dilakukan untuk melindungi ego dari self criticism. Dengan mengkritik orang
lain maka kritik terhadap diri terpelihara/tersalurkan dan diri tidak menerima ‘pukulan’
hebat yang menyakitkan.
Dalam proyeksi, dorongan yang mengalami hambatan, kita bagi atau pertahankan tujuan
itu dengan melempar dorongan-dorongan itu keluar. Isi Psikis dikeluarkan melalui media
lain.
5. Rationalization
Mencari alasan yang rasional (masuk akal) tingkah lakunya supaya dapat dibenarkan oleh
diri dan nilai lingkungan untuk melindungi diri dari kegagalan/kesalahan yang dilakukan
dalam perbuatannya, sehingga individu tidak terganggu keutuhan dirinya/tetap memiliki
self respect (kehormatan diri) dan dipandang tetap baik oleh orang lain. Biasanya hal ini

32
terjadi setelah aktivitas dilakukan. Jadi mencari pembenaran agar ketidakmampuannya
bisa dimengerti.
Dalam rasionalisasi, hambatan-hambatan yang dialami kemudian dicarikan alasan
rasionalnya/yang masuk akal yang dapat diterima lingkungannya.
6. Withdrawl
Menarik diri dari melakukan aktivitas/sesuatu tingkah laku karena menghindarkan diri
takut gagal atau takut dikritik yang dapat merugikan diri/mengganggu keutuhan diri.
Dalam bentuk ekstrimnya: pseudo feeble mindedness, yaitu terhadap segala hal
jawabannya selalu “saya tidak tahu”, “saya tidak bisa”, “itu terlalu sulit”, “saya tidak
sanggup”. Mengesankan seolah-olah bodoh, walaupun intelegensinya sebenarnya normal,
dapat terjadi pada anak-anak maupun orang dewasa. Keadaan ini dapat diperbaiki
melalui latihan-latihan.
Orang yang traumatik cenderung menampilkan tingkah laku withdrawl, termasuk orang-
orang yang menderita phobia.
7. Selective Forgetting
Seseorang mengatasi suatu masalah dengan cara melupakan hal-hal yang secara langsung
atau tidak langsung berkaitan dengan keadaan yang menimbulkan gangguan tersebut.
Berusaha memelihara keutuhan diri, terhindar dari hal-hal yang merugikan dengan
memilih hal-hal yang dapat menimbulkan perasaan tidak menyenangkan pada dirinya
untuk dapat dilupakan.
Yang paling sering dilakukan orang dengan mengatakan: 'lupakan saja’.
Bila dilakukan secara sadar disebut supression,yaitu sengaja melupakan.
Bila dilakukan secara tidak sadar disebut repression, ingatan tersebut hilang, sukar
mengingatnya kembali.
• Lupa biasa, terjadi karena waktunya sudah selang lama sekali dan masuknya
ingatan/informasi baru, maka informasi lama semakin mengabur.
Perbedaan dengan fungsi forgetting biasa, yaitu biasanya fungsi memori menyangkut
segala sesuatu tentang isi ingatannya yang berkurang proses recall-nya/recognition-nya
sehingga apa yang dimunculkan dari isi memory biasanya salah.
• Selecting forgetting: ingatan tentang itu sebenarnya masih ada/masih hidup tapi terdesak
ke belakang. Dilakukan terhadap hal-hal yang ingin dilupakan saja
dan dilakukan secara otomatis. Individu melupakan hal-hal yang
dapat mengganggu keutuhan dirinya.
Lupa biasa merupakan pengikisan isi daya ingat, masuknya kurang betul.

33
8. Negativism
Bersikap menolak dan menentang segala sesuatu dianggapnya tidak menyenangkan
dirinya (merugikan, dirasa tidak adil, dsb). Apa yang diminta harus dilakukannya, tidak
kooperatif.
Contoh: - anak kecil minta mainan di toko, tidak dituruti guling-gulingan.
- menolak otoritas karena sewaktu kecil sering merasa diperlakukan tidak adil
oleh orang tua atau kakaknya.
- Tingkah laku mogok kalau dimarahi orang tua, disuruh duduk malah berdiri.
Orang normal juga bisa bersikap seperti itu, misalnya: dalam bentuk slowdown, tetap
bekerja tapi temponya lambat/malas bekerja.
9. Sublimasi
Bersikap menyalurkan dorongan-dorongan yang terdapat dalam dirinya (yang destruktif,
menimbulkan ketegangan, konflik, ‘rendah’) ke dalam bentuk-bentuk aktivitas tingkah
laku yang dapat diterima oleh masyarakat (lingkungan, norma sosial, budaya, agama, dsb)
sehingga goal dapat diperoleh dan memuaskan.
Contoh : - dorongan agresi yang kuat ——> sublimasi jago karate/tinju
- dorongan sadistis ——> sublimasi tukang jagal, dokter bedah.
1O. Reality Evasion (denial of reality)
Melindungi diri dari realitas yang menyakitkan/tidak menyenangkan yang dihadapinya,
'menghindar’ dari, kenyataan itu, menolak berhubungan, membutakan diri tehadap
kenyataan adanya kelemahan/kegagalan dalam kehidupan nyata.
Contoh:
- Artis film menopouse ——> tidak bisa menerima kemerosotan popularitasnya——>
bertingkah laku seperti remaja (teenager)
- orang jompo ——> pensiun, kehilangan kekuasaan.
11. Displacement
Memindahkan ekspresi dorongan-dorongan yang terdapat dalam dirinya dari goal yang
seharusnya ke obyek/goal lain yang netral, tapi ada hubungannya, namun kurang
mengena, sekedar agar dirinya tetap utuh.
Biasanya karena goal yang asli penuh resiko untuk dicapai.
Contoh: dongkol pada atasan di kantor dilampiaskan dengan memarahi anak/istri/pelayan
di rumah.
12. Reaction Formation

34
Berusaha untuk melindungi diri dari dorongan keinginan diri yang dapat membahayakan
diri bila diekspresikan dan tidak dapat diterima oleh lingkungannya, dengan berusaha
untuk menolak kehadirannya dan justru kemudian membentuk reaksi dalam bentuk
tingkah laku yang bertolak belakang dengan dorongan-dorongan itu, sehingga tingkah
laku itu seolah-olah menjadi 'benteng’ yang membatasinya dengan dorongan-
dorongannya itu.
Isi psikis diolah sedemikian rupa, kemudian dikeluarkan menjadi berlainan dengan yang
sebenarnya.
Contoh:
- Tingkah laku tata krama sopan santun di depan umum untuk menutupi
kekasaran/agresi dalam diri karena bencinya.
- Rasa sayang diekspresikan dengan memukul/ menggigit gemas.

Defence dilakukan terhadap situasi stress dengan cara menurut pada hal-hal yang
menyebabkan situasi stress.

BENTUK-BENTUK MENTAL MECHANISM YANG LAIN


1. Introjection
Melindungi diri dengan memasukkan nilai-nilai terdapat diluar sebagai bagian dari
struktur dirinya sehingga terhindar dari tekanan luar.
Contoh: ikut merasa senang kalau Persib menang.
Tejadi pada setiap orang dalam bentuk proses pembentukan nilai-nilai dalam dirinya/ciri
kepribadiannya. Jadi ia berusaha memasukkan hal-hal yang menjadi penghambat, sehingga
menjadi bagian dari dirinya dan bukan merupakan penghambat lagi.
2. Symbolization
Melindungi diri agar supaya tetap aman dengan menyalurkan dorongan keinginan dalam
dirinya ke dunia luar dalam bentuk ekspresi simbolik. Contoh:
- karikatur dalam koran
- puisi cinta: putus cinta, foto pacar dirobek.
- wayang: Kresna simbol cendekiawan
- psikodrama
- penderita psikosomatis: istri tertekan jadi gatal-gatal.
- mimpi

35
Dari mental mechanism tadi andaikata terjadi pengerasan maka akan mencapai taraf
ke bentuk abnormal . Dalam bentuk patologisnya akan terbentuk sesuatu bentuk patologis
yang ada hubungannya dengan mental mechanism yang sering dilakukannya pada keadaan
normal.

36
MENTAL SYMPTOM

Mental symptom adalah suatu kondisi dimana individu sudah gagal mengatasi
konflik dengan cara-cara yang normal, bahkan dengan cara mental menchanism pun
sudah gagal. Apabila itu gagal, munculah gangguan-gangguan psikologis yang disebut
mental symptom. Mental symptom merupakan usaha proteksi diri yang sangat
radikal/ekstrim dalam menghadapi/mengatasi masalah sehingga terlihat maladjusted.

BENTUK-BENTUK MENTAL SYMPTOMS


1. DELUSION (Waham)
Suatu keadaan patologis dimana individu menciptakan sendiri dunianya (paham-
paham yang sangat dia yakini), seseorang merasa sangat yakin bahwa ia mengalami
sesuatu, sehingga:
- memiliki anggapan (ngawur/menyimpang/salah) yang aneh dan ganjil yang dalam
kenyataannya sukar/tidak dapat ditemukan kebenarannya.
- memiliki anggapan yang sangat subyektif yang tidak dapat dikoreksi/dipengaruhi
oleh dunia nyata melalui persuasi, fakta maupun akal sehat ——> no experience
- memiliki anggapan subyektif yang sama sekali tidak sesuai dengan keadaan diri,
pendidikan, latar belakang, dan kehidupan sekelilingnya.
Biasanya, ide/keyakinan ‘ngawur’ tersebut kaku, tidak mudah diubah, tapi juga bisa
berubah seketika menurut maunya sendiri, dengan cukup sistematis sehingga seolah-olah
logis, disorganized dan incoherent.
- merupakan bentuk radikal/ ekstreem dan patologis dari reaksi yang maladjusted .
- dilakukan sebagai usaha proteksi diri secara radikal, berlebihan, abnormal,
- juga merupakan usaha untuk 'escape' dari kesulitan yang dihadapi.
- dapat dalam bentuk adjustment yang tidak efekti£, di luar kewajaran.
- ditandai oleh chaostic, impulsive, inadequate.
- pada umumnya tidak terkendalikan oleh kesadaran individu tersebut.

37
Menurut Psikoanalisa

Conscious / sadar

Preconscious/ prasadar/
subconscious
Unconscious/tidak sadar

Berdasarkan content-nya, delusion dapat dibedakan atas:


a. Delusion of persecution
Waham dimana individu merasa (menganggap) dirinya dikejar-kejar oleh musuh,
merasa berada selalu di tengah-tengah musuh, ada yang akan membunuh,
meracun, menyiksanya dengan berbagai cara, dlsb. Biasanya disertai juga oleh
perasaan bersalah yang luar biasa.
b. Delusion of grandeur
Waham dimana individu merasa/menganggap dirinya sebagai orang besar, hebat,
luar biasa. Biasanya merupakan usaha untuk berlindung diri secara aneh dan
siasia dalam 'selubung tipis’ cuma menutupi rasa tidak aman diri dan inadequacy
pada dirinya.
Contohnya, menganggap dirinya penguasa dunia, titisan dewa yang diturunkan ke
bumi sehingga kalau dia dibunuh, maka dunia menjadi kacau balau.
c. Self condemnatory delusion
Waham dimana individu menganggap dirinya sangat berdosa, sangat bersalah,
tidak logis, perlu dihukum seberat-beratnya. Biasanya juga mengutuk dirinya
sendiri, menganggap dikutuk Tuhan, merasa sangat goblok, merasa sangat
miskin, dsb.
Contohnya, menganggap dirinya ikut menyalib Nabi Isa, sehingga karenanya
perlu dihukum dan meminta temannya supaya membacok belah dua kepalanya.
d. Hypochandriacal deIusion
Waham dimana individu menganggap dirinya menderita sakit/gangguan fisik
secara berlebih-lebihan dan tidak masuk akal, padahal secara obyektif tidak apa-
apa. Tidak dapat dideskripsikan (penyakitnya) secara konkrit, beda dengan

38
psikosomatis. Biasanya dianggap sebagai usaha untuk lari dari kesulitan hidup
dalam bentuk ada gangguan penyakit. Kadang-kadang diawali perasaan takut
menjadi gila, takut hilang ingatan.
Contohnya, merasa sakit kepala karena menganggap kepalanya dibor orang dan
otaknya diambil.

2. HALUSINASI
Suatu keadaan dimana individu mengalami penginderaan subyektif terhadap sesuatu
yang pada kenyataannya tidak ditemukan secara obyektif.
Suatu bentuk symptom yang berkaitan dengan gangguan fungsi persepsi dimana
orang mempersepsi sesuatu secara sangat subyektif. Dalam bentuk ekstrem
menyangkut sesuatu yang tidak bisa dipersepsi orang lain.
 Penginderaan tanpa adanya stimulus obyektif yang relevan (umumnya: eksternal
stimulusnya tidak ada).
Secara praktis pengertian halusinasi dibatasi pada adanya penginderaan imajiner pada
individu dalam keadaan lemah. Dalam artian luas termasuk mimpi pada orang
normal.
Halusinasi juga berbeda dengan bentuk gangguan persepsi lain yang dikenal sebagai
ilusi (yang merupakan suatu persepsi yang keliru terhadap obyek yang real ada). Hal
yang dipersepsi (dalam ilusi) juga dapat dipersepsi orang lain, tapi orang memberikan
makna subyektif tertentu yang berbeda dengan pengamatan obyektif yang
sebenarnya.
Ilusi: penginderaan yang tidak akurat terhadap sesuatu rangsang/stimulus yang pada
kenyataannya memang ada, karena penginderaan tersebut disertai/dipengaruhi
perasaan tertentu. Misal: di malam hari, karena pengaruh rasa takut, maka tiap batu
disangka hantu.
Contoh halusinasi: mendengar suara Tuhan bercakap-cakap dengan makhluk halus.
Dalam kultur primitif; dianggap super normal. Pada orang normal, misalnya seolah-
olah mendengar dering telepon, padahal telepon rusak.
Halusinasi bisa berbentuk auditif, visual, kinestetik, olfaktorik, dsb. Kualitasnya bisa
intense/moderat, akrab/aneh, jelas/kabur.

39
Reaksi individu terhadap halusinasi biasanya indifference/ tidak peduli, menunjukkan
rasa senang luar biasa, merasa tersiksa, merasa ketakutan (dikejar, dilawan, dimusuhi,
ditolak, dsb). Content halusinasi hanya sesuatu yang tidak menyenangkan.

Secara psikologis, dapat digambarkan sebagai berikut:

MERUPAKAN USAHA
MERUPAKAN USAHA INDIVIDU
INDIVIDU UNTUK
UNTUK
HALUSINASI
HALUSINASI MELAKUKAN
MELAKUKAN ADJUSMENT
ADJUSMENT KEMBALI
KEMBALI
DENGAN MELAKUKAN
DENGAN MELAKUKAN PROYEKSI
PROYEKSI

SYMPTOM ADANYA
ADANYA SUMBER-SUMBER GANGGUAN
SUMBER-SUMBER GANGGUAN SEPERTI
SEPERTI
SYMPTOM
GANGGUAN PSIKIS
PSIKIS KEINGINAN,
KEINGINAN, KONFLIK,
KONFLIK, PERASAAN
PERASAAN
GANGGUAN
BERSALAH, DORONGAN/IMPULS
BERSALAH, DORONGAN/IMPULS YANG
YANG
MENGGANGGU KEBUTUHAN/INTEGRASI
MENGGANGGU KEBUTUHAN/INTEGRASI
DIRI
DIRI

KARENA INDIVIDU
KARENA INDIVIDU MENGANGGAP
MENGANGGAP KALAU
KALAU
SUDAH KELUAR DARI DIRINYA MAKA
SUDAH KELUAR DARI DIRINYA MAKA
INDIVIDU MENGANGGAP
INDIVIDU MENGANGGAP KESULITAN
KESULITAN DIPROYEKSIKAN KE
DIPROYEKSIKAN KE LUAR
LUAR DIRI
DIRI
ITU SUDAH
ITU SUDAH DIKELUARKAN
DIKELUARKAN INDIVIDU
INDIVIDU
KUAT BISA
KUAT BISA MENGHADAPI
MENGHADAPI

HALUSINASI DAN DELUSI


Merupakan bentuk ekstrem dari defence proyeksi.
Delusi merupakan khayal dan fantasi yang diyakini sebagai suatu kenyataan.
Ada karakteristik/ciri keunikan dari kepribadian seseorang yang menjadi indikasi dari
orang tersebut. Tiap orang mempunyai defence mechanism tertentu, merupakan
predisposisi personality yang bersangkutan. Defence yang paling menonjol menjadi
predisposisi mental symptom yang tertentu pada individu.
Misalnya yang dominan fantasi mempunyai kecenderungan delusi.

3. REGRESSION
Suatu keadaan dimana individu menderita kemunduran dalam tingkah laku
perkembangan kepribadiannya secara ekstrim/ontogenetik ke taraf perkembangan
yang lebih rendah.
Misal: tingkah laku orang dewasa kesulitan tingkah laku seperti anak-anak

40
Hambatan/masalah/
Individu

kesulitan
Masa anak Masa dewasa

Masa yang Bisa terjadi pada orang


Harus mampu normal tapi menjadi
menyenangkan, penuh
mengatasi masalahnya abnormal bila
rasa aman, tidak ada
sendiri, penuh kemunduran itu terjadi
kesulitan, selalu
kompensasi, penuh secara
dilindungi dan dibantu,
masalah, insecure, dll menyolok/drastis/meng
penuh afeksi
alami kemunduran
dalam fase-fase yang
cukup jauh jaraknya
Contoh: Sering terlihat pada orang jompo, bukan fisiknya saja, tetapi minta bantuan
dan perlindungan yang abnormal parah ngomong sendiri.
Kemunduran terjadi secara naluriah, karena ada anggapan bahwa masa kanak-kanak
merupakan masa yang menyenangkan, dimana seseorang merasa ada yang
melindungi, dsb sehingga pada orang dewasa yang mengalami regresi apabila ia
menghadapi masalah muncul tingkah laku regresi.
Ditemuan tidak hanya pada psikotik, tapi juga pada penderita neurosa. Orang-orang
psikotik mengalami regresi sehingga memusuhi lingkungan.

4. PSYCHOLOGICAL ALMENTS
Suatu keadaan dimana individu apabila dihadapkan pada situasi yang menghambat ia
akan lari/escape dan menunjukkan penampilan seperti berada dalam keadaan sakit
amat sangat, karena dalam keadaan demikian terhindar dari tanggung jawab,
memperoleh perhatian, perlindungan, dsb. Sikap-sikap tersebut ditampilkan secara
berlebihan sehingga menunjukkan adanya abnormalitas psikis, sakit simulasi.
Contohnya:
- Mahasiswa tidak siap ujian sakit supaya dapat diterima alasan ketidaklulusannya.
- Serdadu takut perang sakit supaya tidak dikirim ke medan perang.
- Ibu jatuh sakit karena anak menikah agar ketidaksetujuannya lebih diperhatikan.
Bagi individu neurotik, hal ini merupakan alat ampuh untuk memaksakan
kehendaknya.

41
Pada psikosomatis kita temukan organ yang terganggu adalah organ yang
pemfungsiannya diatur oleh syaraf parasimpatis. Pada histeria, gangguan yang
muncul adalah organ-organ yang pemfungsiannya oleh syaraf pusat.

5. MEMORY DISORDER – Amnesia (lupa)


Suatu keadaan dimana individu kehilangan sebagian atau seluruh kemampuannya
untuk mengingat. Penyebabnya:
1. Organik
Hilangnya kemampuan daya ingat disebabkan oleh kerusakan-kerusakan organis,
antara lain usia tua, toxin, cedera/kerusakan kepala, Kerusakan cerebral,
degenerasi otak, minum obat.
2. Psychogenic
Hilangnya kemampuan daya ingat karena alasan-alasan psikis seperti trauma
emosional
Berdasarkan isi gangguan;
1. Retrograde
Yang hilang adalah isi ingatan tentang hal yang terjadi sebelum daya ingatnya
hilang.
2. Anterograde
Yang hilang adalah kemampuan mengingat hal-hal yang terjadi sesudah
hilangnya daya ingat tersebut.
3. Confabulation
Usaha untuk mengkompensir isi ingatan yang hilang/kemampuan daya ingat yang
kosong dengan “ngarang-ngawur” tapi dianggapnya benar
Biasanya amnesia psychogenic didahului oleh kejadian trauma emosional yang hebat
(kehilangan orang yang dicintai/bangkrut). Seringkali bagian-bagian tertentu yang
menyakitkan saja yang dilupakan/tidak bisa diingat. Tujuannya; untuk
menghilangkan ingatan/kenangan yang menyakitkan. Biasanya dengan mekanisme
represion, ditekan ke bawah sadar. Gunanya untuk melindungi ego/diri dari
kehancuran/kelemahan diri.

42
6. EMOTIONAL DISORDER
Reaksi emosional pada orang normal berhubungan erat dengan dorongan-dorongan
kebutuhan, konflik-konflik, frustasi dan adjusment. Pada individu abnormal lebih
sukar karena motif dibelakangnya “tenggelam” jauh di bawah alam tidak sadar,
intinya hampir sama.
Bentuk-bentuk emotional disorder pada umumnya;
1. Reaksi Anxiety
Berkisar dari bentuk rasa cemas yang ringan sampai pada yang kompleks (dari
berbentuk biasa-biasa saja sampai dengan acute-panic)
Ciri-cirinya; tegang (tension), gelisah (restlessness), gemetaran (tremor), denyut
nadi bertambah cepat, perasaan berdebar-debar, rasa ingin muntah (mual), sesak
nafas, keringat mengucur terus, dll  merasa lemah, tidak mampu, tidak aman.
Penyebab psikis: - Rasa lemah, tidak pasti, tidak mampu, terutama bila
dihadapkan pada suatu situasi/tanggung-jawab/tugas, dsb yang
dinilai secara subyektif tidak mampu dilakukan.
- Bila individu merasa tidak mampu/gagal
menahan/mengendalikan dorongan pada dirinya yang dirasanya
anti sosial, asosial, immoril, dsb.
Merupakan suatu bentuk rasa takut yang kuat dan berlangsung lama. Tujuannya
adalah untuk memobilisir potensi-potensi dan sumber-sumber yang ada dalam
tubuhnya untuk menghindar dan bertahan dari rasa takut tersebut akan tetapi
karena ada kekuatan-kekuatan yang menahan dan ada dalam dirinya sendiri,
usaha tersebut sulit, individu tidak dapat melarikan dirinya dari rasa takut/cemas
tersebut. Oleh karena itu, rasa cemas menjadi semakin melekat sebagai bagian
dari dirinya, sehingga berpengaruh pula terhadap daya adjustment-nya.
Perbedaannya: - Rasa takut (fear) obyek penyebab nyata.
- Anxiety: obyek tidak nyata.
2. Euphoria – rasa girang yang berlebihan (hyperemotional)
Suatu keadaan over optimistic tentang keadaan dirinya sehingga menunjukkan rasa
gembira amat sangat tidak sebanding dengan faktor yang menyebabkannya  faktor
penyebab itu tidak ada/berlawanan.

43
Misal: orang yang dicintai meninggal, individu tertawa terbahak-bahak.
Exaltation: rasa gembira yang berlebihan yang disertai dengan rasa megah (grandeur)
Ecstasy: rasa gembira berlebihan yang diiringi dengan suatu situasi supra
natural/mistis, self-nya seolah-olah terlepas dan bukan lagi self yang asli. Contohnya
trance, tasauf
Merupakan reaksi-reaksi emosi yang sifatnya pathologis/abnormal karena reaksi
emosional tidak sesuai dengan situasi aktual dimana individu berada dan
menyimpang dari bentuk reaksi yang diharapkan seharusnya diberikan oleh individu
tersebut.
3. Depression – rasa sedih yang berlebihan
Suatu keadaan over pesimistic tentang keadaan dirinya sehingga menunjukkan rasa
sedih amat sangat yang tidak sebanding (tidak adekuat) dengan faktor/situasi yang
menyebabkannya, aktivitas menurun, tidak bereaksi, putus asa.
Misal: rasa sedih berminggu-minggu karena kucingnya hilang.
4. Apathis – absence of emotion
Suatu keadaan dimana individu menunjukkan reaksi emosi yang indifference/acuh tak
acuh terhadap segala situasi dan pengalaman yang dihadapinya, sehingga
kejadian/hal-hal yang bisa menimbulkan perasaan seperti rasa malu, senang, antipati,
simpati, sedih, dsb sama sekali tidak terlihat berpengaruh terhadap reaksi emosinya.
 Symptom digunakan sebagai isolator terhadap dunia luar terutama terhadap hal-hal
yang tidak menyenangkan.
 Seolah-olah tidak beremosi/hilang, sehingga individu tidak mampu memberikan
reaksi emosi apapun terhadap situasi yang terjadi padanya.

7. TOXIC ORGANIC REACTION


Suatu keadaan dimana kerusakan pada cerebral individu yang diakibatkan
keracunan pada individu sehingga berakibat terjadinya gejala-gejala gangguan pada
fungsi psikisnya. Individu tidak dapat melindungi dirinya dan menghilangkan tension
yang dideritanya sehingga individu tidak mampu lagi mengendalikan tingkah
lakunya.
Beberapa reaksi toxic organic ini tampak dalam bentuk tingkah laku;

44
- Confused/bingung
- Fungsi kesadaran menjadi mengabur (clouding of consciousness)
- Emosi yang tidak stabil (instability of emotion)
- Stupor (seperti pada ayan)
- Disorientasi (tidak mampu melakukan orientasi terhadap waktu,
tempat/orang/dirinya sendiri), merupakan gangguan fungsi ingatan secara
mendasar.

8. INSIGHT (PEMAHAMAN/KESADARAN DIRI)


Suatu keadaan dimana individu tidak mampu/sedikit sekali kesadarannya akan
keadaan dirinya yang mengalami penderitaan/gangguan psikis. Misal: penderita
psikotis tidak menyadari bahwa dirinya ‘gila’ malahan orang
normal/dokter/perawat/psikolog yang disebutnya ‘orang gila’. Sehingga individu
tidak concerned terhadap keadaan mentalnya. Karenanya tidak bisa diandalkan
kerjasama untuk membantu treatment.
Tapi bila individu menyadari keadaan diri dan gangguan mental yang dideritanya,
dapat mengakibatkan rasa menderita yang lebih parah, lebih menyulitkan usaha
treatment/terapi. Karenanya kegunaan praktis dari adanya insight ini masih belum
jelas.

45
TUGAS
MATA KULIAH
PSIKOLOGI ABNORMAL DAN PSIKOPATOLOGI

NOTULENSI KULIAH
(11 NOV-16 OKT 2006)

Disusun oleh :
M. Rifzanniardi
I1O040013

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS PADJAJARAN
JATINANGOR
2006

46
47

Вам также может понравиться