Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Belajar atau pembelajaran adalah merupakan sebuah kegiatan yang wajib kita lakukan
dan kita berikan kepada para siswa. Karena ia merupakan kunci sukses untuk menggapai
masa depan yang cerah, mempersiapkan generasi bangsa dengan wawasan ilmu pengetahuan
yang tinggi. Yang pada akhirnya akan berguna bagi bangsa, negara, dan agama. Melihat
peran yang begitu vital, maka menerapkan metode yang efektif dan efisien adalah sebuah
keharusan. Dengan harapan proses belajar mengajar akan berjalan menyenakngkan dan tidak
membosankan. Di bawah ini adalah beberapa metode pembelajaran efektif, yang mungkin
bisa kita persiapkan.Terdapat banyak metode pembelajaran yang ada dikarenakan banyak
solusi yang bisa memecahkan masalah yang di hadapi guru pada siswa nya. Di dalam suatu
metode pembelajran juga dapat mencangkp model pembelajaran, keran mereka saling
terhubung satu sama lainnya.
Berikut akan dijelaskan mengenai metode-metode yang ada beserta model-model turunan
dari metode tersebut.
MPP | 1
Menurut Sanjaya, (dalam Mahmuddin, 2009), penggunaan inkuiri harus memperhatikan
beberapa prinsip, yaitu berorientasi pada pengembangan intelektual (pengembangan
kemampuan berfikir), prinsip interaksi (interaksi antara siswa maupun interaksi siswa dengan
guru bahkan antara siswa dengan lingkungan), prinsip bertanya (guru sebagai penanya),
prinsip belajar untuk berfikir (learning how to think), prinsip keterbukaan (menyediakan
ruang untuk memberikan kesempatan kepada siswa mengembangkan hipotesis dan secara
terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukan).
Sedangkan menurut Sudjana (1989), ada lima tahapan (sintaks) yang ditempuh dalam
melaksanakan pembelajaran inkuiri, yaitu :
1. merumuskan masalah untuk dipecahkan oleh siswa,
2. menetapkan jawaban sementara atau lebih dikenal dengan istilah hipotesis,
3. mencari informasi, data, dan fakta yang diperlukan untuk menjawab hipotesis atau
permasalahan,
4. manarik kesimpulan atau generalisasi, dan
5. mengaplikasikan kesimpulan.
Pendekatan inkuiri terbagi menjadi tiga jenis berdasarkan besarnya intervensi guru
terhadap siswa atau besarnya bimbingan yang diberikan oleh guru kepada siswanya. Ketiga
jenis pendekatan inkuiri tersebut adalah sebagai berikut.
a. Inkuiri Terbimbing (guided inquiry approach)
Pendekatan inkuiri terbimbing yaitu pendekatan inkuiri dimana guru
membimbing siswa melakukan kegiatan dengan memberi pertanyaan awal. Guru
mempunyai peran aktif dalam menentukan permasalahan dan tahap-tahap pemecahannya.
Pendekatan inkuiri terbimbing ini digunakan bagi siswa yang kurang berpengalaman
belajar dengan pendekatan inkuiri. Dengan pendekatan ini siswa belajar lebih beorientasi
pada bimbingan dan petunjuk dari guru hingga siswa dapat memahami konsep-konsep
pelajaran. Pada pendekatan ini siswa akan dihadapkan pada tugas-tugas yang relevan
untuk diselesaikan baik melalui diskusi kelompok maupun secara individual agar mampu
menyelesaikan masalah dan menarik suatu kesimpulan secara mandiri.
Pada dasarnya siswa selama proses belajar berlangsung akan memperoleh pedoman
sesuai dengan yang diperlukan. Pada tahap awal, guru banyak memberikan bimbingan,
kemudian pada tahap-tahap berikutnya, bimbingan tersebut dikurangi, sehingga siswa
mampu melakukan proses inkuiri secara mandiri. Bimbingan yang diberikan dapat berupa
pertanyaan-pertanyaan dan diskusi multi arah yang dapat menggiring siswa agar dapat
MPP | 2
memahami konsep pelajaran. Di samping itu, bimbingan dapat pula diberikan melalui
lembar kerja siswa yang terstruktur. Selama berlangsungnya proses belajar guru harus
memantau siswa, sehingga guru dapat mengetahui dan memberikan petunjuk-petunjuk
yang diperlukan oleh siswa.
b. Inkuiri Bebas (free inquiry approach)
Pada umumnya pendekatan ini digunakan bagi siswa yang telah
berpengalaman belajar dengan pendekatan inkuiri, karena dalam pendekatan inkuiri bebas
ini menempatkan siswa seolah-olah bekerja seperti seorang ilmuwan. Siswa diberi
kebebasan menentukan permasalahan untuk diselidiki, menemukan dan menyelesaikan
masalah secara mandiri, merancang prosedur atau langkah-langkah yang diperlukan.
Selama proses ini, bimbingan dari guru sangat sedikit diberikan atau bahkan tidak
diberikan sama sekali. Salah satu keuntungan belajar dengan metode ini adalah adanya
kemungkinan siswa dalam memecahkan masalah open ended dan mempunyai alternatif
pemecahan masalah lebih dari satu cara, karena tergantung bagaimana cara mereka
mengkonstruksi jawabannya sendiri. Selain itu, ada kemungkinan siswa menemukan cara
dan solusi yang baru atau belum pernah ditemukan oleh orang lain dari masalah yang
diselidiki.
Sedangkan belajar dengan metode ini mempunyai beberapa kelemahan, antara lain: 1)
waktu yang diperlukan untuk menemukan sesuatu relatif lama, sehingga melebihi waktu
yang sudah ditetapkan dalam kurikulum, 2) karena diberi kebebasan untuk menentukan
sendiri permasalahan yang diselidiki, ada kemungkinan topik yang diplih oleh siswa di
luar konteks yang ada dalam kurikulum, 3) ada kemungkinan setiap kelompok atau
individual mempunyai topik berbeda, sehingga guru akan membutuhkan waktu yang lama
untuk memeriksa hasil yang diperoleh siswa, 4) karena topik yang diselidiki antara
kelompok atau individual berbeda, ada kemungkinan kelompok atau individual lainnya
kurang memahami topik yang diselidiki oleh kelompok atau individual tertentu, sehingga
diskusi tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan.
c. Inkuiri Bebas yang Dimodifikasikan ( modified free inquiry approach)
Pendekatan ini merupakan kolaborasi atau modifikasi dari dua pendekatan
inkuiri sebelumnya, yaitu: pendekatan inkuiri terbimbing dan pendekatan inkuiri bebas.
Meskipun begitu permasalahan yang akan dijadikan topik untuk diselidiki tetap diberikan
atau mempedomani acuan kurikulum yang telah ada. Artinya, dalam pendekatan ini siswa
tidak dapat memilih atau menentukan masalah untuk diselidiki secara sendiri, namun
MPP | 3
siswa yang belajar dengan pendekatan ini menerima masalah dari gurunya untuk
dipecahkan dan tetap memperoleh bimbingan. Namun bimbingan yang diberikan lebih
sedikit dari Inkuiri terbimbing dan tidak terstruktur.
Dalam pendekatan inkuiri jenis ini guru membatasi memberi bimbingan, agar siswa
berupaya terlebih dahulu secara mandiri, dengan harapan agar siswa dapat menemukan
sendiri penyelesaiannya. Namun, apabila ada siswa yang tidak dapat menyelesaikan
permasalahannya, maka bimbingan dapat diberikan secara tidak langsung dengan
memberikan contoh-contoh yang relevan dengan permasalahan yang dihadapi, atau
melalui diskusi dengan siswa dalam kelompok lain.
Berdasarkan pengertian dan uraian dari ketiga jenis pembelajaran dengan pendekatan
inkuiri, peneliti memilih pendekatan inkuiri terbimbing, dengan pertimbangan bahwa
penelitian yang akan dilakukan terhadap siswa kelas VII Sekolah Menengah Pertama
(SMP), dimana tingkat perkembangan kognitif siswa masih pada tahap peralihan dari
operasi konkrit ke operasi formal, dan siswa masih belum berpengalaman belajar dengan
pendekatan inkuiri serta karena siswa masih dalam taraf belajar proses ilmiah, sehingga
peneliti beranggapan pendekatan inkuiri terbimbing lebih sesuai untuk diterapkan.
Menurut Amin, (dalam Muslimin Ibrahim,2010), inkuiri sebagai strategi pembelajaran
memiliki beberapa keuntungan seperti: (a) mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja
atas inisiatifnya sendiri, (b) menciptakan suasana akademik yang mendukung berlang-
sungnya pembelajaran yang berpusat pada siswa, (c) membantu siswa mengem-bangkan
konsep diri yang positif, (d) meningkatkan pengharapan sehingga siswa mengembangkan
ide untuk menyelesaikan tugas dengan caranya sendiri, (e) mengembangkan bakat
individual secara optimal, (f) menghindarikan siswa dari cara belajar menghafal.
MPP | 4
2. Metode pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran koperatif sesuai dengan fitrah manusia sebagai makhluk sosial yang
penuh ketergantungan dengan orang lain, mempunyai tujuan dan tanggung jawab bersama,
pembagian tugas, dan rasa senasib. Dengan memanfaatkan kenyatan itu, belajar
berkelompok secara koperatif, siswa dilatih dan dibiasakan untuk saling berbagi (sharing)
pengetahuan, pengalaman, tugas, tanggung jawab. Saling membantu dan berlatih
beinteraksi-komunikasi-sosialisasi karena koperatif adalah miniature dari hidup
bermasyarakat, dan belajar menyadari kekurangan dan kelebihan masing-masing. Jadi
model pembelajaran koperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok
untuk bekerja sama saling membantu mengkontruksi konsep, menyelesaikan persoalan,
atau inkuiri. Menurut teori dan pengalaman agar kelompok kohesif (kompak-partisipatif),
tiap anggota kelompok terdiri dari 4 – 5 orang, siswa heterogen (kemampuan, gender,
karekter), ada control dan fasilitasi, dan meminta tanggung jawab hasil kelompok berupa
laporan atau presentasi. Sintaks pembelajaran koperatif adalah informasi, pengarahan-
strategi, membentuk kelompok heterogen, kerja kelompok, presentasi hasil kelompok, dan
pelaporan. Beberapa Tipe metode Pembelajaran Kooperatif sebagai berikut: Beberapa tipe
model pembelajaran kooperatif yang dikemukakan oleh beberapa ahli antara lain Slavin
(1985), Lazarowitz (1988) atau Sharan (1990) dalam Rachmadi (2006) sebagai berikut.
a. Pembelajaran kooperatif Tipe Jigsaw.
Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini pertama kali dikembangkan oleh
Aronson dkk. Langkah-langkah dalam penerapan jigsaw adalah sebagai berikut.
1. Guru membagi suatu kelas menjadi beberapa kelompok, dengan setiap kelompok
terdiri dari 4 - 6 siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda baik tingkat
kemampuan tinggi, sedang dan rendah serta jika mungkin anggota kelompok
berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta kesetaraan jender. Kelompok ini
disebut kelompok asal. Jumlah anggota dalam kelompok asal menyesuaikan
dengan jumlah bagian materi pelajaran yang akan dipelajari siswa sesuai dengan
tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Dalam tipe jigsaw ini, setiap siswa diberi
tugas mempelajari salah satu bagian materi pembelajaran tersebut. Semua siswa
dengan materi pembelajaran yang sama belajar bersama dalam kelompok yang
disebut kelompok ahli (Counterpart Group/CG). Dalam kelompok ahli siswa
mendiskusikan bagian materi pembelajaran yang sama, serta menyusun rencana
bagaimana menyampaikan kepada temannya jika kembali ke kelompok asal.
MPP | 5
Kelompok asal ini oleh Aronson disebut kelompok jigsaw (gigi gergaji). Contoh
pembentukan kelompok jigsaw sebagai berikut.
Misal suatu kelas dengan jumlah siswa 40, dan materi pembelajaran yang akan
dicapai sesuai dengan tujuan pembelajarannya terdiri dari 5 bagian materi
pembelajaran, maka dari 40 siswa akan terdapat 5 kelompok ahli yang
beranggotakan 8 siswa dan 8 kelompok asal yang terdiri dari 5 siswa. Setiap
anggota kelompok ahli akan kembali ke kelompok asal memberikan informasi
yang telah diperoleh dalam diskusi di kelompok ahli serta setiap siswa
menyampaikan apa yang telah diperoleh atau dipelajari dalam kelompok ahli.
Guru memfasilitasi diskusi kelompok baik yang ada pada kelompok ahli maupun
kelompok asal.
2. Setelah siswa berdiskusi dalam kelompok ahli maupun kelompok asal,
selanjutnya dilakukan presentasi masing-masing kelompok atau dilakukan
pengundian salah satu kelompok untuk menyajikan hasil diskusi kelompok
yang telah dilakukan agar guru dapat menyamakan persepsi pada materi
pembelajaran yang telah didiskusikan.
3. Guru memberikan kuis untuk siswa secara individual.
MPP | 6
4. Guru memberikan penghargaan pada kelompok melalui skor penghargaan
berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor
dasar ke skor kuis berikutnya (terkini).
5. Materi sebaiknya secara alami dapat dibagi menjadi beberapa bagian materi
pembelajaran.
6. Perlu diperhatikan bahwa jika menggunakan jigsaw untuk belajar materi baru
maka perlu dipersiapkan suatu tuntunan dan isi materi yang runtut serta cukup
sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
MPP | 7
Pembelajaran kooperatif tipe STAD dikembangkan oleh Slavin dkk.
Langkah-langkah penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD:
1. Guru menyampaikan materi pembelajaran atau permasalahan kepada
siswa sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai.
2. Guru memberikan tes/kuis kepada setiap siswa secara individual
sehingga akan diperoleh skor awal.
3. Guru membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4 –
5 siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang dan rendah).
Jika mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda
serta kesetaraan jender.
4. Bahan materi yang telah dipersiapkan didiskusikan dalam kelompok
untuk mencapai kompetensi dasar. Pembelajaran kooperatif tipe STAD,
biasanya digunakan untuk penguatan pemahaman materi (Slavin, 1995).
5. Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan,
dan memberikan penegasan pada materi pembelajaran yang telah dipelajari.
6. Guru memberikan tes/kuis kepada setiap siswa secara individual.
7. Guru memberi penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan
nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis
berikutnya (terkini).
MPP | 8
secara individual yang sudah dipersiapkan oleh guru.
2. Guru memberikan kuis secara individual kepada siswa untuk mendapatkan
skor dasar atau skor awal.
3. Guru membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4 – 5
siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda baik tingkat kemampuan
(tinggi, sedang dan rendah) Jika mungkin anggota kelompok berasal dari ras,
budaya, suku yang berbeda serta kesetaraan jender.
4. Hasil belajar siswa secara individual didiskusikan dalam kelompok. Dalam
diskusi kelompok, setiap anggota kelompok saling memeriksa jawaban teman
satu kelompok.
5. Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan
memberikan penegasan pada materi pembelajaran yang telah dipelajari.
6. Guru memberikan kuis kepada siswa secara individual.
7. Guru memberi penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai
peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya
(terkini).
MPP | 9
Understand, membaca bagian materi tertentu dari naskah tanpa menghafalkan; (3) Recall,
salah satu anggota kelompok memberikan sajian lisan dengan mengulang materi yang
dibaca; (4) Detect yang dilakukan oleh anggota yang lain terhadap munculnya kesalahan
atau kealpaan catatan; (5) Elaborate oleh sesama pasangan; langkah-langkah 2, 3, 4, 5
diulang untuk bagian materi selanjutnya; (6) Review hasil pekerjaannya dan
mentransmisikan pada pasangan lain dalam kelompoknya (Santyasa, 2008). Langkah-
langkah pendeteksian, pengulangan, dan pengelaborasian dapat berhasil memperkuat
pembelajaran karena pasangan dyad harus secara verbal mengemukakan, menjelaskan,
memperluas, dan mencatat ide-ide utama dari teks. Dalam hal ini, keterampilan
memproses informasi lebih diutamakan. Pemprosesan informasi menuntut keterlibatan
metakognisi—berpikir dan membuat keputusan berdasarkan pemikiran. Di samping itu,
langkah elaborasi memungkinkan sang korektor menghubungkan informasi-informasi
yang cukup penting dengan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Keterampilan
kolaboratif sangat penting ditekankan dalam seting MURDER.
Langkah-langkah pembelajaran kolaboratif MURDER adalah sebagai berikut.
(1) Mood, mengatur suasana hati yang tepat dengan cara relaksasi dan berfokus pada
tugas belajar. Guru berusaha mengkondisikan siswa pada situasi belajar yang
memotivasi siswa untuk fokus pada kegiatan pembelajaran. Pengkondisian
dilakukan dengan pemberian informasi ataupun fenomena-fenomena menarik dalam
kehidupan sehari-hari. Setelah itu melakukan pembagian anggota kelompok dibagi
menjadi dua pasangan dyad, yaitu dyad-1 dan dyad-2 dan memberikan tugas pada
masing-masing pasangan. Antar dyad berusaha menyelesaikan soal-soal dalam LKS
sesuai dengan bagian masing-masing, sehingga masing-masing anggota dyad
pikirannya terfokus pada tugas yang didapatkan.
(2) Understand, membaca bagian materi tertentu dari naskah tanpa menghafalkan.
Siswa diarahkan untuk mencermati poin-poin penting dalam naskah yang ia baca,
mengelola informasi, merencanakan kerja atau pemecahan masalah yang akan
dilaksanakan. Dari LKS yang diterima, anggota dyad berusaha membaca dan
memahami soal-soal yang ada pada LKS yang menjadi tugasnya serta mengerjakan
soal-soal yang terdapat pada LKS tersebut. Setelah salah satu anggota dyad-1
menemukan jawaban tugas-tugas untuk pasangannya, anggota yang lain menulis
sambil mengoreksi jika ada kekeliruan. Hal yang sama juga dilakukan oleh
pasangan dyad-2.
MPP | 10
(3) Recall, salah satu anggota kelompok memberikan sajian lisan dengan mengulang
materi yang dibaca. Setelah pasangan dyad-1 dan pasangan dyad-2 selesai
mengerjakan tugas masing-masing, pasangan dyad-1 memberitahukan jawaban
yang ditemukan oleh mereka kepada pasangan dyad-2, demikian pula pasangan
dyad-2 memberitahukan jawaban yang ditemukan oleh mereka kepada pasangan
dyad-1, sehingga terbentuklah laporan lengkap untuk seluruh tugas hari itu. Pada
tahap ini siswa dilatih untuk mampu mengemukakan ide-idenya dan mengaitkan
konsep-konsep sebelumnya untuk menemukan solusi dari suatu permasalahan.
(4) Detect yang dilakukan oleh anggota yang lain terhadap munculnya kesalahan atau
kealpaan catatan. Masing-masing pasangan dyad dalam kelompok kolaboratif
melakukan elaborasi, inferensi, dan revisi (bila diperlukan) terhadap laporan yang
akan dikumpulan sehingga pada langkah ini akan terjadi interaksi antar anggota
dyad.
(5) Elaborate, elaborasi oleh sesama pasangan untuk membuat materi mudah diingat,
langkah-langkah 2, 3, 4, 5 diulang untuk bagian materi selanjutnya. Dari interaksi
anggota pasangan dyad akan didapatkan suatu penyelesaian dari soal yang
dikerjakan. Penyelesaian ini dicatat. Kemudian pasangan dyad ini kembali
melakukan langkah-langkah 2, 3, 4, 5 untuk bagian materi selanjutnya, sehingga
didapat penyelesaian masalah atau soal-soal yang ada pada LKS secara keseluruhan.
Laporan masing-masing pasangan dyad terhadap tugas-tugas yang telah
dikumpulkan, disusun perkelompok kolaboratif.
(6) Review, mereview hasil pekerjaannya dan mentransmisikan pada pasangan lain
dalam kelompoknya serta membuat kesimpulan. Pada tahap ini terjadi pertukaran
hasil informasi antar kelompok yang satu dengan kelompok yang lainnya dalam satu
kelas dengan jalan salah satu dyad dari kelompok tertentu ditunjuk secara acak
untuk mempresentasikan hasil dari pekerjaan kelompoknya. Masing-masing
pasangan dyad mengkoreksi hasil kerja temannya sehingga disini terjadi interaksi
antar kelompok. Dari interaksi ini akan didapat penyelesaian masalah atau soal-soal
yang ada pada LKS secara keseluruhan. Siswa dengan bimbingan guru merangkum
materi yang telah dibahas saat itu.
MPP | 11
Teknik Cooperative Integrated Reading and Composition,khusus digunakan
unutk pembelajaran bahasa. Komponen utaman dari pembelajaran CIRC adalah
membaca, pemahaman dan karangan. CIRC adalah komposisi terpadu membaca dan
menulis secara koperatif, dalam kelompok. membentuk kelompok heterogen 4 orang,
guru memberikan wacana bahan bacaan sesuai dengan materi bahan ajar, siswa
bekerja sama (membaca bergantian, menemukan kata kunci, memberikan tanggapan)
terhadap wacana kemudian menuliskan hasil kolaboratifnya, presentasi hasil
kelompok,refleksi. Pengembangan model CIRC dilaksanakan untuk mengatasi
permasalahan membaca, menulis dan pembelajaran sastra tradisional. Prinsip
pengembangan didasarkan pada beberapa alasan yaitu: Tindak lanjut. Salah satu fokus
utama aktivitas CIRC menentukan isi cerita adalah membuat agar lebih efektif
melalui waktu tindak lanjut. Siswa akan termotivasi bekerja dengan yang lain dengan
menggunakan kooperatif reward dimana mereka mendapat sertifikat atau mereka
saling mengenal anggota kelompoknya. Membaca oral. Salah satu tujuan program
CIRC adalah untuk meningkatkan keuntungan siswa membaca dengan suara keras
dan mendapat umpan balik dari kegiatan membacanya dalam kelompok dan dari
latihan merespon satu sama lain dalam membaca. Keterampilan membaca
komprehensif. Tujuan utama CIRC adalah menggunakan kelompok koperatif untuk
membantu siswa untuk mengaplikasikan lebih luas keterampilan membaca
komprehensif. Dalam tindak lanjut, siswa bekerja secara berpasangan untuk
mengidentifikasi lima kritikan setiap teks cerita: karakter, seting, masalah, solusi awal
dan solusi akhir. Menulis dan bahasa sastra adalah tujuan utama program CIRC
bahasa sastra adalah untuk mendesain, mengimplementasi serta mengevaluasi proses
menulis biasa menjadi menulis bahasa sastra yang akan lebih berkembang luas
melalui teman sebaya .Elemen-elemen program CIRC.
SCIRC terdiri dari 3 prinsip elemen yaitu: aktivitas mencari hubungan dasar,
pembelajaran langsung dalam membaca komprehensif serta bahasa sastra dan menulis
terpadu. Komponen utama CIRC terdiri dari: Kelompok membaca. Guru membagi
siswa ke dalam kelompok beranggotakan 2 atau 3 orang siswa sesuai dengan tingkat
kemampuan membacanya. Kelompok. Siswa disusun berpasangan (atau bertiga) di
dalam kelompok, kemudian saling berinteraksi dengan kelompok serta saling
membantu antara kelompok tinggi dan kelompok rendah.
MPP | 12
Aktivitas hubungan cerita. Dalam hal ini siswa menggunakan novel. Urutan
aktivitas ini meliputi: partner reading (saling koreksi), tata bahasa cerita dan menulis
hubungan cerita, mencari kata-kata sulit, makna kata, rangkuman cerita dan
pengejaan.Pemeriksaan tugas bersama teman sejawat.Tes.Pembelajaran langsung di
dalam membaca komprehensif.Menulis bahasa sastra terpadu.Membaca mandiri dan
buku laporan. Kegiatan Pembelajaran Kegiatan pembelajaran model CIRC tidak
berbeda dengan kegiatan belajar model pembelajaran kooperatif sebelumnya, seperti
tahap-tahap pembelajaran yang terdapat pada model Investigasi Kelompok.
MPP | 13
Presentasi dilakukan terhadap seluruh kelas dalam berbagai macam bentuk.
Presentasi harus melibatkan khalayak(audience) secara aktif. Khalayak mengevaluasi
kejelasan dan daya tarik presentasi menurut kriteria-kriteria yang telah ditentukan
sebelumnya oleh seluruh kelas.
Tahap 6: Evaluasi
Siswa saling tukar umpan balik tentang topik, tentang hasil bacaan, dan tentang
pengalaman-pengalaman afektif mereka tentang bacaan tersebut.Guru dan siswa
berkolaborasi dalam mengevaluasi pembelajaran yang telah berlangsung. Asesmen
terhadap pembelajaran harus mengevaluasi pemikiran tingkat yang lebih tinggi.
MPP | 14
Penerapan model ini dengan cara mengelompokkan siswa heterogen, tugas tiap
kelompok bisa sama bisa berbeda. Setelah memperoleh tugas, setiap kelompok
bekerja sama dalam bentuk kerja individual dan diskusi. Usahakan dinamika
kelompok kohesif dan kompak serta tumbuh rasa kompetisi antar kelompok, suasana
diskusi nyaman dan menyenangkan seperti dalam kondisi permainan (games) yaitu
dengan cara guru bersikap terbuka, ramah , lembut, santun, dan ada sajian bodoran.
Setelah selesai kerja kelompok sajikan hasil kelompok sehingga terjadi diskusi kelas.
Jika waktunya memungkinkan TGT bisa dilaksanakan dalam beberapa pertemuan,
atau dalam rangka mengisi waktu sesudah UAS menjelang pembagian raport.
MPP | 15
i. CIRC (Cooperative, Integrated, Reading, and Composition)
Terjemahan bebas dari CIRC adalah komposisi terpadu membaca dan menulis secara
koperatif –kelompok. Sintaksnya adalah: membentuk kelompok heterogen 4 orang,
guru memberikan wacana bahan bacaan sesuai dengan materi bahan ajar, siswa
bekerja sama (membaca bergantian, menemukan kata kunci, memberikan tanggapan)
terhadap wacana kemudian menuliskan hasil kolaboratifnya, presentasi hasil
kelompok, refleksi.
MPP | 16
untuk mengetahui pengetahuan yang relevan dengan pengetahuan yang telah dimiliki
siswa; (2) mendiskusikan atau menginformasikan tujuan pelajaran; (3) memberikan
penjelasan/arahan mengenai kegiatan yang akan dilakukan; (4) menginformasikan
materi/konsep yang akan digunakan dan kegiatan yang akan dilakukan selama
pembelajaran; dan(5) menginformasikan kerangka pelajaran.
2. Presentasi. Pada fase ini guru dapat menyajikan materi pelajaran baik berupa konsep-
konsep maupun keterampilan. Penyajian materi dapat berupa: (1) penyajian materi
dalam langkah-langkah kecil sehingga materi dapat dikuasai siswa dalam waktu
relatif pendek;(2) pemberian contoh-contoh konsep; (3) pemodelan atau peragaan
keterampilan dengan cara demonstrasi atau penjelasan langkah-langkah kerja terhadap
tugas; dan (4) menjelaskan ulang hal-hal yang sulit.
3. Latihan terstruktur. Pada fase ini guru memandu siswa untuk melakukan latihan-
latihan. Peran guru yang penting dalam fase ini adalah memberikan umpan balik
terhadap respon siswa dan memberikan penguatan terhadap respon siswa yang benar
dan mengoreksi respon siswa yang salah.
4. Latihan terbimbing. Pada fase ini guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
berlatih konsep atau keterampilan. Latihan terbimbing ini baik juga digunakan oleh
guru untuk mengases/menilai kemampuan siswa untuk melakukan tugasnya. Pada
fase ini peran guru adalah memonitor dan memberikan bimbingan jika diperlukan.
5. Latihan mandiri. Pada fase ini siswa melakukan kegiatan latihan secara mandiri,
fase ini dapat dilalui siswa jika telah menguasai tahap-tahap pengerjaan tugas 85-90%
dalam fase bimbingan latihan.
Di lain pihak, Slavin (2003) mengemukakan tujuh langkah dalam sintaks
pembelajaran langsung, yaitu sebagai berikut.
1. Menginformasikan tujuan pembelajaran dan orientasi pelajaran kepada siswa.
Dalam tahap ini guru menginformasikan hal-hal yang harus dipelajari dan kinerja
siswa yang diharapkan.
2. Me-review pengetahuan dan keterampilan prasyarat. Dalam tahap ini guru
mengajukan pertanyaan untuk mengungkap pengetahuan dan keterampilan yang telah
dikuasai siswa.
3. Menyampaikan materi pelajaran. Dalam fase ini, guru menyampaikan materi,
menyajikan informasi, memberikan contoh-contoh, mendemontrasikan konsep dan
sebagainya.
MPP | 17
4. Melaksanakan bimbingan. Bimbingan dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-
pertanyaan untuk menilai tingkat pemahaman siswa dan mengoreksi kesalahan
konsep.
5. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih. Dalam tahap ini, guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih keterampilannya atau
menggunakan informasi baru secara individu atau kelompok.
6. Menilai kinerja siswa dan memberikan umpan balik. Guru memberikan reviu
terhadap hal-hal yang telah dilakukan siswa, memberikan umpan balik terhadap
respon siswa yang benar dan mengulang keterampilan jika diperlukan.
7. Memberikan latihan mandiri. Dalam tahap ini, guru dapat memberikan tugas-tugas
mandiri kepada siswa untuk meningkatkan pemahamannya terhadap materi yang telah
mereka pelajari.
MPP | 18
Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok Guru mendorong siswa untuk
mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan
pejelasan dan pemecahan masalah.
d. FASE 4
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya Guru membantu siswa dalam
merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model
dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.
e. FASE 5
Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah Guru membantu siswa
untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyeledikan mereka dan proses-
proses yang mereka gunakan.
MPP | 19
3. Para siswa berdiskusi dalam kelompoknya masing-masing, sedangkan guru
berkeliling dari kelompok satu ke kelompok yang lain (kalau ada lebih dari satu
kelompok), serta memberikan dorongan dan bantuan agar setiap anggota kelompok
berpartisipasi aktif agar diskusi berjalan lancar.
4. Pencatatan hasil dikusi keempat sintaks tersebut bisa disederhanakan menjadi 3 yaitu:
a. penyajian, yaitu pengenalan terhadap masalah atau topik yang meminta
pendapat, evaluasi dan pemecahan siswa.
b. Bimbingan, yaitu pengarahan terus menerus dan secara bertujuan yang
diberikan guru selama proses diskusi. Pengarahan ini diharapkan dapat
menyatukan pikiran-pikiran yang dikemukakan.
c. Pengikhtisaran, yaitu rekapitulasi pokok-pokok pikiran penting dalam diskusi.
Keberhasilan diskusi banyak ditentukan oleh adanya tiga unsur, yaitu
pemahaman, kepercayaan diri dan saling menghormati.
MPP | 20