Вы находитесь на странице: 1из 7
Pengarun Terapi Tertwa PENGARUH TERAPI TERTAWA TERHADAP DEPRESI PADAUSIALANJUT Andiati Nugraheni *, Sumarni DW ', Mariyono SW? + Fakultas Kedokteran UGM, Yogyakarta 2Program Studi llmu Keperawaten, FK UGM, Yogyakarta ABSTRACT Background: The improvement of lite expectation has more impact Io the happening of diseases at the elderly, the biggest one is depression, One principle which must be paid attention to lessen the stfess and depression is laughing. Laugh can lessen epinefin and konisol, and also can stimulate secretion of endorphin. ‘Objective: Knowing if there was any influence of iaugh therapy to depression a the elderly in Wirosaban RW XIV Sorosutan Umbulharjo Yogyakarta Method: This research used experiment method with design of control group pretest-posttest. Instruments. used were Geriatric Depression Scale (GDS), Short Portable Mental Status of Questionnaire (SPMSQ) and game standard of Sumerni (2001). This research was conducted in July until September 2004 wit control aroup sample counted & responders and experiment ¢10up counted 8 responders. Experiment group was given laugh therapy with twice game in ‘one week while coatfol groups were not given. Result: Statistical analysis with paired {test showed the signifcance result of experiment group with p=0,000 and p=0,007 with depression mean before experiment 8,125, mean atter fist experiment 8,760 and after second experiment 5,875 meaning there wes a decrease of epression level Score 2,375 and 2,250. While contiol group showed result which did not have a signifcance, with p=0.451 and p=0,351 with depression mean before experiment 8,250, mean afer frst experiment 8,500 and after second experiment 8,000 meanig there was an increase of 0,250 and decrease of 0,280. This matter was caused by environmental infiuence. Level of pretest depression at group contro! and experiment group were mid depression of 62,5% and medium unt severe depression of 37.5%. Level of depression at experiment {group for the posttest 1 and posttest 2 were not depression of 50% and 37,5%, mild depression (0f37,5% and 50%, and medium nti severe depression of 25%. Level of depression et contol 470Up for the posttest 1 and posttest 2 were not depression of 12,5%, mild depression of EO%, {and medium until severe depression of 37.5%. Conclusion: Level of depression before laugh therapy was done mostly wes mild depression Level of depression after laugh therapy wes done mostly was not depression end mild Gepression. There was a significance diferences before and ater the laugh therapy was ‘one, Experiment groups decreased in mld depression and medium until severe depression, while control groups decreased only in mild depression, There was an influence of laugh therapy 10 the depression in elderly Keywords: laugh therapy, depression, elderly PENGANTAR Pertumbuhan penduduk lanjut usie (lansia) di Indonesia paling pesat di dunia kurun waktu tanun 1990-2025. Kenaikan tersebut berkaitan dengan Usia harapan hidup.’ Peningkatan usia harapan hidup mempunyai dampak ‘ebih banyak terjadinya Penyakit pada lansia dan yang tetbesar adalah ‘gangguan depresi.® Depresi akan meningkatkan sirkulasi adrenalin dan kortisol sehingga me- ‘nurunkan tingkat kexebalan tubun ? Peneliian Berk ‘menunjukkan bahwa tertawa bisa mengurangi per- edaran hormon epinefrin dan kortisol, yang bisa menghalangi proses penyembuhan penyakit Penelitian Frey‘, seorang pakar biokimia dan Direktur Dry Eyes and Tears Research Genter di Mineapolis, AS, menunjukkan tertawa akan menggerakkan bagian dalam tubun, mengaktifkan sistem endokrin sehingga mendorong penyeribuh- an suatu penyakit. Menurut hipotesisnya, tertewa ‘akan merangseng otak untuk memproduksi hormon tertentu yang akan memicu pelepasen endorphin (zat pembunuh rasa sakit) yang diproduksi olen tubuh, 59 LIK. Vol 01M. 02/01/2006 Berdasarkan data yang diperoleh dari Kelurahan Sorosutan diketahul bahwa Wirosaban RW XIV Sorosutan Umbulharjo, Yogyakarta mempunyai jumiah usia lanjut terbesar. Banyak dari usia lenjut yang masih harus bekerja keras mencari nafkah, sebagian besar sosial ekonomi rendah dan ada perbedaan kelas sosial di masyarakat. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah "Adakah pengaruh terapi tertawa terhadap depresi pada usia lanjut di Wirosaban, RW XIV, Sorosutan, Umbulharjo, Yogyakarta” BAHAN DAN CARA PENELITIAN 4. Usla Lanjut (Usita) Fase pertama usia lanjut disebut dengan fase praesenium, antara usia 55 tahun hingga 65 tahun. Fase selanjuinya yaitu fase senium, dimuiai umur 665 tahun hingga akhir hidup.* Proses menua yang terjadi pada usia lanjut adalah proses alami yang disertai adanya penurunan kondisi fisik, psikologis, tmaupun sosia! yang saling berinteraksi satu sama lain. Keadaan itu cenderung berpotensi me- nimbulkan masalah kesehatan secara umum mau- un Kesehatan jiwa secara khusus pada lansia. 2. Depresi Depresi pada usia lanjut merupakan hasil interaksi dari berbagai faktor biologik, psikologik, dan sosial. Faktor sosial adalah berkurangnya interaksi sosial, kesepian, berkabung, dan ke- miskinan. Faktor psikologik dapat berupa rasa rendah ditkurang percaya diri, Kurang rasa ke- akraban dan menderita penyakit fisik; sedangkan faktor biologik yaitu hilangnya sejumlah neuro- transmiter di otak, risiko genetik maupun adanya penyakitfsik, Berpedoman pada DSM-IV atau ICD- 10 yang menjadi gejala gangguan depresi adalah gelaia utama, yaitu mood yang depresi, hilang semangat, hilang tenaga dan mudah lelah, serta gejalalainnya, meliputi Konsentrasi mnenurun, harga diri rendah, perasaan bersalah, pesimis me- mandang masa depan, ide bunuh diti atau me- nnyakiti diri sendiri, pola tidur berubah, dan nafsu ‘makan menurun.? Depresi berhubungan dengan berkurangnya aktivitas neuro-transmiter nor-adrenergik, seroto- nregik, dan dopaminergik di otak sejaian dengan bertambahnya umur. Kerentanan lanjut usia ter- hadap deprest juga dipengaruhi oleh perubahan neuro-endokrinologik yang bermanifestasi sebagai gangguan reguiasi hormonal” 60 3. Terapi Tertawa Tertawa melibatkan seluruh tubuh* Tertawa menstimulasi otot muka, perut, dan torak. Ketika seseorang tertawa terjadi peningkatan oksigenasi, denyut jantung dan kontraksi olot perut dan torak. Terjadi peningkatan temperatur tubuh, denyut nadi dan tekanan darah. Sesaat setelah tertawa, di satu sisi tekanan darah dan denyut nadi akan kembali normal, peningkatan oksigenasi dan penggunaan otot perut dan torak meningkatkan energi, Tertawa mengeluarkan hormon endorphin, Kombinasizening- katan endorphin dan oksigenasi menghasikan perasaan tenang. Seteiah periode tertawa ada Periade rleks dan kemampuan untuk menghadapi situasi stre ‘Tertswa mengurangitekanan darah, mengurangi hormon stres, meningkatkan tekanan otot, dan ‘menaikkan fungsi kekebalan dengan meningkatkan level infection-fighting T-Celis, 'sease-fighting protein yang disebut Gamma- interferon dan B-Cells, yang menghasilkan antibodi penyemibuh. Tertawa juga mencetuskan pelepasan endorphin. Sebuah penelitian tentang humor dan hormon yang terkait dengan stres menunjukkan bahwa tertawa dapat menurunkan empat hormon neuroendokrin yang berasosiasi dengan respon stres, meliputiepineffin, kortisol, dopamin, dan hormon pertumbuhan.* Tawa adalah sebuah perasaan yang kuat dan sebuah perekat sosial. Tawa menyatukan orang dan memperbaiki hubungan interpersonal." Terapi tertawa yang akan digunakan dalam Penelitian ini menggunakan metode permainan Selain itu, Karena dengan permainan dapat me- nimbulkan tertawa secara spontan, secara umum, tujuan dan manfaat permainan adalah untuk mem- berikan rasa gembira, mengurangi kejenuhan, kelelahan, meningkatkan kemampuan bekerja sama dan berbagi tugas, meningkatkan kebugaran dan mengurangi beban psikologis, serta memperbaiki hubungan sosial, Dari tinjauan teoritis tersebut hipotesis pada penelitan ini adalah “ada pengaruh terapi tertawa terhadap depresi pada usia lanjut di Wirosaban, RW XIV, Sorosutan, Umbulharjo, Yoayakarta’. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuanttatif dengan metode eksperimental dengan rancangan peneitian control group pretest-posttest. Sampel diambil secara muti stage sampling dari 100 orang yang aktif di Taman Pembinaan Lansia (TPL), pertama dengan metode purposive sampling, kemudian dilakukan random untuk menentukan kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. Terdapat 0,05) berartitidak ada perbedaan yang signifikan antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. abel 2. Rerata Nil Pengaruh Terspi Tertawa 1. Hasil Pengukuran Tingkat Depresi pada Kelompok Periakuan Pengukuran tingkatdepresi ketompok perlakuan pada pretest diperoleh nilai 8.125, posttest 1 diperoleh nilai 5,750 dan posttest 2 diperoleh nilai 5,875. Perbedaan penurunan tingkat depresi pretest ke posttest 1 dan ke posttest 2 dapat dilhat pada Tabel2. Dari Tabel 2 dapat diketanul bahwa pengukuran pretest ke posttest 1 terjadi penurunan 2,375 poin (29,2%) dengan t=7,333 dan p=0,000. Pada pengukuran pretest ke posttest 2 terjadi penurunan sebesar 2,250 poin (27.7%) dengan t=3,813 dan P=0,007. Hasil tersebut menunjukkan bahwa Secara statistik diketahui adanya penurunan nilal depresi yang signifikan. Pengklasifikasian tingkat depresi pretest, posttest 1 dan posttest 2 dapat dilihat pada Tabel 3. Dari Tabel 3 tersebut dapat dketahui pada saat pretest tidak dijumpai responden yang tidak depresi, yang mengalami depresi ringan 5 responden (62,5%) dan depresi sedang sampai berat 3 tesponden (37,5%). Pada posttest 1 terdapat 4 responden (50%) yang tidak depresi, 3 responden (37.5%) depresi ringan dan 1 responden (12,5%) depresi sedang sampai berat. Pada posttest 2 terdapat 3 responden (37,5%) yang tidak depres 4 responden (50%) depresi ringan dan 1 responden (12,5%) depresi sedang sampai berat 2. Hasit Pengukuran Tingkat Depresi pada Kelompok Kontrol Pengukuran tingkat depresi kelompok kontrol pada pretest diperoleh nilai 8,250, posttest 1 diperoleh nilai 8,500 dan posttest 2 diperoleh wil 8,000. Perbedaan penurunan tingkat depresi pre- test ke posttest 1 dan ke posttest 2 dapat dilhat pada Tabel 4 Depresi pada Kolompok Perlakuan Usia Lanjut ‘di Wirosaban Soaih Nia Ujistaticik ——Keterangan besaadata Tingkatdepresi_ Tt P Pralost PostestT 2375 73330000 —Bermarna Protesi-Postios2 2250 3813 0.007 __Bermasne ‘Sumber: Data Hesil Analisis ‘Tabel 3. Klasifikasi Tingkat Depresi pada Kelompok Perlakuan Usia Lanjot ah Wiroeaban Protest Postest’ Pasttest2 ant ant Frekuensi Me Frekuensi h Frekuensi he Tian cee 0 3 7 30 7 ws Depresirngan 5 os 3 a1 4 % Deoresisedarg 3 m8 1 25 : 128 sompai deat Jurniah 8 108 3 100 8 100 ‘Sumber Data Has Analisis 61 ‘IK: Vol. 04024072006 Tobe! 4. Rerata Nilai Depresi pada Kelompok Kontrol Usia Lanjut 4 Wirosabaa ‘Sells Nila! Ul statistik Sumberdats —syngkst Daptos! —F 7 Koterangan Pratesrnostestt “0280 “Sree G4sT Tidak bermakra Pretestposttest 2 0,250 4,000 __0/351__Tidak bermavna ‘Sumber: Data Hasil Analisis Dari Tabel 4 tersebut dapat diketahui pada pengukuran pretest ke posttest 4 terjadi Kenaikan 10,250 poi (3%) dengan t=-0,798 dan p=0,451.Pada pengukuran pretest ke posttest 2 terjadi penurunan sebesar 0,250 poin (3%) dengan t=1,000 dan p=0,351. Hasil tersebut menunjukkan adanya perubahan tingkat depresi untuk pretest kepastiest 1 terjadi kenaikan yang tidak signifikan dan pretest ke posttest2 terjaai penurunan yang tidek signifikan, Pengklasifikasian tingkat depresi pretest, posttest 1 dan posttest 2 dapat diinat pada Tabel §. Dari Tabel 5 dapat diketahui pada saat pretest tidak dijumpai responden yang tidak depresi, yang ‘mengalami derpesi ringan 5 responden (62.6%) dan depresi sedang sampaiberat 3 responden (37.5%), Pada posttest 1 dan posttest? terdapat 1 responden (12,5%) yang tidak depresi, 4 responden (50%) depresi ringan dan 3 responden (37,5%) depresi sedang samnai berat 3. Perbandingan Perubahan Tingkat Depresi ‘Antara Kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol Perbandingan perubahan tingkat depresi pre- test, posttest 1, dan posttest 2 antara kelompok kontrol dan kelompok periakuan dapat aia pada Tabel6. Tabel 5. Klasifikasi Tingkat Depresi pada Kelompok Kentrol Usia Lanjut ‘i Witosaban esas Pretest Posttest Posttest 2 Frekuensi_% Frekuensi—% ——‘Frekuensi_—_% Tidak deprest ° EEE Ea eee Dopresirngan 5 625 4 50 4 50 Depresi sedang 3 378 3 75 3 a5 -sampaiberal ‘Jummian, a 100 2 100 e 00 Sumber: Data Hesl Anaksis ‘abe! 8. Deskripsi Perbandingan Perubahan Tingkat Depresi ‘Antara Kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol Usia Lanjut i Wirosaban Kelarpor Kerompok Tingkat Depresi Perubahan Periakuan ‘Kontrol a % fee Ringan pretest Ringan postest 7 Posie diferences ® 4 a Nogetve ciferences B 0 ° o 6 Tee c 1 ws 4 80 Ragan pretest Aingan posmest ? —Posive alforances A oars RS Negative aifererces 8 ° o 6 of Ties c 20 a Sedang saripal Geral protest Pasilve aMforences A 2 oo Sodang sampai Beral postiest 1 Negatve diferences 8 0 0 a) Tes ¢ 4s 38 ‘Sadang tampal Beral pretest. Postive dferences A z a Sedang sempaiSeral postiest 2 Negative differences B ° ° ob Ties c 1 5338 Sumber: Data Has! Analisis keterangan: ‘A: lingkal depres protost> tingkat dopres poses (ngkat depres! menurun) BB: tingkat depresi pretest < ingkat depcesipestest(ingkat depres! meningkat) CC tingkat depres’ pretest 62 jngkal depres\ posttest (ak ada Petubahan lingkat depres) Dari Tabel 6 dapat diketahui untuk kelompok perlakuan pada pretest ke posttest 1 depresiringan terdapat 4 responden (50%) yang mengalami ppenurunan tingkat depresidan 1 responden (12,5%) tidak mengalami perubahan tingkat depresi, kemudian pada pretest ke posttest 2 depresi ingan terdapat 3 responden (37,5%) yang mengalami enururan tingakat depresi dan 2 resporiden (25%) tidak ada peruahan tingkat depersi, sedangkan untuk depresi sedang sampai berat pada pretest ke posttest 1 dan posttest2 terdapat 2 responden (25%) yang mengalami penurunan tingkat depresi dan 1 Tesponden (12,5%) tidak ada perubahan. Untuk kelompok kontrol pada pretest ke posttest 1 dan posttest 2 depresi ringan terdapat 1 responden (12.5%) mengalami penurunan tingkat depresidan 4 responden (50%) tidak ada perubahan, sedangkan untuk depresi sedang sampai berat tidak teidapat responden yang mengalami perubahan tingkat depresi Hasil uji statistik perbandingan kelompok periakuan dan kelompok kontrol dapat diihat pada Tabel7. abel 7. Perbedaan Ri Pengaruh Terapi Tortawa berkaitan erat dengan status sosial ekonomi yang rendah, berkurangnya interaksi sosial, erasaan rendan dirvkurang percaya diri dan kurang rasa keakraban dalam pergaulan. ‘Sejumiah peneitian telah melaporken data yang menyatakan behwa depresi pada lanjut usia berhubungan dengan status sosial ekonomi rendah, kematian pasangan, penyaki fisik yang menyertai, dan isolasi sosial."? Skoring data menunjukkan kejagian ‘depresi pada usia lanjut terbesar adalah item ‘soalno 10, apakah anda merase mengalami kesulitan untuk mengingat daripada biasanya dan item soal no.4, apakah anda merasa sering bosan, Pada penderita depresi biasanya terdapat gejala utama, yaitu mood yang depresi, hilang minat/semangat,hilang tenaga dan mudah lelah, serta gejala lainnya, meliputi konsentrasi menurun, harga diri rendah, perasaan bersalah, pesimis memandang masa depan, ide bunuh diri atau menyakiti ditt sendiri, pola tidur berubah, dan nafsu makan menurun? Tingkat Depresi Keiompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol Usia Lanjut i Wirosaban Kelompok Uj statictk ‘Sumber Data, core oe : Keterangan Posiesti-Posteath 6,750 3500 T3988 0.88 Tak bemaina Posttesi2-Posttes!2 5,875 8,000 148 0,181 Tidak bermasna ‘Sumber: Data Has Analisis Dari Tabel 7 dapat diketahui banwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan artara posttest ‘dan posttest 2 kelompok perlakuan dan kelompok kontrol, dengan t =1,985 dan t=1,484; p=0,88 dan p=0,181 Dati Tabel 6 dan Tabel 7 di atas dapat diketahui bahwa pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol untuk posttest 1 dan posttest 2 secara frekuensiterdapat penurunan jumlah sampel, namun secara statistik perbedaan ini tidak signifikan. PEMBAHASAN 1. Tingkat Depresi pada Usia Lanjut di Wirosaban RW XIV Sorosutan Umbulharjo Yogyakarta ‘Sebelum Dilakukan Terapi Tertawa Pada hasil pretest kelompok periakuan sesuai yang tercantum pada Tabel 3 ‘menuinjukkan bahwa prevalensi depresiterbesar adalah depresi ringan. Kejadian depresi ini Tingkat Depresi pada Usia Lanjut di Wirosaban. RW XIV Sorosutan Umbulherjo Yogyakarta Sebelum Dilakukan Terapi Tertawa Pemberian terapi tertawa dengan petmainan selama dua kali dalam satu minggu seperti pada Tabel 3 dapat diketahui adanya penurunan tingkat depresi. Hal ini sesuai dengan pendapat Kataria™, bahwa efek tawa paling besar adalah terhadap depresi karena adanya perubahan biokimia dalam tubuh dan adanya kontak sosial. Tawa bukan hanya sebuah pelepasan biologis atau proses kogritif, tetapi yang lebin penting lagi tawa merupakan sebuah fertomena psikologis sosial, yang mengawaii dan mempermudah komunikesi ‘Skoring data memperiihatkan penurunan ‘kore tetbesar adalah item soal no.4, apakah andamerasa sering bosan dan item soal no.3, apakah anda merasa hidup anda hampa. Survei 63

Вам также может понравиться