Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
TETRALOGI OF FALLOT
Disusun Oleh :
0910721004
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
CURRICULUM VITAE
NI M : 0910721004
ANGKATAN : 2009 A
RIWAYAT PENDIDIKAN :
B. PREVALENSI
Tetralogi fallot (TF) merupakan penyakit jantung sianotik yang paling banyak
ditemukan dimana tetralogi fallot menempati urutan keempat penyakit jantung bawaan
pada anak setelah defek septum ventrikel,defek septum atrium dan duktus arteriosus
persisten,atau lebih kurang 10-15 % dari seluruh penyakit jantung bawaan, diantara
penyakit jantung bawaan sianotik Tetralogi fallot merupakan 2/3 nya. Tetralogi fallot
merupakan penyakit jantung bawaan yang paling sering ditemukan yang ditandai
dengan sianosis sentral akibat adanya pirau kanan ke kiri.
Penyakit Jantung Bawan Sianotik yang paling banyak ditemukan. Prevalensi TOF
adalah 9% bayi dengan penyakit jantung kongenital berat pada umur tahun pertama
menderita TOF (0.196– 0.258/1000 kelahiran hidup).(Nasution, 2008). Di US angka
kejadiannya mencapai 3-6 dari 10000 kelahiran. TOF merupakan penyebab tersering
pada PJB yang menyebabkan sianosis. Lebih sering terjadi pada pria dibandingkan
wanita. ( Buku Kuliah 2 Ilmu kesehatan Anak FKUI, 2007)
Di RSU Dr. Soetomo sebagian besar pasien Tetralogi fallot didapat diatas 5
tahun dan prevalensi menurun setelah berumur 10 tahun. Dari banyaknya kasus
kelainan jantung serta kegawatan yang ditimbulkan akibat kelainan jantung bawaan ini,
maka sebagai seorang perawat dituntut untuk mampu mengenali tanda kegawatan dan
mampu memberikan asuhan keperawatan yang tepat.
C. ETIOLOGI
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan meningkatnya resiko kelainan bawaan:
1. Teratogenik
Teratogen adalah setiap faktor atau bahan yang bisa menyebabkan atau
meningkatkan resiko suatu kelainan bawaan. Radiasi, obat tertentu dan racun
merupakan teratogen.
Secara umum, seorang wanita hamil sebaiknya:
- mengkonsultasikan dengan dokternya setiap obat yang dia minum
- berhenti merokok
- tidak mengkonsumsi alkohol
- tidak menjalani pemeriksaan rontgen kecuali jika sangat mendesak.
- Infeksi pada ibu hamil juga bisa merupakan teratogen.
2. Gizi
Menjaga kesehatan janin tidak hanya dilakukan dengan menghindari teratogen,
tetapi juga dengan mengkonsumsi gizi yang baik.
Salah satu zat yang penting untuk pertumbuhan janin adalah asam folat.
Kekurangan asam folat bisa meningkatkan resiko terjadinya spina bifida atau
kelainan tabung saraf lainnya. Karena spina bifida bisa terjadi sebelum seorang
wanita menyadari bahwa dia hamil, maka setiap wanita usia subur sebaiknya
mengkonsumsi asam folat minimal sebanyak 400 mikrogram/hari.
Faktor Endogen:
Berbagai jenis penyakit genetik : kelainan kromosom
Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan
Adanya penyakit tertentu dalam keluarga seperti diabetes melitus, hipertensi,
penyakit jantung atau kelainan bawaan
Faktor Eksogen:
Riwayat kehamilan ibu : sebelumnya ikut program KB oral atau suntik,minum
obat-obatan tanpa resep dokter, (thalidmide,dextroamphetamine,
aminopterin,amethopterin, jamu)
Ibu menderita penyakit infeksi : rubella
Pajanan terhadap sinar –X
Nutrisi yang kurang saat kehamilan
Nutrisi buruk saat kehamilan
Alkohol
Ibu hamil yang berusia lebih dari 40 tahun
Tetralogi Fallot lebih sering ditemukan pada anak-anak yang menderita
sindroma Down
Para ahli berpendapat bahwa penyebab endogen dan eksogen tersebut jarang
terpisah menyebabkan penyakit jantung bawaan. Diperkirakan lebih dari 90% kasus
penyebab adaah multifaktor. Apapun sebabnya, pajanan terhadap faktor penyebab
harus ada sebelum akhir bulan kedua kehamilan , oleh karena pada minggu ke delapan
kehamilan pembentukan jantung janin sudah selesai. (Bambang, 2008)
D. MANIFESTASI KLINIS
a. Sianosis
Obstruksi aliran darah keluar ventrikel kanan hipertropi infundibulum
meningkat obstruksi meningkat disertai pertumbuhan yang semakin
meningkat sianosis.
b. Dispnea
Terjadi bila penderita melakukan aktifitas fisik.
f. Bising sistolik
Terdengar keras dan kasar, dapat menyebar luas, tetai intensita sterbesar
pada tepi kiri tulang dada. ( Nelson,2003)
Manifestasi Klinik
• Sianosis jarang ditemukan ketika lahir
• Disebabkan karena :
– Neonatus/bayi sedikit aktif pada bulan awal kehidupan
– Hb Foetal memiliki afinitas yang lebih tinggi dibanding dengan Hb Dewasa
• Ketika ditemukan kadang disertai bayi susah makan, fussiness, tachypnea, dan
agitation.
(Alvaro, 2005)
CYANOTIC SPELLS
• Serangan sianosis khas untuk ToF
• Biasanya timbul ketika anak menangis, buang air besar, demam, aktifitas yang
meningkat.
• 15-20 menit, teratasi spontan
• Mulai timbul 6-12 bulan
• Aktivitas menyebabkan:
– Peningkatan kebutuhan oksigen
– Penurunan tahanan vaskuler sitemik
– Peningkatan aktifitas saraf simpatis menyebabkan spasme infundibular,
menyebabkan obstruksi muskular pada aliran keluar ventrikel kanan pada
tingkat subvalvar.
Sianosis/ kebiruan : sianosis akan muncul saat anak beraktivitas,
makan/menyusu, atau menangis dimana vasodilatasi sistemik (pelebaran pembuluh
darah di seluruh tubuh) muncul dan menyebabkan peningkatan shunt dari kanan ke kiri
(right to left shunt). Darah yang miskin oksigen akan bercampur dengan darah yang kaya
oksigen dimana percampuran darah tersebut dialirkan ke seluruh tubuh. Akibatnya
jaringan akan kekurangan oksigen dan menimbulkan gejala kebiruan.
(alvaro, 2005; madiono,2005; Donson, 2009)
Penurunan Systemic Venous Return (SVR)
• Pirau yang semakin besar melwati VSD darah sitemik yang terdesaturasi semakin
Banyak asidosis perifer vasodilatasi sistemik penurunan Systemic Venous Return
(SVR)Vicious Cycle
SQUATTING (Jongkok)
• Khas untuk ToF
• Anak sangat sering melakukan posisi jongkok
• Beberapa posisi dapat disebut juga sama dengan posisi jongkok
• Alasannya adalah jongkok menyebabkan peningkatan tahanan pada aliran darah
Sistemik penurunan pirau melintasi VSD darah sistemik yang terdesaturasi menurun.
Anak akan mencoba mengurangi keluhan yang mereka alami dengan berjongkok
yang justru dapat meningkatkan resistensi pembuluh darah sistemik karena arteri
femoralis yang terlipat. Hal ini akan meningkatkan right to left shunt dan membawa
lebih banyak darah dari ventrikel kanan ke dalam paru-paru. Semakin berat stenosis
pulmonal yang terjadi maka akan semakin berat gejala yang terjadi.
(Alvaro, 2005)
E. PATOFISIOLOGI
• Patofisiologi Utama dari ToF tergantung dari derajat keparahan obstruksi aliran keluar
dari ventrikel kanan. Obsturksi aliran keluar dari ventrikel kanan menunjukkan
keparahan dari pirau kanan ke kiri.
• Penurunan Oksigenasi karena kurangnya perfusi dari darah. Pirau darah yang telah
dideoksigenasi dari ventrikel kanan ke aorta melewati defek pada septum ventrikel
(difasilitasi oleh overriding aorta)Kurangnya oksigenasi, rendahnya saturasi oksigen
pada hemoglobin dan sianosis. (Nasution, 2008, Donson, 2009)
Menurut ( Yayan, 2010), Karena pada tetralogi fallot terdapat empat macam
kelainan jantung yang bersamaan, maka:
1. Darah dari aorta berasal dari ventrikel kanan bukan dari kiri, atau dari sebuah
lubang pada septum, seperti terlihat dalam gambar, sehingga menerima darah
dari kedua ventrikel.
2. Arteri pulmonal mengalami stenosis, sehingga darah yang mengalir dari ventrikel
kanan ke paru-paru jauh lebih sedikit dari normal; malah darah masuk ke aorta.
3. Darah dari ventrikel kiri mengalir ke ventrikel kanan melalui lubang septum
ventrikel dan kemudian ke aorta/langsung ke aorta, mengabaikan lubang ini.
4. Karena jantung bagian kanan harus memompa sejumlah besar darah ke dalam
aorta yang bertekanan tinggi, otot-ototnya akan sangat berkembang, sehingga
terjadi pembesaran ventrikel kanan.
Kesulitan fisiologis utama akibat Tetralogi Fallot adalah karena darah tidak
melewati paru sehingga tidak mengalami oksigenasi. Sebanyak 75% darah vena yang
kembali ke jantung dapat melintas langsung dari ventrikel kanan ke aorta tanpa
mengalami oksigenasi.
Karena adanya VSD yang besar dan stenosis pulmonal maka akan terjadi
perubahan hemodinamik. Stenosis pulmonal yang terjadi itu menyebabkan darah
yang berasal dari vena cava superior dan inferior seluruhnya akan tertampung dalam
ventrikel kanan. Kemudian masuk ke aorta tanpa membebani ventrikel kiri, sehingga
timbul hipertrofi ventrikel kanan sedangkan ventrikel kiri relatif kecil.
VSD tersebut menyebabkan terjadinya shunt kanan ke kiri sehingga timbul sianosis.
Stenosis pulmonal menyebabkan aliran darah ke pulmo jadi menurun sehingga terjadi
hipoksemia yang dikompensasi dengan polisitemia.
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium rutin penting pada setiap penyakit jantung bawaan
sianotik untuk menilai perkembangan penyakit. Hemoglobin dan hematokrit merupakan
indikator yang cukup baik untuk derajat hipoksemiaDitemukan adanya peningkatan
hemoglobin dan hematokrit (Ht) akibat saturasi oksigen yang rendah. Pada umumnya
hemoglobin dipertahankan 16-18 gr/dl dan hematokrit antara 50-65 %. Nilai BGA
menunjukkan peningkatan tekanan partial karbondioksida (PCO2), penurunan tekanan
parsial oksigen (PO2) dan penurunan PH.pasien dengan Hn dan Ht normal atau rendah
mungkin menderita defisiensi besi.
2. Radiologis
Sinar X pada thoraks menunjukkan penurunan aliran darah pulmonal, tidak ada
pembesaran jantung . gambaran khas jantung tampak apeks jantung terangkat sehingga
seperti sepatu ‘boot-shaped’ heart.
4. Ekokardiografi
Memperlihatkan dilatasi aorta, overriding aorta dkurang lebih 50%,penurunan
ukuran arteri pulmonalis & penurunan aliran darah ke paru-paru serta penebalan
infundibulum ventrikel kanan
G. KOMPLIKASI
Menurut Buku Ajar Kesehatan Anak FKUI 1991, komplikasi ToF yaitu:
a. Trombosis pulmonal
Trombosis disebabkan karena meningkatnya viskositas darah yang disebabkan
oleh polisitemia. Dehidrasi dapat meningkatkan resiko untuk terjadinya trombosis.
Trombosis dapat terjadi di mana saja tapi yang berbahaya jika terjadi di paru dan otak.
b. CVA trombosis
c. Abses otak
Penyakit jantung bawaan sianotik dengan pirau dari kanan ke kiri, terutama terjadi
pada anak yang berusia lebih dari 2 tahun, dikenal luas sebagai faktor predisposisi abses
otak. Pada penderita ditemukan polisitemia dengan aliran darah yang lambat, sehinga
dapat menyebabkan terjadinya infark kecil di dalam otak yang merupakan tempat abses
mulai timbul. Aliran darah pirau dari kanan ke kiri, tidak difiltrasi di paru-paru, sehingga
memudahkan terjadinya septikemia. Hal-hal tersebut merupakan faktor predisposisi
terjadinya abses otak pada penderita penyakit jantung bawaan sianotik.
Terjadinya abses dapat dibagi menjadi empat stadium, yaitu: fase serebritis dini, fase
serebritis lambat, pembentukan kapsul dini dan pembentukan kapsul lambat. Abses otak
pada penyakit jantung bawaan sianotik biasanya soliter, sering terdapat pada lobus
frontalis, temporalis, dan parietalis.
d. Perdarahan
Bayi dengan sianosis disertai dengan lamanya polisetimia akan mengakibatkan
trombositopenia dan kelainan pembekuan darah.
e. Endokarditis
f. Aritmia
H. PENATALAKSANAAN
Tatalaksana penderita rawat inap :
1. Mengatasi kegawatan yang ada.
2. Oksigenasi yang cukup.
3. Tindakan konservatif.
4. Tindakan bedah (rujukan) :
- Operasi paliatif : modified BT shunt sebelum dilakukan koreksi total:
dilakukan pada anak BB < 10 kg dengan keluhan yang
jelas. (derajat III dan IV)
- Koreksi total : untuk anak dengan BB > 10 kg : tutup VSD + reseksi
infundibulum.
5. Tatalaksana gagal jantung kalau ada.
6. Tatalaksana radang paru kalau ada.
7. Pemeliharaan kesehatan gigi dan THT, pencegahan endokarditis.
Tujuan pokok dalam menangani Tetralogi Fallot adalah koreksi primer yaitu :
penutupan defek septum ventrikel dan pelebaran infundibulum ventrikel kanan.
Umumnya koreksi primer dilaksanakan pada usia kurang lebih 1 tahun dengan perkiraan
berat badan sudah mencapai sekurangnya 8 kg. Namun jika syaratnya belum terpenuhi,
dapat dilakukan tindakan paliatif, yaitu membuat pirau antara arteri sistemik dengan
dengan arteri pulmonalis, misalnya Blalock-Tausig shunt (pirau antara A. subclavia
dengan cabang A. pulmonalis). Bila usia anak belum mencapai 1 tahun atau berat badan.
Orang tua dari anak-anak yang menderita kelainan jantung bawaan bisa diajari
tentang cara-cara menghadapi gejala yang timbul:
- Menyusui atau menyuapi anak secara perlahan.
- Memberikan porsi makan yang lebih kecil tetapi lebih sering.
- Mengurangi kecemasan anak dengan tetap bersikap tenang.
- Menghentikan tangis anak dengan cara memenuhi kebutuhannya.
- Membaringkan anak dalam posisi miring dan kaki ditekuk ke dada selama serangan
sianosis. ( Yayan, 2010)
MONITORING
Hal-hal yang perlu di monitor/ pantau pada penderita TOF antara lain :
- Keadaan umum
- Tanda utama
- Sianosis
- Gagal jantung
- Radang paru
- EK G
- Gejala abses otak ( Yayan, 2010)
Penatalaksanaan
Pada penderita yang mengalami serangan sianosis maka terapi ditujukan
untukmemutus patofisiologi serangan tersebut, antara lain dengan cara :
Medika Mentosa
1. Morphine sulfat 0,1-0,2 mg/kg SC, IM atau IV untuk menekan pusat pernafasan
dan mengatasi takipneu.
2. Natrium Bikarbonat 1 Meq/kg BB IV untuk mengatasi asidosis
3. Oksigen dapat diberikan, walaupun pemberian disini tidak begitu tepat karena
permasalahan bukan karena kekurangan oksigen, tetapi karena aliran darah ke
paru menurun.
Dengan usaha di atas diharapkan anak tidak lagi takipnea, sianosis berkurang dan
anak menjadi tenang. Bila hal ini tidak terjadi dapat dilanjutkan dengan pemberian :
a. Propanolol 0,01-0,25 mg/kg IV perlahan-lahan untuk menurunkan denyut
jantung sehingga serangan dapat diatasi. Dosis total dilarutkan dengan 10 ml
cairan dalam spuit, dosis awal/bolus diberikan separohnya, bila serangan
belum teratasi sisanya diberikan perlahan dalam 5-10 menit berikutnya.
b. Berikan transfusi darah bila kadar hemoglobin kurang dari 15 g/dl, sekali
pemberian 5 ml/kgBB
c. Propanolol oral 1 mg/kg/hari dalam 4 dosis dapat digunakan untuk serangan
sianotik
7. Bila ada defisiensi zat besi segera diatasi
8. Pemberian Prostaglandin E1
untuk sianosis atau pada keadaan akut (vasodilator arteriol dan menghambat
agregasi trombosit)
9. Pemberian Vasopressor pada awal serangan atau jika terapi lain gagal
(methoxamine, phenylephrine)
Pembedahan :
Bedah Paliatif
Bedah paliatif yang biasa dilakukan adalah operasi B-T (Blalock-Taussig) Shunt yang
bertujuan meningkatkan sirkulasi pulmonal dengan menghubungkan a.subklavia
dengan a.pulmonalis yang ipsilateral.
Umumnya operasi paliatif dilakukan pada bayi kecil atau dengan hipoplasia
a.pulmonalis dan pasien yang sering mengalami sianotik. Selain BT Shunt terdapat
pula Potts Shunt, Waterston Shunt, dan Glenn Shunt. Tetapi BT Shunt merupakan
yang paling sering digunakan karena memberikan hasil yang paling baik.
Tetapi BT Shunt juga menimbulkan beberapa komplikasi walaupun angka
kejadiannya sangat kecil. Komplikasi yang mungkin terjadi antara lain : hipoplasia
pada lengan, gangren pada digitalis, cedera nervus frenikus, stenosis a.pulmonal.
Bedah Korektif
Pada bedah korektif dilakukan koreksi total yang dapat didahului atau tanpa bedah
paliatif. Bila arteri pulmonalis tidak terlalu kecil, umumnya koreksi total dilakukan
pada pasien tetralogi Fallot di bawah usia 2 tahun. ( FKUI, 2011)
ASUHAN KEPERAWATAN
Bayi Baiber, 12 bulan, BB lahir 2,4 kg, BB saat ini 7 kg, rewel, sulit makan dan minum
susu, sesak, batuk dan pilek, demam, wajah tampak kebiruan jika mengangis, akral
dingin, terdapat clubbing finger, CRT 4 detik, konjungtiva anemis, auskultasi jantung
terdapat murmur. Bayi Baiber tampak lemah, sudah bias tengkurap dan duduk sendiri,
bisa merangkak sejauh 1 meter, belum bias berdiri meskipun dibantu/berpegangan pada
sesuatu, bisa mengucapkan kata mama. Vital sign: N 135 x/menit, RR 45 x/menit, T 38,5
C. hasil Foto dada apeks jantung terangkat sehingga gambaran “sepatu”, hasil EKG
terdapat hipertropi ventrikel kanan, hasil lab: Hb 16 g/dl, Hematokrit 50%, pH 7,28,
pCO2 60 mmHg, PO2 58 mmHg.
I. Biodata
1. Identitas Klien
1. Nama/Nama panggilan : An. Baiber
2. Tempat tgl lahir/usia : Jakarta/ 12 bulan
3. Jenis kelamin : Laki-Laki
4. A g a m a : Islam
5. Pendidikan :-
6. Alamat : Jalan Sawo 13
7. Tgl masuk : 9 M ei 2 0 1 1
8. Tgl pengkajian : 9 M ei 2 0 1 1
9. Diagnosa medik : Tetralogi of Fallot
10. Rencana terapi :-
2. Identitas Orang tua
1. Ayah
a. N a m a : Bpk. Baiber
b. U s i a : 28 tahun
c. Pendidikan :S3
d. Pekerjaan/sumber penghasilan : Presiden
e. A g a m a : Islam
f. Alamat : Jakarta
2. Ibu
a. N a m a : Ny. Baiber
b. U s i a : 26 tahun
c. Pendidikan : S2
d. Pekerjaan/Sumber penghasilan: Dosen
e. Agama : Islam
f. Alamat : Jakarta
Riwayat Immunisasi
NO Jenis immunisasi Waktu pemberian Reaksi setelah pemberian
1. BCG
2. DPT (I,II,III)
3. Polio (I,II,III,IV)
4. Campak
5. Hepatitis
5. Riwayat Nutrisi
A. Pemberian ASI
1. Pertama kali disusui :
2. Cara pemberian : Setiap kali menangis , terjadwal
3. Lama pemberian tahun
B. Pemberian susu formula
1. Alasan pemberian :
2. Jumlah pemberian :
3. Cara pemberian :
1. Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai nutrisi saat ini
Usia Jenis Nutrisi Lama Pemberian
1. 0 – 4 Bulan
2. 4 – 12 Bulan
3. Saat ini
V. Riwayat Spiritual
¤ Support sistem dalam keluarga :
¤ Kegiatan keagamaan :
VI . Aktivitas Sehari-Hari
1. Nutrisi
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Selera makan Baik Sulit makan
2. Menu makan Nasi+Bubur Nasi+bubur
3. Frekuensi makan 3x 1-2x
4. Makanan pantangan
5. Pembatasan pola makan
6. Cara makan
7. Ritual saat makan
2. Cairan
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Jenis minuman Susu Susu
2. Frekuensi minum Normal Berkurang
3. Kebutuhan cairan
4. Cairan pemenuhan
3. Eliminasi (BAB&BAK)
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
BAB (Buang Air Besar ) :
1. Tempat pembuangan
1. Frekuensi (waktu)
2. Konsistensi
3. Kesulitan
4. Obat pencahar
BAK (Buang Air Kecil) :
1. Tempat pembuangan
2. Frekwensi
3. Warna dan Bau
4. Volume
5. Kesulitan
4. Istirahat tidur
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Jam tidur
- Siang
- Malam
1. Pola tidur
2. Kebiasaan sebelum tidur
3. Kesulitan tidur
5. Olah Raga
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Program olah raga
2. Jenis dan frekuensi
3. Kondisi setelah olah
raga
6. Personal Hygiene
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Mandi
- Cara
- Frekuensi
- Alat mandi
2. Cuci rambut
- Frekuensi
- Cara
3. Gunting kuku
- Frekuensi
- Cara
4. Gosok gigi
- Frekuensi
- Cara
7. Aktifitas/Mobilitas Fisik
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
Kemampuan Mobilisasi Sudah bias tengkurap&duduk Kx Nampak lemah
Fisik sendiri, merangakak sejauh 1
meter, belum bisa berdiri,
bisa mengucapkan Mama
8. Rekreasi
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Perasaan saat sekolah
2. Waktu luang
3. Perasaan setelah
rekreasi
4. Waktu senggang klg
5. Kegiatan hari libur
Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksaan laboratorium:
- Hb : 16g/dl ( normal : 10-17 g/dl)
- Hematokrit : 50% ( normal : 29-54%)
- PH darah : 7,28 (normal: 7,35-7,45)
- pO2 : 58 mmHg (normal: 80-100mmHg)
- pCO2 : 60 mmHg (normal: 35-45mmHg)
b) EKG: adanya hipertropi ventrikel kanan
c) Radiologi : apeks jantung terangkat sehingga seperti gambaarn sepatu
CLINICAL PATHWAY
ANALISA DATA
INTERVENSI RASIONAL
x Kaji frekuensi, kedalaman dan x Manifestasi distress pernapasan tergantung
kemudahan bernapas pada/indikasi derajat keterlibatan paru dan status
kesehatan umum
x Kaji perubahan warna kulit, x Sianosis kuku menunjukkan vasokontriksi atau
membrane mukosa dan kuku respon tubuh terhadap demam/menggigil,
terhadap sianosis sianosis membrane mukosa dan kulit sekitar
mulut menunjukkan hipoksemia sistemik
x Kaji status mental x Gelisah dan rewel pada anak-anak menunjukkan
hipoksemia/ penurunan oksogenasi serebral
x Awasi suhu tubuh. Banyu x Demam tinggi meningkatkan kebutuhan
tindakan kenyamanan untuk metabolic dan kebutuhan oksigen
menurunkan demam dengan
kompres dingin
x Posisikan untuk menjaga agar x Karena anak menderita penyakit kritis tidak
jalan napas tetap terbuka dapat mempertahankan jalan napas yang
adekuat
KOLABORASI
x Pantau dengan ketat TTV, x Untuk mengkaji kemanjuran terapi
GDA,CRT, pucat dan sianosis
x Berikan terapi oksigen sesuai x Menjaga PaO2 tetap ada diantara 80-100 mmHg
indikasi
INTERVENSI RASIONAL
x Kaji frekuensi nadi, RR, TD secara x Memonitor adanya perubahan sirkulasi jantung
teratur setiap 4 jam. sedini mungkin.
x Catat bunyi jantung. x Mengetahui adanya perubahan irama jantung.
x Kaji perubahan warna kulit x Pucat menunjukkan adanya penurunan perfusi
terhadap sianosis dan pucat. perifer terhadap tidak adekuatnya curah jantung.
Sianosis terjadi sebagai akibat adanya obstruksi
aliran darah pada ventrikel.
x Pantau intake dan output setiap x Ginjal berespon untuk menurunkan curah jantung
24 jam. dengan menahan produksi cairan dan natrium.
x Berikan periode istirahat yang x Istirahat yang memadai dan tidur diperlukan
sering dan periode tidur tanpa untuk memperbaiki efisiensi kontraksi jantung
gangguan. dan menurunkan komsumsi O2 dan kerja
berlebihan
x Hindari suhu lingkungan dan x Hipertermi dapat meningkatkan kebutuhan O2
tubuh yang ekstrem dengan dan kompres dingin dapat menurunkan suhu
pemberian kompres dingin tubuh
3. Ketidakseimbangan nutrisi : Kurang dari Kebutuhan Tubuh b.d factor biologis akibat
Tujuan : dalam 7 x 24 jam setelah dilakukan intervensi, makan dan minum dengan
adekuat dan berat badan beranjak meningkat menuju BB normal
Kriteria Hasil:
- Bayi menunjukkan penambahan BB sesuai dengan umur
12:2+4 = 10kg
- Peningkatan toleransi makan dan minum susu
-Anak dapat menghabiskan porsi makan yang disediakan
-Hasil lab tidak menunjukkan tanda malnutrisi. Albumin,Hb
-Mual muntah tidak ada
INTERVENSI RASIONAL
x Kaji intake dan output secara x Anak dengan gangguan TOF cenderung nafsu
akurat. makan menurun akibat tubuh lemah
x Berikan makan sedikit tapi sering x Makan sedikit dgn frekuensi sering mengurangi
untuk mengurangi kelemahan jamlah oksigen yang dibutuhkan untuk makan.
disesuaikan dengan aktivitas Terapi bermain saat makan juga menbuat kx lebih
selama makan ( menggunakan rileks
terapi bermain)
x Berikan perawatan mulut untuk x Keadaan mulut dan lidah yang bersih
meningkatkan nafsu makan anak meningkatkan rasa makanan dalam lidah,
sehingga meningkatakan nafsu makan
x Berikan posisi jongkok bila terjadi x Meningkatkan resistensi pembuluh darah sistemik
sianosis pada saat makan karena arteri femoralis yang terlipat. Hal ini akan
meningkatkan right to left shunt dan membawa
lebih banyak darah dari ventrikel kanan ke dalam
paru-paru
x Gunakan dot yang lembut bagi x Dot yang lembut memudahkan bayi untuk
bayi dan berikan waktu istirahat di menghisap susu dari botol, dan adanya waktu
sela makan istirahat mengurangi energy yang digunakan
untuk makan
x Berikan formula yang x Kalori tinggi memberika energy yang lebih untuk
mangandung kalori tinggi yang membuat klien lebih segar dalam beraktivitas
sesuaikan dengan kebutuhan
4. Keterlambatan Pertumbuhan dan Perkembangan b.d efek ketidakberdayaan fisik