Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
8
Sistem Televisi
(2)
Sistem Televisi pada dasarnya terbagi menjadi dua bagian besar, yaitu, sisi penghasil
sinyal yang disebut sebagai sisi Studio, dan sisi penyaluran yang disebut sebagai sisi
Transmisi. Sisi Studio sudah diuraikan pada Modul-7 sebelumnya yang meliputi serang-
kaian peralatan yang terdiri dari kamera-elektronik, mixer video, master switching yang
biasa disebut dengan master-control. Output master-control inilah yang menjadi inputan
sisi Transmisi.
Sisi Transmisi berfungsi utama menyalurkan siaran televisi sampai kepada pemirsa di
rumah-rumah. Bentuk peralatan transmisi utamanya adalah satu pemancar televisi yang
bekerja pada pita frekuensi VHF (very high frequency) ataupun UHF (ultra high fre-
quency). Pengudaraan sinyal televisi tersebut akan menempati spektrum RF seperti di-
tunjukkan pada ilustrasi yang digambarkan kembali pada Gbr-1.
V i s i o n c a r r i e r
( A M - V S B ) , 0 d B
S o u n d c a r r i e r
( F M , - 1 0 d B )
M H z
- 1 . 2 5 0 + 4 . 4 3+ 5 . 5
L S B U S B
7 M H z
Pemancar televisi, karena bekerja dengan frekuensi VHF dan UHF, maka jangkauannya
dibatasi dengan line of sight (LoS) disamping daya pemancarnya sendiri. Oleh karena
itu, untuk menjangkau area layanan yang lebih jauh dari jarak LoS tersebut, maka di-
perlukan pemancar pengulang yang dikenal dengan nama pemancar transposer atau
translator. Alternatif sistem transposer adalah sistem microwave-link yang akan
menya-lurkan siaran televisi sejauh yang dibutuhkan, misalnya dari ujung barat Pulau
Jawa sampai ujung timur-nya. Selanjutnya, bila siaran tersebut akan dikirimkan antar
pulau yang sudah tidak lagi terjangkau dengan sistem LoS, maka digunakan sistem
satelit untuk menjangkaunya. Ini diterapkan misalnya pada siaran televisi di Indonesia.
Ilustrasi di atas menunjukkan satu SNG (satellite news gathering) van, yang digunakan
untuk satu liputan berita pada satu lokasi yang berjauhan dengan stasiun penyiarannya.
Liputan berita akan dikirimkan (uplink) ke satelit menuju stasiun penyiarannya (down-
link). Dari stasiun penyiaran inilah siaran liputan itu dipancarkan biasa (VHF/UHF) ke
pemirsa di rumah.
Terdapat dua sistem pemancar televisi yang pernah didesain dan dioperasikan di dunia,
yaitu, jenis high-level modulation dan jenis low-level modulation. Tetapi jenis high-level
modulation sekarang sudah tidak dioperasikan lagi. Pemancar modern sekarang ini
menggunakan sistem yang kedua, yaitu low-level modulation yang disebut juga sebagai
IF-modulation.
Disebut sebagai IF-modulation, karena memang proses modulasi dilakukan pada fre-
kuensi IF masing-masing sinyal, vision dan sound, yaitu, 38,9 MHz untuk sinyal vision,
dan 33,4 MHz untuk sinyal sound. Kedua sinyal carrier tersebut berjarak 5,5 MHz. Ke-
dua carrier itu akan tetap berjarak 5,5 MHz pada frekuensi kanal seperti nampak pada
Gbr-1. Akibat dari proses superheterodyne, maka frekuensi carrier vision menjadi lebih
kecil daripada carrier sinyal sound.
Jarak 5,5 MHz tersebut tetap dapat dipertahankan karena memang berasal dari satu
sistem osilator, yaitu osilator kristal yang bekerja pada frekuensi 38,9 MHz dan satu lagi
osilator kristal yang bekerja pada frekuensi 5,5 MHz. Kristal ditempatkan pada ruang
yang terkontrol suhunya. Frekuensi 33,4 MHz dihasilkan dengan proses superhetero-
dyne juga seperti ditunjukkan pada Gbr-2.
O s i l a t o r 3 8 , 9 M H z
k r i s t a l
3 8 , 9 M H z
o v e n y g
t e r k o n t r o l
s u h u n y a M i x e r 3 3 , 4 M H z
O s i l a t o r
k r i s t a l
5 , 5 M H z
S u m b e r
S i n y a l PV 1 P V 2
V i d e o
D i p l e x e r
S u m b e r
S i n y a l PA 1
A u d i o
d u m m y l o a d
U - l i n k
Ditunjukkan pada Gbr-3, bahwa sistem pemancar tersebut mempunyai jalur pengo-
lahan yang terpisah antara sinyal vision dan sinyal sound, mulai dari proses modu-
lasi sampai penguatan dayanya. Terlihat pada jalur vision atau video, terdapat pe-
nguat PV1 dan PV2, sementara jalur sinyal sound atau audio terdapat penguat PA1.
Perbedaan level sinyal video dan audio akhirnya, diatur secara standar sebesar 10 : 1
atau 10 dB. Level sinyal video 10 dB di atas sinyal audio. Level kedua sinyal terse-
but masing-masing dihasilkan oleh blok PV2 dan PA1. Kedua sinyal termodulasi itu
kemudian dipancarkan melalui satu sistem combiner atau biasa disebut sebagai
diplexer. Fungsi diplexer sendiri adalah sistem yang memungkinkan kedua peman-
car, video dan audio, menggunakan sistem antena yang sama atau sharing. Prinsip
kerja sistem diplexer adalah menggunakan prinsip rangkaian jembatan seperti ditun-
jukkan pada Gbr-4(a), sehingga daya masing-masing sinyal tersebut tidak saling
masuk ke jalur pasangannya, yaitu sinyal video tidak masuk ke penguat sinyal audio
dan sebaliknya.
Pada Gbr-4(a) menunjukkan, bahwa antena diletakkan pada lengan sebelah kanan,
sementara masing-masing pemancar video dan audio berada pada titik setimbang-
nya. Sedang pada Gbr-4(b) menunjukkan penerapannya, dimana north-south bays
dan east-west bays adalah elemen sistem antena yang memanjang ke arah utara-
selatan dan barat-timur. Dengan pengaturan arah elemen antena itu, maka sistem an-
tenanya akan mempunyai pola radiasi
omnidirectional. Dalam hal ini, sistem
antena yang digunakan adalah sistem
cross dipoles yang digelar horizontal
seperti ditun-jukkan pada Gbr-5.
Nampak pada Gbr-3, bahwa instalasi sistem pemancar pada umumnya selalu dileng-
kapi satu sistem identik sebagai sistem cadangan atau disebut sebagai redundant
system. Sistem cadangan tersebut dalam posisi standby dengan bebannya sebuah
dummy-load. Sistem utama maupun sistem standby disambungkan ke beban melalui
sistem switch yang disebut sebagai u-link. Seandainya, sistem utama harus diistira-
hatkan karena akan dilakukan perbaikan atau penggantian suku cadang, maka sistem
Pada dasarnya sistem instalasi yang diterapkan sama dengan sistem high-level mo-
dulation, yaitu dengan menggunakan redundant-system. Diagram blok selengkapnya
ditunjukkan pada Gbr-6.
S mu b e r P 1/ 2
S
i n y a l P 2
Vi d e o C o m
M o d u l aP 1 t o r D i v P
S u m b e r 3
S i n y a l P 2
A u d i o P 1/ 2
d u m m y l o a d
U - l i n k
Pada sistem IF modulation ini, modulasi dilakukan pada carrier sebesar frekuensi IF
masing-masing dengan jenis modulasi yang sesuai, yaitu sinyal video secara AM
vestigial sideband, sedang sinyal audio secara FM. Level kedua sinyal termodulasi
itu sesuai perbandingan di atas, yaitu 10 : 1. Output modulator yang berupa sinyal
composite itu dikuatkan sampai level P1. Pada outputnya sinyal dibagi menjadi dua
yang masing-masing P1/2 oleh unit divider. Kemudian masing-masing dikuatkan de-
ngan penguat identik yang outputnya kemudian dijumlahkan kembali oleh unit com-
biner, sehingga diperoleh level daya yang diperlukan, P3.
Pada sistem IF modulation ini tidak diperlukan lagi diplexer pada output menuju
sistem antena, karena kedua sinyal termodulasi itu sudah disatukan pada level IF-
nya. Fungsi u-link dan proses pergantian yang dilakukan antara pemancar-utama dan
sistem standby, sama seperti pada sistem high-level modulation.
8.2. Transposer
Nama lain dari transposer adalah translator, yaitu satu sistem pemancar ulang untuk
meneruskan siaran televisi pada jarak yang lebih jauh dari jangkauan transmiter induk-
nya. Instalasi pada umumnya juga menggunakan sistem redundan seperti ditunjukkan
pada Gbr-6.
R a n g k a A i a t nt e n u a Pt o e rn g u a Mt i x e r P1 e n g u a t L I Fi n e a r I F - A G CM i x e r 2 P A
T u n i n g R F C o r r e c t i o n
L o c a l L o c a l
O s c i l l a t o r O s c i l l a t o r
d u m m y l o a d
U - l i n k
Dengan sistem transposer, siaran televisi on-air yang berasal dari pemancar induknya,
ditangkap secara biasa dengan menggunakan antena penerima VHF atau UHF. Untuk
pengaturan level yang tepat, sinyal dilewatkan blok Attenuator walaupun kemudian di-
kuatkan kembali oleh blok Penguat RF sebelum diturunkan frekuensinya (translasi fre-
kuensi) menjadi IF melalui proses superheterodyne. Proses superheterodyne dilakukan
pada blok Mixer-1 dengan Local Oscillatornya. Output Mixer adalah sinyal dengan fre-
kuensi IF yang dikuatkan kemudian oleh blok Penguat IF. Setelah dikoreksi linieritas
sinyalnya oleh blok Linear Correction, level sinyal IF mendapat pengaturan secara oto-
matis melalui blok IF-AGC yang mendapat input dari umpan balik daya pancaran yang
diteruskan ke antena. Dengan sistem umpan balik ini, maka daya pancar yang kemudian
EIRP (effective isotropic radiated power) tarnsposer terjaga konstan.
Kanal sama (co-channel) jelas akan berakibat interferensi. Sedang perbedaan hanya satu
kanal, maka terdapat kemungkinan terjadi tumpang tindih sebagian spektrum bagian
pinggir masing-masing kanal bersangkutan. Sementara beda lima kanal, akan menjadi
sebab dihasilkannya spektrum frekuensi yang berada pada frekuensi IF yang akan
meng-ganggu hasil deteksi sinyal audio.
8.3. Microwave-link
d a r i h o p
s e b e l u m n y a
d
d d
L o k a s i
H o p M ic r o w a v e
L o k a s i S t a s iu n P e n y ia r a n
Lokasi hop microwave umumnya di daerah perbukitan dengan jalur LoS satu sama lain.
Dengan sistem microwave-link ini dapat dihubungkan lokasi dari ujung barat P. Jawa
sampai ujung timur pulau. Sistem microwave bekerja dengan frekuensi antara 7 ~ 13
GHz yang mempunyai daya sekitar 700 miliwatt.
Bentuk portable sistem microwave ditunjukkan pada ilustrasi Modul-1 di depan, yang
digunakan pada liputan olahraga di stadion olahraga atau peristiwa kenegaraan. Sistem
portable tersebut dinamakan FPU (field pickup unit) yang diinstal di lokasi liputan, se-
dang pasangannya diinstal di lokasi stasiun penyiaran dengan hubungan LoS. Konfi-
gurasi sistem FPU dapat berbentuk transmitter dan receiver yang menggunakan satu
antena parabola. Diagram blok kedua bagian FPU tersebut ditunjukkan pada Gbr-8.
O u t p u t R F ,
M o d u l a t o r F i l t e r & 5 0 0 m W
V i d e o P e n g u a t M o d . I F - F M
K a n a l P e n g u a t
1 v po p, l t 7 5 o h m V i d e o 7 0 M H z
( M i x e r ) A k h i r
A u x . I n p u t
K a n a l - 2 A u d i o
K a n a l - 1 A u d i oM o d . F M O s c . K a n a l
+ 9 d B m , 6 0 0 o hA m u d i o 7 , 1 - 8 , 7 G H z
( a )
G r o u p
I n p u t S H F S w i t c h a b l e
d a r i p a r a b o l a F i l t e r
M i x e r P e n g u a t I F P r o p a g a t i o n
D e l a y E q l .
V i d e o
c o u p l e s w i t c h 1 v po p, l t 7 5 o h m
P e n g o l a h
O s c . L o k a l D e m o d . F M
V i d e o
7 , 1 - 8 , 7 G H z
K a n a l - 1 A u d i o
+ 1 5 d B m , 5 0 o h m
D e m o d . F M S e p a r a t o r
A u d i o ( F i l t e r )
K a n a l - 2 A u d i o
( F M )
A u x . I n p u t
( F M )
( b )
Gbr-8 Diagram blok sistem FPU
(a) unit transmitter, (b) unit receiver
Terlihat pada Gbr-8, bahwa sistem FPU mempunyai 1 kanal video dengan level 1 volt
peak-to-peak pada impedansi 75 Ω, dan 3 kanal audio. Tiga kanal audio masing-masing
untuk kanal program (suara reporter), kanal cadangan yang juga berkualitas program,
dan 1 kanal lagi untuk komunikasi dalam koordinasi antara dua lokasi (lokasi liputan
dan lokasi stasiun penyiaran).
____________________________________________________________
Daftar Kepustakaan
1. Glasford, Glenn M.; Fundamentals of Television Engineering, TATA
McGraw-Hill Publishing Company, New Delhi, 1974.