Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
1
Peningkatan asam lemak bebas ke hati meningkatan produksi VLDL. Dengan kondisi
fisiologi, insulin menghambat sekresi VLDL ke dalam sirkulasi sistemik. Dalam pengaturan
resistensi insulin, peningkatan asam lemak bebas ke hati dan hati meningkatkan
pembentukan trigliseride. Jadi, hipertrigliseridemia adalah refleksi dari resistensi insulin dan
satu dari kriteria penting metabolik sindrom.
4. Intoleransi glukosa
Kerusakan metabolisme glukosa oleh insulin meliputi keagalan untuk menekan
glukoneogenesis di hati dan menjadi sarana pengambilan glukosa oleh jaringan sensitif
insulin. Untuk mengimbangi kerusakan oleh insulin, sekresi insulin harus ditingkatkan untuk
mencegah euglicemia. Jika penyeimbangan ini gagal, kerusakan sekresi insulin dan
hiperglikemia akan terjadi. Meskipun asam lemak bebas dapat merangsang sekresi insulin,
paparan yang berkepanjangan dapat menyebabkan kelebihan asam lemak bebas yang
menyebabkan kegagalan sekresi insulin.
5. Hipertensi
Hubungan antara resistensi insulin dan hipertensi sudah ditetapkan meskipun ada
beberapa mekanisme yang diajukan. Yang pertama, insulin sebagai vasodilasator ketika
diberika intravena pada orang normal, dengan efek sekunder pada reabsorbsi sodium oleh
ginjal. Keadaan resistensi insulin, efek vasodilasator pada insulin bisa jadi menghilang, akan
tetapi fungsi ginjal pada reabsrobsi sodium tetap dipertahankan. Asam lemak itu sendiri
dapat memediasi vasokonstriksi. Hiperinsulinemia dapat menyebabkan pada peningkatan
aktivitas sistem saraf dan menyebabkan terjadinya hipertensi (Handelsman, 2009).
2
a. Hati : Peningkatan jumlah asam lemak bebas dalam darah dapat merangsang hati untuk
melakukan glukoneogenesis. Hal ini tidak selalu menyebabkan terjadinya peningkatan
produksi produksi glukosa hepatik sebab masih dapat diimbangi oleh peningkatan
sekresi insulin yang menurunkan glikogenolisis. Diabetes yang tidak terkontrol, obesitas
dan jaringan lemak intraabdominal merupakan faktor pendorong kuat penyebab
peningkatan aktifitas glukoneogenesis.
b. Otot Skelet : Otot skelet adalah tempat penimbunan glukosa terbesar sehingga bisa
dikatakan merupakan determinan utama terjadinya resistensi insulin dengan
menurunkan oksidasi glukosa dan sintesis glikogen. Ketidakmampuan otot skelet secara
relatif untuk memetabolisme glukosa ataupun oksidasi lemak bisa merupakan
patogenesis terjadinya resistensi insulin.
c. Pankreas : Pemaparan sel beta pankreas dengan asam lemak bebas dapat menyebabkan
kerusakan pada sel beta. Pemaparan akut asam lemak bebas pada pankreas
menyebabkan peningkatan sekresi insulin. Jika pemaparan berlangsung kronik maka
dapat menyebabkan gangguan pada sekresi insulin. Defek sekresi insulin ditandai dengan
hilangnya sensitifitas sel beta terhadap glukosa plasma yang melebihi normal.
Resistensi insulin pada orang yang mengalami obesitas sentral sangat mungkin
disebabkan oleh efek lipotoksisitas dari asam lemak bebas, gluukotoksisitas dari hiperglikemi
kronik ataupun reaksi inflamasi yang dicetuskan oleh sitokin-sitokin sel lemak. Selain itu
aktifitas lipolisis yang diinduksi sistem saraf simpatik dan kerja hormon insulin juga turut
berperan dalam menggangu sensitifitas insulin dalam tubuh (Nurtanio, 2007).
3
2. Secondary intervention. Pada golongan yang jika merubah gaya hidup masih belum
cukup untuk mengurangi risiko penyakit jantung dan diabetes, pemberian obat dapat
diberikan untuk mengatasi sindroma metabolik. Pemberian obat harus mendasari
mekanisme yang terjadi, apakah karena aterogenic dislipidemi, atau kenaikan tekanan
darah, atau resistensi insulin dan hiperglikemia (IDF, 2006).
4
terjadi pada sel endotel arteri maka akan mengakibatkan terjadinya ateriosklerosis (Santoso,
2005).
5
Olahraga untuk penyakit jantung
Olahraga dibagi menjadi 2 tipe, aerobik dan anaerobik. Olahraga aerobik adalah
olahraga yang dilakukan secara terus menerus dimana kebutuhan oksigen masih dapat
dipenuhi oleh tubuh. Sedangkan olahraga anaerobik adalah olahraga yang kebuthan oksigen
tidak sepenuhnya dapat dipenuhi oleh tubuh. Olahraga aerobik dibagi mejadi 3 yaitu
1. Tipe 1. Olahraga dengan naik turunnya denyut nadi yang relatif stabil. Contoh : jalam,
joging, lari kecil dan bersepeda.
2. Tipe 2. Olahraga dengan naik turunnya secara bertahap. Contohnya senam, renang, dansa
3. Tipe 3. Olahraga dengan naim turunyya nadi secara mendadak, umumnya dalam bentuk
permainan. Contoh : sepak bola, basket, voli, tenis lapangan, tenis meja.
Bagi orang yang memiliki risiko penyakit seperti jantung tidak dianjurkan melakukan
olahraga aerobik tipe 3 dan olahraga anaerobik. Akan tetapi masih boleh melakukan olahraga
aerobik tipe 1 dan sedikit dari aerobik tipe 2. Sedangkan pada penderita obesitas, tidak
dianjurkan melakukan olahraga lari karena akan menimbulkan cedera pada lutut dan
persendian (PKOP, 2006).
6
Daftar pustaka
Achmad, Tri Hnaggono. 2004. Metaboic Syndroem and Diabetic Vascular Disease. Bagian
Biokimia Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran
Djohan, Bahri Anwar. 2004. Patafisiologi dan Penatalaksanaan Penyakit Jantung Koroner. e-
USU Repository 2004 Universitas Sumatera Utara
Fitriani. 2007. Analisis Faktor Risiko Kejadian Penyakit Jantung Koroner di Rumah Sakit Dr.
Wahidin Sudirohusodo Makassar. Makassar : Program Pasca Sarjana Universitas
Hassanuddin
Handelsman, Yehuda. 2009. Metabolic Syndrome Pathophysiology and Clinical Presentation.
Toxicologic Pathology, 37:18-20,2009
Hull, A. 1996. Heart Disease, Hipertension and Nutrition. Health Media of America, Inc.
IDF. 2006. The IDF Consensus Worlwide Definition of The Metabolic Syndrome. International
Diabetes Federation Belgia
Meletis, Chris D. and Jason Barker. 2003. Natural Treatments for Metabolic Syndrome, Using
Nutraceutical to Thwart a Deadly Trend. Alternative and Complementary Therapies-
December 2003
Nurtanio, Natasha dan Wangko, Sunny. 2007. Resistensi Insulin pada Obesitas Sentral. BIK
Biomed., Vol.3, No.3. Juli-September 2007
Pedoman Kesehatan Olahraga di Puskesmas tahun 2006
Santoso, M. 2008. Penyakit Jantung Koroner. SMF Penyakit Dalam RSUD Koja Departemen
Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Ukrida Jakarta
Taufik, Maulana. 2008. Cardivascular System, Penyakit Jantung Koroner. Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara