Вы находитесь на странице: 1из 47

BAB I

KASUS KARSINOMA KOLON

I. IDENTITAS PASIEN

Nama Lengkap : Ny E
Tempat / Tanggal Lahir : Depok / 22 Agustus 1978
Alamat :Jl Haji Sa’a, Desa Serua, RT01, RW01,
Sawangan, Depok, Jakarta Selatan
Jenis Kelamin :Perempuan
Suku Bangsa : Betawi
Agama : Islam
Status Perkahwinan : Menikah dengan dua anak
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Pendidikan : SD
No Rekam Medis : 965240
Ruangan : Teratai 423
Tanggal MRS : Datang ke poli Bedah pada tanggal 28 Desember
2009
Dirawat di RS pada tanggal 8 Januari 2010

II. ANAMNESIS

Di ambil dari auto tanggal 15 Januari 2010, jam 1115 pagi, di kamar
423 Gedung Teratai Selatan

1
a) Keluhan Utama

Os datang dengan keluhan sulit buang air besar dengan


kadang- kadang mencret sejak 1 tahun yang lalu.

b) Keluhan Tambahan

Nyeri perut yang bersifat tajam dan hilang timbul sepanjang hari

c) Riwayat Penyakit Sekarang

Sejak 1 tahun yang lalu, os datang dengan keluhan sulit BAB,


konsistensi keras, berwarna hitam, berlendir, bercampur darah
berwarna merah disertai bekuan darah berwarna hitam, frekwensi BAB
lebih 5 kali sehari, disertai nyeri saat buang air besar serta kadang-
kadang mencret. Pasien mengeluh nyeri perut sepanjang hari, cepat
letih saat melakukan aktivitas harian, hilang selera makan dan perut
kembung. Pasien mengatakan bahawa sejak 1 tahun yang lalu, berat
badannya menurun dari 47 kg ke 41 kg sekarang. Mual dan muntah
disangkal. Buang air kecil dengan frekwensi 3 hingga 4 kali sehari,
lancar, berwarna jernih, tidak berdarah, tidak nyeri saat berkemih dan
tidak perlu mengedan.

2
d) Riwayat Penyakit Dahulu

Os tidak alergi terhadap obat-obatan dan makanan. Pasien


tidak mempunyai riwayat darah tinggi, diabetes, maag, sakit jantung
dan asma. Os pernah menderita cacar dan campak waktu kecil, tidak
pernah dioperasi dan tidak ada kontak dengan racun atau bahan
berbahaya.

e) Riwayat Keluarga

Tiada riwayat diabetes, darah tinggi, penyakit jantung, asma


dan kanker dalam keluarga.

f) Riwayat Pribadi dan Kebiasaan

Os adalah anak pertama dari dua bersaudara. Dilahirkan di


rumah sakit dengan dibantu bidan. Dia sudah menikah dengan dua
anak. Os tidak minum alkohol, tidak mengambil obat-obatan terlarang
dan tidak mengalami masalah tidur. Pasien mendapat imunisasi yang
lengkap. Pola makannya baik dengan makan 3 kali sehari, makanan
yang bervariasi seperti nasi, telur dan tempe. Pasien mengatakan dia
kurang makan buah-buahan, susu dan sayuran, Pasien jarang stress.
Dia jarang olahraga dan tidak merokok. Pasien tidak mempunyai
kesulitan dalam keuangan, pekerjaan dan keluarga.

3
III. PEMERIKSAAN FISIK

a) Pemeriksaan umum

Tinggi badan : 150 cm

Berat Badan : 41 kg

Tekanan darah : 110/ 70 mm Hg

Nadi : 80 kali/ menit

Suhu : 35,8 o C

Pernapasan : 20 kali/menit

Keadaan gizi : Kurang

Kesadaran : Compos Mentis

Sianosis : Tidak didapati

Udema umum : Tidak didapati

Habitus : Astenikus

Cara berjalan : Normal

Mobilisasi : Normal

Umur menurut perkiraan: Sesuai dengan umur sebenar

4
b) Aspek Kejiwaan

Tingkah laku : Wajar

Alam perasaan : Biasa

Proses pikir : Wajar

c) Kulit

Warna : Cerah

Jaringan Parut : Tidak didapati

Effloresensi : Tidak didapati

Pigmentasi : Tidak didapatii

Rambut : Distribusi rambut merata, tiada yang rontok

Suhu : Teraba hangat

Keringat : Tidak didapati

Turgor : Baik

Ikterik : Tidak didapati

Edema : Tidak didapati

d) Kelenjar Getah Bening

Tidak didapati pembesaran kelenjar getah bening submandibula,


supraklavikular, leher, ketiak dan lipat paha

5
e) Kepala

Ukuran : Normocephali

Ekspresi wajah : Tenang

Rambut : Berwarna hitam, distribusi cukup

Simetri muka : Simetri, tidak ada deformitas

Hidung : Tidak deviasi, mimisan dan sekret

f) Mata

Kelopak : Tidak bengkak, tidak ptosis dan radang

Lensa : Jernih, tidak keruh, tiada selaput

Konjungtiva : Anemis kiri dan kanan, tiada peradangan

Sklera : Berwarna putih, tiada peradangan, tidak

ikterik, tiada selaput

Visus : Baik, tidak memakai kaca mata

Lapangan penglihatan : Baik

Tekanan Bola Mata : Normal/ palpasi

Nystagmus : Tidak didapati

6
g) Telinga

Tuli : Tidak didapati

Serumen : Tidak didapati

Cairan : Tidak didapati

Penyumbatan : Tidak didapati

Perdarahan : Tidak didapati

h) Mulut

Bibir : Pucat, tidak sianosis

Langit-langit : Normal, warna merah muda, tiada selaput

dan tidak hiperemis

Gigi geligi : Kebersihan mulut sedang

Faring : Tenang, warna merah muda, tiada

peradangan, sekret dan selaput

Lidah : Saiz normal, warna merah pucat, tidak

kotor, tiada selaput

Tonsil : Tenang, warna merah, tidak membesar T1-

T1 simetris kanan kiri, Tidak berselaput,

tiada sekret atau darah di sekitarnya

7
Bau pernapasan : Tidak didapati

Trismus : Tidak didapati

Selaput lendir : Tidak didapati

i) Leher

JVP : 5-2 cm H2O

Kelenjar tiroid : Tidak membesar, tidak membenjol

Kelenjar limfe : Tidak membesar

j) Dada

Bentuk : Normal, oval, tidak ada kelainan bentuk,

simetris

Pembuluh darah : Tidak didapati

Buah dada : Simetris kanan dan kiri, tiada benjolan,

tiada sekret

8
k) Paru-paru

Inspeksi : gerakan dada simetris saat inspirasi dan

ekspirasi, tidak ada bagian yang tertinggal

Palpasi : Vokal fremitus simetris kanan kiri

Perkusi : Sonor di lapangan paru kanan dan

kiri, depan dan belakang

Auskultasi : Suara napas vesikuler, tidak kedengaran


wheezing, krepitasi dan ronchi

l) Jantung

Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat

Perkusi : Batas jantung berada dalam batas normal

Auskultasi : BJ 1 dan BJ 2 normal, tiada BJ tambahan, Tidak

kedengaran murmur dan gallop

m) Perut

Inspeksi : terdapat benjolan lonjong di kuadran kanan

bawah, membuncit, tidak asites, tidak kelihatan


smiling umbilicus

9
Palpasi

Hati : Hepar tidak teraba

Limpa : Limpa tidak teraba

Ginjal : Ginjal tidak teraba

Lain-lain: Tiada nyeri tekan, lemas, defans muskuler

(-)

Perkusi : Redup pada kuadran kanan bawah, timpani pada

kuadran abdomen yang lain

Auskultasi : Bising usus ( +)

Status lokalis abdomen:

terdapat benjolan sebesar 15x8x15cm di kuadran kanan bawah,


berbentuk lonjong, permukaan rata, keras, tidak dapar digerakkan,
tidak ada nyeri tekan

n) Anggota gerak

Lengan

Kulit : tidak ada petechiae, luka, teraba hangat

Otot Tonus: Baik

Massa : Tidak atrofi

10
Sendi : Bisa digerakkan, tidak nyeri, tidak
bengkak

Gerakan : Baik, tidak tremor, tidak kaku

Kekuatan :5

Tungkai dan kaki

Kulit : Tidak didapatkan luka, varices, petechiae,

hangat

Otot : Baik, tidak atrofi

Sendi ; Bisa digerakkan. tidak nyeri, tidak


bengkak

Gerakan : Baik, tidak termor, tidak kaku

Kekuatan :5

Edema : Tidak didapati

Sianosis : tidak didapati

11
IV. LABORATORIUM RUTIN

Hematologi

Hb : 8,6 g/dL

Leukosit : 8,000/uL

Eritrosit : 3,83 juta/uL

L.E.D : 110 mm

Trombosit : 622, 000/uL

VER/HER/KHER/RDW

VER : 71.8 fl

HER : 22.5 pg

KHER: 31.3 g/dl

RDW : 15. 2%

Hitung Jenis

Hitung jenis : Basofil 0%, Eosinofil 1%, Netrofil

75%, Limfosit 23%, Monosit 1%

Masa perdarahan: 1, 5 menit

Masa Pembekuan: 4,5 menit

12
Fungsi Hati

SGOT : 14 U/L

SGPT : 6 U/L

Fungsi Ginjal

Ureum: 14 mg/ dl

Creatinin: 0.4 mg/dl

Diabetes

Gula Darah Sewaktu: 108mg/dl

USG abdomen

Dirujuk dari Rumah Sakit Syarif Hidayatullah

Kesan: hepar, kandung hempedu, limpa, pancreas dan ginjal normal

Buli tampak pendesakan

Abdomen kanan bawah tampak massa dengan batas berbenjol-benjol

EKG : Normal

13
V. RINGKASAN ( RESUME)

Sejak 1 tahun yang lalu, os datang dengan keluhan BAB yang sedikit,
konsistensi keras, berwarna hitam, berlendir, bercampur darah berwarna
merah disertai bekuan darah berwarna hitam, frekwensi BAB lebih 5 kali
sehari dan disertai nyeri saat buang air besar. Pasien mengeluh nyeri perut
sepanjang hari, cepat letih saat melakukan aktivitas harian, hilang selera
makan dan perut kembung. Pasien mengatakan bahawa sejak 1 tahun yang
lalu, berat badannya menurun dari 47 kg ke 41 kg sekarang. Pasien
mengatakan dia kurang makan buah-buahan, susu dan sayuran

Pasien terlihat kurus, lemas, konjungtiva anemis, terdapat benjolan


sebesar 15x8x15cm di kuadran kanan bawah yang berbentuk lonjong,
permukaan rata, keras, tidak dapar digerakkan serta tidak ada nyeri tekan

Pada pemeriksaan lab didapati peningkatan LED dan penurunan


hemoglobin. Pada pemeriksaan USG didapati massa dengan batas
berbenjol-benjol di abdomen kanan bawah.

VI. DIAGNOSIS KERJA

Diagnosis kerja: Tumor kolon sigmoid

Dasar diagnosis:

Benjolan keras di abdomen kuadran kanan bawah, BAB yang sedikit,


konsistensi keras, berwarna hitam, berlendir, bercampur darah berwarna
merah disertai bekuan darah berwarna hitam, nyeri saat buang air
besar,nyeri perut sepanjang hari, cepat letih, konjungtiva anemis, hilang
selera makan dan perut kembung. Pasien mengatakan bahawa sejak 1 tahun

14
yang lalu, berat badannya menurun dengan drastis. Pada pemeriksaan lab
didapati peningkatan LED dan penurunan hemoglobin. Pada pemeriksaan
USG didapati massa dengan batas berbenjol-benjol di abdomen kanan
bawah.

DIAGNOSIS BANDING

Irritable Bowel Disease

Perubahan frekwensi buang air besar, BAB yang keras, berlendir dan
kadang-kadang mencret disertai nyeri perut dan kembung.

VII. PEMERIKSAAN ANJURAN

- Pemeriksaan CEA, LFT


- colonoscopy
- sigmoidoscopy
- barium enema x-ray
- CT scan
- Foto thorax

15
VIII. RENCANA PENGELOLAAN

a) Non medika mentosa


- Diet cair
- IVFD Ringer lactate: NaCl: dextrose 5% = 1:1:2 dalam 24 jam
- Pemeriksaan Hb dan Ht
- Perbaiki keadaan umum dan tanda vital sementara direncanakan
operasi
- Transfusi PRC 6x250 cc golongan darah A

b) Pembedahan
Laparotomi direncanakan Rabu 20 Januari 2010

Laporan operasi

Telah dilakukan laparotomi pada 20 Januari 2010. Dilakukan


tindakan asepsis dan antisepsis pada abdomen kanan. Insisi di
garisan umbilukus. Terlihat massa bulat berukuran 15cmx10cm di
ovarium kanan. Diputuskan untuk dilakukan histerektomi bilateral.
Ureter terlihat perlengketan dan penebalan peritoneum. Operasi
dilanjutkan oleh ahli bedah. Dilakukan pengangkatan sigmoid dan
rectum serta appendik. Dilanjutkan dengan kolostomi.

c) Medika mentosa
Anjuran untuk menjalani terapi kemoterapi dan pemberian antibiotik

16
IX. PENCEGAHAN

- Makan banyak buah-buahan dan sayuran, kurangkan makanan


berlemak dan daging merah
- Suplemen kalsium dan multivitamin
- Mengurangkan berat badan, olahraga secara regular, berhenti
merokok dan minum minuman keras
- Screening test untuk kanker dan polip saat berusia lebih dari 50 tahun
dan 45 tahun bagi pasien yang mempunyai riwayat kanker dalam
keluarga. Ini termasuk sigmoidoscopy, double contrast barium enema
setiap 5 tahun, flexible sigmoidoscopy setiap 10 tahun dan fecal occult
blood test

X. PROGNOSIS

ad vitam : dubia ad malam

Ad functionam: dubia ad malam

Ad sanationam: dubia ad malam

17
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN

Sebagian besar kasus kanker usus besar mulai sebagai adenomatosa


sel kecil dan jinak yang disebut polip. Seiring waktu beberapa polip berubah
menjadi ganas. Kanker adalah transformasi sel normal. Sel-sel yang berubah
tumbuh dan berkembang biak secara tidak normal. Apabila tidak diobati,
kanker ini tumbuh dan akhirnya menyebar melalui dinding usus besar untuk
melibatkan kelenjar getah bening yang berdekatan dan organ. Pada akhirnya,
menyebar ke organ seperti hati, paru-paru, otak, dan tulang. Sel kanker
menyerang sel sehat, jaringan, dan organ dengan mengambil oksigen
mereka, nutrisi, dan ruang. Kebanyakan kanker usus besar adenokarsinoma
yang berkembang dari lapisan kelenjar usus dinding batin. Tumor ini kadang-
kadang disebut sebagai kanker kolorektal, yang menunjukkan rektum turut
terkena. (1)

Kanker kolon adalah penyebab kematian kedua akibat kanker.


Kemungkinan mengidapnya adalah 1 dalam 17. Negara industri kecuali
Jepang mempunyai insiden tertinggi manakala Amerika Selatan dan China
mempunyai angka kejadian yang relative rendah. Afrikan Amerikan
mempunyai resiko mengidap kanker. Di Amerika, lelaki lebih banyak
mengidap kanker kolon berbanding wanita. Insiden kanker ini meningkat
dengan bertambahnya usia, mulai dari umur 50 tahun. (1) Diperkirakan
150.000 kasus baru kanker kolorektal didiagnosis dan 57.000 orang
meninggal karena penyakit ini di Amerika Serikat setiap tahun. Insiden

18
meningkat dengan usia, dari 0,39 per 1.000 orang per tahun pada usia 50-4,5
(4)
per 1.000 orang per tahun pada usia 80.

Terdapat perdebatan tentang terapi yang untuk pasien dengan kanker


kolon. Kemoterapi dianjurkan untuk stadium 0 dan setelah operasi serta
operasi untuk stadium I hingga IV. Pada stadium II, ada yang tidak
menyarankan pemberian kemoterapi pada pasien setelah operasi tetapi pada
stadium III dan IV, kemoterapi disarankan. Walau bagaimanapun, bukan
semua pasien mampu meneruskan rawatan kemoterapi setelah operasi
(7)
karena masalah biaya dan efek sampingnya.

Kemoterapi dapat memperbaiki gejala dan memperpanjang


kelangsungan hidup. Irinotecan, oxaliplatin, capecitabine, dan 5-fluorourasil
adalah tiga obat yang paling sering digunakan. Monoklonal antibodi,
termasuk cetuximab (Erbitux), panitumumab (Vectibix), dan bevacizumab
(Avastin) telah digunakan sendiri atau dikombinasikan dengan kemoterapi.
Untuk stadium IV yang telah menyebar ke hati, dilakukan perawatan secara
khusus termasuk ablasi, pemotongan luar kanker, kemoterapi atau radiasi
langsung ke hati dan pembekuan kanker (cryotherapy). (7)

Kemoterapi dengan 5-fluorourasil (5-FU) dengan levamisole dapat


mengurangkan kekambuhan sebanyak 40% dan angka kematian sebanyak
( 5)
33% setelah operasi pada pasien dengan Dukes C (stadium III)

Terapi operasi untuk kanker kolon adalah laparoscopic


proctosigmoidectomy di mana laparoskop dimasukkan melalui insisi dan
bagian kolon sigmoid dan rectum dipotong dari kolon yang sehat.
Seterusnya, kolon desenden disambung dengan sisa ujung rectum dengan
menggunakan stapel khusus dan membentuk anastomosis. Dengan teknik
ini, bekas insisi minimal. (3)

19
Bedah reseksi kolorektal primer kanker dengan tujuan kuratif
merupakan terapi pilihan pada sebagian besar pasien. Ini melibatkan reseksi
luas dari segmen usus yang terlibat dan pengangkatan KGB. Tingkat reseksi
kolon ditentukan sebagian oleh suplai vaskular kolon dan penyebaran
kelenjar getah bening regional. Rectosigmoid dan banyak lesi dapat
dihilangkan dengan reseksi anterior rendah melalui insisi perut,
dikombinasikan dengan primer anastomosis dari sisa usus. Anastomose
utama dapat dilakukan bahkan untuk lesi rektum rendah menggunakan end-
to-end sfingter stapling devices dan operasi sphingter saving. Jika 2 ujung
(4)
kolon tidak disambung kembali, kolostomi dilakukan.

20
II. ANATOMI

Kolon memanjang dari ujung ileum ke rektum. Sekum, kolon


ascending dan kolon transversum proksimal adalah bagian dari kolon
sebelah kanan. Kolon transversum distal , fleksura lienalis, kolon descending,
kolon sigmoid, dan terdiri dari rectosigmoid kolon sebelah kiri. Kolon
transversum dan kolon sigmoid bergantungan di rongga peritoneal. Dinding
usus besar memiliki empat lapisan: mukosa, submucosa, muscularis, dan
serosa. Muscularis propria yang terdiri dari lapisan sirkular dalam dan satu
lapisan longitudinal luar. Otot longitudinal usus besar mengelilingi
sepenuhnya dalam lapisan yang sangat tipis, dan di tiga titik di sekitar lingkar
itu dikumpulkan ke dalam band tebal disebut taeniae coli. Haustra adalah
hasil pemendekan usus oleh taeniae dan kontraksi otot melingkar Terdapa
lemak pelengkap pada permukaan serosal. Dinding usus besar begitu tipis
(4)
sehingga membengkak apabila terjadi obstruksi.

21
Rektum berukuran 12-15 cm. Taeniae coli yang menyebar di
persimpangan rectosigmoid. Massa tumor atau abses di lokasi ini dengan
mudah teraba pada dubur digital atau pemeriksaan panggul. Dubur biasanya
luas dan dpt dilembungkan. Pada pria, kelenjar prostat, vesikula seminalis,
dan saluran seminalis terletak di sebelah anterior rektum. Biasanya prostat
mudah dirasakan, tapi vesikula seminalis tidak teraba kecuali menggembung,
Pada rektovaginal toucher, struktur mudah teraba dengan satu jari di vagina
dan satu di anus. (4)

i) Suplai Darah dan Limfatik

Perdarahan bagi kolon kanan, dari persimpangan ileocaecal kira-kira


pertengahan kolon transversum, berasal dari arteri mesenterika superior
melalui ileocolic, kolik kanan, dan cabang tengah kolik media.
Arteri mesenterika inferior berasal dari aorta abdominalis dan bercabang
membentuk arteri kolik kiri dan cabang sigmoid sebelum menjadi arteri
hemoroidal superior. Vasa recta adalah cabang arteri terminal ke usus besar
dan masuk ke dinding atau mesocolic melalui dinding usus ke perbatasan
antimesocolic. Arteri kolikus membagi kepada dua cabang membentuk
arcade sekitar 2,5 cm dari perbatasan mesocolic usus, membentuk sebuah
jalur yang disebut marginal artery of Drummond. Arteri marginalis
membentuk anastomosis dengan arteri mesenterika superior dan inferior.
Vena bersama arteri masuk ke hati melalui vena porta atau ke dalam sirkulasi
sistemik melalui vena hipogastrika. Pleksus limfatik di lapisan submkus dan
subserous dinding usus mengalir ke saluran limfatik dan kelenjar getah
(4)
bening yang menyertai pembuluh darah.

22
III. EPIDEMIOLOGI

Kanker kolon adalah penyebab kematian kedua akibat kanker.


Kemungkinan mengidapnya adalah 1 dalam 17. Insidennya berkurang 2
peratus setahun sejak 1985 hingga 1995 tetapi baru-baru ini peratusannya
meningkat kembali. Ini menunjukkan keberhasilan deteksi awal melalui
program skrining.
Insiden kanker kolon menunjukkan variasi geografik. Negara industri
kecuali Jepang mempunyai insiden tertinggi. Manakala Negara Amerika
Selatan dan China mempunyai angka kejadian yang relative rendah. Ini
disebabkan oleh perbedaan diet antara negara berkenaan dan faktor
lingkungan (1)

Afrikan Amerikan mempunyai resiko mengidap kaknker kolon


berbanding Kaukasian tetapi perbedaannya hanya sedikit. Amerikan Indian
beresiko rendah. Di Amerika, lelaki lebih banyak mengidap kanker kolon
berbanding wanita. Insiden kanker ini meningkat dengan bertambahnya usia,
mulai dari umur 50 tahun. Ini bersangkutan dengan akumulasi mutasi somatic
(1)
dengan umur.

Di negara-negara Barat, kanker kolon dan rektum menempati posisi


kedua setelah kanker paru-paru dalam insiden dan angka kematian.
Diperkirakan 150.000 kasus baru kanker kolorektal didiagnosis dan 57.000
orang meninggal karena penyakit ini di Amerika Serikat setiap tahun. Tingkat
kematian dari kanker kolorektal di Amerika Serikat telah mulai menurun untuk
pertama kalinya, mungkin berkaitan dengan deteksi sebelumnya. Insiden
meningkat dengan usia, dari 0,39 per 1.000 orang per tahun pada usia 50-4,5
per 1.000 orang per tahun pada usia 80. Karsinoma kolon, terutama kolon
yang tepat, lebih sering terjadi pada wanita, dan karsinoma rektum lebih

23
sering terjadi pada pria. Sembilan puluh lima persen dari tumor ganas kolon
(4)
dan rektum adalah adenokarsinoma.

IV. ETIOLOGI

Tidak ada penyebab khusus untuk kanker kolon. Hampir semua


bermula dengan polip benign yang lama kelamaan akan berubah menjadi
kanker.

Faktor resiko untuk mendapat kanker kolon ialah umur yang melebihi
60 tahun. Kemungkinan menderita kanker kolon meningkat setelah umur 45
tahun dan 90 persen darinya adalah orang yang berumur lebih dari 50 tahun.
(5)

Faktor keturunan dipercaya untuk memberikan kontribusi 20-30% dari


kanker kolorektal, namun gen-gen yang bertanggung jawab untuk sebagian
besar kasus ini belum teridentifikasi. Riwayat keluarga kanker kolorektal atau
polip adenomatosa adalah salah satu faktor risiko terpenting untuk kanker
kolorektal. Resiko kanker usus besar adalah sebanding dengan jumlah dan
usia mempengaruhi tingkat pertama anggota keluarga dengan kanker usus
besar. Orang-orang dengan satu tingkat pertama anggota keluarga dengan
kanker kolorektal memiliki resiko kira-kira 2 kali dari populasi umum. Namun,
risiko relatif 3,8 kali jika anggota keluarga didiagnosis kanker pada <45 tahun,
2.2 jika didiagnosis pada usia 45-59 tahun, dan hanya 1,8 jika didiagnosis
pada> 59 tahun. Pasien dengan dua kerabat tingkat pertama memiliki empat
kali lipat atau 25-30% seumur hidup-risiko pengembangan kanker usus
besar. Tingkat pertama keluarga pasien dengan adenomas juga mengalami
peningkatan risiko untuk neoplasia kolorektal, terutama jika adenoma

24
terdeteksi sebelum usia 60 tahun. Kanker muncul pada usia dini pada pasien
dengan riwayat keluarga yang positif, meriting skrining pada usia dini. Risiko
40 tahun orang tua dengan riwayat keluarga yang positif sebanding dengan
(5)
yang berisiko rata-rata 50-tahun-orang tua.

Orang kulit hitam lebih beresiko mendapatnya berbanding orang kulit


putih. Menurut kajian epidemiologi, makanan yang tinggi lemak, rendah serat
(5)
dan daging merah dapat meningkatkan resiko kanker kolorektal.

Risiko adenokarsinoma kolon mulai naik 7-10 tahun setelah onset


penyakit pada pasien dengan ulseratif kolitis Crohn dan kolitis. Pendekatan
risiko kumulatif 5-10% setelah 20 tahun dan 20% setelah 30 tahun. (5)

Sindroma genetik tertentu meningkatkan resiko kanker kolon.


Anataranya adalah hereditary nonpolyposis colorectal cancer (HNPCC), atau
juga dikenali dengan Lynch syndrome, dan familial adenomatous polyposis
(7)
(FAP). Faktor lain ialah merokok dan konsumsi alkohol.

V. METASTASIS

Ada tiga cara yang kanker menyebar di dalam tubuh.


Tiga cara yang kanker menyebar di dalam tubuh adalah melalui jaringan,
melalui sistem getah bening dan melalui darah. Ketika sel-sel kanker
melepaskan diri dari primer tumor dan perjalanan melalui getah bening atau
darah ke tempat-tempat lain di dalam tubuh, tumor akan mengenai organ-
organ yang lain. Proses ini disebut metastasis. Metastasis sekunder adalah
jenis yang sama kanker sebagai tumor primer. Sebagai contoh, jika kanker
payudara menyebar ke tulang, sel-sel kanker di tulang sebenarnya sel-sel

25
kanker payudara. Penyakit ini metastasis kanker payudara, kanker tulang
tidak. (6)

i)Tahap I

Pada tahap I, kanker telah terbentuk dan menyebar di luar jaringan terdalam
lapisan dinding usus besar ke tengah lapisan. Tahap I kanker usus besar
kadang-kadang disebut Dukes.

ii) Tahap II

Tahap II kanker usus besar dibagi menjadi tahap tahap IIA dan IIB.

• Stadium IIA: Kanker telah menyebar di luar jaringan tengah lapisan dinding

26
usus besar atau telah menyebar ke jaringan terdekat di sekitar kolon atau
rektum.
• Stadium IIB: Kanker telah menyebar luar ke dalam dinding usus besar
organ terdekat dan / atau melalui peritoneum.

iii) Tahap III

Tahap III kanker usus besar dibagi menjadi tahap III A, III B tahap, dan tahap
III C

• Stadium IIIA: Kanker telah menyebar dari jaringan terdalam lapisan dinding
usus besar untuk lapisan tengah dan telah menyebar ke sebanyak 3 kelenjar
getah bening.

• Tahap IIIB: Kanker telah menyebar ke sebanyak 3 kelenjar getah bening di


dekatnya dan telah menyebar ke luar jaringan tengah lapisan dinding usus
besar, ke tempat jaringan di sekitar kolon atau rektum atau ke luar dinding
usus ke organ terdekat dan / atau melalui peritoneum.

• Stadium IIIC: Kanker telah menyebar ke 4 atau lebih kelenjar getah bening
di dekatnya dan telah menyebar ke luar jaringan tengah lapisan dinding usus
besar, jaringan di sekitar kolon atau rectum atau ke organ terdekat atau
melalui peritoneum.

27
iv) Tahap IV

Di tahap IV, kanker mungkin telah menyebar ke kelenjar getah bening di


dekatnya dan telah menyebar ke bagian lain dari tubuh, seperti hati atau
paru-paru. Tahap IV kanker usus besar kadang-kadang disebut Dukes D
kanker usus besar. (6)

VI. GEJALA KLINIS

Gejala menjadi lebih menonjol saat kanker stadium akhir berbanding


di stadium awal. Gejala yang biasa didapatkan ialah nyeri abdomen,
perdarahan saat buang air besar, frekwensi buang air besar yang berubah
dan penurunan berat badan. Kanker kolon dapat bermanifestasi sama ada
konstipasi atau diare. Gejala yang lain ialah anemia, mual muntah, lemas,
(5)
anoreksia dan distensi abdomen.

Gejala tergantung apada lokasi kanker, size kanker dan metastase.


Kanker kolon kiri akan menyebabkan parsial atau obtruksi usus total
berbanding kanker kolon kanan karena lumennya lebih sempit dan feses di
kolon kiri lebih keras karena air telah diserap di kolon proksimal. Obstruksi
usus parsial menyebabkan konstipasi, diare, mual, distensi abdomen dan
nyeri perut. (5)

Kanker kolon distal kadang-kadang menyebabkan perdarahan rectal


tetapi kanker proksimal. Pasien kanker kolon proksimal mengalami anemia

28
defisiensi besi yang menyebabkan cepat letih, sesak napas, lemah dan
palpitasi. Pada kanker stadium lanjut dengan metastasis, pasien mengalami
(1)
penurunan berat badan, anoreksia, kelemahan otot dan lemah.

VII. PEMERIKSAAN FISIK

Seperti halnya dengan gejala, kanker usus besar cenderung tidak


menghasilkan tanda-tanda sampai lanjutan. Anemia dari perdarahan
gastrointestinal dapat menghasilkan pucat. Anemia kekurangan zat besi
dapat menyebabkan koilonychias, glossitis dan cheilitis. Hipoalbuminemia
mungkin klinis bermanifestasi sebagai edema perifer,asites atau edema
anasarca. Bising usus yang berkurang menunjukkan obstruksi usus. . Pada
(1)
palpasi teraba sebuah massa di bagian perut bawah

VIII. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan yang digunakan untuk mengetahui apakah kanker telah


menyebar dalam usus besar atau ke bagian lain dari tubuh. Informasi yang
dikumpulkan darinya dapat menentukan tahap penyakit dan membantu
rencana perawatan.

29
i) Pemeriksaan Darah

Suatu prosedur di mana sampel darah diambil dan diperiksa untuk


diperiksa jumlah eritrosit, leukosit, platelet dan hemoglobin. Temuan
laboratorium yang bermakna jarang didapati sampai kanker sudah di stadium
lanjut. Anemia mikrositik dan kekurangan zat besi akibat kehilangan darah
yang banyak. Kelainan pada tes fungsi hati didapatkan apabila sudah
metastasis. Peningkatan serum tumor antigen glikoproteinseperti
carcinoembryonic antigen ( CEA) menunjukkan kanker stadium lanjut. CEA
dilepaskan ke dalam aliran darah dari kedua sel kanker dan sel normal.
Ketika ditemukan dalam jumlah yang lebih tinggi daripada normal, hal itu
dapat menjadi tanda kanker usus besar atau kondisi lain. (1)

ii) Faecal Occult Blood Test (FOBT)

Ia dapat mendeteksi sejumlah kecil darah dalam tinja, yang bisa


menyarankan kanker usus besar. Namun, tes ini sering negatif pada pasien
dengan kanker usus besar. Untuk alasan ini, sebuah FOBT harus dilakukan
bersama dengan kolonoskopi atau sigmoidoskopi. Juga penting untuk dicatat
(1)
bahwa FOBT positif tidak selalu berarti kanker.

FOBT adalah andalan tradisional dari skrining untuk kanker usus


besar dan polip kolon. Telah keuntungan sebagai tes skrining berbiaya
rendah, tes kesederhanaan, noninvasiveness, dan keselamatan. Ini memiliki
kelemahan sebagai tes skrining karena spesifisitas rendah. FOBT didasarkan
pada peningkatan pendarahan anus mikroskopik pada pasien dengan usus
kanker dibandingkan dengan pasien tanpa penyakit kolon. Pasien dengan
dan tanpa kanker usus besar, bagaimanapun, memiliki berbagai perdarahan

30
mikroskopis dengan cukup tumpang tindih. Sensitivitas meningkat dengan
melakukan tes pada tiga kesempatan yang berbeda karena kanker usus
besar biasanya hanya sesekali (1)

FOBT tahunan untuk orang lebih dari 50 tahun telah dianjurkan


selama beberapa tahun oleh sejumlah masyarakat dan organisasi. Pasien
harus menghindari daging merah dan makanan kaya peroksidase selama 3
hari sebelum ujian untuk mencegah hasil positif palsu, Slide harus
dikembangkan dalam waktu 4 atau 6 hari, karena rendahnya tingkat aktivitas
peroksidase dapat didegradasi oleh bakteri tinja. Tes immunolgi FOBT yang
lebih spesifik untuk hemoglobin manusia baru-baru ini telah tersedia, dan
telah menunjukkan tingkat tinggi sensitivitas dan spesifisitas untuk
(5)
mendeteksi lesi kolon dalam percobaan awal

iii) Biopsi Kelenjar Getah Bening

Pengambilan semua atau bagian dari kelenjar getah bening untuk


mengkaji sel-sel kanker. (1)

31
iv) Rontgen Thorax

Pemeriksaan rontgen thorax dilakukan untuk melihat metastase di


bagian toraks (1)

v) Kolonoskopi

Kolonoskopi dianjurkan untuk memeriksa pasien lebih dari 50 tahun


rata-rata berusia risiko kanker usus besar atau polip kolon. Kanker usus
jarang tidak dapat dideteksi pada kolonoskopi karena ia cenderung lebih
besar daripada adenomatosa polip. Kolonoskopi adalah tes yang sangat
spesifik. Pada kolonoskopi, massa dibiopsi untuk diagnosis patologis.
(1)

Kolonoskopi adalah cara paling akurat mengevaluasi mukosa kolon,


dan memungkinkan biopsi lesi. Pemeriksaan lengkap ke sekum kolon dapat
dicapai dalam lebih dari 95% pasien. Potensi ketidaknyamanan dari prosedur
agak tergantung pada operator, tetapi dalam banyak kasus prosedur dapat
dilakukan dengan nyaman intravena sederhana sedasi sadar.. Kolonokopi
adalah sekitar 12% lebih akurat daripada udara kontras barium enema,
terutama dalam mendeteksi lesi kecil seperti adenomas. Pemeriksaan ini
(5)
paling akurat dan sangat efektif.

32
vi) Fleksibel sigmoidoskopi

Fleksibel sigmoidoskopi setiap 3 sampai 5 tahun telah


direkomendasikan bersama dengan FOBT tahunan untuk skrining untuk
kanker usus besar. Ia sangat berguna pada skrining dan diagnosis kanker
usus besar. Sigmoidoskopi relatif sensitif pada kanker usus besar atau polip
kolon deteksi karena proksimal setengah dari usus besar tidak
endoscopically divisualisasikan. (1)

vii) Enema Barium

Enema barium itu disebut-sebut sebagai yang lebih murah, kurang


invasif, dan lebih aman alternatif untuk kolonoskopi. Namun, tidak sensitive
untuk mendeteksi kanker usus besar. Pada pemeriksaan ini, biopsi tidak
dapat dilakukan. (Cappal, 2005). Kontras barium enema adalah sebuah
alternatif untuk kolonoskopi. Meskipun demikian, jika kolonoskopi tidak

33
tersedia, pemeriksaan ini masih sangat akurat dalam mendeteksi karsinoma
dan lebih besar adenomas. Enema barium juga dapat efektif dalam
memvisualisasikan striktur kawasan di luar tidak dapat diakses oleh
kolonoskop. (5)

viii) CT Scan (CAT scan)

Sebuah prosedur yang membuat serangkaian gambar rinci daerah-


daerah di dalam tubuh, yang diambil dari berbagai sudut. Gambar-gambar
(6)
yang dibuat oleh komputer yang terhubung ke mesin sinar-x.

CT telah menjadi standar untuk gambar modalitas abdomen pada


pasien dengan kanker kolorektal. CT relatif sangat akurat di hati mendeteksi
metastasis. Sebagai contoh, CT adalah 85% akurat dalam sebuah studi
multicenter CT adalah jauh lebih sensitif di mendeteksi besar daripada hati
(1)
kecil lesi CT hanya cukup akurat pada T pementasan.

34
xi) MRI (Magnetic Resonance Imaging)

MRI tampaknya lebih unggul daripada CT dalam mendeteksi


metastasis hati fokus dari kanker usus besar. Hal ini lebih sensitif
dibandingkan CT, terutama untuk metastasis kecil, karena biasanya tajam
antara lesi metastasis dan hati normal di MR. Meskipun memiliki keunggulan
dibandingkan MRI CT untuk mendeteksi hepatik metastasis, CT telah
menjadi tes standar karena biaya yang lebih rendah, ketersediaan mesin
yang lebih besar, dan lebih banyak tersedia keahlian dalam gambar
interpretas. MRI secara tradisional khusus untuk mencirikan ambigu. Lesi
(1)
hepatik perut terdeteksi oleh USG atau CT.

IX. PENATALAKSANAAN
i) MEDIKAMENTOSA

Stadium 0 kanker usus besar dapat diobati dengan i. Untuk tahap I, II,
dan III kanker, pembedahan yang lebih luas diperlukan untuk menghapus
bagian dari usus besar yaitu kanker (7)

Ada beberapa perdebatan mengenai apakah pasien dengan kanker


usus besar tahap II harus menerima kemoterapi setelah operasi. Hampir
semua pasien dengan kanker kolon stadium III harus menerima kemoterapi
setelah operasi selama kurang lebih 6-8 bulan. Obat kemoterapi 5-
fluorourasil telah terbukti meningkatkan peluang penyembuhan pasien
tertentu. (7)

35
Kemoterapi juga digunakan untuk mengobati pasien dengan kanker
usus besar stadium IV untuk memperbaiki gejala dan memperpanjang
kelangsungan hidup.Irinotecan, oxaliplatin, capecitabine, dan 5-fluorourasil
adalah tiga obat yang paling sering digunakan. monoklonal antibodi,
termasuk cetuximab (Erbitux), panitumumab (Vectibix), dan bevacizumab
(7)
(Avastin) telah digunakan sendiri atau dikombinasikan dengan kemoterapi.

Untuk pasien dengan penyakit stadium IV yang telah menyebar ke


hati, berbagai perawatan diarahkan secara khusus di hati dapat digunakan.
Ini termasuk ablasi, pemotongan luar kanker, kemoterapi atau radiasi
langsung ke hati dan pembekuan kanker (cryotherapy). Meskipun terapi
radiasi kadang-kadang digunakan pada pasien dengan kanker usus besar,
biasanya digunakan dalam kombinasi dengan kemoterapi untuk penderita
kanker rektum tahap III. (7)

Kemoterapi kanker usus besar dapat dibagi menjadi kemoterapi


ajuvan dan kemoterapi lanjut. Terapi ajuvan dilakukan untuk menghalang
metastasis pada pasien yang telah menjalani operasi tetapi berisiko tinggi
untuk kambuh karena metastasis kelenjar getah bening atau prognosisnya
buruk. Kemoterapi dengan 5-fluorourasil (5-FU) dengan levamisole
dapat mengurangkan kekambuhan sebanyak 40% dan angka kematian
sebanyak 33% setelah operasi pada pasien dengan Dukes C (stadium III).
Data terakhir menunjukkan bahwa kombinasi dari 5-FU dan leucovorin lebih
unggul dalam hal kenyamanan dan kemanjuran dibandingkan dengan 5-FU
ditambah levamisole. (5)

36
Kemoterapi lanjut kanker kolorektal biasanya dikaitkan dengan
prognosis yang buruk. Fluoropyrimidines (fluorourasil dan fluorodeoxyuridine)
menghambat sintesis DNA dengan berinteraksi dengan thymidylate sintase
dan menghambat metilasi dari deoxyuridylic untuk thymidylic asam.
Fluorourasil ditambah kombinasi dosis tinggi leucovorin intra vena
(5)
(tetrahydrofolate) dengan tingkat respons hingga 50

i) OPERASI
a. Laparoscopic Proctosigmoidectomy

Insisi sekitar setengah inci di area umbilikus. Sebuah laparoskop akan


dimasukkan ke dalam perut melalui insisi ini. Gambar yang diambil oleh
laparoskop akan diproyeksikan ke monitor video ditempatkan di dekat meja

37
operasi. Setelah laparoskop berada di tempat, lima atau enam insisi kecil
dilakukan di perut. (3)

Bagian berpenyakit kolon sigmoid dan rektum harus dipotong dari


usus yang sehat. Kolon dibebaskan dari lapisan mesenterium yang juga
mengandung arteri di kiri kolon dan rektum. Arteri ini akan dipotong dan
ditutup dengan hati-hati. Kolon sigmoid dan rektum dibebaskan dari
(3)
mesenterium, dan memotong jaringan yang tidak sehat.

Akhir yang tersisa dari kolon desenden harus disambung dengan sisa
ujung rektum. Bagian itu dapat ditarik ke arah rektum. Rektum dibebaskan
(3)
dari mesenterium sehingga dapat memenuhi akhir usus besar

Insisi pada laparoskopi sangat kecil, sehingga bagian tidak sehat


harus diangkat dengan cara memperbesar salah satu insisi dan
menempatkan sebuah kantong ke dalam rongga perut. Usus yang ingin
diangkat dimasukkan ke dalam kantong dan kemudian ditarik keluar. (3)

Kolon akan disambungkan dengan menggunakan stapel khusus Ini


disebut anastomosis. Lingkaran staples untuk menghubungkan kedua ujung
kolon. Anastomosis diperiksa untuk kebocoran. Sebuah saluran juga dapat
ditempatkan di dalam abdomen untuk membantu pemulihan setelah operasi.
Saluran akan dikeluarkan setelah beberapa hari dan semua insisi akan dijahit
atau diplester. (3)

38
b. Reseksi Tumor Primer

Bedah reseksi kolorektal primer kanker dengan tujuan kuratif


merupakan terapi pilihan pada sebagian besar pasien. Ini melibatkan reseksi
luas dari segmen usus yang terlibat dan pengangkatan KGB. Tingkat reseksi
kolon ditentukan sebagian oleh suplai vaskular kolon dan penyebaran
kelenjar getah bening regional. Margin minimal sebesar 5 cm di kedua sisi
tumor diperlukan, walaupun reseksi segmental tidak selalu mungkin, karena
suplai vaskular untuk bagian-bagian dari kolon. Rectosigmoid dan banyak lesi
dubur dapat dihilangkan dengan reseksi anterior rendah melalui insisi perut,
dikombinasikan dengan primer anastomosis dari sisa usus. Anastomose
utama dapat dilakukan bahkan untuk lesi dubur rendah menggunakan end-to-
end sfingter stapling devices dan operasi sphingter saving. Jika distal margin
(biasanya paling sedikit 2 cm) tidak dapat dilakukan, tumor besar atau tumor
lokal yang menyebar luas, sebuah reseksi abdominoperineal mungkin
(4)
diperlukan untuk kanker rektum distal.

39
40
Jika dokter tidak dapat menjahit 2 ujung kolon kembali bersama-sama,
yang stoma (lubang) dibuat di luar tubuh limbah melewatinya. Prosedur ini
disebut kolostomi. Sebuah tas ditempatkan di sekitar stoma untuk
mengumpulkan sampah. Kadang-kadang diperlukan kolostomi hanya sampai
usus besar yang lebih rendah telah sembuh, dan kemudian dapat dibalikkan.
Jika perlu untuk menghapus seluruh usus besar lebih rendah,
(4)
bagaimanapun, mungkin kolostomi permanen.

c. Reseksi metastasis hati

Metastasis ke hepar dengan 10 hingga 25% dari pasien dengan


kanker kolorektal. Jika margin bedah yang memadai telah diperoleh di
reseksi dari tumor primer dan tidak ada bukti penyakit ekstrahepatik, reseksi
lesi hepatik untuk tujuan kuratif dapat dilakukan. Reseksi biasanya terbatas
pada mereka yang tidak lebih dari empat lesi hepatik, meskipun mereka
(4)
dengan metastasis bilobar, mungkin akan rekuren.

41
X. PENCEGAHAN

Tingkat kematian untuk kanker usus besar telah menurun dalam 15


tahun terakhir. Hal ini mungkin disebabkan oleh meningkatnya kesadaran
dan penyaringan oleh kolonoskopi. Kanker usus besar hampir selalu dapat
ditangkap dalam awal dan paling dapat disembuhkan bertahap dengan
kolonoskopi. Hampir semua pria dan wanita usia 50 dan lebih tua harus
memiliki screening kanker usus besar. Pasien beresiko mungkin perlu
pemeriksaan sebelumnya. Skrining kanker usus besar dapat menemukan
(7)
polip prekanker. Menghapus polip ini dapat mencegah kanker usus besar.

Modifikasi diet dan gaya hidup adalah penting. Beberapa bukti


menunjukkan bahwa rendah lemak dan diet serat tinggi dapat mengurangi
resiko kanker usus besar. Serat dapat mengurangi resiko kanker usus besar.
Usulan mekanisme termasuk mukosa menurun paparan karsinogen
intralumen disebabkan oleh merangsang usus transit, penurunan konsentrasi
karsinogen dalam tinja disebabkan oleh peningkatan bangku massal,
meningkatnya konsentrasi anticarcinogenic pendek rantai asam lemak, dan
stabilisasi insulin disebabkan oleh tertunda pati penyerapan yang mungkin
akan mempromosikan karsinogenesis kolon. Efek dari serat diet kontroversial
dengan berbagai penelitian menunjukkan efek perlindungan yang besar dan
beberapa studi menunjukkan tidak berpengaruh Terlepas dari efek pada
kanker usus besar, serat tinggi diet dianjurkan karena manfaat kesehatan
lainnya. Pasien obesitas dan makanan yang kaya lemak hewan dan daging

42
merah telah diajukan sebagai faktor risiko kanker usus besar. Itu bukti ini
tidak cukup untuk merekomendasikan penghindaran faktor-faktor ini untuk
mengurangi insiden kanker usus besar, tapi menghindari faktor-faktor ini
adalah dianjurkan karena lain, terutama kardiovaskular, manfaat kesehatan.
(6)

Beberapa studi telah melaporkan bahwa NSAID (aspirin, ibuprofen,


naproxen, celecoxib) dapat membantu mengurangi risiko kanker kolorektal.
Namun, US Preventive Services Task Force dan American Cancer Society
merekomendasikan melawan menggunakan Aspirin atau obat anti-inflamasi
untuk mencegah kanker usus besar jika memiliki riwayat keluarga dengan
kanker usus. Mengambil lebih dari 300 mg sehari aspirin dan obat-obatan
serupa dapat menyebabkan perdarahan gastrointestinal berbahaya dan
masalah jantung pada beberapa orang.Meskipun aspirin dosis rendah dapat
membantu mengurangi risiko kondisi lain, seperti penyakit jantung, itu tidak
menurunkan tingkat kanker usus besar. Pencegahan dengan aspirin dan obat
anti inflamasi non steroid (OAINS) mengurangi proliferasi selular,
memperlambat kemajuan siklus sel, dan merangsang apoptosis. Data
percobaan menunjukkan bahwa OAINS dapat mencegah atau adenomas
kolon kanker. Sebagai contoh, berbagai NSAID-induced mencegah
(7)
karsinogen usus kanker pada tikus

43
XI. PROGNOSIS

Kanker usus besar, dalam banyak kasus, penyakit bisa diobati jika
tertangkap lebih awal. Seberapa baik Anda lakukan tergantung pada banyak
hal, termasuk tahap kanker. Secara umum, ketika dirawat di tahap awal,
mayoritas pasien bertahan paling tidak 5 tahun setelah diagnosis. (Ini disebut
5 tahun survival rate.) Namun, ketahanan hidup 5 tahun sekali menilai tetes
jauh kanker telah menyebar.Jika kanker usus besar tidak kembali (kambuh)
dalam waktu 5 tahun, itu dianggap sembuh. Tahap I, II, dan III dianggap
berpotensi kanker dapat disembuhkan. Dalam kebanyakan kasus, stadium IV
(7)
kanker tidak dapat disembuhkan.

Prognosis pasien dengan kanker kolorektal berkaitan dengan stadium


kanker pada saat diagnosis Stadium kanker berhubungan dengan derajat
penetrasi dinding usus dan kelenjar getah bening atau metastasis jauh.
Dengan demikian, pasien dengan kanker stadium Dukes A, atau T1 N0 M0,
Dukes B atau T2 N0 M0 mempunyai prognosis yang baik. Penurunan tingkat
kelangsungan hidup dengan penetrasi dinding usus (Dukes B2, atau stadium
II dan keterlibatan kelenjar getah bening (Dukes C, stadium III). Jumlah
kelenjar getah bening yang terlibat juga berdampak pada prognosis. Dukes
D, atau stadium IV mempunyai prognosis buruk, dengan kelangsungan hidup
(1)
5 tahun hanya 5 % hingga 10%.

44
XII. KESIMPULAN

Kanker usus besar adalah kanker yang dimulai di kolon hingga rektum.
Beberapa orang memiliki resiko tinggi mengidap kanker usus besar, kriteria
orang dengan resiko mengidap kanker usus besar di antaranya apabila
pernah mengidap kanker di tempat lain dalam tubuh, polip kolorektal,
Crohn’s, riwayat keluarga kanker usus besar, pribadi sejarah kanker
payudara, ulcerative colitis dan sindrom genetik tertentu juga meningkatkan
risiko mengembangkan kanker usus besar

Selain itu makanan dapat memainkan peranan dalam resiko kanker


usus besar. Kanker usus besar dapat berhubungan dengan lemak tinggi,
rendah serat diet dan daging merah. Namun, beberapa studi menemukan
bahwa risiko tiak berkurang secara signifikan jika Anda beralih ke diet serat
tinggi, sehingga penyebab ini belum jelas. Merokok adalah faktor risiko lain
untuk kanker kolorektal.

Gejala yang di timbulkan antara lain adalah nyeri di perut bagian


bawah, darah pada tinja, diare, konstipasi, atau perubahan kebiasaan buang
air besar, obstruksi usus, anemia dengan penyebab tidak di ketahui dan berat
badan tanpa alasan yang diketahui

Dari anamnesa, apabila kita temukan gejala seperti di atas, kita


perkuat dengan pemeriksaan fisik yang mungkin dapat membantu jika di
temukannya benjolan pada abdomen atau teraba massa pada pemeriksaan
colok dubur. Selanjutkan dapat kita lakukan pemeriksaan penunjang lain di
antaranya dengan endoskopi yakni kolonoskopi dan sigmoidoskopi,atau
dengan pemeriksaan penunjang yang lain seperti barium enema, CT-scan
dan pemeriksaan kadar CEA sebagai monitor kanker. Berdasarkan
pemeriksaan di atas, penatalaksanaan lebih lanjut pasien dengan kanker
usus besar diantaranya dapat kita lakukan apabila kanker masih bersifat local

45
atau besifat insitu maka kita dapat lakukan reseksi jaringan, tetapi apabila
telah mencapai lapisan yang lebih dalam kita dapat lakukan reseksi dan
colostomy dengan membuat stoma. Selain terapi pembedahan, kemoterapi
dan radiasi dapat di lakukan untuk mencegah penyebaran lebih lanjut 3.

Pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan mengubah pola


makan dengan diet tinggi serat, pada beberapa penelitian kalsium dan
vitamin D

46
DAFTAR PUSTAKA

1. Cappel, M. ( 2005) The pathophysiology, clinical presentation, and


diagnosis of colon cancer and adenomatous polyps. Philadelphia:
Elsevier Saunders

2. Colorectal Cancer Center of Cedars-Sinai Hospital ( 2010) Treatments


for Sigmoid Colon Cancer . Available from www.csmc.edu/6408.html

3. Colorectal Cancer Health Centre ( 2010) Laparoscopic


Proctosigmoidectomy and Colorectal Cancer. Available from
www.webmd.com/colorectal-cancer/default.htm
4. Doherty,G & Way, L. ed ( 2006) Current Surgical Diagnosis &
Treatment 12th Edition. Chapter 30 Large Intestine. California: The
McGraw-Hill Companies, Inc
5. McPhee,S. , Papadakis, M. & Tierney, L., Current Medical Diagnosis
& Treatment 2008 47th Edition ( 2008) Oncology Colorectal Cancer.
California: The McGraw-Hill Companies, Inc
6. National Cancer Institute U.S National Intitute of Health ( 2009) Cancer
colon treatment. Available from www.cancer.org

7. Zieve, D. (2009) Colon cancer. Available from


www.nlm.nih.gov/medlineplus/colorectalcancer.html

47

Вам также может понравиться