Вы находитесь на странице: 1из 31

BAB I PENDAHULUAN A.

LATAR BELAKANG
Hipertensi merupakan salah satu penyakit system kardiovaskuler yang banyak dijumpai di masyarakat. Hipertensi bukanlah penyakit menular, namun harus senantiasa diwaspadai. Tekanan Darah tinggi atau Hipertesi dan arteriosclerosis ( pengerasan arteri ) adalah dua kondisi pokok yang mendasari banyak bentuk penyakit kardiovaskuler. Lebih jauh, tidak jarang tekanan darah tinggi juga menyebabkan gangguan ginjal.Sampai saat ini, usaha-usaha baik mencegah maupun mengobati penyakit hipertensi belum berhasil sepenuhnya, karena adanya factor-faktor penghambat seperti kurang pengetahuan tentang hipertensi (pengertian, tanda dan gejala, sebab akibat, komplikasi ) dan juga perawatannya. Saat ini, angka kematian karena hipertensi di Indonesia sangat tinggi. Jumlah penderita hipertensi di seluruh dunia diperkirakan 972 juta jiwa atau setara dengan 26,4 persen populasi orang dewasa. Angka prevalensi hipertensi di Indonesia berdasarkan riskesdas (riset kesehatan dasar) 2007 mencapai 30 persen dari populasi. Dari jumlah itu, 60 persen penderita hipertensi berakhir pada stroke. Sedangkan sisanya pada jantung, gagal ginjal, dan kebutaan. Sementara di dunia Barat, hipertensi justru banyak menimbulkan gagal ginjal, oleh karena perlu di galakkan pada masyarakat mengenai pengobatan dan perawatan Hipertensi. Data survey dari Tim Kesehatan Pada tanggal 24 Januari 2005 jumlah pasien 5 rumah sakit di Kota Banda Aceh Menunjukkan Tingkat Penderita Hipertensi Mencapai 3%. Sisanya ISPA 30%, Gatal-gatal 25%, Nyeri

lambung 12%, Kejiwaan 10%, Luka-luka 9%, Malaria 5%, Diare 3%, Radang paru-paru 1%, Sakit kepala 1%, Penyakit lain 1 %. Diharapkan dengan di buatnya Asuhan Keperawatan keluarga resiko tinggi hipertensi ini dapat mengurangi angka kesakitan dan kematian karena hipertensi dalam masyarakat khususnya dalam keluarga.

BAB II TINJAUAN TEORI A. PENGERTIAN


Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg.( Smith Tom, 1995 ) Menurut WHO, penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistolik lebih besar atau sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolic sama atau lebih besar 95 mmHg ( Kodim Nasrin, 2003 ). Hipertensi dikategorikan ringan apabila tekanan diastoliknya antara 95 104 mmHg, hipertensi sedang jika tekanan diastoliknya antara 105 dan 114 mmHg, dan hipertensi berat bila tekanan diastoliknya 115 mmHg atau lebih. Pembagian ini berdasarkan peningkatan tekanan diastolic karena dianggap lebih serius dari peningkatan sistolik (Smith Tom, 1995 ). Hipertensi adalah tekanan darah tinggi atau istilah kedokteran menjelaskan hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi gangguan pada mekanisme pengaturan tekanan darah (Mansjoer,2000 : 144) Hipertensi adalah keadaan menetap tekanan sistolik melebih dari 140 mmHg atau tekanan diastolic lebih tinggi dari 90 mmHg. Diagnostic ini dapat dipastikan dengan mengukur rata-rata tekanan darah pada 2 waktu yang terpisah (FKUI, 2001 : 453) Patologi utama pada hipertensi adalah peningkatan tekanan vesikalis perifer arterior (Mansjoer, 2000 : 144)

I. ETIOLOGI /PENYEBAB Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan besar yaitu : ( Lany Gunawan, 2001 ) 1. Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya, 2. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain. Hipertensi primer terdapat pada lebih dari 90 % penderita hipertensi, sedangkan 10 % sisanya disebabkan oleh hipertensi sekunder. Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Pada umunya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik. Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau peningkatan tekanan perifer. Namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi: o Genetik: Respon nerologi terhadap stress atau kelainan eksresi atautransport Na. o Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkantekanan darah meningkat. o Stress Lingkungan. o Hilangnya Elastisitas jaringan and arterisklerosis pada orang tua sertapelabaran pembuluh darah. Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan perubahan pada : a. Elastisitas dinding aorta menurun b. Katub jantung menebal dan menjadi kaku c. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya. d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah Hal ini terjadi karenakurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi e. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer

Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai berikut : a. Faktor keturunan Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi. b. Ciri perseorangan Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah:

Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat ) Jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan ) Ras ( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih )

c. Kebiasaan hidup Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah :

Konsumsi garam yang tinggi ( melebihi dari 30 gr ) Kegemukan atau makan berlebihan Stress Merokok Minum alkohol Minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin )

Sedangkan penyebab hipertensi sekunder adalah : a. Ginjal


Glomerulonefritis Pielonefritis Nekrosis tubular akut Tumor

b. Vascular

Aterosklerosis Hiperplasia

Trombosis Aneurisma Emboli kolestrol Vaskulitis DM Hipertiroidisme Hipotiroidisme Stroke Ensepalitis SGB Kontrasepsi oral Kortikosteroid

c. Kelainan endokrin

d. Saraf

e. Obat obatan

II. MASALAH/ PROBLEM


Menurut Rokhaeni ( 2001 ), manifestasi klinis beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu : a. Mengeluh sakit kepala, pusing b. Lemas, kelelahan c. Sesak nafas d. Gelisah e. Mual f. Muntah g. Epistaksis h. Kesadaran menurun

III. PATOFISIOLOGI
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor

dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai factor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi. Pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi untuk pertimbangan gerontology. Perubahan structural dan fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung ( volume sekuncup ), mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer ( Brunner & Suddarth, 2002 ).

IV. TANDA DAN GEJALA


Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :(Menurut : Edward K Chung, 1995) 1. Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.

2. Gejala yang lazim Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.

V. KLASIFIKASI
Secara klinis derajat hipertensi dapat dikelompokkan sesuai dengan rekomendasi dari The Sixth Report of The Join National Committee, Prevention, Detection and Treatment of High Blood Pressure (JNC VI, 1997) sebagai berikut : No 1. 2. 3. 4. Kategori Optimal Normal High Normal Hipertensi Grade 1 (ringan) Grade 2 (sedang) Grade 3 (berat) Grade 4 (sangat berat) Sistolik(mmHg) <120 120 129 130 139 140 159 160 179 180 209 >210 Diastolik(mmHg) <80 80 84 85 89 90 99 100 109 100 119 >120

VI. PENATALAKSANAAN
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.(5) Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi : (2,8) Penatalaksanaan Medis Penanggulangan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi dua jenis penatalaksanaan: a. Penatalaksanaan Non Farmakologis. 1. Diet Pembatasan atau pengurangan konsumsi garam. Penurunan BB dapat menurunkan tekanan darah dibarengi dengan penurunan aktivitas rennin dalam plasma dan kadar adosteron dalam plasma. 2. Aktivitas. Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan disesuaikan dengan batasan medis dan sesuai dengan kemampuan seperti berjalan, jogging,

bersepeda atau berenang. b. Penatalaksanaan Farmakologis. Secara garis besar terdapat bebrapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian atau pemilihan obat anti hipertensi yaitu: 1. Mempunyai efektivitas yang tinggi. 2. Mempunyai toksitas dan efek samping yang ringan atau minimal. 3. Memungkinkan penggunaan obat secara oral. 4. Tidak menimbulakn intoleransi. 5. Harga obat relative murah sehingga terjangkau oleh klien. 6. Memungkinkan penggunaan jangka panjang. Golongan obat - obatan yang diberikan pada klien dengan hipertensi seperti golongan diuretic, golongan betabloker, golongan antagonis kalsium, golongan penghambat konversi rennin angitensin.

VII. PEMERIKSAAN PENUNJANG


1. Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh 2. Pemeriksaan retina 3. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ seperti ginjal dan jantung 4. EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri 5. Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urin, darah, glukosa 6. Pemeriksaan : renogram, pielogram intravena arteriogram renal, pemeriksaan fungsi ginjal terpisah dan penentuan kadar urin. 7. Foto dada dan CT scan.

VIII. KOMPLIKASI
Meningkatnya tekanan darah seringkali merupakan satu-satunya gejala pada hipertensi essensial. kadang-kadang hipertensi essensial berjalan tanpa gejala dan baru timbul gejala setelah komplikasi pada organ sasaran seperti pada ginjal, mata,otak, dan jantung. gejala-gejala-gejala seperti sakit kepala, mimisan, pusing, migrain sering ditemukan sebagai gejala klinis hipertensi essensial.

Pada survei hipertensi di Indonesia tercatat gejala-gejala sebagai berikut: pusing, mudah marah, telinga berdengung, mimisan(jarangan), sukar tidur, sesak nafas, rasa berat di tengkuk, mudah lelah, dan mata berkunang-kunang. Gejala akibat komplikasi hipertensi yang pernah dijumpai adalah: Gangguan penglihatan, Gangguan saraf, Gagagl jantung,Gangguan fungsi ginjal, Gangguan serebral (otak), yang mengakibatkan kejang dan pendarahan pembuluh darah otak yang mengakibatkan kelumpuhan, gangguan kesadaran hingga koma, sebelum bertambah parah dan terjadi komplikasi serius seperti gagal ginjal, serangan jantung, stroke, lakukan pencegahan dan pengendalian hipertensi dengan merubah gaya hidup dan pola makan. beberapa kasus hipertensi erat kaitannya dengan gaya hidup tidak sehat. seperti kurang olah raga, stress, minum-minuman, beralkohol, merokok, dan kurang istirahat. kebiasaan makan juga perlu diqwaspadai. pembatasan asupan natrium (komponen utama garam), sangat disarankan karena terbukti baik untuk kesehatan penderita hipertensi. Dalam perjalannya penyakit ini termasuk penyakit kronis yang dapat menyebabkan berbagai macam komplikasi antara lain : a. Stroke b. Gagal jantung c. Ginjal d. Mata Hubungan stroke dengan hipertensi dapat dijelaskan dengan singkat, bahwa tahanan dari pembuluh darah memiliki batasan dalam menahan tekanan darah yang datang. Apalagi dalam otak pembuluh darah yang ada termasuk pembuluh darah kecil yang otomatis memiliki tahanan yang juga kecil. Kemudian bila tekanan darah melebihi kemampuan pembuluh darah, maka pembuluh darah ini akan pecah dan selanjutnya akan terjadi stroke hemoragik yang memiliki prognosis yang tidak baik. Dengan demikian kontrol dalam penyakit hipertensi ini dapat dikatakan sebagai pengobatan seumur hidup bila ingin dihindari terjadinya komplikasi yang tidak baik. Dengan adanya faktor-faktor yang dapat dihindarkan tersebut, tentunya hipertensi dapat dicegah dan bagi penderita hipertensi agar terhindar dari komplikasi yang fatal. Usahausaha pencegahan dan pengobatan yang dapat dilakukan yaitu sbb.:

* Mengurangi konsumsi garam dalam diet sehari-hari, maksimal 2 gram garam dapur. Batasi pula makanan yang mengandung garam natrium seperti corned beef, ikan kalengan, lauk atau sayuran instan, saus botolan, mi instan, dan kue kering. Pembatasan konsumsi garam mengakibatkan pengurangan natrium yang menyebabkan peningkatan asupan kalium. Ini akan menurunkan natrium intrasel yang akan mengurangi efek hipertensi. * Menghindari kegemukan (obesitas). Batasan kegemukan adalah jika berat badan lebih 10% dari berat badan normal. Pada penderita muda dengan hipertensi terdapat kecenderungan menjadi gemuk dan sebaliknya pada penderita muda dengan obesitas akan cenderung hipertensi. Pada orang gemuk akan terjadi peningkatan tonus simpatis yang diduga dapat mengakibatkan tekanan darah meningkat. * Membatasi konsumsi lemak. Ini dilakukan agar kadar kolesterol darah tidak terlalu tinggi karena kolesterol darah yang tinggi dapat menyebabkan endapan kolesterol. Hal ini akan menyumbat pembuluh darah dan mengganggu peredaran darah sehingga memperberat kerja jantung dan memperparah hipertensi. Kadar kolesterol normal dalam darah yaitu 200-250 mg per 100cc serum darah. * Berolahraga teratur dapat menyerap dan menghilangkan endapan kolesterol pada pembuluh nadi. Olah raga yang dimaksud adalah gerak jalan, berenang, naik sepeda dan tidak dianjurkan melakukan olah raga yang menegangkan seperti tinju, gulat atau angkat besi karena latihan yang berat dapat menimbulkan hipertensi. * Makan buah-buahan dan sayuran segar amat bermanfaat karena banyak mengandung vitamin dan mineral kalium yang dapat membantu menurunkan tekanan darah. * Tidak merokok dan tidak minum alkohol karena diketahui rokok dan alkohol dapat meningkatkan tekanan darah. Menghindari rokok dan alkohol berarti menghindari kemungkinan hipertensi. * Latihan relaksasi atau meditasi berguna untuk mengurangi stres atau ketegangan jiwa. Kendorkan otot tubuh sambil membayangkan sesuatu yang damai dan menyenangkan, mendengarkan musik dan bernyanyi sehingga mengurangi respons susunan saraf pusat melalui penurunan aktivitas simpatetik sehingga tekanan darah dapat diturunkan. * Merangkai hidup yang positif. Hal ini dimaksudkan agar seseorang mengurangi tekanan atau beban stres dengan cara mengeluarkan isi hati dan memecahkan masalah yang

mengganjal dalam hati. Komunikasi dengan orang dapat membuat hati menjadi lega dan dari sini dapat timbul ide untuk menyelesaikan masalah. * Memberi kesempatan tubuh untuk istirahat dan bersantai dari pekerjaan sehari-hari yang menjadi beban jika tidak terselesaikan. Jika hal ini terjadi pada Anda, lebih baik melakukan kegiatan santai dulu. Setelah pikiran segar kembali akan ditemukan cara untuk mengatasi kesulitan itu. * Membagi tugas yang kita tidak bisa selesaikan dengan sendiri dapat mengurangi beban kita. Orang yang berpendapat dirinya mampu melakukan segala hal dengan sempurna biasa disebut perfeksionis, orang ini akan selalu stres dan menanggung beban kerja dan pikiran berlebihan. Kita harus sadar bahwa kemampuan setiap orang terbatas untuk mampu mengerjakan segala-galanya. Dengan memberi kesempatan pada orang lain untuk membantu menyelesaikan tugas kita, beban kita dapat berkurang dan kita juga banyak teman, yang tentunya akan menimbulkan rasa bahagia. * Menghilangkan perasaan iri atau dengki juga mengurangi ketegangan jiwa sehingga hati kita menjadi tentram. Menolong orang lain dengan tulus dan memupuk sikap perdamaian juga akan memberikan kepuasan yang tersendiri pada kita. Dengan memupuk sikap-sikap seperti itu, tentu kita akan mengurangi ketegangan, beban, stres yang timbul sehingga hipertensi dapat dihindari. Orang yang sudah pernah memeriksakan dirinya dan diketahui menderita hipertensi, dapat diberikan obat-obat golongan diuretika, alfa bloker, beta bloker, vasodilator, antagonis kalsium dan penghambat ACE. Tentu saja, penggunaan obat-obat ini atas petunjuk dokter.

BAB IV ASUHAN KEPERAWATAN Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Hipertensi 1. PENGKAJIAN
A. Aktivitas/ Istirahat
Gejala Tanda

: kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton. :Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea.

B. Sirkulasi

Gejala

:Riwayat Hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner/katup dan penyakit

cerebrocaskuler, episode palpitasi.

Tanda :Kenaikan TD, Nadi denyutan jelas dari karotis, jugularis,radialis, takikardi,

murmur stenosis valvular, distensi vena jugularis,kulit pucat, sianosis, suhu dingin (vasokontriksi perifer) pengisian kapiler mungkin lambat/ bertunda. C. Integritas Ego

Gejala :Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, factor stress multiple (hubungan, :Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan continue perhatian,tangisan meledak,

keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan.


Tanda

otot muka tegang, pernafasan menghela, peningkatan pola bicara. D. Eliminasi

Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau (seperti obstruksi atau riwayat penyakit ginjal

pada masa yang lalu). F. Makanan/cairan

Gejala: Makanan yang disukai yang mencakup makanan tinggi garam, lemak serta

kolesterol, mual, muntah dan perubahan berat badan akhir-akhir ini(meningkat/turun) riwayat penggunaan diuretic
Tanda:

Berat badan normal atau obesitas,adanya edema, glikosuria.

G. Neurosensori

Genjala: Keluhan pening pening/pusing, berdenyut, sakit kepala,suboksipital (terjadi

saat bangun dan menghilangkan secara spontansetelah beberapa jam) Gangguan penglihatan (diplobia, penglihatan kabur,epistakis).
Tanda:

Status mental, perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi bicara,efek, proses piker,

penurunan kekuatan genggaman tangan. H. Nyeri/ ketidaknyaman


Gejala:

Angina (penyakit arteri koroner/ keterlibatan jantung),sakit kepala.

I. Pernafasan

Gejala: Dispnea yang berkaitan dari kativitas/kerja takipnea,ortopnea,dispnea, batuk Tanda: Distress pernafasan/penggunaan otot aksesori pernafasan bunyinafas tambahan

dengan/tanpa pembentukan sputum, riwayat merokok.

(krakties/mengi), sianosis.

J. Keamanan
Gejala:

Gangguan koordinasi/cara berjalan, hipotensi postural.

2. DIAGNOSA
Diagnosa keperawatan yang muncul adalah : 1. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload, vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventricular Tujuan : Afterload tidak meningkat, tidak terjadi vasokonstriksi, tidak terjadi iskemia miokard Intervensi keperawatan : a. Pantau TD, ukur pada kedua tangan, gunakan manset dan tehnik yang tepat b. Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer c. Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas d. Amati warna kulit, kelembaban, suhu dan masa pengisian kapiler e. Catat edema umum f. Berikan lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktivitas. g. Pertahankan pembatasan aktivitas seperti istirahat ditemapt tidur/kursi h. Bantu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai kebutuhan i. Lakukan tindakan yang nyaman spt pijatan punggung dan leher j. Anjurkan tehnik relaksasi, panduan imajinasi, aktivitas pengalihan k. Pantau respon terhadap obat untuk mengontrol tekanan darah l. Berikan pembatasan cairan dan diit natrium sesuai indikasi m. Kolaborasi untuk pemberian obat-obatan sesuai indikasi. Hasil yang diharapkan : Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan TD, mempertahankan TD dalam rentang yang dapat diterima, memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil 2. Nyeri ( sakit kepala ) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral Tujuan : Tekanan vaskuler serebral tidak meningkat Intervensi keperawatan :

a. Pertahankan tirah baring, lingkungan yang tenang, sedikit penerangan b. Minimalkan gangguan lingkungan dan rangsangan c. Batasi aktivitas d. Hindari merokok atau menggunkan penggunaan nikotin e. Beri obat analgesia dan sedasi sesuai pesanan f. Beri tindakan yang menyenangkan sesuai indikasi seperti compres demgan menggunakan es, posisi nyaman, tehnik relaksasi, bimbingan imajinasi, hindari konstipasi Hasil yang diharapkan : Pasien mengungkapkan tidak adanya sakit kepala dan tampak nyaman 3. Potensial perubahan perfusi jaringan: serebral, ginjal, jantung berhubungan dengan gangguan sirkulasi Tujuan : sirkulasi tubuh tidak terganggu Intervensi : a. Pertahankan tirah baring; tinggikan kepala tempat tidur b. Kaji tekanan darah saat masuk pada kedua lengan; tidur, duduk dengan pemantau tekanan arteri jika tersedia c. Pertahankan cairan dan obat-obatan sesuai pesanan d. Amati adanya hipotensi mendadak e. Ukur masukan dan pengeluaran f. Pantau elektrolit, kreatinin sesuai pesanan g. Ambulasi sesuai kemampuan; hindari kelelahan Hasil yang diharapkan : Pasien mendemonstrasikan perfusi jaringan yang membaik seperti ditunjukkan dengan : TD dalam batas yang dapat diterima, tidak ada keluhan sakit kepala, pusing, nilai-nilai laboratorium dalam batas normal. pengeluaran urin 30 ml/ menit ada tanda-tanda vital stabil.

4. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit dan perawatan diri Tujuan ;Klien terpenuhi dalam informasi tentang hipertensi Intervensi keperawatan : a. Jelaskan sifat penyakit dan tujuan dari pengobatan dan prosedur b. Jelaskan pentingnya lingkungan yang tenang, tidak penuh dengan stress c. Diskusikan tentang obat-obatan : nama, dosis, waktu pemberian, tujuan dan efek samping atau efek toksik d. Jelaskan perlunya menghindari pemakaian obat bebas tanpa pemeriksaan dokter e. Diskusikan gejala kambuhan atau kemajuan penyulit untuk dilaporkan dokter : sakit kepala, pusing, pingsan, mual dan muntah. f. Diskusikan pentingnya mempertahankan berat badan stabil g. Diskusikan pentingnya menghindari kelelahan dan mengangkat berat h. Diskusikan perlunya diet rendah kalori, rendah natrium sesuai pesanan i. Jelaskan penetingnya mempertahankan pemasukan cairan yang tepat, jumlah yang diperbolehkan, pembatasan seperti kopi yang mengandung kafein, teh serta alcohol j. Jelaskan perlunya menghindari konstipasi dan penahanan Hasil yang diharapkan : Pasien mengungkapkan pengetahuan dan ketrampilan penatalaksanaan perawatan dini Melaporkan pemakaian obat-obatan sesuai pesanan.

3.Intervensi
Diagnosa Keperawatan 1. : Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload, vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventricular. Tujuan : Afterload tidak meningkat, tidak terjadi vasokonstriksi, tidak terjadi iskemia miokard. Kriteria Hasil : Klien berpartisifasi dalam aktivitas yang menurunkan tekanan darah / bebankerja jantung , mempertahankan TD dalam rentang individu yang dapatditerima, memperlihatkan norma dan frekwensi jantung stabil dalam rentangnormal pasien. Intervensi :

TINDAKAN/INTERVENSI Mandiri Pantau TD. tangan/paha Ukur untuk pada evaluasi

RASIONAL kedua Perbandingan awal. gambaran dari tekanan lebih masalah memberikan tentang vaskular.

yang

lengkap

Gunakan ukuran manset yang tepat dan keterlibatan/bidang teknik yang akurat.

Hipertensi berat diklasifikasikan pada orang dewasa sebagai peningkatan tekanan diastolik sampai 130; hasil pengukuran diastolik di atas 130 dipertimbangkan sebagai peningkatan pertama, kemudian maligma. Hipertensi sistolik juga merupakan faktor resiko yang ditentukan untuk penyakit serebrovaskular dan penyakit iskemi jantung bila tekanas diastolik 90-115.

Catat keberadaan, kualitas denyutan Denyutan sentral dan perifer. pada

karotis, tungkai efek

jugularis, mungkin pada

radialis,dan menurun, vasokontriksi

femoralis mungkin teramati/terpalpasi. Denyut mencerminkan

(peningkatan SVR) dan kongesti vena. Auskultasi tonus jantung dan bunyi S4 umum terdengar pada pasien hipertensi napas. berat karena adanya hipertropi atrium (peningkatan volume/tekanan atrium). Perkembangan S3 menunjukkan hipertrofi vertikel dan kerusakan fungsi. Adanya krakles, dapat mengindikasikan kongesti paru sekunder terhadap terjadinya atau gagal jantung kronik. Amati warna kulit, kelembaban, suhu, Adanya pucat, dingin, kulit lembab dan masa dan masa pengisian kapiler. pengisian kapiler lambat mungkit berkaitan dengan vasokonstriksi atau mencerminkan Catat edema umum/tertentu. dekompensasi/penurunan curah jantung. Dapat mengindikasikan gagal jantung, rangsang

kerusakan ginjal atau vaskular. Berikan lingkungan tenang, nyaman, Membantu untuk menurunkan

kurangi aktivitas/ keributan lingkungan. simpatis; meningkatkan relaksasi. Batasi jumlah pengunjung dan lamanya tinggal. Pertahankan pembatasan aktivitas, Menurunkan stress dan ketegangan yang

seperti istirahat ditempat tidur/kursi; mempengaruhi tekana darah dan perjalanan jadwal periode istirahat tanpa gangguan; penyakit hipertensi. bantu pasian melakukan aktivitas yang Mengurangi ketidaknyamanan dan dapat perawatan diri sesuai kebutuhan. Lakukan tindakan-tindakan

nyaman seperti pijatan punggung dan menurunkan rangsang simpatis. leher, meninggikan kepala tempat tidur. Anjurkan teknik relaksasi, panduan Dapat imajinasi, aktivitas pengalihan. menimbulkan rangsangan yang

menimbulkan stres, membuat efek tenang, sehingga akan menurunkan tekanan darah.

Diagnosa Keperawatan 2. : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan O2. Tujuan : Aktivitas pasien terpenuhi. Kriteria Hasil :Klien dapat berpartisipasi dalam aktivitas yang di inginkan / diperlukan,melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat diukur. Intervensi :
o

Kaji toleransi pasien terhadap aktivitas dengan menggunkan parameter :frekwensi nadi

20 per menit diatas frekwensi istirahat, catat peningkatanTD, dipsnea, atau nyeri pada dada, kelelahan berat dan kelemahan, berkeringat,pusig atau pingsan. (Parameter menunjukan respon fisiologis pasienterhadap stress, aktivitas dan indicator derajat pengaruh kelebihan kerja/ jantung).
o Kaji

kesiapan untuk meningkatkan aktivitas contoh : penurunan kelemahan / kelelahan,

TD stabil, frekwensi nadi, peningkatan perhatian padaaktivitas dan perawatan diri. (Stabilitas fisiologis pada istirahatpenting untuk memajukan tingkat aktivitas individual).
o

Dorong memajukan aktivitas / toleransi perawatan diri. (Konsumsioksigen miokardia

selama berbagai aktivitas dapat meningkatkan jumlah oksigen yang ada. Kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatantiba-tiba pada kerja jantung).

Berikan bantuan sesuai kebutuhan dan anjurkan penggunaan kursi mandi, menyikat

gigi / rambut dengan duduk dan sebagainya. (teknik penghematan energi menurunkan penggunaan energi dan sehingga membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen).
o

Dorong pasien untuk partisifasi dalam memilih periode aktivitas.(Seperti jadwal

meningkatkan toleransi terhadap kemajuan aktivitas danmencegah kelemahan). Diagnosa Keperawatan 3 o Gangguan rasa nyaman : nyeri ( sakit kepala ) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral. Tujuan : Tekanan vaskuler serebral tidak meningkat. Kriteria Hasil asien mengungkapkan tidak adanya sakit kepala dan tampak nyaman. Intervensi :
o Pertahankan o Minimalkan o Batasi

tirah baring, lingkungan yang tenang, sedikit penerangan gangguan lingkungan dan rangsangan.

aktivitas. merokok atau menggunkan penggunaan nikotin.

o Hindari o Beri o

obat analgesia dan sedasi sesuai pesanan.

Beri tindakan yang menyenangkan sesuai indikasi seperti kompres es, posisi nyaman,

tehnik relaksasi, bimbingan imajinasi, hindari konstipasi. Diagnosa keperawatan 4. : Potensial perubahan perfusi jaringan: serebral, ginjal, jantung berhubungan dengan gangguan sirkulasi. Tujuan : Sirkulasi tubuh tidak terganggu. Kriteria Hasil asien mendemonstrasikan perfusi jaringan yang membaik seperti ditunjukkan dengan : TD dalam batas yang dapat diterima, tidak ada keluhan sakit kepala, pusing, nilai-nilai laboratorium dalam batas normal. Intervensi :
o Pertahankan o

tirah baring; tinggikan kepala tempat tidur.

Kaji tekanan darah saat masuk pada kedua lengan; tidur, duduk dengan pemantau cairan dan obat-obatan sesuai pesanan.

tekanan arteri jika tersedia.


o Pertahankan o Amati

adanya hipotensi mendadak.

o Ukur

masukan dan pengeluaran. elektrolit, BUN, kreatinin sesuai pesanan. sesuai kemampuan; hindari kelelahan.

o Pantau

o Ambulasi

4. Iplementasi/ Pelaksanaan
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg. Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi : 1. Terapi tanpa Obat Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini meliputi a. Diet Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah : a). Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr b). Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh c). Penurunan berat badan d). Penurunan asupan etanol e). Menghentikan merokok f). Diet tinggi kalium b. Latihan Fisik Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu : a). Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda, berenang dan lain-lain b). Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan. Denyut nadi maksimal dapat ditentukan dengan rumus 220umur c). Lamanya latihan berkisar antara 20 25 menit berada dalam zona latihan d). Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x perminggu c. Edukasi Psikologis Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :

a). Tehnik Biofeedback Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan pada subyek tandatanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh subyek dianggap tidak normal. Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan. b). Tehnik relaksasi Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks d. Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan ) Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut. 2. Terapi dengan Obat Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat bertambah kuat(1). Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup penderita. Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi ( JOINT NATIONAL COMMITTEE ON DETECTION, EVALUATION AND TREATMENT OF HIGH BLOOD PRESSURE, USA, 1988 ) menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat beta, antagonis kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan sebagai obat tunggal pertama dengan memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang ada pada penderita(2). Pengobatannya meliputi : a. Step 1 : Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca antagonis, ACE inhibitor b. Step 2 : Alternatif yang bisa diberikan 1) Dosis obat pertama dinaikan 2) Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama 3) Ditambah obat ke 2 jenis lain, dapat berupa diuretika , beta blocker, Ca antagonis,

Alpa blocker, clonidin, reserphin, vasodilator c. Step 3 : alternatif yang bisa ditempuh 1) Obat ke-2 diganti 2) Ditambah obat ke-3 jenis lain d. Step 4 : alternatif pemberian obatnya 1) Ditambah obat ke-3 dan ke-4 2) Re-evaluasi dan konsultasi 3. Follow Up untuk mempertahankan terapi Untuk mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan interaksi dan komunikasi yang baik antara pasien dan petugas kesehatan ( perawat, dokter ) dengan cara pemberian pendidikan kesehatan. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam interaksi pasien dengan petugas kesehatan adalah sebagai berikut : a. Setiap kali penderita periksa, penderita diberitahu hasil pengukuran tekanan darahnya b. Bicarakan dengan penderita tujuan yang hendak dicapai mengenai tekanan darahnya c. Diskusikan dengan penderita bahwa hipertensi tidak dapat sembuh, namun bisa dikendalikan untuk dapat menurunkan morbiditas dan mortilitas d. Meyakinkan penderita/clien. Yakinkan penderita bahwa penderita tidak dapat mengatakan tingginya tekanan darah atas dasar apa yang dirasakannya, tekanan darah hanya dapat diketahui dengan mengukur memakai alat tensimeter e. Penderita tidak boleh menghentikan obat tanpa didiskusikan lebih dahulu f. Sedapat mungkin tindakan terapi dimasukkan dalam cara hidup penderita g. Ikutsertakan keluarga penderita dalam proses terapi h. Pada penderita tertentu mungkin menguntungkan bila penderita atau keluarga dapat mengukur tekanan darahnya di rumah i. Buatlah sesederhana mungkin pemakaian obat anti hipertensi misal 1 x sehari atau 2 x sehari j. Diskusikan dengan penderita tentang obat-obat anti hipertensi, efek samping dan masalah-masalah yang mungkin terjadi k. Yakinkan penderita kemungkinan perlunya memodifikasi dosis atau mengganti obat untuk mencapai efek samping minimal dan efektifitas maksimal - Usahakan biaya terapi seminimal mungkin

m. Untuk penderita yang kurang patuh, usahakan kunjungan lebih sering n. Hubungi segera penderita, bila tidak datang pada waktu yang ditentukan. Melihat pentingnya kepatuhan pasien dalam pengobatan maka sangat diperlukan sekali pengetahuan dan sikap pasien tentang pemahaman dan pelaksanaan pengobatan hipertensi.

5. Evaluasi
Langkah-langkah untuk mengevaluasi pelayanan keperawatan : 1) Menentukan garis besar masalah kesehatan yang di hadapi , 2) Menentukan bagaimana rumusan tujuan perawatan yang akan dicapai, 3) Manentukan kriteria dan standar untuk evaluasi. Kriteria dapat berhubungan dengan sumber-sumber proses atau hasil, tergantung kepada dimensi evaluasi yang diinginkan, 4) Menentukan metode atau tehnik evaluasi yang sesuai serta sumber-sumber data yang diperlukan, 5) Membandingkan keadaan yang nyata (sesudah perawatan) dengan kriteria dan standar untuk evaluasi, 6) Identivikasi penyebab atau alasan yang tidak optimal atau pelaksanaan yang kurang memuaskan, 7) Perbaiki tujuan berikutnya. Bila tujuan tidak tercapai perlu ditentukan alasan : mungkin tujuan tidak realistik, mungkin tindakan tidak tepat, atau mungkin ada faktor lingkungan yang tidak diatasi. Macam-macam evaluasi yaitu : 1) Evalusi kuantitatif Evaluasi ini dilaksanakan dalam kuantitas atau jumlah pelayanan atau kegiatan yang telah dikerjakan. Contoh : jumlah pasien hipertensi yang telah dibina selama dalam perawatan perawat. 2) Evaluasi kualitatif Evaluasi kualitatif merupakan evaluasi mutu yang dapat difokuskan pada salah satu dari tiga diimensi yang saling terkait yaitu : a) Struktur atau sumber Evaluasi ini terkait dengan tenaga manusia, atau bahan-bahan yang diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan. Dalam upaya keperawatan hal ini menyangkut antara lain:

Kualifikasi perawat Minat atau dorongan Waktu atau tenaga yang dipakai Macam dan banyak peralatan yang dipakai Dana yang tersedia b) Proses Evaluasi proses berkaitan dengan kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan. Misalnya : mutu penyuluhan yang diperlukan kepada klien dengan gejala-gejala yang ditimbulkan. c) Hasil Evaluasi ini difokuskan kepada bertambahnya klien dalam melaksanakan tugas-tugas kesehatan. Hasil dari keperawatan pasien dapat diukur melalui 3 bidang : 1. Keadaan fisik Pada keadaan fisik dapat diobservasi melalui suhu tubuh turun, berat badan naik , perubahan tanda klinik. 2. Psikologik-sikap Seperti perasaan cemas berkurang, keluarga bersikap positif terhadap patugas kesehatan. 3. Pengetahuan-perilaku Misalnya keluarga dapat menjalankan petunjuk yang diberikankeluarga dapat menjelaskan manfaat dari tindakan keperawatan. ANATOMI KARDIOVASKULAR Pengertian : Jantung adalah organ berupa otot, berbentuk kerucut, berongga dan dengan basisnya di atas dan puncaknya di bawah. Apex-nya miring sebelah kiri. Berat + 300 gram. POSISI JANTUNG Dalam rongga thorax Antara kedua paru-paru Di belakang sternum

Posisi jantung lebih menghadap ke kiri dari pada kekanan Kedudukan Basis Jantung Iga ketiga kanan, 2 cm dari sternum Iga kedua 1 cm dari sternum Kedudukan Apex Jantung Antara iga kelima dan keenam kiri atau di dalam ruang interkostal kelima kiri 4 cm dari medial

STRUKTUR JANTUNG Berat jantung dewasa 220 260 gram Terbungkus oleh kantong yang elastis PERICARDIUM yang terdiri dari dua lapis a. Perikardium viseral : hubungan langsung dengan permukaan jantung b. Perikardium parietal Depan : menempel pada dada Bawah : menempel pada diafragma Antar lapisan perikardium : cairan mengurangi gesekan cairan perikardium : 10 20 ml. Jantung terdiri dari 3 lapisan yaitu: Epikardium : Paling luar Miokardium : tengah otot kekuatan kontraksi Endokardium : dalam endotel menutupi katup jantung

Bilik-bilik jantung yaitu: Jantung dibagi dua oleh otot yang menjadi dinding (septum) Mempunyai ruang Atrium Ventrikel : Kiri-Kanan : Kiri-Kanan

Darah vena yang miskin oksigen masuk ke atrium kanan, mengalir dari atrium kanan (terutama karena gravitasi katup trikuspidalis terpompakan melalui arteri pulmonalis ke paru-paru). Darah yag kaya oksigen kembali dari paru-paru ke atrium kiri dan masuk ventrikel kiri bila katup mitral terbuka, dan didorong masuk kedalam aorta jaringan perifer Katup-katup jantung terdiri dari: Di klasifikasikan menjadi 2 jenis Katup atrio ventrikuler (AV) Memisahkan antara atrium dan ventrikel Katup Semilunaris Memisahkan antara arteri pulmonaris dan aorta Katup Trikuspidalis Terdiri tiga daun katup yang dipertahankan tetap pada tempatnya oleh fibrosa yang disebut chordae tendineatae Di bawah ini adalah gambar dari katup-katup pada jantung: saluran

Pembuluh Darah Yang Tersambung Dengan Jantung maliputi:

Vena kava superior Darah ke atrium kanan Vena kava inverior lubang dari vena kava interior dijaga oleh katup Semilunar Eutakhius Arteri pulmonalis membawa darah keluar dari ventrikel kanan Vena pulmonaris membawa darah dari paru ke atrium kiri Aorta membawa darah keluar dari ventrikel kiri FISIOLOGI KARDIOVASKULAR Sistem kardiovaskular adalah sistem yang bertugas men supply darah pada seluruh jaringan tubuh untuk kepentingan metabolisme sel-sel serta menarik kembali darah ke jantung untuk selanjutnya membebaskan bahan sisa metabolisme. Fungsi jantung meliputi: Circulatory Function Berfungsi sebagai sirkulasi umum bersama pembuluh darah dan volume darah. Cardiac Function Termasuk myocardium, katup dan sistim konduksi. Komponen sistem sirkulasi meliputi: 1. Jantung : sebagai pompa 2. Pembuluh darah : sebagai saluran untuk mengarahkan dan mendistribusikan darah 3. Darah: sebagai medium transportasi Sirkulasi darah dibagi menjadi 2 bagian : 1. Sirkulasi Pulmonal : Sirkulasi darah dari ventrikel kanan jantung masuk ke paru-paru kemudian kembali ke atrium kiri Aliran darah dari ventrikel kanan - arteri pulmonalis - paru-paru - vena pulmonalis atrium kiri 2. Sirkulasi sistemik Darah dipompa keluar dari ventrikel kiri melalui aorta keseluruh tubuh dan kembali ke atrium kanan jantung melalui vena cava superior dan inferior.

Aliran darah dari ventrikel kiri - aorta - arteri - arteriola - kapiler - venula - vena - vena cava inferior, superior - atrium kanan Sifat-Sifat Jantung meliputi: Otomatisitas Rhythmicity Konduktivitas Kontraktilitas (hukum frank starling)

AKTIVITAS LISTRIK JANTUNG Terdapat dua jenis khusus sel otot jantung a. 99% sel otot jantung adalah sel kontraktil, yang melakukan kerja mekanis yaitu memompa. Sel-sel pekerja ini dalam keadaan normal tidak menghasilkan sendiri potensial aksi b. Sebaliknya, sebagian kecil sel sisanya, sel otoritmik, tidak berkontraksi tetapi mengkhususkan diri mencetuskan potensial aksi yang bertanggung jawab untuk kontraksi sel-sel pekerja SISTEM KONDUKSI 1. Nodus SA (Sinoaurikularis) 2. Nodus AV (Atrioventrikularis) 3. Bundle of HIS 4. Serabut Purkinye

NODUS SINOATRIUM Daerah kecil khusus di dinding atrium kanan dekat lubang (muara) vena kava superior. Potensial aksi yang dibentuk sebanyak 60-100 x/menit SINUS ATRIOVENTRIKULER Sebuah berkas kecil sel-sel otot jantung khusus di dasar atrium kanan dekat septum, tepat di atas pertautan atrium dan ventrikel. Potensial aksi yang dibentuk 40-60 x/menit BERKAS HIS

Suatu jaras sel-sel khusus yang berasal dari nodus AV dan masuk ke septum antarventrikel, tempat berkas tersebut bercabang membentuk berkas kanan dan kiri yang berjalan ke bawah melalui septum, melingkari ujung bilik ventrikel, dan kembali ke atrium di sepanjang dinding luar. Potensial aksi yang bentuk 20-40 x/menit SERABUT PURKINJE Serabut purkinje, serat-serat terminal halus yang berjalan dari berkas HIS dan menyebar ke seluruh miokardium ventrikel seperti ranting-ranting pohon. Potensial aksi yang dibentuk 20 x/menit

PENYEBARAN EKSITASI JANTUNG Potensial aksi dimulai dari SA nodes, menyebar dari atrium kanan ke atrium kiri melalui jalur bachman dan ke AV nodes melalui jalur internodal. impuls yg mencapai AV nodes mngalami perlambatan konduksi. Impuls dari AV nodes diteruskan ke berkas his, selanjutnya ke berkas kanan dan kiri dan akhirnya ke serabut purkinje.Pemacu jantung utama adalah SA nodes. PERISTIWA MEKANIS DARI SIKLUS JANTUNG Peristiwa mekanis dari siklus jantung, yaitu systolic dan diastolic: 1. Systolic-awal.

Depolarisasi menyebar dari AV node melalui berkas cabang menuju Ventrikel. Ketika Ventrikel mulai berkontraksi, tekanan didalam Ventrikel meningkat melebihi tekanan didalam Atrium, sehingga katup AV menutup dan terdengar sebagai bunyi jantung pertama. Tekanan Ventrikel terus meningkat, tetapi masih lebih rendah dari tekanan di pembuluh darah sistemik, sehingga katup semilunaris tetap tertutup. 2.Systolic-lanjut. Segera setelah tekanan Ventrikel lebih tinggi dari tekanan didalam pembuluh darah maka katup Pulmonal dan Aorta akan terbuka sehingga terjadi ejeksi Ventrikel ke sirkulasi Pulmonal dan.Systemic. 3. Diastolic-awal. Gelombang repolarisasi menyebar melalui myocardium Ventrikel, sehingga Ventrikel dalam keadaan istirahat. Pada saat otot-otot relaksasi maka tekanan didalam Ventrikel menurun sampai lebih rendah dari tekanan didalam pembuluh darah, sehingga katup Pulmonal dan Aorta menutup, yang terdengar sebagai bunyi jantung ke dua 4. Mid-Diastolic. Fase pengisian lambat ventrikel. Atrium dan ventrikel dalam keadaan istirahat. Darah dari Atrium mengalir secara pasif ke Ventrikel melalui katup AV yang terbuka. Katup semilunaris dalam keadaan tertutup. 5. Diastolic-lanjut. Gelombang depolarisasi menyebar melalui Atrium dan berhenti sementara pada AV node. Otot Atrium berkontraksi memberi tambahan 20-30% pada isi Ventrikel. FISIOLOGI CARDIAC OUTPUT (CO) CO Adalah volume darah yang di pompa oleh tiap ventrikel permenit.Cardiac Output ditentukan oleh heart rate dan stroke volume. Stroke volume rata-rata 70 ml/menit CO = HR x SV CO= 5-6 LITER/MENIT Untuk meningkatkan cardiac output ada 2 cara: 1. Meningkatkan Heart Rate. Frekuensi meningkat diastolic phase singkat : waktu pengisian Ventrikel singkat stroke volume turun

waktu pengisian coronary singkat ischemic Frekuensi meningkat kerja jantung meningkat kebutuhan oksigen Bila hypertrophy dengan meningkatkan tekanan didalam Ventrikel ventrikel. dilatasi

2. Meningkatkan Stroke Volume. STROKE VOLUME Adalah volume darah yang dipompa oleh tiap Ventrikel perdenyut. Stroke volume ditentukan oleh preload, contractility dan afterload. SV = Volume akhir diastolik (EDV) Volume akhir sistolik (ESV) Preload Hukum Starling EDV EDP SV Tekanan darah Elastisitas pembuluh darah Resistensi pembuluh darah dan katup Afterload SV EDV

Afterload

Preload adalah volume darah ventrikel pada akhir diastolic phase(end diastolic volume). Contractility sangat tergantung kepada preload dan afterload. Contractility diukur dengan ejection fraction dan left ventricular stroke work ( LVSW ). Bila terjadi low Contractility harus dilakukan: preload dinaikkan, afterload diturunkan atau diberikan inotropic. Afterload adalah tekanan dinding ventrikel kiri yang dibutuhkan untuk melawan tahanan terhadap ejeksi darah dari ventrikel pada saat systolic. Biasanya afterload dianggap sebagai tahanan terhadap outflow dan dinyatakan sebagai systemic vascular resistance ( SVR ). SVR = MAP-CVP x 80 SVR = 800 1200 dyne.sec/m5 SVR menunjukan vascular tone ( dilatasi dan konstriksi ).

Вам также может понравиться