Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
TRITUNGGAL?
©1989 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
Cetakan Pertama dalam Bahasa Inggris: 5,000,000 Buah
Kutipan-kutipan ayat diambil dari Alkitab Terjemahan Baru
terbitan Lembaga Alkitab Indonesia, kecuali disebutkan yang lain.
- DIUBAH KE FORMAT HTML OLEH: nono - 2005 -
DAFTAR ISI
Penerbit:
Watch Tower Bible and Tract Society Of New York. Inc.
International Bible Students Association
Brooklyn, New York, U.S.A.
APAKAH anda percaya kepada Tritunggal? Kebanyakan orang dalam usunan Kristen percaya.
Bagaimanapun juga, selama berabad-abad itu merupakan doktrin utama dari gereja-gereja.
Mengingat hal ini, anda tentu berpikir bahwa tidak mungkin ada yang perlu diragukan mengenai
Tritunggal. Namun ada, dan belakangan bahkan beberapa dari para pendukungnya telah menambah
seru perdebatannya.
Mengapa pokok pembicaraan seperti ini harus mendapat lebih banyak perhatian? Karena Yesus
sendiri berkata: “Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya
Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus.” Jadi seluruh masa
depan kita bergantung pada mengenal sifat yang sebenarnya dari Allah, dan hal itu berarti memeriksa
sampai ke akar dari perdebatan mengenai Tritunggal. Maka, tidakkah sebaiknya anda mengujinya
sendiri?-Yohanes 17:3.
Ada berbagai konsep Tritunggal. Tetapi pada umumnya ajaran Tritunggal adalah bahwa didalam
Keilahian ada tiga pribadi, Bapa, Anak, dan Roh Kudus; namun, bersama-sama, mereka hanya satu
Allah. Doktrin itu mengatakan bahwa ketiganya setara, mahakuasa, dan tidak diciptakan, telah
ada kekal selama-lamanya dalam Keilahian.
Namun, orang-orang lain berkata bahwa doktrin Tritunggal itu palsu, bahwa Allah Yang Mahakuasa
berdiri sendiri sebagai Pribadi yang terpisah, kekal, dan mahakuasa. Mereka mengatakan bahwa
Yesus dalam keberadaannya sebelum menjadi manusia, adalah sama seperti para malaikat, pribadi roh
yang terpisah yang diciptakan oleh Allah, dan untuk alasan ini ia pasti mempunyai permulaan. Mereka
mengajarkan bahwa Yesus tidak pernah setara dengan Allah Yang Mahakuasa dalam arti apapun; ia
selalu tunduk kepada Allah dan masih tetap demikian. Mereka juga percaya bahwa roh kudus
bukan pribadi tetapi roh dari Allah, tenaga aktif-Nya.
Para pendukung Tritunggal mengatakan bahwa ini didasarkan, tidak hanya pada tradisi agama
tetapi juga pada Alkitab. Para pengritik doktrin tersebut mengatakan bahwa itu bukan ajaran Alkitab,
sebuah sumber sejarah bahkan berkata: “Asal usul [Tritunggal] sama sekali kafir.”-The Paganism in
Our Christianity.
Jika Tritunggal benar, akan merendahkan Yesus jika dikatakan bahwa ia tidak pernah setara dengan
Allah sebagai bagian dari suatu Keilahian. Namun jika Tritunggal salah, akan merendahkan Allah
Yang Mahakuasa, jika ada pribadi lain yang dikatakan setara dengan Dia, dan bahkan lebih buruk
lagi untuk menyebut Maria sebagai “Bunda Allah.” Jika Tritunggal salah, sungguh tidak menghormati
Allah untuk mengatakan, seperti ditulis dalam buku Catholicism: “Jika [orang] tidak menjaga
Kepercayaan ini utuh dan tidak tercela, [mereka] pasti akan lenyap untuk selamanya. Dan
Kepercayaan Katolik adalah: kita menyembah satu Allah dalam Tritunggal.”
Jadi, ada alasan-alasan yang baik mengapa anda seharusnya ingin mengetahui kebenaran
mengenai Tritunggal. Tetapi sebelum memeriksa asal usulnya dan pengakuannya sebagai
kebenaran, ada gunanya jika doktrin ini didefinisikan lebih terinci. Tepatnya, apa sebenarnya Tritunggal
itu? Bagaimana para pendukungnya menjelaskan ajaran itu?
A . BAGAIMANA TRINITAS DIJELASKAN ?
GEREJA Katolik Roma berkata: “Tritunggal adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan doktrin
utama agama Kristen... Jadi, dalam kata-kata Kredo Athanasia: ‘sang Bapa adalah Allah, sang Anak
adalah Allah, dan Roh Kudus adalah Allah, namun tidak ada tiga Allah melainkan satu Allah.’ Dalam
Tritunggal ini... Pribadi-Pribadinya sama kekal dan setara: semuanya tidak diciptakan dan
mahakuasa.”-The Catholic Encyclopedia.
Hampir semua gereja lain dalam Susunan Kristen menyetujuinya. Misalnya, Gereja Ortodoks Yunani
juga menyebut Tritunggal “doktrin dasar dari Kekristenan,” bahkan mengatakan: “Orang Kristen adalah
orang-orang yang menerima Kristus sebagai Allah.” Dalam buku Our Orthodox Christian Faith, gereja
yang sama berkata: “Allah adalah suatu kesatuan tiga serangkai... Sang Bapa adalah Allah
sepenuhnya. Sang Anak adalah Allah sepenuhnya. Roh Kudus adalah Allah sepenuhnya.”
Jadi, Tritunggal dianggap sebagai “satu Allah dalam tiga Pribadi.” Masing-masing dikatakan tidak
mempunyai permulaan, ada dari kekal sampai kekal. Masing-masing dikatakan mahakuasa, dan
masing-masing tidak lebih besar atau lebih kecil daripada yang lainnya.
Apakah gagasan demikian sukar dimengerti? Banyak orang beriman yang tulus merasa hal itu
membingungkan, bertentangan dengan akal sehat, benar-benar sulit dipahami.
Bagaimana mungkin, sang Bapa adalah Allah, Yesus adalah Allah, dan roh kudus adalah Allah, namun
tidak ada tiga Allah melainkan hanya satu Allah?
KEBINGUNGAN ini tersebar luas. The Encyclopedia Americana mengatakan bahwa Tritunggal
dianggap “di luar jangkauan akal manusia.”Banyak orang yang menerima Tritunggal menganggapnya
demikian. Monsignor Eugene Clark berkata: “Allah itu satu, dan Allah itu tiga. Karena tidak ada ciptaan
yang seperti ini, kita tidak dapat mengertinya, tetapi menerimanya saja.”
Kardinal John O’Connor berkata: “Kami tahu ini suatu misteri yang sangat dalam, yang sama sekali
tidak kita mengerti.”Dan Paus Yohanes Paulus II berkata mengenai “misteri yang tidak dapat dimengerti
tentang Allah Tritunggal.”Jadi, A Dictionary of Religious Knowledge berkata: “Tepatnya apa doktrin itu,
atau bagaimana hal itu harus dijelaskan, para penganut Tritunggal pun tidak mencapai kata sepakat di
antara mereka sendiri.”
Maka, kita dapat mengerti mengapa New Catholic Encyclopedia berkata: “Hanya sedikit diantara guru-
guru teologi Tritunggal di seminari-seminari Katolik Roma yang pada suatu waktu tidak dipojokkan oleh
pertanyaan, ‘Tetapi bagaimana kita akan berkhotbah tentang Tritunggal?’ Dan jika pertanyaan itu
merupakan gejala kebingungan di pihak para siswa, kemungkinan hal itu juga merupakan gejala
kebingungan yang serupa di pihak guru-guru mereka.”
Kebenaran dari pernyataan di atas dapat dibuktikan dengan mengunjungi suatu perpustakaan dan
memeriksa buku-buku yang mendukung Tritunggal. Tak terhitung banyaknya halaman yang ditulis
dalam upaya untuk menjelaskannya. Namun, setelah bersusah payah memeriksa istilah-istilah teologi
yang membingungkan dan penjelasannya, para peneliti masih tetap tidak puas.
Mengenai ini, imam Yesuit Joseph Bracken mengatakan dalam bukunya What Are They Saying About
the Trinity?: “Para imam yang dengan cukup banyak upaya telah mempelajari...
Tritunggal selama tahun-tahun mereka di seminari tentu saja ragu-ragu untuk menyampaikannya
kepada jemaah mereka dari mimbar, bahkan pada hari Minggu. Tritunggal... Untuk apa seseorang akan
membuat umatnya bosan dengan sesuatu yang pada akhirnya pun tidak akan mereka mengerti dengan
benar?” Ia juga berkata: “Tritunggal adalah soal kepercayaan formal, namun hal itu hanya sedikit atau
tidak [berpengaruh] dalam kehidupan dan ibadat Kristen sehari-hari.” Meskipun demikian, ini adalah
“doktrin utama” dari gereja-gereja! Teolog Katolik Hans Kung menyatakan dalam bukunya Christianity
and the World Religions bahwa Tritunggal merupakan satu alasan mengapa gereja-gereja tidak berhasil
membuat kemajuan yang berarti di kalangan orang bukan Kristen. Ia berkata: “Bahkan orang Muslim
yang terpelajar, sama sekali tidak dapat mengerti, sebagaimana juga orang-orang Yahudi sebegitu jauh
tidak dapat memahami, gagasan mengenai Tritunggal... Perbedaan yang dibuat oleh doktrin Tritunggal
antara satu Allah dan tiga hypostase [zat] tidak memuaskan orang Muslim, yang bukannya merasa
mendapat penjelasan, tetapi justru merasa bingung, oleh istilah-istilah teologi yang berasal dari bahasa
Syria, Yunani, dan Latin.
Orang-orang Muslim menganggap ini semua permainan kata... Mengapa seseorang ingin
menambahkan sesuatu kepada gagasan mengenai keesaan dan keunikan Allah yang hanya dapat
mengencerkan atau meniadakan keesaan dan keunikan itu?”
Tetapi, dengan berkukuh bahwa Tritunggal adalah misteri yang begitu membingungkan karena berasal
dari wahyu ilahi, mereka menciptakan problem besar lain. Mengapa? Karena dalam wahyu ilahi itu
sendiri tidak ada pandangan demikian mengenai Allah: “Allah... bukan Allah yang suka pada
kekacauan.”-1 Korintus 14:33, Alkitab dalam Bahasa Indonesia Sehari-hari (BIS).
Mengingat pernyataan itu, mungkinkah Allah akan mencetuskan doktrin mengenai diri-Nya sendiri yang
begitu membingungkan sehingga bahkan para sarjana Ibrani, Yunani, dan Latin tidak dapat
menjelaskannya? Selain itu, apakah orang-orang harus menjadi teolog untuk dapat ‘mengenal satu-
satunya Allah yang benar dan Yesus Kristus yang telah Ia utus?’ (Yohanes 17:3) Jika demikian halnya,
mengapa begitu sedikit dari para pemimpin agama Yahudi yang terpelajar mengakui Yesus sebagai
Mesias?
Sebaliknya, murid-muridnya yang setia, adalah petani-petani, nelayan, pemungut cukai, ibu-ibu rumah
tangga yang sederhana. Orang-orang sederhana tersebut begitu yakin dengan apa yang Yesus ajarkan
tentang Allah sehingga mereka dapat mengajarkannya kepada orang lain dan bahkan rela mati demi
kepercayaan mereka-Matius 15:1-9; 21: 23-32, 43; 23:13-36; Yohanes 7:45-49; Kisah 4:13.
ANDAIKAN Tritunggal itu benar, hal itu seharusnya disampaikan dengan jelas dan konsisten dalam
Alkitab. Mengapa? Karena, seperti ditegaskan para rasul, Alkitab adalah penyingkapan Allah mengenai
diri-Nya kepada umat manusia. Dan karena kita perlu mengenal Allah agar dapat menyembah Dia
dengan sepatutnya, Alkitab harus jelas dalam memberi tahu kita siapa Ia sebenarnya.
Orang-orang beriman pada abad pertama menerima Alkitab sebagai penyingkapan Allah yang otentik.
Itu menjadi dasar kepercayaan mereka, wewenang yang mutlak. Misalnya, ketika rasul Paulus
mengabarkan kepada orang-orang di kota Berea, “mereka menerima firman itu dengan segala kerelaan
hati dan setiap hari mereka menyelidiki Kitab Suci untuk mengetahui, apakah semuanya itu benar
demikian.”-Kisah 17:10,11. Apa yang digunakan oleh pria-pria Allah yang terkemuka di kala itu sebagai
wewenang mereka? Kisah 17:2, 3 (BIS) memberi tahu kita: ‘Paulus seperti biasa... bertukar pikiran
dengan orang-orang di situ mengenai ayat-ayat Alkitab. Berdasarkan ayat-ayat Alkitab ia menjelaskan
dan membuktikan.”Yesus sendiri memberikan teladan dalam menggunakan Alkitab sebagai dasar
ajarannya, dengan berulang kali mengatakan: “Ada tertulis.” “Ia menjelaskan kepada mereka apa yang
tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci.”-Matius 4:4, 7; Lukas 24:27. Jadi, Yesus, Paulus, dan
orang-orang beriman pada abad pertama menggunakan Alkitab sebagai dasar ajaran mereka. Mereka
mengetahui bahwa “semua yang tertulis dalam Alkitab, diilhami oleh Allah dan berguna untuk
mengajarkan yang benar, untuk menegur dan membetulkan yang salah, dan untuk mengajar manusia
supaya hidup menurut kemauan Allah. Dengan Alkitab itu orang yang melayani Allah dapat dilengkapi
dengan sempurna untuk segala macam pekerjaan yang baik.”-2 Timotius 3:16, 17, BIS; lihat juga 1
Korintus 4:6; 1 Tesalonika 2:13: 2 Petrus 1:20, 21. Karena Alkitab dapat “membetulkan yang salah,” ia
seharusnya dengan jelas menyingkapkan keterangan mengenai masalah Tritunggal yang kata orang
merupakan doktrin dasar. Namun apakah para teolog dan sejarawan sendiri mengatakan bahwa hal itu
benar-benar merupakan ajaran Alkitab?
SEBUAH publikasi Protestan berkata: “Kata Tritunggal tidak terdapat dalam Alkitab... Ia baru mendapat
tempat secara resmi dalam teologi gereja pada abad ke-4.” (The Illustrated Bible Dictionary) Dan
seorang yang berwewenang dalam agama Katolik mengatakan bahwa Tritunggal “bukanlah... secara
langsung firman dari Allah.” -New Catholic Encyclopedia. The Catholic Encyclopedia juga
mengomentari: “Dalam Alkitab belum terdapat satu istilah pun untuk menyatakan ke-Tiga Pribadi Ilahi
tersebut secara bersama. Kata triaz [tri’as] (asal kata dari trinitas bahasa Latin) mula-mula ditemukan
dalam [tulisan] Teofilus dari Antiokhia kira-kira tahun 180 M.... Tidak lama kemudian itu muncul dalam
bentuk Latinnya trinitas dalam [tulisan] Tertullian.” Namun, hal ini sendiri tidak membuktikan bahwa
Tertullian mengajarkan Tritunggal. Karya tulis Katolik Trinitas - A Theological Encyclopedia of the Holy
Trinity misalnya, menyatakan bahwa beberapa dari kata-kata Tertullian belakangan digunakan oleh
orang-orang lain untuk menjelaskan Tritunggal. Kemudian ia memperingatkan: “Tetapi kesimpulan yang
tergesa-gesa tidak dapat diambil hanya berdasarkan pemakaian, karena ia tidak menerapkan kata-kata
tersebut untuk teologi Tritunggal.”
SAMPAI di sini saudara mungkin bertanya: ‘Jika Tritunggal bukan ajaran Alkitab, bagaimana itu menjadi
doktrin Susunan Kristen?’ Banyak orang berpikir bahwa ini dirumuskan pada Konsili di Nicea pada
tahun 325 M. Tetapi, hal itu tidak sepenuhnya tepat. Konsili Nicea memang meneguhkan bahwa Kristus
adalah dari zat yang sama seperti Allah, dan hal ini menjadi fondasi untuk teologi Tritunggal di kemudian
hari. Tetapi konsili ini tidak menyusun Tritunggal, karena dalam konsili itu sama sekali tidak
disebutkan mengenai roh kudus sebagai pribadi ketiga dari suatu Keilahian tiga serangkai.
Perkembangan Selanjutnya
SETELAH Konsili Nicea, perdebatan mengenai pokok ini terus berlangsung selama puluhan tahun.
Mereka yang percaya bahwa Yesus tidak setara dengan Allah bahkan mendapat angin lagi untuk
beberapa waktu. Namun belakangan, Kaisar Theodosius mengambil keputusan menentang mereka. Ia
meneguhkan kredo dari Konsili Nicea sebagai standar untuk daerahnya dan mengadakan Konsili
Konstantinopel pada tahun 381 M. untuk menjelaskan rumus tersebut. Konsili tersebut menyetujui untuk
menaruh roh kudus pada tingkat yang sama dengan Allah dan Kristus. Untuk pertama kali, Tritunggal
Susunan Kristen mulai terbentuk dengan jelas. Tetapi, bahkan setelah Konsili Konstantinopel, Tritunggal
tidak menjadi kredo yang diterima secara luas. Banyak orang menentangnya dan karena itu mengalami
penindasan yang kejam. Baru pada abad-abad belakangan Tritunggal dirumuskan dalam
kredo-kredo yang tetap. The Encyclopedia Americana mengatakan: “Perkembangan penuh dari ajaran
Tritunggal terjadi di Barat, pada pengajaran dari Abad Pertengahan, ketika suatu penjelasan dari segi
filsafat dan psikologi disetujui.”
Kredo Athanasia
TRITUNGGAL didefinisikan lebih lengkap dalam Kredo Athanasia. Athanasius adalah seorang pendeta
yang mendukung Konstantin di Nicea. Kredo yang memakai namanya berbunyi:
“Kami menyembah satu Allah dalam Tritunggal... sang Bapa adalah Allah, sang Anak adalah Allah, dan
Roh Kudus adalah Allah; namun mereka bukan tiga allah, tetapi satu Allah.”
Tetapi, para sarjana yang mengetahui benar masalahnya setuju bahwa Athanasius tidak menyusun
kredo ini. The New Encyclopasdia Britannica mengomentari: “Kredo itu baru dikenal oleh Gereja Timur
pada abad ke-12. Sejak abad ke-17, para sarjana pada umumnya setuju bahwa Kredo Athanasia tidak
ditulis oleh Athanasius (meninggal tahun 373) tetapi mungkin disusun di Perancis Selatan pada abad
ke-5... Pengaruh kredo itu tampaknya terutama ada di Perancis Selatan dan Spanyol pada abad ke-6
dan ke-7. Ini digunakan dalam liturgi gereja di Jerman pada abad ke-9 dan kira-kira tidak lama setelah
itu di Roma.”
Jadi dibutuhkan waktu berabad-abad sejak zaman Kristus bagi Tritunggal untuk dapat diterima secara
luas dalam Susunan Kristen. Dan dalam semua hal tersebut, apa yang membimbing keputusan-
keputusannya? Apakah Firman Allah, atau apakah pertimbangan para pendeta dan politik? Dalam
Origin and Evolution of Religion, E. W. Hopkins menjawab: “Definisi ortodoks yang terakhir dari
tritunggal sebagian besar adalah masalah politik gereja.”
Kemurtadan Dinubuatkan
SEJARAH yang tidak baik dari Tritunggal ini cocok dengan apa yang Yesus dan rasul-rasulnya
nubuatkan akan terjadi setelah zaman mereka. Mereka mengatakan bahwa akan ada kemurtadan,
penyelewengan, penyimpangan dari ibadat sejati sampai kembalinya Kristus, yaitu saat ibadat sejati
akan dipulihkan sebelum hari manakala Allah membinasakan sistem perkara-perkara ini tiba.
Mengenai “Hari” itu, rasul Paulus mengatakan: “Sebelum Hari itu haruslah datang dahulu murtad dan
haruslah dinyatakan dahulu manusia durhaka. “ (2 Tesalonika 2: 3, 7) Belakangan, ia menubuatkan:
“Sesudah aku pergi, serigala-serigala yang ganas akan masuk ke tengah-tengah kamu dan tidak akan
menyayangkan kawanan itu. Bahkan dari antara kamu sendiri akan muncul beberapa orang, yang
dengan ajaran palsu mereka berusaha menarik murid-murid dari jalan yang benar dan supaya mengikut
mereka.” (Kisah 20:29, 30) Murid-murid Yesus yang lain juga menulis mengenai kemurtadan ini dengan
golongan pendetanya yang “durhaka.”-Lihat, misalnya, 2 Petrus 2: 1; 1 Yohanes 4:1-3; Yudas 3, 4.
Paulus juga menulis: “Akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi
mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya.
Mereka akan memalingkan telinganya dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng.” -2 Timotius 4:3,
4. Yesus sendiri menjelaskan siapa yang ada di balik kemurtadan dari ibadat sejati. Ia mengatakan
bahwa ia telah menabur benih yang baik tetapi musuhnya, Setan, akan menabur lalang di ladang. Maka
ketika muncul tunas pertama dari gandum, muncul juga lalang. Jadi, penyimpangan dari Kekristenan
sejati harus diharapkan terjadi sampai tiba musim menuai, pada waktu Kristus akan membereskan
perkara-perkara. (Matius 13:24-43) The Encyclopedia Americana mengomentari: “Ajaran Tritunggal dari
abad ke-4 tidak dengan saksama mencerminkan ajaran Kristen yang mula-mula mengenai sifat Allah;
sebaliknya, ini adalah penyimpangan dari ajaran tersebut. ”Maka, dari mana asalnya penyimpangan
ini?-1 Timotius 1: 6
Platonisme
PLATO, menurut perkiraan, hidup dari tahun 428 sampai 347 sebelum Kristus. Meskipun ia tidak
mengajarkan Tritunggal dalam bentuknya yang sekarang, filsafatnya membuka jalan untuk itu.
Belakangan, gerakan filsafat yang mencakup kepercayaan kepada kelompok-kelompok tiga serangkai
bermunculan, dan semua ini dipengaruhi oleh gagasan Plato mengenai Allah dan alam.
Nouveau Dictionnaire Universel (Kamus Universal Baru) bahasa Perancis mengatakan mengenai
pengaruh dari Plato: “Tritunggal menurut Plato, yang sebenarnya hanyalah penyusunan kembali dari
tritunggal-tritunggal yang lebih tua dan berasal dari orang-orang zaman dulu, tampaknya merupakan
tritunggal yang rasional dan filosofis dari sifat-sifat yang melahirkan ketiga hypostase (zat) atau pribadi
ilahi yang diajarkan oleh gerejagereja Kristen... Konsep filsuf Yunani mengenai trinitas ilahi ini... dapat
ditemukan dalam semua agama [kafir] kuno.”
The New Schaff-Herzog Encyclopedia of Religious Knowledge memperlihatkan pengaruh dari filsafat
Yunani ini: “Doktrin mengenai Logos dan Tritunggal menerima bentuknya dari Bapa-Bapa Yunani,
yang... sangat dipengaruhi, secara langsung atau tidak langsung, oleh filsafat Plato... Bahwa kesalahan
dan kerusakan menyusup ke dalam Gereja dari sumber ini tidak dapat disangkal.”
The Church of the First Three Centuries mengatakan: “Doktrin Tritunggal dibentuk secara bertahap dan
baru belakangan terhitung;... ia berasal dari sumber yang sama sekali tidak dikenal dalam Kitab-Kitab
Suci Yahudi maupun Kristen;... ia tumbuh, dan dicangkokkan ke dalam Kekristenan, melalui tangan
Bapa-Bapa pengikut Plato.” Menjelang akhir abad ketiga M., “Kekristenan” dan filsafat Plato yang baru,
berpadu secara tidak terpisahkan. Sebagaimana dinyatakan Adolf Harnack dalam Outlines of the
History of Dogma, doktrin gereja kemudian “berakar dengan kuat di tanah Hellenisme [paham Yunani
kafir]. Dengan demikian ini menjadi suatu misteri bagi bagian terbesar dari orang-orang Kristen.”
Gereja mengaku bahwa doktrin-doktrin barunya didasarkan atas Alkitab. Namun Harnack mengatakan:
“Dalam kenyataan di kalangannya sendiri [gereja] mengesahkan spekulasi Hellenik, pandangan dan
kebiasaan takhyul dari ibadat kafir yang bersifat misteri. ”Dalam buku A Statement of Reasons, Andrews
Norton menyatakan tentang Tritunggal: “Kita dapat menelusuri sejarah doktrin ini dan menemukan
sumbernya, bukan dalam wahyu Kristen, melainkan dalam filsafat Plato... Tritunggal bukan doktrin dari
Kristus dan Rasul-Rasulnya, melainkan suatu fiksi dari sekolah para pengikut Plato.”
Jadi, pada abad keempat M., kemurtadan yang dinubuatkan oleh Yesus dan para rasul mulai
berkembang penuh. Perkembangan dari Tritunggal hanya satu bukti dari ini. Gereja-gereja yang murtad
juga mulai menganut gagasan kafir lain, seperti api neraka, kekekalan jiwa, dan penyembahan berhala.
Secara rohani, Susunan Kristen telah memasuki abad-abad kegelapannya yang telah dinubuatkan,
dikuasai oleh golongan pendeta “manusia durhaka” yang terus bertambah besar.-2 Tesalonika 2:3, 7.
JIKA orang membaca Alkitab dari depan sampai belakang tanpa memiliki gagasan
sebelumnya mengenai Tritunggal, apakah mereka dengan sendirinya akan sampai
pada konsep tersebut? Sama sekali tidak. Apa yang dengan sangat jelas akan timbul
dalam pikiran seorang pembaca yang netral ialah bahwa Allah saja Yang Mahatinggi,
sang Pencipta, terpisah dan berbeda dari pribadi manapun, dan bahwa Yesus, bahkan
dalam keberadaannya sebelum menjadi manusia, juga terpisah dan berbeda, suatu
makhluk yang diciptakan, lebih rendah daripada Allah.
AJARAN Alkitab bahwa Allah itu esa atau satu disebut monoteisme. Dan L. L. Paine,
profesor sejarah gereja, menyatakan bahwa monoteisme dalam bentuknya yang paling
murni tidak mengizinkan adanya Tritunggal: “Perjanjian Lama secara tegas adalah
monoteistis. Allah adalah suatu pribadi tunggal. Gagasan bahwa suatu tritunggal dapat
ditemukan di dalamnya... sama sekali tidak berdasar. ”Apakah ada perubahan dari
monoteisme setelah Yesus datang ke bumi? Paine menjawab: “Mengenai hal ini tidak
ada pemisah antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Tradisi monoteistis terus
dilanjutkan. Yesus adalah seorang Yahudi, dilatih oleh orang-tua Yahudi dalam kitab-
kitab Perjanjian Lama. Ajarannya sepenuhnya Yahudi: memang suatu injil baru,
namun bukan suatu teologi baru... Dan ia menerima sebagai kepercayaannya sendiri
ayat agung dari monoteisme Yahudi: ‘Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita
adalah satu Allah’ ”Kata-kata tersebut terdapat dalam Ulangan 6:4. New Jerusalem
Bible (NJB) Katolik berbunyi: “Dengarlah, Israel: Yahweh Allah kita adalah esa, satu-
satunya Yahweh.”[1] Dalam tata bahasa dari ayat itu. kata ìesaî tidak mengandung
sifat jamak untuk menyatakan bahwa kata itu mempunyai arti yang lain, yaitu bukan
satu pribadi.
Catatan kaki:
[1] Nama Allah dinyatakan “Yahweh” dalam beberapa terjemahan, “Jehovah” dalam
terjemahan-terjemahan lain (dalam bahasa Inggris).
Rasul Kristen Paulus tidak menunjukkan adanya perubahan dalam sifat Allah, bahkan
setelah Yesus datang ke bumi. Ia menulis: “Allah adalah satu.” -Galatia 3: 20, lihat
juga 1 Korintus 8:4-6. Ribuan kali dalam seluruh Alkitab, Allah disebutkan sebagai
satu Pribadi. Bila Ia berfirman, ini adalah sebagai satu Pribadi yang tidak terbagi.
Alkitab benar-benar sangat jelas dalam hal ini. Seperti Allah katakan: “Aku ini
[Yehuwa], itulah namaKu; Aku tidak akan memberikan kemuliaanKu kepada yang
lain. “ (Yesaya 42 :8) “Akulah Yahweh Allahmu... Engkau tidak boleh memiliki allah-
allah lain kecuali aku.” (Cetak miring red.)-Keluaran 20: 2, 3, JB.
Untuk apa semua penulis Alkitab yang diilhami Allah akan berbicara mengenai Allah
sebagai satu Pribadi jika Ia sebenarnya adalah tiga Pribadi? Apa gunanya hal itu,
selain dari menyesatkan orang? Tentu, jika Allah terdiri dari tiga Pribadi, la akan
menyuruh para penulis Alkitab-Nya untuk membuat hal itu benar-benar jelas sehingga
tidak mungkin ada keraguan mengenai hal itu. Sedikitnya para penulis Kitab-Kitab
Yunani Kristen yang mempunyai hubungan pribadi dengan Anak Allah sendiri tentu
akan berbuat demikian. Ternyata tidak. Sebaliknya, apa yang dinyatakan dengan
sangat jelas oleh para penulis Alkitab ialah bahwa Allah adalah satu Pribadi;
Pribadi yang unik, tidak terbagi-bagi yang tidak setara dengan siapapun juga: “Akulah
[Yehuwa] dan tidak ada yang lain; kecuali Aku tidak ada Allah. “ (Yesaya 45:5)
“Engkau sajalah yang bernama [Yehuwa], Yang Mahatinggi atas seluruh
bumi.”-Mazmur 83 :19.
YESUS menyebut Allah “satu-satunya Allah yang benar.” (Yohanes 17:3) Ia tidak
pernah menyebut Allah sebagai ilahi yang terdiri dari pribadi-pribadi jamak. Itulah
sebabnya dalam Alkitab tidak ada satu pribadi pun selain Yehuwa yang disebut Yang
Mahakuasa. Jika tidak, arti kata “mahakuasa” tidak berlaku lagi. Yesus maupun roh
kudus tidak pernah disebut demikian, karena hanya Yehuwa yang paling tinggi.
Dalam Kejadian 17:1 Ia berkata: “Akulah Allah Yang Mahakuasa.” Dan Keluaran
18:11 berbunyi: “[Yehuwa] lebih besar dari segala allah.”
Dalam Kitab-Kitab Ibrani, kata ‘eloh’ah (allah) mempunyai dua bentuk jamak, yaitu,
‘elo-him’ (allah-allah) dan ‘elo-heh’ (allah-allah dari). Bentuk-bentuk jamak ini
umumnya memaksudkan Yehuwa, dan dalam hal itu kata-kata tersebut diterjemahkan
dalam bentuk tunggal sebagai “Allah.” Apakah bentuk-bentuk jamak tersebut
menyatakan suatu Tritunggal? Tidak. Dalam A Dictionary of the Bible, William Smith
berkata: “Gagasan khayalan bahwa [’elo-him’] memaksudkan tritunggal dari pribadi-
pribadi dalam Keilahian, sekarang hampir tidak mempunyai pendukung lagi di
kalangan para sarjana. Hal itu adalah apa yang disebut para ahli tata bahasa bentuk
jamak dari keagungan, atau itu menyatakan kepenuhan dari kekuatan ilahi. Kuasa
keseluruhan yang diperlihatkan oleh Allah.”
The American Journal of Semitic Languages and Literatures mengatakan tentang ‘elo-
him.’ “Ini hampir selalu dijelaskan dengan suatu predikat kata kerja tunggal, dan
membutuhkan atribut kata sifat tunggal.” Untuk menggambarkan ini, gelar ‘elo-him’
muncul 35 kali secara tersendiri dalam kisah penciptaan, dan setiap kali kata kerja
yang menggambarkan apa yang Allah katakan dan lakukan adalah dalam bentuk
tunggal. (Kejadian 1:1-2:4) Jadi, publikasi itu menyimpulkan: “[’Elo-him’] agaknya
harus dijelaskan sebagai bentuk jamak yang bersifat intensif, yang menyatakan
kebesaran dan keagungan. ”‘Elo-him’ bukan berarti “pribadi-pribadi,” melainkan
“allah-allah.” Jadi mereka yang berkukuh bahwa kata ini menyatakan suatu Tritunggal
menjadikan diri sendiri politeis, penyembah lebih dari satu Allah. Mengapa? Karena
ini berarti ada tiga allah dalam Tritunggal. Namun hampir semua pendukung
Tritunggal menolak pandangan bahwa Tritunggal terdiri dari tiga allah yang terpisah.
Alkitab juga menggunakan kata-kata ‘elo-him’ dan ‘elo-heh’ bila menyebutkan
sejumlah allah-allah berhala yang palsu. (Keluaran 12:12; 20:23). Namun pada
kesempatan lain hal itu bisa memaksudkan hanya satu allah palsu, seperti ketika
orang-orang Filistin menyebutkan “Dagon, allah mereka [’elo-heh’].” (Hakim 16:23,
24) Baal disebut “allah [’elo-him]” (1 Raja 18:27) Selain itu, ungkapan ini digunakan
untuk manusia. (Mazmur 82:1, 6) Musa diberi tahu bahwa dia akan menjadi “Allah
[’elo-him’]” bagi Harun dan bagi Firaun.-Keluaran 4:16; 7:1.
Jelas, menggunakan gelar-gelar ‘elo-him’ dan ‘elo-heh ‘untuk allah-allah palsu, dan
bahkan manusia, tidak menyatakan bahwa masing-masing adalah allah-allah yang
jamak; demikian juga menerapkan ‘elo-him’ atau ‘elo-heh’ pada Yehuwa tidak berarti
bahwa Ia lebih dari satu Pribadi, terutama bila kita mempertimbangkan bukti dari
ayat-ayat lain dalam Alkitab mengenai pokok ini.
KETIKA berada di atas bumi, Yesus adalah seorang manusia, meskipun manusia yang
sempurna karena Allah telah memindahkan daya kehidupan dari Yesus ke dalam
rahim Maria. (Matius 1: 18-25) Namun itu bukan awal kehidupannya. Ia sendiri
menyatakan bahwa ia “telah turun dari sorga.” (Yohanes 3:13) Jadi wajarlah bila ia
belakangan berkata kepada para pengikutnya: “Bagaimanakah, jikalau kamu melihat
Anak Manusia [Yesus] naik ke tempat di mana Ia sebelumnya berada?”-Yohanes 6:62.
Jadi. Yesus sudah hidup di surga sebelum datang ke bumi. Tetapi apakah sebagai salah
satu pribadi dalam Keilahian tiga serangkai yang mahakuasa dan kekal? Tidak, karena
Alkitab dengan jelas menerangkan bahwa sebelum menjadi manusia, Yesus adalah
suatu makhluk roh yang diciptakan sama seperti malaikat-malaikat adalah makhluk-
makhluk roh yang diciptakan oleh Allah. Para malaikat maupun Yesus tidak hidup
sebelum mereka diciptakan. Yesus, sebelum hidup sebagai manusia, adalah ‘yang
sulung dari segala yang diciptakan.’ (Kolose 1:15) Ia adalah “permulaan dari ciptaan
Allah.” (Wahyu 3:14) “Permulaan” [bahasa Yunani, ar-khe’] tidak dapat ditafsirkan
bahwa Yesus adalah ‘pemula’ dari ciptaan Allah. Dalam tulisan-tulisannya di Alkitab,
Yohanes menggunakan berbagai bentuk dari kata Yunani ar-khe’ lebih dari 20 kali,
dan ini selalu mempunyai arti umum “permulaan.” Ya, Yesus diciptakan oleh Allah
sebagai permulaan dari ciptaan-ciptaan Allah yang tidak kelihatan.
Perhatikan betapa erat hubungan antara acuan-acuan kepada asal usul Yesus dengan
pernyataan-pernyataan yang diungkapkan oleh “hikmat” kiasan dalam buku Amsal di
Alkitab: “TUHAN [Yahweh, NJB] telah menciptakan aku sebagai permulaan
pekerjaanNya, sebagai perbuatanNya yang pertama-tama dahulu kala. Sebelum
gunung-gunung tertanam dan lebih dahulu dari pada bukit-bukit aku telah lahir;
sebelum Ia membuat bumi dengan padang-padangnya atau debu dataran yang pertama
[”unsur-unsur pertama dari dunia,” NJB].” (Amsal 8: 12, 22, 25, 26)
Meskipun istilah “hikmat” digunakan untuk mempersonifikasi pribadi yang Allah
ciptakan, kebanyakan sarjana setuju bahwa ini sebenarnya adalah kata kiasan untuk
Yesus sebagai makhluk roh sebelum hidup sebagai manusia.
Jadi melalui pekerja ahli inilah, seolah-olah mitra kerja-Nya yang lebih muda, Allah
Yang Mahakuasa menciptakan semua perkara lain. Alkitab meringkaskan masalahnya
sebagai berikut: “Bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa, yang dari padaNya
berasal segala sesuatu... dan satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus, yang melalui dia,
segala sesuatu telah dijadikan.” (Cetak miring red.)-1 Korintus 8:6, Revised Standard
Version, edisi Katolik; BIS. Tiada sangsi lagi bahwa kepada pekerja ahli inilah Allah
berkata: “Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita.”
(Kejadian 1: 26) Ada yang mengatakan bahwa “Kita” dalam pernyataan ini
menunjukkan suatu Tritunggal. Namun jika anda mengatakan, ‘Baiklah kita membuat
sesuatu untuk diri kita,’ tidak seorang pun akan secara wajar memahami bahwa ini
menyatakan beberapa orang digabungkan menjadi satu di dalam diri anda. Anda
hanya memaksudkan bahwa dua pribadi atau lebih akan bersama-sama mengerjakan
sesuatu. Maka, demikian pula, ketika Allah menggunakan “Kita,” Ia hanya menyapa
suatu pribadi lain, makhluk roh-Nya yang pertama, sang pekerja ahli, pramanusia
Yesus.
DALAM Matius 4:1, Yesus dikatakan “dicobai Iblis.” Setelah menunjukkan kepada
Yesus semua kerajaan dunia dengan kemegahannya,” Setan berkata: “Semua itu akan
kuberikan kepadaMu, jika Engkau sujud menyembah aku.” (Matius 4:8, 9) Setan
berupaya untuk membuat Yesus tidak loyal kepada Allah. Tetapi ujian keloyalan
macam apakah itu jika Yesus adalah Allah? Dapatkah Allah memberontak melawan
diri-Nya sendiri? Tidak, tetapi malaikat-malaikat dan manusia dapat memberontak
melawan Allah dan telah berbuat demikian. Cobaan atas Yesus hanya masuk akal jika
ia, bukan Allah, melainkan suatu pribadi yang terpisah yang mempunyai kehendak
bebasnya sendiri, pribadi yang bisa saja tidak loyal jika ia memutuskan demikian,
seperti halnya malaikat atau manusia. Sebaliknya, kita tidak dapat membayangkan
bahwa Allah dapat berdosa dan tidak loyal kepada diri-Nya sendiri. “PekerjaanNya
sempurna... Allah yang setia,... adil dan benar Dia.” (Ulangan 32:4) Jadi jika Yesus
adalah Allah, ia tidak mungkin dicobai.-Yakobus 1:13. Karena bukan Allah, Yesus
bisa saja tidak loyal. Namun ia tetap setia, dengan mengatakan: “Enyahlah, Iblis!
Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan [Yehuwa, NW], Allahmu, dan
hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!”-Matius 4:10.
SALAH satu alasan utama Yesus datang ke bumi juga mempunyai hubungan langsung
dengan Tritunggal. Alkitab menyatakan: “Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi
pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus, yang telah
menyerahkan diriNya sebagai tebusan [yang sesuai, NW] bagi semua manusia.”-1
Timotius 2: 5,6. Yesus, yang tidak lebih dan tidak kurang daripada seorang manusia
sempurna, menjadi tebusan yang dengan tepat mengganti rugi apa yang telah
dihilangkan Adam -hak untuk hidup sebagai manusia sempurna di bumi. Jadi Yesus
dengan tepat dapat disebut “Adam yang akhir” oleh rasul Paulus, yang berkata dalam
ikatan kalimat yang sama: “Sama seperti semua orang mati dalam persekutuan dengan
Adam, demikian pula semua orang akan dihidupkan kembali dalam persekutuan
dengan Kristus.” (1 Korintus 15: 22, 45) Kehidupan manusia yang sempurna dari
Yesus adalah “tebusan yang sesuai” yang dituntut oleh keadilan ilahi-tidak lebih, tidak
kurang. Suatu prinsip dasar bahkan dari keadilan manusia ialah bahwa harga yang
dibayar harus sesuai dengan kesalahan yang dilakukan.
Tetapi, jika Yesus adalah bagian dari suatu Keilahian, harga tebusan akan sangat jauh
lebih tinggi daripada apa yang dituntut oleh Taurat Allah sendiri. (Keluaran 21:23-25;
Imamat 24:19-21) Yang berdosa di Eden hanya seorang manusia sempurna, Adam,
bukan Allah. Maka tebusan itu, agar benar-benar selaras dengan keadilan Allah, harus
tepat sama nilainya-seorang manusia sempurna, “Adam yang akhir.” Maka, ketika
Allah mengutus Yesus ke bumi sebagai tebusan itu, Ia menjadikan Yesus sebagai
sesuatu yang akan memenuhi keadilan, bukan suatu inkarnasi, bukan manusia-allah,
melainkan manusia sempurna, “lebih rendah daripada malaikat-malaikat.” (Ibrani 2:9;
bandingkan Mazmur 8: 6, 7.) Bagaimana mungkin suatu bagian dari Keilahian yang
mahakuasa Bapa, Anak, atau roh kudus-dapat lebih rendah daripada malaikat
malaikat?
ALKITAB menyebut Yesus “Anak Tunggal” atau dalam bahasa Inggris, “only-
begotten Son” (“Anak satu-satunya yang diperanakkan”). (Yohanes 1:14; 3:16, 18; 1
Yohanes 4:9) Para penganut Tritunggal mengatakan bahwa karena Allah itu kekal,
maka Anak Allah juga kekal. Namun bagaimana seseorang bisa menjadi anak dan
pada waktu yang sama umurnya setua ayahnya? Para penganut Tritunggal
mengatakan bahwa dalam hal Yesus, “satu-satunya yang diperanakkan” tidak sama
dengan definisi kamus untuk “memperanakkan” yang adalah “memberi kehidupan
sebagai bapa.” (Webster’s Ninth New Collegiate Dictionary) Mereka berkata bahwa
dalam hal Yesus ini memaksudkan “sifat dari hubungan tanpa asal usul,” semacam
hubungan anak tunggal tetapi tanpa ia diperanakkan. (Vine’s Expository Dictionary of
Old and New Testament Words, karya Vine) Apakah hal itu kedengaran masuk akal
bagi anda? Dapatkah seorang pria menjadi ayah seorang anak tanpa memperanakkan
dia?
Selain itu, mengapa Alkitab menggunakan kata Yunani yang sama untuk “satu-
satunya yang diperanakkan” (seperti diakui oleh Vine tanpa penjelasan apapun) untuk
menggambarkan hubungan antara Ishak dengan Abraham? Ibrani 11:17 menyebut
Ishak sebagai “anaknya [Abraham] yang tunggal,” atau dalam bahasa Inggris “anak
satu-satunya yang diperanakkan.” Tidak mungkin ada keraguan bahwa dalam hal
Ishak, ia satu-satunya yang diperanakkan dalam arti yang normal, tidak sama dalam
umur atau kedudukkan dengan ayahnya.
Kata dasar bahasa Yunani untuk “satu-satunya yang diperanakkan” yang digunakan
untuk Yesus dan Ishak ialah monogenes’, dari mo’nos, yang berarti “satu-satunya,”
dan gi’no-mai, sebuah akar kata yang berarti “menghasilkan,” “menjadi (menjadi
ada),” kata Exhaustive Concordance oleh Strong. Maka, monogenes’ didefinisikan
sebagai: “Satu-satunya yang dilahirkan, satu-satunya yang diperanakkan, artinya satu-
satunya anak.”-A Greek and English Lexicon of the New Testament, oleh E.
Robinson. Theological Dictionary of the New Testament,, dengan penyunting Gerhard
Kittel, berkata: “[Monogenes] berarti ‘keturunan satu-satunya’ yaitu, tanpa saudara
laki-laki atau perempuan.” Buku ini juga menyatakan bahwa dalam Yohanes 1:18; 3:
16, 18; dan 1 Yohanes 4:9, “hubungan Yesus tidak hanya disamakan dengan hubungan
seorang anak tunggal atau satu-satunya anak dengan ayahnya. Ini memang hubungan
antara anak satu-satunya yang diperanakkan oleh sang Bapa.”
MESKIPUN Yesus sering disebut Anak Allah dalam Alkitab, tidak seorang pun pada
abad pertama pernah menganggap dia sebagai Allah Anak. Bahkan hantu-hantu, yang
‘percaya bahwa hanya ada satu Allah,’ mengetahui dari pengalaman mereka di alam
roh bahwa Yesus bukan Allah. Maka, dengan tepat mereka menyapa Yesus sebagai
“Anak Allah” yang terpisah. (Yakobus 2:19: Matius 8:29) Dan ketika Yesus mati, para
prajurit Roma yang kafir itu yang sedang berjaga cukup mengetahui untuk dapat
mengatakan bahwa apa yang mereka dengar dari para pengikut Yesus pasti benar,
bukan bahwa Yesus adalah Allah, melainkan bahwa “sungguh, ia ini adalah Anak
Allah.”-Matius 27: 54. Maka, ungkapan “Anak Allah” menunjuk kepada Yesus
sebagai makhluk yang terpisah dan diciptakan, bukan bagian dari Tritunggal. Sebagai
Anak Allah, ia tidak mungkin Allah sendiri, karena Yohanes 1:18 berkata: “Tidak
seorangpun yang pernah melihat Allah. ”Murid-murid memandang Yesus sebagai
‘pengantara yang esa antara Allah dan manusia,’ bukan sebagai Allah sendiri. (1
Timotius 2:5) Karena menurut definisi seorang pengantara adalah seorang yang
terpisah dari mereka yang membutuhkan pengantara, suatu kontradiksi jika Yesus
adalah satu kesatuan dengan salah satu pihak yang ia coba perdamaikan. Itu berarti ia
pura-pura menjadi pengantara, padahal bukan. Alkitab memang jelas dan konsisten
berkenaan hubungan antara Allah dengan Yesus. Allah Yehuwa saja Yang Mahakuasa.
Ia secara langsung menciptakan pramanusia Yesus. Jadi, Yesus mempunyai permulaan
dan tidak pernah dapat setara dengan Allah dalam kuasa atau kekekalan.
YESUS tidak pernah mengaku sebagai Allah. Segala sesuatu yang ia katakan tentang dirinya
menunjukkan bahwa ia tidak menganggap dirinya sama dengan Allah dalam hal apapun -tidak dalam
hal kuasa, tidak dalam pengetahuan, tidak dalam umur. Dalam setiap periode keberadaannya, tidak
soal di surga atau di atas bumi, ucapan-ucapan dan tingkah lakunya mencerminkan kedudukan yang
lebih rendah daripada Allah. Allah selalu yang lebih unggul, Yesus adalah pribadi yang lebih rendah
yang diciptakan oleh Allah
MENURUT doktrin Tritunggal, roh kudus adalah pribadi ketiga dari Keilahian, setara dengan sang Bapa
dan sang Anak. Seperti dikatakan buku Our Orthodox Christian Faith: “Roh Kudus adalah Allah
sepenuhnya.”
Dalam Kitab-Kitab Ibrani, kata yang paling sering digunakan untuk “roh” ialah ru’ach, yang berarti
“nafas; angin; roh.” Dalam Kitab-Kitab Yunani, kata tersebut ialah pneu’ma, yang mempunyai arti sama.
Apakah kata-kata ini menunjukkan bahwa roh kudus adalah bagian dari suatu Tritunggal?
Tenaga Aktif
“ROH kudus” yang digunakan dalam Alkitab n menyatakan bahwa ini adalah suatu kekuatan atau
tenaga yang dikendalikan yang digunakan oleh Allah Yehuwa untuk melaksanakan berbagai maksud-
tujuan-Nya. Sampai taraf tertentu, ini dapat disamakan dengan listrik, tenaga yang dapat digunakan
untuk melakukan beragam fungsi.
Dalam Kejadian 1:2 Alkitab berkata bahwa “Roh [bahasa Ibrani, ru’ach] Allah melayang-layang di atas
permukaan air.” Di sini, Roh Allah adalah tenaga aktif-Nya yang bekerja untuk membentuk bumi.
Allah menggunakan roh-Nya untuk memberikan penerangan kepada mereka yang melayani Dia. Daud
berdoa: “Ajarlah aku melakukan kehendakMu, sebab Engkaulah Allahku! Kiranya Roh[ru’ach]Mu yang
baik itu menuntun aku di tanah yang rata!” (Mazmur 143:10) Ketika 70 pria yang cakap ditunjuk untuk
membantu Musa, Allah berkata kepadanya: “Sebagian dari Roh [ru’ach] yang hinggap padamu itu akan
Kuambil dan Kutaruh atas mereka.” -Bilangan 11:17.
Nubuat Alkitab dicatat ketika orang-orang dari Allah ‘didorong oleh Roh [bahasa Yunani, dari pneu’ma]
Kudus.” (2 Petrus 1:20, 21) Dengan cara ini Alkitab “diilhamkan Allah.”
Kata Yunani untuk itu ialah The-o’pneu-stos, yang berarti “dinafaskan oleh Allah.” (2 Timotius 3:16) Dan
roh kudus membimbing orang-orang tertentu untuk mendapat penglihatan-penglihatan atau mimpi-
mimpi nubuat. -2 Samuel 23:2; Yoel 2:28, 29; Lukas 1:67; Kisah 1:16; 2:32, 33
Roh kudus mendorong Yesus untuk pergi ke padang gurun setelah ia dibaptis. (Markus 1:12) Roh itu
seperti api dalam diri hamba-hamba Allah, yang menyebabkan mereka mendapatkan kekuatan dari
tenaga itu. Dan ini memungkinkan mereka untuk berbicara dengan berani dan tabah. -Mikha 3:8; Kisah
7:55-60; 18:25; Roma 12:11; 1 Tesalonika 5:19.
Melalui roh-Nya, Allah melaksanakan vonisNya atas manusia dan bangsa-bangsa. (Yesaya 30: 27, 28;
59:18, 19) Dan roh Allah dapat sampai ke mana-mana, bertindak demi orang-orang atau melawan
mereka. -Mazmur 139:7-12.
Penolong
YESUS menyebut roh kudus sebagai “seorang Penolong,” dan ia berkata bahwa roh ini akan mengajar,
membimbing, dan berbicara. (Yohanes 14:16, 26; 16:13) Kata Yunani yang ia gunakan untuk penolong
(para’kletos) adalah kata yang berjenis laki-laki atau maskulin. Jadi ketika Yesus menyatakan apa yang
akan dilakukan penolong itu, ia menggunakan kata ganti nama pribadi laki-laki. (Yohanes 16:7, 8)
Sebaliknya, bila kata Yunani yang berjenis netral untuk roh (pneu’ma) digunakan, kata ganti yang netral
“it” dalam bahasa Inggris itulah yang digunakan.
Kebanyakan penerjemah yang menganut Tritunggal menyembunyikan fakta ini, seperti diakui oleh New
American Bible Katolik berkenaan Yohanes 14:17: “Kata Yunani untuk ‘Roh’ ialah berjenis netral, dan
walaupun kita menggunakan kata ganti nama pribadi dalam bahasa Inggris (‘he,’ ‘his,’ ‘him’),
kebanyakan MSS [manuskrip] Yunani menggunakan kata [bahasa Inggris] ‘it.’”
Jadi bila Alkitab menggunakan kata ganti nama pribadi berjenis laki-laki sehubungan dengan para’kletos
dalam Yohanes 16:7, 8, hal ini sesuai dengan peraturan tata bahasa, bukan menyatakan suatu doktrin.
DIKATAKAN bahwa beberapa ayat Alkitab memberikan bukti untuk mendukung Tritunggal. Tetapi,
apabila kita membaca ayat-ayat tersebut, kita harus selalu mengingat bahwa bukti-bukti Alkitab maupun
sejarah tidak mendukung Tritunggal.
Ayat-ayat Alkitab apapun yang diajukan sebagai bukti harus dipahami sejalan dengan konteks dari
ajaran seluruh Alkitab yang konsisten. Sering kali arti yang sesungguhnya dari ayat yang diajukan
tersebut dijelaskan oleh konteks atau ikatan kalimat ayat-ayat sebelum dan sesudahnya.
Kutipan lain yang menyebutkan ketiganya bersama-sama terdapat dalam beberapa terjemahan Alkitab
yang lebih tua dalam 1 Yohanes 5:7. Namun, para sarjana mengakui bahwa kata-kata ini pada mulanya
tidak terdapat dalam Alkitab, tetapi baru ditambahkan belakangan. Kebanyakan terjemahan modern
dengan benar menghilangkan ayat yang palsu ini.
“Ayat-ayat bukti” yang lainnya hanya mengupas hubungan antara dua -sang Bapa dan Yesus. Mari kita
bahas beberapa dari antaranya.
Dalam 1 Korintus 3:6, 8, Paulus berkata: “Aku menanam, Apolos menyiram, ... Baik yang menanam
maupun yang menyiram adalah sama.” Paulus tidak memaksudkan bahwa ia dan Apolos adalah dua
pribadi di dalam satu; ia memaksudkan bahwa mereka menjadi satu dalam tujuan. Kata Yunani yang
Paulus gunakan di sini untuk “sama” (hen) berjenis netral, secara aksara: “satu (perkara),” yang
menunjukkan persatuan dalam tindakan. Ini adalah kata yang sama yang Yesus gunakan dalam
Yohanes 10:30 untuk menjelaskan hubungannya dengan Bapanya. Ini juga kata yang sama yang Yesus
gunakan dalam Yohanes 17:21, 22. Jadi ketika ia menggunakan kata “satu” (hen) dalam kasus-kasus
ini, ia memaksudkan persatuan dalam pikiran dan tujuan.
Mengenai Yohanes 10:30, John Calvin (seorang penganut Tritunggal) mengatakan dalam buku
Commentary on the Gospel According to John: “Orangorang zaman dulu menyalahgunakan ayat ini
untuk membuktikan bahwa Kristus adalah ... dari zat yang sama dengan sang Bapa. Karena di sini
Kristus tidak berbicara mengenai persatuan dalam zat, tetapi mengenai kesepakatan antara dia dengan
sang Bapa.”
Dalam konteks dari ayat-ayat setelah Yohanes 10:30, Yesus dengan tegas menjelaskan bahwa kata-
katanya bukan pengakuan dirinya sebagai Allah. Ia bertanya kepada orang-orang Yahudi yang salah
mengambil kesimpulan itu dan ingin melemparinya dengan batu: “Mengapa kalian mengatakan aku
menghujat Allah karena berkata aku Anak Allah? Padahal aku dipilih oleh Bapa dan diutus ke dunia.”
(Yohanes 10:31-36, BIS) Tidak, Yesus tidak mengaku bahwa ia, Allah Anak, melainkan Anak Allah.
“Aku Adalah”
DALAM Yohanes 8:58 sejumlah terjemahan, misalnya The Jerusalem Bible mengutip Yesus berkata:
“Sebelum Abraham jadi, Aku adalah.” Apakah, seperti dinyatakan oleh para penganut Tritunggal, Yesus
di sini sedang mengajarkan bahwa ia dikenal dengan gelar “Aku adalah?” Dan, sesuai dengan
pengakuan mereka, apakah ini memaksudkan bahwa ia adalah Yehuwa yang terdapat dalam Kitab-
Kitab Ibrani, karena dalam Keluaran 3:14 berbunyi: “Firman Allah kepada Musa; AKU ADALAH AKU?”
Dalam Keluaran 3:14 ungkapan “AKU ADALAH” digunakan sebagai gelar bagi Allah untuk menunjukkan
bahwa Ia sungguh-sungguh ada dan akan melaksanakan janji-Nya. The Pentateuch and Haftorahs,
dengan penyunting Dr. J. H. Hertz, berkata mengenai ungkapan ini: “Bagi orang-orang Israel dalam
perbudakan, arti kata-kata ini adalah, ‘Meskipun Ia belum menunjukkan kuasa-Nya terhadap kamu, Ia
akan melakukan hal itu; Ia kekal dan pasti akan membebaskanmu.’ Kebanyakan penerjemah modern
mengikuti Rashi [komentator Alkitab dan Talmud berkebangsaan Perancis] dalam menerjemahkan
[Keluaran 3:14] ‘Aku akan menjadi apa yang Aku akan menjadi. ‘ “
Pernyataan dalam Yohanes 8:58 jauh berbeda dari yang digunakan dalam Keluaran 3:14. Yesus tidak
menggunakan hal itu sebagai nama atau gelar, ia menggunakannya untuk menunjukkan
keberadaannya sebelum menjadi manusia. Maka, perhatikan bagaimana beberapa terjemahan Alkitab
lain menyatakan Yohanes 8:58:
1869: “Sejak sebelum Abraham ada, aku telah ada.” The New Testament, oleh G. R Noyes.
1935: “Aku ada sebelum Abraham lahir!” The Bible -An American Translation, oleh J. M. P. Smith dan E.
J. Goodspeed.
1965: “Sebelum Abraham lahir, aku sudah menjadi siapa aku ini.” Das Neue Testament, oleh Jorg Zink.
1981: “Aku sudah hidup sebelum Abraham lahir!” The Simple English Bible.
1984: “Sebelum Abraham menjadi ada, Aku telah ada.” New World Translation of the Holy Scriptures.
1985: “Sebelum Abraham lahir aku sudah ada.” Alkitab dalam Bahasa Indonesia Sehari-hari.
1987: “Sebelum Abraham jadi, Aku Ada.” Terjemahan Baru.
Jadi, makna yang sesungguhnya dari bahasa Yunani yang digunakan di sini adalah bahwa ‘anak
sulung’ Allah yang diciptakan, Yesus, telah ada lama sebelum Abraham lahir.
Kolose 1: 15; Amsal 8:22, 23,30; Wahyu 3:14.
Sekali lagi, ikatan kalimatnya menunjukkan bahwa ini adalah pengertian yang benar. Kali ini orang-
orang Yahudi ingin melempari Yesus dengan batu karena mengaku “telah melihat Abraham” padahal
seperti mereka katakan, ia belum berumur 50 tahun. (Ayat 57) Tanggapan Yesus yang wajar adalah
memberitahukan kebenaran mengenai usianya. Jadi pantas jika ia mengatakan kepada mereka bahwa
ia “sudah hidup sebelum Abraham lahir!” -The Simple English Bible.
Melanggar Aturan?
TETAPI, ada yang mengatakan bahwa terjemahan-terjemahan seperti itu melanggar suatu aturan
dalam tata bahasa Yunani Koine yang diterbitkan oleh sarjana bahasa Yunani E. C. Colwell pada tahun
1933. Ia menegaskan bahwa dalam bahasa Yunani sebuah kata benda yang menjadi predikat
“mempunyai kata sandang [tertentu] bila kata itu sesudah kata kerja;
[tetapi] tidak mempunyai kata sandang [tertentu] bila mendahului kata kerjanya.” Dengan ini ia
maksudkan bahwa sebuah kata benda yang menjadi predikat yang mendahului kata kerjanya harus
dimengerti seolah-olah mempunyai kata sandang tertentu (bahasa Inggris, “the”) di depannya. Dalam
Yohanes 1: 1 kata benda kedua (the-os’), predikatnya, sebelum kata kerjanya -“dan [the-os’] adalah
Firman itu.” Jadi, kata Colwell, Yohanes 1:1 harus dibaca “dan Allah [bahasa Inggris, “(the) God”] adalah
Firman itu.”
Namun pertimbangkan dua contoh yang terdapat dalam Yohanes 8:44. Di sana Yesus berkata tentang
si Iblis: “Ia adalah pembunuh manusia” dan “ia adalah pendusta.” Sama seperti dalam Yohanes 1: 1,
kata-kata benda yang menjadi predikat (“pembunuh manusia” dan “pendusta”) dalam bahasa Yunani
mendahului kata kerja (“adalah”). Tidak ada kata sandang tidak tentu di depan masing-masing kata
benda karena dalam bahasa Yunani Koine tidak ada kata sandang tidak tentu. Namun kebanyakan
terjemahan menyisipkan kata “adalah” atau “adalah seorang” (bahasa Inggris, a) karena tata bahasa
Yunani dan ikatan kalimatnya menuntut itu. -Lihat juga Markus 11:32; Yohanes 4:19; 6:70; 9:17; 10:1;
12:6.
Colwell harus mengakui ini sehubungan dengan kata benda yang menjadi predikatnya, karena ia
berkata: “[Kata sandangnya] tidak tertentu [”suatu” atau “seorang”] dalam hal ini, hanya bila ikatan
kalimatnya menuntut hal tersebut.” Jadi ia pun mengakui bahwa bila ikatan kalimat menuntut hal itu,
para penerjemah dapat menyisipkan kata sandang tidak tentu di depan kata benda dalam susunan
kalimat sejenis ini.
Apakah ikatan kalimatnya menuntut kata sandang tidak tentu dalam Yohanes 1: 1 ? Ya, karena bukti
dari seluruh Alkitab menunjukkan bahwa Yesus bukan Allah Yang Mahakuasa. Jadi, yang harus
membimbing penerjemah dalam hal-hal seperti itu bukan peraturan tata bahasa dari Colwell yang
meragukan, tetapi ikatan kalimatnya. Dan jelas dari banyak terjemahan-terjemahan yang menyisipkan
kata sandang tidak tentu “suatu” dalam Yohanes 1:1 dan di ayat-ayat lain, bahwa banyak sarjana tidak
menyetujui peraturan yang dibuat-buat seperti di atas, demikian juga Firman Allah.
Tidak Bertentangan
APAKAH mengatakan bahwa Yesus Kristus adalah “suatu allah” bertentangan dengan ajaran Alkitab
bahwa hanya ada satu Allah? Tidak, karena kadang-kadang Alkitab menggunakan istilah itu untuk
memaksudkan pribadi yang berkuasa. Mazmur 8:6 (Klinkert) berbunyi: “Engkau telah menjadikan dia
[manusia] kurang sedikit dari pada segala malaekat [bahasa Ibrani, ‘elohim’, NW, pribadi-pribadi seperti
Allah”].” Dalam pembelaan Yesus terhadap tuduhan orang Yahudi, bahwa ia mengaku sebagai Allah, ia
mengatakan bahwa “Taurat menggunakan kata allah-allah untuk mereka kepada siapa firman Allah
ditujukan,” yaitu yang dimaksudkan hakim-hakim manusiawi. (Yohanes 10: 34, 35, Jerusalem Bible;
Mazmur 8Z:1-6) Bahkan Setan disebut “ilah zaman ini” dalam 2 Korintus 4:4.
Yesus mempunyai kedudukan yang jauh lebih tinggi daripada para malaikat, manusia yang tidak
sempurna, atau Setan.
Karena pribadi-pribadi itu disebutkan sebagai “allah-allah,” pribadi-pribadi yang berkuasa, tentu Yesus
pun dapat dianggap “suatu allah” dan memang demikian. Karena kedudukannya yang unik dalam
hubungannya dengan Yehuwa, Yesus adalah “Allah Yang Perkasa [”Berkuasa,” NW].” -Yohanes 1: 1;
Yesaya 9: 5.
Namun bukankah “Allah Yang Berkuasa” dengan huruf-huruf besar menunjukkan bahwa Yesus dalam
hal tertentu setara dengan Allah Yehuwa? Sama sekali tidak. Yesaya hanya menubuatkan ini sebagai
salah satu dari empat nama yang akan diberikan kepada Yesus, dan dalam bahasa Indonesia nama-
nama tersebut ditulis dengan huruf besar. Tetapi, sekalipun Yesus disebut “Berkuasa,” hanya ada satu
pribadi yang “Mahakuasa.” Menyebut Allah Yehuwa “Mahakuasa” tidak akan mempunyai arti jika tidak
ada pribadi-pribadi lain yang juga disebut allah-allah namun menduduki jabatan lebih rendah.
Bulletin of the John Rylands Library di Inggris menyatakan bahwa menurut teolog Katolik Karl Rahner,
meskipun the-os’ digunakan dalam ayat-ayat seperti Yohanes 1: 1 untuk menyebutkan Kristus, “dalam
ayat-ayat tersebut the-os’ tidak pernah digunakan sedemikian rupa sehingga menyatakan Yesus sama
dengan Dia yang di tempat lain dalam Perjanjian Baru disebut sebagai ‘ho Theos,’ yaitu, Allah Yang
Paling tinggi.” Dan Bulletin menambahkan: ‘Jika para penulis Perjanjian Baru menganggap sangat
penting agar orang-orang yang setia mengakui Yesus sebagai ‘Allah,’ mengapa pengakuan semacam
ini tidak ada sama sekali dalam Perjanjian Baru?’
Tetapi bagaimana dengan kata-kata rasul Tomas, “Ya Tuhanku dan Allahku!” kepada Yesus dalam
Yohanes 20:28? Bagi Tomas, Yesus adalah seperti “allah,” terutama dalam mukjizat yang ia lihat yang
mendorongnya untuk mengeluarkan seruan itu. Beberapa sarjana mengatakan bahwa Tomas mungkin
hanya mengucapkan seruan keheranan yang emosional, yang diucapkan kepada Yesus namun
ditujukan kepada Allah. Dalam hal apapun, Tomas tidak berpikir bahwa Yesus adalah Allah Yang
Mahakuasa, karena ia dan semua rasul lain tahu bahwa Yesus tidak pernah mengaku dirinya sebagai
Allah melainkan mengajar bahwa Yehuwa saja “satu-satunya Allah yang benar.”
Yohanes 17:3.
Sekali lagi, ikatan kalimatnya membantu kita memahami hal ini. Beberapa hari sebelumnya Yesus yang
telah dibangkitkan menyuruh Maria Magdalena memberi tahu murid-murid: “Aku akan pergi kepada
BapaKu dan Bapamu, kepada AllahKu dan Allahmu.” (Yohanes 20:17) Meskipun Yesus sudah
dibangkitkan sebagai roh yang berkuasa, Yehuwa masih tetap Allahnya. Dan Yesus terus menyebut Dia
demikian bahkan dalam buku terakhir dari Alkitab, setelah ia dimuliakan. -Wahyu 1: 5,6: 3:2,12.
Tepat tiga ayat setelah seruan Tomas, dalam Yohanes 20:31, Alkitab menjelaskan masalahnya lebih
lanjut dengan menyatakan “Semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa
Yesuslah Mesias, Anak Allah,” bukan bahwa ia adalah Allah Yang Mahakuasa. Dan ini berarti “Anak”
secara aksara, sebagaimana seorang ayah aksara dan seorang anak, bukan sebagai suatu bagian
yang misterius dari Keilahian Tritunggal.
Maka, jika kita ingin mendapat perkenan Allah, kita perlu bertanya kepada diri kita sendiri: Apa yang
Allah katakan mengenai diri Dia sendiri? Bagaimana Ia ingin disembah? Apa maksud-tujuanNya dan
bagaimana kita harus menyesuaikan diri dengan itu? Pengetahuan yang saksama tentang kebenaran
akan memberi kita jawaban-jawaban yang benar atas pertanyaan-pertanyaan tersebut. Dengan
demikian kita dapat menyembah Allah menurut syarat-syarat Dia.
Dengan menghormati Allah sebagai yang paling tinggi dan menyembah Dia menurut syarat-syaratNya,
kita dapat menghindari hukuman yang segera akan Ia timpakan atas Susunan Kristen yang murtad.
Sebaliknya kita dapat menantikan perkenan Allah pada waktu sistem ini berakhir:
“Dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap
hidup selama-lamanya.”
1 Yohanes 2:17.