Вы находитесь на странице: 1из 43

BAB 2 DASAR TEORI

2.1 Uji Tarik Uji tarik adalah pemberian gaya atau tegangan tarik kepada material dengan maksud untuk mengetahui atau mendeteksi kekuatan dari suatu material. Tegangan tarik yang digunakan adalah tegangan aktual eksternal atau perpanjangan sumbu benda uji. Uji tarik dilakuan dengan cara penarikan uji dengan gaya tarik secara terus menerus, sehingga bahan (perpajangannya) terus menerus meningkat dan teratur sampai putus, dengan tujuan menetukan nilai tarik. Untuk mengetahui kekuatan tarik suatu bahan dalam pembebanan tarik, garis gaya harus berhimpit dengan garis sumbu bahan sehingga pembebanan terjadi beban tarik lurus. Tetapi jika gaya tarik sudut berhimpit maka yang terjadi adalah gaya lentur. Hasil uji tarik tersebut mencatat fenomena hubungan antara teganganregangan yang terjadi selama proses uji tarik dilakukan. Mesin uji tarik sering diperlukan dalam kegiatan engineering untuk mengetahui sifat-sifat mekanik suatu material. Mesin uji tarik terdiri dari beberapa bagian pendukung utama, diantaranya : kerangka, mekanisme pencekam spesimen, sistem penarik dan mekanisme, serta sistem pengukur. Uji tarik banyak dilakukan untuk melengkapi informasi rancangan dasar kekuatan suatu bahan dan sebagai data pendukung bagi spesifikasi bahan. Pada uji 5

tarik benda uji diberi beban gaya tarik sesumbu yang bertambah secara kontiniu, bersamaan dengan itu dilakukan pengamatan mengenai perpanjang yang dialami benda uji. seperti terlihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1. Alat Uji Tarik Tegangan yang didapatkan dari kurva tegangan teoritik adalah tegangan yang membujur rata-rata dari pengujian tarik. Tegangan tersebut diperoleh dengan cara membagi beban dengan luas awal penampang lintang benda uji itu.
=
P Ao

Regangan yang didapatkan adalah regangan linear rata-rata, yang diperoleh dengan cara membagi perpanjangan (gage length) benda uji ( atau L), dengan panjang awal.

Lo L L Lo = Lo Lo

e=

= e=

Karena tegangan dan regangan diperoleh dengan cara membagi beban dan perpanjangan dengan faktor yang konstan, kurva beban perpanjangan akan mempunyai bentuk yang sama seperti pada gambar 2.2.

Gambar 2.2. Kurva Tegangan Regangan Teknik ( - ) Bentuk dan besaran pada kurva tegangan-regangan suatu logam tergantung pada komposisi, perlakukan panas, deformasi plastis yang pernah dialami, laju regangan, temperatur, dan keadaan tegangan yang menentukan selama pengujian. Parameter-parameter yang digunakan untuk menggambarkan kurva teganganregangan logam adalah kekuatan tarik, kekuatan luluh atau titik luluh, persen perpanjangan, dan pengurangan luas. Parameter pertama adalah parameter kekuatan, sedangkan yang kedua menyatakan keuletan bahan.

2.1.1. Kekuatan Tarik Kekuatan tarik atau kekuatan tarik maksimum (ultimate tensile strength) adalah nilai yang paling sering dituliskan sebagai hasil suatu uji tarik, tetapi pada kenyataannya nilai tersebut kurang bersifat mendasar dalam kaitannya dengan kekuatan material. Untuk logam ulet, kekuatan tariknya harus dikaitkan dengan beban maksimum, dimana logam dapat menahan beban sesumbu untuk keadaan yang sangat terbatas. Pada tegangan yang lebih komplek, kaitan nilai tersebut dengan kekuatan logam kecil sekali kegunaannya. Kecenderungan yang banyak ditemui adalah, mendasarkan rancangan statis logam ulet pada kekuatan luluhnya. Tetapi karena jauh lebih praktis menggunakan kekuatan tarik untuk menentukan kekuatan bahan, maka metode ini lebih banyak dipakai. Kekuatan tarik adalah besarnya beban maksimum dibagi dengan luas penampang lintang awal benda uji.
P Maks Ao

u =

Korelasi emperis yang diperluas antar kekuatan tarik dengan sifat mekanik lainnya seperti kekerasan dan kekuatan lelah, sering dipergunakan. Hubungan tersebut hanya terbatas pada hasil penelitian beberapa jenis material. 2.1.2. Kekuatan Luluh

Kekuatan luluh menyatakan besarnya tegangan yang dibutuhkan untuk berdeformasi plastis material. Pengukuran besarnya tegangan pada saat mulai terjadi deformasi plastis atau batas luluh tergantung pada kepekaan pengukuran regangan. Sebagian besar material mengalami perubahan sifat dari elastis menjadi plastis, yang berlangsung sedikit demi sedikit dan titik saat deformasi plastis mulai terjadi, sukar ditentukan secara teliti. Sehingga kekuatan luluh sering dinyatakan sebagai kekuatan luluh offset, yaitu besarnya tegangan yang dibutuhkan untuk menghasilkan sejumlah kecil deformasi plastis yang ditetapkan (regangan offset). Kekuatan luluh offset ditentukan tegangan pada perpotongan antara kurva tegangan-regangan dengan garis sejajar dengan kemiringan kurva pada regangan tertentu. Di Amerika Serikat regangan offset ditentukan sebesar 0,2 atau 0,1 % (e = 0,002 atau 0,001 mm/mm).
P

Y =

offset

Ao

Gambar 2.3. Kurva Tegangan Regangan Yang Mengindikasikan Kriteria Luluh

Beberapa bahan pada dasarnya tidak mempunyai bagian linear pada kurva tegangan-regangan, misalnya tembaga lunak atau besi cor kelabu. Untuk bahan-bahan tersebut, metode offset tidak dapat digunakan dan untuk pemakaian praktis, kekuatan luluh didiefinisikan sebagai tegangan yang diperlukan untuk menghasilkan regangan total tertentu, misalnya e = 0,5 %.

2.1.3. Keuletan (e)

10

Keuletan adalah suatu besaran kualitatif dan sifat subyektif suatu bahan, yang secara umum pengukurannya dilakukan untuk memenuhi tiga kepentingan, yaitu: 1. Menyatakan besarnya deformasi yang mampu dialami suatu material, tanpa terjadi patah. Hal ini penting untuk proses pembentukan logam, seperti pengerolan dan ekstruksi. 2. Menunjukkan kemampuan logam untuk mengalir secara plastis sebelum patah. Keuletan logam yang tinggi menunjukkan kemungkinan yang besar untuk berdeformasi secara lokal tanpa terjadi perpatahan. 3. Sebagai petunjuk adanya perubahan kondisi pengolahan. Ukuran keuletan dapat digunakan untuk memperkirakan kualitas suatu bahan, walaupun tidak ada hubungan langsung antara keuletan dengan perilaku dalam pemakaian bahan. Cara untuk menentukan keuletan yang diperoleh dari uji tarik adalah regangan teknis pada saat patah (ef), yang biasa disebut perpanjangan dan pengukuran luas penampang pada patahan (q). Kedua sifat ini didapat setelah terjadi patah, dengan cara menaruh benda uji kembali, kemudian diukur panjang akhir benda uji (Lf) dan diameter pada patahan (Df), untuk menghitung luas penampang patahan (Af).
L f - Lo Lo

ef =

11

q=

Ao - Af Ao

Baik perpanjangan maupun pengurangan luas penampang, biasanya dinyatakan dalam persentase. Karena cukup besar bagian deformasi plastis yang akan terkonsentrasi pada daerah penyempitan setempat, maka harga ef akan bergantung pada panjang ukur awal (Lo). Makin kecil panjang ukur, makin besar pengaruhnya pada perpanjangan keseluruhan. Oleh karena itu bila diberikan harga persentase perpanjangan, maka panjang ukur Lo akan selalu disertakan. 2.1.4. Modulus Elastisitas ( E ) Gradien bagian linear awal kurva tegangan-regangan adalah modulus elastisitas atau modulus Young. Modulus elastisitas adalah ukuran kekakuan suatu bahan. Makin besar modulus elastisitas makin kecil regangan elastis yang dihasilkan akibat pemberian tegangan. Modulus elastisitas dirumuskan :
E=

Modulus elastisitas biasanya diukur pada temperatur tinggi dengan metode dinamik, dimana adalah sudut yang dibentuk oleh daerah elastis kurva teganganregangan. Modulus elastisitas suatu material ditentukan oleh energi ikat antar atom-

12

atom, sehingga besarnya nilai modulus ini tidak dapat dirubah oleh suatu proses tanpa merubah struktur bahan. 2.1.5. Kelentingan (Resilience) Kelentingan adalah kemampuan suatu bahan untuk menyerap energi pada waktu berdeformasi secara elastis dan kembali kebentuk awal apabila bebannya dihilangkan. Kelentingan biasa dinyatakan sebagai modulus kelentingan, yaitu energi regangan tiap satuan volume yang dibutuhkan untuk menekan bahan dari tegangan nol hingga tegangan luluh. Modulus kelentingan (Resilience Mudulus) dapat dicari dengan menggunakan persamaan :
2 o UR = 2E

2.1.6. Ketangguhan (Toughness) Ketangguhan adalah jumlah energi yang diserap material sampai terjadi patah, yang dinyatakan dalam Joule. Energi yang diserap digunakan untuk berdeformasi, mengikuti arah pembebanan yang dialami. Pada umumnya ketangguahan

menggunakan konsep yang sukar dibuktikan atau didefinisikan. Terdapat beberapa pendekatan matematik untuk menentukan luas daerah dibawah kurva teganganregangan. Untuk logam-logam ulet mempunyai kurva yang dapat didekati dengan persamaan-persamaan berikut : 13

UT = u . ef

UT =

( o + u )
2
2 ( u ).e f 3

ef

UT =

2.1.7 Tegangan dan regangan Pengujian tarik dilakukan untuk mengetahui sifat-sifat mekanik bahan. Untuk mendapatkan hasil pengujian yang akurat diperlukan ukuran standart benda uji sesuai dengan standart. Untuk menhitung tegangan dan regangan digunakan rumus : Tegangan =
F Ao

(N/mm 2 )

Ao =

1 2 .D o 4

(mm )

Sedangkan untuk menghitung regangan tarik () dapat menggunakan rumus seperti dibawah ini : Regangan =
L x100 % Lo

Dimana : F = Gaya (KN)

14

Ao Lo L Do

= Luas Penampang Awal = Panjang Awal = Pertambahan Panjangan = Diameter Awal

(mm 2 ) (mm) (mm) (mm)

Kurva tegangan-regangan teknik tidak memberikan indikasi karekteristik deformasi yang sesungguhnya, karena kurva tersebut semuanya berdasarkan pada dimensi awal benda uji, sedangkan selama pengujian terjadi perubahan dimensi. Pada uji tarik untuk logam liat akan terjadi penyempitan setempat pada saat beban mencapai harga maksimum. Karena pada tahap ini luas penampang lintang benda uji turun secara cepat, maka beban yang dibutuhkan untuk melanjutkan deformasi akan segera mengecil. Kurva tegangan-regangan teknik juga menurun setelah melewati beban maksimum. Keadaan sebenarnya menunjukkan logam masih mengalami pengerasan regangan sampai patah sehingga tegangan yang dibutuhkan untuk melanjutkan deformasi juga bertambah besar. Tegangan yang sesungguhnya ( s) adalah beban pada saat manapun dibagi dengan luas penampang lintang benda uji, Ao dimana beban itu bekerja.

15

Gambar 2.4. Perbandingan Antara Kurva Tegangan Regangan Teknik Dengan Kurva Tegangan Regangan Sesungguhnya Pada pengujian tarik terjadi deformasi yaitu : 1. Deformasi elastis yaitu perubahan bentuk yang disebabkan gaya luar dan apabila gaya luar dilepas maka bahan tersebut akan kembali ke bentuk dan ukuran semula. 2. Deformasi platis yaitu perubahan bentuk yang disebabkan gaya luar dan apabila gaya luar dilepas maka bahan tidak akan kembali ke bentuk dan ukuran semula. Pada gambar 2.5. menunjukan terjadinya batas proporsional dan batas plastis. Batas proporsional adalah batas dari suatu bahan dimana terjadi penambahan panjang.

16

Batas plastis adalah batas dari suatu benda dimana terjadi penambahan panjang dan benda tidak akan kembali seperti bentuk dan ukurannya semula.

Gambar 2.5. Grafik Antara Gaya Dengan Perubahan Panjang Dalam uji tarik akan terjadi beberapa tegangan yaitu : 1. Tegangan proporsional, dimana gaya berbanding lurus dengan petambahan panjang dan berbanding lurus dengan regangan. 2. Tegangan alur yaitu tegangan yang didapat pada benda saat terjadinya deformasi plastis yang tidak menunjukkan penurunan beban pada perpanjangan plastis dalam persentase tertentu dan panjang ukur mula mula dibagi dengan luas

17

penampang mula mula. Tegangan alur terjadi pada atas (alur atas) dan bawah (alur bawah).

Gambar 2.6. Grafik Gaya Terhadap Perubahan Panjang (Daerah Proporsional) 2.2 Mekanisme Mesin Uji Tarik Mesin uji tarik adalah mesin yang digunaka untuk melakukan pengujian spesimen dengan cara menarik spesimen tersebut hingga putus. Hasil uji tarik

18

tersebut mencatat fenomena hubungan antara tegangan-regangan yang terjadi selama proses uji tarik dilakukan. Mesin uji tarik sering di perlukan dalam kegiatan engineering untuk mengetahui sifat-sifat mekanik suatu material. Mesin uji tarik terdiri dari bebrapa bagian pendukung utama, diantaranya: kerangka, mekanisme pencekam spesimen, sistem penarik dan mekanisme serta sistem pengukur. Data pada proses uji tarik dapat dinyatakan berupa gaya tarik (F) dan pertambahan panjang ( L) spesimen. Akan tetapi, dapat juga dinyatakan menjadi tegangan ( ) dan regangan ( ). Tegangan di peroleh dengan cara gaya yang terjadi dalam proses uji tarik dibagi degan luas penampang dab regangan diperoleh dengan membagi pertambahan panjang degan panjang mula-mula. Hasil lain yang dapat diperoleh dari uji tarik adalah kekuatan tarik, batas elastisitas, modulus elastisitas. Dalam proses uji tarik akan diukur besarnya gaya yang diperlukan untuk mematahkan spesimen dan besar regangan yang terjadi. Kedua parameter ini akan ditampilkan pada sebuah diagram yang di hasilkan pada saat pengujian dilakukan. Untuk merekam besarnya tekanan pada pengujian di butuhkan alat bantu pengindra yang disebut loadcell. Alat ini memiliki output berupa tegangan listrik yang bersatuan mVolt. Output ini tidak dapat langsung digunakan untuk input pada sistem penyaji data, karena tegangan yang dihasilkan oleh loadcell terlalu kecil.

19

Maka dengan dipasangkan rangkaian operation amplifier pada output loadcell, tegangan yang dihasilkan akan bertambah cukup besar sehingga dapat diaplikasikan pada sebuah rangkaian elektronik penyaji data. Untuk penyaji data yang modern telah menggunakan software pada computer yang cara kerjanya adalah mengubah sinyal analog menjadi sinyal digital. Dari sinyal digital ini akan ditampilkan berupa plot diagram hasil pengujian. Jika menggunakan diagram penyaji yang lama terdapat dua mekanisme pencatat hasil pengujian. Yaitu mekanisme pencatat gaya, berupa rangkaian elektronik dengan sebuah dinamo untuk menggerakkan ballpoint sesuai dengan berubahnya gaya pada proses uji tarik. Untuk merekam besarnya regangan, digunakan mekanisme drum berputar yang terhubung dengan gerakan pencekam. Mekanisme berputarnya drum ini menggunakan tali atau kawat yang menghubungkan pencekam dengan drum. Dengan adanya kolaborasi gerakan drum dengan mekanisme yang digerakkan loadcell itu akan terbentuk sebuah diagram gaya-pertambahan panjang yang mewakili sifat dari spesimen. Untuk kerangka mesin terdapat dua tipe yaitu tipe kerangka dua kolom dan empat kolom. Sedangkan mekanisme pencekam terdapat tiga tipe yaitu pencekam tipe slot, tipe dengan sistem ulir dan tipe collet. Untuk sistem penarik, sesuai dangan kapasitas mesin uji tarik cukup besar. Sistem penarik biasanya digunakan sistem hidrolik.

20

2.2 Spesimen Spesimen uji tarik ditentukan menurut standar uji seperti JIS, ASTM atau standar uji lainnya, masing-masing memiliki bentuk dan ukuran yang berbeda. Spesimen dengan bentuk silinder menurut standar ASTM diberi ulir pada ujungujungya, sedangkan pada standar JIS tanpa ulir. Diameter ulir pada uji standar ASTM biasanya memiliki ukuran 1,25 kali dari diameter spesimen. Spesimen menurut standar ASTM sangat baik untuk dicekam oleh pencekamnya, karena adanya sistem ulir. Sistem ulir menghasilkan gaya ikat yang cukup besar, sehingga pada saat pengujian tidak terjadi slip antara spesimen dengan pencekam. Kekuranga dari standar ASTM ini adalah sulit dalam pembuatan spesimen, karena adanya ulir. Sedangkan standar JIS tanpa ulir sehingga mudah dalam pembuatan spesimen. Namun spesimen standar JIS memiliki kekurangan yaitu sering terjadi slip antara spesimen dengan pencekam. Bentuk spesimen uji tarik ada juga yang berbentuk pipih dengan ketebalan tertentu. Macam-macam bentuk spesimen ini akan memerlukan tipe pencekam yang berbeda-beda pula. Panjang spesimen memiliki ukuran yang berbeda setiap standar pengujian yang ada.

21

Keterangan : Uji 9A Panjang Efektif (L) : 100 mm Jarak antara bagian yang tercekam (P): 150 mm (min) Uji 9B L : 200 mm P : 250 mm (min) Gambar 2.7 Dimensi Spesimen Silinder Standar JIS (sumber : JIS Handbook, Ferrous Material And Metallurgy. Japan, 1982)

Keterangan

W = 8T L = 5,65 A P = L + 1,5 A A = WxT Gambar 2.8 Dimensi Spesimen Pipih Standar JIS

(sumber : JIS Handbook, Ferrous Material And Metallurgy. Japan, 1982)

22

2.3 Mekanisme Pencekam Pencekam pada mesin uji tarik sangat berperan penting untuk memegang spesimen, agar dapat dilakukan penarikan tanpa terjadi pergeseran atau lepasnya spesimen dari pencekam. Dimensi pencekam harus memiliki dimensi yang lebih besar dibandingkan dengan spesimen yang akan dilakukan penarikan. Pada dasarnya fungsi dari pencekam ini adalah untuk menjepit spesimen dengan kuat agar spesimen tidak bergeser atau lepas saat dilakukan penarikan. Proses uji tarik dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut : pertama spesimen dipasangkan pada salah satu pencekam lalu actuator digerakkan untuk memposisikan ujung spesimen yang satunya ke pencekam satunya lagi. Setelah kedua ujung spesimen tercekam dengan baik, proses penarikan dapat dilakukan hingga spesimen mengalami regangan hingga akhirnya putus. Tipe pencekam mesin uji tarik ada tiga tipe umum yang digunakan, yaitu pencekam tipe slot dengan dua blok trapesium, tipe pencekam ulir dan tipe pencekam collet. Ketiga tipe ini memiliki mekanisme berbeda yang satu dengan lainnya, hal ini disesuaikan dengan kebutuhan akan spesimen yang ada. Ketiga spesimen ini dipasangkan secara vertikal atas dan bawah pada kerangka mesin uji tarik. Di dalam penerapan sistem pencekam mesin uji tarik ini diperoleh dari studi pustaka, melakukan survey serta browsing di internet. Dari hasil pencarian jenis-jenis

23

macam pencekam yang ditemukan untuk diterapkan pada mesin uji tarik, maka akan dipilih yang sesuai untuk diterapkan. 2.3.1 Pencekam Tipe Slot Tipe slot terdiri dari sepasang blok trapesium, housing dan pegas. Blok trapesium berfungsi untuk menjepit spesimen agar tidak lepas. Housing berfungsi untuk meletakkan blok trapesium agar posisinya dapat digunakan untuk mencekam. Pegas berfungsi untuk memberi gaya dorong yang lebih besar pada blok trapesium untuk mencekam spesimen.

Keterangan :
1. Housing

2. Pegas 3. Blok trapesium 4. Spesimen Gambar 2.9 Pencekam Tipe Slot Jenis pencekam slot digunakan untuk spesimen yang memiliki bentuk silinder karena blok trapesium yang digunakan memiliki alur. Alur ini dapat memperkuat 24

daya pencekam. Hal ini bertujuan agar spesimen tidak lepas dari pencekam. Jika pencekam tipe ini memiliki dimensi yang tidak terlalu besar, sehingga diperlukan pegas untuk memberi gaya dorong blok trapesium. Gaya dorong pegas berguna untuk menjepit spesimen pada awal pemasangan spesimen. Bentuk pencekam memiliki sudut yang berfungsi untuk mengahasilkan gaya cekam yang semakin besar seiring dengan gaya penambahan penarikan, sehingga spesimen akan tercekam dengan kuat. Pencekam tipe ini memanfaatkan adanya gaya gesek antara permukaan pencekam dengan spesimen. Gaya gesek ini berperan penting untuk menjaga spesimen agar tidak terlepas, karena dengan adanya gaya gesek maka hambatan spesimen untuk bergerak akan semakin besar. Sehingga spesimen tetap tercekam denga baik. Kebanyakan pada tipe pencekam ini memiliki kontur pada permukaannya, dengan tujuan agar gaya gesek antara spesimen dengan pencekam semakin besar. Cara pemasangan spesimen pada pencekam jenis ini yaitu dengan cara plat didorong naik ke atas, sehingga di antara ke dua plat akan terdapat celah untuk dipasangkan spesimen. Gaya cekam pada tipe slot sangat tergantung dari besarnya gaya gesek antara spesimen dengan pencekam. Apabila gaya gesek yang terjadi lebih kecil dari gaya tarik F yang diberikan, maka spesimen akan terlepas dari pencekam. Fenomena seperti ini sering kali ditemui pada tipe slot.

25

Kekurangan pada tipe ini adalah seringnya terjadi keausan pada permukaan pencekam, sehingga gaya geseknya akan berkurang. Maka sering dilakukan pembuatan ulang pada kontur permukaannya. Berdasarkan gaya-gaya yang terjadi pada pencekam tipe slot. Gaya tersebut terlihat seperti gambar di bawah ini :

Keterangan : A : Gaya Reaksi Dari Dinding Housing (Terdistribusi Merata) B : Gaya Reaksi Pada Spesimen (Terdistribusi Merata) B: Gaya Tekan Blok Trapesium (Terdistribusi Merata) F : Gaya Tarik Saat Proses Uji Tarik W : Gaya Berat Blok Trapesiuum f : Gaya Gesek Gambar 2.10 Gaya Pada Pencekam Dan Spesimen Karena adanya gaya F ke bawah, maka akan terjadi gaya-gaya pada blok trapesium. Gaya tegak lurus pada dinding-dinding blok yaitu gaya A dan gaya B. Kedua gaya ini merupakan reaksi dari gaya W. Gaya A dan B merupakan gaya self 26

clamping. Self clamping adalah gaya pencekaman yang timbul akibat adanya gaya W tanpa tambahan gaya dari luar, sehingga spesimen akan tercekam dengan sendirinya. Apabila dimensi plat kecil maka gaya W kurang besar untuk menimbualkan gaya A dan gaya B. Oleh karena itu dipasang pegas pada pencekam dengan tujuan untuk meningkatkan gaya W. Gaya F adalah gaya yang terjadi pada saat penarikan. Semakin besar gaya F maka gaya cekamnya akan semakin besar juga.

Gambar 2.11 Diagram Pada Pencekam 2.3.2 Pencekam Tipe Ulir Tipe ini terdiri dari housing dan ulir. Fungsi dari ulir adalah untuk memasang spesimen pada housing.

27

Keterangan : 1. Housing 2. Spesimen Gambar 2.12 Pencekam Tipe Ulir Pencekam jenis ulir memiliki sistem pencekam yang memanfaatkan kekuatan geser ulir. Adanya ulir ini adalah merupakan fenomena gaya gesek yang ekstrim karena ikatan diantara ulir spesimen dengan ulir pencekam sangat besar. Hal ini membuat spesimen tidak bergeser dari pencekam. Pencekam tipe ulir tidak menyebabkan ujung spesimen mengalami gaya tekan dan deformasi seperti halnya pada pencekam tipe slot. Dimensi ulir serta tinggi ulir sangat berperan penting di dalam kualitas pencekaman, karena gaya yang terjadi pada saat penarikan sepenuhnya pada ulir tersebut. Standar-standar untuk spesimen ulir telah ditentukan menurut ASTM. Pencekam tipe ulir sangat sederhana namun memiliki unjuk kerja yang baik untuk mencekam spesimen dengan dimensi yang kecil dan efisien dalam kinerjanya. Kekurangan dari tipe ini adalah akan mengalami kesulitan jika digunakan pada spesimen berdimensi kecil.

28

2.3.3 Pencekam Tipe Collet Tipe terdiri dari : body, batang cekam, gigi payung dan kunci pengencang. Body berfungsi untuk menempatkan bagian-bagian lain supaya berfungsi sesuai fungsinya. Batang berfungsi untuk mencekam spesimen. Gigi payung berfungsi untuk mentransfer torsi dari kunci pengencang. Kunci pengencang berfungsi untuk mengencangkan batang cekam ke spesimen .

a. Tampak luar

b. bagian dalam

Keterangan : 1. Body 2. Batang cekam 3. Spesimen 4. Gigi payung 5. Kunci pengeras Gambar 2.13 Pencekam Tipe Collet Pencekam tipe collet menggunakan mekanisme ulir dengan bentuk rumah pencekam konis. Pencekam tipe collet memanfaatkan gaya yang ditimbulkan pada bantang cekam dan sistem ulir. Bantang cekam yang berhubungan dengan spesimen yang terbuat dari besi carbide, sehingga tidak mengalami keausan pada saat menjepit spesimen. Pemasangan spesimen pada tipe ini yaitu dengan mengendorkan batang cekam sehingga lubangnya renggang lalu spesimen dimasukkan dan pengunci

29

dikencangkan dan pengunci dikencangkan lagi agar spesimen tercekam untuk awalnya. Spesimen akan tercekam lebih kuat lagi sebanding dengan besarnya torsi yang diberikan pada saat mengencangkan pencekam. Kekurangan pada tipe ini adalah gaya cekam tergantung pada torsi kunci pengencang saat dikencangkan. Kontruksi sistem collet chuck di tunjukkan pada gambar 2.10 Analisa gaya-gaya yang terjadi pada sistem pengencang tipe collet di atas dapat ditunjukkan melalui gambar di bawah ini :

View A:

View B:

30

Keterangan: : momen yang diberikan pada kunci pengeras : momen yang dihasilkan pada gigi payung Gambar 2.14 analisa gaya pada collet Kontruksi ulir dari sistem collet chuck memiliki kemiringan sebesar ditunjukkan sebagai berikut: , dapat

Gambar 2.15 gaya momen pada bagian screw Analisa gaya pada ulir dapat didiskripsikan sebagai berikut:

Gambar 2.16 Gaya Pada Blok Dan Bidang Miring Dari Skrup Dimana : L : Jarak Maju Ulir R : Reaksi Dasar Ulir W : Gaya Dorong Yang Dihasilkan D : Diameter Ulir Q : Gaya Keliling Pada Ulir : Kemiringan Ulir : Sudut Gesekan

= Jari-Jari Ulir 31

= Momen Yang Dihasilkan Pada gambar di atas dua gaya tidak diketahui besarnya namun arahnya diketahui dan satu gaya diketahui besar dan arahnya (Q). ketiga gaya di atas dalam keadaan yang setimbang karena tidak memiliki resultan gaya. Apabila dilihat dari gambar segitiga gaya. Tampak bahwa segitiga gayanya merupakan sebuah diagram tertutup dan merupakan sebuah siklus seperti pada gambar di bawah ini dan berlaku persamaan sebagai berikut:

Gambar 2.17 Diagram Gaya Pada Ulir

Dari persamaan di atas akan didapat persamaan R dan W. Gaya W diigunakan untuk mengetahui gaya cekam dari collet ke spesimen dengan analisa sebagai berikut:

32

Gambar 2.18 Gaya Yang Terjadi Pada Pencekam Dengan adalah kemiringan gaya dorong, maka gaya cekam dapat dinyatakan

sebagai berikut: = W/tg(90- )

2.4

Kerangka Mesin Uji Tarik

Kerangka mesin uji tarik sangat berperan penting di dalam mekanisme mesin uji tarik. Kerangka mesin uji tarik harus benar-benar dapat mengatasi gaya-gaya pada saat uji tarik dilakukan, dalam hal ini berhubungan dengan dimensi dan model kerangka. Fungsi dan lingkungan kerja dapat digunakan sebagai acuan untuk pemilihan jenis material yang akan dipilih. Hal ini bertujuan agar tidak terjadi kerusakan atau kegagalan pada saat mesin dioperasikan. Pada proses uji tarik dilakukan, kerangka mesin ujii tarik adalah termasuk bagian mesin uji tarik yang akan mengalami pembebanan. Hal ini karena distribusi gaya-gaya dari mekanisme pencekam dan gaya pada hidrolik akan diteruskan ke kerangka. Semua ini terjadi karena mekanisme tersebut dipasang pada kerangka. Pemilihan jenis material kerangka berdasarkan kapasitas dari mesin uji tarik yang dirancang. Kekuatan kerangka harus lebih besar dibandingkan dengan beban yang akan terjadi pada saat proses uji tarik dilakukan. Dengan penentuan dan jenis material kerangka, akan didapatkan kekuatan yang baik. Material kerangka harus meiliki rigiditas yang tinggi, karena apabila terjadi deformasi pada saat dilakukan uji tarik, maka besar deformasi ini akan

33

mempengaruhi hasil pengukuran uji tarik. Dengan adanya deformasi ini maka hasil uji tarik akan dilakukan penyesuaian data, sehingga akan mempengaruhi ketelitian dari mesin uji tarik tersebut. Semakin kecil koreksi yang dilakukan pada data hasil percobaan, maka semakin baik mesin uji tarik itu.

2.4.1. Kerangka Dengan Dua Kolom

Keterangan :
1. Crossbar

2. Pencekam 3. Kolom 4. Actuator 5. Meja Gambar 2.19 Kerangka Dengan Dua Kolom Bedasarkan cara kerjanya, kerangka tipe dua kolom biasanya hanya dapat melakukan uji tarik atau uji tekan saja. Kalau digunakan untuk dua pengujian maka harus mengganti pencekam untuk setiap pengujian Karena pencekam untuk uji tekan dan uji tarik berbeda. Sedang actuator yang digunakan juga harus tipe double acting karena dapat bergerak menekan dan menarik. Hal ini tidak efisien dan terlalu rumit.

34

Kedua klom disatukan dengan dua buah crossbar tetap yang bentuk dan dimensinya sama. Crossbar atas berfungsi untuk meletakkan pencekam atas sedangkan crossbar bawah untuk meletakkan actuator yang ujungnya terdapat pencekam bawah. Untuk itu pencekam bawah dapat bergerak naik turun mengikuti gerakan actuator. Gerakan ke atas dilakukan untuk memasang spesimen ke pencekam atas dan gerakan ke bawah berfungsi untuk menarik spesimen hingga putus. Pada saat melakukan pengujian, spesimen dipasangkan pada pencekam bagian bawah lalu actuator digerakkan ke atas untuk memasang ujung spesimen yang satunya ke pencekam atas. Kerangka dan actuator dipasangkan ke sebuah meja yang berfungsi untuk memposisikan kerangka agar dapat berdiri secara vertical.

2.4.2 Kerangka Dengan Empat Kolom

Keterangan :

35

1. Crossbar atas

2. Kolom 3. Crossbar tengah 4. Pencekam 5. Crossbar bawah 6. Meja Gambar 2.20 Kerangka Dengan Empat Kolom Kerangka tipe empat kolom terdiri dari dua pasang kolom. Kolom pertama merupakan pasangan kolom tetap yang dihubungkan dengan satu crossbar. Sedang kolom ke dua merupakan kolom yang dapat bergerak naik turun dan memiliki dua buah crossbar untuk itu kerangka ini dapat melakukan uji tarik dan uji tekan hanya dengan satu gerakan ke atas saja tanpa perlu merubah pencekamnya. Untuk melakukan uji tarik, salah satu ujung spesimen dipasang pada pencekam yang terletak di crossbar kolom tetap sedang ujung yang lain dipasang pada pencekam yang terletak di crossbar kolom gerak bagian atas. Untuk melakukan uji tekan, ujung spesimen yang lain dipasang pada pencekam yang terletak di kolom gerak bagian bawah. Pada saat oengujian kolom gerak akan bergerak ke atas, sedang gerakan ke bawah hanya diperlukan untuk mengatur pemasangan spesimen. Kelebihan dari tipe kerangka empat kolom ini adalah hanya dengan satu gerakan actuator ke atas saja sudah dapat melakukan dua macam pengujian, yaitu uji tarik dan uji tekan.

36

2.5 RODA GIGI dan RANTAI

2.5.1

Roda Gigi

2.5.1.1 Klasifikasi Roda Gigi Roda gigi diklasifikasikan seperti dalam table 2.1. menurut letak poros, arah putaran, dan bentuk jalur gigi. Roda roda gigi yang terpenting yang disebutkan dalam table 2.1. diperlihatkan pada gambar 2.1. Tabel 2.1. Klasifikasi Roda Gigi Letak poros Roda gigi Roda gigi lurus (a) Roda gigi miring (b) Roda gigi dengan Roda gigi miring ganda (c) poros sejajar Roda gigi luar Roda gigi dalam dan pinyon (d) Batang gigi dan pinyon (e) Roda gigi dengan Roda gigi kerucut lurus (f) poros berpotongan Roda gigi kerucut spiral (g) Roda gigi kerucut ZEROL Roda gigi kerucut miring Roda ganda Roda gigi permukaan dengan (Roda gigi dengan poros gigi kerucut miring (Klasifikasi atas dasar Arah putaran berlawanan Arah putaran sama Gerakan lurus dan berputar (Klasifikasi atas dasar bentuk alur gigi) Keterangan

bentuk jalur gigi)

37

poros berpotongan (h) Roda gigi miring silang Batang gigi miring silang Roda gigi cacing silindris (j) Roda gigi dengan poros silang Roda gigi cacing selubung ganda (globoid) (k) Roda gigi cacing samping Roda gigi hyperboloid Roda gigi hipoid (l) Roda gigi permukaan silang

berpotongan istimewa) Kontak titik

berbentuk

Gerakan lurus dan berputar

Sumber: Dasar Pemilihan dan Perancangan Elemen Mesin, Sularso & Kiyokatsu Suga, Hal. 212 Roda gigi dengan poros sejajar adalah roda gigi dimana giginya berjajar pada dua bidang silinder (bidang jarak bagi); kedua bidang silinder tersebut bersinggungan dan yang satu menggelinding pada yang lain dengan sumbu tetap sejajar. Roda gigi lurus (a) merupakan roda gigi paling dasar dengan jalur gigi yang sejajar poros. Roda gigi miring (b) mempunyai jalur gigi yang membentuk ulir pada silinder jarak bagi. Pada roda gigi miring ini, jumlah pasangan gigi yang saling membuat kontak serentak (perbandingan kontak) adalah lebih besar daripada roda gigi lurus, sehingga perpindahan momen atau putaran melalui gigi gigi tersebut dapat berlangsung dengan halus. Sifat ini sangat baik untuk mentransmisikan putaran tinggi dan beban besar. Namun roda gigi miring memerlukan bantalan aksial dan kotak roda gigi yang lebih kokoh, karena jalur gigi yang berbentuk ulir tersebut memerlukan gaya reaksi yang sejajar dengan poros. Dalam hal roda gigi miring ganda (c) gaya aksial yang timbul pada gigi yang mempunyai alur berbentuk v tersebut, akan saling meniadakan.

38

Dengan roda gigi ini, perbandingan reduksi, kecepatan keliling dan daya yang diteruskan dapat diperbesar, tetapi pembuatannya sukar. Roda gigi dalam (d) dipakai jika diinginkan alat transmisi dengan ukuran kecil dengan perbandingan reduksi besar, karena pinion terletak di dalam roda gigi. Batang gigi (e) merupakan dasar profil pahat pembuat gigi. Pasangan antara batang gigi dan pinion digunakan untuk merubah gerakan putar menjadi lurus dan juga sebaliknya. Pada roda gigi kerucut, bidang jarak bagi merupakan bidang kerucut yang puncaknya terletak di titik potong sumbu poros. Roda gigi kerucut lurus (f) dengan gigi lurus, adalah yang paling mudah dibuat dan paling sering dipakai. Tetapi roda gigi ini sangat berisik karena perbandingan kontaknya yang kecil. juga konstruksinya tidak memungkinkan pemasangan bantalan pada kedua ujung poros porosnya. Roda gigi kerucut spiral (g), karena mempunyai perbandingan kontak yang lebih besar, dapat meneruskan putaran tinggi dan beban besar. Sudut poros kedua roda gigi kerucut ini biasanya dibuat 90. Dalam golongan roda gigi dengan poros bersilang, terdapat roda gigi miring silang, roda gigi cacing (j dan k), roda gigi hipoid (l) dan lain lain. Roda gigi cacing meneruskan putaran dengan perbandingan reduksi besar. Roda gigi macam (j) mempunyai cacing berbentuk silinder dan lebih umum dipakai. Tetapi untuk beban besar, cacing globoid atau cacing selubung ganda (k) dengan perbandingan kontak yang lebih besar dapat digunakan roda gigi hipoid adalah seperti yang dipakai pada roda gigi diferensial mobil. Roda gigi ini mempunyai jalur gigi berbentuk spiral pada bidang kerucut yang sumbunya bersilang, dan pemindahan gaya pada permukaan gigi berlangsung secara meluncur dan menggelinding. Roda gigi yang tidak disebutkan sebelumnya, semuanya mempunyai perbandingan kecepatan sudut tetap antara kedua poros. Tetapi di samping itu terdapat pula roda gigi yang perbandingan kecepatan sudutnya dapat bervariasi, seperti misalnya roda gigi eksentris, roda gigi bukan lingkaran, roda gigi lonjong

39

seperti pada meteran air, dan sebagainya.ada juga roda gigi dengan putaran yang terputus putus dan roda gigi Geneva yang dipakai misalnya untuk menggerakkan film pada proyektor bioskop. 2.5.1.2 Nama-Nama Bagian Roda Gigi Dan Ukurannya

Adapun nama nama bagian utama roda gigi diberikan dalam gambar 2.2.

Gambar 2.2. Nama nama bagian roda gigi Keterangan gambar di atas sebagai berikut: 1. 2. Diameter jarak bagi (d dalam mm) adalah lingkaran khayal Ukuran gigi dinyatakan dengan jarak bagi lingkar (t dalam

yang menggelinding tanpa slip. mm) yaitu jarak bagi antara profil dua gigi yang berdekatan. Jika jumlah roda gigi adalah z maka:
t= d z

Modul merupakan hasil bagi diameter dengan jumlah gigi:


m= d z

40

Maka hubungan modul dan jarak bagi lingkar adalah: t=m 3. jarak bagi lingkar.
D = P z d (dalam inchi )

Jarak bagi diametral adalah jumlah gigi per inchi diameter

sehingga hubungan modul dan DP adalah:


m= 25 ,4 DP

4. Pada roda gigi luar, bagian gigi di luar lingkarang jarak bagi disebut kepala

dan tingginya disebut tinggi kepala atau addendum yang biasanya sama dengan modul dalam mm atau 1/DP dalam inchi.
h kepala = m h kepala =

[ mm ]

1 [ mm ] DP

5. Bagian gigi di sebelah dalam lingkaran jarak bagi disebut kaki dan tingginya disebut tinggi kaki yang besarnya:
h kaki = m + C k h kepala =

[ mm ]

1 + C k [ mm ] DP

Ck adalah kelonggaran puncak yaitu celah antara lingkaran kepala dan lingkaran kaki dari gigi pasangannya 6. Pada lingkaran diameter jarak bagi terdapat tebal gigi dan celahnya yaitu setengah jarak bagi lingkar.

41

b=

t m = 2 2 = 2 DP

[ mm ] [inchi ]

7. Titik potong antara profil gigi dengan lingkaran jarak bagi disebut titik jarak bagi. Sudut yang dibentuk garis normal pada kurva bentuk profil pada jarak bagi dengan garis singgung lingkaran jarak bagi (juga pada titik jarak bagi) disebut sudut tekanan. Roda gigi yang mempunyai sudut tekanan yang sama besar serta proporsinya seperti diuraikan di atas disebut roda gigi standar. Roda gigi ini dapat saling bekerja sama tanpa dipengaruhi oleh jumlah giginya. Sehingga dapat pula disebut roda gigi yang dapat dipertukarkan. 2.5.1.3 Perbandingan Putaran Dan Perbandingan Roda Gigi Jika perputaran roda gigi yang berpasangan dinyatakan dengan n1 (rpm) pada poros penggerak dan n2 (rpm) pada poros yang digerakkan, diameter jarak bagi d1 dan d2 dalam mm dan jumlah gigi z1 dan z2, maka perbandingan putaran adalah :
u= n 2 d1 m z1 z1 1 = = = = n1 d 2 m z 2 z 2 i

Dimana i adalah perbandingan jumlah gigi pada roda gigi 2 (digerakkan) terhadap roda gigi 1 (penggerak / pinyon). Pada roda gigi lurus standar i = 4 5 hingga 7 jika dengan perubahan kepala. Pada roda gigi miring dan miring ganda dapat mencapai 10. Roda gigi dipakai untuk reduksi jika u < 1 atau i > 1 dan juga menaikkan putaran jika u > 1 atau i < 1. Jarak sumbu poros a (mm) dan diameter lingkaran jarak bagi d1 dan d2 dalam mm dapat dinyatakan sebagai berikut:

42

d1 + d 2 m( z1 + z 2 ) = 2 2 2a d1 = 1+ i 2ai d2 = 1+ i a=

2.5.2 Rantai Rantai transmisi daya biasa digunakan dimana jarak poros lebih besar dari pada transmisi roda gigi tetapi lebih pendek dari pada dalam transmisi sabuk. Rantai mengait pada gigi sproket dan meneruskan daya tanpa slip jadi; menjamin perbandingan putaran yang tetap. Rantai sebagai transmisi mempunyai keuntungan-keuntungan seperti; mampu meneruskan daya besar karena kekuatannya yang besar, tidak memerlukan tegangan awal. Keausan pada bantalan, dan mudah memasangnya. Karena keuntungankeuntungan tersebut, rantai mempunyai pemakaian yang luas seperti roda gigi dan sabuk. Di pihak lain, transmisi rantai mempunyai beberapa kekurangan, yaitu: variasi kecepatan yang tak dapat dihindari karena lintasan busur pada sproket yang mengait mata rantai, suara dan getaran Karena tumbukan antara rantai dan dasar kaki gigi sproket, dan perpanjangan rantai karena kausan pena dan bus yang diakibatkan oleh gesekan sproket. Karena kekurangan-kekurangan ini maka rantai tak dapat dipakai untuk kecepatan tinggi, sampai ditemukan dan dikembangkannya rantai gigi.

43

Rantai dapat di bagi atas dua jenis, yang pertama disebut rantai rol, terdiri atas pena, bus, rol, dan plat mata rantai. Yang lain disebut rantai gigi, terdiri atas plat-plat berprofil roda gigi dan pena berbentuk bulan sabit yang disebut sambungan kunci. Rantai rol dipakai bila diperlukan transmisi positif (tanpa slip) dengan kecepatan sampai 600 (m/ min), tanpa pembatasan bunyi, dan murah harganya. Untuk bahan pena, bus, dan rol dipergunakan baja karbon atau baja khrom dengan pengerasan kulit. Rantai dengan ragkaian tunggal adalah yang paling banyak dipakai. Rangkaian banyak, seperti dua atau tiga rangkaian dipergunakan untuk transmisi beban berat. Ukuran dan kekuatan distandarkan seperti dalam tabel . Dengan kemajuan teknologi yang terjadi akhir-akhir ini, kekuatan rantai semakin meningkat. Dalam gambar dapat dilihat bahwa kurva batas kelelahan dari plat mata rantai macam yang baru lebih tinggi dari pada macam yang lama. Hasil penelitian terakhir menunjukkan satu daerah yang dibatasi oleh dua kurva, yaitu kurva batas kelelahanan terhadap tumbukan antara rol dan bus, dan kurva batas las karena kurang pelumasan antara pena dan bus, adalah sangat penting untuk menentukan kapasitas rantai. Kurva kapasitas baru yang diperoleh berbentuk seperti tenda, sehingga disebut kurva tenda. Dalam gambar diperlihatkan kurva tersebut yang merupakan diagram pemilihan rantai rol. Untuk memudahkan pemilihan, kurva tenda tersebut diberi nama menurut nomor rantai dan jumlah gigi sproket, dengan putaran (rpm) sproket sebagai sumbu mendatar dan kapasitas transmisi sebagai sumbu tegak. [Ukuran Umum]

44

Nomor Rantai 40

Jarak Bagi p 12,70

Diameter Rol r 7,94

Lebar Rol W 7,95

Plat Mata Rantai Tebal Lebar Lebar T H h 1,5 12,0 10,4

Diameter Pena D 3,97

[Ukuran Individual]
Panjang Pena + 18,2 32,6 46,8 61,2 75,7 90,1 8,25 15,45 22,65 29,9 37,1 44,3 9,95 17,15 24,15 31,3 38,6 45,8 Panjang Pena Offset L 18,0 33,5 47,9 62,3 76,8 91,2 Jarak Sumbu Rangkaian C Batas Kekuatan Tarik JIS (kg) 1420 2840 4260 5680 7100 8520 Batas Kekuatan Tarik Rata-Rata (kg) 1950 3900 5850 7800 9750 11700 Beban Maksimum Yang Diizinkan (kg) 300 510 750 990 1170 1380 Berat Kasar (kg/m) 0,64 1,27 1,90 2,53 3,16 3,79 Jumlah Sambungan Setiap Satuan

Nomor Rantai

Rangkai an 1 2 3 4 5 6

Jenis Pena Keling

# 40 # 40-2 # 40-3 # 40-4 # 40-5 # 40-6

14,4

240

[Ukuran Umum] Nomor Rantai 60 Jarak Bagi p 19,05 Diameter Rol r 11,91 Lebar Rol W 12,70 Plat Mata Rantai Tebal Lebar Lebar T H h 2,4 18,1 15,6 Diameter Pena D 5,96

[Ukuran Individual]
Panjang Pena + Panjang Pena Offset L Jarak Sumbu Rangkaian C Batas Kekuatan Tarik JIS (kg) Batas Kekuatan Tarik Rata-Rata (kg) Beban Maksimum Yang Diizinkan (kg) Berat Kasar (kg/m) Jumlah Sambungan Setiap Satuan

Nomor Rantai

Rangkai an

Jenis Pena

45

# 60 # 60-2 # 60-3 # 60-4 # 60-5 # 60-6

1 2 3 4 5 6

28,1 51,0 73,6 96,6 119,5 142,4

12,85 24,25 35,65 47,05 58,5 69,9

15,25 26,75 38,15 49,55 61,0 72,5

28,2 52,6 75,5 98,3 121,2 144,0

22,8

Keling

3200 6400 9600 12800 16000 19200

4450 8900 13350 17800 22250 26700

740 1260 1850 2440 2880 3400

1,53 3,04 4,54 6,04 7,54 9,05

160

[Ukuran Umum] Nomor Rantai 50 Jarak Bagi p 15,875 Diameter Rol r 10,16 Lebar Rol W 9,53 Plat Mata Rantai Tebal Lebar Lebar T H h 2,0 15,0 13,0 Diameter Pena D 5,09

[Ukuran Individual]
Panjang Pena + 22,3 40,5 58,6 76,7 94,8 113,0 10,3 19,35 28,4 37,45 46,5 55,6 12,0 21,15 30,2 39,25 48,3 57,4 Panjang Pena Offset L 22,5 41,8 59,9 78,1 96,2 114,4 Jarak Sumbu Rangkaian C Batas Kekuatan Tarik JIS (kg) 2210 4420 6630 8840 11050 13260 Batas Kekuatan Tarik Rata-Rata (kg) 3200 6400 9600 12800 16000 19200 Beban Maksimum Yang Diizinkan (kg) 520 880 1300 1710 2020 2390 Berat Kasar (kg/m) 1,04 2,07 3,09 4,11 5,14 6,16 Jumlah Sambungan Setiap Satuan

Nomor Rantai

Rangkai an 1 2 3 4 5 6

Jenis Pena Keling

# 50 # 50-2 # 50-3 # 50-4 # 50-5 # 50-6

18,1

160

Sumber: Dasar Pemilihan dan Perancangan Elemen Mesin, Sularso & Kiyokatsu Suga, Hal. 192-193

Sproket rantai dibuat dari baja karbon untuk ukuran kecil, dan besi cor atau baja cor untuk ukuran besar. Untuk perhitungan kekuatannya belum ada cara yang tetap seperti pada roda gigi. Adapun bentuknya telah distandarkan. Dalam gambar ditunjukkan dua macam bentuk gigi, dimana bentuk S adalah yang biasa dipakai.

46

Tata cara pemilihan rantai dapat diuraikan dalam diagram . Daya yang akan ditransmisikan (kW), putaran poros penggerak dan yang digerakkan (rpm), dan jarak sumbu poros kira-kira (mm), diberikan lebih dahulu. Momen lentur akan selalu terjadi pada poros. Karena itu periksalah kekuatan lentur poros bila diameternya telah diberikan. Dengan menggunakan putaran (rpm) dari poros yang berputaran tinggi dan daya yang telah dikoreksi (kW), carilah nomor rantai dan jumlah gigi sproket kecil yang sesuai dari gambar . Jumlah gigi ini sebaiknya merupakan bilangan ganjil dan lebih dari 15. Jumlah gigi minimum yang diizinkan adalah 13. Jumlah gigi untuk sproket besar juga dibatasi, maksimum 144 buah. Perbandingan putaran dapat diizinkan sampai 10/ 1. Sudut kontak antara rantai dan sproket kecil harus lebih besar dari 120. Transmisi rantai akan lebih halus dan kurang bunyinya jika dipakai rantai dengan jarak bagi kecil dan jumlah gigi sproket yang banyak.

47

Вам также может понравиться