Вы находитесь на странице: 1из 34

PENYELIDIKAN KASUS

DEMAM DENGUE
DESA LOE KECAMATAN WALEA KEPULAUAN
TAHUN 2022

LAPORAN TUGAS LAPANGAN

NOVANA, SKM
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) atau biasa dikenal dengan Demam


Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi virus akut yang
disebabkan oleh virus dengue yang tergolong Arthropod-Borne virus, genus
flavivirus, family Flaviviridae. DBD tersebut ditularkan kepada manusia
melalui gigitan nyamuk dari genus Aedes, terutama Aedes aegypti, atau Aedes
albopictus. Penyakit DBD biasanya muncul sepanjang tahun dan menyerang
seluruh manusia di semua kalangan umur, terutama pada anak. Penyakit ini
berkaitan erat dengan kondisi lingkungan dan juga perilaku kehidupan
(Kemenkes RI, 2016). Pada tahun 2021, World Health Organization (WHO)
memperkirakan setiap tahunnya terdapat sekitar 100-400 juta infeksi DBD
secara global. Asia menjadi urutan pertama dalam jumlah penderita DBD
sebanyak 70% setiap tahunnya. Diketahui bahwa DBD merupakan penyebab
utama morbiditas dan mortalitas Asia Tenggara dengan 57% dari total kasus
DBD di Asia Tenggara terjadi di Indonesia (WHO, 2021).
Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2020), kasus DBD di
Indonesia hingga tahun 2020 terdapat ada 95.893 kasus, dengan 661 orang
meninggal. Total kasus DBD sendiri tersebar di 472 kabupaten/kota di 34
provinsi, dengan kematian akibat DBD dilaporkan dari 219 kabupaten/kota.
Hingga pada 30 November 2020, terdapat tambahan 51 kasus DBD dan 1
tambahan laporan kematian akibat penyakit DBD. Selain itu, sebanyak
73,35% atau 377 kabupaten/kota mencapai Incident Rate dari 49 per 100 ribu
penduduk. Dari golongan usia anak-anak, proposi DBD paling banyak terjadi
pada anak berusia 5-14 tahun yakni mencapai 33,97%, dan angka kematian
juga paling sering terjadi pada anak-anak yakni sebanyak 34,45%. Sedangkan
menurut jenis kelamin, kasus DBD di Indonesia lebih banyak menyerang laki-
laki dengan angka 53,11%, sementara perempuan sebanyak 46,89%
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mengetahui gambaran KLB dan menjelaskan faktor-faktor
penyebab terjadinya KLB Demam Berdarah Dengue di Desa Loe
Kecamatan Walea Kepulauan

1.2.2 Tujuan Khusus


a) Memastikan telah terjadi KLB Demam Berdarah Dengue di
Desa Loe
b) Mengetahui gambaran KLB berdasarkan orang, tempat dan
waktu
c) Mengetahui faktor-faktor resiko yang mempengaruhi
terjadinya KLB Demam Berdarah Dengue di Desa Loe
Kecamatan Walea Kepulauan
d) Menentukan tindakan upaya penanggulangan KLB Demam
Berdarah Dengue di Desa Loe Kecamatan Walea Kepulauan
e) Merumuskan saran dan upaya pencegahan kejadian yang sama
di waktu yang akan datang.

1.3 Hipotesis awal


Hipotesis yang diajukan dalam investigasi KLB Demam Berdarah Dengue
ini adalah sebagai berikut:

1. Telah terjadi kejadian luar biasa (KLB) Demam Berdarah Dengue


yang dialami oleh penduduk di Desa Loe dengan gejala-gejala antara
lain Demam naik turun, sakit kepala, Mual, Muntah, dan sakit pada
bagian Mata.
2. Ditularkan secara common source, karena pada bulan Februari 2022
telah ditemukan kembali kasus Demam Berdarah Dengue positif
sebanyak 12 kasus dengan rincian 1 kasus impor dari desa Parigi
Kecamatan Pangandaran sebagai kasus awal dan menyebar menjadi
11 kasus indigenous.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gambaran UmumDemam Berdarah Dengue


2.1.1 Penyebab

Penyakit DBD disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui


gigitan nyamuk Aedes aegypti. Penyakit ini sebagian besar menyerang anak-
anak dan dapat berakibat fatal bila tidak ditangani secara cepat tepat, akurat dan
benar. Keberhasilan penanganan penyakit ini sangat tergantung pencegahan,
pengobatan, ketepatan dan kecepatan diagnosa penyakit demam berdarah.
Sampai sekarang pemberantasan infeksi dengue di dasarkan pada kontrol
terhadap nyamuk penyebar dengue yaitu Aedes aegypti dan Aedes albopictus.

Penyebab penyakit demam berdarah dengue adalah Virus Dengue yang


termasuk group B Arthropod Borne Viruses (Arbovirosis), terdiri dari 4 tipe
(tipe 1, 2, 3, 4). Serotipe virus dominan di Indonesia adalah tipe 3 yang tersebar
di berbagai daerah dan menyebabkan kasus yang berat Daerah yang terdapat
lebih dari satu serotipe berkosirkulasi atau daerah mengalami epidemi secara
berurutan yang disebabkan oleh serotipe yang berbeda maka akan ditemukan
infeksi yang berat dan dikenal sebagai dengue shock sindrome (DSS). Studi
epidemiologis menunjukkan DHF/DSS sebagian besar terjadi pada penderita
yang terinfeksi untuk ke dua kalinya oleh virus dengan serotipe berbeda dari
infeksi virus yang pertama kalinya. Infeksi virus DBD dapat asimtomatis dan
simptomatis.

2.1.2 Gejala dan tanda


Kriteria diagnosis klinik DBD menurut WHO berupa panas mendadak 2-
7 hari tanpa sebab jelas, tanda-tanda perdarahan atau pembesaran hati, jumlah
trombosit < 100.000/mm3 (modifikasi Depkes < 150.000/mm3) dan hematokrit
meningkat lebih atau sama dengan 20 %. Menurut Depkes RI, kasus DBD
adalah semua penderita DBD dan tersangka DBD. Penderita penyakit DBD
adalah penderita dengan tanda-tanda yang memenuhi kreteria WHO dan
tersangka DBD yang hasil pemeriksaan serologis (haemaglutination inhibition
test atau dengue blot) positip.
Manifestasi Klinis infeksi virus dengue dapat berupa Demam Dengue
(DD), Demam Berdara dengue (DBD). Sindrom Renjatan Dengue (SRD) dan
Expand Degue SInndrom (EDS). Demam berdarah dengue adalah penyakit
yang disertai panas tinggi mendadak berlangsung selama 2-7 hari, tanpa sebab
yang jelas kadang kadang bersifat bifasik. Disertai dengan timbulnya gejala
tidak nafsu makan, mual, muntah, sakit kepala, nyeri ulu hati dan tanda tanda
perdarahan gusi atau hematoma pada daerah suntikan melena dan hati
membengkak. Tanda perdarahan yang tidak tampak dapat diperiksa dengan
melakukan tes Torniquet (Rumple Leede). Bintik merah dikulit sebagai
manifestasi pecahnya kapiler darah hipproteinemia (hipoalbuminemia) dan
pemeriksaan radiologis adanya efusi pleura atau ascites. Pada panas hari ke 3-5
merupakan fase kritis dimana pada saat penurunan suhu dapat terjadi Syok
Dengue.

2.2 Diagnosis, treatment dan pencegahan


Tata laksana infeksi virus dengue dibedakan menurut derajat berat
ringannya penyakit. Pengobatan Demam berdarah dengue derajat I dan derajat
II bersifat suportif dengan pemberian cairan ringer laktat/Asetat atau NACL)
dosis rumatan (maintenance) dan stimpomatis dengan analgetik antipiretik
(paracetamol). Disertai monitoring yang ketat tanda tanda vital dan
kemungkinan terjadinya kebocoran plasma. Penderita dirawat dirumah sakit
bila terdapat kenaikan kadar hematocrit > 20%. Disertai jumlah trombosit
kurang dari 100.000/mm3 atau menunjukan tanda tanda perdarahan spontan
selain patekia.
Pencegahan DBD yang paling efektif dan efisien hingga saat ini yaitu
dengan cara Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) menggunakan metode 3M
Plus (Menguras, Menutup, Mendaur Ulang Barang Bekas).
1. Menguras ► Bersihkan tempat yang sering dijadikan penampungan air
seperti: ember air, bak mandi, penampungan air minum, penampung air
lemari es, tong air, dan lain-lain.
2. Menutup ► Tutup rapat tempat penampungan air
3. Mendaur Ulang Barang Bekas ► Daur ulang atau memanfaatkan
kembali barang bekas. Hal tersebut karena barang bekas dapat berpotensi
menjadi sarang perkembangbiakan nyamuk penular DBD.
Sementara itu, Plus pada metode 3M Plus tersebut dimaksudkan untuk
melakukan segala bentuk kegiatan pencegahan yang lain seperti:

1. Menaburkan bubuk larvasida pada tempat penampungan air yang sulit


dibersihkan.
2. Menggunakan kelambu saat tidur
3. Memelihara ikan pemangsa jentik nyamuk
4. Menanam tanaman pengusir nyamuk
5. Menghindari kebiasaan menggantung pakaian di dalam rumah.
6. Menggunakan anti nyamuk semprot maupun oles bila diperlukan

2.3 Faktor-faktor yang Yang Mempengaruhi Kejadian Demam


Berdarah Dengue

2.3.1 Faktor Manusia dan Nyamuk (Host)


a. Manusia
1) Umur
Anak-anak lebih rentan terhadap infeksi Demam Berdarah
Dengue. Anak yang bergizi baik justru lebih sering mendapat
kejang dan Demam Berdarah Dengue selebral dibandingkan
anak yang bergizi buruk. Akan tetapi anak yang bergizi baik
dapat mengatasi Demam Berdarah Dengue berat dengan lebih
cepat dibandingkan anak bergizi buruk.
2) Jenis Kelamin
Perempuan mermpunyai respon yang kuat dibandingkan laki-
laki tetapi apabila menginfeksi ibu yang sedang hamil akan
menyebabkan anemia yang lebih berat.
3) Imunitas
Orang yang pernah Demam Berdarah Dengue sebelumnya
biasanya terbentuk imunitas dalam tubuhnya terhadap Demam
Berdarah Dengue demikian juga yang tinggal di daerah endemis
biasanya mempunyai imunitas alami terhadap penyakit Demam
Berdarah Dengue.

4) Ras
Beberapa ras manusia atau kelompok penduduk mempunyai
kekebalan alamiah terhadap Demam Berdarah Dengue,
misalnya sickle cell anemia dan ovalositas.
5) Status Gizi
Masyarakat yang gizinya kurang baik dan tinggal di daerah
endemis Demam Berdarah Dengue lebih rentan terhadap infeksi
Demam Berdarah Dengue.
b. Nyamuk
Nyamuk termasuk serangga yang melangsungkan siklus
kehidupan di air. Kelangsungan hidup nyamuk akan terputus
apabila tidak ada air. Nyamuk dewasa sekali bertelur sebanyak ±
100-300 butir, besar telur sekitar 0,5 mm. Setelah 1-2 hari menetas
menjadi jentik, 8-10 hari menjadi kepompong (pupa), dn 1-2 hari
menjadi nyamuk dewasa.

Umur nyamuk relatif pendek, nyamuk jantan umurnya lebih


pendek (kurang 1 minggu), sedang nyamuk betina lebih panjang
sekitar rata-rata 1-2 bulan.
Nyamuk jantan akan terbang di sekitar perindukannya dan
makan cairan tumbuhan yang ada di sekitarnya. Nyamuk betina
hanya kawin sekali dalam hidupnya. Perkawinan biasanya terjadi
setelah 24-48 jam setelah keluar dari kepompong. Makanan
nyamuk Anopheles betina yaitu darah, yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan.
Nyamuk Anopheles yang ada di Indonesia berjumlah 80
spesies. Sampai saat ini di Indonesia telah ditemukan sejumlah 24
spesies yang dapat menularkan Demam Berdarah Dengue. Tidak
semua Anopheles tersebut berperan penting dalam penularan
Demam Berdarah Dengue.

2.3.2 Faktor Lingkungan


a. Lingkungan Fisik
1) Suhu udara
Suhu udara sangat mempengaruhi panjang pendeknya siklus
spororogoni atau masa inkubasi ekstrinsik. Makin tinggi suhu
(sampai batas tertentu) makin pendek masa inkubasi ekstrinsik,
dan sebaliknya makin rendah suhu makin panjang masa
inkubasi ekstrinsik. Pada suhu 26,70C masa inkubasi ekstrinsik
pada spesies Plasmodium berbeda-beda yaitu P. falciparum 10
sampai 12 hari, P. vivax 8 sampai 11 hari, P. Demam Berdarah
Denguee 14 hari P. ovale 15 hari. Menurut Chwatt (1980),
suhu udara yang optimum bagi kehidupan nyamuk berkisar 25-
300C.
2) Kelembaban udara nyamuk.
Kelembaban yang rendah akan memperpendek umur nyamuk.
Kelembaban mempengaruhi kecepatan berkembangbiak,
kebiasaan menggigit, istirahat, dan lain-lain dari nyamuk.
Tingkat kelembaban 60% merupakan batas paling rendah
untuk memungkinkan hidupnya nyamuk. Pada kelembaban
yang tinggi nyamuk menjadi lebih aktif dan sering menggigit,
sehingga meningkatkan penularan Demam Berdarah Dengue.
3) Ketinggian
Secara umum Demam Berdarah Dengue berkurang pada
ketinggian yang semakin bertambah. Hal ini berkaitan dengan
menurunnya suhu rata-rata. Pada ketinggian di atas 2000 m
jarang ada transmisi Demam Berdarah Dengue. Ketinggian
paling tinggi masih memungkinkan transmisi Demam Berdarah
Dengue ialah 2500 m di atas permukaan laut.
4) Angin
Kecepatan angin pada saat matahari terbit dan terbenam yang
merupakan saat terbangnya nyamuk ke dalam atau keluar
rumah, adalah salah satu faktor yang ikut menentukan jumlah
kontak antara manusia dengan nyamuk. Jarak terbang nyamuk
dapat diperpendek atau diperpanjang tergantung kepada arah
angin. Jarak terbang nyamuk Anopheles adalah terbatas
biasanya tidak lebih dari 2-3 km dari tempat perindukannya.
Bila ada angin kuat nyamuk Anopheles bias terbawa sampai 30
km.
5) Hujan
Hujan berhubungan dengan perkembangan larva nyamuk
menjadi bentuk dewasa. Besar kecilnya pengaruh tergantung
pada jenis hujan, jumlah hari hujan, jenis vektor dan jenis
tempat perkembangbiakan. Hujan yang diselingi panas akan
memperbesar kemungkinan berkembangbiaknya nyamuk
Anopheles.
6) Sinar matahari
Sinar matahari memberikan pengaruh yang berbeda-beda pada
spesies nyamuk. Nyamuk An. Aconitus lebih menyukai tempat
untuk berkembangbiak dalam air yang ada sinar matahari dan
adanya peneduh. Spesies lain tidak menyukai air dengan sinar
matahari yang cukup tetapi lebih menyukai tempat yang
rindang.
7) Arus Air
An. Barbirostris menyukai perindukan yang airnya statis/
mengalir lambat, sedangkan An. Minimus menyukai aliran air
yang deras dan An. Letifer menyukai air yang tergenang.
Beberapa spesies mampu untuk berkembangbiak di air tawar
dan air asin seperti dilaporkan di Kecamatan Tanjung Bunga,
Flores Timur, NTT bahwa Anopheles Subpictus air payau
ternyata di laboratorium mampu bertelur dan berkembangbiak
sampai menjadi nyamuk dewasa di air tawar seperti nyamuk
Anopheles lainnya.

8) Tempat perkembangbiakan nyamuk


Tempat perkembangbiakan nyamuk Anopheles adalah
genangan-genangan air, baik air tawar maupun air payau,
tergantung dari jenis nyamuknya. Air ini tidak boleh tercemar
harus selalu berhubungan dengan tanah.
9) Keadaan dinding
Keadaan rumah, khususnya dinding rumah berhubungan
dengan kegiatan penyemprotan rumah (indoor residual
spraying) karena insektisida yang disemprotkan ke dinding
akan menyerap ke dinding rumah sehingga saat nyamuk
hinggap akan mati akibat kontak dengan insektisida tersebut.
Dinding rumah yang terbuat dari kayu memungkinkan lebih
banyak lagi lubang untuk masuknya nyamuk.
10) Pemasangan kawat kasa
Pemasangan kawat kasa pada ventilasi akan menyebabkan
semakin kecilnya kontak nyamuk yang berada di luar rumah
dengan penghuni rumah, dimana nyamuk tidak dapat masuk ke
dalam rumah. Menurut Davey (1965) penggunaan kasa pada
ventilasi dapat mengurangi kontak antara nyamuk Anopheles
dan manusia.
b. Lingkungan Biologi
c. Lingkungan Sosial Ekonomi dan Budaya
1) Politik
Masyarakat di Desa Loe menjunjung Tinggi Kekeluargaan
dalam hal
Politik sangat mempengaruhi tingkat keterparahan penyakit karena
beberapa Kasus yang tidak tertangkap oleh petugas kesehatan Desa
dan petugas kesulitan dalam melakukan Investigasi Kasus. Ada
beberapa Masyarakat Tidak menyukai petugas Desa dikarenakan
perbedaan pandangan politik (pemilihan Kades Loe Tahun 2020).
2) Pemakaian kelambu
Beberapa penelitian membuktikan bahwa pemakaian kelambu
secara teratur pada waktu tidur malam hari mengurangi kejadian
Demam Berdarah Dengue. Menurut penelitian Piyarat (1986),
penduduk yang tidak menggunakan kelambu secara teratur
mempunyai resiko kejadian Demam Berdarah Dengue 6,44 kali
dibandingkan dengan yang menggunakan kelambu.
3) Obat anti nyamuk
Penggunaan obatt nyamuk bakar, semprot, oleh maupun secara
elektrik seluruhnya dilaksanakan sendiri oleh masyarakat.
Penelitian Subki (2000), menyatakan bahwa ada hubungan antara
penggunaan obat anti nyamuk dengan kejadian Demam Berdarah
Dengue.
4) Pekerjaan
5) Pendidikan
Tingkat pendidikan sebenarnya tidak berpengaruh langsung
terhadap kejadian Demam Berdarah Dengue tetapi umumnya
mempengaruhi bertambahnya Kasus dan memperparah Kasus DBD.
Semakin rendah tingkat seseorang maka cara berfikir Manusia tidak
terbuka terhadap Kasus Demam Berdarah. Seperti pasien tertutup
mengenai wawancara karena berfikir petugas akan melakukan Swab
Antigen. Masyarakat tidak paham dan tidak mengetahui langkah
langkah penanganan kasus DBD serta Pencegahannya.

2.4 Program Pemberantasan Demam Berdarah Dengue di Indonesia

Upaya pemberantasan Demam Berdarah Dengue saat ini ditujukan untuk


menurunkan angka kesakitan dan kematian melalui:

1. Pengobatan Demam Berdarah Dengue terhadap tersangka Demam


Berdarah Dengue atau penderita yang telah terbukti positif Demam
Berdarah Dengue secara laboratorium.
2. Pemberantasan nyamuk Demam Berdarah Dengue melalui perbaikan
lingkungan, penggunaan kelambu, penyebaran ikan pemakan jentik dan
upaya lain untuk menekan penularan atau mengurangi gigitan nyamuk.

Program Pemberantasan Demam Berdarah Dengue di Indonesia


dibedakan antara Pemberantasan Demam Berdarah Dengue di Jawa-Bali,
Barelang-Binkar dan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue di luar Pulau
Jawa-Bali. Perbedaan yang paling nyata adalah pada upaya penemuan dan
pengobatan penderita Demam Berdarah Dengue Di Jawa-Bali penemuan dan
pengobatan Demam Berdarah Dengue dilaksanakan secara aktif (Active case
detection). Sedangkan di luar Jawa-Bali dilaksanakan secara pasif (Passive case
detection).
BAB 3
METODOLOGI

3.1. Desain Studi


Desain studi yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain
kasus kontrol, yaitu rancangan studi epidemiologi yang mempelajari
hubungan antara paparan dan penyakit dengan cara membandingkan
kelompok kasus dengan kelompok kontrol berdasarkan paparan dari
faktor risikonya.

3.2. Batasan Wilayah Penyelidikan


Batas wilayah penyelidikan kasus dilakukan terbatas pada Desa
Loe Kecamatan Walea Kepulauan.

3.3. Waktu dan Tempat


Penyelidikan dilaksanakan pada tanggal 18 September – 15
Oktober Tahun 2022 di Desa Loe Kecamatan Walea Kepulauan.

3.4. Memastikan Diagnosis


Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis yang muncul
selama kejadian berlangsung serta pemeriksaan laboratorium dengan
pemeriksaan sediaan darah yang dilakukan sebelum dan pada saat
penyelidikan.

3.5 Populasi dan Sampel Penelitian


1. Populasi
a. Populasi Refference
Semua penderita Demam Berdarah Dengue klinis yang diambil
sediaan darahnya secara mikroskopis Demam Berdarah Dengue di
wilayah UPT Puskesmas Kampunglaut Kecamatan Kampunglaut
Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah pada tahun 2022

b. Populasi Studi
1) Populasi kasus
Semua orang yang dalam sediaan darahnya ditemukan
Plasmodium falciparum berdasarkan hasil pemeriksaan
mikroskopis Demam Berdarah Dengue penduduk di Kecamatan
Kampunglaut Wilayah Kerja UPT Puskesmas Puskesmas
Kampunglaut Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah pada tahun 2022.

2) Populasi Kontrol
Semua orang yang dinyatakan negatif Demam Berdarah Dengue
berdasarkan hasil pemeriksaan sediaan darah secara mikroskopis
Demam Berdarah Dengue di Kecamatan Kampunglaut Wilayah
Kerja UPT Puskesmas Puskesmas Kampunglaut Kabupaten
Cilacap, Jawa Tengah pada tahun 2022

c. Kriteria Inklusi Subjek Penelitian


1. Bersedia berpartisipasi dalam penelitian.
2. Bertempat tinggal di Kecamatan Kampunglaut Wilayah Kerja UPT
Puskesmas Puskesmas Kampunglaut Kabupaten Cilacap Jawa
Tengah.
3. Untuk kelompok kasus tercatat sebagai penderita Demam Berdarah
Dengue positif yang dinyatakan berdasarkan hasil pemeriksaan
sediaan darah di laboratorium Puskesmas atau laboratorium
kesehatan lain pada tahun 2022.
4. Untuk kelompok kontrol adalah :
a) Bertempat tinggal di desa yang sama dengan kelompok kasus.
b) Tidak bertempat tinggal serumah dengan kelompok kasus.

3.5.1 Besar Sampel


Perhitungan besar sampel menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

n = besar sampel

Zα = 1,96

Zβ = 0,842

P2 = Proporsi terpapar pada kelompok control yang diketahui

P = ½ (P1+P2)

Q1 = 1-P1

Q2 = 1-P2

Q = 1-P

Nilai odds ratio berbagai faktor resiko berdasarkan hasil penelitian


sebelumnya 2,86-13,89, diperoleh sampel terkecil 15,81 dan sampel
terbesar 95,06. Pada investigasi KLB Demam Berdarah Dengue ini
diambil besar sampel yaitu kasus 43 dan kontrol 73, sehingga total sampel
sebanyak 110 orang.

3.6 Pengumpulan Data


Data yang akan dikumpulkan dalam penyelidikan ini berupa data primer
dan data sekunder.

1. Data Primer
Data primer yang dikumpulkan dalam penyelidikan ini meliputi
karakteristik responden, karakteristik status sosial ekonomi responden,
serta faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian Demam
Berdarah Dengue.
Data karakteristik responden meliputi nama, umur, jenis
kelamin, alamat, data kesakitan responden termasuk didalamnya
tanggal mulai sakit dan gejala kilinis penyakit yang muncul. Data
karakteristik status sosial ekonomi responden berupa pekerjaan,
penghasilan dan pendidikan responden.
Data yang berhubungan dengan faktor risiko kejadian Demam
Berdarah Dengue meliputi kondisi lingkungan sekitar rumah
(dilakukan pengamatan langsung), kondisi rumah responden, data
penempatan ternak besar, kebiasaan mobilisasi atau migrasi, pola
bercocok tanam dan perilaku responden (berupa data tentang kebiasaan
keluar malam pada malam hari, kebiasaan menggunakan obat anti
nyamuk, kebiasaan menggunakan kelambu)
Data lain dalam Penyelidikan ini adalah data hasil pemeriksaan
sediaan darah baik yang diperiksa dengan menggunakan RDT maupun
secara mikroskopis yang telah diambil saat dilakukan pelacakan kasus
maupun sebelum pelacakan.
Data juga dapat diperoleh berdasarkan informasi dari tenaga
kesehatan Puskesmas, ketua RT, dan masyarakat setempat yang
mengetahui adanya kasus baru.
2. Data Sekunder
Data sekunder yang digunakan dalam pelacakan ini diambil
berdasarkan laporan Masyarakat, Kunjungan Poskesdes

3.7 Cara Penyelidikan


Penyelidikan dilakukan dengan metode wawancara
menggunakan kuesioner terstruktur yang telah disiapkan serta dilakukan
observasi untuk beberapa variabel. Penyelidikan kasus dilakukan
terhadap penderita Demam Berdarah Dengue dengan hasil laboratorium
positif, sejak awal kejadian sampai penyelidikan selesai. Dan
penyelidikan kontrol dilakukan terhadap penduduk Desa Loe yang
terpilih secara acak dengan hasil laboratorium negatif. Investigator
mewawancarai kasus dan kontrol dengan mendatangi tempat
kediamannya.

BAB 4
HASIL PENYELIDIKAN

4.1 Keadaaan Geografi dan Demografi


Desa Loe merupakan satu pulau yang sedaratan Dengan Pulau pulau
diwilayah Kecamatan Walea Kepulauan
Desa Loe merupakan dataran pantai dengan tambak, hutan bakau dan
tanah sedimentasi. Daerah ini mempunyai curah hujan sekitar 2000 mm/tahun,
dengan ketinggian muka tanah 0-10 m diatas permukaan air laut dan
temperatur berkisar 20-27 derajat Celsius, jarak dari ibukota kabupaten 18 km,
ditempuh dengan menggunakan perahu dalam waktu 2-3 jam.
Sebagian besar penduduk Desa Loe bermata pencaharian sebagai
nelayan dan bertani (90%) sisanya wiraswasta, PNS dan lainnya. Pendidikan
masyarakat sebagian besar hanya mencapai sekolah dasar (60%). Perumahan di
Desa Loe 80% adalah rumah permanen dan sisanya semi permanen, dengan
sistem pembuangan limbah langsung ke sungai dan parit yang ada dan tanpa
sistem drainase rumah tangga yang teratur. Fasilitas Kesehatan yang terdapat di
Desa Loe berupa Puskesmas dan Puskesmas pembantu.
Daerah Desa Loe sangat cocok untuk budidaya tambak. Hal ini menarik
para investor untuk menanam modal dengan membuka tambak ikan dan udang,
terutama pada saat terjadi krisis moneter yang melambungkan harga udang.
Akibatnya terjadilah pembukaan hutan bakau untuk tambak secara
mempertimbangkan ekosistem yang ada. Pada saat kondisi ekonomi makin
memburuk dan muncul tindakan penjarahan di mana-mana, investor tambak
memilih untuk mencabut investasinya dan meninggalkan tambak begitu saja
tanpa melakukan perbaikan lingkungan kembali.kan tempat untuk
pertumbuhan lumut. Kondisi ini merupakan tempat ideal sebagai breeding
place nyamuk Anopheles.

4.2 Situasi Demam Berdarah Dengue di Desa Loe


Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Kabupaten Cilacap, Kejadian
Luar Biasa penyakit Demam Berdarah Dengue di kampunglaut yang pertama
terjadi tahun 1984-1989 dengan korban 116 jiwa meninggal Pada 1999 muncul
kembali kasus Demam Berdarah Dengue dengan kasus awal kasus impor dari
Lampung. Pengaruh krisis ekonomi mengakibatkan Pembukaan tambak udang
besar –besaran siap panen dijarah akibatnya tambak seluas + 600 ha menjadi
tdk terawat sehingga tumbuh lumut perut ayam akibatnya Demam Berdarah
Dengue menyerang 4 Desa (Ujung Alang, Ujung Gagak, Panikel & Rawaapu
tahun 1999 tercatat positif Demam Berdarah Dengue = 1271 jiwa dan
meninggal = 1 jiwa. Survei entomologi yang telah dilakukan di Desa Ujung
Alang (Dusun Klaces, Motehan dan Mangunjaya) dilaporkan kasus Demam
Berdarah Dengue pada bulan Juni dan Juli 1999, sebesar 156 dan 129,
sedangkan di Desa Ujung Gagak (Dusun Karanganyar dan Cibeurum) sebesar
52 dan 17 kasus (CFR = 1,12%).

Dampak dari KLB Demam Berdarah Dengue tersebut menurunkan


derajat kesehatan masyarakat, angka kesakitan bertambah, kemampuan kerja
menurun, Tingkat kehadiran anak sekolah rendah Berbagai upaya pengendalian
vektor telah dilakukan seperti penimbunan kolam atau tambak yang tidak
diurus, membuang lumpur hasil pengerukan sungai ke tempat perindukan
vektor Demam Berdarah Dengue, membuat katuk pada gorong gorong sehingga
mengurangi masuknya air agio ke sawah maupun kolam ikan tambak.
Bekerjasama dengan Dinas Perikanan untuk budidaya udang dan bandeng
secara intensif serta menggerakkan masyarakat untuk membersihkan
kolam/tambak dari lumut dan sampah. Walaupun telah dilakukan upaya
pengendalian tersebut di atas jumlah kasus Demam Berdarah Dengue masih
tetap tinggi. Jumlah kasus Demam Berdarah Dengue pada tahun 2000 sebesar
1802 kasus di Ujung Alang, Klaces dan Motehan, sedangkan 220 kasus di desa
Ujung Gagak (Data Dinas Kesehatan, Kab. Cilacap). Telah lama diketahui pula
bahwa penggunaan insektisida untuk pengendalian vektor secara berulang-
ulang, dapat menyebabkan resistensi vektor, matinya hewan yang bukan
sasaran serta pencemaran lingkungan.

Tahun 2006 – 2009 kasus Demam Berdarah Dengue di Desa Loe sudah
tidak ditemukan kembali. Bulan Februari tahun 2022 Demam Berdarah Dengue
Desa Loe kembali muncul 12 kasus dengan kasus awal kasus impor dari
Pangandaran sampai dengan bulan Mei 2022 sudah 45 kasus positif Demam
Berdarah Dengue. Dari hasil studi entemolog ditemukan breedingplaces
sebanyak 4 tempat berupa kolam warga yang tidak terawat menjadi tempat
perindungkan nyamuk Demam Berdarah Dengue. Dari ke 4 kolam tersebut
ditemukan positif jentik nyamuk An. Sundaicus. Vegetasi yang ada dikolam
ditemukan lumut usus ayam. Dan keberadaan ikan pemakan jentik tidak banyak
ditemukan.Upaya penanganan dilakukan melalui pencarian penderita dengan
kegiatan ACD dan PCD. Mass fever survey dilakukan untuk memaksimal
pencarian penderita. Seluruh penderita yang positif diobati semua dengan ACT
Kombinasi. Modifikasi lingkungan dilakukan oleh kalangan PNS dan warga
masyarakat dengan membersihkan kolam, mengalirkan genangan air,
mengangkat lumut ikanisasi dan larvasida. Upaya tersebut berhasil menurunkan
angka kesakitan Demam Berdarah Dengue untuk sementara waktu ini. Berikut
foto sebaran kasus awal Demam Berdarah Dengue beserta breedingplacesnya di
Desa Loe

Gambar 4.1 Sebaran kasus KLB Demam Berdarah Dengue di Desa Loe
tahun 2022
4.3 Kronologis Kejadian KLB di Desa Loe

Berdasarkan informasi yang didapatkan dari Perawat Desa Loe kepada


petugas Apotik bahwa terdapat kasus DBD dan beberapa anak memiliki gejala
Klinis DBD. Petugas Apotik melaporkan ke petugas surveilans pada tanggal 16
September 2022 jam 21. 33 Wita. Berdasarkan laporan Orang Tua pasien selesai
dirawat di RSUD Ampana bahwa anaknya di diagnose DBD Kritis.dan ada
beberapa warga terserang penyakit dengan gejala-gejala antara lain demam,
sakit kepala, mual dan muntah. Petugas Surveilans menghubungi Perawat Desa
untuk mengkonfirmasi apakah laporan dari petugas apotik benar adanya.
Perawat desa melaporkan bahwa kejadian sudah berlangsung sejak 2 minggu
yang lalu dengan 2 pasien dirawat di RSUD Ampana. Dan pasien yang dirawat
telah pulang ke Desa LOe dan dinyatakan sembuh oleh dr. RSUD Ampana.
Maka petugas surveilans membuat pelaporan kepada Kepala Puskesmas Pada
hari Sabtu Tanggal 17 September 2022 jam 08.00 Wita. Petugas surveilans
mengadakan pertemuan dengan Pj. Kesling puskesmas Dolong, Petugas Apotik
dan Dokter puskesmas Dolong dalam rangka Peengendalian Kasus DBD. Hasil
dari pertemuan maka dilaksanakan Investigasi Kasus yang dirangkaikan dengan
pemeriksaaan Jentik Nyamuk serta Pengobatan dari dokter Puskesmas Dolong.

Dari Hasil wawancara kepada Orang Tua pasien An. Citra W.


samangka pada Tanggal 18 September 2022 jam 09.00 Wita orang tua Pasien
menceritakan bahwa pasien sebelum sakit sudah sebulan tidak pulang di Desa
Loe karena pasien Sekolah di SMA Popolii. Pasien sakit tanggal 16 Agustus
2022 di Popolii dan orang tua menerima laporan kalau Anaknya Sakit. Orang
tua pasien ke Desa Popolii dan membawa pasien langsung ke Ampana pada
tanggal 18 Agustus pada tanggal 21 Agustus pasien dirawat di RSUD Ampana
dengan diagnosa DBD (Igg +, Trombosit 108, Leukosit 3,1, Hematokrit 40,4)
dan pulang tanggal 26 Agustus. Pada Tanggal 26 Agustus pasien dan orang tua
pulang Ke Desa Loe dan Tiba pada TAnggal 27 Agustus 2022. Pada Tanggal
29 Agustus pasien An. Alfarabi A. Bukusu merasakan gejala Demam, sakit
kepala, sakit perut, mual, muntah pada Tanggal 31 Agustus bertambah
perdarahan di Gusi dan muncul Rash di Perut. Pasien di bawa ke Ampana
Tanggal 01 September dan di Rawat di RSUD Ampana 02 September 2022 (Igg
+, Trombosit 80.000, Leukosit 9,2, dan Hematokrit 4,2) . Pasien pulang Tanggal

Deskripsi Kasus

Berdasarkan hasil infestigasi Kasus yang dilaksanakan di Desa Loe


Terdapat Kasus Pertam di RT 03
Grafik Kasus Demam Berdarah Kon-
firmasi dan Demam Dengue
berdasarkan Tanggal Gejala Di Desa
5
4
Loe Bulan September Tahun 2022
3
2
1
0
8/18/2022 8/28/2022 9/12/2022 8/30/2022 9/16/2022 9/9/2022 9/21/2022 9/19/2022

Tabel 4.1 Daftar Kasus Demam Berdarah Dengue Di Desa Loe


Kecamatan Walea Kepulauan Tahun 2022

4.4.1 Pemastian Diagnosa


Berdasarkan definisi operasional kasus yang ditetapkan, maka jumlah
kasus yang berhasil diidentifikasi sejumlah 3 orang. Dimana 3 orang tersebut
diRawat di Rumah Sakit Ampana dengan Hasil Igg +. Dan Gejala penunjang
seperti terjadinya Perdarahan dan Rumple Leed +. Dan 5 Orang di rawat oleh
Petugas Kesehatan Desa di Desa Loe.

Tabel 4.2 Gejala-Gejala Yang Timbul pada penderita Demam Berdarah


Dengue Di Desa Loe Kecamatan Walea Kepulauan Tahun 2022

No Gejala Frekuensi Persen ( % )

1 Igg/ IGM + 3 38

2 Demam 8 100

3 Mual dan muntah 8 100


4 Sakit kepala 8 100

5 Nyeri otot 4 50

6 Rash 5 63

7 Rumple Leede 5 63

8 Sakit Dibelakang Mata 4 50

9 Perdarahan 3 38

Tabel diatas menunjukkan bahwa disamping gejala utama demam, mual


muntah dan Sakit Kepala

4.5. Deskripsi Kasus Menurut Variabel Waktu, Tempat dan Orang

Gambar 4.3. Distribusi Kasus KLB Demam Berdarah Dengue


di Desa Loe berdasarkan waktu (minggu) Tahun 2022
Grafik Kasus DBD dan DD di Desa Loe Minggu Ke 30 - Minggu Ke 40
Tahun 2022
7

0
M-30 M-31 M-32 M-33 M-34 M-35 M-36 M-37 M-38 M-39 M-40

distribusi kasus berdasarkan waktu (minggu) terlihat pada gambar dibawah ini
dimana Terdapat Kasus di Minggu Ke 37 dan Minggu Ke 38 tahun 2022

4.5.1 Deskripsi Kasus menurut Variabel Tempat


Distibusi kasus menurut wilayah tempat tinggal dapat dilihat pada tabel
berikut ini dimana jumlah kasus tertinggi terdapat pada RT 01 sebanyak 4
kasus. Sedangkan yang terendah di RT 02 sebanyak 1 Kasus.

N
O J ALAMA RT/
NAMA UMUR
K T RW

1 CITRA W 27/05/200
SAMANGKA 6 P LOE 3
2 AL FARABI A 19/02/201
BUKUSU 5 L LOE 3
3 HAFIZAH 27/11/201
MONDING 2 P LOE 1
4 BUNGA CITRA 10 THN P LOE 1
5 YUNITA H BULOE 10 THN P LOE 1
6 17/08/197
CILIYANTI 8 P LOE 1
7 NUR WASNA 18/03/201
BILQISTI 9 P LOE 2
8 FITRIANI
MONDING 30 THN P LOE 3
Gambar 4.4. Jumlah Kasus Demam Berdarah Dengue Berdasarkan Wilayah
(tempat)
di Desa Loe tahun 2022

Distribusi Kasus Berdasarkan RT di


Desa Loe pada Bulan September
Tahun 2022
5

0
1 2 3

Terdapat Kasus Tertinggi di Dusun 1 sebanyak 4 Kasus.

Gambar 4.5. Mapping kasus Demam Berdarah Dengue dan faktor risiko
di Desa Loe tahun 2022

4.6 Deskripsi Kasus Berdasarkan Variabel Orang


Sebaran kasus menurut umur dan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel
berikut ini.

Gambar 4.6 Distribusi Kasus Demam Berdarah Dengue menurut Kelompok


Umur di Desa Loe tahun 2022

Jumlah Kasus

13%
25% < 1 Tahun
1 - 4 Tahun
5-14 Tahun
15-44 Tahun
≥ 45 Tahun

63%

Dari gambar diatas terlihat bahwa pada Kasus Demam Berdarah Dengue di
Desa Loe banyak terdapat pada usia Sekolah yaitu usia 5 – 14 tahun dengan
persentase 63%

Gambar 4.7 Distribusi Kasus Demam Berdarah Dengue menurut


Kelompok Jenis Kelamin di Desa Loe tahun 2022
Jumlah Kasus
L P

13%

88%

Dari gambar diatas terlihat bahwa pada KLB Demam Berdarah Dengue di Desa
Loe kasus terbanyak pada perempuan yaitu sebesar 88%.

4.7 Faktor Risiko Demam Berdarah Dengue


Dalam kegiatan penyelidikan dilakukan juga penelitian beberapa
faktor resiko yang mempengaruhi terjadinya KLB Demam Berdarah
Dengue di Desa Loe Kecamatan Walea Kepulauan. Adapu hasil yang
diperoleh sebagai berikut: Dari uraian diatas terlihat bahwa faktor risiko
yang berhubungan dengan terjadinya KLB Demam Berdarah Dengue di
Desa Loe adalah peristirahatan nyamuk, dinding rumah, langit-langit
rumah, pemakaian kasa, kontak dengan penderita, keluar malam,
pemakaian repelent, pemakaian obat nyamuk, pemakaian kelambu dan
pemeliharaan hewan ternak

4.8 Kegiatan Penanggulangan


Dari hasil kegiatan investigasi, upaya penanggulangan yang telah
dilakukan baik di tingkat Puskesmas maupun Desa Loe antara lain:
1. Distribusi logistik obat ke Poskesdes Loe
2. Pengobatan pada penderita Suspek Demam Berdarah Dengue dengan
Memberikan pengobatan sesuai dengan Gejala yang timbul
3. Melakukann survei Jentik pada Tanggal 17 September di Desa Loe
yang dilakukan di RT 01 Jumlah Rumah yang diperiksa sebanyak 26
Rumah dan yang memiliki Jentik 10 Rumah dengan Persentase 38%
Rumah yang memiliki Jentik, RT 02 yang di Periksa 17 Rumah
sebanyak 4 Rumah yang memiliki Jentik dengan persentase 24%. Dan
di RT 03 dari 20 Rumah yang diperiksa hanya 3 Rumah yg memiliki
Jentik Nyamuk dengan persentase 15%.
4. Penyuluhan kepada masyarakat tentang pencegahan Demam Berdarah
Dengue.
5. Menaburkan Bubuk Abate di tempat Penampungan Air
6. Melakukan Kerjasama dengan Pemerintah Desa Terkait pelaksanaan
PSN 3 M Plus di Bak2 Besar yang ada di masing2 RT.
7. Pemberdayaan masyarakat agar perduli dengan lingkungan

Selain itu, dalam upaya penanggulangan KLB di Desa Loe dalam


secara keseluruhan ditemukan kendala atau permasalahan, antara lain:
1. Pengelola DBD Puskesmas Dolong tidak ada di tempat
2. Kurangnya dukungan dana maupun kebijakan penanggulangan Demam
Berdarah Dengue dari Dinas Kesehatan Kabupaten Tojo Una-Una
3. Adanya Penderita yang tidak berobat ke Poskesdes
4. Terdapat dampak politik di masyarakat yang menyebabkan Penderita
tidak berobat di Poskesdes
5. Poskesdes Jarang di Buka
6. Penderita tidak mau terbuka terkait hal wawancara
7.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Dari hasil investigasi yang dilakukan dapat disimpulkan:

1. Telah terjadi KLB Demam Berdarah Dengue di Desa Loe pada bulan
September pada Minggu Ke 37 dan 38 Tahun 2022 yang ditandai
dengan peningkatan kasus yang sebelumnya tidak ada kasus Demam
Berdarah Dengue Dengan Kasus Konfirmasi DBD sebanyak 3 Kasus
dan 5 Kasus Suspek DBD di Desa Loe
2. Secara epidemiologi perkembangan KLB di Desa Loe Kecamatan
Walea Kepulauan yaitu
 Berdasarkan orang, kasus tertinggi terdapat pada kelompok umur 05-
14 sebesar 63%
 Berdasarkan orang, kasus yang berjen/is kelamin perempuan lebih
banyak pada perempuan yaitu sebesar 88%
 Berdasarkan tempat, Jumlah Kasus terbanyak di RT 01 dan Jumlah
Kasus terendah di RT 02
 Berdasarkat Tanggal Omset Kasus yang pertama terjadi di RT 03
 Berdasarkan waktu kasus tertinggi terjadi pada minggu ke-37 Tahun
2022

5.2 Saran
a. Dinas Kesehatan Kabupaten Tojo Una-Una
1. Memberi bimbingan pada Puskesmas Dolong
2. Memberikan Rdt DBD untuk pemeriksaan IGG
3. Melaksanakan Fogging di Desa Loe dan Sekitarnya
4. Melakukan advokasi kepada Pemda guna mendapat dukungan dana
maupun kebijakan dalam pemberantasan dan penanggulangan
Demam Berdarah Dengue.
b. Pemerintah Desa
1. Diharapkan Melaksanakan PSN dan 3Mplus serentak di Desa
Loe
2. Melaksanaka Kebersihan Lingkungan
3. Memberikan Tindakan Kepada Tenaga Kesehatan Desa yang
tidak membuka Pooskesdes pada Jam Pelayanan.
4. Merangkul Masyarakat agar dapat berobat Ke Poskesdes

c. Poskesdes Loe
1. Memantau perkembangan kasus Demam Berdarah Dengue secara
mingguan.
2. Meningkatkan surveilans Demam Berdarah Dengue melalui
penemuan penderita baik secara aktif maupun pasif.
3. Pengobatan Demam Berdarah Dengue secara adekuat dengan
melibatkan anggota keluarga dan kader
4. Mengunjungi Penderita jika mendapatkan Laporan dari Kader
5. Bekerja sama Dengan Kader dalam Temuan Kasus
d. Kepada Masyarakat
1. Meningkatkan budaya hidup bersih dan sehat dalam upaya
pencegahan penularan kasus penyakit Demam Berdarah Dengue
dengan melakukan kegiatan seperti melakukan upaya Pemberantasan
Sarang Nyamuk, pemakaian kelambu, kasa, obat nyamuk dan
repellent
2. Meningkatkan PSN dan 3M Plus
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................. i


DAFTAR PERSETUJUAN.................................................................... ii
KATA PENGANTAR............................................................................. iii
DAFTAR ISI........................................................................................... iv
DAFTAR TABEL................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR.............................................................................. vi
1. PENDAHULUAN ............................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 Tujuan.......................................................................................... 4
1.2.1 Tujuan Umum..................................................................... 4
1.2.2 Tujuan Khusus.................................................................... 4
1.3 Hipotesis awal.............................................................................. 4
2. TINJAUAN PUSTAKA................................................................... 5
2.1 Gambaran umum Demam Berdarah Dengue................................ 5
2.1.1 Penyebab............................................................................. 5
2.1.2 Gejala dan tanda................................................................. 5
2.2 Diagnosis, treatment dan pencegahan ........................................ 7
2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian Demam Berdarah Dengue
............................................................................................8
2.3.1 Faktor Demam Berdarah Dengue dan nyamuk................. 8
2.3.2 Faktor lingkungan.............................................................. 10
2.4 Program pemberantasan Demam Berdarah Dengue di Indonesia
14
3. Metodologi................................................................................................
3.1 Disain studi.................................................................................. 15
3.2 Batas wilayah penyelidikan......................................................... 15
3.3 Waktu dan tempat........................................................................ 15
3.4 Memastikan diagnosis................................................................ 15
3.5 Populasi dan sampel penelitian................................................... 15
3.6 Pengumpulan data....................................................................... 17
3.7 Cara penyelidikan....................................................................... 17
4. Hasil penyelidikan............................................................................
4.1 Keadaan geografi dan demografi................................................. 20
4.2 Situasi Demam Berdarah Dengue di Desa Loe........................... 21
4.3 Kronologi Kejadian KLB di Desa Loe........................................ 23
4.4 Deskripsi Kasus........................................................................... 23
4.4.1 Pemastian diagnosis............................................................ 25
4.5 Deskripsi Kasus menurut variabel waktu.................................... 27
4.6 Deskripsi Kasus menurut variabel orang.................................... 29
4.7 Faktor risiko Demam Berdarah Dengue...................................... 30
4.8 Kegiatan Penanggulangan........................................................... 31
5. Kesimpulan dan saran
5.1 Kesimpulan ........................................................................... 34
5.2 Saran ................................................................................. 35
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Daftar Kasus Demam Berdarah Dengue di Desa Loe Kecamatan
Walea Kepulauan tahun 2022................................................................. 24

Tabel 4.2 Gejala-gejala yang timbul pada penderita Demam Berdarah Dengue
di Kecamatan
Desa Loe Kabupaten Cilacap tahun 2022........................... 26
DAFTAR GAMBAR

Gambar 4. 1 Sebaran kasus Demam Berdarah Dengue di Desa Loe tahun 2022
................................................................................................................. 22
Gambar 4.2 Jenis-jenis Plasmodium pada penderita Demam Berdarah Dengue
di Kecamatan
Desa Loe Kabupaten Cilacap tahun 2022......................... 26
Gambar 4.3 Deskripsi kasus KLB Demam Berdarah Dengue di Desa Loe
Berdasarkan waktu (minggu) tahun 2022......................... 27
Gambar 4.4 Jumlah kasus Demam Berdarah Dengue berdasarkan wilayah
(tempat) di kecamatan
Desa Loe tahun 2022......................................................... 28
Gambar 4.5 Mapping kasus Demam Berdarah Dengue dan faktor risiko di
kecamatan Kampung
Laut tahun 2022................................................................. 28
Gambar 4.6 Distribusi kasus Demam Berdarah Dengue menurut kelompok
umur di Kabupaten
Cilacap tahun 2022............................................................ 29
Gambar 4.7 Distribusi kasus Demam Berdarah Dengue menurut kelompok
jenis kelamin di
Kabupaten Cilacap tahun 2022......................................... 30

Вам также может понравиться