Вы находитесь на странице: 1из 17

Eritroderma e.c.

Dermatitis Kontak
Case Report
Oleh :

Oshin Betharia Simanjuntak, S.Ked Rekha Nova Iyos, S.Ked

PEMBIMBING dr. M. Syafei Hamzah, Sp.KK dr. Arif Effendi, Sp.KK

KEPANITERAAN KLINIK SMF PENYAKIT KULIT KELAMIN RSUD ABDUL MOELOEK JULI 2011

STATUS PASIEN Tanggal Masuk I. : 19-07-2011

IDENTIFIKASI PASIEN

Nama Umur Jenis Kelamin Alamat Pendidikan Pekerjaan Suku Bangsa Status Marital

: Tn. S : 37 tahun : Laki-laki : Taman Sari : SMA : Tani : Jawa : Menikah

II.

ANAMNESIS

Keluhan utama Keluhan tambahan

: Kulit terkelupas seluruh badan : Badan terasa pegal dan lemas, kaki dan tangan sukar digerakkan

Riwayat Perjalanan Penyakit Pasien seorang laki-laki berumur 37 tahun datang ke RSAM dengan keluhan gatal-gatal dan kulit mengelupas sejak 21 hari yang lalu. Keluhan ini diawali ketika os sedang mengambil ember yang terjatuh ke dalam sumur, yang terjatuh sejak lama dan dikhawatirkan akan mengotori air sumur bila tidak diambil. Os masuk kedalam sumur

hanya memakai celana pendek saja. Menurut pengakuan os, air sumur tersebut tampak bersih, namun terdapat endapan besi di dasarnya karena tampak berwarna kuning kecoklatan, dan tampak dari dinding ember yang sudah diambil terdapat endapan lumpur besi di dinding ember tersebut. Selain itu, os juga mengaku bahwa air sumur itu berbau besi.Ketika os masuk ke dalam sumur, endapan lumpur di dasar sumur menjadi terangkat, dan tercampur dengan air yang bersih sehingga air menjadi berwarna coklat.Os mengaku seluruh badannya terkena air sumur itu, dan ada juga yang tertelan olehnya. Malam harinya, os merasa tidak enak badan.Os merasa badannya demam, menggigil dan lemas, juga disertai dengan timbulnya bentol-bentol berwarna kemerahan di seluruh tubuhnya.Pada awalnya bentol-bentol kemerahan muncul di daerah dada perut dan punggung, namun lama kelamaan mulai tumbuh di tangan dan kaki juga. Bentol kemerahan dirasakan pasien dengan sensasi gatal di sekujur tubuh, namun pasien menyangkal adanya sensasi panas.Keesokan harinya, os mengaku bahwa bentol-bentolnya itu semakin menjalar dan sudah menacapai daerah wajah.Selain gatal kulit pasien juga terasa kaku-kaku pada daerah yang kemerahan. Karena keluhannya itu maka pasien berobat kebidan, di bidan pasien diberikan obat makan dan disuntik dengan obat, namun pasien tidak mengetahui obat yang diberikan oleh bidan. Setelah mengkonsumsi obat dari bidan dirasakan pasien bahwa tidak ada perubahan pada kulitnya malah kemerahan pada kulitnya hampir menutupi seluruh tubuhnya.Setelah itu mulai dirasakan penebalan pada kulit semakin banyak. Karena tidak kunjung sembuh, akhirnya seminggu kemudian pasien memeriksakan diri di klinik dokter, dengan kulit yang sudah mulai mengelupas bila gatal di garuk. Oleh dokter os diberikan obat oral dan diberikan suntikan, namun os tidak

mengetahui apa obat yang diberikan. Setelah berobat ke dokter dan mengkonsumsi obat, ternyata kulit pasien tidak kunjung sembuh juga.Kulit pasien semakin gatal dan menebal di mana-mana. Akhirnya pasien meutuskan kembali ke dokter tersebut dan akhirnya pasien dirujuk ke RSU Metro.Di rumah sakit Metro pasien di rawat selama

satu minggu dan diberikan obat oral dan suntikan.Pasien mengaku setelah seminggu di rawat kulitnya tidak lagi gatal, penebalan dan pengelupasan juga sudah mulai menghilang.Ketika kulitnya sudah tampak agak bersih akhirnya pasien diperbolehkan pulang.Os mengaku selama beberapa hari di rumah tidak ada keluhan gatal lagi.Namun, dalam jangka waktu seminggu setelah pulang opname, kulit pasien menjadi gatal-gatal lagi, terjadi penebalan, dan pengelupasan kulit di seluruh tubuh.Akhirnya pasien berobat lg ke rumah sakit metro dan kemudian di rujuk ke RSAM.

Pengobatan yang pernah didapat Obat suntik Obat salep Obat minum

Penyakit lain yang pernah diderita Sinusitis, alergi terhadap debu dan udara dingin

Riwayat penyakit keluarga -

III.

PEMERIKSAAN FISIK Status Present

Keadaan umum Kesadaran Status gizi Tanda vital

: Baik : Compos mentis : Cukup :

a. Tekanan darah : 100/60 mmHg b. Nadi c. RR d. Suhu : 80x/ menit : 20x/ menit : 36,30 C

IV.

STATUS GENERALIS Kepala Bentuk Rambut Mata : Normal : Normal : Sklera anikterik, konjungtiva palpebra tidak tampak anemis, palpebra tak tampak edema Telinga Mulut : Simetris, liang lapang, secret (-), bersisik : Bibir tidak sianosis, gusi tidak berdarah, mukosa lidah tampak geographic tongue Kuku : Tidak tampak pitting nail

Leher Inspeksi Palpasi : Simetris, tidak tampak kelainan : Trakea di tengah, tidak terdapat pembesaran KGB

Toraks Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, tidak terdapat benjolan, pernafasan normal Jantung Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat

Abdomen Inspeksi : Tidak ada kelainan di abdomen, simetris

V.

STATUS DERMATOLOGIS

Lokasi

: Regio Thoraks, Regio abdomen, Regio capitis, Brachialis dextra sinistra, Regio cruris

Distribusi lesi

: Generalisata

Inspeksi -

Tampak makula eritema disertai skuama multiple kasar dan berlapis, berbatas tegas, berwarna putih dan erosi

VI.

RESUME Pasien seorang laki-laki berumur 37 tahun datang ke RSAM dengan keluhan gatal-gatal dan kulit mengelupas sejak 21 hari yang lalu, sejak

pasien mengadakan kontak dengan air sumur yang mengandung endapan besi. Os telah mendapat pengobatan berupa obat suntik, obat minum, dan obat salep yang pasien lupa nama obatnya, dan penyakit hilang timbul. Status generalis dalam batas normal. Status

dermatologis, tampak deskuamasi dan tampak makula eritema disertai skuama multiple kasar dan berlapis, berbatas tegas, berwarna putih dan erosi. Tes laboratorium tidak sempat dilakukan karena meminta pulang paksa.

VII.

DIAGNOSIS BANDING Eritroderma tidak memiliki diagnosa bandingnya, diagnosa banding didapatkan dari kausa dari eritroderma:

Eritroderma e.c. alergi obat Eritroderma e.c. dermatitis kontak Eritroderma e.c. psoriasis Eritroderma e.c. dermatitis seboroik Eritroderma e.c. Dermatitis atopi Eritroderma e.c. Limfoma/leukemia Eritroderma e.c. Pemfigus Eritroderma e.c. Pityriasis rubra pilaris Eritroderma e.c. Lichen planus Eritroderma e.c. Dermatofitosis Eritroderma e.c. Skabies

VIII. DIAGNOSIS KERJA Eritroderma e.c. dermatitis kontak

IX.

PENATALAKSANAAN a. Perawatan umum - perbaikan cairan tubuh - eliminasi faktor-faktor pencetus antara lain :

*diet pantang ikan laut/alergi *menghindari sinar matahari *mandi tanpa sabun - pemberian kortikosteroid secara sistemik dengan cara tappering off : Prednison 3 x 10 mg, 2 x 10 mg, 1 x 10 mg, dst. atau Dexametason 3 x 10 mg, 2 x 1 mg, dst. - bila perlu dapat diberikan antibiotika untuk mencegah infeksi sekunder : - Eritromisin 4 x 250 mg/hari selama 7 10 hari. atau - Chloramfenikol 4 x 250 mg/hari selama 7 10 hari. atau - Tetrasiklin 4 x 250 mg/hari selama 7 10 hari. - Antihistamin/antipruritus : CTM 3 x 1 tablet

b. Perawatan topikal - bila masih menggigil, penderita tidak boleh mandi dulu. Setiap pagi seluruh tubuh diolesi oleum cocos. - bila eritema sudah mereda dapat diberikan bedak Talcum Aidum Salisilikum 0,5% atau 1%. - Untuk kulit yang terlalu kering dapat digunakan krim Hidrokortison 1% X. PROGNOSIS Quo ad vitam ad dubia Quo ad functionam ad dubia Quo ad sanationam dubia

DISKUSI Diagnosa eritroderma e.c dermatitis kontak dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis, gejala klinis, dan pemeriksaan status dermatologis.

Berdasarkan anamnesa yang telah didapatkan, diagnosa merujuk kepada eritroderma, yaitu dimulai dengan bercak eritem yang cepat sekali meluas. Dapat disertai dengan demam, menggigil serta melaise yang tidak terlalu berat. Bercak eritem tersebut biasanya mencapai keseluruhan permukaan tubuh dalam 12 48 jam. Selanjutnya diikuti dengan timbulnya deskuamasi dalam 2 6 hari,

seringkali dimulai di daerah-daerah lipatan kulit. Seluruh kulit tampak kemerahan, mengkilat dan mengelupas serta teraba panas dan menebal pada palpasi.Pada eritroderma yang disebabkan oleh golongan dermatitis biasanya timbul dalam waktu singkat. Penderita merasa kulitnya ketat, gatal atau kadang-kadang terasa panas seperti terbakar. Setelah eritroderma berlangsung beberapa minggu, rambut kepala dan tubuh bisa rontok, juga kuku jadi menebal dan kasar, namun pada kasus ini, pasien belum mengalami kerontokan rambut, dan penebalan kuku. Pada eritroderma, tidak dibutuhkan diagnosa banding, hanya membandingkan kausa dari eritroderma tersebut. 1. Dermatitis (kontak/atopik). 2. Psoriasis 3. Drug eruption 4. Limfema/leukemia 5. Pemfigus 6. Pityriasis rubra pilaris 7. Lichen planus 8. Dermatofitosis 9. Skabies

Pada anamnesa terhadap kasus, Tn. S mengalami eritroderma e.c. dermatitis kontak alergi. Dermatitis kontak alergi merupakan dermatitis yang terjadi setelah adanya kontak dengan suatu bahan, secara imunologis. Dalam kasus ini, pasien mengalami kontak dengan air dengan kadar besi yang melebihi normal (tampak endapan besi). Reaksi ini termasuk reaksi hipersensitivitas lambat tipe IV. Wujud kelainan kulit bisa berupa eritem/edema/vesikel yang bergerombol atau vesikel yang membasah, disertai rasa gatal. Bila kontak berjalan terus, maka dermatitis ini dapat menjalar ke daerah sekitarnya dan ke seluruh tubuh. Pada anamnesa didapatkan pasien dengan keadaan yang mulai terjadi secara akut sebagai erupsi terjadi bercak-bercak atau eritematous yang menyeluruh disertai gejala panas, rasa tidak enak badan. Warna kulit berubah dari merah muda menjadi merah gelap. Sesudah satu minggu dimulai gejala eksfoliasi (pembentukan skuama) yang khas dan biasanya dalam bentuk serpihan kulit yang halus yang mening galkan kulit yang licin serta berwarna merah dibawahnya : gejala ini disertai dengan pembentukan sisik yang baru ketika sisik yang lama terlepas. Tidak adanya riwayat psoriasis, limfoma/leukemia, pemfigus, pityriasis rubra pilaris, lichen planus, dermatofitosis, skabies pada pasien sebelum onset eritroderma telah menyingkirkan diagnosa banding kausa eritroderma ec psoriasis, limfoma/leukemia, pemfigus, pityriasis rubra pilaris, lichen planus,

dermatofitosis, scabies. Sedangkan eritroderma ec alergi obat tersingkirkan karena onset eritroderma berupa munculnya eritema di seluruh tubuh dan menggigil telah terjadi sebelum pasien mendapatkan pengobatan. Pemeriksaan klinis pada eritroderma dilakukan dengan : - keadaan umum penderita (terutama bila penderita tua atau balita) perlu

diperhatikan, apakah ada tanda-tanda dehidrasio, menggigil, dll). - tensi/nadi/temperatur dan pernafasan diperhatikan. - luasnya eritema (% permukaan tubuh), bentuk dari skwama (tebal dan transparan/ halus), adalah daerah yang eksematus/basah, adakah crecking/erosi, dsb. - periksa keadaan kulit kepala dan rambut serta kuku. Pada pemeriksaan dermatologis, tidak didapatkan bahwa Fenomena Koebner (yakni munculnya lesi-lesi baru akibat trauma fisis disekitar lesi lama) biasanya positif, tanda Auspitz (adanya bercak kemerahan akibat terkelupasnya skuama yang ada) juga positif, fenomena tetesan lilin (bila ada skuama digaruk, maka timbul warna putih keruh seperti tetesan lilin) positif. Sehingga menyingkirkan diagnosa eritroderma ec psoriasis. Dermatitis seboroik merupakan dermatitis yang terjadi pada daerah seboroik (daerah yang banyak mengandung kelenjar sebasea / lemak), seperti batok kepala, alis, kelopak mata, lekukan nasolabial, dengan kelainan kulit berupa lesi dengan batas tak teratur, dasar kemerahan, tertutup skuama agak kuning dan berminyak. Skuama agak kuning dan berminyak pada dermatitis seboroik ini juga membuat dermatitis seboroik menyingkirkan eritroderma e.c dermatitis seboroik dari diagnosa kerja. Dermatitis kontak alergi merupakan dermatitis yang terjadi setelah adanya kontak dengan suatu bahan, secara imunologis. Reaksi ini termasuk reaksi hipersensitivitas lambat tipe IV. Wujud kelainan kulit bisa berupa eritem/edema/vesikel yang bergerombol atau vesikel yang membasah, disertai rasa gatal. Bila kontak berjalan terus, maka dermatitis ini dapat menjalar ke daerah sekitarnya dan ke seluruh tubuh.

Tujuan penatalaksanaan eritroderma adalah untuk mempertahankan keseimbangan cairan serta elektrolit dan mencegah infeksi tetapi bersifat individual serta suportif dan harus segera dimulai begitu diagnosisnya ditegakan.Pasien harus dirawat di rumah sakit dan harus tirah baring. Suhu kamar yang nyaman harus dipertahankan karena pasien tidak memiliki kontrol termolegulasi yang norm sebagai akibat al dari fluktuasi suhu karena vasodilatasi dan kehilangan cairan lewat evaporasi. Keseimbangan cairan dan elektrolit harus dipertahankan karena terjadinya kehilangan air dan protein yang cukup besar dari permukaan kulit. Gejala eritroderma disertai dengan pembentukan sisik yang baru ketika sisik yang lama terlepas. Kerontokan rambut dapat menyertai kelainan ini eksaserbasi sering terjadi. Efek sistemiknya mencakup gagal jantung kongestif high-output, gangguan intestinal, pembesaran payudara, kenaikan kadar asam urat dalam darah (hiperurisemia) dan gangguan temperature.Peningkatan perfusi darah kulit muncul pada eritroderma yang menyebabkan disregulasi temperature (menyebabkan hipotermia) dan kegagalan output jantung. Kadar metabolic basal meningkat sebagai kompensasi dari kehilangan suhu tubuh. Epidermis yang matur secara cepat kegagalan kulit untuk menghasilkan barier permeabilitas efektif di stratum korneum. Ini akan menyebabkan kehilangan cairan transepidermal yang berlebihan. Normalnya kehilangan cairan dari kulit diperkirakan 400 ml setiap hari dengan dua pertiga dari hilangnya cairan ini dari proses transpirasi epidermis manakala sepertiga lagi dari perspirasi basal. Kekurangan barier pada eritroderma ini menyebabkan peningkatan kehilangan cairan ekstrarenal. Kehilangan cairan transepidermal sangat tinggi ketika proses pembentukan sisik (scaling) memuncak dan menurun 5-6 hari sebelum sisik menghancur.Hilangnya sisik eksfoliatif yang bias mencapai 20-30 gr/hari memicu kapada timbul kaedaan hipoalbuminemia

yang biasa dijumpai pada dermatitis exfoliatifa. Hipoalbiminemia yang muncul harus di terapi dengan diet tinggi protein. Edema biasanya paling sering ditemukan, biasanya akibat peralihan cairan ke ekstrasel. Respon imun mungkin bisa berubah, sering adanya peningkatan gammaglobulin, peningkatan serum IgE pada beberapa kasus, dan CD4+ sel-T limfositopenia pada infeksi HIV. Penyakit eritroderma dapat disertai dengan / tanpa rasa gatal.

DAFTAR PUSTAKA

________. 2010. Eritroderma. www.scribd.com/doc/50463551/15/Eritroderma ________.2009.eritroderma.kamuskesehatan.blogspot.com/2009/08


/eritroderma.html

________.2009.eritroderma.jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/211098992.pdf Elfriadi.2011. Eritroderma II. http://elfriadi.blogspot.com/2011/04/askep-padaklien-dengan-eritroderma.html Juanda, Adhi. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin edisi kelima. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Siregar, R.S. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Jakarta : EGC

Вам также может понравиться