Вы находитесь на странице: 1из 10

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Menurut survey yang dilakukan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Indonesia menempati urutan ke-4 terbesar dalam jumlah penderita diabetes melitus dengan prevalensi 8,6 % dari total penduduk. Sedangkan diatasnya India, China, dan Amerika Serikat,Temuan tersebut semakin membuktikan bahwa penyakit diabetes melitus merupakan masalah kesehatan yang sangat

serius.(WHO,2009,http://www.Diabetes melitus indonesia.com). Dalam jumlah prevalensi penduduk dunia dengan diabetes melitus diperhitungkan mencapai 125 juta orang pertahun dengan prediksi berlipat ganda mencapai 250 juta orang dalam 10 tahun mendatang (tahun 2020). Peningkatan prevalensi akan lebih menonjol perkembangannya di negara berkembang dibandingkan dengan negara maju, prevalensi diabetes melitus di Indonesia besarnya 1,2 % - 2,3 % dari penduduk usia lebih dari 15 tahun (Bustan, 2007:100). Kecenderungan peningkatan prevalensi akan membawa perubahan posisi diabetes melitus yang semakin menonjol, yang ditandai dengan perubahan atau kenaikan peringkatnya dikalangan 10 besar penyakit (leading diseases). Selain itu diabetes melitus juga semakin memberi kontribusi yang lebih besar terhadap kematian (ten diseases leading cause of diseases) (Bustan, 2007:101).

PAda

tahun

2010

provinsi

jawa

barat,ingin

mencapai

Indeks

pembangunan manusia(IPM) sebesar 80.Sementara IPM pada saat perda di tetepkan tahun 2001 adalah 67,4 berarti masih tertinggal sekitar 12,6 poin untuk mencapai angka 80. (http://www.profil kesehatan provinsi jawa barat 2010.com). Indeks pembangunan manusia (IPM) merupakan indeks komposit yang di pengaruhi oleh indikator pendidikan, yang di wakili oleh Angka melek huruf (AMH) dan rata-rata lama sekolah (RLS).Indikator kesehatan yang di wakili oleh umur harapan hidup dan indikator ekonomi yang di wakili oleh daya beli masyarakat. Dari sektor kesehatan terdapat indikator utama pencapaian IPM 80 tersebut yaitu umur harapan hidup waktu lahir (Eo),yang di pengaruhi oleh 2 indikator yaitu Angka kematian Ibu(AKI0,di samping itu pula terdapat pengaruh dari 2 indikator lainnya,yaitu Angka kematian balita dan Angka Kematian Kasar, oleh karena itu agar Umur harpan hidup bisa meningkat maka harus ada upaya terutama untuk menurunkan AKB dan AKI melalui kegiatan yang terencana focus dan mempunyai sasaran yang jelas. Berdasarkan teori H.L Blum dearajat kesehatan masyarakat dengan indikatornya angka kematian (mortalitas) dan angka kesakitan

(morbiditas),sangat di pengaruhi oleh 4 faktor yaitu factor lingkungan,faktor prilaku,faktor pelayanan kesehatan,faktor keturunan Faktor lingkungan termasuk di dalamnya adalah lingkungan

fisik,Biologi,Sosial budaya,Ekonomi,Hukum,dan Politik.Mempunyai pengaruh sebesar 45% terhadap derajat kesehatan masyarakat, sementara faktor prilaku berpengaruh sebesar 30% dan faktor keturunan berpengaruh sebesar 5%,Oleh

karena itu upaya yang harus di lakukan adalah mengedepankan upaya promotif dan preventif tanpa meninggalkan upaya kuratif dan rehabilitatif, Karena Visi dan Misi Jawa Barat merupakan bagian terintegrasi dengan Visi ,Misi dan

strategi yang bersifat Nasional yaitu Indonesia Sehat 2010 yang di landasi paradigm sehat. Jumlah pasien diabetes melitus yang berobat jalan ke Rumah Sakit di Provinsi Jawa Barat pada tahun 2009 dari bulan mei sampai oktober sekitar 11.759 orang, sedangkan yang menjalani rawat inap sebanyak 3.720 orang (Dinkes Provinsi Jawa Barat, 2009). Faktor yang mempengaruhi dalam pengobatan diabetes melitus adalah terkait dengan pengetahuan klien tentang penyakit diabetes melitus dan sikap klien dalam menjalani diet makanan diabetes melitus, dimana sebagaian dari mereka belum memiliki pengetahuan yang cukup tentang pelaksanaan terapi diet diabetes melitus. Faktor pengetahuan masyarakat yang masih relatif rendah, turut memberikan kontribusi oleh penduduk provinsi Jawa Barat secara keseluruhan. Yaitu tidak pernah sekolah sebanyak 5,07 %, tidak tamat SD 5,07 %, tidak tamat SD sebanyak 21,60 %, dan tamat SLTP sebanyak 37 % (Propil Kesehatan Provinsi Jawa barat 2009). Kabupaten garut merupakan salah satu dari 26 kabupaten ata kota yang berada di wilayah propinsi jawa barat.Secara geografis kabupaten garut terletak di sebelah selatan propinsi jawa barat,dengan luas wilayah 3.065,19 Km2 atau 306.519 Ha terletak diantara 6o5649- 7o4500 lintang selatan dan 107o258108o730 bujur timur .

Pada tahun 2009 secara administratif wilayah kabupaten garut terdiri dari 42 kecamatan yang membawahi 403 desa dan 21 kelurahan . Berdasarkan data BPS tahun 2009 jumlah penduduk kabupaten garut adalah 2.380.961 jiwa dengan komposisi berdasarkan jenis kelamin jumlah penduduk laki-laki sebesar 1.210.334 jiwa atau 50,83% dan penduduk perempuan sebesar 1.170.647 jiwa atau 49.17%. Pertumbuhan laju penduduk di kabupaten Garut yang mengalami peningkatan setiap tahunnya,akan berdampak kepada berbagai segi kehidupan termasuk terhadap beben ketergantungan dari ketiga faktor utama penunjang IPM. Tingkat kepadatan penduduk pada tahun 2009 dengan luas 3.066,9km2 rata-rata sebesar 776,36 jiwa/km2. Jumlah kuota penduduk miskin di kabupaten garut yang ditetapkan Depkes berdasarkan data dari BPS pada tahun 2009,masih sama dengan tahun 2007 yaitu 822.923 jiwa atau 34,56%,dari jumlah penduduk.Kuota jumlah penduduk miskin tersebut digunakan sebagai acuan alokasi dana Jamkesmas di Kabupaten Garut. Tingkat pendidikan penduduk kabupaten garut masih rendah,berikut persentase penduduk usia 10 tahun ke atas Menurut ijazah yang dimiliki di Kabupaten garut tahun 2009. Jenis ijazah Tidak/Belum pernah sekolah Tidak/Belum tamat Sd Sd/MI/sederajat Persentase(%) 1.99 30.97 39.83

SLTP/MTs/sederajat kejuruan SLTA/sederajat AK/Diploma/Universitas Jumlah Sumber:BPS kab Garut 2009

15.34 18.99 2.89 100

Dari tabel terlihat bahwa penduduk kabupaten garut sebagian besar 39.83% berpendidikan setingkat sekolah dasar.Pencapaian nilai indeks

pendidikan tahun 2009 sebesar 99.07 poin,nilai tersebut dipengaruhi oleh pencapaian nila rata-rata lama sekolah(RLS) dan Angka melek huruf (AMH).RLS pada tahun 2009 sebesar 7.32% meningkat sebesar 0.04% di bandingkan tahun 2008 sebesar 7.28% demikian juga dengan AMH mengalami kenaikan sebesar 0.09% menjadi 99.07% pada tahun 2009 di bandingkan dengan capaian tahun 2008 sebesar 98.98% (Profil kesehatan kabupaten garut tahun 20009). Tabel pola penyakit penderita rawat jalan di rumah sakit umur >66 tahun Kabupaten Garut 2009 No Nama Penyakit Kasus baru Jumlah 1 Infeksi lainnya 2 3 4 Katarak dan gangguan lain lensa Influenza Gangguan refraksi dan akomodasi 191 5,49 242 6,96 kulit jaringan sub kutan 325 % 9,35

Penyakit mastoid

telinga dan prosesus

136

3,91

6 7 8 9 10 11 12 13

Diabetes mellitus Konjungtivitis dan gangguan lain Tuberkulosis paru lainnya Anemia Asthma Hypertensi Gangguan daya dengar Infeksi saluran nafas bagian atas lainnya

135 133 89 84 83 81 80 66

3,88 3,83 2,56 2,42 2,39 2,33 2,30 1,90

14

Keratis

dan

gangguan

lain

62

1,78

sclera,kornea 15 16 17 18 Gagal jantung gastritis Penyakit jantung lainnya Demam yang tidak di ketahui penyebabnya 19 20 21 Diare Haemoroid Lain-lain JUmlah 10 9 1.358 3.476 0,29 0,26 39,07 100,00 57 54 39 29 1,64 1,55 1,12 0,83

jumlah kunjungan rawat jalan pasien diabetes melitus di RSU dr. Slamet Garut tahun 2010 dari bulana juni sampai november sebanyak 6.100 kunjungan dengan jumlah kunjungan penderita tiap hari sekitar 25 kunjungan dengan jumlah kunjungan penderita baru rata-rata tiap bulan sekitar 10 kunjungan (rekam medis RSU dr. Slamet Garut 2010). Hasil penelitian yang dilakukan PERSADIA Rumah Sakit dr. Slamet dari bulan Juli sampai dengan bulan Desember 2010,menunjukan bahwa prevalensi diabetes melitus di Garut sekitar 6,11 % dan akan cenderung meningkat setiap tahunnya.

Prilaku klien DM tipe II yang tidak mendukung kesehatan, dapat dirubah menjadi prilaku yang taat dalam menjalani pola diet DM, apabila klien sudah mengetahui manfaat dari pola diet DM maka akan timbul kesadaran dari dalam dirinya untuk melaksanakan diet DM. Berdasarkan studi pendahuluan pada 9 responden yang dilakukan di RSU dr. Slamet Garut, ditemukan 7 responden dari 9 responden klien tidak mengetahui tentang diet DM, klien mengatakan selama ini makanan yang dikonsumsi sesuai dengan menu keluarga sehari-hari dan tidak diatur berdasarkan pola diet DM sehingga kadar glukosa darah tidak stabil, sedangkan 2 responden dari 9 responden mengetahui tentang pola diet DM. Berdasarkan penelitian dari 9 responden 7 responden tidak mengetahui tentang pola diet DM, makanan yang di konsumsi tidak teratur sesuai pola diet

DM yang di anjurkan,sehingga kadar glukosa darah tidak dapat terkontrol dengan baik. Berdasarkan kondisi tersebut, belum di ketahui secara jelas apa yang menyebabkan klien tidak menjalani pola diet DM . Berkaitan dengan masalah di atas peneliti tertarik melakukan penelitian tentang Hubungan pengetahuan dan Sikap pasien dalam melakukan pola diet diabetes melitus tipe II di RSU dr slamet Garut 2011. mengetahui pola diet Dm dan tidak patuh dalam

1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah pada penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap klien Diabetes Melitus tipe II dalam melakukan pola diet Diabetes Melitus tipe II di RSU dr. Slamet Garut tahun 2011.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui hubngan pengetahuan dan sikap klien diabetes melitus tipe II dengan kepatuhan diet diabetes melitus tipe II di RSU dr. Slamet Garut 2010. 1.3.2 Tujuan Khusus 1.3.2.1 Untuk mengetahui gambaran pengetahuan klien diabetes melitus tipe II dengan pola diet diabetes melitus tipe II. 1.3.2.2 Untuk mengetahui gambaran sikap klien diabetes melitus tipe II dengan pola diet diabetes melitus tipe II.

1.3.2.3 Untuk mengetahui hubungan pengetahuan klien dengan kepatuhan diet diabetes melitus tipe II. 1.3.2.4 Untuk mengetahui hubungan sikap klien dengan kepatuhan diet diabetes melitus tipe II.

1.4

Manfaat Penelitian

1.4.1.1 Instansi pendidikan Diharapkan penelitian ini dapat menambah referensi mata kuliah yang berkaitan yaitu keperawatan medical bedah. 1.4.2.1 Manfaat praktis 1.4.2.2 Bagi Rsu dr salmet garut Bagi RSU dr. Slamet Garut kususnya perawat yang bertugas di Poli dalam dapat dijadikan dasar penelitian selanjutnya dalam bidang keperawatan medical bedah mengenai faktor-faktor penghambat dan pencegah diet bagi klien diabetes melitus tipe II serta dapat memberikan informasi sebagai pertimbangan dan memberikan penyuluhan dan pendidikan kesehatan klien melitus dan keluarganya, sehingga diharapkan klien mempunyai pengetahuan dan sikap yang lebih baik kaitannya dalam upaya meningkatkan prilaku diet diabetes melitus yang optimal. 1.4.2.2. Bagi perawat Bagi perawat dapat memberikan gambaran sikap klien diabetes melitus tipe II tentang pelaksanaan diet diabetes melitus di RSU dr. Slamet Garut, untuk kemudian dapat dijadikan sebagai data dalam proses asuhan keperawatan yang akan diberikan.

1.4.2.3.Bagi Masyarakat Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi pengetahuan penyakit Diabetes mellitus tipe II kepada masyarakat dan sikap pasien terhadap pola diet makan diabetes mellitus.

Вам также может понравиться