Вы находитесь на странице: 1из 2

Definisi Jika disimak, krisis hipertensi memang tidak diberi porsi tersendiri dalam panduan JNC VII.

Namun tersirat dalam laporan keluaran tahun 2003 tersebut, bahwa tekanan darah sistolik yang lebih dari 179 mmHg atau tekanan darah diastolik yang lebih dari 109 mmHg telah dikategorikan sebagai krisis hipertensi.1 Sebelumnya di JNC V (1993) sempat dibuat klasifikasi krisis hipertensi, yang terdiri atas:1

1. Hypertensive emergencies, yaitu krisis hipertensi yang disertai komplikasi pada organ target.
Meliputi jantung, otak, mata (retina), dan ginjal. Penurunan tekanan darah harus dilakukan sesegera mungkin, meskipun tidak perlu langsung mencapai tekanan darah normal. 2. Hypertensive urgencies, yaitu krisis hipertensi tanpa komplikasi pada organ target. Tekanan darah harus diturunkan dalam 24-48 jam. Dalam pembahasan berikutnya, fokus lebih ditekankan pada hypertensive emergencies sebagai kasus yang lebih membutuhkan perhatian serius.

Sejarah dan Epidemiologi Kasus hipertensi dengan kerusakan organ-organ target sudah dilaporkan sejak tahun 1914 oleh Volhard dan Fahr (Jerman). Namun tentang perjalanan sampai timbul hypertensive emergencies baru dikemukakan 25 tahun kemudian oleh Keith et al.1 Di seluruh dunia hipertensi sendiri relatif umum ditemukan. Bahkan di negara maju seperti Amerika Serikat, 30% penduduk dewasa (berumur >20 tahun) menderita hipertensi.1 Krisis hipertensi merupakan penyebab utama kedaruratan pada pasien hipertensi, yang meliputi 25% kasus.2 Ditambah lagi fakta bahwa hipertensi adalah penyakit silent killer yang jarang sekali menimbulkan gejala sebelum timbul kedaruratan; karena itulah terjadinya krisis hipertensi patut untuk diwaspadai.

Patofisiologi Bagaimanakah mekanismenya sampai hipertensi dapat timbul mendadak dan tekanan darah melonjak sampai taraf yang disebut krisis hipertensi, belum diketahui secara pasti. Diperkirakan bahwa krisis hipertensi timbul sebagai akibat peningkatan resistansi pembuluh darah secara mendadak akibat vasokonstriksi. Peningkatan tekanan darah mendadak ini akan menimbulkan stres mekanik dan cedera endotelial; sehingga permeabilitas pembuluh darah akan meningkat, terjadi reaksi koagulasi dan pembentukan fibrin. Cedera endotel dan reaksi koagulasi akan mencetuskan iskemia. Di samping itu, rendahnya volume sirkulasi akibat peningkatan tekanan darah mendadak membuat sistem reninangiotensin-aldosteron teraktivasi sehingga terjadilah vasokonstriksi lebih lanjut. Semua faktor ini akan berujung pada hipoperfusi dan disfungsi organ target.1

Gejala klinis Hypertensive emergencies umumnya terjadi pada penderita yang telah lama menderita hipertensi tak terkontrol. Namun berapakah batasan tekanan darah yang dapat menimbulkan kerusakan organ, sangat

individual sifatnya. Demikian juga dengan gejala yang dirasakan, dapat berbeda satu sama lain. Gejala tersering adalah berupa nyeri dada, dispnea, dan gejala defisit neurologis.1 Jika penderita krisis hipertensi berkunjung ke dokter, ia akan mendapat pemeriksaan menyeluruh khususnya terhadap organ-organ yang berpotensi menjadi organ target komplikasi.2

1. 2. 3. 4.

Jantung: pemeriksaan edem paru, bising jantung, pemeriksaan elektrokardiografi Neurologis: sakit kepala hebat, penurunan kesadaran dan delirium, pemeriksaan CT scan Mata: pemeriksaan retina dan papil saraf optik Ginjal: bruit renal, laboratorium fungsi ginjal

Jika ditemukan kelainan pada satu atau beberapa organ, maka kasusnya dapat digolongkan hypertensive emergency yang artinya pasien harus dirawat di rumah sakit (ICU).2

Tindakan terhadap hypertensive urgency Penderita hypertensive urgency tidak perlu dirawat inap, tetapi tetap harus dipantau bagaimana ia meminum obatnya. Target tekanan darah adalah sekitar 160/110 mmHg. Yang terpenting adalah jangan sampai tekanan arterial rata-rata (MAP, mean arterial pressure) turun lebih dari 25% dalam 24 jam. Terapi biasa diberikan per oral, dimulai dengan dosis rendah. Kadang-kadang diperlukan dosis inkremental, sampai akhirnya tercapai dosis yang optimal. Obat-obatan yang digunakan: ACE inhibitors (captopril), nicardipine, labetalol, clonidine, dan nifedipine.2

Tindakan terhadap hypertensive emergency Penderita hypertensive emergency harus ditangani segera untuk meminimalisasi sekuelae. Terapi hendaknya disesuaikan karena respons tiap individu berbeda-beda. Prinsip penurunan tekanan darah harus sesegera namun bersyarat.1,2 Vaidya dan Ouellette (2007) menggunakan patokan penurunan MAP 10% pada jam pertama, diikuti dengan 15% pada 2-3 jam berikutnya. Adapun syarat penurunan tekanan darah adalah tidak boleh diturunkan terlalu drastis agar tidak terjadi komplikasi hipoperfusi. Obat-obatan yang digunakan di sini adalah parenteral, antara lain: enalaprilat, esmolol, fenoldopram, labetalol, nicardipine, nitroglycerin, Na nitroprusside, clevidipine, nifedipine, dan hydralazine.2

Вам также может понравиться

  • Soal Forensik To Untar
    Soal Forensik To Untar
    Документ10 страниц
    Soal Forensik To Untar
    David Eka Djaja
    Оценок пока нет
  • Hipertensi
    Hipertensi
    Документ4 страницы
    Hipertensi
    David Eka Djaja
    Оценок пока нет
  • HP KT Di
    HP KT Di
    Документ5 страниц
    HP KT Di
    David Eka Djaja
    Оценок пока нет
  • Koper Hipertiroid
    Koper Hipertiroid
    Документ1 страница
    Koper Hipertiroid
    David Eka Djaja
    Оценок пока нет
  • Siriraj Stroke Score
    Siriraj Stroke Score
    Документ3 страницы
    Siriraj Stroke Score
    David Eka Djaja
    Оценок пока нет
  • Bab I
    Bab I
    Документ2 страницы
    Bab I
    David Eka Djaja
    Оценок пока нет
  • Gejala SOL Otak
    Gejala SOL Otak
    Документ3 страницы
    Gejala SOL Otak
    David Eka Djaja
    Оценок пока нет
  • PYODERMA INFEKSI KULIT
    PYODERMA INFEKSI KULIT
    Документ64 страницы
    PYODERMA INFEKSI KULIT
    Edoyahya Edo
    Оценок пока нет