Вы находитесь на странице: 1из 14

ANALISIS PERBEDAAN ABNORMAL RETURN, TRADING VOLUME ACTIVITY (TVA), DAN SECURITY RETURN VARIABILITY (SRV) SAHAM SEBELUM

DAN SESUDAH RIGHT ISSUE PADA PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGE YANG LISTING DI BURSA EFEK JAKARTA (Periode Pengamatan Tahun 2000-2005) Umdatul Khoiriyah Universitas Negeri Malang Abstrak Kebijakan right issue merupakan upaya emiten untuk menghemat biaya emisi serta untuk menambah jumlah saham yang beredar. Pada dasarnya right issue akan menyebabkan jumlah saham yang beredar di pasar bertambah dan harga saham perusahaan secara teoritis mengalami penurunan. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan frekuensi perdagangan saham atau likuiditas saham. Penelitian mengenai right issue telah banyak dilakuan, akan tetapi hasil temuantemuan riset yang ada belum konsisiten satu sama lain. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata abnormal return saham sesudah right issue mengalami peningkatan, rata-rata trading volume activity (TVA) saham sesudah right issue mengalami penurunan , dan rata-rata security return variability (SRV) saham sesudah right issue mengalami peningkatan. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan abnormal return saham sebelum dan sesudah right issue, terdapat perbedaan trading volume activity (TVA) saham sebelum dan sesudah right issue, dan tidak terdapat perbedaan security return variability (SRV) saham sebelum dan sesudah right issue. Kata Kunci : Right issue, abnormal return, trading volume activity (TVA), security return variability (SRV) Dalam melakukan kegiatan usahanya, perusahaan pasti akan memerlukan tambahan dana, baik untuk melakukan ekspansi maupun untuk memperkuat struktur keuangan. Dalam rangka pemenuhan kebutuhan dana tersebut ada beberapa alternatif yang dapat digunakan perusahaan, seperti mencari pinjaman atau tambahan pinjaman uang, mencari partner untuk merger, menjual perusahaan, atau bahkan menutup atau menguragi sebagian kegiatan perusahaan. Alternatif lain yang dapat dilakukan dalam mencari tambahan modal adalah dengan mencari pihak lain yang mau ikut menanamkan modalnya pada perusahaan. Hal tersebut dapat dilakukan dengan menjual sebagian dari kepemilikan atas perusahaan. Penjualan kepemilikan tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan menjual sebagian saham perusahaan dalam bentuk efek kepada masyarakat luas. Hal inilah yang dikenal dengan penawaran umum atau go public (Mugianto dan Ana Miandani, 2004 : 153). Penelitian tentang right issue telah banyak dilakukan di antaranya dilakukan oleh Husaini dan Jogiyanto (2003) yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan antara variance return 60 hari sebelum dan 60 hari setelah pengumuman penjualan obligasi dan right issue, baik untuk peristiwa positif

maupun untuk peristiwa negatif, baik untuk pristiwa yang akan menurunkan variance maupun untuk peristiwa yang meningkatkan variance. Hal ini menunjukkan bahwa pengumuman perubahan struktur modal akan merubah risiko baik untuk pasar modal negara berkembang, maupun negara maju. Sedangkan dalam penelitian Mugianto dan Miandani (2004) menyatakan bahwa pelaksanaan right issue tidak berpengaruh secara signifikan terhadap return saham, abnormal return saham, cumulative abnormal return saham, dan trading volume activity saham perusahaan sampel. Hal ini sependapat dengan penelitian yang dilakukan oleh Agus Purwanto (2004) yang menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara harga saham, volume perdagangan dan variance return saham sebelum dan sesudah right issue. Dari hasil penelitian terdahulu, dapat dikatakan bahwa penelitian tersebut belum konsisten satu sama lain. Dalam penelitian ini peneliti memilih perusahaan Food and Beverage sebagai objek penelitian. Perusahaan Food and Beverage yaitu perusahaan yang memproduksi jenis makanan dan minuman yang dikonsumsi oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Peneliti memilih perusahaan Food and Beverage dengan pertimbangan bahwa komponenkomponen yang terdapat di dalam sektor ini sangat rentan atau sensitif terhadap gejolak faktor ekstern utamanya perubahan tingkat inflasi, suku bunga, dan pajak. Hal ini diakibatkan karena sektor industi Food and Beverage sudah mengeneralisasi dalam kebutuhan pokok masyarakat secara luas mengakibatkan terjadinya perubahan harga yang sangat cepat. pertimbangan lain yang mendasari dipilihnya perusahaan Food and Beverage ini adalah karena perusahaan ini dinilai akan tetap bertahan walaupun dalam kondisi perekonomian yang kurang stabil, karena perusahaan ini bergerak dalam bidang makanan dan minuman yang merupakan kebutuhan primer masyarakat. Disamping itu, perusahaan Food and Beverage merupakan salah satu kategori sektor industri di dalam Bursa Efek Jakarta yang mempunyai peluang untuk tumbuh dan berkembang dengan pesat karena potensi pasarnya dari tahun ketahun semakin baik seiring dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk di Indonesia dan juga ditunjang oleh kebutuhan manusia akan makanan dan minuman yang serba praktis dan instan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui rata-rata abnormal return, rata-rata trading volume activity (TVA), dan rata-rata security return variability (SRV) saham sebelum dan sesudah right issue pada perusahaan Food and Beverage yang listing di BEJ. Selain itu juga untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan yang signifikan antara rata-rata abnormal return, rata-rata trading volume activity (TVA), dan rata-rata security return variability (SRV) saham sebelum dan sesudah right issue pada perusahaan Food and Beverage yang listing di BEJ. METODE Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan studi peristiwa (event study). event study merupakan studi yang mempelajari reaksi pasar terhadap suatu peristiwa (event) yang informasinya dipublikasikan sebagai suatu pengumuman (Jogiyanto, 2003:410). Dalam penelitian ini event yang akan diteliti adalah peristiwa right issue yang dilakukan oleh perusahaan Food and Beverage yang listing di Bursa Efek Jakarta pada tahun 2000-2005.

Periode waktu yang digunakan dalam penelitian ini adalah periode jendela (window period) selama 121 hari, yaitu 60 hari sebelum tanggal peristiwa right issue (pre event), 1 hari pada saat tanggal peristiwa right issue (event date), dan 60 hari sesudah peristiwa right issue (post event). Periode sebelum peristiwa (pre event) digunakan untuk melihat apakah terjadi kebocoran informasi sebelum diumumkan di pasar. Periode saat peristiwa (event date) digunakan untuk melihat reaksi pasar pada saat informasi tersebut diumumkan di pasar. Periode setelah peristiwa (post event) digunakan untuk melihat seberapa cepat informasi yang tersedia digunakan oleh pasar. Penentuan lamanya periode jendela (window period) tergantung dari jenis peristiwanya. Jika nilai ekonomis dari peristiwa tersebut mudah ditentukan oleh investor (misal pengumuman laba dan dividen) periode jendela dapat pendek, karena investor dapat bereaksi dengan cepat. Jika nilai ekonomis dari peristiwa tersebut sulit ditentukan (misal merjer), maka periode jendelanya panjang (Jogiyanto, 2003:436). Selain itu, peneliti menggunakan periode jendela selama 60 hari sebelum dan sesudah right issue karena penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Jogiyanto (2000) dengan menggunakan periode jendela selama 60 hari sebelum dan sesudah right issue pada perusahaan yang go public tahun 19931997 yang memiliki hari perdagangan sebanyak 201 hari dalam satu tahun menunjukkan hasil yang tidak sejalan dengan penelitian sebelumnya. Oleh karena itu peneliti (Jogiyanto) menyarankan untuk meneliti reaksi pasar modal terhadap peristiwa right issue dengan periode pengamatan yang sama akan tetapi menggunakan variabel dan obyek penelitian yang berbeda. Periode pengamatan dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berukut . t-60 t0 t+60

pre event
Gambar 1. Periode Pengamatan

event date

post event

Populasi penelitian ini adalah perusahaan food and beverage yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta mulai tahun 2000 sampai dengan 2005 sejumlah 17 perusahaan. Daftar populasi dari penelitian ini dapat dilihat dari Tabel 1 berikut.

Tabel 1. Tabel Daftar Populasi Penelitian No. Kode Emiten Emiten 1. ADES PT. Ades Waters Indonesia Tbk. 2. AQUA PT. Aqua Golden Mississipi Tbk. 3. CEKA PT. Cahaya Kalbar Tbk. 4. DAVO PT. Davomas Abadi Tbk. 5. DLTA PT. Delta Jakarta Tbk. 6. INDF PT. Indofood Sukses MAkmur Tbk. 7. MYOR PT. Mayora Indah Tbk. 8. MLBI PT. Multi Bintang Indonesia Tbk. 9. PSDN PT. Parisdha Aneka Niaga Tbk. 10. SHDA PT. Sari Husada Tbk. 11. SKLT PT. Sekar Laut Tbk. 12. STTP PT. Siantar Top Tbk. 13. SMAR PT. SMART Tbk 14. SUBA PT. Suba Indah Tbk. 15. TBLA PT. Tunas Baru Lampung Tbk. 16. ULTJ PT. UltraJaya Milk Industry and Trading Company Tbk. 17. AISA PT. Tiga Pilar Sejahtera Tbk. Sumber : Indonesian Capital Market Directory tahun 2000-2005

Penentuan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik Purposive Sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2004:78). Sampel dalam penelitian ini terdiri dari 5 perusahaan. Adapun daftar emiten yang menjadi sampel dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2 berikut.
Tabel 2. Tabel Daftar Sampel Penelitian Kode Emiten Emiten 1. AISA PT. Tiga Pilar Tbk 2. DAVO PT. Davomas Abadi Tbk 3. ADES PT. Ades Waters Indonesia Tbk 4. ULTJ PT. Ultrajaya Milk Industry and Trading Company Tbk 5. SUBA PT. Suba Indah Tbk Sumber : Indonesian Capital Market Directory tahun 2000-2005 No. Tanggal pengumuman right issue 20 November 2003 12 Desember 2001 11 Juni 2004 25 Agustus 2004 25 Agustus 2000

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman dokumentasi, yang dilakukan dengan mengumpulkan dokumen-dokumen yang telah diaudit oleh perusahaan yang bersangkutan dan arsip-arsip yang berhubungan dengan variabel penelitian. Adapun instrumen penelitian ini disajikan dalam Tabel 3 berikut.
Tabel 3. Emiten DAVO Format Instrumen Penelitian Tanggal t-60 ... t-1 t0 t+1 ... Harga Saham Jumlah saham beredar Jumlah Saham Yang Diperdagangkan IHSG

t+60

Jenis data yang diperlukan adalah data sekunder. Data tersebut dikumpulkan dengan teknik format dokumentasi. Data sekunder yang diambil dari sumber-sumber adalah sebagai berikut : 1. Daftar perusahaan emiten yang melakukan right issue pada periode 2000-2005 dan tanggal pengumuman right issue yang diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory. 2. Daftar harga saham harian perusahaan sampel selama 121 hari bursa pada periode pengamatan yang diperoleh dari Koran Harian Bisnis Indonesia dan Bursa Efek Jakarta . 3. Daftar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) selama 121 hari bursa pada periode pengamatan yang diperoleh Koran Harian Bisnis Indonesia dan Bursa Efek Jakarta . 4. Daftar jumlah saham yang beredar selama 121 hari bursa pada periode pengamatan yang diperoleh dari Bursa Efek Jakarta . 5. Daftar jumlah saham diperdagangkan selama 121 hari bursa pada periode pengamatan yang diperoleh dari Bursa Efek Jakarta . Data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan analisis statistic parametric dengan menggunakan paired sample t-test. Menurut Triton (2005:177) paired sample t-test adalah pengujian yang dilakukan terhadap dua sampel yang berpasangan. Sampel yang berpasangan yang dapat diartikan sebagai sampel dengan subjek yang sama namun mengalami dua treatmen atau perlakuan berbeda. HASIL Rata-rata Abnormal Return Saham Sebelum dan Sesudah Pengumuman Right Issue Abnormal return adalah kelebihan dari return sesungguhnya yang terjadi (actual return) dengan return normal (return expektasi), dalam penelitian ini abnormal return dapat dihitung dengan formula : AR it = Rit E ( Rit ) (Jogiyanto, 2003). Dari analisis data terlihat bahwa rata-rata abnormal return saham sebelum right issue sebesar -0,003103 dan sesudah right issue sebesar 0,001136. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata abnormal return saham pada periode sesudah pengumuman right issue lebih tinggi daripada periode sebelum pengumuman right issue. Sedangkan rata-rata abnormal return masing-masing saham perusahaan sampel selama periode pengamatan disajikan dalam Tabel 4 berikut.
Tabel 4 Rata-rata Abnormal Return Saham Masing-masing Perusahaan Sampel Selama Periode Pengamatan Kode Periode Selisih Keterangan Emiten Sebelum Sesudah ADES -0,0003010 0,0197420 0,0200430 Naik AISA -0,0117240 0,0063240 0,0180480 Naik DAVO 0,0023360 -0,0115010 -0,0138370 Turun ULTJ -0,0024900 0,0026580 -0,0001680 Turun SUBA -0,0033360 -0,0062240 -0,0028880 Turun Sumber: Data diolah

Berdasarkan Tabel 4 di atas dapat diketahui bahwa 2 perusahaan (40%) mengalami peningkatan rata-rata abnormal return saham sebelum dan sesudah

right issue dan 3 perusahaan (60%) mengalami penurunan rata-rata abnormal return saham sebelum dan sesudah right issue. Adapun perusahaan sampel yang mengalami peningkatan rata-rata abnormal return tertinggi yaitu PT. Ades Waters Indonesia Tbk. dengan kode emiten ADES yaitu sebesar 0,0200430, sedangkan peusahaan sampel yang mengalami penurunan rata-rata abnormal return terbesar adalah PT. Davomas Abadi Tbk. dengan kode emiten DAVO yaitu sebesar 0,0138370. Rata-rata Trading Volume Activity Saham Sebelum dan Sesudah Pengumuman Right Issue Trading volume activity (TVA) merupakan instrumen yang digunakan untuk melihat reaksi pasar modal terhadap informasi parameter pergerakan aktivitas volume perdagangan yang diukur dengan cara membagi jumlah saham perusahaan yang diperdagangkan pada waktu tertentu dengan keseluruhan jumlah saham yang beredar pada kurun waktu yang sama. Dalam penelitian ini TVA dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: TVA =
transactio n volume it (Husnan, outs tan ding share it

2001). Dari hasil analisis data terlihat bahwa rata-rata trading volume activity (TVA) saham sebelum right issue sebesar 0,000160 dan sesudah right issue sebesar 0,000085. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata trading volume activity (TVA) saham pada periode sesudah pengumuman right issue lebih rendah daripada periode sebelum pengumuman right issue. Sedangkan rata-rata trading volume activity (TVA) masing-masing saham perusahaan sampel selama periode pengamatan disajikan dalam Tabel 5 berikut ini.
Tabel 5 Rata-rata Trading Volume Activity (TVA) Saham Masing-masing Perusahaan Sampel Selama Periode Pengamatan Kode Periode Selisih Keterangan Emiten Sebelum Sesudah ADES 0,000222 0,000071 -0,000151 Turun AISA 0,000171 0,000074 -0,000097 Turun DAVO 0,000229 0,000103 -0,000126 Turun ULTJ 0,000097 0,000111 -0,000014 Turun SUBA 0,000079 0,000066 -0,000013 Turun Sumber: Data diolah

Berdasarkan Tabel 5 di atas dapat diketahui bahwa seluruh perusahaan sampel mengalami penurunan rata-rata trading volume activity (TVA) saham sebelum dan sesudah right issue. Adapun perusahaan sampel yang mengalami penurunan rata-rata trading volume activity (TVA) tertinggi yaitu PT. Ades Waters Indonesia Tbk. dengan kode emiten ADES yaitu sebesar 0,000151, sedangkan peusahaan sampel yang mengalami penurunan rata-rata trading volume activity (TVA) terendah adalah PT. Suba Indah Tbk. dengan kode emiten SUBA yaitu sebesar 0,000013. Rata-rata Security Return Variability Saham Sebelum dan Sesudah Pengumuman Right Issue Security return variability (SRV) merupakan suatu analisis yang ingin melihat apakah pasar secara keseluruhan menilai bahwa suatu informasi itu

informatif, dalam arti apakah informasi tersebut mengakibatkan perubahan pada distribusi return saham pada waktu peristiwa tersebut terjadi tetapi tidak dapat menganalisa pergerakannya (apakah positif atau negatif). Security return variability (SRV) dapat dihitung dengan formula sebagai berikut :

SRVi ,t =

AR 2 i.t Var ( AR 2 i ,t )

(Astuti, 2000). Dari hasil analisis data terlihat bahwa rata-

rata security return variability (SRV) saham sebelum right issue sebesar 66,581252 dan sesudah right issue sebesar 74,194014. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata security return variability (SRV) saham pada periode sesudah pengumuman right issue lebih tinggi daripada periode sebelum pengumuman right issue. Sedangkan rata-rata security return variability (SRV) masing-masing saham perusahaan sampel selama periode pengamatan disajikan dalam Tabel 6 berikut ini.
Tabel 6 Rata-rata Security Return Variability (SRV) Saham Masing-masing Perusahaan Sampel Selama Periode Pengamatan Kode Periode Selisih Keterangan Emiten Sebelum Sesudah ADES 58,046221 81,293424 23,247203 Naik AISA 55,811732 56,738304 0,926572 Naik DAVO 70,061811 73,387546 3,325735 Naik ULTJ 67,934173 78,178925 10,244752 Naik SUBA 81,052324 81,371869 0,319545 Naik Sumber: Data diolah

Berdasarkan Tabel 6 di atas dapat diketahui bahwa seluruh perusahaan sampel mengalami peningkatan rata-rata security return variability (SRV) saham sebelum dan sesudah right issue. Adapun perusahaan sampel yang mengalami peningkatan rata-rata security return variability (SRV) tertinggi yaitu PT. Ades Waters Indonesia Tbk. dengan kode emiten ADES yaitu sebesar 23,247203, sedangkan peusahaan sampel yang mengalami penningkatan rata-rata security return variability (SRV) terendah adalah PT. Suba Indah Tbk. dengan kode emiten SUBA yaitu sebesar 0,319545. PENGUJIAN HIPOTESIS Hipotesis 1 (Perbedaan abnormal return saham sebelum dan sesudah right issue). Hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan paired sample t-test antara rata-rata abnormal return saham sebelum dan sesudah right issue tampak dalam Tabel 7 berikut.
Tabel 7 Hasil Uji Hipotesis Rata-rata Abnormal Return Saham Sebelum dan Sesudah Right issue variabel Periode pengamatan t Sig. (2-tailed) Abnormal Sebelum dan Sesudah Right -0,777 0,440 Return issue

Bedasarkan Tabel 7 di atas, dapat diketahui bahwa uji berpasangan antara rata-rata abnormal return saham sebelum dan sesudah right issue menunjukkan

nilai t-hitung sebesar -0,777 dengan nilai asymptotic significance sebesar 0,440 yang lebih besar daripada taraf signifikansi yang telah ditetapkan 0,07. Dengan demikian, maka Ho diterima, artinya tidak terdapat perbedaan antara rata-rata abnormal return saham sebelum dan sesudah pengumuman right issue. Sedangkan hasil pengujian hipotesis masing-masing perusahaan sampel tampak dalam Tabel 8 berikut.
Tabel 8 Hasil Uji Hipotesis Rata-rata Abnormal Return Saham masing-masing sampel Sebelum dan Sesudah Right issue Variabel Emiten Periode pengamatan t Sig. (2-tailed) Abnormal ADES Sebelum dan Sesudah Right issue -1,932 0,058 Return AISA -1,872 0,066 DAVO 1,050 0,298 ULTJ 0,031 0,976 SUBA 0,165 0,870

Berdasarkan Tabel 8 di atas dapat diketahui bahwa hasil pengujian hipotesis ratarata abnormal return masing-masing sampel adalah tidak sama. Untuk PT. Ades Waters Indonesia Tbk. dan PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. menunjukkan bahwa Ho ditolak, artinya terdapat perbedaan antara rata-rata abnormal return saham sebelum dan sesudah right issue karena nilai asymptotic significance-nya lebih kecil daripada taraf signifikansi yang telah ditetapkan. Sedangkan PT. Davomas Abadi Tbk., PT. Ultrajaya Milk Industry and Trading Company Tbk., dan PT. Subah Indah menunjukkan bahwa Ho diterima, artinya tidak terdapat perbedaan antara rata-rata abnormal return saham sebelum dan sesudah pengumuman right issue karena nilai asymptotic significance-nya lebih besar daripada taraf signifikansi yang telah ditetapkan HIPOTESIS 2 (Perbedaan trading volume activity (TVA) saham sebelum dan sesudah right issue). Hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan paired sample t-test antara rata-rata trading volume activity saham sebelum dan sesudah right issue tampak dalam Tabel 9 berikut.
Tabel 9 Hasil Uji Hipotesis Rata-rata Trading Volume Activity Saham Sebelum dan Sesudah Right issue variabel Periode pengamatan t Sig. (2-tailed) TVA Sebelum dan Sesudah Right 4,638 0,000 issue

Bedasarkan Tabel 9 di atas, dapat diketahui bahwa uji berpasangan antara rata-rata trading volume activity sebelum dan sesudah right issue menunjukkan nilai t-hitung sebesar 0,4638 dengan nilai asymptotic significance sebesar 0,000 yang lebih kecil daripada taraf signifikansi yang telah ditetapkan yaitu 0,07. Dengan demikian maka Ho ditolak, artinya terdapat perbedaan antara rata-rata trading volume activity saham sebelum dan sesudah pengumuman right issue. Sedangkan hasil pengujian hipotesis masing-masing perusahaan sampel tampak dalam Tabel 10 berikut.
Tabel 10 Hasil Uji Hipotesis Rata-rata Trading Volume Activity Saham Masing-masing Sampel Sebelum dan Sesudah Right issue

Variabel TVA

Emiten ADES AISA DAVO ULTJ SUBA

Periode pengamatan Sebelum dan Sesudah Right issue

t 3,883 1,947 3,294 -0,276 1,890

Sig. (2-tailed) 0,000 0,056 0,002 0,784 0,064

Berdasarkan Tabel 10 di atas dapat diketahui bahwa hasil pengujian hipotesis rata-rata trading volume activity masing-masing sampel adalah tidak sama. Untuk PT. Ades Waters Indonesia Tbk., PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk., PT. Davomas Abadi Tbk., dan PT. Subah Indah Tbk. menunjukkan bahwa Ho ditolak, artinya terdapat perbedaan antara rata-rata trading volume activity saham sebelum dan sesudah right issue karena nilai asymptotic significance-nya lebih kecil daripada taraf signifikansi yang telah ditetapkan. Sedangkan PT. Ultrajaya Milk Industry and Trading Company Tbk. menunjukkan bahwa Ho diterima, artinya tidak terdapat perbedaan antara rata-rata trading volume activity saham sebelum dan sesudah pengumuman right issue karena nilai asymptotic significance-nya lebih besar daripada taraf signifikansi yang telah ditetapkan. Hipotesis 3 (Perbedaan security return variability (SRV) saham sebelum dan sesudah right issue). Hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan paired sample t-test antara rata-rata security return variability saham sebelum dan sesudah right issue tampak dalam Tabel 11 berikut.
Tabel 11 Hasil Uji Hipotesis Rata-rata Security Return Variability Saham Sebelum dan Sesudah Right issue variabel Periode pengamatan t Sig. (2-tailed) SRV Sebelum dan Sesudah Right -0,938 0,352 issue

Bedasarkan Tabel 11 di atas, dapat diketahui bahwa uji berpasangan antara rata-rata security return variability sebelum dan sesudah right issue menunjukkan nilai t-hitung sebesar -0,938 dengan nilai asymptotic significance sebesar 0,352 yang lebih besar daripada taraf signifikansi yang telah ditetapkan (0,07). Dengan demikian maka Ho diterima, artinya tidak terdapat perbedaan antara rata-rata security return variability saham sebelum dan sesudah pengumuman right issue. Sedangkan hasil pengujian hipotesis masing-masing perusahaan sampel tampak dalam Tabel 12 berikut.
Tabel 12 Hasil Uji Hipotesis Rata-rata Security Return Variability Saham Masing-Masing Sampel Sebelum dan Sesudah Right Issue Variabel Emiten Periode pengamatan t Sig. (2-tailed) SRV ADES Sebelum dan Sesudah Right issue -0,947 0,348 AISA -0,092 0,927 DAVO -0,172 0,864 ULTJ -0,633 0,529 SUBA -0,025 0,980

Berdasarkan Tabel 12 di atas dapat diketahui bahwa hasil pengujian hipotesis rata-rata security return variability masing-masing sampel menunjukkan

bahwa Ho diterima, artinya tidak terdapat perbedaan antara rata-rata security return variability saham sebelum dan sesudah pengumuman right issue karena nilai asymptotic significance masing-masing perusahaan sampel lebih besar daripada taraf signifikansi yang telah ditetapkan. PEMBAHASAN Perbedaan Rata-rata Abnormal Return Saham Sebelum dan Sesudah Pengumuman Right issue Adanya abnormal return yang bernilai negatif mengindikasikan bahwa pasar menganggap pengumuman right issue merupakan kabar buruk (bad news) sehingga investor tidak tertarik untuk membeli right, bahkan banyak investor yang melakukan aksi penjualan, sehingga harga saham mengalami penurunan dan berdampak pada penurunan return saham. Menurut Husnan (2003:275) abnormal return yang negatif berarti harga saham sudah terlalu tinggi. Abnormal return yang negatif mengindikasikan bahwa tingkat keuntungan yang diperoleh investor (actual return) lebih rendah daripada tingkat keuntungan yang diharapkan (expected return). Abnormal return merupakan indikator untuk menguji kandungan informasi dari suatu pengumuman. Jika suatu pengumuman mempunyai kandungan informasi maka diharapkan investor akan bereaksi ketika informasi tersebut beredar di pasar. Reaksi tersebut ditunjukkan dengan adanya perubahan harga saham yang dapat mempengaruhi nilai abnormal return. Sebaliknya, jika suatu pengumuman tidak memiliki kandungan informasi maka investor tidak akan bereaksi ketika informasi tersebut beredar di pasar. Dengan demikian maka right issue akan memberikan abnormal return jika mengandung informasi. Besarnya abnormal return mencerminkan pengaruh kandungan informasi tersebut. Jika informasi tersebut bernilai positif maka abnormal return saham akan besar, sedangkan informasi yang bernilai negatif maka abnormal return kecil bahkan bernilai negatif. Hasil penelitian ini menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata abnormal return saham periode sebelum dan sesudah pengumuman right issue. Tidak adanya perbedan ini disebabkan karena kandungan informasi dari pengumuman right issue tersebut lemah, sehingga investor tidak begitu bereaksi dengan adanya pengumuman tersebut. Hal ini ditunjukkan dengan pergerakan rata-rata abnormal return sebelum dan sesudah right issue yang relatif stabil. Selain itu, tidak adanya perbedaan rata-rata abnormal return sebelum dan sesudah pengumuman right issue disebabkan kerena investor dapat mengantisipasi informasi yang ada, sebab informasi tersebut sudah tersebar secara merata (simetris). Untuk menguji efisiensi pasar bentuk setengah kuat secara informasi dapat dilihat melalui abnormal return, yaitu dengan melihat kecepatan para pelaku pasar untuk merespon informasi yang ada dan menuju ke harga keseimbangan yang baru. Suatu pasar dikatakan efisiensi bentuk setengah kuat secara informasi jika investor bereaksi secara cepat untuk menyerap abnormal return dan menuju ke harga keseimbangan yang baru (Jogiyanto, 2003:412). Dengan demikian maka, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pasar modal di Indonesia belum bisa dikatakan sebagai pasar bentuk efisien setengah kuat. Sebab dalam pasar yang

efisien bentuk setengah kuat tidak ada investor yang bisa mendapatkan abnormal return berdasarkan informasi yang telah dipublikasikan (Husnan, 2003:269).

Perbedaan Rata-rata Trading Volume Activity (TVA) Saham Sebelum dan Sesudah Pengumuman Right issue Penurunan rata-rata trading volume activity (TVA) menunjukkan bahwa pada periode sebelum pengumuman right issue investor lebih banyak melakukan transaksi jual beli saham dari pada periode sesudah pengumuman right issue. Hal ini mengindikasikan adanya penurunan aksi jual dan adanya penurunan jumlah permintaan saham (penurunan aksi beli). Jika terjadi penurunan aksi jual maka investor memberikan respon yang positif terhadap kebijakan yang dilakukan oleh emitan (right issue). Investor lebih tertarik untuk membeli right karena biasanya harga saham secara teoritis lebih murah dibandingkan dengan harga saham di pasar sekunder. Selain itu, investor juga beranggapan bahwa right issue akan meningkatkan likuiditas perusahaan sehingga nilai perusahaan akan naik yang akhirnya akan berdampak pada kenaikan harga saham. Hal ini sesuai dengan pendapat Santoso dalam penelitian Purwanto (2004:64) yang menyatakan bahwa likuiditas saham secara signifikan meningkat setelah pengumuman. Sebaliknya, jika terjadi penurunan volume perdagangan sebagai akibat dari penurunan aksi beli maka berarti investor merespon kebijakan emiten secara negatif. Respon negatif tersebut disebabkan karena adanya asimetri informasi di pasar modal. Hal ini sesuai dengan pandapat Budiarto dan Baridwan dalam penelitian Purwanto (2004:68) yang memprediksikan bahwa harga saham akan direspon secara tidak menguntungkan oleh pasar terhadap adanya informasi akan terjadinya right issue, karena pasar mengasumsikan bahwa manajer akan mendapatkan insentif untuk menerbitkan tambahan saham baru yang mereka percaya overvalued. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara ratarata trading volume activity saham sebelum dan sesudah pengumuman right issue. Hal ini terjadi karena investor tidak melakukan penjualan dan pembelian saham secara besar-besaran sebelum dan sesudah pengumuman right issue. Mereka bersikap biasa dan tidak terpengaruh secara besar-besaran atas informasi yang dipublikasikan. Dengan adanya suatu informasi akan mengakibatkan investor bereaksi, untuk menentukan kebijakan dalam berinvestasi (menjual atau membeli saham). Pada periode sebelum pengumuman, investor dihadapkan pada posisi ketidakpastian. Ketidakpastian ini menimbulakan 2 strategi investasi yang dilakukan oleh investor, yaitu : 1. srategi pasif, menahan dan wait and see sampai menunggu kejaelasan dari informasi tersebut dan 2. strategi profit taking, dimana investor melakukan aksi ambil untung atas investasi yang dilakukan (subagyo, 2005:61). Kedua macam strategi ini menyebabkan fluktuasi dalam aktivitas pedagangan saham karena tingkat suplay and demand yang berubah-ubah. Pada periode setelah pengumuman right issue trading volume activity (TVA) mengalami kenaikan. Pada kondisi ini investor melakukan stategi wait and see sebelum pengumuman right issue dan mengubah strateginya menjadi strategi profit taking setelah pengumuman right issue. Hal ini terjadi karena investor

memiliki harapan bahwa saham-saham tersebut memiliki potensial return yang tinggi karena perusahaan Food and Beverage memproduksi makanan dan miniman yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Perbedaan Rata-rata Security Return Variability (SRV) Saham Sebelum dan Sesudah Pengumuman Right issue Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata security return variability (SRV) saham pada periode sesudah pengumuman right issue lebih tinggi daripada periode sebelum pengumuman right issue. Kenaikan security return variability (SRV) tersebut mengindikasikan bahwa risiko yang dihadapi oleh investor mengalami peningkatan setelah adanya pengumuman right issue seiring dengan peningkatan return saham. Tidak adanya perbedaan yang signfikan antara rata-rata security return variability (SRV) sebelum dan sesudah right issue tersebut menunjukkan bahwa para pelaku pasar mempunyai informasi yang sama (informasi tersebar di pasar secara simetris). Purwanto (2004:72) yang menyatakan bahwa penyerapan informasi yang dilakukan partisipan pasar melalui pengumuman publik (right issue) akan menyebabkan menurunnya asimetri informasi. Asimetri informasi tersebut terjadi karena ada sebagian pelaku pasar yang memiliki informasi yang lebih dibandingkan dengan pelaku pasar yang lainnya, sehingga mereka mendapatkan keuntungan yang lebih besar daripada pelaku pasar yang tidak memiliki informasi tersebut. Selain itu hasil penelitian tersebut mengindikasikan bahwa kandungan informasi dari right issue sangat kecil, sehingga investor menganggap bahwa informasi tersebut tidak begitu penting yang akhirnya tidak dapat mempengaruhi keputusan investor untuk berinvestasi. Investor tidak sepenuhnya menggunakan informasi yang tersedia. Hal ini bertentangan dengan signaling theory yang menyatakan bahwa investor akan merespon secara bersama-sama informasi yang ada sehingga akan berpengaruh pada nilai perusahaan dan tercermin pada perubahan harga saham. Respon investor tersebut akan mempengaruhi fluktuasi rata-rata return yang berdampak pada pergerakan rata-rata abnormal return dan akhirnya akan mempengaruhi security return variability (SRV). Hal ini menunjukkkan bahwa pasar modal Indonesia belum merupakan pasar efisien bentuk setengah kuat. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Rata-rata abnormal return saham sebelum right issue lebih rendah daripada rata-rata abnormal return saham sesudah right issue. 2. Rata-rata trading volume activity (TVA) saham sebelum right issue lebih tinggi daripada rata-rata trading volume activity (TVA) saham sesudah right issue. 3. Rata-rata security return variability (SRV) saham sebelum right issue lebih rendah daripada rata-rata security return variability (SRV) saham sesudah right issue.

4. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata abnormal return sebelum dan sesudah pengumuman right issue. 5. Terdapat perbedaan yang signifkan rata-rata trading volume activity (TVA) sebelum dan sesudah right issue. 6. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata security return variability (SRV) sebelum dan sesudah right issue. Saran Berdasarkan kesimpulan diatas, maka dapat dikemukan saran sebagai berikut : 1) untuk penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan menggunakan perusahaan industri lainnya, untuk perbandingan hasil penelitian dan melihat bagaimana pengaruh right issue terhadap masing-masing sektor industri karena mengingat masing-masing industri memiliki karakteristik yang berbeda. 2) Bagi Investor; hendaknya para investor tidak menerima begitu saja informasi-informasi dalam pasar modal, tetapi mengadakan analisis informasi tersebut agar dapat memprediksi dengan benar apakah informasi tersebut baik atau buruk sehingga dalam mengambil kebijakan investasi lebih tepat dan memperoleh return yang tinggi. 3) Bagi Pemerinta; pemerintah hendaknya dapat mempertahankan kestabilan ekonomi, politik, dan keamanan agar para investor baik investor domestik maupun investor asing percaya dalam menempatkan danaya untuk berinvestasi di Indonesia sehingga iklim investasi dapat membaik. Daftar Rujukan Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : PT. Rineka Cipta. Astuti, P. 2000. Variabilitas Return Saham di Pasar Modal Indonesia Tahun Laporan Keuangan 1996. Kompak, April 2000 (23):617-632 Bursa Efek Jakarta. 2006. Mengenal Pasar Modal. (Online), (http://www.jsx. co.id/education.asp?emd=menu1, diakses 11 September 2006). Husaini & Jogiyanto, H. M. 2003. Risiko Return Saham Mengikuti Perubahan Struktur Modal Untuk Kasus Pengumuman Obligasi dan Right Issue. Simposium Nasional Akuntansi 1 :382-392. Husnan, Hanafi & Wibowo. 2001. Dampak Laporan Keuangan Terhadap Kegiatan Perdagangan Saham dan Variabel Tingkat Keuntungan. Kelola Gadjah Mada University Bussiness Review VII (18):137-155 Husnan, Suad. 2003. Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. Yogyakarta : UPP AMP YKPN. Jogiyanto. 2003. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi ketiga. Yogyakarta : BPFE. Mugianto & Miandani, Ana. 2004. Analisis Reaksi Pasar Modal Indonesia Terhadap Pelaksanaan Right Issue (Studi Kasus Pada Perusahaan yang Listing di Bursa Efek Jakarta Tahun 1998-2002). Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Tahun 9, No. 1, April 2004. Purwanto, Agus. 2004. Pengaruh Harga Saham, Volume Perdagangan, dan Varian Return Terhadap Bid-Ask Spread Pada Masa Sebelum dan Sesudah Right Issue di Bursa Efek Jakarta Priode 2000-2002. Jurnal Akuntansi dan Auditing, Vol 01/No 01/ Nopember 2004. Sugiyono. 2004. Metode Penelitian Bisnis. Bandung : CV. Alfabeta.

Triton, P.B. 2005. SPSS 13.0 Terapan Riset Statistik Parametrik. Yogyakarta : ANDI Yogyakarta. Universitas Negeri Malang. 2000. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah: Skripsi, Tesis, Disertasi, Artikel, Makalah, dan Laporan Penelitian. Malang: Universitas Negeri Malang. Subagyo. 2005. Pengaruh kenaikan Harga BBM Terhadap Return, Trading Volume Activity, dan Security Return Variability. Jurnal Ekonomi dan Bisnis, vol 10(1):53-63. --. 2002. Pengusaha Perancis Akan Jajaki Investasi Di Indonesia. (Online), (http://www.gatra.com/artikel.php?id=14745, diakses 11 April 2007).

Вам также может понравиться