Вы находитесь на странице: 1из 13

MAKALAH GANGGUAN KEPRIBADIAN PARANOID

D I S U S U N OLEH : Nama : Tengku Benyamin NIM : 060100065 Penguji : Prof. Dr. H. Syamsir BS, Sp. KJ (K)

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER (P3D) DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN JIWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2010

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN Kepribadian dapat didefinisikan sebagai totalitas sifat emosional dan perilaku yang menandai kehidupan seseorang dari hari ke hari dalam kondisi yang biasanya; kepribadian relative stabil dan dapat diramalkan. Gangguan kepribadian adalah suatu varian dari sifat karakter tersebut yang diluar rentang yang ditemukan pada sebagian besar orang. Hanya jika sifat kepribadian tidak fleksibel dan maladaptive dan dapat menyebabkan gangguan fungsional yang bermakna atau penderitaan subjektif maka dimasukkan sebagai kelas gangguan kepribadian.1 Terdapat berbagai defenisi atau pengertian mengenai kepribadian. Kusumanto Setyonegoro mengatakan: kepribadian adalah ekspresi keluar dari pengetahuan dan perasaan yang dialami secara subjektif oleh seseorang. Defenisi lain mengemukakan bahwa kepribadian adalah perilaku yang khas seseorang yang menyebabkan orang itu dapat dikenal dan dibedakan dari orang lain karena pola perilakunya. Ada juga pengertian gaya kepribadian yang menunjuk pada keseluruhan pola pikiran, perasaan dan perilaku yang mempengaruhi seseorang dalam usaha adaptasi yang terus menerus dalam hidupnya, alhasil interaksi antara genotiope (pengaruh keturunan) dan fenotipe (pengaruh lingkungan).2

Pasien dengan gangguan kepribadian menunjukkan pola maladaptif, mendarah daging, tidak fleksibel yang berhubungan dan mengesankan lingkungan dan dirinya sendiri. Orang tersebut jauh lebih mungkin menolak bantuan psikiatrik dan menyangkal masalahnya dibandingkan orang dengan gangguan kecemasan, gangguan depresif, atau gangguan obsesif kompulsif. Gejala gangguan kepribadian adalah aloplastik (yaitu, mampu mengadaptasi dan mengubah lingkungan eksternal) dan ego-sintonik (yaitu, dapat diterima oleh ego); mereka dengan gangguan kepribadian tidak merasa cemas tentang perilaku maladaptifnya. Karena orang tersebut tidak secara rutin merasakan sakit dari apa yang dirasakan oleh masyarakat sebagai gejalanya, mereka sering kali dianggap sebagai tidak bermotivasi untuk pengobatan dan tidak mempan terhadap pemulihan.1 Gangguan kepribadian dikelompokkan ke dalam tiga kelompok dalam Diagnostic and Statistical manual of Mental Disorder-IV(DSM-IV). Kelompok A terdiri dari gangguan kepribadian paranoid, schizoid dan skizotipal, orang kelompok ini sering tampak aneh dan eksentrik sehingga disebut kelompok eccentric or odd. Kelompok B terdiri dari gangguan kepribaadian anti social, ambang , histrionic, dan narsisistik dimana kelompok ini disebut sebagai kelompok dramatic, emotional, or eratic. Kelompok C terdiri dari gangguan kepribadian menghindar, dependen dan obsesif kompulsif, dimana kelompok ini disebut dengan anxious or fearfull, dimana dalam hal ini akan dibahas secara detail gangguan paranoid.1

BAB II ISI GANGGUAN KEPRIBADIAN PARANOID 2.1 Defenisi Terdapat banyak jenis gangguan kepribadian yang dapat menyerang mental seseorang, salah satunya adalah gangguan kepribadian paranoid, yang mana berbentuk kesalahan dalam mengartikan perilaku orang lain sebagai suatu hal yang bertujuan menyerang atau merendahkan dirinya. Gangguan biasa muncul pada masa dewasa awal yang mana merupakan manifestasi dari rasa tidak percaya dan kecurigaan yang tidak tepat terhadap orang lain sehingga menghasilkan kesalah pahaman atas tindakan orang lain sebagai sesuatu yang akan merugikan dirinya.4 Menurut W.F. Maramis dalam bukunya Catatan Kedokteran Jiwa Kepribadian paranoid adalah suatu gangguan kepribadian dengan sifat curiga yang menonjol, orang seperti ini mungkin agresif dan setiap orang lain yang dilihatnya dianggap sebagai agresor terhadapnya. Ia bersikap sebagai pemberontak dan angkuh untuk menahan harga diri, sering ia mengancam orang lain sebagai akibat dari proyeksi rasa bermusuhannya sendiri. Dengan demikian ia kehilangan banyak teman dan mendapatkan banyak musuh.2

Para penderita gangguan kepribadian paranoid cenderung tidak memiliki kemampuan untuk menyatakan perasaan negatif yang mereka miliki terhadap orang lain, selain itu mereka pada umumnya juga tidak kehilangan hubungan dengan dunia nyata, dengan kata lain berada dalam kesadaran saat mengalami kecurigaan yang mereka alami walau secara berlebihan. Penderita akan merasa sangat tidak nyaman untuk berada bersama orang lain, walaupun di dalam lingkungan tersebut merupakan lingkungan yang hangat dan ramah. Dimana dan bersama siapa saja mereka akan memiliki perasaan ketakutan akan dikhianati dan dimanfaatkan oleh orang lain.4 2.2 Epidemiologi Prevalensi gangguan kepribadian paranoid adalah 0,5 sampai 2,5 persen. Orang dengan gangguan ini jarang mencari pengobatan sendiri; jika dirujuk ke pengobatan oleh pasangan atau perusahaanya, mereka sering kali menarik orang lain bersama-sama dan tidak tampak menderita. Sanak saudara pasien skizofrenik menunjukkan insidensi gangguan kepribadian paranoid yang lebih tinggi dibandingkan kelompok control. Gangguan adalah lebih sering pada laki-laki dibandingkan wanita, dan gangguan tampaknya tidak memiiki pola familial. Insidensi diantara homoseksual tidak lebih tinggi daripada umumnya, seperti yang dulu diperkirakan, tetapi dipercaya lebih tinggi kelompok minoritas, imigran, dan tunarungu dibandingkan populasi umum.1 2.3 Etiologi Faktor Genetika Bukti yang terbaik bahwa factor genetika berperan terjadap timbulnya gangguan kepribadian berasal dari penelitian gangguan psikiatrik pada 15.000 pasangan kembar di Amerika Serikat. Diantara kembar manazigotik, angka kesesuaian untuk gangguan kepribadian adalah beberapa kali lebih tinggi dibandingkan kembar dizigotik. Selain itu, menurut satu penelitian tentang panilaian multiple kepribadian temperamen, minat okupasional dan waktu luang, dan sikap social, kembar monozigotik yang dibesarkan terpisah adalah kira-kira sama dengan kembar monozigotik yang dibesarkan bersama-sama.1

Gangguan kepribadian kelompok A (paranoid, schizoid, dan skizotipal) adalah lebih sering ditemukan pada sanak saudara biologis dari pasien skizofrenik dibandingkan kelompom kontrol. Secara bermakna lebih banyak sanak saudara dengan gangguan kepribadian skizotipal ditemukan di dalam riwayat keluarga orang dengan skizofrenia dibandingkan kelompok kontrol. Korelasi yang lebih jarang ditemukan antara gangguan kepribadian paranoid atau schizoid dan skizofrenia.1

Faktor Temperamental Faktor temperamental yang diidentifikasi pada masa anak-anak mungkin berhubungan dengan gangguan kepribadian pada masa dewasa. Sebagai contoh, anak-anak yang secara temperamental ketakutan mungkin mengalami gangguan kepribadian menghindar. Gangguan kepribadian tertentu mungkin berasal dari kesesuaian parental yang buruk yaitu ketidaksesuaian antara temperamen dan cara membesarkan anak. Sebagai contoh, seorang anak yang pencemas dibesarkan oleh ibu yang pencemas.1 Faktor Biologis Hormon, orang yang menunjukkan sifat impulsif sering kali juga menunjukkan peningkatan kadar testosteron, 17 estradiol, dan estrone. Neorotransmitter, Endorfin memiliki efek yang serupa dengan morfin eksogen, termasuk analgesia dan supresi rangsangan.1 Faktor Psikoanalitik Sigmund Freud pada awalnya menyatakan bahwa sifat kepribadian adalah berhubungan dengan fiksasi pada salah satu stadium perkembangan psikoseksual. Sebagai contoh, suatu karakter oral adalah pasif dan dependen karena terfiksasi pada stadium oral, dimana ketergantungan pada orang lain untuk asupan makanan adalah menonjol. Karakter anal adalah keras keapala, kikir, dan sangat teliti karena perjuangan di sekitar latihan toilet selama periode anal.1

2.4 Gambaran Klinis Gejala inti gangguan kepribadian paranoid adalah ketidakpercayaan umum orang lain. Komentar dan tindakan bahwa orang sehat tidak akan memperhatikan tampil sebagai penuh penghinaan dan ancaman terhadap seseorang dengan gangguan tersebut. Namun, secara umum, pasien dengan gangguan kepribadian paranoid tetap berhubungan dengan realitas; mereka tidak memiliki salah satu dari halusinasi atau delusi terlihat pada pasien dengan psikosis. Namun demikian, kecurigaan mereka bahwa orang lain bermaksud menyakiti atau mengeksploitasi mereka begitu meresap dan intens bahwa orang-orang dengan gangguan kepribadian paranoid sering menjadi sangat terpencil. Mereka menghindari interaksi sosial yang normal. Dan karena mereka merasa tidak aman dalam apa yang merupakan dunia yang sangat mengancam bagi mereka, pasien dengan gangguan kepribadian paranoid mampu menjadi kekerasan. komentar berbahaya, lelucon tidak berbahaya dan komunikasi sehari-hari lain sering dianggap sebagai penghinaan6. Karena mereka terus-menerus mempertanyakan motivasi dan kepercayaan orang lain, pasien dengan gangguan kepribadian paranoid tidak cenderung untuk berbagi keintiman. Mereka takut informasi tersebut dapat digunakan untuk melawan mereka. Akibatnya, mereka menjadi bermusuhan dan tidak bersahabat, argumentatif atau menyendiri. ketidaknyamanan mereka sering menarik tanggapan negatif dari orang di sekitar mereka. Menampik ini menjadi "bukti" di dalam pikiran pasien bahwa orang lain, memang, bermusuhan dengan mereka. Mereka memiliki wawasan sedikit menjadi efek dari sikap dan perilaku interaksi mereka umumnya tidak berhasil dengan orang lain. Ketika ditanya apakah mereka bertanggung jawab untuk interaksi negatif yang mengisi hidup mereka, orangorang dengan gangguan kepribadian paranoid cenderung untuk menempatkan semua menyalahkan orang lain.6 Adapun tipe manusia dengan gangguan kepribadian paranoid adalah sensitive dan mencurigai, mereka tidak mempercayai orang lain dan tindakannya, sering timbul rasa cemburu, sangat mudah tersinggung, bersifat iritabel, argumentatif dan nakal, sebagian dari mereka memiliki pendirian yang kuat, serta

mempunyai bakat yang terpendam namun potensi itu terhambat oleh karena dibiarkan karena tidak dihargai oleh orang lain3. Ciri-ciri lainnya seperti mempertanyakan motif tersembunyi di dalam orang lain, perasaan kepastian, tanpa pembenaran atau bukti, bahwa orang lain bermaksud menyakiti atau mengeksploitasi mereka isolasi social, agresivitas dan permusuhan, sedikit atau tidak ada rasa humor.6

2.5 Diagnosa Banding Gangguan kepribadian paranoid biasanya dapat dibedakan dari gangguan delusional karena waham yang terpaku tidak ditemukan pada gangguan kepribadian paranoid. Keadaan ini dapat dibedakan dari skizofrenia paranoid karena halusinasi dan pikiran formal tidak ditemukan pada gangguan kepribadian paranoid. Gangguan kepribadian paranoid dapat dibedakan dari gangguan kepribadian ambang karena pasien paranoid jarang mampu terlibat secara berlebihan dan rusuh dalam persahabatan dengan orang lain seperti pasien ambang. Pasien paranoid tidak memiliki karakter antisosial sepanjang riwayat perilaku antisosial. Orang dengan gangguan kepribadian skizoid adalah menarik diri dan menjauhkan diri tetapi tidak memiliki gagasan paranoid.1 2.6 Kriteria Diagnostik Beradasarkan Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) III diagnostik dari kepribadian paranoid memiliki ciri-ciri:5 1. Kepekaan berlebihan terhadap kegagalan dan penolakan 2. Kecendrungan untuk tetap menyimpan dendam, misalnya menolak untuk memaafkan suatu penghinaan dan luka hati atau masalah kecil 3. Kecurigan dan kecendrungan yang mendalam untuk mendistorsikan pengalaman dengan menyalah artikan tindakan orang lain yng netral atau bersahabat sebagai suatu sikap permusuhan atau penghinaan. 4. Perasaan bermusuhan dan ngotot tentang hak pribadi tanpa memperhatikan situasi yang ada (actual situation)

5. Kecurigaan yang berulang, tanpa dasar (justification), tentang kesetiaan seksual dari pasangannya 6. Kecendrungan untuk merasa dirinya penting secara berlebihan, yang brmanifestasi dalam sikap yang selalu merujuk ke diri sendiri (self refferential attitude) 7. Preokupasi dengan penjelasan-penjelasan yang bersekongkol dan tidak substantif dari suatu peristiwa, baik yang menyangkut diri pasien sendiri maupun dunia pada umumnya. Untuk diagnosis dibutuhkan paling sedikit tiga dari ciri-ciri diatas. 2.7 Perjalanan Penyakit dan Prognosa Tidak ada penelitian jangka panjang yang adekuat terhadap pasien gangguan kepribadian paranoid yang telah dilakukan. Pada beberapa orang gangguan kepribadian paranoid adalah terjadi seumur hidup. Pada orang lain gangguan ini adalah tanda dari skizpfrenia. Pada orang lain lagi, saat mereka menjadi semakin matang dan stress menghilang, sifat paranoid memberikan jalan untuk pembentukan reaksi, perhatian yang tepat terhadap moralitas, dan perhatian altruistik. Tetapi, pada umumnya, pasien dengan gangguan kepribadian paranoid memiliki masalah seumur hidupnya dan tinggal bersama orang lain. Masalah pekerjaaan dan perkawinan adalah sering ditemukan. 1 2.8 Terapi Meskipun perbedaan pengobatan berdasarkan jenis gangguan kepribadian, beberapa prinsip umum dapat digunakan untuk semuanya. Karena hampir semua orang dengan gangguan kepribadian tidak melihat perlunya terapi, motivasi seringkali datangnya dari orang lain. Namun demikian, penderita dapat merespon mendukung tetapi penuh dengan konfrontasi terhadap akibat dari pemikiran dan pola prilaku mereka yang tidak tepat. Hal ini biasanya efektif bila datangnya dari teman sebaya atau psikoterapis.7

Terapis berulang-ulang menunjukkan konsekwensi yang tidak diinginkan karena pola pikir dan prilaku penderita, kadang-kadang membuat batas tingkah laku, dan berulang-ulang mengkonfrontasi penderita dengan kenyataan yang ada.7 2.8.1 Psikoterapi Psikoterapi adalah pengobatan yang terpilih. Ahli terapi harus langsung dalam menghadapi pasien. Jika ahli terapi dituduh tidak konsisten atau gagal, seperti terlambat untuk suatu perjanjian, kejujuran dan permintaan maaf adalah lenih baik daripada penjelasan yang membela diri. Ahli terapi harus mengingat bahwa kejujuran dan toleransi keintiman adalah bidang yang sulit bagi pasien dengan gangguan. Dengan demikian psikoterapi individual memerlukan gaya professional dan tidak terlalu hangat dari pihak ahli terapi. Pasien paranoid tidak bekerja baik dalam psikoterapi kelompok, mereka juga tidak mungkin mentoleransi menggunakan intrusivitas interpretasi terapi perilaku. Klinisi yang terlalu banyak perasaan khusysnya interpretasi mengenai

ketergantungan yang dalam, masalah seksual, dan keinginan untuk keintiman, secara jelas meningkatkan ketidakpercayaan pasien.1 Pada suatu waktu, perilaku pasien dengan gangguan kepribadian paranoid menjadi sangat mengancam sehingga ahli terapi harus mengendalikannya atau menentukan batas dalam hal tersebut. Tuduhan delusional harus dihadapi dengan cara yang realistik tetapi jelas tanpa menghina pasien. Pasien paranoid terlanda ketakutan jika mereka merasa bahwa orang yang akan mencoba menolong mereka adalah lemah dan tidak berdaya; dengan demikian, ahli terapi tidak boleh mengancam mengambil kendali kecuali mereka berdua mau dan mampu melakukannya.1 Terapi perilaku telah digunakan untuk meningkatkan keterampilan sosial dan umtuk menghilangkan kecurigaan terhadap permainan pasien.1 2.8.2 Farmakoterapi Farmakoterapi adalah berguna dalam menghadapi agitasi dan kecemasan. Pada sebagian besar kasus suatu obat antiansietas seperti diazepam (valium)

10

adalah memadai. Tetapi mungkin perlu untuk menggunakan suatu antipsikotik, seperti thioridazine (Mellaril) atau haloperidol (Haldol), dalam dosis kecil dan dalam periode singkat untuk menangani agitasi parah atau pikiran yang sangat delusional.1 Obat antipsikotik pimozide (Orap) telah digunakan secara berhasil menurunkan gagasan paranoid pada beberapa pasien.1

BAB III KESIMPULAN Menurut W.F. Maramis dalam bukunya Catatan Kedokteran Jiwa Kepribadian paranoid adalah suatu gangguan kepribadian dengan sifat curiga yang menonjol, orang seperti ini mungkin agresif dan setiap orang lain yang dilihatnya dianggap sebagai agresor terhadapnya. Ia bersikap sebagai pemberontak dan angkuh untuk menahan harga diri, sering ia mengancam orang lain sebagai akibat dari proyeksi rasa bermusuhannya sendiri. Dengan demikian ia kehilangan banyak teman dan mendapatkan banyak musuh2. Gejala inti gangguan kepribadian paranoid adalah ketidakpercayaan umum orang lain. Komentar dan tindakan bahwa orang sehat tidak akan memperhatikan tampil sebagai penuh penghinaan dan ancaman terhadap seseorang dengan gangguan tersebut6. Untuk menegakkan diagnosa dari gangguan kepribadian paranoid berdasarkan Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) III. Adapun terapi yang bisa diberikan pada pasien gangguan kepribadian paranoid dengan psikoterapi dan farmakoterapi dengan antipsikosis.1

11

REFERENSI 1. Kaplan,HI, Sadock,BJ, dan Greb,JA. Gangguan Kepribadian: Dalam dr. I Made Wiguna S (eds). Kaplan-Sadock Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis Jilid Dua. Edisi. Jakarta: Bina Rupa Aksara Publisher 2010; 258-265. 2. Maramis,WF, Maramis,AA. Gangguan Kepribadian dan perilaku Masa Dewasa: Dalam W. F Maramis, A. A Maramis (eds). Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi Kedua. Surabaya: Airlangga University Press 2008; 325-334. 3. Gelder M, Mayou R, Geddes J. Personality and Its Disorders: Dalam M. Gelder, R. Mayou, J. Geddes (eds). Psychiatry. Edisi Ketiga. New York: Oxford University Press 2005; 59. 4. Amarildo, 2010. Mengenal Gangguan Kepribadian Paranoid: Definisi, Gejala, Penyebab dan Penanggulangan. Ruangpsikologi. Available From : http://www.psychologytoday.com/conditions/paranoid-personalitydisorder [Accesed 13 Juli 2010] Maslim, Rusdi Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ III Oleh dr. Rusdi Maslim, Sp. KJ Cetakan I Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unila Atma Jaya, Jakarta 2001. Harri Croft, MD. 2010. Gangguan Kepribadian Paranoid. Health Place. Available From : http://www.healthyplace.com [Accesed 13 Juli 2010] Media Informasi Obat Penyakit. 2010. Gangguan Kepribadian Paranoid. Medicastore.

5.

6.

7.

12

Available From: http://www.medicastore.com [Accesed 13 Juli 2010]

13

Вам также может понравиться