Вы находитесь на странице: 1из 24

BAB I LATAR BELAKANG Penyakit TB merupakan masalah utama kesehatan masyarakat di Indonesia.

Tahun 1995, hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) menunjukkan bahwa penyakit TB merupakan penyebab kematian nomor tiga (3) setelah penyakit kardiovaskuler dan penyakit saluran pernapasan pada semua kelompok usia, dan nomor satu (1) dari golongan penyakit infeksi. Tahun 1999, WHO memperkirakan setiap tahun terjadi 583.000 kasus baru TB dengan kematian karena TB sekitar 140.000. secara kasar diperkirakan setiap 100.000 penduduk Indonesia terdapat 130 penderita baru TB paru BTA positif. Penyakit TB paru menyerang sebagian besar kelompok usia kerja produktif, kelompok ekonomi lemah dan berpendidikan rendah (Depkes, 2001). Tahun 1995-1998, cakupan penderita TB dengan strategi DOTS baru mencapai sekitar 10% dan error rate pemeriksaan laboratorium belum dihitung dengan baik meskipun cure rate lebih besar dari 85%. Penatalaksanaan penderita dan sistem pencatatan dan pelaporan belum seragam disemua unit pelayanan kesehatan baik pemerintah maupun swasta. Pengobatan yang tidak teratur dan kombinasi obat yang tidak lengkap di masa lalu, diduga telah menimbulkan kekebalan ganda kuman TB terhadap Obat Anti Tuberkulosis (OAT) atau Multi Drug Resistance (MDR) (Depkes, 2001).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Gejala penyakit TBC digolongkan menjadi dua bagian, yaitu gejala umum dan gejala khusus. Sulitnya mendeteksi dan menegakkan diagnosa TBC adalah disebabkan gambaran secara klinis dari si penderita yang tidak khas, terutama pada kasus-kasus baru. Gejala umum (Sistemik) Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul. Penurunan nafsu makan dan berat badan. Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah). Perasaan tidak enak (malaise), lemah. Gejala khusus (Khas) Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara "mengi", suara nafas melemah yang disertai sesak. Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan keluhan sakit dada. Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah. Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejang-kejang. Pada penderita usia anak-anak apabila tidak menimbulkan gejala, Maka TBC dapat terdeteksi kalau diketahui adanya kontak dengan pasien TBC dewasa. Sekitar 30-50% anak-anak yang terjadi kontak dengan penderita TBC paru dewasa memberikan hasil uji tuberkulin positif. Pada anak usia 3 bulan 5 tahun yang tinggal serumah dengan penderita TBC paru dewasa dengan BTA positif, dilaporkan 30% terinfeksi berdasarkan pemeriksaan serologi/darah Apabila seseorang dicurigai menderita atau tertular penyakit TBC, Maka ada beberapa hal pemeriksaan yang perlu dilakukan untuk memeberikan diagnosa yang tepat antara lain ( Depkes, 2001 ) Anamnesa baik terhadap pasien maupun keluarganya. Pemeriksaan fisik secara langsung. Pemeriksaan laboratorium (darah, dahak, cairan otak). Pemeriksaan patologi anatomi (PA). Rontgen dada (thorax photo). dan Uji tuberkulin. Pengobatan bagi penderita penyakit TBC akan menjalani proses yang cukup lama, yaitu berkisar dari 6 bulan sampai 9 bulan atau bahkan bisa lebih. Penyakit TBC
2

dapat disembuhkan secara total apabila penderita secara rutin mengkonsumsi obatobatan yang diberikan dokter dan memperbaiki daya tahan tubuhnya dengan gizi yang cukup baik. Pola hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari sangat menunjang dalam pencegahan dan pengendalian virus TBC. Menggunakan masker sangat penting dilakaukan agar virus tidak menyebar dan menulari orang yang ada disekitarnya. Dengan tidak merokok, menggunakan pelindung dada pada waktu berkendara sepeda motor, mengkonsumsi alkohol dapat menjauhkan kita dari penyakit ini. Makanmakanan bergizi dan rajin olah raga dan istirahat yang cukup dapat meningkatkan imun dalam tubuh kita. Memperhatikan kesehatan lingkungan seperti pengaturan syarat-syarat rumah yang sehat diantaranya luas bangunan rumah, ventilasi, pencahayaan dengan jumlah anggota keluarga, kebersihan lingkungan tempat tinggal. Melalui pemberdayaan keluarga sehingga anggota rumah tangga yang lain dapat turut serta dan berperan dalam melakukan pengawasan terhadap si penderita dalam minum obat. Sehingga tingkat kepatuhan penderita dalam minum obat sesuai dengan petunjuk medis. Langkah-langkah pencegahan penyebaran penyakit TBC yang bisa dilakukan adalah sebagai berikut di bawah ini yaitu : Minum obat secara teratur sampai selesai dan sembuh bagi si penderita TBC Tidak meludah di sembarang tempat Meludah di tempat yang tarkena sinar matahari atau ditempat yang diisi sabun atau karbol/lisol Menutup mulut pada waktu batuk atau bersin Jemur tempat tidur bekas penderita secara teratur karna kuman TBC akan mati bila terkena sinar matahari Jaga kesehatan badan supaya sistem imun senantiasa terjaga dan kuat Meningkatkan daya tahan tubuh dengan makan makanan yang sehat dan bergizi Hindari melakukan hal-hal yang dapat melemahkan sistem imunitas (sistem kekebalan tubuh), seperti begadang dan kurang istirahat Pastikan anda tidak terlalu berdekatan dengan penderita TBC Berikan nasehat dan dukungan kepada penderita TBC untuk berobat dan menjalani perawatan Olahraga teratur untuk membantu menyehatkan tubuh Imunisasi pada bayi (setiap anak indonesia wajib imunisasi BCG) ( Depkes, 2001 ) Kader TB dan kader komunitas dalam program pelayanan masyrakat terkait TB merupakan ujung tombak di lapangan. Hal ini dikarenakan peran kader TB memiliki peran strategis dalam meningkatkan angka kesembuhan penyakit TB dan menurunkan angka kesakitan akibat TB. Diperlukan kapasitas dan kemampuan yang baik bagi seorang kader komunitas untuk dapat menjalankan tugas dan perannya dengan optimal. Untuk itu perlu dilakukan Pelatihan Kader TB Komunitas dengan tujuan kader TB komunitas memiliki kemampuan yang handal dalam melaksanakan tugasnya di komunitas.

Sedangkan peran PMO ( Pengawas Minum Obat ) menjalankan peran kunci utama keberhasilan pengobatan TB adalah keyakinan bahwa penderita TB meminum semua obatnya sesuai dengan yang ditetapkan dan tidak lalai atau putus berobat. Hal tersebut bisa dipastikan bila ada orang yang mengawasi atau memantau penderita TB pada saat minum obat. Sesuai dengan nama strategi DOTS (Directly Observed Treatment Shortcourse) yang artinya pemberian obat dilakukan secara jangka pendek di bawah pengawasan langsung yaitu oleh seorang pengawas minum obat (PMO).

BAB III. METODE Pengumpulan data oleh mahasiswa Yarsi dalam melaksanakan kunjungan lapangan ke masyarakat yang merupakan pasien TB,berinteraksi dengan kader komunitas dan PMO ( pengawas menelan obat ), melakukan observasi keadaan rumah penderita TB dan lingkungan sekitar rumah penderita TB. Digunakan kuesioner terlampir dengan rincian tertulis seperti dibawah ini :

Lampiran I. PANDUAN TUGAS

Panduan Tugas Lapangan Wawancara Penderita TB I. Data Responden 1. Nama penderita TB 2. Usia 3. Jenisa kelamin 4. Alamat 5. Pendidikan terakhir 6. Pekerjaan : : : : : :

7. Tanggal pemeriksaan I: 8. Tanggal diagnosis TB : 9. Mulai pengobatan 10. Lama pengobatan : :

11. Keluhan selama pengobatan (termasuk efek samping) : 12. Nama PMO :

13. Hubungan pasien dengan PMO : 14. Anggota keluarga penderita TB No Nama Jeniskelami Umur n /tanggallahir Hubungank Keteranganpenderi eluarga ta TB/Tdk

Status Berobat Penderita TB 15. Apakah sekarang penderita (bpk/ibu/sdr) masih dalam masa pengobatan TB : 1. Ya (lanjut pertanyaan no 17) 2. Tidak 16. Bila tidak,apa alasannya: 1. Sudah sembuh 2. Putus berobat,apa alasannya?............................... 17. Selama masa pengobatan apakah teratur minum obat: 1. Ya 2. Tidak Upaya Kesehatan Keluarga 18. Apabila ada anggota keluarga yang sakit bagaimana tindakan keluarga: 1. Beli obat warung 2. Berobat ke puskesmas 3. Didiamkan saja/tidak diobati 4. Lain-lain:. 19. Apakah di wilayah tempat tinggal penderita ada posyandu? 1. Ada 2. Tidak

20. Apabila anggota keluarga penderita ada yang berumur dibawah 5 tahun,apakah teratur dibawa ke posyandu?(lihat ke daftar anggota keluarga balita ada atau tidak) 1. Ya 2. tidak 21. Apakah anak balita mendapat imunisasi ? 1. Ya,lengkap 2. Ya,tidak lengkap 3. Tidak Kondisi Rumah Penderita TB (Pertanyaan no 22 sampai 33 Observasi)

22. Jenis atap terluas: 1. Genteng 2. Asbes 3. Seng 4. Lainnya 23. Jenis dinding terluas: 1. Tembok 2. Kayu 3. Bambu 4. Lainnya 24. Jenis lantai terluas: 1. Keramik/teraso 2. Plester semen 3. Tanah 4. Lainnya 25. Apakah rumah penderita mempunyai ruang ventilasi yang cukup (10% dari luas lantai rumahnya)?
7

1. Ya 2. Tidak 26. Apakah jendela rumah terbuka setiap hari? 1. Ya 2. Tidak 27. Apakah cahaya matahari masuk kedalam rumah/kamar tidur? 1. Ya 2. Tidak 28. Luas rumah:.m 29. Kepadatan : jumlah orang yang tinggal dalam rumah/luas rumah: 1. Padat 2. Tidak padat (minimum 10 m/orang).untuk kamar mandi diperlukan minimum 3 m/orang.kamar tidur sebaiknya tidak dihuni > 2orang,kecuali untuk suami istri dan anak dibawah dua tahun.apabilaada anggota keluarga yang menjadi penderita penyakit tuberkulosis sebaiknya tidak tidur dengan anggota keluarga lainnya. 30. Dimana tempat penampungan air limbah dari kamar mandi/dapur/tempat cuci: 1. Penampungan tertutup di perkarangan/SPAL 2. Penampungan terbuka di perkarangan 3. Penampungan di luar perkarangan 4. Tanpa penampungan (di tanah) 5. Langsung ke got/sungai 31. Bagaimana saluran pembuangan air limbah dari kamar mandi/dapur/tempat cuci: 1. Saluran terbuka 2. Saluran tetutup 3. Tanpa saluran 32. Apakah tersedia tempat pembangunan sampah di luar rumah?
8

1. Ya (tempat penampungan:a. terbuka b. tertutup) 2. Tidak 33. Apakah pemukiman sekitar rumah penderita padat dan kumuh: 1. Padat tetapi tidak kumuh 2. Padat dan kumuh 3. Tidak padat 34. Apakah sekitar rumah penderita ada sumber pencemaran (tempat pembuangan sampah umum,kali/sungai yang kotor,kandang hewan dll): 1. Ya,sebutkan: 2. Tidak

Lampiran 2. DATA KADER

Panduan Tugas Lapangan Wawancara Kader Komunitas II. Data Kader 1. Nama kader 2. Usia 3. Jenis kelamin 4. Alamat 5. Pendidikan terakhir 6. Pekerjaan : : : : : :

Panduan Untuk Wawancara Dengan Kader: 1. Apa fungsi ibu/bapak sebagai kader komunitas? 2. Bagaimana cara ibu/bapak mendapatkan penderita TB? 3. Apa hambatan-hambatan yang ibu/bapak temui dalam menghadapi penderita TB?Apa saran ibu/bapak? 4. Bagaimana prosesnya di puskesmas ketika ibu/bapak membawa pasien TB? 5. Apakah ibu/bapak sudah pernah mendapat pelatihan dari YARSI TB Care?

10

LAMPIRAN 3. DATA PMO

III.

Data PMO 1. Nama PMO 2. Usia 3. JenisKelamin 4. Alamat 5. PendididkanTerakhir 6. Pekerjaan 7. HubungandenganPenderita : : : : : : :

PanduanUntukWawancaradenganPMO : 1. ApafungsiPMO ? 2. Apahubungan PMO denganpenderita ?


3. Apakah PMO menghadapi hambatan dalam menjalankan fungsinya (misalnya

penderita tidak mau menelan obat), kalau ada, bagaimana cara mengatasinya?

11

4. Bagaimana cara / strategi PMO menjalankan fungsinya dalam mendampingi penderita

menelan obat TB ?
5. Apakah PMO sudah pernah mendapat pelatihan dari YARSI TB Care ?

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

a) HASIL Dari hasil pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner, didapatkan hasil sebagai berikut :

1. PANDUAN TUGAS LAPANGAN ( Responden TB ) Panduan tugas lapangan wawancara penderita TB

I. Data responden
12

1. Nama penderita TB 2. Usia 3. Jenis kelamin


4. Alamat

: Saedah : 73 tahun : Wanita : jl. Utan Panjang No. 9 : SD :: 1980 :

5. Pendidikan terakhir 6. Pekerjaan 7. Tanggal pemeriksaan I 8. Tanggal diagnosa TB 9. Mulai pengobatan :

10. Lama pengobatan : 3 bulan 11. Keluhan selama pengobatan (termasuk efek samping): pusing, tidak nafsu makan 12. Nama PMO :

13. Hubungan pasien dengan PMO: 14. Anggota keluarga penderita TB: No. Nama Jenis kelamin Umur / tanggal lahir Hubungan keluarga Anak Menantu Keterangan penderita TB / tidak

1. 2.

Suhartini Frans

P L

43 tahun

Status berobat penderita TB 15. Apakah sekarang ibu masih dalam pengobatan TB: Iya 16. Selama masa pengobatan apakah teratur minum obat : Iya

13

Upaya kesehatan keluarga 17. Apabila ada anggota keluarga yang sakit bagaimana tindakan keluarga: Berobat ke puskesmas 18. Apakah di wilayah tempat tinggal penderita ada posyandu: Ada 19. Apabila anggota keluarga penderita ada yang berumur di bawah 5 tahun, apakah teratur dibawa ke posyandu: Iya 20. Apakah anak balita mendapatkan imunisasi: Iya, lengkap Kondisi rumah penderita TB 21. Jenis atap terluas: Genteng 22. Jenis dinding terluas: Tembok 23. Jenis lantai terluas: Keramik/teraso 24. Apakah penderita mempunyai ruang ventilasi yang cukup: Tidak 25. Apakah jendela rumah dibuka setiap hari: Tidak 26. Apakah cahaya matahari masuk ke dalam rumah/kamar tidur: Tidak
27. Luas rumah: 20m2 28. Kepadatan : Padat

29. Dimana tempat penampungan air limbah dari kamar mandi/dapur/tempat cuci: Penampungan tertutup di pekarangan/SPAL 30. Bagaimana salurang pembungan air limbah dari kamar mandi/dapur/tempat cuci: Saluran tertutup 31. Apakah tersedia tempat pengungan sampah di luar rumah: Iya, tempat penampungan terbuka 32. Apakah pemukiman sekitar rumah penderita padat dan kumuh: Padat tetapi tidak kumuh
33. Apakah sekitar rumah penderita ada sumber pencemarah (tempat oembungan

sampah umum, kali/sungai yang kotor, kandang hewan dll): Iya, tempat sampah dipekarangan yang di angkut oleh petugas sampah hanya 1x seminggu.

2. DATA PMO Data PMO 8. Nama PMO : IbuSuhartini


14

9. Usia 10. JenisKelamin 11. Alamat 12. PendididkanTerakhir 13. Pekerjaan 14. HubungandenganPenderita

: 43 tahun : Perempuan : JL. Utanpanjang 3 no 19 RT 010 RW 007 : SMP : IbuRumahTangga : AnakKandung

Panduan Untuk Wawancara dengan PMO :


6. Apa fungsiPMO ? 7. Apa hubungan PMO dengan penderita ? 8. Apakah PMO menghadapi hambatan dalam menjalankan fungsinya (misalnya

penderita tidak mau menelan obat), kalau ada, bagaimana cara mengatasinya?
9. Bagaimana cara / strategi PMO menjalankan fungsinya dalam mendampingi penderita

menelan obat TB ?
10. Apakah PMO sudah pernah mendapat pelatihan dari YARSI TB Care ?

Jawab : Petugas PMO ini merupakan anak Kandung dari Penderita yang bernama Ibu Saedah. Ketika ditanya apakah beliau mengetahui tentang PMO, beliau tidak mengetahui apa arti PMO sebenarnya. Yang beliau tahu, ia hanya harus melihat Ibu Saedah untuk meminum obatnya dengan benar. Ibu Suhartini memberitahu kepada kami, jika Ibu Saedah rajin meminum obatnya karena beliau sudah mengerti, jika obatnya putus, beliau harus mulai meminum obat dari awal. Dalam mengawasi Ibunya meminum obat, Ibu Suhartini tidak mendapatkan kesulitan apapun, karena Ibu Saedah selalu meminum obatnya. Ibu Suhartini berkata, kalau beliau pernah mendapatkan pelatihan dari YARSI TB care. Namun, pada saat itu, karena keadaan rumah beliau yang sangat ramai, ia tidak begitu memperhatikan apa yang dijelaskan oleh pihak YARSI TB care.

III. DATA KADER Tugas Lapangan Wawancara Kader Komunitas 1. Nama Kader 2. Usia : Ibu Suharti : 43 tahun

15

3. Jenis Kelamin 4. Alamat

: Wanita : Jl. Utan Panjang No. 9 Kelurahan Utan Panjang RT/RW 010/006 Kec. Kemayoran, Jakarta Pusat 10650

5. Pendidikan terakhir 6. Pekerjaan

: SMA : Ibu Rumah Tangga

Hasil Wawancara dengan Kader: 1. Apa fungsi ibu/bapak sebagai kader komunitas? Untuk membawa pasien ke puskesmas dan sebagai bentuk kepedulian sosial 2. Bagaimana cara ibu/bapak mendapatkan penderita TB? Setelah diinformasikan oleh pihak RT ke masyarakat tentang adanya kader untuk TB ini, penderita datang langsung ke rumah 3. Apa hambatan-hambatan yang ibu/bapak temui dalam menghadapi penderita TB? Apa saran ibu/bapak? Sejauh ini tidak ada. 4. Bagaimana prosesnya di Puskesmas ketika ibu/bapak membawa pasien TB? Pasien dibawa ke puskesmas, lalu ke poli dokter umum. Di sana dilakukan pemeriksaan dahak, yang kemudian hasilnya positif TB. Setelah itu dilakukan pengobatan yang sampai sekarang sudah berjalan 4 bulan. 5. Apakah ibu/bapak sudah pernah mendapat pelatihan dari YARSI TB Care? Sudah

B ) Pembahasan Penderita (Ibu Saedah)pernah menderita TB paru tahun 1980, dan menurut informasi dari penderita ia juga telah sembuh. Akan tetapi 4bulan yang lalu (Februari 2011), ia melakukan pemeriksaan sputum dengan BTA +. Kemudian pasien segera menjalani program pengobatan. Pasien tinggal di dalam rumah berukuran 20m2, dengan ventilasi yang tidak cukup baik ( dari hasil pengamatan, hanya terdapat 1 buah pintu depan dan 1 jendela di dalam kamar, tidak dibuka setiap hari ). Cahaya matahari tidak masuk ke dalam kamar tidur. Jumlah anggota keluarga yang tinggal bersama dalam 1 rumah berjumlah 5 orang. Hal ini dapat meningkatkan risiko penularan TB antar sesama anggota dalam 1 keluarga, mengingat penyakit ini merupakan penyakit yang masih banyak dijumpai di negara berkembang, penularanya bisa melalui udara lewat batuk penderita TB, penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet (percikan dahak) yang dapat bertahan diudara pada suhu kamar
16

selama beberapa jam. Semua orang dapat terinfeksi apabila droplet tersebut terhirup kedalam saluran pernapasan.

Lingkungan tempat tinggal juga cukup baik. Dilihat saat pengamatan, lingkungan memang padat penduduk, namun tidak kumuh. Penampungan air limbah juga merupakan saluran yang tertutup, misalnya selokan dengan penutupnya tetap terjaga. Terdapat tempat sampah di pekarangan yang diangkut yang diangkut hanya 1 minggu sekali, sehingga berpotensi dapat menjadi sumber pencemaran.Upaya kesehatan keluarga dalam keluarga ini dapat dikatakan cukup baik, dengan menggunakan fasilitas puskesmas sebagai tempat pengobatan. Serta menggunakan fasilitas posyandu untuk pemeriksaan anak dan balita. Dari aspek PMO, syarat menjadi PMO adalah bersedia dengan sukarela mengawasi membantu penderita TB sampai sembuh selama minimum 6 bulan. Sebelum jadi PMO, terlebih dulu diberikan penyuluhan tentang penyakit TB: gejala, pencegahan, penularan, pengobatan, efek samping obat, dan resiko kebal obat jika pengobatan tidak teratur. Jadwal pengambilan obat disepakati antara dokter, penderita TB dan PMO. Dan paling tidak memiliki kemampuan untuk : 1. Mengetahui tanda-tanda tersangka TB. 2. Memberikan penyuluhan kepada penderita untuk minum obat secara teratur sampai selesai pengobatan. 3. Menjelaskan kepada penderita TB: Mengapa harus diawasi? Supaya terjamin kesembuhannya dan jika terjadi efek samping dapat segera diatasi. Mengapa tidak boleh lupa minum obat? Supaya di dalam darah selalu ada obat pembunuh kuman dan untuk menghidari kuman kebal obat. 4. Membantu mengantar penderita untuk periksa ulang dahak pada: akhir bulan ke-2, akhir bulan ke-5 dan akhir pengobatan. 5. Mewakili penderita mengambil obat bila penderita berhalangan

17

6. Merujuk penderita ke puskesmas/BKPM bila timbul efek samping minum obat anti TB 7. Mengetahui bahwa obat anti TB boleh diminum oleh ibu hamil kecuali yang lewat suntik. ( Endang, 2006 ) Petugas PMO pada pasien ini merupakan anak Kandung dari Penderita, saat dimintai informasi, apakah beliau mengetahui tentang PMO, beliau tidak mengetahui apa arti PMO sebenarnya. Yang beliau tahu, ia hanya harus melihat Ibu Saedah untuk meminum obatnya dengan benar. Ibu Suhartini memberitahu kepada kami, jika Ibu Saedah rajin meminum obatnya karena beliau sudah mengerti, jika obatnya putus, beliau harus mulai meminum obat dari awal. Dalam mengawasi Ibunya meminum obat, Ibu Suhartini tidak mendapatkan kesulitan apapun, karena Ibu Saedah selalu meminum obatnya. Ibu Suhartini berkata, kalau beliau pernah mendapatkan pelatihan dari YARSI TB care. Namun, pada saat itu, karena keadaan rumah beliau yang sangat ramai, ia tidak begitu memperhatikan apa yang dijelaskan oleh pihak YARSI TB care. Jadi sebenarnya, secara umum, PMO sebenarnya mengetahui perannya terhadap kesembuhan penderita, namun karena PMO tidak begitu memperhatikan saat dilakukan pelatihan, sebaiknya dilakukan pelatihan ulang untuk mencapai tujuan yang lebih terarah. Dari sisi Kader, perlu diketahui sebenarnya tentang keterbatasan Pemerintah dan besarnya tantangan TB saat ini memerlukan peran aktif dengan semangat kemitraan dari berbagai instusi dan semua pihak yang terkait demi memberantas TB. Adanya dukungan berbagai pihak, perubahan perilaku masyarakat dan memberdayakan masyarakat dalam pelaksanaan penanggulangan TB amat diharapkan sehingga keberhasilan program penanggulangan TB dapat tercapai. Kader TB dan kader komunitas dalam program Community TB Care merupakan ujung tombak di lapangan. Hal ini dikarenakan peran kader TB memiliki peran strategis dalam meningkatkan angka kesembuhan penyakit TB dan menurunkan angka kesakitan akibat TB. Diperlukan kapasitas dan kemampuan yang baik bagi seorang kader komunitas untuk dapat menjalankan tugas dan perannya dengan optimal. Untuk itu perlu dilakukan Pelatihan Kader TB Komunitas dengan tujuan kader TB komunitas memiliki kemampuan yang handal dalam melaksanakan tugasnya di komunitas ( Endang, 2006 ) Ibu Suharti, kader yang membimbing kelompok B-7 adalah seorang ibu rumah tangga yang bertempat tinggal di Utan Panjang. Beliau sudah menjalani tugasnya sebagai kader kurang lebih selama 4 bulan. Selama penjalanannya sebagai kader, dia mengawasi beberapa orang penderita TB yang salah satunya adalah Ibu Saedah. Menurut ibu Suharti, fungsinya sebagai kader adalah untuk membawa pasien ke puskesmas dan sebagai bentuk kepedulian sosialnya terhadap masyarakat di daerah Utan Panjang. Setelah diinformasikan oleh pihak RT ke masyarakat tentang adanya kader untuk TB, penderita, yang kemudian sekarang ditangani oleh Ibu Suharti, datang langsung ke rumahnya. Pertama, pasien tersebut dibawa ke puskesmas, lalu ke poli dokter umum. Di sana dilakukan
18

pemeriksaan dahak, yang kemudian hasilnya positif TB. Setelah itu dilakukan pengobatan yang sampai sekarang sudah berjalan 4 bulan.Ibu Suharti mengatakan bahwa selama ini tidak ada hambatan-hambatan yang beliau temui dalam menghadapi penderita TB. Beliau sudah beberapa kali mendapatkan pelatihan dari YARSI TB Care untuk menjalani tugasnya sebagai kader komunitas. Oleh karena itu, peran Kader TB sudah dimengerti dengan baik.

BAB V. KESIMPULAN

5.1 KESIMPULAN Tuberculosis merupakan penyakit infeksi bakteri menahun pada paru yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, yaitu bakteri tahan asam yang ditularkan melalui udara yang ditandai dengan pembentukan granuloma pada jaringan yang terinfeksi.

19

Untukmenegakkandiagnosa TBC Paruadalahdenganmemeriksadahakseseorang yang di dugamengidap TBC.Pemeriksandahak di lakukansecara SPS (Sewaktusaatkontakpertama, Pagiharike 2 danSewaktujugasaathari ke2) dibawahpemeriksaanmikroskopis.Hasilpemeriksaanmikroskopisinisangatdijagakualitasdenga nmelakukancroscek/ujisilanglagijugamenjagahasilpemeriksaansediandahak BTA.

20

Faktor yang mempengaruhi terjadinya kasus TBC pada Ny. Saedah adalah lingkungan yang lembab, kurangnya ventilasi dan sinar matahari, sehingga bakteri Mycobacterium tuberculosisyang dormant dalam tubuh beliau kambuh lagi.

Bagan Perjalanan Penderita dari Ditemukan Hingga Proses Pengobatan


21

5.2 SARAN 1.Perbaikan lingkungan (pembuatan jendela, ventilasi dan kebersihan rumah/lantai). 2.Menutup mulut waktu batuk dan tempat khusus untuk dahak penderita TB 3. Menyediakan tempat khusus untuk pembuangan dahak penderita TB 4. Di adakannya gotong royong pembersihan lingkungan oleh warga setempat secara rutin seminggu sekali 5. Obat di minum teratur tidak boleh terlewat sedikit pun dan selalu di awasi oleh PMO
22

6. Melakukan imunisasi pada bayi DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2004. Kumpulan Kuliah Ilmu Penyakit Paru. Surabaya: FK UNAIR Nuraini. Endang,. 2006. Buku Pedoman Bagi PMO. Semarang: Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah. Zulkifli Amin, AsrilBahar, 2006. TuberkulosisParu, BukuAjarIlmuPenyakitDalam, Jakarta: UI http://www.medicastore.com/tbc/ http://www.medicastore.com/tbc/penyakit_tbc.htm http://www.infopenyakit.com/2007/12/penyakit-tuberkulosis-tbc.html

23

24

Вам также может понравиться

  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Документ2 страницы
    Daftar Isi
    Ressy Octriana
    Оценок пока нет
  • BAB II Diare
    BAB II Diare
    Документ13 страниц
    BAB II Diare
    Ressy Octriana
    Оценок пока нет
  • Mini Project Diare
    Mini Project Diare
    Документ19 страниц
    Mini Project Diare
    Ressy Octriana
    Оценок пока нет
  • Porto Folio
    Porto Folio
    Документ19 страниц
    Porto Folio
    Ressy Octriana
    Оценок пока нет
  • Leaflet Difteri Fix
    Leaflet Difteri Fix
    Документ2 страницы
    Leaflet Difteri Fix
    Ressy Octriana
    Оценок пока нет
  • Bab I
    Bab I
    Документ3 страницы
    Bab I
    Ressy Octriana
    Оценок пока нет
  • Mini Project Diare
    Mini Project Diare
    Документ19 страниц
    Mini Project Diare
    Ressy Octriana
    Оценок пока нет
  • BAB I Diare
    BAB I Diare
    Документ2 страницы
    BAB I Diare
    Ressy Octriana
    Оценок пока нет
  • KUESIONER DIARE BALITA
    KUESIONER DIARE BALITA
    Документ5 страниц
    KUESIONER DIARE BALITA
    tnt_im1885
    100% (1)
  • Tonsilitis Kronis
    Tonsilitis Kronis
    Документ9 страниц
    Tonsilitis Kronis
    DRammesh Dass
    Оценок пока нет
  • Hernia Femoralis
    Hernia Femoralis
    Документ14 страниц
    Hernia Femoralis
    Ressy Octriana
    Оценок пока нет
  • Melanoma P.point
    Melanoma P.point
    Документ18 страниц
    Melanoma P.point
    Ressy Octriana
    Оценок пока нет
  • DIFTERI] Presentasi Kasus Difteri
    DIFTERI] Presentasi Kasus Difteri
    Документ27 страниц
    DIFTERI] Presentasi Kasus Difteri
    Ressy Octriana
    Оценок пока нет
  • Referat Hydrocele Testis
    Referat Hydrocele Testis
    Документ12 страниц
    Referat Hydrocele Testis
    Yolanda Ongkowijoyo
    Оценок пока нет
  • Chromosome Presentation 2
    Chromosome Presentation 2
    Документ26 страниц
    Chromosome Presentation 2
    Ressy Octriana
    Оценок пока нет
  • Melenaaaaaaaaa
    Melenaaaaaaaaa
    Документ9 страниц
    Melenaaaaaaaaa
    alfiatur_rizki
    Оценок пока нет
  • Jurnal Anak
    Jurnal Anak
    Документ14 страниц
    Jurnal Anak
    Ressy Octriana
    Оценок пока нет
  • Hepatitis A
    Hepatitis A
    Документ9 страниц
    Hepatitis A
    Dhanis Sartika
    Оценок пока нет
  • Hepatitis A
    Hepatitis A
    Документ9 страниц
    Hepatitis A
    Dhanis Sartika
    Оценок пока нет
  • Preskas Dahvia - Hepatitis
    Preskas Dahvia - Hepatitis
    Документ13 страниц
    Preskas Dahvia - Hepatitis
    Edi Iskandar
    Оценок пока нет
  • Makalah Otoriser
    Makalah Otoriser
    Документ6 страниц
    Makalah Otoriser
    Ressy Octriana
    Оценок пока нет