Вы находитесь на странице: 1из 17

BAB I

PENDAHULUAN


a. Latar Belakang
Kabupaten Banyuwangi adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Timur,
Indonesia. Ibukotanya adalah Banyuwangi. Kabupaten ini terletak di ujung paling
timur Pulau Jawa, berbatasan dengan Kabupaten Situbondo di utara, Selat Bali di
timur, Samudra Hindia di selatan serta Kabupaten Jember dan Kabupaten
Bondowoso di barat. Pelabuhan Ketapang menghubungkan Pulau Jawa dengan
Pelabuhan Gilimanuk di Bali.
Kabupaten Banyuwangi terdiri atas 24 kecamatan yang dibagi lagi atas
sejumlah desa dan kelurahan. Kecamatan di Kabupaten Banyuwangi terdiri dari:
Pesanggaran, Siliragung, Bangorejo, Purwoharjo, Tegaldlimo, Muncar, Cluring,
Gambiran, Tegalsari, Glenmore, Kalibaru, Genteng, Srono, Rogojampi, Kabat,
Singojuruh, Sempu, Songgon, Glagah, Licin, Banyuwangi, Giri, Kalipuro,
Wongsorejo.
Banyuwangi adalah kabupaten terluas di Jawa Timur. Luasnya 5.782,50
km
2
. Wilayahnya cukup beragam, dari dataran rendah hingga pegunungan.
Kawasan perbatasan dengan Kabupaten Bondowoso, terdapat rangkaian Dataran
Tinggi Ijen dengan puncaknya Gunung Raung (3.282 m) dan Gunung Merapi
(2.800 m), keduanya adalah gunung api aktiI.|rujukan?|
Bagian selatan terdapat perkebunan, peninggalan sejak zaman Hindia
Belanda. Di perbatasan dengan Kabupaten Jember bagian selatan, merupakan
kawasan konservasi yang kini dilindungi dalam sebuah cagar alam, yakni Taman
Nasional Meru Betiri. Pantai Sukamade merupakan kawasan pengembangan penyu.
Di Semenanjung Blambangan juga terdapat cagar alam, yaitu Taman Nasional Alas
Purwo. Pantai timur Banyuwangi (Selat Bali) merupakan salah satu penghasil ikan
terbesar di Jawa Timur. Di Muncar terdapat pelabuhan perikanan.

-. #:2:8an Ma8alah
. Bagaimanakah kondisi Iisik daerah Banyuwangi?
2. jenis peta apakah yang mendukung perencanaan sebuah Mall di Kabupaten
Banyuwangi?
3. Daerah manakah yang memenuhi syarat dibangun sebuah Mall di Kabupaten
Banyuwangi?

.. T::an
. Mengetahui kondisi Iisik daerah Banyuwangi
2. Mengetahui jenis peta yang mendukung perencanaan sebuah Mall di
Kabupaten Banyuwangi
3. Mengetahui daerah manakah yang memenuhi syarat dibangun sebuah Mall di
Kabupaten Banyuwangi




BAB II
KA1IAN TEO#I

a. Pengertian Mall
Mall merupakan sebuah plaza umum, jalan-jalan umum, atau sekumpulan sistem
dengan belokan-belokan dan dirancang khusus untuk pejalan kaki. Mall dapat disebut
sebagai jalan pada area pusat usaha yang terpisah dari lalulintas umum, tetapi memiliki
akses mudah terhadapnya, sebagai tempat berjalan, duduk, bersantai, dan dilengkapi
unsur dekoratiI untuk melengkapi kenyamanan dalam menikmati suasana.
Menurut Rubinstein (78), mall merupakan penggambaran dari kota yang
terbentuk oleh elemen-elemen:
. Anchor (magnet)
Merupakan transIormasi dari nodes dapat pula berIungsi sebagai landmark.
2. $0condary Anchor (magnet sekunder)
Merupakan transIormasi dari district, perwujudannya berupa retail store,
supermarket, superstore, dan bioskop.
3. $9r009 Mall
Merupakan transIormasi paths, perwujudannya berupa pedestrian yang
menghubungkan magnet-magnet.
4. Landscaping (pertamanan)
Merupakan transIormasi dari edges, sebagai pembatas pusat pertokoan di tempat-
tempat luar.

-. Pengertian Shopping Mall
Beberapa pengertian shopping mall antara lain:
. $hopping mall diartikan sebagai suatu area pergerakan (linier) pada suatu area pusat
bisnis kota yang lebih diorientasikan bagi pejalan kaki; berbentuk pedestrian
dengan kombinasi plaza dan ruang-ruang interaksional (Rubinstein, 78).
2. $hopping mall adalah pusat perbelanjaan yang berintikan satu atau beberapa
departemen store besar sebagai daya tarik dari retail-retail kecil dan rumah makan
dengan tipologi bangunan seperti toko yang menghadap ke koridor utama mall atau
pedestrian yang merupakan unsur utama dari sebuah shopping mall, dengan Iungsi
sebagai sirkulasi dan sebagai ruang komunal bagi terselenggaranya interaksi
antarpengunjung dan pedagang (Maitland, 87).
3. $hopping mall sebagai kelompok kesatuan komersial yang dibangun pada sebuah
lokasi yang direncanakan, dikembangkan, dimulai dan diatur menjadi sebuah unit
operasi, berhubungan dengan lokasi, ukuran, tipe toko, dan area perbelanjaan dari
unit tersebut. Unit ini juga menyediakan parkir yang dibuat berhubungan dengan
tipe dan ukuran total toko-toko (Urban Land Institute, 7).

.. Kriteria Mall
Mall mempunyai kecenderungan berkonIigurasi secara horizontal. Unsur yang
menunjang keberhasilan suatu mall adalah:
1. B0n9: mall
Menurut Maithland (87) terdapat 3 bentuk umum mall, yaitu:
a. Op0n mall (mall terbuka) adalah mall tanpa pelingkup. Keuntungannya adalah
kesan luas dan perencanaan teknis yang mudah sehingga biaya lebih murah.
Kerugiannya berupa kendala climatic control yang berpengaruh terhadap
kenyamanan dan kurangnya kesan pewadahan.
b. Enclos0d mall (mall tertutup) adalah mall dengan pelingkup. Keuntungannya
berupa kenyamanan climatic control. Kerugiannya biaya mahal dan kesan
kurang luas.
c. In90gra90d mall (mall terpadu) adalah penggabungan mall terbuka dan tertutup.
Biasanya berupa mall tertutup dengan akhiran mall terbuka. Munculnya bentuk
ini merupakan antisipasi terhadap keborosan energi untuk climatic control serta
mahalnya pembuatan dan perawatan mall tertutup. Mall ini juga bertujuan
mengonsentrasikan daya tarik pengunjung pada mall tertutup.
2. Pola mall
Pada dasarnya pola mall berprinsip linier. Tatanan mall yang banyak dijumpai
adalah mall berkoridor tunggal dengan lebar koridor standar antara 8-m. Pintu masuk
sebaiknya dapat dicapai dari segala arah. Mall juga mempunyai magnet pada tiap akhir
mall. Jarak antarmagnet antara 00 sampai 200m, atau sepanjang kenyamanan pejalan
kaki. Mall berIungsi menghubungkan magnet yang terletak pada ujung-ujungnya
dengan menekankan hubungan horizontal. Parkir kendaraan umumnya terletak di
sekeliling bangunan dengan akses mudah ke mall. Pola mall yang memberikan
kemudahan adalah bentuk I, T, dan L.

3. Dim0nsi mall
Tidak ada ketentuan khusus mengenai panjang maksimal mall, tetapi
berdasarkan survei di Amerika, panjang minimalnya adalah 80 m dan panjang
maksimalnya 240 m. Mall juga tidak boleh terlalu panjang karena dapat melelahkan
pengunjung. Panjang mall dapat dipecahkan dengan square, courts, atau ruang terbuka
lainnya. Ruang ini berIungsi menampung Iasilitas tempat duduk, tanaman, dan elemen
lain. Total area mall minimal 0 dari total luas lantai shopping mall. Agar terbentuk
mall yang nyaman, pengaturan panjang, lebar dan tinggi koridor harus sangat
diperhatikan.

4. P0na9aan l09a r09ail di s0panfang mall
Sirkulasi mall dengan satu koridor lebih eIektiI dilewati pengunjung dan semua
retail akan mempunyai nilai komersial sama. Penataan retail tenant dan anchor tenant
yang baik akan saling mendukung terjadinya aliran pengunjung yang merata di
sepanjang mall. Komposisi yang paling baik adalah 50 retail tenant dan 50 anchor
tenant.

5. P0ncahayaan
Untuk menunjang konsep ruang yang menerus pada mall, bagian atap mall
biasanya diselesaikan dengan skylight yang berIungsi memasukkan cahaya matahari ke
dalam bangunan mall pada siang hari. Cahaya ini berIungsi sebagai pengarah,
memIokuskan pengunjung dalam bangunan, meningkatkan eIisiensi operasional,
khususnya terhadap penggunaan listrik, dan menambah keindahan bangunan.

6. El0m0n arsi909:ral pada mall
lemen arsitektural yang dapat ditempatkan di sepanjang mall adalah bangku,
arena bermain, kios, kotak telepon, tempat sampah, penunjuk arah, jam, dll. Adapun
Iungsi elemen tersebut adalah:
a. Area duduk merupakan sarana penting supaya terjadi interaksi sosial
antarpengunjung.
b. Area bermain berIungsi sebagai tempat bermain anak-anak ketika orang tuanya
berbelanja.
c. Kios-kios pada jalur mall berIungsi sebagai Iaktor penarik pengunjung dan
memberi variasi suasana pada mall.
Jadi, mall pada shopping mall berperan sebagai penghubung, pengontrol,
pengorganisir unit retail serta pengidentiIikasi area (memberi kejelasan orientasi).
Adapun unit retail berIungsi sebagai wadah kegiatan belanja, pengendali arus
pengunjung, dan unit sewa. Peran tersebut menunjukkan bahwa mall dan unit retail
masing-masing merupakan elemen beridentitas dan berhubungan yang membentuk
sistem pemusatan wadah perbelanjaan.
Ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan pada pola hubungan mall dan unit
retail, yaitu:
a. D0sign Con9rol Zon0
Control zone bertujuan mencapai kontinuitas arus pengunjung sehingga semua
ruang bernilai sama dan eIektivitas komersial dapat tercapai. Control zone dapat
dicapai melalui pola mall, magnet/ anchor, pembatasan panjang, lebar, dan tinggi
bangunan.
b. T0nan9 Mix
Tenant mix adalah strategi pencampuran penyewa ruang dari berbagai jenis
dagangan. Strategi ini sesuai dengan tuntutan kemudahan konsumen dalam bentuk
one stop shopping, yaitu kemudahan mendapatkan semua jenis kebutuhan dalam
satu tempat. Magnet dan unit retail pada shopping mall perlu dikelompokkan
berdasarkan materi dagangan sehingga tidak menimbulkan persaingan yang
mematikan.
c. D0sign Cri90ria
Perancangan masing-masing unit sewa harus menunjukkan kesatuan. Berdasarkan
prinsip perancangan dan karakter dasarnya, strategi perancangan shopping mall
adalah sistem pusat belanja dengan elemen utama mall berupa koridor tunggal bagi
pejalan kaki yang menghubungkan atau mengorganisasikan unit sewa pada tiap sisi
dan karakter tertentu. Potensi sirkulasi pejalan kaki dimanIaatkan secara maksimal
untuk mencapai eIektivitas dengan menciptakan nilai atraktiI dan kenyamanan pada
mall.






BAB II
ALAT DAN BAHAN

Alat dan Bahan yang diperlukan dalam praktikum ini adalah:
. Bolpoint OHP
2. Kertas Mika
3. Pensil
4. Bolpoint
5. Kertas HVS
. Kalkulator
7. Penggaris
8. Laptop
. Kapas
0.Alcohol
.Peta Administrasi Kabupaten Banyuwangi
2.Peta Lokasi TPA Kabupaten Banyuwangi
3.Peta Penggunaan Lahan Kabupaten Banyuwangi
4.Peta Jalan Kabupaten Banyuwangi
5.Peta Penyebaran Fasilitas Pendidikan Kabupaten Banyuwangi

BAB IV
METODOLOGI

a. Langkah-Langkah Pengeraan
. Menentukan Kabupaten mana yang akan dijadikan lokasi perencanaan sebuah
shopping mall
2. Mencari peta administrasi Kabupaten Banyuwangi
3. Mencari peta lain yang mempengaruhi pendirian sebuah shopping mall di
Kabupaten Banyuwangi (Peta Jalan, Peta Pendidikan, Peta Lokasi TPA dan
Peta Penggunaan Lahan)
4. Mengoverlay kan semua peta yang mempengaruhi pendirian shopping mall di
Kabupaten Banyuwangi
5. Menentukan bobot masing-masing peta dengan kriteria tertentu
. Menjumlahkan hasil perhitungan dari semua peta yang di overlay
7. Menentukan interval yang dipakai dalam perencanaan pembangunaan dengan
kriteria tertentu
8. Menentukan daerah mana yang memenuhi syarat dibagunnya sebuah shopping
mall di Kabupaten Banyuwangi
. Menggambarkan daerah mana saja yang memenuhi syarat pada sebuah peta
Kabupaten Banyuwangi
0.Memberikan penjelasan mengenai hasil yang didapatkan


-. Matrik dan Overlay

. Peta Lokasi TPA Kabupaten Banyuwangi
Penilaian:
a. Kecamatan yang memiliki TPA mempunyai point 2
b. Kecamatan yang tidak memiliki TPA mempunyai point

2. Peta Penggunaan Lahan Kabupaten Banyuwangi
Penilaian:
a. Lahan Pengisi area air (4) mempunyai point
b. Lahan Pemukiman () mempunyai point 2
c. Lahan perkebunan (5), Lahan Sawah irigasi (7), dan Lahan Sawah Tadah
Hujan (8) mempunyai point 3
d. $0lain lahan 90rs0b:9 9ida m0mp:nyai poin9

3. Peta Jalan Kabupaten Banyuwangi
Penilaian;
a. Jalan Arteri mempunyai point 3
b. Jalan Kolektor mempunyai point 2
c. Jalan Lokal mempunyai point

4. Peta Penyebaran Fasilitas Pendidikan Kabupaten Banyuwangi
Penilaian:
a. Kecamatan yang memiliki Iasilitas pendidikan dengan kerapatan tinggi
memiliki point
b. Kecamatan yang memiliki Iasilitas pendidikan dengan kerapatan sedang
memiliki point 2
c. Kecamatan yang memiliki Iasilitas pendidikan dengan kerapatan rendah
memiliki point 3


.. Stati8tik
Perhitungan interval: =
TotaI skor bcnar
3

23/3
7,7 ( Dibulatkan menjadi 8)

Kri90ria.
0 7 : Tidak Sesuai ( Warna Merah)
8 5 : Cukup Sesuai ( Warna Hijau)
23 : Sesuai (Warna Kuning)

BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN


a. Ha8il

No
Nama
Administrasi
Skor Keterangan
Wongsorejo 2 Cukup Sesuai
2 Kalipuro 3 Cukup Sesuai
3 Licin 4 Cukup Sesuai
4 Giri Tidak Sesuai
5 Glagah Cukup Sesuai
Banyuwangi 3 Cukup Sesuai
7 Songgon 3 Cukup Sesuai
8 Kabat 7 Sesuai
Sempu 2 Cukup Sesuai
0 Singojuruh 2 Cukup Sesuai
Rogojampi 2 Cukup Sesuai
2 Kalibaru 5 Cukup Sesuai
3 Genteng 8 Sesuai
4 Srono Cukup Sesuai
5 Glenmore 5 Cukup Sesuai
Gambiran 2 Cukup Sesuai
7 Cluring Cukup Sesuai
8 Muncar Cukup Sesuai
Tegalsari Cukup Sesuai
20 Siliragung 3 Cukup Sesuai
2 Bangorejo 2 Cukup Sesuai
22 Pesanggaran 3 Cukup Sesuai
23 Purwoharjo 4 Cukup Sesuai



Gambar p09a 0s0s:aian P0r00ncanaan
shopping mal di Kab:pa90n Bany:angi



-. Pe2-aha8an



BAB VI
KSIMPULAN


DAFTAR PUSTAKA
P0rpr0s No. 6 Tah:n 2011. 7 Februari 20. Diakses pada 27 November 20.
http://id.wikipedia.org/wiki/KabupatenBanyuwangi. Diakses pada 27 November
20
http://www.banyuwangikab.go.id/. Diakses pada 27 November 20



LAMPIRAN

Вам также может понравиться