Bahan galian logam (bijih) atau ore dapat merupakan senyawa
isal: ,,;erite AuTe 2
$;,3ite (Ag.Au)Te 2
Atau dalam bentuk unsur logam tunggal isal: ,ti;e go/ (Au) re adalah batuan dan mineral, tidak hanya metal atau mineral yang mengan-dung metal, tetapi beberapa non-metalik seperti sulfur dan 1ourite juga termasuk disebut ore. ang tidak termasuk ore: batuan, pasir untuk bangunan, lempung, garam. ni adalah batuan dan mineral industri atau mineral-mineral ekonomis. Sehingga kita dengan mudah dapat memisahkan yang mana material industri atau mineral bijih. Teori modern mengenai 470 diformuIasikan oIeh: 1. Georg Bauer atau Georgius AgricoIa pada abad 16, mengamati dan mengobser-vasi ore deposit. Beliau juga disebut sebagai BAPAK EKONO GEOLOG. Buku yang diterbitkan berjudul: De re Met,ic, (tahun 1556) 2. NicoIaus Steno pada pertengahan abad 18: memberikan pandangan mengenai tanggung jawab dan kontribusi seorang ahli geologi yang berhubungan dengan geologi umum harus dihubungkan dengan mineral bijih; di mana sebagai produksi/ kondensasi dari uap/gas yang naik melalui rekahan-rekahan (1isures). 3. HenkeI (tahun 1725 dan 1727) dan Zimmerman (tahun 1746) memberi masukan tentang pentingnya /roterm, soutio3 atau uap yang berasal dari bagian paling dalam (/eep se,te/ origi3) yang menghasilkan endapan bijih karena proses metasomatisme (rep,ceme3t). 4. Von OppeI (tahun 1749) membuat perbedaan antara urat kuarsa (;ei3) dan lapisan endapan (be//e/ /eposits), yaitu cross cutti3g 1e,tures adalah sekunder dan ope3 1issure adalah origin (primer), dan kemudian menyesuaikan diri dengan lapisan i3terbe//e/ sedimen. 5. DeIius (tahun 1770 dan 1773) mempelajari tentang alterasi batuan/bijih oleh agen atmosfer, beliau juga mengamati perkembangan mineral sekunder pada zone alterasi sebagai zone supergen. 6. Charpenter seorang profesor dari Jerman (tahun 1778 dan 1779) yakin bahwa urat kuarsa (;ei3) terbentuk oleh alterasi dari batuan induk (cou3tr rock) dan memotong batuan-batuan dinding yang di antaranya terjadi silifikasi. 7. Gerhard (tahun 1781) menulis bahwa urat kuarsa (;ei3) membuka dan terisi oleh sisa cairan magma atau mineral-mineral yang terbawa (mi3er, e,ce/) atau ope3 1issure 1ii/ dari dalam bumi.
Teori ,ter, secretio3 (batuan ore deposits berasal dari mineral cucian (mi3er, e,ce/) dari w, rock oleh air (meteoric origi3) dari Charpenter dan Gerhard ini bertahan + 100 tahun (tahun 1882) 8. James Huton, a Scot dan Abraham GottIob Wenner dari Jerman, mempredik- sikan pengaruh yang luas tentang ore /eposits. Huton seorang puto3ist (tahun 1888 dan 1895) terkenal dengan teorinya: yaitu magma yang berhubungan dengan endapan mineral logam, berasal dari perputaran cairan sisa magma. 9. Joseph Bruneur (1801), Scipione BreasIak (1811) ahli geologi talia menyebutkan bahwa proses segregasi magma dapat menjelaskan bagaimana mineral hadir terkonsentrasi dalam lapisan batuan beku. 10. Spurr (1923) memodifikasi bahwa magma bijih (ore m,gm,) diterima sebagai pembawa/mengandung bodi bijih (ore bo/ies). 11. Werner seorang Neptunist menerangkan bahwa basalt, s,3/sto3e, imesto3e, ore /eposit terbentuk sebagai sedimen awal dalam lautan. Dalam bukunya yang berjudul: ew teor o1 te 1orm,tio3 o1 ;ei3s. Diterangkan bahwa vein berasal dari dasar laut. Bermula dari terbentuknya sebagai rekahan/cr,ck yang disebabkan oleh sumpi3g atau gempa bumi, kemudian cr,ckterisi oleh proses resapan kimia. Hutton dan Werner yang terkenal dengan puto3ist dan 3eptu3ist selama bertahun-tahun mengadakan observasi dan menghasilkan bahwa lava bukan suatu formasi sedimen, karena mereka melihat bahwa terdapat mineral- mineral (termasuk mineral bijih) larut dan tertranspot serta terendapkan dari media air/cairan. Sehingga dapat diketahui bahwa magmatisme dan singenetis tidak dapat berdiri sendiri-sendiri. Sebagai contoh: nikel selalu berasosiasi dengan norites (batuan beku basa) dan peridotit. Kehadiran monsonit dan atau 6u,rtz mo3zo3ite stock) akan ditemukan /issemi- 3,te/ copper. Timah akan ditemukan berasosiasi dengan siiceous puto3ic rock (granit) al ini merupakan bukti dari hubungan bijih dengan aktivitas volkanik yaitu adanya fumarol atau mataair panas/ot spri3g. 12. Pada abad 19 banyak ilmuan terkenal yang menyumbangkan teori tentangctrans-portasi bijih dan pengendapannya. Di antaranya: Von Cotta, Sandberger dan SteIzner dari Jerman,Danbree dan Launay dari Perancis, Poepny dari Bohemia, PhiIIips dari nggris, Vogt dari Norwegia dan Emmons dari amerika Serikat. Secara umum banyak ilmu pengetahuan yang dikemukakan, tetapi para ahli geologi masih belum mengetahui secara jelas, bahwa tidak ada teori single yang dapat menjelaskan genesis endapan bijih secara keseluruhan. 13. Pada abad 20, klasifikasi endapan bijih sangat meningkat dengan pesat, dan Lindgren (tahun 1907, 1913 dan 1922) mempopulerkan e3etic ,ssi1ic,tio3 atau klasifikasi deposit dari produk mekanika atau konsentrasi kimia dan klasifikasi urat-urat hidrotermal (/roterm, ;ei3). Dalam group Lindgren termasuk pirometa-somatik (batuan beku metamorpik) dan deposit hidrotermal.
Berdasarkan atas proses cara terbentuknya bahan gaIian Iogam/mineraI bijih/470 dibagi menjadi 2 yaitu: 1. Bijih primer = bijih hipogen Bijih yang diendapkan pada saat terjadinya proses metalisasi 2. Bijih sekunder = supergen Bijih yang diendapkan sebagai akibat alterasi dari bijih primer, oleh proses pelapuk-an dari air permukaan yang meresap ke dalam tanah. Proses pembentukan bahan gaIian: Proses terbentuknya bahan galian adalah sangat komplek. Sering lebih dari satu proses bekerja bersama-sama. eskipun dari satu jenis bahan galian logam, apabila terbentuk oleh proses yang berbeda-beda, maka akan menghasilkan tipe endapan yang berbeda pula.
Contoh endapan bijih besi dapat dihasiIkan oIeh: 1. Diferensiasi magmatik 2. Larutan hidrotermal 3. Proses sedimentasi 4. Proses pelapukan Tiap-tiap proses akan menghasiIkan endapan bijih besi yang berbeda daIam: 1. utu 2. Besar cadangan 3. Jenis mineral ikutan engenaI proses yang membentuk endapan bahan gaIian akan sangat membantu di daIam: 1. pencarian 2. Penemuan 3. Pengembangan bahan galian Proses-proses yang dapat membentuk endapan bahan galian No Proses Deposit yang dihasilkan 1 Konsentrasi magmatik Deposit magmatik 2 Sublimasi Sublimat 3 Kontak metasomatisme Deposit kontak metasomatik 4 Konsentrasi hidrotermal Pengisian celah-celah terbuka Pertukaranion pada batuan 5 Sedimentasi Lapisan sedimenter Evaporit 6 Pelapukan Konsentrasi residual 7 etamorfisme Deposit metamorfik 8 idrologi Airtanah Garam tanah Endapan caliche
1. Konsentrasi magmatik Beberapa mineral dalam batuan beku mempunyai nilai ekonomis, tetapi mem- punyai konsentrasi kecil. Proses konsentrasi tersebut terjadi pada saat batuan beku masih berupa magma, oleh sebab itu disebut konsentrasi magmatik. Deposit bahan galian sebagai hasil proses ini berkaitan erat dengan batuan beku intrusif. Konsentrasi magmatik digoIongkan menjadi 2: ,. agmatik awaI 1. Kristalisasi tanpa konsentrasi: intan 2. Kristalisasi dan segregasi: kromium, platinum b. agmatik akhir 1. Akumulasi dan atau injeksi larutan residual: besi titan, platinum, kromium 2. Akumulasi dan pemisahan larutan: deposit nikel, tembaga 3. Pegmatit HasiI dari proses pegmatik dibagi menjadi 4 jenis: ,. Logam tunggal (3,ti;e met,): Au, Ag, Pb, Fe dan Ni. b. Oksida: hematit (FeS, tilanit (Ti), cromite (Cr) c. Sulfida: chalcopirit (Ni-Cu) d. Batu mulia (gemstone): intan, garnet. Kerap kaIi dijumpai satu produk bahan gaIian /metaI berasosiasi dengan metaI yang Iain, misaI: Besi dengan titan Tembaga dengan emas Emas dengan perak
2. SubIimasi Proses sublimasi merupakan prose pembentukan bahan galian yang tidak begitu berarti karena sedikit terjadi. Proses ini menyangkut perubahan langsung dari keadaan gas atau uap ke keadaan padat tanpa melalui fase cair. Proses ini berhu-bungan erat dengan kegiatan gunungapi dan fumarol, tetapi sublimat yang dihasilkan jumlahnya sedikit. Belerang adalah sebagai salah satu contoh. isalnya yang didapat di Gunung Welirang Jawa Timur. Di samping belerang, juga garam-garam klorida dari besi, tembaga zinc dan garam-garam dari logam alkali lainnya. Tetapi pada umumnya dalam jumlah sangat kecil, sehingga kurang menguntungkan untuk ditambang. 3. Kontak metasomatisme Pada saat magma cair dan pijar dalam keadaan sangat panas menerobos batu-an, maka magma tersebut panasnya makin lama makin turun dan akhirnya hilang. asil akhir akan membentuk batuan beku intrusif. Proses tersebut dapat terjadi pada keadaan yang dangkal, menengah ataupun dalam. Sehingga dikenal batuan beku intrusif dangkal, menengah dan dalam, Dalam proses tersebut akan terjadi tekanan dan suhu yang sangat tinggi, terutama pada kontak terobosannya antara magma yang masih cair dengan batuan di seki-tarnya (cou3tr rocks). Akibat dari kontak ini dapat dibagi menjadi 2 jenis: ,. Akibat dari panas saja, tanpa adanya perubahan-perubahan kimiawi, baik pada magma maupun pada batuan yang diterobos. Kontak ini disebut kontak metamorfisme. b. Akibat panas disertai adanya perubahan-perubahan kimiawi sebagai akibat pertukaran ion, pertambahan ion dan sebagainya, dari magma ke batuan yang diterobos dan sebaliknya. Kontak semacam ini disebut disebut kontak metasomatisme. Kedua jenis kontak tersebut menimbulkan hasil yang sangat berbeda: ,. Kontak metamorfisme: akan menghasilkan bahan galian yang sangat terbatas dan bulan logam. isalnya: silimanit, marmer b. Kontak metasomatisme: akan menghasilkan bahan galianlogam yang sangat bervariasi. al ini ini terjadi apabila batuan yang diterobos mudah bereaksi, penerobosan terjadi cukup dalam. Suhu di daerah kontak akan berkisar 500-1.100 o C untuk magma yang bersifat silikaan (siiceous m,gm,) dan makin jauh dari kontak suhunya menurun. Terdapatnya mineral-mineral tertentu akan menunjukkan suhu tertentu, di mana mineral tersebut terbentuk misal: ineral wo,sto3ite: tidaklebih 1.125 o C ineral kuarsa: suhu di atas 573 o C Bahan galian yang terbentuk karena kontak metasomatisme, terjadi karena proses: ,. Rekristalisasi b. Penggabungan unsur c. Penggantian ion d. Penambahan unsur-unsur baru Dari magma ke batuan yang diterobos. Secara umum dapat diuraikan sebagai berikut: Kalau suatu batuan cou3tr rock mempunyai komposisi mineral AB dan CD, maka melauli proses penggabungan kembali akan berubah menjadi mineral AC dan BD. Oleh proses penambahan unsur-unsur dari magma akan berubah lagi menjadi ACX dan BDX, di mana X dan unsur dari magma. Penambahan unsur dari magma sebagian berupa logam, silika, boron, klorin, florin, kalium, magnesium dan natrium. ineral logam (ore mi3er,) yang terbentuk dalam kontak metasomatisme hampir semua berasal dari magma, demikian pula kandungan-kandungan yang asing pada batuan yang diterobos, melalui proses penambahan unsur. Jenis magma yang menerobos batuan yang akhirnya akan menghasilkan endapan bahan galian kontak metasomatisme, pada umumnya terbatas pada magma silika dengan komposisi menengah (i3terme/i,te) seperti: kuarsa monzonit, granodiorit dan kuarsa diorit. Sedang magma yang kaya akan silika seperti granit, jarang menghasilkan endapan galian, demikian juga magma ultra basa, pada magma yang basa, kadang-kadang dapat membentuk endapan bahan galian kontak metasomatik. ampir semua endapan bahan galian kontak metasomatisme berasosiasi dengan tubuh batuan beku intrusif yang berupa stock, b,toit, dan tidak pernah berasosiasi dengan /ikeatau si yang berukuran kecil. Untuk ,coit dan si yang besar meskipun jarang, tetapi kadang-kadang dapat menghasilkan endapan bahan galian kontak metasomatik. elihat tekstur endapan bahan galian metasomatisme ini selalu berhubungan dengan batuan beku intrusif dengan tekstur granular, yang menunjukkan bahwa pendinginan magma waktu itu sangat lambat dengan kedalaman yang cukup besar. Sebaliknya pada batuan intrusif yang bertekstur gelas maupun afanitik, hampir tidak pernah dijumpai adanya endapan bahan galian kontak metasomatik. al ini membuktikan bahwa endapan kontak metasomatik selalu hanya berhubungan dengan magma dalam saja. Kedalaman pembekuan magma yang akan menghasilkan batuan beku intrusif dengan tekstur granular diperkirakan + 1.500 m. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada penerobosan magma dengan komposisi menengah pada kedalaman sekitar 1.500 m. Batuan cou3tr rock yang terterobos oleh magma yang paling besar kemungkinannya untuk dapat menimbulkan deposit kontak metasomatik adalah batuan karbonat. Batugamping murni ataupun dolomit dengan segera akan mengalami rekristalisasi dan rekombinasi dengan unsur yang diintrodusir dari magma. Pada batugamping yang tidak murni, efek kontak metasomatik yang terjadi lebih kuat, karena unsur-unsur pengotor seperti silika, alumina dan besi adalah bahan- bahan yang dapat dengan mudah membentuk kombinasi-kombinasi baru dengan kalsium oksida. Seluruh massa batuan di sekitar kontak dapat berubah menjadi garnet, silika dan mineral-mineral bijih. Batuan yang agak sedikit terpengaruh oleh intrusi magma adalah batupasir. Kalau mengalami rekristalisasi batupasir akan menjadi kuarsit yang kadang- kadang mengandungmineral-mineral kontak metasomatisme tersebar setempat- setempat. Sedang batulempung akan mengalami pengerasan dan dapat berubah menjadi hornfels, yang umumnya mengandung mineral andalusit, silimanit dan straurolit. Tingkat perubahan yang terjadi pada batuan sedimen klastis halus tersebut, tergantung pada tingkat kemurniannya. Paling baik kalau batulempung tersebut bersifat karbonatan, tetapi secara umum batuan sedimen ,rgi,ceous (berbutir halus) jarang yang mengandung mineral bahan galian. Apabila batuan beku ataupun metamorf mengalami terobosan magma, hampir tidak akan mengalami perubahan yang berarti, kecuali kalau antara magma yang menerobos dengan batuan beku yang diterobos mempunyai komposisi yang sangat berbeda. isal magma granodiorit menerobos gabro, maka kemungkinan besar akan ada perubahan-perubahan besar pada gabronya. Secara umum dapat dikata-kan bahwa batuan yang paling peka terhadap kontak metasomatisme dan paling cocok untuk terjadinya pembentukan endapan bahan galian bijih, adalah batuan sedimen, terutama yang bersifat karbonatan dan tidak murni. Bentuk posisi ataupun penyebaran dari bahan galian yang terjadi pada proses metasomatisme banyak tergantung pada struktur batuan yang diterobos. Akan tetapi umumnya berbentuk ireguler dan terpisah-pisah. Bentuk ireguler tersebut lebih sering terjadi pada batugamping yang tebal, sedang pada batugamping berlapis-lapis ataupun terkekarkan, maka endapan bijih tersebut dapat berbentuk menjari atau melidah. Volume deposit kontak metasomatisme pada umumnya kecil antara puluhan sampai beberapa ratus ribu ton saja, dan jarang yang sampai jutaan ton berat. 4. Konsentrasi hidrotermaI Produk akhir dari proses diferensiasi magmatik adalah suatu larutan yang dise- but larutan magmatik yang mungkin dapat mengandung konsentrasi logam yang dahulunya berada dalam magma. Larutan magmatik ini yang juga disebut larutan hidrotermal banyak mengandung logam-logam yang berasal dari magma, yang sedang membeku dan diendapkan di tempat-tempat sekitar magma yang sedang membeku tadi. Larutan ini makin jauh dari magma, akan makin kehilangan panasnya sehingga dikenal: ,. Deposit hidrotermal suhu tinggi: di tempat terdekat dengan intrusi. b. Deposit hidrotermal suhu menengah: di tempat-tempat yang agak jauh. c. Deposit hidrotermal suhu rendah: ditempat yang jauh Deposit tersebut juga dinamakan deposit hidrotermal, mesotermal dan epitermal, tergantung dari suhu, tekanan dan keadaan geologi di mana mereka terbentuk, seperti yang ditunjukkan oleh mineral-mineral yang dikandungnya. Dalam perjalanan menerobos batuan, larutan hidrotermal akan mendepositkan mineral-mineral yang dikandungnya di rongga-rongga batuan dan membentuk deposit celah (c,;it 1ii3g /eposit) atau melalui proses metasomatik membentuk deposit pergantian (rep,ceme3t /eposit). Secara umum deposit replasemen terjadi pada kondisi suhu dan tekanan tinggi, pada daerah lebih dekat dengan batuan intrusifnya yang merupakan deposit hipotermal, sedang deposit celah lebih banyak terjadi di daerah dengan suhu dan tekanan rendah, yang merupakan deposit epitermal yang terletak agak jauh dari batuan intrusifnya.
Syarat penting terjadinya deposit hidrotermaI adaIah: ,. Adanya larutan yang mampu melarutkan mineral. b. Adanya rekahan/rongga pada batuan, di mana larutan dapat lewat. c. Adanya tempat, di mana larutan akan mendepositkan kandungan mineralnya. d. Adanya reaksi kimia yang menghasilkan pengendapan mineral e. Konsentrasi mineral yang cukup di dalam deposit, sehingga menguntungkan kalau ditambang.