Вы находитесь на странице: 1из 40

TUGAS TERSTRUKTUR KEPERAWATAN KOMUNITAS II PENGKAJIAN KOMUNITAS DESA REMPOAH RW II

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Komunitas II Dosen pembimbing: Asep Iskandar, M.Kep., Sp.Kom

OLEH KELOMPOK V Hanung Dwaya D Ahwal Yanuar Liya Alifah Handayani Tisna Putriyani M Siska Amanah N Dria Sunu Priambudi Risa Yuliana U Yuniko Febby H. F Praptik S. A G1D008066 G1D008075 G1D008084 G1D008092 G1D008101 G1D008109 G1D008117 G1D009042 G1D009057 G1D009068

KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS JENDRAL SOEDIRMAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN JURUSAN KEPERAWATAN 2011

BAB 1 PENDAHULUAN

BAB II LANDASAN TEORI

A. Pengertian Menurut WHO (1959), keperawatan komunitas adalah bidang perawatan khusus yang merupakan gabungan ketrampilan ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan bantuan sosial, sebagai bagian dari program kesehatan masyarakat secara keseluruhan guns meningkatkan kesehatan, penyempumaan kondisi sosial, perbaikan lingkungan fisik, rehabilitasi, pence-gahan penyakit dan bahaya yang lebih besar, ditujukan kepada individu, keluarga, yang mempunyai masalah dimana hal itu mempengaruhi masyarakat secara keseluruhan. Keperawatan kesehatan komunitas adalah pelayanan keperawatan

profesional yang ditujukan kepada masyarakat dengan pendekatan pads kelompok resiko tinggi, dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan dengan menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pelayanan keperawatan (Spradley, 1985; Logan and Dawkin, 1987). Keperawatan kesehatan komunitas menurut ANA (1973) adalah suatu sintesa dari praktik kesehatan masyarakat yang dilakukan untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan masyarakat. Praktik keperawatan kesehatan komunitas ini bersifat menyeluruh dengan tidak membatasi pelayanan yang diberikan kepada kelompok umur tertentu, berkelanjutan dan melibatkan masyarakat. Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa perawatan kesehatan komunitas adalah suatu bidang dalam ilmu keperawatan yang merupakan keterpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan dukungan peran serta masyarakat, serta mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara berkesinambungan dengan tanpa mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif, secara menyeluruh dan terpadu ditujukan kesatuan yang utuh

melalui proses keperawatan untuk ikut meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal.

B. Paradigma Keperawatan Komunitas

Paradigma keperawatan komunitas terdiri dari empat komponen pokok, yaitu manusia, keperawatan, kesehatan dan lingkungan (Logan & Dawkins, 1987). Sebagai sasaran praktik keperawatan klien dapat dibedakan menjadi individu, keluarga dan masyarakat.

1. Individu Sebagai Klien Individu adalah anggota keluarga yang unik sebagai kesatuan utuh dari aspek biologi, psikologi, social dan spiritual. Peran perawat pada individu sebagai klien, pada dasarnya memenuhi kebutuhan dasarnya yang mencakup kebutuhan biologi, sosial, psikologi dan spiritual karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan, kurangnya kemauan menuju kemandirian pasien/klien. 2. Keluarga Sebagai Klien Keluarga merupakan sekelompok individu yang berhubungan erat secara terus menerus dan terjadi interaksi satu sama lain baik secara perorangan maupun secara bersama-sama, di dalam lingkungannya sendiri atau masyarakat secara keseluruhan. Keluarga dalam fungsinya mempengaruhi dan lingkup kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan fisiologis, rasa aman dan nyaman, dicintai dan mencintai, harga diri dan aktualisasi diri. Beberapa alasan yang menyebabkan keluarga merupakan salah satu fokus pelayanan keperawatan yaitu : a. Keluarga adalah unit utama dalam masyarakat dan merupakan

lembaga yang menyangkut kehidupan masyarakat.

b.

Keluarga sebagai suatu kelompok dapat menimbulkan, mencegah,

memperbaiki ataupun mengabaikan masalah kesehatan didalam kelompoknya sendiri. c. Masalah kesehatan didalam keluarga saling berkaitan. Penyakit

yang diderita salah satu anggota keluarga akan mempengaruhi seluruh anggota keluarga tersebut.

3. Masyarakat Sebagai Klien Masyarakat memiliki cirri-ciri adanya interaksi antar warga, diatur oleh adat istiadat, norma, hukum dan peraturan yang khas dan memiliki identitas yang kuat mengikat semua warga. Kesehatan dalam keperawatan kesehatan komunitas didefenisikan sebagai kemampuan melaksanakan peran dan fungsi dengan efektif. Kesehatan adalah proses yang berlangsung mengarah kepada kreatifitas, konstruktif dan produktif. Menurut Hendrik L. Blum ada empat faktor yang mempengaruhi kesehatan, yaitu lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan. Lingkungan terdiri dari lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Lingkungan fisik yaitu lingkungan yang berkaitan dengan fisik seperti air, udara, sampah, tanah, iklim, dan perumahan. Contoh di suatu daerah mengalami wabah diare dan penyakit kulit akibat kesulitan air bersih. Keturunan merupakan faktor yang telah ada pada diri manusia yang dibawanya sejak lahir, misalnya penyakit asma. Keempat faktor tersebut saling berkaitan dan saling menunjang satu dengan yang lainnya dalam menentukan derajat kesehatan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Keperawatan dalam keperawatan kesehatan komunitas dipandang sebagai bentuk pelayanan esensial yang diberikan oleh perawat kepada individu, keluarga, dan kelompok dan masyarakat yang mempunyai masalah kesehatan meliputi

promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative dengan menggunakan proses keperawatan untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal. Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional sebagai bagian integral pelayanan kesehatan dalam bentuk pelayanan biologi, psikologi, sosial dan spiritual secara komprehensif yang ditujukan kepada individu keluarga dan masyarakat baik sehat maupun sakit mencakup siklus hidup manusia. Lingkungan dalam paradigm keperawatan berfokus pada lingkungan masyarakat, dimana lingkungan dapat mempengaruhi status kesehatan manusia. Lingkungan disini meliputi lingkungan fisik, psikologis, sosial dan budaya dan lingkungan spiritual.

C. Tujuan keperawatan kesehatan komunitas Keperawatan komunitas merupakan suatu bentuk pelayanan kesehatan yang dilakukan sebagai upaya dalam pencegahan dan peningkatan derajat kesehatan masyarakat melalui pelayanan keperawatan langsung (direction) terhadap individu, keluarga dan kelompok didalam konteks komunitas serta perhatian lagsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat dan mempertimbangkan masalah atau isu kesehatan masyarakat yang dapat mempengaruhi individu, keluarga serta masyarakat.

1. Tujuan Umum Meningkatkan derajat kesehatan dan kemampuan masyarakat secara meyeluruh dalam memelihara kesehatannya untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal secara mandiri. 2. Tujuan khusus a. Dipahaminya pengertian sehat dan sakit oleh masyarakat.

b.

Meningkatnya kemampuan individu, keluarga, kelompok dan

masyarakat untuk melaksanakan upaya perawatan dasar dalam rangka mengatasi masalah keperawatan.
c.

Tertanganinya kelompok keluarga rawan yang memerlukan

pembinaan dan asuhan keperawatan.


d.

Tertanganinya

kelompok

masyarakat

khusus/rawan

yang

memerlukan pembinaan dan asuhan keperawatan di rumah, di panti dan di masyarakat.


e.

Tertanganinya

kasus-kasus

yang

memerlukan

penanganan

tindaklanjut dan asuhan keperawatan di rumah.


f.

Terlayaninya kasus-kasus tertentu yang termasuk kelompok resiko

tinggi yang memerlukan penanganan dan asuhan keperawatan di rumah dan di Puskesmas. g. Teratasi dan terkendalinya keadaan lingkungan fisik dan sosial

untuk menuju keadaan sehat optimal.

D.

Sasaran keperawatan kesehatan komunitas

Sasaran keperawatan komunitas adalah seluruh masyarakat termasuk individu, keluarga, dan kelompok yang beresiko tinggi seperti keluarga penduduk di daerah kumuh, daerah terisolasi dan daerah yang tidak terjangkau termasuk kelompok bayi, balita dan ibu hamil. Menurut Anderson (1988) sasaran keperawatan komunitas terdiri dari tiga tingkat yaitu : 1. Tingkat Individu. Perawat memberikan asuhan keperawatan kepada individu yang mempunyai masalah kesehatan tertentu (misalnya TBC, ibu hamil d1l) yang

dijumpai di poliklinik, Puskesmas dengan sasaran dan pusat perhatian pada masalah kesehatan dan pemecahan masalah kesehatan individu. 2. Tingkat Keluarga. Sasaran kegiatan adalah keluarga dimana anggota keluarga yang mempunyai masalah kesehatan dirawat sebagai bagian dari keluarga dengan mengukur sejauh mana terpenuhinya tugas kesehatan keluarga yaitu mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan untuk mengatasi masalah kesehatan, memberikan perawatan kepada anggota keluarga, menciptakan lingkungan yang sehat dan memanfaatkan sumber daya dalam masyarakat untuk meningkatkan kesehatan keluarga.
3. Prioritas pelayanan Perawatan Kesehatan Masyarakat difokuskan pada

keluarga rawan yaitu :


a.

Keluarga yang belum terjangkau pelayanan kesehatan, yaitu

keluarga dengan: ibu hamil yang belum ANC, ibu nifas yang persalinannya ditolong oleh dukun dan neonatusnya, balita tertentu, penyakit kronis menular yang tidak bisa diintervensi oleh program, penyakit endemis, penyakit kronis tidak menular atau keluarga dengan kecacatan tertentu (mental atau fisik).
b.

Keluarga dengan resiko tinggi, yaitu keluarga dengan ibu hamil

yang memiliki masalah gizi, seperti anemia gizi be-rat (HB kurang dari 8 gr %) ataupun Kurang Energi Kronis (KEK), keluarga dengan ibu hamil resiko tinggi seperti perdarahan, infeksi, hipertensi, keluarga dengan balita dengan BGM, keluarga dengan neonates BBLR, keluarga dengan usia lanjut jompo atau keluarga dengan kasus percobaan bunuh diri.
c.

Keluarga dengan tindak lanjut perawatan

4. Tingkat Komunitas Dilihat sebagai suatu kesatuan dalam komunitas sebagai klien. a. Pembinaan kelompok khusus

b.

Pembinaan desa atau masyarakat bermasalah

E. Ruang lingkup keperawatan komunitas Keperawatan komunitas mencakup berbagai bentuk upaya pelayanan kesehatan baik upaya promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif, maupun resosialitatif. Upaya promotif dilakukan untuk meningkatkan kesehatan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dengan melakukan kegiatan penyuluhan kesehatan, peningkatan gizi, pemeliharaan kesehatan perorangan, pemeliharaan kesehatan lingkungan, olahraga teratur, rekreasi dan pendidikan seks. Upaya preventif untuk mencegah terjadinya penyakit dan gangguan kesehatan terhadap individu, keluarga kelompok dan masyarakat melalui kegiatan imunisasi, pemeriksaan kesehatan berkala melalui posyandu, puskesmas dan kunjungan rumah, pemberian vitamin A, iodium, ataupun pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, nifas dan menyusui. Upaya kuratif bertujuan untuk mengobati anggota keluarga yang sakit atau masalah kesehatan melalui kegiatan perawatan orang sakit dirumah, perawatan orang sakit sebagai tindaklanjut dari Pukesmas atau rumah sakit, perawatan ibu hamil dengan kondisi patologis, perawatan buah dada, ataupun perawatan tali pusat bayi baru lahir. Upaya rehabilitatif atau pemulihan terhadap pasien yang dirawat dirumah atau kelompok-kelompok yang menderita penyakit tertentu seperti TBC, kusta dan cacat fisik lainnya melalui kegiatan latihan fisik pada penderita kusta, patch tulang dan lain sebagainya, kegiatan fisioterapi pada penderita stroke, batuk efektif pada penderita TBC, dll. Upaya resosialitatif adalah upaya untuk mengembalikan penderita ke masyarakat yang karena penyakitnya dikucilkan oleh masyarakat seperti, penderita AIDS, kusta dan wanita tuna susila.

BAB III PEMBAHASAN A. Pengkajian 1. Riwayat atau sejarah wilayah Menurut sejarah desa rempoah dimulai dengan adanya cerita tentang petilasan Pancakoah yang kurang lebih dimulai tahun 1700 an. Pancakoah adalah tempat petilasan pertapaan jaman dulu dimana letaknya sekarang ada di sebelah barat kali Taman dan sebelah barat makam desa Rempoah. Seiring berkembangnya wilayah tersebut akhirnya menjadi sebuah pedukuhan Rempoah yang letaknya kurang lebih 200 ke arah timur laut yang sekarang menjadi Mushola Baitul Dakirin, dan Padukuhan tersebut berkembang menjadi desa Rempoah. Rempoah berasal dari kata Rem yang berarti mengendap dan Poah yang berarti goda atau napsu kesenangan. Pemerintahan desa Rempoah dimulai kurang lebih pada akhir abad ke 19 atau pada tahun 1830 an dengan kepala pemerintahan desa waktu itu disebut dengan demang. Desa Rempoah merupakan sebuah desa yang terletak di kecamatan baturaden yang di atit oleh desa pandak, kebumen, pamijen, karang tengah dan sumbang. Desa rempoah terdiri dari 6 RW, salah satu tempat pengkajiannya dilakukan di RW 2 yang terdiri dari 8 RT. 2. Lingkungan fisik a) Lokasi Wilayah ini terletak di desa rempoah sebelah selatan lokawisata baturaden. Sebelah utara berbatasan dengan desa karang tengah, sebelah barat berbatasan dengan desa kebumen, sebelah timur berbatasan dengan sungai pelus (kec. Sumbang) dan sebelah selatan berbatasan dengan desa pandak. Desa ini merupakan desa yang sudah sangat padat penduduk. Desa rempoah sebagai ibukota kecamatan Baturraden semenjak tahun 1956 karena letak desa Rempoah yang strategis antara desa yang satu dengan desa yang lain dalam wilayah kecamatan Baturraden. Desa ini menjadi pusat pemerintahan dan perekonomian wilayah kecamatan Baturraden. Letak desa ini secara administratif termasuk dalam wilayah

kecamatan Baturaden kab banyumas, terletak dfi arah utara kota purwokerto kurang lebih 8 KM dari Purwokerto, tepat di kecamatan Baturraden. Desa rempoah ini terdiri dari 3 dusun, 6 RW dan terbagi dalam 40 RT dengan pembagian wilayah masing-masing kadus sbb: Kadus I membawahi wilayah RW I dan RW II yang meliputi empt bels RT Kadus II membawahi wilayah RW 3 dan RW 4 yang meliputi enm bls RT Kadus III membawahi wilayah RW 5 dan RW 6 yang meliputi sepuluh RT Luas wilayah desa rempoah adalah 246,433 Ha. Wilayah tersebut terdapat KK yang tinggal dalam 31 rumah dengan bangunan rumah milik pribadi. Jumlah penduduk RW 2 sebesar 1.446 orang, terdiri dari 744 orang laki-laki dan 702 orang perempuan. RW 2 merupakan salah satu RW yang berada di wilayah RW 2 dengan jumlah KK sebanyak 349 KK dengan jumlah penduduk sebanyak seribu tujuh jiwa. Jumlah penduduk laki-laki berjumlah 566 jiwa dan perempuan berjumlah 538 jiwa. Dengan penduduk KK miskin berjumlah 279 KK dan 638 jiwa. . RW 02 memiliki 8 RT. RW 02 diketuai oleh Bp.H Ahmad Sobari, ketua RT 1 Bp. H. Ahmad Darsono, RT 2 Bp. Sumardjo, RT 3 Ahmad Sahirin, RT 4 Bp. Tarsun, RT 5 Ahmad Murwanto, RT 6 Bp. Ahmad Suwarto, RT 7 Bp. Amad Suwarso, dan RT 8 Bp. Sutoni.
b) Demografi

RW 2 merupakan salah satu RW yang berada di wilayah RW 2 dengan jumlah KK sebanyak 349 KK dengan jumlah penduduk sebanyak seribu tujuh jiwa. Jumlah penduduk laki-laki berjumlah 566 jiwa dan perempuan berjumlah 538 jiwa. Dengan penduduk KK miskin berjumlah 279 KK dan 638 jiwa. . RW 02 memiliki 8 RT. RW 02 diketuai oleh Bp.H Ahmad Sobari, ketua RT 1 Bp. H. Ahmad Darsono, RT 2 Bp. Sumardjo, RT 3 Ahmad Sahirin, RT 4 Bp. Tarsun,

RT 5 Ahmad Murwanto, RT 6 Bp. Ahmad Suwarto, RT 7 Bp. Amad Suwarso, dan RT 8 Bp. Sutoni.

Keterangan: RT 01: laki-laki 78 RT 02: laki-laki 72 RT 03: laki-laki 79 perempuan 68 perempuan 74 perempuan 68

RT 04: laki-laki 129 perempuan 126 RT 05: laki-laki 118 perempuan 119 RT 06: laki-laki 76 RT 07: laki-laki 70 perempuan 65 perempuan 72

RT 08: laki-laki 122 perempuan 110


c) Nilai, kepercayaan dan agama

Nilai dan kepercayaan yang dianut oleh masyarakat RW 2 adalah beragama islam. Nilai spiritual mereka juga tinggi, ini dinilai dari aktivitas pengajian yang sering diadakan oleh mereka. Agama yang dianut oleh mayoritas warga RW 2 adalah Islam. Dari 1.446 orang warga RW 02 sejumlah 1.444 orang jiwa beragama islam dan 2 sisanya beragama kristen.

3. Subsistem yang mempengaruhi komunitas

a. Lingkungan Batas wilayah RW 2 diantaranya berbatasan dengan RW satu. Keadaan lingkungan di RW tersebut masih tergolong asri, karena masih banyak pepohonan dan terletak dekat jalan raya. Rumah warga di RW 2 ini sudah lumayan bagus, lantai warga sudah permanen dan kondisi rumahnya permanen. Banyak penduduk yang sudah memiliki jamban, namun di RT 6 masih banyak warganya yang belum memiliki jamban . jaman yang mereka bangun adalah tempat untuk berak yang dibangun di atas kolam ikan. Pengelolaan sampah di beberapa RT ditampung setiap seminggu 2 kali setiap hari selasa dan jumat. Iuran yang mereka kumpulkan untuk pembiayaan pengelolaan sampah tersebut adalah sebesar Rp2500/bulan untuk setiap rumah tangga. Di RT terdapat tempat penampungan sampah yang letaknya terbuka dan berdekatan dengan rumah warga, selain itu di dekat tempat sampah tersebut ditemukan adanya jamban umum yang pembuangan akhirnya di buang di dalam kolam. Sebagian besar penduduk memanfaatkan sumber air mereka berasal dari PDAM dan air sumur. Selain itu terdapat beberapa warga yang memelihara hewan ternak seperti kambing, sapi, ayam dan itik serta ikan. Kandang yang mereka bangun berada di tengah pemukiman warga, hal ini mengakibatkan kenyamanan warga menjadi terganggu. Selain itu mempunyai resiko mencemari lingkungan disekitarnya dari kotoran yang dihasilkannya. Di desa ini terdiri dari 8 RT, dengan jumlah per masing-masing RT memiliki KK sebanyak:
1. RT 1: 49 KK 2. RT 2: 42 KK 3. RT 3: 44 KK 4. RT 4: 73 KK 5. RT 5: 62 KK 6. RT 6: 42 KK

7. RT 7: 36 KK 8. RT 8: 65 KK

b.

Pelayanan kesehatan dan social


Pelayanan kesehatan yang umumnya di jangkau oleh masyarakat

sekitar adalah puskesmas. Kebanyakan masyarakat disekitar banyak memanfaatkan fasilitas kesehatan seperti polindes, posyandu balita, dan posyandu lansia. Posyandu balita yang berada di RW ini ada 2 buah, posyandu lansia sebanyak satu buah. Di RW 02 terdapat 2 posyandu balita dan 1 posyandu lansia yang bernama Bina Kasih, Bina Kasih II dan Bina Kasih III. Jumlah keseluruhan balita 95 dan yang aktif 90 balita. Di Bina Kasih II jumlah anggota posyandu balita 45 yang aktif 40, selain posyandu balita juga ada posyandu lansia dengan jumlah lansia 387 yang aktif 30 dengan rentang umur 45 sampai 90 tahun ke atas, yang berasal dari RT 1-8. Banyak lansia yang tidak mengikuti kegiatan posyandu karena jarak rumah dengan posyandu jauh. Mayoritas anggota posyandu lansia adalah perempuan. Posyandu lansia di RW ini berdasarkan usia: Usia pertengahan (middle age) usia 45 sampai 59 tahun Lanjut usia (elderly), antara 60 sampai 74 tahun Lanjut usia tua (old), antara 75 sampai 90 tahun Usia sangat tua (very old), diatas 90 tahun : 208 : 123 : 54 :2

Kegiatan yang sering dilakukan di posyandu lansia diantaranya senam lansia, pemeriksaan tanda-tanda vital, dan pemberian obat jika ada lansia yang sakit. Kegiatan yang dilakukan di posyandu balita diantanya imunisasi, penimbangan berat badan, PMT dan kesehatan ibu dan anak (KIA). Kegiatan social yang dilakukan di RW ini diantaranya arisan RT yang rutin dilakukan setiap seminggu sekali, kumpulan ibu-ibu PKK, pengajian dan GIBITA atau PIK pemuda tentang AIDS, narkoba dan miras. Selain itu terdapat panti anak yang di sana merawat anak usia pre

school yang kurang mampu. Di sana terdapat taman bermain yang kegiatannya meliputi pembelajaran untuk anak usia pre school. Kegiatan social seperti kerja bakti terkadang dilakukan di RW. Kegiatan ini dilakukan setiap menjelang HUT RI dan menyambut bulan suci ramadhan. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan ketua RT, koordinasi antara ketua RW dengan ketua RT dan tokoh masyarakat sekitar kurang baik. c. Ekonomi Tingkat ekonomi masyarakat di wilayah RW 02 adalah ekonomi menengah kebawah. Berdasarkan data kependudukan tahun 2010, didapatkan data warga masyarakat sekitar 80-90% termasuk dalam criteria keluarga miskin. Adapun data pekerjaan warga RW 02 berdasarkan data kependudukan 2010 secara umum dapat dijelaskan dalam tabel berikut : No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Mata Pencaharian/Pekerjaan Jumlah Tani/Ternak 2.589 Pedagang/Pengusaha 223 PNS/Guru 48 Karyawan/Pekerja kantor 510 Buruh/Buruh pabrik 627 TNI/POLRI 184 Sopir/Montir 66 Tukang/Pertukangan 69 Pensiunan 27 Lain-lain/Belum kerja 2.149 Total 6.492

Di RW 02 banyak terdapat home industry dan toko-toko kecil. Home industry banyak di manfaatkan warga sebagai lapangan pekerjaan. Berdasarkanwinsield survey yang dilakukan kelompok, tepatnya di RT 06 terdapat tempat pengepul bulu mata yang merupakan mitra kerja kerajinan kniting bulu mata dari PT. Tigaputra Abadiperkasa Purbalingga. Kebanyakan yang bekerja adalah remaja putri dan ibuibu. Selain pengepul bulu mata juga terdapat home industri gula dan lain-lain.

d. Transportasi dan keamanan e. Politik dan pemerintahan Beberapa warga di RW 2 ada yang menjadi pengurus partai politik,namun sebagian besar warga tersebut tidak fanatic dengan partai politik tertentu. Biasanya saat ada pemilihan Kades maka sangat terlihat suasana politiknya. Seorang calon Kades akan menjanjikan sesuatu dengan imbalan untuk memilihnya. Tapi pada kenyataan tidak diwujudkan janjinya.mProgram dari pemerintah yang sudah masuk desa ada beberapa antara lain: 1)
2)

Jamkesmas PNPM ( pembuatan jalan,WC umum,sumur warga) Swadaya SKTM (Surat Keterangan Tidak Mampu)

3) 4)

Program ini berasal dari Pemda Banyumas. Prosedurnya adalah ada pendataan terhadap masyarakat, ketika ditemukan masyarakat yang tidak mampu tetapi tidak menadapat jamkesmas maka akan mendapatkan SKTM sebesar Rp. 1250000/jiwa yang sakit dan membutuhkan bantuan. 5) Raskin Ada pembagian Raskin (beras miskin) di RT 3 RW 1, prosedurnya adalah saat ada bantuan dari pemerintah untuk X orang maka atas kebijakan ketua RT setempat beras tersebut dibagi rata pada lebih banyak penduduk tidak sesuai dengan daftar X orang dari pemerintah sehingga beras yang diterima lebih sedikit.
Jumlah penduduk yang memiliki hak pilih dalam pemilu yang lalu di

desa Rempoah mencapai 4.7026 orang dan parpol yang memiliki pengurus sampai tingkat desa 5 parpol, diantaranya:
Partai PDI perjuangan

Partai Golkar Partai Amanat Nasional

Partai Demokrat Partai Kebangkitan Bangsa f. Komunikasi Sistem komunikasi yang digunakan oleh warga di wilayah adalah terbuka dan demokratis diwujudkan dalam musyawarah bersama. Bahasa sehari-hari yang digunakan antar warga adalah bahasa Jawa,terkadang juga menggunakan bahasa Indonesia. Hubungan antar warga terjalin baik. Namun hubungan antara ketua RW dengan RT dan kadus kurang terjalin dengan baik. Cara masyarakat menerima informasi melalui perkumpulan warga, dari mulut ke mulut, pengeras suara, pos surat, papan informasi, handphone maupun surat. Perkumpulan rutin yang menjadi media penyampaian informasi adalah rapat bulanan disetiap RT. Perkumpulan lain yang menjadi media penyampaian informasi adalah arisan, pengajian, posyandu lansia dan posyandu balita. g. Pendidikan Fasilitas pendidikan yang ada di RW 02 yaitu PAUD, TK, pesantren, dan panti asuhan. Panti asuhan dikelola oleh yayasan swasta dan diperuntukan sebagai tempat belajar anak-anak yang berasal dari keluarga kurang mampu. Tingkat pendidikan warga RW II, yaitu: Tidak / belum sekolah Tidak tamat SD / sederajat Tamat SD / sederajat SLTP / sederajat SLTA / sederajat Diploma I / II Diploma IV / S1 Strata II
Riwayat Pendidikan Tidak/Belum Sekolah

: 247 : 183 : 590 : 192 : 174 :2 : 31 :4


RT 1 1 2 3 4 1 5 6 1 7 8

Akademi / Diploma II/ S.Muda : 23

Tidak Tamat SD/Sederajat Tamat SD/Sederajat SLTP/Sederajat SLTA/Sederajat Diploma I/ II Akademi/Diploma III/S. Muda Diploma IV/Strata I Strata II

4 25 4 10

1 24 7 5

3 1 5 6 1 5

6 32 10 17 2 2 2 1

4 3 3 1 6 8

2 3 4 4 1

1 2 8 1 3

2 50 4 7

2 3

3 2

4 1

1 2

h. Rekreasi Rekreasi yang sering dilakukan oleh warga RW II diantaranya adalah menonton berkumpul bersama keluarga, menonton televisi, mendengarkan radio serta berekreasi ke tempat-tempat wisata. Rekreasi tersebut mereka lakukan biasanya pada waktu liburan, baik liburan setelah hari raya idul fitri. Tempat rekreasi yang bisanya mereka tuju diantaranya Bali, curug bayan, baturraden, curug belot, ziarah wali songo dll.

B. Analisis komunitas No 1. Analisis data DO :

Etiologi Problem Kurangnya kesadaran Risiko melakukan masyarakat untuk kejadian kebersihan diare

Warga BAB

aktivitas

menggunakan menjaga

jamban umum kolam yang berada lingkungan di dekat pemukiman warga

Terdapat pemukiman

adanya warga,

pembuangan sampah akhir di dekat kondisinya terbuka, banyak lalat serta sampah yang berserakan DS :
Warga mengatakan bahwa mereka

menggunakan untuk toileting


Warga

fasilitas

kolam aktivitas

melakukan merasakan

bau

yang

menyengat dari sumber sampah

2.

DO:

Kurangnya kesadaran Resiko untuk terjadi kegiatan tindakan kriminal

dari keseluruhan RT yang berada di masyarakat RW 2 yang memiliki poskamling melakukan hanya 3 RT dan kegiatan ronda di ronda sebagian besar RT tidak berjalan dengan rutin DS: Beberapa warga mengeluhkan adanya kehilangan uang seratus ribu, mereka mempercayai kehilangan tersebut karena dicuri oleh tuyul.

C. Diagnosa
1. Risiko kejadian diare berhubungan denngan kurangnya kesadaran

masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan.


2. Resiko terjadi tindakan criminal berhubungan dengan Kurangnya

kesadaran masyarakat untuk melakukan kegiatan ronda. D. Prioritas masalah

E. Strategi intervensi dan implementasi


Dx Dx. Sasaran Setelah tindakan keperawatan selama bulan diharapkan 02 sadar Tujuan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4x pertemuan : 2 Pengetahuan dan kesadaran pentingnya kebersihan lingkungan Strategi Penyuluhan Rencana Kegiatan Sumber Mahasiswa Kumpulan materi penyuluhan Tempat Rumah warga Waktu Saat an RT Kriteria Respon Standar Evaluasi 75% warga mampu menjelaskan pentingnya kebersihan lingkungan, efek negatif bagi kesehatan dari aktivitas buang sampah sembarangan dan melakukan aktivitas toileting di jamban kolam Evaluator Mahasiswa Ketua RW Petugas puskesmas

a. Penyuluhan kepada
pembuangan sampah dan warga yang masih melakukan aktivitas toileting di jamban kolam

warga di sekitar tempat Puskesmas

pertemu verbal

warga di RW meningkat, efek Desa negatif bagi kesehatan aktivitas buang akan sampah sembarangan dan melakukan aktivitas toileting di Rempoah kebersihan lingkungan, ada dibiarkan tidak melakukan aktivitas lagi

b. Memberikan motivasi
dan dukungan kepada warga untuk menjaga kebersihan lingkungan

sehingga tidak jamban kolam sampah yang Pengetahuan mengenai Penyuluhan penyakit dan diare, diolah, penyebab, pencegahan penanganannya meningkat

a. Penyuluhan kepada

Mahasiswa

Rumah warga

Saat an RT

Respon

75 warga mampu Mahasiswa menjelaskan tentang penyakit diare, penyebab, pencegahan dan Ketua RW Petugas puskesmas

warga di sekitar tempat Puskesmas Kumpulan pembuangan sampah dan warga yang masih melakukan aktivitas materi penyuluhan

pertemu verbal

toileting jamban.

di

toileting di jamban kolam

penanganannya

b. Memberikan motivasi
dan dukungan kepada warga untuk mampu mengenal pencegahan terjadinya diare serta penanganannya Masyarakat swadaya membangun sementara membangun umum standar yang secara Empowering: Musyawarah mengenai mampu musyarawah tempat warga dan jamban sesuai pembangunan tempat penampungan sampah sementara dan jamban umum Mahasiswa Kumpulan materi Pelatihan Rumah Saat ada Psikomo 70 % warga menyetujui diadakannya alokasi dana untuk peningkatan kebersihan lingkungan (pembangunan tempat penampungan sampah sementara dan jamban umum) ulan RW Mahasiswa Ketua RW Ketua RT alokasi dana PNPM untuk Puskesmas ketua RW perkump tor

penampungan sampah

Kemitraan: bekerjasama dengan dinas kebersihan

Melakukan kerjasama dengan dinas kebersihan untuk melakukan pengangkutan sampah rutin setiap minggu

Mahasiswa Dinas kebersihan

Rumah

Saat ada Psikomo warga mampu mengadakan dinas kebersihan, melakukan iuran secara rutin untuk biaya pengangkutan sampah. ulan RW

Mahasiswa Ketua RW

ketua RW perkump tor

kerjasama dengan Ketua RT

F. Evaluasi Beberapa evaluasi yang dapat dilakukan setelah diberikannya beberapa intervensi pada diagnosa utama adalah sebagai berikut :
a. Analisis efektifitas atau perubahan yang nampak setelah pemberian intervensi berupa penyuluhan/pendidikan kesehatan,

terhadap peningkatan perhatian warga pentingnya keberesihan lingkungan.


b. Analisis pemahaman warga mengenai penyakit diare, penyebab, penceghan, dan penanganannya setelah dilakukan intervensi

pendidikan kesehatan.
c. Analisis efektifitas atau perubahan yang nampak setelah pemberian intervensi berupa musyawarah bersama untuk mengadakan

manipulasi lingkungan guna mencegah terjadinya penyakit diare pada warga beresiko. BAB IV PEMBAHASAN

Diagnosa Strength Weakness Opportunity Threated Tindak lanjut Risiko kejadian 1. Setiap RT 1. Koordinasi 1. Adanya mahasiswa 1. Terbatasnya 1. Peningkatan kesadaran warga diare mempunyai antara ketua praktik dari lahan milik mengenai kebersihan lingkungan berhubungan sumber dana RW dan ketua institusi kesehatan desa untuk dapat ditingkatkan dengan denngan berupa PNPM RT kurang baik baik universitas pembangun diadakannya penyuluhan dari kurangnya 2. Jalan-jalan maupun stikes an fasilitas petugas kesehatan setempat. kesadaran menuju RW II setiap tahunnya di TPS 2. Perlu diadakannya modifikasi masyarakat sudah di aspal wilayah RW 02 lingkungan guna mencegah untuk menjaga dan lebar terjadinya penyakit akibat kebersihan memungkinkan kebersihan lingkungan seperti diare. lingkungan dilalui truk 3. Melakukan koordinasi dengan pengangkut berbagai lintas sector untuk sampah mewujudnya adanya kebersihan 3. Warga sudah lingkungan dan kebiasaan hygiene memiliki yang benar aktivitas arisan 4. Pemberdayaan masyarakat perlu dan pertemuan dilakukan untuk mengubah suatu rutin, sehingga kebiasaan dan mewujudkan memungkinkan lingkungan yang bersih agar dilaksanakannya tercipta lingkungan dan kebiasaan musyawarah yang sehat.

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Secara administratif desa Rempoah termasuk dalam wilayah Kecamatan Baturaden Kabupaten Banyumas. Desa Rempoah terdiri dari 3 Dusun, 6 RW dan terbagi dalam 40 RT. RW 02 merupakan salah satu bagian komunitas dari Desa Rempoah. Berdasarkan observasi yang dilakukan terdapat kebiasaan warga yang masih membuang sampah dilahan terbuka dan melakukan aktifitas toileting di jamban kolam. Masalah yang menjadi fokus intervensi asuhan keperawatan berkaitan dengan meningkatkan kesadaran dan modifikasi lingkungan. Selain itu pemberdayaan masyarakat dan diadakannya kerjasama dengan berbagai lintas sector diharapkan menyelesaikan masalah kebersihan lingkungan dan kebiasaan hygiene yang tidak baik.

LAMPIRAN

Papan informasi yang digunakan wvrga untuk menyalurkan informasi

Beberapa wvrga membuka usaha warung sebagai mata pencaharian mereka

Poskamling, salah satunya berlokasi di RW II

Kandang kambing warga, berlokasi di tengah pemukiman penduduk

Jamban yang digunakan warga untuk melakukan aktifitas toileting

Terdapat pabrik bulu mata sebagai sumber mata pencahatian warga

Mushola sebagai tempat peribadatan warga

Kondisi jalanan di RW 2 sebagian besar sudah di aspal dan di paving

Sebagian besar rumah di wilayah tersebut telah permanen, yang sebagian besar terbuat dari batu bata namun ada beberapa RT yang belum permanen, seperti di RT 06, 05, 07, .Luas bangunan dan tanah di RW 2 sekitar..????????? m2. Bangunan yang terdapat di wilayah tersebut antara lain bangunan rumah warga, masjid, masjid, pos kamling, posyandu, kandang ternak milik pribadi, pabrik bulu mata, GIBITA, taman bermain yang bersatu dengan panti anak, home industry kripik, home industry gula merah, sumur desa dan.. . Bangunan yang bersifat umum biasanya digunakan untuk kepentingan bersama. Denah wilayah RW 02 adalah sebagai berikut.

sawah
WC

kamar tidur

d e
Tempat jemur

j a l a n

tempat

p a n

sawah

penyimpanan

Mesin penggilingan padi

Ruang penimbangan

pekarangan

4.

PELAYANAN KESEHATAN DAN SOSIAL

Di wilayah RW 2 ini terdapat berbagai pelayanan kesehatan secara umum yang diperlukan oleh seluruh kalangan masyarakat. Pelayanan kesehatan yang ada di wilayah ini antara lain posyandu balita dan posyandu lansia dalam lingkup RW, sedangkan pelayanan kesehatan dalam lingkup desa terdapat puskesmas, polindes, posyandu, bidan desa. Polindes sering dimanfaatkan oleh warga ini untuk mendapatkan pemeliharaan dan pengobatan kesehatan. Kesadaran penduduk akan kesehatan sudah cukup baik. Kegiatan sosial yang terdapat di wilayah ini adalah kegiatan arisan rutin (baik arisan bapk-bapak ataupun ibu-ibu),pengajian, kegiatan PKK, pertemuan RT setiap bulan, karang taruna,bank sampah dilakukan setiap 2x seminggu, dan ada juga kegiatan kerja bakti.

JUMLAH PASANGAN USIA SUBUR BUKAN PESERTA KB

JUMLAH PASANGAN USIA SUBUR DI RW 1

5.

EKONOMI Warga di wilayah ini sebagian besar bekerja sebagai buruh tani,

peternak,buruh pabrik,karyawan swasta. Tingkat ekonomi masyarakat di wilayah ini adalah ekonomi menengah ke bawah. Berdasarkan data kependudukan tahun 2009 ,di dapatkan data warga masyarakat sekitar 8090% termasuk dalam kriteria keluarga miskin. Sedangkan untuk tahun 20102011 ini,warga masyarakat termasuk dalam criteria keluarga sejahtera II,

BANTUAN MODAL KREDIT

HASIL PENTAHAPAN KELUARGA SEJAHTERA

6.

KEAMANAN DAN TRANSPORTASI Keamanan di desa ini di dukung dengan adanya kegiatan jaga malam

(ronda), namun ada bebrapa RT ,yang tidak menjalankan kegiatan ronda.ada beberapa RT juga yang tidak terdapat poskamling,seperti di RT 4,6. Alat transportasi yang terdapat di wilayah ini kebanyakan alat transportasi umum dan pribadi. Alat transportasi umum yang ada yaitu angkutan desa, sedangkan transportasi pribadi yang dimiliki warga kebanyakan adalah sepeda motor, ada beberapa warga yang mempunyai mobil dan hamper sebagian besar warga memiliki sepeda.

7.

POLITIK DAN PEMERINTAHAN

Beberapa warga di RW 2 ada yang menjadi pengurus partai politik,namun sebagian besar warga tersebut tidak fanatic dengan partai politik tertentu .. Biasanya saat ada pemilihan Kades maka sangat terlihat suasana politiknya. Seorang calon Kades akan menjanjikan sesuatu dengan imbalan untuk memilihnya. Tapi pada kenyataan tidak diwujudkan janjinya. Program dari pemerintah yang sudah masuk desa ada beberapa antara lain: 6) Jamkesmas 7) PNPM ( pembuatan jalan,WC umum,sumur warga, 8) Swadaya ( bank sampah, 9) 10) SKTM (Surat Keterangan Tidak Mampu) Program ini berasal dari Pemda Banyumas. Prosedurnya adalah ada pendataan terhadap masyarakat, ketika ditemukan masyarakat yang tidak mampu tetapi tidak menadapat jamkesmas maka akan mendapatkan SKTM sebesar Rp. 1250000/jiwa yang sakit dan membutuhkan bantuan. 11) Raskin Ada pembagian Raskin (beras miskin) di RT 3 RW 1, prosedurnya adalah saat ada bantuan dari pemerintah untuk X orang maka atas kebijakan ketua RT setempat beras tersebut dibagi rata pada lebih banyak penduduk tidak sesuai dengan daftar X orang dari pemerintah sehingga beras yang diterima lebih sedikit. 8. KOMUNIKASI

Sistem komunikasi yang digunakan oleh warga di wilayah adalah terbuka dan demokratis diwujudkan dalam musyawarah bersama. Bahasa sehari-hari yang digunakan antar warga adalah bahasa Jawa tapi kadang-kadang juga bahasa Indonesia. Hubungan antar warga terjalin baik.namun hubungan antara ketua

RW dengan RT dan kadus kurang terjalin dengan baik.di tunjukan dengan a. Cara masyarakat menerima info 1) Dari mulut ke mulut Biasanya jika ada berita tentang bantuan akan sangat cepat sampai sehingga antusias dari warga untuk berbagai macam bantuan dari pemerintah sangat tinggi. 2) Pengeras suara Biasanya jika ada berita duka cita maka akan di informasikan lewat pengeras suara. 3) 4) 5) 6) 7) balita). Papan informasi Televise dan radio Surat Perkumpulan warga (arisan, pengajian, posyandu lansia dan

9.

PeNDIDIKAN SLTA 570 jiwa,

Warga rempoah sebagian besar lebih dari 50% tammat SD dengan jumlah 3391 jiwa, di tingkat ke 2 tamat SLT sebesar 747 jiwa, tamat sedangkan perguruan tinnggi 578 .
JUMLAH KEPALA KELUARGA MENURUT STATUS PENDIDIKAN

10.

REKREASI

Warga rata-rata mempunyai televisi dan kalaupun tidak biasanya minimal warga memiliki radio untuk sarana rekreasi. Tapi berdasarkan wawancara pada ketua RW dan masing-masing RT. Ada beberapa RT yang sengaja memilih rekreasi ke obyek wisata diantaranya, bali, curug belot, wali songo, .., biasanya ada beberapa KK yang sengaja memilih rekreaksi ke tempat wisata seperti Baturaden tapi hanya pada waktu tertentu misalnya saat libur panjang dan libur hari besar.

11.

ANALISIS KOMUNITAS

a. Menetapkan kebutuhan komuniti

Kebutuhan para pekerja antara lain upah kerja, makan, dan kesehatan keselamatan kerja dapat terpenuhi dengan baik sehingga hubungan antar pekerja dengan pengelola usaha juga baik. b. Menetapkan kekuatan (power) Para pekerja bekerja dengan baik, semangat dan selalu mendukung satu sama lain. Keadaan ini selalu terjaga, namun keadaan ini menjadi berubah ketika salah satu dari pekerja mengalami sakit. c. Mengidentifikasi pola respon kesehatan Pengetahuan para pekerja tentang kesehatan cukup baik, selain itu mereka juga didukung dengan fasilitas kesehatan. Namun, mereka selalu mengabaikan proteksi diri dan tidak mempedulikan dampak yang mungkin muncul pada diri sendiri. d. Mengidentifikasi kecenderungan penggunaan pelayanan kesehatan Para pekerja mempunyai pengetahuan tentang kesehatan yang cukup, namun karena mereka tidak begitu mempedulikan kesehatannya maka mereka jarang menggunakan pelayanan kesehatan. Mereka menggunakan layanan kesehatan kalau sudah sakit atau keadaan sudah parah.

Analisis data No 1. DO : pada DS : Pengelola pegawainya 2. mengatakan tidak Risiko Aktivitas mengangkat tubuh dan cara beban berat tidak terlihat pada belakang cidera tulang Analisis data Etiologi Problem Tingginya kadar Risiko gangguan akibat faal paru proses penggilingan padi

Batuk, bersih pada pekerja, debu saat penggilingan padi.

menggunakan masker saat bekerja dengan alasan repot dan tidak nyaman DO : Posisi berjalan

nyaman, pekerja terkadang memegang pinggang dan ekspresi sakit 3. DS : Para pekerja mengeluh sakit Tingginya tingkat Risiko gangguan pinggang sehingga sering kebisingan akibat pada tidak masuk kerja DO : Terjadi kelelahan DS : Pekerja kepala mengeluh sakit komunikasi antar pekerja, mesin penggilingan gangguan padi pekerja sistem pendengaran muka menahan

1. DIAGNOSA KEPERAWATAN a. Risiko gangguan faal paru di perusahaan untung berhubungan dengan tingginya kadar debu akibat penggilingan biji padi di manifestasikan oleh batuk, bersin, dan sesak nafas pada pekerja. b. Risiko cidera pada tulang belakang di perusahaan Untung berhubungan dengan aktifitas mengangkat beban berat di manifestasikan oleh sakit pinggang oleh yang dialami pekerja. c. Risiko gangguan pada sistem pendengaran pekerja di perusahaan Untung berhubungan dengan tingginya tingkat kebisingan akibat mesin penggilingan padi 2. PRIORITAS MASALAH Prioritas masalah pada kasus ini adalah risiko gangguan faal paru. Mengingat masih rendahnya perhatian dan kesadaran masyarakat, khususnya para pekerja di pabrik bapak Untung, untuk menggunakan masker pada saat melakukan proses penggilingan padi. Debu yang berterbangan setiap kali melakukan proses penggilingan padi membuat pekerja mengalami sesak napas, bersin dan batuk, baik pada saat proses penggilingan sedang dilakukan maupun saat para pekerja sedang istirahat. Sudah ada sekitar 12 orang yang mengalami keluhan batuk, bersin dan sesak napas. Jika hal ini terus dibiarkan, maka prognosis akan berkembang ke arah yang negatif, yaitu berupa kerusakan sistemik pada saluran pernapasan. Masalah ini harus segera ditangani mengingat besarnya dampak negatif yang akan terjadi dan mengantisipasi bertambahnya keluhan mengenai saluran pernapasan.

3. STRATEGI INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI

Dx

Sasaran

Tujuan

Strategi

Rencana Kegiatan
c. Penyuluhan kepada pekerja tentang pentingnya menggunakan alat pelindung diri. d. Memotivsi pekerja untuk senantiasa menggunakan APD. e. Memasang poster tentang akibat yang ditimbulkan dari tidak menggunakan APD.

Sumber
Mahasiswa Puskesmas Kumpulan materi penyuluhan

Tempat

Dx. I Setelah tindakan keperawatan selama 6 bulan diharapkan pekerja perusahaan untung terhindar dari penyakit yang disebabkan oleh lingkungan yang buruk dengan indikator, batuk menurun, sesak nafas menurun dan angka kesakitan menurun.

Setelah dilakukan Penyuluhan tindakan pekerja keperawatan selama 3 minggu : Pengetahuan pekerja tentang kebersihan lingkungan meningkat.

Perusahaa n untung

Pengetahuan pekerja mengenai kesehatan kerja meningkat

Pelatihan dan penyegaran

Mengadakan pelatihan Mahasiswa dan Puskesmas Kumpulan materi pelatihan

Perusahaa n untung

Masyarakat Penyebaran termotivasi ikut informasi. menggunakan masker bila berada di sekitar perusahaan untung

Bersama masyarakat Mahasiswa melakukan UNSOED memasang poster kebersihan

Desa Karangang kal

4.

EVALUASI Beberapa evaluasi yang dapat dilakukan setelah diberikannya

beberapa intervensi pada diagnosa utama adalah sebagai berikut : d. Analisis efektifitas atau perubahan yang nampak setelah pemberian intervensi berupa penyuluhan/pendidikan kesehatan, terhadap pengurangan gejala yang bersin, batuk dan sesak napas yang dialami klien sebelum diberikan intervensi. e. Analisis pemahaman klien mengenai pentingnya alat pelindung diri, dalam hal ini penggunaan masker, utamanya pada pekerja saat melakukan proses penggilingan padi. f. Analisis kesadaran klien tentang pentingnya pemeriksaan dini ke fasilitas kesehatan yang terdekat ketika mengalami gangguan kesehatan, terutama mengenai gangguan faal paru.

Вам также может понравиться