Вы находитесь на странице: 1из 2

Koagulasi dan Flokulasi dengan Jar Test Air yang akan diolah biasanya mengandung partikel-partikel koloid seperti

tanah liat, lumpur, dan partikel lainnya. Partikel koloid ini didefinisikan sebagai suatu bentuk campuran yang keadaannya terletak antara larutan (dispersi molekular) dan suspensi (dispersi kasar). Pada saat proses sedimentasi (pengolahan fisik), partikel koloid ini tidak mengalami pengendapan karena bersifat homogen yaitu partikel terdispersinya tidak terpengaruh oleh gaya grafitasi. Oleh karena itu, untuk menjadikan air ini layak diminum, harus dilakukan beberapa langkah agar partikel koloid tersebut dapat dipisahkan. Pemisahan padatan dan larutan dari partikel koloid pada pengolahan air dilakukan dengan proses koagulasi dan proses flokulasi. Pada dasarnya, maksud dari proses ini adalah mengubah sifat bahan yang diolah, dari yang tidak dapat diendapkan menjadi mudah diendapkan. Proses koagulasi dan flokulasi merupakan kesatuan proses pengolahan kimiawi yang tidak terpisahkan yang tujuannya adalah untuk membentuk flok dengan cepat sehingga pada akhirnya akan terbentuk endapan. Pada proses koagulasi, koagulan dan air yang akan diolah dicampurkan ke suatu wadah kemudian dilakukan pengadukan secara cepat agar koagulan tercampur merata ke seluruh air dan terbentuk gumpalan (inti flok). Pada proses ini, sifat koloid yang pada umumnya stabil akan menjadi tidak stabil (destabilisasi koloid) dengan penambahan bahan kimia (koagulan) dan pengadukan cepat. Dengan terjadinya koagulasi berarti zat terdispersi tidak lagi membentuk koloid dan koagulan akan membentuk inti flok yang berasal dari partikel koloid di dalam contoh air. Proses pengendapan bahan tersuspensi yang tidak mudah larut ini menggunakan koagulan yang mempunyai muatan yang berlawanan dengan muatan partikel koloidnya agar terjadi netralisasi dari partikel koloid tersebut. Pemilihan zat koagulan tersebut bergantung pada padatan tersuspensi yang akan dihilangkan, kondisi air itu sendiri, desain, dan biaya dari bahan kimia yang diperlukan untuk memproduksi hasil yang diinginkan. Pemilihan akhir dari koagulan adalah berdasarkan jas test yaitu percobaan skala laboratorium untuk menentukan operasi optimum pada sistem pengolahan air bersih maupun air limbah. Metode jar test mensimulasikan proses koagulasi dan flokulasi untuk menghilangkan padatan tersuspensi dan zat-zat organik penyebab masalah kekeruhan, bau, rasa, dan warna. Metode ini dilakukan untuk menentukan nilai pH, jenis dan dosis koagulan dan kecepatan pengadukan untuk memprediksi dosis optimum dari bahan kimia yang dibubuhkan ke dalam air baku.

Gambar. Jar Test

Untuk menentukan koagulan yang akan digunakan, perlu dilakukan pemeriksaan terhadap karakteristik air baku yang akan diolah, yaitu: 1. Suhu. Suhu berpengaruh terhadap daya koagulasi 2. pH. Nilai pH baik tinggi maupun rendah mempengaruhi hasil koagulasi, oleh karena itu diperlukan pH optimum yang rentang nilainya berbeda-beda tergantung jenis koagulan yang digunakan. 3. Alkalinitas. Nilai alkalinitas yang rendah akan membatasi reaksi koagulan dan menghasilkan koagulasi yang kurang baik. Oleh karena itu, biasanya dilakukan penambahan akalinitas dengan penambahan bahan kimia yang bersifat alkali. 4. Kekeruhan. Apabila nilai kekeruhan semakin rendah, maka akan semakin sulit untuk membentuk flok. Dan juga apabila semakin sedikit partikel, akan semakin jarang terjadi tumbukan antar inti flok sehingga flok yang terakumulasi semakin sedikit. Jenis koagulan yang banyak digunakan dalam pengolahan air bersih dan air limbah antara lain: a. Aluminium Sulphat Rentang pH optimum untuk aluminium sulphat adalah 4,5 8. b. Ferrous Sulphat Penggunaan ferous sulphat dan kapur sebagai koagulan lebih mahal jika dibandingkan dengan penggunaan alumunium sulphat. pH optimum untuk ferrous sulphat > 8,5. c. Ferric Sulphat Rentang pH optimum untuk ferric sulphat sekitar 4-12. d. Ferric Clorida Rentang pH optimum untuk ferric clorida sama dengan ferric sulphat yaitu sekitar 4-12. Selanjutnya, proses flokulasi merupakan proses penggumpalan yang dilakukan dengan pengadukan lambat (flokulasi) agar inti flok saling bertumbukan dan melakukan proses tarik-menarik sehingga membentuk flok yang lebih besar. Proses ini dilakukan untuk mempercepat proses penggabungan flok-flok dari proses koagulasi. Penggumpulan flok yang lebih besar akan memudahkan proses sedimentasi dan filtrasi. Kecepatan pengadukan merupakan faktor penting dalam proses ini. Jika nilai kecepatan terlalu besar maka gaya geser yang timbul akan mencegah pembentukan flok, dan sebaliknya, apabila nilai kecepatan terlalu rendah maka proses penggabungan atar partikel tidak akan terjadi dan flok-flok besar akan sulit dihasilkan.

Вам также может понравиться