Вы находитесь на странице: 1из 25

Dosen pengampu : Fitriyono Ayustaningwarno S.TP, M.

Si

Disusun oleh : Alnur Aulia 22030111130054

Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran UNIVERSITAS DIPONEGORO Semarang 2011/2012

1|Rumput Laut

Rumput Laut Rumput laut atau sea weeds secara ilmiah dikenal dengan istilah alga atau ganggang. Rumput laut termasuk salah satu anggota alga yang berklorofil.Rumput laut tidak termasuk golongan rumput-rumputan (graminae). Dari ukurannya, rumput laut terdiri dari jenis mikroskopik dan makroskopik. Jenis mikroskopik inilah yang sering kita sebut dengan rumput laut.[1] Taksonomi Dalam taksonomi, ganggang atau alga termasuk ke dalam filum Thallophyta yang terbagi menjadi tujuh devisi, yaitu Euglenophyta, Chlorophyta, Chrysophyta, Phaeophyta, Rhodophyta, Pyrrophyta, dan Cyanophyta. Ciri dari filum ini adalah tidak mempunyai akar, batang, dan daun sejati. Alat reproduksi terdiri dari satu sel. Zigot hasil pembuahan sel betina oleh sel jantan hanya akan tumbuh setelah keluar dari alat kelamin betina.[1] Morfologi Seluruh bagian tanaman yang dapat menyerupai akar, batang, daun, atau buah, semuanya disebut talus. Bentuk talus sendiri beraneka ragam, ada yang bulat seperti tabung, pipih, gepeng, bulat seperti kantung, ada pula yang eperti rambut. Susunan talus terdiri dari satu sel dan banyak sel.[1] Percabangan talus ada yang dichotomous (dua-dua terus menerus), pinnate (dua-dua berlawanan sepanjang talus utama), pectinate (berderet searah pada satu sisi talus utama), ferticillate (berpusat melingkari aksis atau batang utama), dan yang sederhana tanpa percabangan.[1] Sifat substansi talus juga bervariasi. Ada yang gelatinous (lunak seperti gelatin), calcareous (keras diliputi atau mengandung zat kapur), cartilagenous (seperti tulang rawan), dan spongious (berserabut). Semua sifat talus itu membantu dalam pengenalan jenis atau pengklasifikasian spesies.[1] Reproduksi Perkembang biakan rumput laut pada dasarnya ada dua macam, yaitu secara kawin dan tidak kawin. Pada perkembang biakan secara kawin, gametofit jantan melalui pori spermatangian akan menghasilkan sel jantan yang disebut spermatia. Spermatia akan membuahi sel betina pada cabang carpogonia dari gametofit betina. Hasil pembuahan ini adalah carpospora, yang

2|Rumput Laut

setelah proses germinasi akan tumbuh menjadi tanaman yang tidak beralat kelamin atau sporofit.[1] Perkembang biakan secara tidak kawin terdiri dari penyebaran tetraspora, vegetatif, dan konjugatif. Tetraspora adalah spora yang dihasilkan oleh sporofit dewasa, yang akan tumbuh menjadi tanaman beralat kelamin, yaitu gametofit jantan dan gametofit betina sesudah terjadinya proses germinasi. Perkembang biakan secara vegetatif adalah dengan cara setek. Potongan seluruh bagian talus akan membentuk cabang baru dan tumbuh berkembang. Sedangkan konjugasi adalah proses peleburan dinding sel dan pencampuran protoplasma antara dua thally.[1] Penyebaran Rumput laut merupakan salah satu sumber daya hayati yang terdapat di wilayah pesisir dan laut.[2] Rumput laut tumbuh hampir di seluruh bagian hidrosfir sampai batas kedalaman 200 meter. Di kedalaman ini, tanaman air masih memungkinkan untuk hidup. Jenis rumput laut ada yang hidup di perairan tropis, subtropis, dingin, dan ada beberapa yang hidup kosmopolit. [1] Karena tidak mempunyai akar sebenarnya, rumput laut menempel pada substratnya (fitobentes) dan seluruh bagian talus mengambil makanan dari air yang ada disektarnya dengan cara osmosis. Substrat dapat berupa lumpur, pasir, karang, framen karang mati, kulit kerang, batu, atau kayu.[1] Sumber daya ini biasanya dapat ditemui di perairan yang berasosiasi dengan keberadaan ekosistem terumbu karang. Gulma laut alam biasanya dapat hidup di atas substrat pasir dan karang mati. Di beberapa daerah pantai di bagian selatan Jawa dan pantai barat Sumatera, gulma laut banyak ditemui hidup di atas karang-karang terjal yang melindungi pantai dari deburan ombak. Di pantai selatan Jawa Barat dan Banten misalnya, gulma laut dapat ditemui di sekitar pantai Santolo dan Sayang Heulang di Kabupaten Garut atau di daerah Ujung Kulon Kabupaten Pandeglang. Sementara di daerah pantai barat Sumatera, gulma laut dapat ditemui di pesisir barat Provinsi Lampung sampai pesisir Sumatera Utara dan Nanggroe Aceh Darussalam.[2] Selain hidup bebas di alam, beberapa jenis gulma laut juga banyak dibudidayakan oleh sebagian masyarakat pesisir Indonesia. Contoh jenis gulma laut yang banyak dibudidayakan di antaranya adalah Euchema cottonii dan Gracilaria sp. Beberapa daerah dan pulau di Indonesia yang masyarakat pesisirnya banyak melakukan usaha budidaya gulma laut ini di antaranya berada di wilayah pesisir Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, Provinsi Kepulauan Riau, Pulau Lombok, Sulawesi, Maluku dan Papua.[2]

3|Rumput Laut

Jenis Rumput Laut Berdasarkan pigmen (zat warna) yang dikandungnya, alga atau ganggang dikelompokan menjadi empat kelas, yaitu Rhodophyceae (ganggang merah), Phaeophyceae (ganggang cokelat), Chlorophyceae (ganggang hijau), dan Cyanophyceae (ganggang biru).[1] Rumput laut termasuk dalam jenis ganggang cokelat dan ganggang merah. Alga cokelat hidup di perairan yang ddingin, sedangkan alga merah hidup di daerah tropis. Alga hijau dan alga biru banyak berkembang di perairan tawar.[1] Alga mempunyai bentuk yang beragam seperti benang atau tumbuhan tinggi. Ciri utamanya adalah tidak mempunyai akar, batang, daun, dan dinding selnya dilapisi lendir. Pertumbuhan rumput laut sangat bergantung pada sinar matahari untuk melakukan proses fotosintesis. Pembudidayaan rumput laut dilakukan di tempat yang kondisi arusnya relatif tenang sehingga produktivitasnya dapat ditingkatkan.[1] Kandungan Rumput Laut Rumput laut dan tumbuhan laut merupakan jenis makanan yang banyak mengandung mineral penting, antara lain kalsium, besi, potasium (kalium), tembaga, seng, silikon dan yodium.[3] Rumput laut yang banyak dimanfaatkan adalah dari jenis ganggang merah (Rhodophyceae) karena mengandung agar agar, keraginan, porpiran, furcelaran maupun pigmen fikobilin (terdiri dari fikoeretrin dan fikosianin) yang merupakan cadangan makanan yang mengandung banyak karbohidrat. Tetapi ada juga yang memanfaatkan jenis ganggang coklat (Phaeophyceae). Ganggang coklat ini banyak mengandung pigmen klorofil a dan c, beta karoten, violasantin dan fukosantin, pirenoid, dan lembaran fotosintesa (filakoid). Selain itu ganggang coklat juga mengandung cadangan makanan berupa laminarin, selulose, dan algin. Selain bahan - bahan tadi, ganggang merah dan coklat banyak mengandung jodium.[4] Yodium diperlukan agar kelenjar tiroid dapat berfungsi dengan baik. Tanpa yodium, metabolisme tubuh akan melambat dan tubuh akan menjadi rentan terhadap penyakit gondok. Bagi janin, bayi, dan anak kecil, kekurangan yodium dapat menyebabkan ketidak sempurnaan dalam perkembangan otak. [3] Tumbuhan laut juga mengandung sejumlah mineral penting berkadar tinggi. Zat besi dapat membantu pembentukan sel darah merah. Kalium dapat membantu menjaga kestabilan tekanan darah serta membantu kinerja sistem ginjal dan syaraf. Seng merupakan mineral antioksidan penting yang sangat berguna bagi pertumbuhan dan kesehatan sel serta bermanfaat bagi hati dan sistem kekebalan tubuh. Magnesium penting bagi sitem syaraf dan otot. Satu-

4|Rumput Laut

satunya mineral merugikan dalam rumput laut adalah sodium, yang dapat dihilangkan dengan cara dibilas di bawah air mengalir selama satu atau dua menit.[3] Ganggang laut merupakan sumber protein yang berharga, terutamauntuk vegetarian yang tidak makan ikan. Ganggang laut adalah bahan pendetoksifikassi yang efektif, khususnya untuk membuang logam-logam berat yang berbahaya di dalam tubuh. Ganggang laut juga membantu fungsi jantung dan sistem syaraf. Selain itu, semakin banyak bukti yang menunjukan bahwa mengonsumsi ganggang laut alam pola makan dapat mengurangi resiko berkembangnya kanker.[3] Manfaat Rumput laut yang enak dijadikan agar-agar ataupun manisan memiliki manfaat yang dahsyat. Rasanya kenyal enak, kaya serat alami dan bisa meredam kenaikan tekanan darah.[5] Jangan anggap remeh tumbuhan laut ini. Meskipun penampilannya sederhana tetapi kalau sudah diolah rasanya sangat enak! Rumput laut banyak sekali dibudidayakan karena kandungan serat alaminya yang cukup tinggi. [5] Menurut penelitian terakhir, seorang anak yang makan rumput laut setiap hari secara teratur memiliki resiko lebih rendah terkena tekanan darah tinggi saat dewasa. Selain itu serat alami rumput laut sangat baik untuk pencernaan. [5] Menurut seorang ilmuan Jepang dari Gifu University dan Aichi Bunkyo Women's Collage menyatakan rumput laut memberikan sumber gizi. Seperti, mineral, dan alginat atau semacam serat pangan yang bermanfaat dahsyat buat memelihara kesehatan tubuh.[5] Rumput laut yang selama ini digunakan sebagai campuran bahan makanan ternyata memiliki kalori yang sangat rendah. Karenanya baik untuk penurunan berat badan karena bisa mencegah penyerapan lemak pada tubuh.[5] Penemuan ini dilakukan dengan cara mengukur tekanan darah pada 459 anak-anak pra sekolah di Aichi, Jepang. Mereka kemudian diberi asupan rumput laut nori. Hasil penelitian menunjukkan, mereka yang makan rumput laut secara signifikan mengalami penurunan tekanan darah sistolik pada anak perempuan sekitar 3,5mmHg dan penurunan diastolik pada anak laki-laki 5,5mmHg.[5] Penurunan tekanan darah sistolik pada wanita sangat berkaitan dengan kinerja jantung. Sedangkan untuk penurunan diastolik pada laki-laki sangat berperan penting untuk memompa aliran darah pada jantung.[5]

5|Rumput Laut

Dari hasil riset tersebut didapati, makan rumput laut secara rutin sangat baik untuk memelihara keseimbangan tekanan darah untuk anak-anak dan memelihara kesehatannya hingga mereka dewasa.[5] Para peneliti juga mencatat bahwa penemuan ini masih memerlukan studi lanjutan. Namun, mereka yakin bahwa kandungan mineral, alginat dan kaloriyang rendah pada rumput laut beperan penting memelihara kesimbangan tekanan darah, memelihara kesehatan jantung dan mencegah terkena stroke. [5] Banyak penelitian yang membuktikan bahwa rumput laut adalah bahan pangan berkhasiat, berikut beberapa diantaranya: 1. Anti kanker, Penelitian Harvard School of Public Health di Amerika mengungkap, wanita premenopause di Jepang berpeluang tiga kali lebih kecil terkena kanker payudara dibandingkan wanita Amerika. Hal ini disebabkan pola makan wanita Jepang yang selalu menambahkan rumput laut di dalam menu mereka.[6] 2. Antioksidan, klorofil pada gangang laut hijau dapat berfungsi sebagai antioksidan. Zat ini membantu membersihkan tubuh dari reaksi radikal bebas yang sangat berbahaya bagi tubuh.[6] 3. Mencegah Kardiovaskular, Para Ilmuwan Jepang mengungkap, ekstrak rumput laut dapat menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi. Bagi pengidap stroke, mengkonsumsi rumput laut juga sangat dianjurkan karena dapat menyerap kelebihan garam pada tubuh.[6] 4. Makanan Diet Kandungan serat (dietary fiber), pada rumput laut sangat tinggi. Serat ini bersifat mengenyangkan dan memperlancar proses metabolisme tubuh sehingga sangat baik dikonsumsi penderita obesitas. Karbohidratnya juga sukar dicerna sehingga Anda akan merasa kenyang lebih lama tanpa takut kegemukan.[6] 5. Secara tradisional, rumput laut dipercaya dapat mengobati batuk, asma, bronkhitis, TBC, cacingan, sakit perut, demam, influenza, dan artritis.[6] Kegunaan rumput laut dan hasil olahannya Rumput laut telah lama digunakan sebagai makanan maupun obatobatan di negeri Jepang, Cina, Eropa maupun Amerika. Diantaranya sebagai nori, kombu, puding atau dalam bentuk hidangan lainnya seperti sop, saus dan dalam bentuk mentah sebagai sayuran.[7] Di Indonesia, rumput laut telah dimanfaatkan sebagai sayuran, sejak ratusan tahun yang lalu. [1] Adapun pemanfaatan rumput laut sebagai makanan karena mempunyai gizi yang cukup tinggi yang sebagian besar terletak pada karbohidrat di samping lemak dan protein yang terdapat di dalamnya.[1] Karbohidrat dari rumput laut sukar diuraikan oleh enzim pencernaan. Karena itu, sebagian besar rumput laut tidak dimanfaatkan sebagai makanan, tetapi sebagai bahan tambahan dalam industri makanan, obat-obatan, dan kosmetika.[1]

6|Rumput Laut

Di samping digunakan sebagai makanan, rumput laut juga dapat digunakan sebagai penghasil alginat, agar-agar, carrageenan, fulceran, pupuk, makanan ternak dan Yodium. Beberapa hasil olahan rumput laut yang bernilai ekonomis yaitu :[7] 1. Alginat, digunakan pada industri : Farmasi : sebagai emulsifier, stabilizer, suspended agent dalam pembuatan tablet, kapsul, plester, dan filter; kosmetik : sebagai pengemulsi dalam pembuatan cream, lotion, sampo dan cat rambut. makanan : sebagai stabilizer, additive atau bahan tambahan dalam industri tekstil, kertas, keramik, fotografi dan lain-lain ; 2. Agar-agar, banyak digunakan pada industri/bidang : makanan : sebagai stabilizer, emulsifier, thickener farmasi : obat pencahar atau peluntur, pembungkus kapsul obat antibiotik dan vitamin, serta campuran bahan pencetak contoh gigi. mikrobiological : sebagai cultur media kosmetik : sebagai pengemulsi dalam pembuatan lotion, cream dan salep. lainnya digunakan sebagai additive dalam industri kertas, tekstil. 3. Keraginan Karaginan, biasanya diproduksi dalam bentuk garam Na, K, Ca yang dibedakan dua macam yaitu Kappa karaginan dan lota karaginan berasal dari Eucheuma cottonii dan Eucheuma striatum. Iota kagarinan berasal dari Eucheuma spinosum. Kedua jenis karaginan tersebut dapat berfungsi sebagai stabilizer, thickener, emulsifer, gelling agent, pengental.[7] Pemakaian karaginan diperkirakan 80% digunakan di bidang industri makanan, farmasi dan kosmetik. Pada industri makanan sebagai stabilizer, thickener, gelling agent, additive atau komponen tambahan dalam pembuatan coklat, milk, pudding, instant milk, makanan kaleng dan bakery.[7] Untuk industri non food antara lain pada industri : farmasi : sebagai suspensi, emulsi, stabilizer dalam pembuatan pasta gigi, obat-obatan, mineral oil. Industri-industri lain : misalnya pada industri keramik, cat dan lainlain. Pemanfaatan rumput laut Sejak berabad-abad lalu, rumput laut atau alga (sea weed) telah dimanfaatkan penduduk pantai di indonesia untuk bahan pangan dan obatobatan. Sebagai bahan pangan, rumput laut umumnya dibuat lalapan (dimakan mentah), urap (dengan bumbu kelapa parut), acar atau asinan (dengan bumbu

7|Rumput Laut

cuka), sayur (dengan atau tanpa santan), dan tumis (dimassak dengan minya goreng dan bumbu), serta dibuat agar-agar dan puding. Selain itu, masyarakat pesisir biasa menggunakannya sebagai obat luar (antiseptik dan pemeliharaan kulit). Cara yang umum dilakukan adalah merebus rumput laut dan air rebusan inilah yang dipakai. Atau dengan menggerus rumput laut sampat menjadi bubuk,kemudian dipakai sebagai obat.[8] Saat ini, pemanfaatan rumput laut telah mengalami kemajuan yang sangat pesat. Selain digunakan untuk pengobatan langsung, olahan rumput laut kini juga dapat dijadikan agar-agar, algin, keraginan (carrageenan), dan fulselaran (fulcellaran) yang merupakan bahan baku penting dalam industri makanan, farmasi, kosmetik, dan laain-lain.[8] Pada industri makanan, olahan rumput laut digunakan untuk pembuatan roti, sup, es krim, serbat, keju, puding, selai, dan lain-lain. Pada industri farmasi, olahan rumput laut digunakan sebagai obat peluntur, pembungkus kapsul obat biotik, vitamin, dan lain-lain. Pada industri kosmetik, olahan rumput laut digunakan dalam produksi salep, krim, lotion, lipstik, dan sabun.[8] Rumput laut kaya yodium yang dapat membantu memaksimalkan fungsi tiroid. Mereka yang mengalami hypothyroidism atau gangguan pada fungsi tiroid biasanya akan mengalami gangguan (kurang bergairah). Jika ini yang terjadi, rumput laut bisa menjadi solusi, walaupun membutuhkan waktu sebulan atau lebih untuk menuai hasilnya.[1] Rumput laut berpotensi untuk mencegah terjadinya kanker. Jepang merupakan salah satu negara dengan tingkat pertumbuhan kanker payudara rendah. Keadaan ini terkait dengan pola makannya yang terbiasa mengikut sertakan rumput laut dalam daftar menunya. Penelitian yang dilakukan Harvard School of Public Health menemukan tikus yang diberi makan kelp (jenis rumput laut) memiliki resiko kenker payudara lebih rendah dibandingkan dengan tikus yang tidak diberi makan kelp. Karena itu, mengonsumsi rumput laut seperti kelp atau alga hijau (spirulina dan chlorella) sebanyak 3 gram setiap hari sangat bagus untuk mencegah kanker payudara.[1] Dalam industri obat, rumput laut berpotensi sebagai anti hipotensi, anti sedatif, anti kolinergik, anti tumor, anti lifemik, anti-bloodcholesterol, anti hiperefeksia, anti imflamatori, anti-confulsant, anti-inotropik, antitoksik, anti bakteri, anti jamur, anti piretik, dan anti oksidasi.[1] Laminaria japonica, Sargasum fusi forme, Ulva sp., dan Pophyra sp. Digunakan untuk mencegah penyakit beri-beri, cacingan, gondongan, batuk, bronkhitis, asma, dan gangguan kelenjar; sebagai antipiretik, dan bahan pembuat lotion penyegar.[1]

8|Rumput Laut

Pemanfaatan agar-agar Agar-agar merupakan produk kering tak berbentuk (amorfous) yang memiliki sifat seperti gelatin. Molekul agar-agar terdiri dari rantai linear galaktan (polimer dari galaktosa). Ada tiga bentuk agar-agar yang dijual di pasaran, yaitu bentuk batang, bubuk, dan kertas. Namun, yang paling sering dijumpai adalah bentuk bubuk.[1] Agar-agar biasa dijadikan sebagai hidangan pencuci mulut yang lezat dan menarik. Seperti untuk membuat puding, bahan campuran berbagai kue, atau dimasak bersama beras untuk menghasilkan nasi yang lebih pulen. [8] Sifat yang menonjol dari agar-agar adalah memiliki daya gelasi (kemampuan membentuk gel), viskositas (kekentalan), setting point (suhu pembentukan gel), dan melting point (suhu mencairnya gel) yang menguntungkan dunia industri pangan maupun non pangan.[1] Fungsi utama agar-agar adalah sebagai bahan pemantap, penstabil, pengemulsi, pengental, pengisi, penjernih dan pembuat gel. Agar-agar digunakan dalam industri makanan untuk meningkatkan viskositas.[1] Di Eropa dan Amerika, agar-agar digunakan sebagai bahan pengental dalam industri es krim, jeli, permen, dan pastry. Agar-agar juga digunakan untuk pembuatan serbat, es krim, dan keju untuk mengatur keseimbangan dan memberi kehalusan.[1] Di Jepang, agar-agar sering dimasak bersama nasi untuk menghasilkan nasi agar-agar yang lengket dan kaya akan serat (dietary fiber) sehingga leih menguntungkan bagi kesehatan.[1] Agar-agar juga digunakan sebagi penjernih pada berbagai industri minuman seperti bir, anggur, kopi, dan penstabil pada minuman cokelat. Selain digunakan dalam industri makanan, agar-agar juga digunakan dalam industri farmasi, yaitu sebagai bahan baku kapsul pembungkus obat dan vitamin, seta campuran obat pencahar dan pasta gigi. Di industri kosmetika, agar-agar digunakan sebagai bahan baku lipstik, sabun, salep, lotion, dan krim. [1] Agar-agar paling banyak digunakan sebagai hidrokoloid, terutama pada pangan, farmasi, dan kosmetika. Bidang mikrobiologi dan bioteknologi lebih banyak menggunakan agar-agar dengan tingkat kemurnian tinggi sebagai media tumbuh bakteri.[1] Di bidang kesehatan, agar-agar dapat digunakan untuk mencegah timbulnya beberapa jenis penyakit. Agar-agar mengandung berbagai unsur gizi dan sifatnya bisa menurunkan kadar kolesterol dan gula darah. Dengan demikian, agar-agar bisa mencegah terjadinya penyakit jantung, hipertensi, dan diabetes melitus.[1] Pada Perang Dunia II, agar-agar digunakan untuk membersihkan luka. Hal ini disebabkan dalam agar-agar terdapat komponen yang dapat

9|Rumput Laut

menghentikan penggumpalan darah sehingga luka mudah dibersihkan. Pada zaman dahulu, masyarakat Jepang dan Cina menggunakan agar-agar sebagai obat sakit perut.[8] Pemanfaatan karaginan Karaginan diberi nama berdasar presentase kandungan ester sulfatnya, yaitu kappa (25-30%), iota (28-35%), dan lambda (32-39%). Larut dalam air panas (70 C), air dingin, susu, dan larutan gula sehingga sering digunakan sebagai pengental atau penstabil dalam berbagai produk minuman dan makanan. Keraginan dapat dimanfaatkan dalam pembuatan berbagai produk sebagai pembentuk gel atau penstabil, pensuspensi, dan pembentuk tekstur emulsi. Beberapa produk yang menggunakan keraginan adalah jeli, jamu, saus, permen, sirup, puding, dodol, salad dressing, gel ikan, nugget, dan produk susu. Keraginan juga digunakan di industri kosmetika, tekstil, cat, obat, dan pakan ternak.[1] Keraginan biasa diproduksi dalam bentuk garam natrium, kalium, dan kalsium, yang dibedakan menjadi dua macam yaitu kappa karaginan dan iota karaginan. Kappa karaginan berasal dari Eucheuma cottonii dan Eucheuma stritiatum, sedangkan iota karaginan berasal dari Eucheuma spinosum. Kedua jenis karaginan ini berfungsi sebagai pengatur keseimbangan, bahan pengental, pembentk gel, dan pengemulsi. Sekitar 80% keraginan digunakan di bidang industri makanan, farmasi, dan kosmetik.[1] Budi Daya Rumput Laut Pertama, tetapkan dahulu jenis rumput laut yang akan dibudidayakan dan metode yang akan digunakan. Selanjutnya, memperhatikan beberapa faktor, yaitu area budi daya, ketesediaan material budi daya, dan bibit. [1] I. Persiapan a. Menentukan area budi daya Dengan memperhatikan syarat sebagai berikut : 1. Lokasi bebas dari pengaruh angin topan dan pencemaran[1] 2. Tidak mengalami fluktuasi salinitas yang besar[1] 3. Mengandung makanan untuk pertumbuhan rumput laut[1] 4. Mudah untuk menetapkan metode budi daya[1] 5. Mudah dijangkau oleh sumber tenaga kerja[1]

10 | R u m p u t L a u t

b. Memilih bibit tanaman Pemiliihan bibit dalam budi daya rumput laut sangat penting. Berikut beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam memilih bibit rumput laut.[1] 1. Bibit berupa setek harus berasal dari tanaman yang bersih dan segar. Dapat diambil dari tanaman yang tumbuh secara alami atau dari tanaman hasil budi daya. Selain itu, bibit harus masih baru dan muda.[1] 2. Bibit harus unggul dengan ciri memiliki banyak cabang.[1] 3. Bibit sebaiknya dikumpulkan dari perairan pantai di sekitar lokasi budi daya dalam jumlah yang sesuai dengan luas area budi daya. [1] 4. Sebelum ditanam, bibit dikumpulkan dikeranjang atau jaring yang bermata kecil.[1] 5. Pengangkutan bibit harus dilakukan dengan cermat dan hati-hati. Bibit harus tetap dalam keadaan basah atau terendam air. Bibit disusun dalamm kantong plastik secara berselang-seling dengan spons, kain, atau kapas yang dibasahi air laut. Susunan bibit tidak dipadatkan. Jika sudah penuh, bagian atas plastik diikat dan dibuat lubang udara dengan menusuk-nusukan jarum ke kantong plasstik. Selanjutnya kantong plastik dimasukan dalam kotak dan siap diangkat.[1] 6. Ketika disimpan, bibit harus terhindar dari bahan bakar minyak, kehujanan, dan kekeringan. Bibit yang disimpan dapat tahan sampai 48 jam.[1] c. Menentukan jumlah bibit yang diperlukan Pada metode lepas dasar, luas setiap petakan budi daya adalah satu are atau 100 m2, membutuhkan bibit sebanyak 40 kg. Untuk metode rakit yang berukuran 2,5 x 5 m2 memerlukan bibit sebanyak 30 kg. Sedangkan budi daya rumput laut yang dilakukan di tambak memerlukan bibit sebanyak 800-1000 kg per hektar.[1] d. Menentukan bahan budi daya Dari ketiga metode budi daya, bahan yang diperlukan adalah nilon monofilamen (no. 2000, diameter 1,5 mm), plastik pengikat bibit, kayu berdiameter 5-7,5 cm, dan bambu berdiameter 10 cm. Kayu yang dipakai harus lurus dan bisa dipakai selama satu tahun. Bambu yang dipilih sebaiknya tebal dan tua karena lebih tahan lama. Plastik pengikat bibit harus diganti setiap panen dan penanaman baru.[1]

11 | R u m p u t L a u t

e. Menentukan metode budi daya Berdasarkan posisi tanaman rumput laut, metode budi daya bisa dilakukan dengan tiga cara, yaitu metode di dasar (bottom methode), metode lepas dasar (off-bottom methode), dan metode terapung (floating methode). Setiap metode mempunyai keuntungan dan kerugian masingmasing. Metode dipilih berdasarkan keadaan perairan, tujuan budi daya, dan jenis rumput laut yang dibudidayakan.[1] Metode di dasar (Bottom Method) Bibit rumput laut dikaitkan pada batu-batu karang dan disusun berbaris di dasar perairan. Bibit rumput laut (100 gram) yang sudah diikat langsung disusun rapi hingga berjalur-jalur. Ukuran setiap jalur 120 cm dengan jarak antar jalur 60cm. Jarak antar tanaman minimum 20cm. Ini bertujuan untuk mempermudah prses pengawasan. Keuntungan metode ini adalah biaya yang murah dan tidak diperlukan banyak pemeliharaan. Kerugiannya adalah rumput laut mudah diserang bulu babi.[1] Metode Lepas Dasar (Off-Bottom Method) Mula-mula bibit diikat tali plasstik (rapia) masing-masing dengan jarak 20 cm dan direntangkan sepanjang 20-30 cm di atas dasar perairan dengan menggunakan kayu pancang. Beberapa bibit diikatkan langsung ke kayu yang berjarak 5 m. Setiap monoline jaraknya 50 cm.[1] Cara lain, diantara dua kayu pancang direntangkan nilon multifilamen (diameter 6-7 mm) dengan panjang 2 m. Jarak nilon multifilamen dalam barisan sekitar 2,5 m. Nilon monofilamen direntangkan dengan mengikatkannya ke nilon multifilamen dengan jarak 20 cm. Modifikasi lain bisa dibuat jaring dari nilon monofilamen dengan lebar mata 20 cm. Bibit tanaman diikatkan pada simpulsimpulnya. Jaring ini direntangkan menggunakan kayu pancang.[1] Metode ini memiliki keuntungan yaitu tanaman dapat terhindar dari bulu babi. Penanaman dapat dilakuakan di area yang dasar perairannya terdiri dari pasir sehingga mudah menancapkan pancang. Namun, metode ini sulit dilakukan di perairan yang dasarnya karang. Kelemahan tanaman ini adalah tanaman sering diserang ikan-ikan herbivora pada saat terjadi pasang dalam. Rumput laut yang ditanam dengan metode ini akan tumbuh baik jika arusnya juga baik.[1]

12 | R u m p u t L a u t

Metode Terapung (Floating Method) Metode terapung dilakukan dengan cara membuat rakit dari bambu dan kayu yang ukurannya 2-4 m. Metode ini memiliki dua modifikasi yaitu monoline dan net. Metode ini baik diterapkan di tempat yang pergerakan airnya berupa ombak atau lokasi yang dasar peraiannya berupa karang yang keras.[1] Agar rakit tidak hanyut, sebaiknya dipasang jangkar. Untuk efisiensi pemakaian area, beberapa rakit sebaiknya dijadikan satu. Semakin banyak jumlah rakit, semakin tinggi efisiensi area. Menyatukan rakit dalam jumlah banyak akan berpengaruh jelek terhadap pertumbuhan rumput laut. Jumlah rakit yang disatukan sebaiknya 10 rakit dengan ukuran 2 x 5 m2.[1]

Budi Daya Rumput Laut di Tambak Selain di laut, rumput laut juga bisa dibudidayakan di tambak. Budi daya rumput laut di tambak lebih menguntungkan karena tanaman terhindar dari pegaruh ombak, arus laut yang kuat, dan bintang predator. Selain itu, proses pemupukan dan pengontrolan kualitas air lebih mudah dilakukan.[1] Budi daya rumput laut di tambak dapat ditumpangsarikan dengan bandeng dan udang. Dengan catatan, budi daya bandeng dan udang bukan merupakan usaha utama dan harus menggunakan perbandingan populasi tertentu. Perbandingan antara rumput laut, bandeng, dan udang windu biasanya 1 ton : 1.500 ekor : 5.000 ekor.[1] Budi daya rumput laut secara tumpang sari ini sangat menguntungkan. Karena selain memperoleh pendapatan tambahan dari penjualan bandeng dan udang, bandeng juga bisa mengurangi lumut (klekap) yang menempel pada rumput laut. Lumut (klekap) merupakan pakan alami bandeng. Bandeng glondongan (bibit bandeng yang agak besar) ditebar pada hari ketujuhh sampai kesepuluh setelah penanaman rumput laut dengan padat penebaran 1.500 ekor. Seminggu kemudian, udang tokolan (bibit udang yang agak besar) ditebar dengan padat penebaran 5.000 ekor.[1] Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam budi daya rumput laut di tambak sebagai berikut.[1] 1. Area pertambakan sebaiknya melandai sekitar 5-10 derajat. 2. Perbedaan pasang surut tidak boleh terlalu tinggi atau terlalu rendah, sebaiknya 1,5 - 2,5 m. 3. Salinitas (kadar garam) sekitar 20-30 per mil. 4. Kejernihan air cukup memungkinkan tanaman untuk menerima sinar matahari.

13 | R u m p u t L a u t

II.

Pemeliharaan Instalasi bangunan budi daya rumput laut harus diawasi terusmenerus, baik pada saat ombak besar maupun laut tenang. Kerusakan bangunan yang terjadi pada budi daya rumput laut seperti tali monofilamen atau jaring yang putus, tiang pancang yang tercabut, serta bambu atau kayu yang patah harus segera diperbaiki. Kegiatan pemeliharaan sangat mudah dilakukan, asal dikerjakan secara teratur setiap hari. Selama periode pemeliharaan, kegiatan yang perlu diperhatikan sebagai berikut.[1] 1. Membersihkan tanaman atau benda lain yang menempel dengan cara menggoyang-goyangkan atau mencelupkan rumput laut di dalam air.[1] 2. Mengatasi serangan bulu babi dengan cara mengusirnya dari lokassi budi daya.menghindari ikan dan penyu dapat dilakukan dengan memasang jaring di sekeliling lokasi budi daya.[1] 3. Mengontrol tanaman. Angin bisa menyebabkan tanaman mengumpul di satu tempat. Tanaman yang rusak harus diganti dengan tanaman baru.[1] 4. Memberikan zat pengatur tumbuh pada saat tanaman berumur satu bulan setelah penebaran bibitdan diulangi satu bulan berikutnya. Setiap satu hektar diperlukan zat pengatur tumbuh sebanyak 500cc.[1] 5. Merawat semua pintu saluran air agar pergantian air berjalan lancar. Perawatan ini dilakukan setiap 15 hari sekali.[1] 6. Melakukan pemupukan secara teratur setiap 15 hari sekali, yaitu sesaat setelah pergantian air. Pupuk yang digunakan berupa campuran urea, TSP, dan ZA dengan perbandingan 1:1:1 sebanyak 20kg/ha atau dengan perbandingan 2:1:1 sebanyak 100kg/ha.[1] Pengontrolan Untuk memantau pertumbuhan rumput laut, sebaiknya dilakukan pengontrolan atau onitoring terhadap lingkungan perairan yang meliputi sifat hidrologis, sifat biologis, serta monitoring pertumbuhan tanaman.[8] Monitoring hidrologis dilakukan dengan cara mengawasi area budi daya rumput laut secara terus-menerus, baik pada saat ombak besar maupun tenang. Monitoring biologis dilakukan dengan melakukan pengawasan terus menerus terhadap perumbuhan rumput laut. Monitoring pertumbuhan dilakukan dengan penimbangan tanaman.[1] Pencegahan Hama dan Penyakit Kegagalan budi daya rumput laut sering disebabkan adanya hama dan penyakit yang dapat merusak tanaman, bahkan menyebabkan kematian. Selainitu, masalah keamanan juga perlu diperhatikan. Berikut cara yang dapat dilakukan.[1] 1. Membersihkan rumput laut dari kotoran yang menempel. Caranya dengan menggoyang-goyangkan rumput laut di dalam air.[1] 2. Membuang tumbuhan yang menempel pada rumput laut.[1]

III.

IV.

14 | R u m p u t L a u t

3. Memasang jaring untuk menghindari ikan dan penyu yang sering memakan rumput laut.[1] Organisme pengganggu diantaranya bulu babi (Diademasetosum sp.), bulu babi duri pendek (Tripneustes sp.), ikan herbivora seperti baronang (Siganus sp.), ikan kerapu (Epineppellus sp.), bintang laut (Protoreaster nodusus), dan penyu hijau (Chelonia mydas).[1] V. Pemanenan Pada tahap pemanenan ini harus diperhatikan cara dan waktu yang tepat agar diperoleh hasil yang sesuai dengan permintaan pasar secara kualitas dan kuantitas.[1] Tanaman dapat dipanen setelah umur 6 - 8 minggu setelah tanam. Cara memanen adalah dengan mengangkat seluruh tanaman rumput laut ke darat. Rumput laut yang dibudidayakan di tambak dipanen dengan cara rumpun tanaman diangkat dan disisakan sedikit untuk dikembangbiakkan lebih lanjut. Atau bisa juga dilakukan dengan cara petik dengan memisahkan cabang - cabang dari tanaman induknya, tetapi cara ini akan berakibat didapatkannya sedikit keraginan dan pertumbuhan tanaman induk untuk budidaya selanjutnya akan menurun.[1] Jika rumput laut dipanen pada usia sekitar satu bulan, biasanya akan diperoleh perbandingan berat basah dan berat kering 8 : 1, dan jika dipanen pada usia dua bulan biasanya akan didapat perbandingan 6 : 1. Untuk jenis gracilaria biasanya diperoleh hasil panen sekitar 1500 - 2000 kg rumput laut kering per- hektarnya. Diharapkan dengan penggunaan TON (Tambak Organik Nusantara) akan meningkat sekitar 30 - 100 %.[1] Ketika akan melakukan pemanenan, kita harus memperhatikan waktu dan cara panen yang tepat agar diperoleh hasil yang sesuai dengan standar mutu. Rumput laut yang ditanam di pantai sebaiknya dipanen pada saat air surut.[1] Persiapan yang harus dilakukan sebelum proses pemanenan adalah sebagai berikut.[1] 1. Tenaga kerja 2. Keranjang rotan untuk tempat hasil panen 3. Perahu untuk mengangkut 4. Pisau untuk memotong tali 5. Timbangan 6. Lokasi tempat penjemuran 7. Karung untuk tempat rumput laut kering 8. Gudang untuk penyimpanan rumput laut Ada dua cara pemanenan yang biasa dilakukan, yaitu cara petik dan mengangkat seluruh rumpun tanaman. Setiap cara ini memiliki kelebihan dan kekurangan.[1] Cara petik dilakukan dengan memisahkan setiap cabang dari tanaman induknya. Tanaman induk digunakan kembali untuk penanaman berikutnya. Pemakaian tanaman induk sebagai bibit dinilai kurang efektif karena pertumbuhan bibit tersebut lebih lama.[1]

15 | R u m p u t L a u t

Cara kedua dilakukan dengan mengangkat semua tanaman ke darat dan memotong tali pengikatnya.[1] VI. Penanganan pasca panen Setelah dipanen, rumput laut dikeringkan dengan cara dijemur di bawah sinar matahari. Setelah dijemur, akan dihasilkan rumput laut yang bersih dengan warna kekuningan. Berikut cara penanganan rumput laut pasca panen :[1] 1. Rumput laut dicuci dengan cara mencelupkan keranjang bambu yang berisi rumput laut ke dalam laut dengan digoyang-goyangkan. Tujuannya adalah untuk mengurangi kotoran yang menempel pada rumput laut.[1] 2. Kemudian, rumput laut yang sudah dicuci dijemur di bawah sinar matahari selama 2-3 hari dengan alas daun kelapa atau anyaman bambu. Penggunaan alas ini bertujuan agar rumput laut terhindar dari kotoran. Penjemuran langsung di atas pasir dapat mengurangi mutu rumput laut, karena akan menyebabkan butiran pasir menempel pada rumput laut.[1] 3. Rumput laut yang sudah kering akan kelihatan mersik atau kaku dan butiran garam sudah menempel di permukaan rumput laut. [1] 4. Kemudian, rumput laut yang sudah kering dikemas dalam kantung atau karung dan dipadatkan. Setelah itu bagian atas karung diikat dengan tali, lalu disimpan dalam gudang unk kemudian dijual.[1] Selama proses penjemuran, penyimpanan di gudang, atau proses pengangkutan, rumput laut yang sudah kering harus dijaga agar tidak terkena air hujan karena akan menyebabkan kerusakan. Proses penyimpanan dan pengangkutan sebaiknya dilakukan dalam waktu yang relatif singkat agar kualitas rumput laut tetap terjaga. Waktu yang terlalu lama akan menyebabkan terjadinya proses fermentasi yang ditandai dengan timbulnya ragi pada rumput laut.[1] Rumput laut yang bagus dan memenuhi standar perdagangan adalah rumput laut yang kandungan benda asingnya seperti pasir atau batu karang tidak lebih dari 5%. Kandungan airnya (moisture content) sekitar 20-22%.[1]

Memilih, Menyimpan, dan Memakan Kita dapat membeli rumput laut dan tumbuhan laut di toko makanan kesehatan atau di swalayan. Pada umumnya, rumput laut dan tumbuhan laut dijual dalam bentuk kering sehingga dapat disimpan dalam jangka waktu tertentu. Namun, anda juga dapat membeli tumbuhan laut segar untuk dimakan dalam waktu satu atau dua hai setelah pembelian. Sejumlah rumput laut masih ditutupi garam yang menempel sehingga harus dicuci bersih sebelum digunakan. Rumput laut yang dikeringkan perlu direndam sekitar 5 menit, kecuali jika telah dimasukan dalam kuah atau sup.[3]

16 | R u m p u t L a u t

Dalam bnyak resep, hanya sedikit rumput laut yang digunakan sebagai bumbu untuk makanan lain. Rumput laut dan bahan laut, antara lain meliputi: arame, yang digunakan dalam sup miso jepang, berbentuk robekan yang dapat dikukus, ditumis, atau dimakan dingin. Dulse mempunyai rasa yang kuat dan asin. Jika segar cocok untuk dimakan mentah, jika kering, rendam dahulu bau kemudian dimasak. Kombu merupakan jenis tumbuhan laut yang besar, yang dapat dimakan mentah atau dimasak dan menghasilkan kaldu yang enak. Nori, berbentuk lapisan dan pada umumnya dapat dipanggang dan dijadikan pembungkus kepalan nasi di Jepang. Rendam nori terlebih dahulu sebelum ddigunakan. Sementara itu, wakame harus direndam terlebih dahulu, kemudian dibuang urat pusatnya. Wakame dapat dimasak, atau dimakan mentah. [3] Pengolahan Rumput Laut Bahan dasar yang digunakan untuk olahan ini adalah Eucheuma cotonii yang telah dikeringkan. Berikut ini cara pengolahan rumput laut kering. [7] 1. Rumput laut kering direndam dalam air tawar selama 2-3 hari. Lamanya perendaman tergantung dari umur rumput laut. Semakin tua umur rumput laut, semakin lama rumptu laut itu direndam. Namun, hasil akhir rumput laut yang lebih tua akan lebih baik karena tidak begitu lembek. [7] 2. Air untuk merendam diganti setiap pagi dan sore, sekaligus membersihkan rumput laut dari sisa kotoran yang ada. Perendaman dihentikan jika rumput laut sudah dapat diputus.[7] 3. Setelah itu rumput laut ditiriskan dan dipotong-potong. Rumput laut siap diolah menjadi berbagai makanan.[7] Rumput laut bisa dibuat puding, manisan, es buah, cendol, dan makanan lain.[7] Pengolahan Agar-Agar Agar-agar merupakan senyawa ester asam sulfat dari senyawa galaktan, tidak larut dalam air dingin, tetapi larut dalam air panas dengan membentuk gel. Rumus bangun agar-agar :[7]

Rumus molekul : (C12H14O5(OH)4)n Beberapa sifat dari agar-agar : Pada suhu 25C dengan kemurnian tinggi tidak larut dalam air dingin tetapi larut dalam air panas. Pada suhu 3239C berbentuk padat dan mencair pada suhu 6097C pada konsetrasi 1,5%.

17 | R u m p u t L a u t

Dalam keadaan kering agar-agar sangat stabil, pada suhu tinggi dan pH rendah agar-agar mengalami degradasi. Viskositas agar-agar pada suhu 45C, pH # 4,59 dengan konsentrasi larutan 1% adalah 210 cp. Sebelum dilakukan proses pengolahan, untuk mendapatkan bahan baku yang bersih perlu dilakukan hal-hal sebagai berikut : Rumput laut hasil pemetikan dari alam dibersihkan dari kotoran-kotoran yang menempel seperti pasir, karang, garam dan kotoran lainnya. Setelah bersih dicuci dengan iar tawar sampai berwarna putih kemudian dikeringkan. Pencucian dan pengeringan dilakukan beberapa kali sampai diperoleh rumput laut kering yang bersih dan putih. Pengeringan dilakukan dengan penjemuran sinar matahari. Hasil pengeringan rumput laut mempunyai kandungan air berkisar 1525%.[7] Pengolahan secara tradisionil di Pameungpeuk Garut Pada pengolahan secara tradisionil/sederhana diperlukan peralatan yang cukup sederharna yaitu : drum besar (tangki pemasak) dengan volume 200 l; tungku pemasak (kompor minyak); loyang ( tempat penampung dan cetakan ) dengan ukuran 302010 cm; rak penyimpanan loyang; alat tempat pengepres; lembaran kain berukuran 302010 cm; tempat penjemuran / pengeringan. Rumput laut yang akan diolah adalah jenis Gracilaria sp (agar merah) dan Hypnea sp (bulu kambing). Rumput laut yang sudah kering dan bersih (3Kg), sebelum dimasak dalam drum yang berisi air 150 1 ditambahkan asam sulfat encer 2 sendok dan asam cuka 2 sendok, diaduk sampai merata, selanjutnya dimasak. Dalam satu hari dapat dilakukan dua kali pemasakan (24 jam). Pemasakan dilakukan sampai mendidih dan rumput laut hancur serta larut menjadi suatu masa yang berbentuk bubur encer, kemudian dilakukan pemisahan antara larutan dan residu. Hasil pemisahan (larutan) dituangkan pada loyang kemudian didinginkan selama satu malam sampai membeku.[7] Agar yang sudah membeku dipotong dengan ketebalan 1 cm dan diletakkan diantara kain yang berukuran sama dengan cetakan/loyang, kemudian disusun dalam alat pengepres sampai ketinggian kira-kira 0,5 m dan dipres dengan cara memberi beban (batu) di atas tumpukan agaragar. Hasil pengepresan berupa lembaran agar-agar tipis, kemudian dianginkan dan dijemur 1 sampai 2 hari hingga kering. Dalam 3 kg rumput laut kering dapat menghasilkan 780 gram agar-agar atau 78 lembar agar-agar dengan berat pelembar 10 gram.[7] Untuk menghasilkan agar-agar dalam bentuk batangan pada prinsipnya hampir sama dengan pengolahan agar-agar dalam bentuk lembaran, tapi tidak dilakukan pengepresan, hanya penyaringan biasa dan dicetak dengan ukuran 1043 cm. Hasil cetakan didinginkan dan dibekukan semalam, kemudian dikeringkan dengan penjemuran di bawah sinar matahari.[7]
18 | R u m p u t L a u t

Pengolahan secara semi tradisionil Pada pengolahan secara semi tradisionil, rumput laut diolah menjadi agar-agar berbentuk bubuk ataupun bentuk lain yaitu agar batangan dan agar lembaran.[7] Adapun peralatan yang diperlukan yaitu : alat pencuci; tangki pemasak; filter press (alat penyaring dan pengepres); ruang pendingin (freezing room) alat pengepres (kain); alat cetakan; alat penghancur/mesin pembuat bubuk; bak perendam Bahan yang digunakan antara lain : rumput laut Gracilaria sp. Hypnea sp. asam sulfat encer 10% asam cuka 0,5% kaporit. Proses pengolahan : Rumput laut yang telah melewati proses pembersihan awal dicuci lagi supaya lebih bersih. Pencucian dilakukan dalam drum-drum berisi air yang mengalir secara over flow atau pencucian dengan mengalirkan air tawar ke dalam drum berlubang arah horizontal yang berisi rumput laut. Drum berputar mengikuti porosnya. [7] Setelah dicuci bersih direndam dalam kaporit 0,25% selama 46 jam sambil diaduk, sehingga diperoleh rumput laut berwarna putih dan bersih. Setelah direndam dicuci kembali untuk menghilangkan bau kaporit, kamudian direndam dalam asam sulfat encer 10% sampai lunak.[7] Rumput laut hasil rendaman dengan asam sulfat dimasak dengan menambahkan air dalam suatu tangki pemasak. Pemanasan dilakukan sampai suhu operasi 90100C, pH = 56 (dalam suasana asam), dimana pH diatur dengan jalan menambahkan asam cuka 0,5%. Di samping untuk mempertahankan pH, asam cuka juga berfungsi sebagai stabilizer sehingga diperoleh tekstur molekul yang konsisten. Pemasakan dilakukan selama 48 jam sambil diaduk sampai merata.[7] Setelah rumput laut hancur semua, dilakukan pemisahan melalui penyaringan dengan filter press. Filtrat ditampung, kemudian didinginkan selama lebih kurang 7 jam (sampai membeku).[7] Hasil pembekuan dihancurkan dan dipress dengan menggunakan kain. Hasil pengepresan adalah agar-agar dalam bentuk lembaran dengan ukuran sekitar 40 30 cm.[7] Lembaran agar-agar diangin-anginkan kemudian dijemur di bawah sinar matahari sampai kering. Lembaran agar-agar yang sudah kering dihancurkan dangan mesin penghancur sehingga
19 | R u m p u t L a u t

berbentuk agar-agar dengan ukuran 55 mm. Agar-agar hancur dimasukkan ke mesin pembuat bubuk (mill) sehingga diperoleh agar-agar powder yang berwarna putih. Dapat ditambahkan vanili untuk menambah aroma.[7]

Gambar 1. Skema pembuatan agar-agar. Pengelolaan Karaginan Karaginan sampai saat ini belum diolah di Indonesia walaupun bahan baku yang dapat digunakan untuk membuat karaginan banyak terdapat di Indonesia antara lain Eucheuma spinosum. Karaginan adalah suatu campuran yang kompleks dari beberapa polisacharida. Lambda dan Kappa karaginan secara bersama-sama dapat diekstrak dari rumput laut jenis Chondrus crispus dan beberapa species dari Gigartina, sedangkan lota karaginan diekstrak dari Eucheuma spinsosum.[7]

20 | R u m p u t L a u t

Rumus

bangun

dari

karaginan

Beberapa sifat dari karaginan antara lain : Dalam air dingin seluruh garam dari Lambda karaginan larut sedangkan Kappa dan lota karaginan hanya garam Natriumnya saja yang larut. Lambda karaginan larut dalam air panas, Kappa dan lota karaginan larut pada temperatur 70C ke atas. Kappa, Lambda dan lota karaginan larut dalam susu panas, dalam susu dingin Kappa dan lota tidak larut, sedangkan Lambda karaginan membentuk dispersi. Kappa karaginan membentuk gel dengan ion Kalium, lota karaginan dengan ion Calsium dan Lambda karaginan tidak membentuk gel. Semua type karaginan stabil pada pH netral dan alkali, pada pH asam akan terhidrolisa. Pengolahan pasca panen : Pengolahan pasca panen atau pengolahan awal dilakukan untuk pembersihan/ menghilangkan pasir, garam dan kotoran - kotoran lain yang melekat dengan cara mencuci dengan air tawar (pencucian dilakukan dua sampai tiga kali). Hasil pencucian dikeringkan hingga diperoleh rumput laut yang bersih dengan kandungan air 10 25 %. Pengeringan dapat dilakukan dengan sinar matahari atau menggunakan alat pengering. Hasil pengeringan dapat langsung diproses atau dapat juga digunakan untuk kebutuhan ekspor rumput laut kering.[7] Alat-alat yang diperlukan : peralatan ekstraksi peralatan pencucian peralatan pemekatan (evaporator) peralatan pemisah (filtrasi centrifuge)

21 | R u m p u t L a u t

tangki pengendapan (precipitator) alat pengering (roll drum dryer) Grinder (mill) peralatan pengepakan. Bahan-bahan yang diperlukan : rumput laut jenis Eucheuma sp. air NaOH / Ca (OH)2 Isopropil alkohol Carbon aktif. Proses pengolahan karaginan : Bahan baku pembuatan karaginan adalah rumput laut Eucheuma sp. yang telah mengalami pengolahan awal (pencucian dan pengeringan). Rumput laut dalam bentuk kering merupakan stock untuk kebutuhan ekspor atau keperluan pengolahan dengan kadar air berkisar antara 15 25%. Rumput laut yang sudah bersih dan kering sebelum diolah perlu dilakukan pencucian lagi. Pencucian dengan air tawar dapat dilakukan dengan drum berputar yang berlubang dan kedalamnya disemprotkan air sehingga kotoran-kotoran akan lepas. Rumput laut yang telah mengalami pencucian tadi dibuat alkalis dengan menambahkan suatu basa berupa larutan NaOH, Ca(OH)2 atau KOH, sehingga pH mencapai sekitar 9 9,6. Setelah dibuat alkalis dilakukan ekstraksi dengan air dalam suatu tangki dengan perbandingan di mana jumlah air 20 kali berat rumput laut yang akan diekstraksi. Ekstraksi dilakukan selama 2 24 jam pada suhu 90 95C. Supaya sempurna ekstraksi dilakukan selama satu hari (24 jam). Dari hasil ekstraksi dipisahkan antara larutan (ekstrak) dan residu (kotoran-kotoran yang terdiri dari rumput laut yang tidak larut). Pemisahan dilakukan dengan penyaringan yang menggunakan filter aid. Filtrat yang keluar berupa larutan yang mengandung 1% karaginan, dan residunya di buang. Larutan yang mengandung 1% karaginan dipekatkan menjadi 3% dengan jalan menguapkan airnya dalam suatu Evaporator pada suhu 100C dan tekanan 1 atmospher. Larutan hasil pemekatan ditambah dengan larutan centrifuge, larutan direcovery dan kedalamnya ditambahkan carbon aktif untuk menghilangkan warna dai larutan. Larutan dan carbon aktif dipisahkan dengan filtrasi. Larutan hasil filtrasi digunakan kembali untuk proses pembentukan endapan karaginan. Serat karaginan yang terbentuk sebagai endapan kemudian dikeringkan dalam suatu drum dryer pada suhu 250C. Serat karaginan yang sudah kering dihancurkan dengan alat penghancur (mill) sehingga diperoleh karaginan powder. Karaginan powder ini siap untuk dikemas dalam drum plastik atau dalam kantong-kantong polyethylene.

22 | R u m p u t L a u t

Gambar 2. Skema pembuatan carrageenan. Pengelolaan Alginat Alginat diekstrak dari rumput laut coklat (Phaeophyceae), misalnya Laminaria dan Sargassum. Asam alginat adalah suatu polisacharida yang terdiri dari D-mannuronic acid dan L-guluronic acid yang merupakan asam-asam karbosiklik (R-COOH) dengan perbandingan mannuronic acid/guluronic acid antara 0,32,35.[7]

Alginat biasanya digunakan dalam bentuk garam misalnya garam Sodium, Calsium, Potasium dan Amonium dan juga dalam bentuk ester seperti Propylene glycol alginat. Sodium alginat komersil mempunyai berat molekul antara 32.000200.000 dengan derajat polimer 180 930. Asam alginat dan garam Calciumnya sangat sedikit larut dalam air, sedangkan garam Sodium, Potasium dan Amonium serta Propylene esternya larut dalam air panas dan air dingin.[7]

23 | R u m p u t L a u t

Proses pengolahan : Sebelum diolah rumput laut dibersihkan dari kotoran-kotoran seperti pasir dan pecahan-pecahan batu karang. Pencucian dilakukan dengan menyemprotkan air. Supaya bisa disimpan agak lama, rumput laut perlu dikeringkan. Pengeringan dapat menggunakan sinar matahari atau alatalat pengering misalnya drum dryer, kemudian disimpan dalam gudang. Bila kontinuitasnya terjamin, rumput laut dapat langsung diolah tanpa dikeringkan dahulu. Rumput laut kering dari gudang penyimpanan sebelum diolah lebih lanjut dicuci kembali dangan air untuk menghilangkan kotoran-kotoran yang mungkin terikut selama penyim-panan dan transportasi. Untuk menghilangkan kotoran-kotoran yang larut dalam alkali, rumput laut direndam dalam larutan 0,5% NaOH pada 5060C selama 30 menit. Kemudian direndam dalam 0,5% HCL pada temperatur ruang selama 30 menit untuk menghilangkan kotoran-kotoran yang larut dalam asam dan juga untuk merubah garam-garam alginat dalam rumput laut menjadi asam alginat. Setelah dicuci dengan air panas 45C selama 3060 menit, rumput laut dipotong-potong untuk kemudian diekstraksi. Ekstraksi dilakukan pada 6070C selama 60 menit dengan larutan Na2CO3 1213%. Untuk mempermudah pemisahan larutan alginat dengan residu, biasanya ditambahkan air sebanyak empat kali volumenya. Larutan alginat dipisahkan dari residu dengan floating tank, kemudian untuk memisahkan kotoran-kotoran yang terikut larutan dimasukkan kedalam pemisah centrifugal. Larutan dibersihkan dalam Bleaching tank dengan menambahkan larutan 12% NaOH e sebanyak 1/10 volume larutan. Pembentukan gel asam alginat dilakukan dengan menambahkan larutan 10% H2SO4 sebanyak 1/10 volume larutan alginat dan dimasukkan bersama-sama kedalam tangki coagulasi. Gel asam alginat dipisahkan dari larutan dengan filtrasi atau pemisah Centrifugal. Asam alginat dirubah menjadi sodium alginat dengan menambahkan bubuk Na2CO3 dan metyl alkohol. Sodium alginat kemudian dipisahkan dari larutan dengan filtrasi. Metyl alkohol dalam filtrat dapat diambil kembali dengan distilasi. Sodium alginat dikeringkan dan dihaluskan menjadi bubuk 80100 mesh.

24 | R u m p u t L a u t

Daftar Pustaka

1. Poncomulyo,Taurino.,Maryani Heti.,Kristiani Lusi., (2006). Budi Daya dan Pengolahan Rumput Laut. Agro Media Pustaka : Depok 2. http://id.wikipedia.org/wiki/Gulma_laut (27-11-11 16.45) 3. Selby,Anna. (2005). Makanan Berkhasiat. Erlangga : Jakarta 4. http://teknis-budidaya.blogspot.com/2007/10/budidaya-rumput-laut.html (27-11-11 18.23) 5. http://www.detikfood.com/read/2011/09/06/105510/1716337/900/rumputlaut-kendalikantekanan-darah (27-11-11 16.52) 6. http://healthiskesehatan.blogspot.com/2011/07/kandungan-dan-manfaatrumput-laut.htm (5-12-11 22.17) 7. http://www.fao.org/docrep/field/003/AB882E/AB882E14.htm 8. Ghufran,M. (2010). A to Z Budidaya Biotik Akuatik untuk Pangan Kosmetik dan Obat-Obatan. Andi :Yogyakarta

25 | R u m p u t L a u t

Вам также может понравиться