Вы находитесь на странице: 1из 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. 1. Definisi gigi Gigi adalah alat yang digunakan untuk mengunyah makanan.

Gigi tumbuh pada rahang atas dan rahang bawah yang berpasangan atau simetris kiri dan kanan. Secara anatomi gigi kita terdiri dari 2 bagian yaitu mahkota gigi yang dilapisi oleh email yang sangat keras dengan warna yang tidak sama dengan setiap orang, serta akar gigi yaitu bagian gigi yang tertanam dalam tulang rahang berfungsi sebagai penguat akan berdirinya gigi 4. 2. Lapisan-lapisan gigi. Secara histologi gigi mempunyai lapisan lapisan sebagai berikut: a. Lapisan email Lapsan terluar yang berfungsi sebagai alat pelindung bagi bagian sebelah dalam. b. Lapisan dentin (tulang gigi) Lapisan terbesar gigi yang menjadi penguat bagi batang tubuh gigi. c. Lapisan semintum gigi Lapisan yang membungkus akar gigi. d. lapisan jaringan pengikat gigi Serat-serat jaringan yang berfungsi sebagai bantalan kepada gigi. Jaringan ini menjaga supanya gigi jangan bergesekan dengan tulang rahang pada waktu menggigit makanan yang agak karas. e. Lapisan sumsum gigi Lapisan paling tengah mempunyai saluran yang berisi pembuluh pembuluh darah, lympha, urat syaraf yang halus. Itulah sebabnya bila ada tulang yang sampai lapisan ini kita merasa ngilu 10. ( Gambar lapisan gigi terdapat pada lampiran I ). Anak-anak yang masih kecil mempunyai gigi sementara atau gigi susu yang berjumlah 20 buah dimana pada rahang bawah dan rahang atas gigi Gigi

masingmasing 10 buah, berukuran lebih kecil dan warnanya lebih putihputih susu. Pada waktunya gigi susu akan tanggal dan akan diganti dengan gigi permanen (tetap) atau gigi dewasa 4. ( gambar bentuk gigi sulung terdapat pada lampiran 2 ). 3. Fungsi gigi Secara garis besar gigi kita berfungsi sebagai berikut: a. Alat untuk mengunyah makanan kita. Penghancuran dan pelumatan dari makanan dalam mulut sangat perlu untuk membantu pencernaan. Makanan yang dikunyah dengan baik akan mempermudah penyerapan zat makanan oleh darah. b. c. d. Karies Gigi 1. Definisi karies gigi Karies adalah proses patologis berupa kerusakan yang terbatas di jaringan gigi mulai dari emael terus ke dentin 1. Brauer (1992) mendefinisikan karies gigi adalah sebagai penyakit jaringan gigi yang ditandai dengan kerusakan jaringan, dimulai dari permukaan gigi (pit, fissure dan daerah interproximal) meluas ke arah pulpa 2. Asal terjadinya karies gigi disebabkan oleh infeksi dari dan kearah akar gigi oleh karena sisa makanan (karbohidrat) yang dalam waktu tertentu dijadikan asam susu oleh bacillus acidophilus dan merusak prisma email (caries superficialis) sehingga ada lubang dalam email. Penderita belum merasa sakit ngilu, jika lubang sudah merusak dentin maka perasaan ngilu baru terasa bila makan makanan asam, manis dan minum es6. ( gambar karies gigi terdapat pada lampiran 3 ). 2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Karies Gigi Alat untuk menjaga agar ucapan kata-kata kita tepat dan jelas. Alat untuk menjaga estetis (kecantikan) . Gigi susu berfungsi mempertahankan tempat bagi gigi tetap 6.

Proses terjadinya karies gigi dipengaruhi oleh sejumlah faktor dalam mulut yang berinteraksi satu sama lain, yaitu: a. Struktur gigi dan saliva Gigi adalah alat yang digunakan untuk mengunyah makanan didalam mulut. Struktur gigi merupakan salah satu faktoryang bisa melindungi atau memudahkan terjadinya karies. Beraneka makanan dan minuman masuk ke dalam tubuh melalui mulut. Makanan perlu dilumatkan dengan cara dikunyah di dalam mulut. Proses pelumatan oleh gigi dibantu saliva. Saliva merupakan pertahanan pertama terhadap karies. Saliva berfungsi sebagai pelicin, pelindung, penyangga, pembersih, anti pelarut dan anti bakteri 1. a. Mikroorganisme Kerusakan yang terjadi pada gigi akibat pengaruh bakteri dalam mulut disebut karies gigi. Karies gigi dimulai dengan terjadinya demineralisasi pada lapisan email. Email menjadi keropos dan dalam waktu yang lama akan merusak permukaan gigi. Bila hal itu dibiarkan, maka proses karies akan menjalar kelapisan dentin dan jaringan pulpa, sehingga gigi akan mati dan membusuk. Proses radang akan menjalar ke tulang alveola. Pada ujung akar akan timbul sebuah kantong yang berisikan nanah dan bakteri. Kantong tersebut disebut granuloma. Granuloma menjadi sumber infeksi untuk jaringan sekitar gigi maupun untuk organorgan tubuh lainnya seperti ginjal, jantung dan mata8. b. Substrat atau karbohidrat Subtrat adalah campuran makanan halus dan minuman yang dimakan sehari-hari yang menempel di permukaan gigi. Substrat ini berpengaruh terhadap karies secara lokal

di dalam mulut. Substrat yang menempel di permukaaan gigi berbeda dengan makanan yang masuk kedalam tubuh yang diperlukan untuk mendapatkan energi dan membangun tubuh. Pada dasarnya nutrisi sangat diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan gigi saat pembentukan matriks, email dan kalsifikasi. Nutrisi tersebut adalah karbohidrat, lemak dan protein. Konsumsi karbohidrat sederhana dalam waktu lama akan mempengarui pembentukan matriks email yang nantinya akan menjadi karies. Frekuensi konsumsi gula sederhana yang tinggi menentukan waktu terjadinya karies 1. c. Waktu Waktu adalah kecepatan terbentuknya karies serta lama dan frekuensi substrat menempel di permukaan gigi. Faktor waktu ini jelas terlihat pada anak yang diberi minum susu atau cairan manis melalui botol. Ketika anak tidur dengan dot karet di botol masih berada di mulutnya, cairan dari botol akan tergenang di mulut dalam waktu yang lama. Kecepatan kerusakan gigi akan jelas terlhat dengan timbulnya karies menyeluruh dalam waktu yang singkat. Selain itu penyebab karies adalah lamanya substrat yang berada dalam rongga mulut, yang tidak langsung ditelan 1. 3. Faktor luar yang mempengaruhi terjadinya karies gigi yaitu: 1. Keturunan Dari suatu penelitian terdapat 12 pasang orang tua dengan keadaan gigi yang baik,terlihat bahwa anak-anak dari 11 pasang orang tua memiliki keadaan gigi yang cukup baik. Disamping itu dari 46 pasang orang tua dengan prosentase karies yang tinggi, hanya 1 pasang yang memiliki anak dengan gigi yang baik, 5 pasang dengan prosentase karies sedang, selebihnya 40 pasang lagi,

dengan presentase keries yang tinggi. Tapi dengan tehnik pencegahan karies yang demikian maju pada akhir-akhir ini, sebetulnya faktor keturunan dalam prosentase terjadinya karies tersebut telah dapat dikurangi 2. 1. Ras Pengaruh ras terhadap terjadinya karies gigi amat sulit ditentukan. Tetapi keadan tulang rahang suatu ras mungkin berhubungan dengan prosentase karies yang semakin meningkat atau menurun. Misalnya pada ras tertentu dengan rahang yang sempit, sehingga gigi-gigi pada rahang sering tumbuh tidak teratur, dengan keadaan gigi yang tidak teratur akan mempersukar pembersihan gigi, dan ini akan mempertinggi prosentase karies pada ras tertentu 2. 2. Umur Sepanjang hidup dikenal 3 phase umur dilihat dari sudut gigi geligi. a. b. Periode gigi campuran, disini Molar 1 paling sering Periode pubertas (remaja) umur antara 14- 20 tahun. terkena karies. Pada masa pubertas terjadi perubahan hormonal yang dapat menimbulkan pembengkakan gusi, sehingga kebersihan mulut menjadi kurang terjaga. Hal inilah yang menyebabkan prosentase karies lebih tinggi. c. Umur antara 40-50 tahun. Pada umur ini sudah terjadi retraksi atau menurunnya gusi dan papil sehingga, sisa-sisa makanan sering lebih sukar dibersihkan 2. 3. Jenis kelamin Suwelo mengatakan bahwa prevalensi karies gigi tetap wanita lebih tinggi dibandingkan pria. Demikian juga halnya anak-anak, prevalensi karies gigi sulung anak perempuan sedikit lebih tinggi dibanding anak laki-laki, karena gigi anak perempuan berada lebih

lama dalam mulut. Akibatnya gigi anak perempuan akan lebih lama berhubungan dengan faktor resiko terjadinya karies 1. 4. Kultur sosial penduduk Dijelaskan oleh Suwelo ada hubungan antara keadan ekonomi dan prevalensi karies. Faktor yang mempengaruhi perbedaan ini ialah pendidikan dan penghasilan yang berhubungan dengan diet, kebiasaan merawat gigi dan lain-lain. Perilaku sosial dan kebiasaan akan menyababkan perbedaan jumlah karies. Di Selandia baru prevalensi karies anak dengan sosial ekonomi rendah di daerah yang air minum nya difluoridasi lebih tinggi dibanding daerah yang air minumnya tidak difluordasi. Selain itu perbedaan suku, budaya, lingkungan dan agama akan menyebabkan keadaan karies yang berbeda pula 1. 5. Kesadaran sikap dan perilaku individu terhadap kesehatan gigi Fase perkembangan anak umur 5 tahun kebawah masih sangat tergantung pada pemeliharaan dan bantuan orang dewasa, dan pengaruh lebih kuat dalam masa tersebut datang dari ibunya. Peranan ibu sangat menentukan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Ibu harus benar-benar sadar dan mampu memberikan perhatian penuh terhadap rumah tangganya. Sama halnya dalam bidang kesehatan, peranan seorang ibu sangat menentukan. Biasanya ibu yang pertama kali merawat dan menjumpai keadaan kesehatan gigi dan mulut anaknya. Jadi kesadaran, sikap, dan perilaku serta pendidikan ibu sangat mempengaruhi kesehatan gigi dan mulut anak.1. 4. Prevalensi Karies Gigi Sulung Prevalensi karies gigi adalah angka yang mencerminkan jumlah penderita karies gigi dalam periode tertentu di suatu kelompok subyek. Indeks karies gigi adalah angka yang menunjukkan jumlah gigi karies anak atau sekelompok anak. Indeks karies gigi (DMF-T/def-t) adalah jumlah gigi karies yang masih bisa di tambal (D= dekayed, untuk gigi tetap; d untuk gigi sulung), ditambah jumlah gigi

karies yang tidak dapat di tambal atau di cabut(M= missing, untuk gigi tetap; e untuk gigi sulung) dan jumlah gigi karies yang sudah di tambal (F=filled, untuk gigi tetap;f untuk gigi sulung) 1. Di Indonesia prevalensi karies gigi diperkirakan sebesar 60-80% dari jumlah penduduk pada tahun 1973 dan sedikit turun menjadi 70% pada tahun 1983. Prevalensi karies gigi sulung anak usia I tahun di negara maju (Amerika dan Eropa) dijumpai sebesar 5%, usia 2 tahun 10% dengan def-t = 0,3, usia 3 tahun 40% dengan def-t = 1, usia 4 tahun 55% dengan def-t = 2,5 dan usia 5 tahun 75% dengan def-t 4,6 rata-rata anak. Dari data tersebut terlihat ada upaya untuk menurunkan karies di negara maju dan tampaknya membawa hasil 1. 5. Corak Karies Gigi Sulung Corak karies adalah urutan banyaknya karies di permukaan dan jenis gigi sulung serta urutan keganasan karies dan gambaran klasifiksi karies. Dengan mengetahui corak karies terebut dapat ditentukan jenis dan permukaan serta progresivitas karies berikut daerah (regio) gigi di dalam mulut yang terkena karies. Jadi saat melaksanakan pencegahan dan perawatan karies, regio tersebut dapat diutamakan. a. Urutan jenis gigi sulung yang terkena karies Gigi tetap dengan urutan terbanyak menderita karies adalah gigi molar bawah, gigi molar atas, gigi premolar kedua bawah, kemudian gigi insisivus bawah. Masler (1964) menyatakan bahwa gigi sulung dan gigi molar bawah menempati urutan pertama sebagai yang paling mudah terkena karies. Selanjutnya gigi molar atas, gigi insisivus dan kanius bawah. b. Urutan permukaan gigi sulung yang terkena karies Bagian gigi tetap yang paling sering terkena karies adalah permukaan oklusal, proksimal, fasial dan lingual. Urutan demikian berlaku juga untuk gigi sulung. Permukaan oklusal gigi sulung memiliki bonjol (kuspit) tinggi sehingga lekukan (pit) dan fisura permukaan oklusal menunjukkan gambaran khas dan relatif dalam. Email dilekukan dan fisura biasanya tipis atau sama sekali tidak

ada. Daerah lekukan dan fisura ini sulit dibersihkan, sehingga mudah timbul karies di daerah oklusal. c. Urutan keganasan karies di setiap gigi Keganasan karies dapat diketahui dari kedalaman dan perluasan karies. Disebut ganas/progresif bila karies tersebut bertambah dalam dan luas dalam waktu yang relatif singkat. 1) Kedalaman karies gigi sulung dilihat dari dalamnya kerusakan di gigi tersebut. Diagnosis karies gigi sulung berdasarkan kedalaman karies (karies email sampai dengan karies mencapai pulpa) telah disepakati sejak tahun 1981 di klinik gigi anak Fakultas Kedokteran Gigi UI. 2) Perluasan karies gigi sulung diketahui dari karies yang terjadi di permukaan gigi sulung, dan dapat meluas sampai ke lima permukaan gigi sulung. Karies bila ganas akan cepat menjalar ke permukaan lain, atau berlangsung sekaligus di beberapa permukaan gigi. d. Klasifikasi Karies Gigi Sulung Cara untuk mengetahui gambaran penyebaran karies gigi sulung yang dipakai di Jepang telah dikemukakan oleh Ochiai (1963). Klasifikasi penyebab karies gigi sulung tersebut dinyatakan sebagai berikut : Klas I Klas II : Ada karies di gigi molar sulung : Ada karies di gigi insisivus dan gigi kanius atas

Klas III : Ada karies di gigi insisivus dan gigi kanius atas dan gigi molar Klas IV : Ada karies di gigi insisivus dan gigi kanius bawah tanpa atau dengan karies di gigi lain 7. 6. Bahaya Karies Gigi Salah satu masalah serius yang mungkin timbul akibat gigi berlubang adalah penyakit jantung. Seperti dijelaskan oleh Gunadi, kuman yang bersarang pada gigi yang berlubang bisa menembus ke pembuluh darah, dan akhirnya mengumpul di jantung.

Penelitian dari Tomasowa pada tahun 1993 menunjukkan, bakteri yang terikat aliran darah bisa memproduksi enzim tertentu yang mempercepat terbentuknya bekuan darah. Hal ini berpotensi mengeraskan dinding pembuluh darah (aterosklerosis). Selain itu bakteri juga bisa menempel pada lapisan lemak di pembuluh darah. Akibatnya plak yang terbentuk menjadi makin tebal. Semua kondisi ini membuat aliran darah ke jantung terlambat. Begitu juga dengan penyaluran sumber makanan dan oksigen ke jantung tersendat. Jika ini berlangsung terus menerus, jantung tak akan mampu menjalankan fungsinya dengan baik. Maka terjadilah penyakit jantung yang ditakutkan banyak orang itu. Jika karies gigi ini dibiarkan saja, lama-lama akan timbul radang saraf gigi yang akan membuat gigi terasa sakit, dan kalau kita terlambat menemukan karies yang pada akhirnya gigi tidak bisa ditambal lagi maka gigi tersebut harus dicabut. Bila sesudah pencabutan, gigi tidak diganti dengan gigi palsu, maka gigi yang ada di kanan kirinya akan bergeser ke arah gigi yang baru dicabut, akibatnya gigi menjadi renggang, sisa-sisa makanan tersebut akan membusuk, menyebabkan bau mulut tidak sedap dan suasana mulut asam, banyak kuman yang mengakibatkan terjadinya kerusakan atau lubang pada gigi tersebut, dan dapat menyebabkan kerusakan pada gigi yang lain 8. 7. Pencegahan Upaya pencegahan sebenarnya sangat sederhana dan hanya memerlukan biaya sedikit, serta diperlukan disiplin dan ketelatenan menjalankan aturan hidup sehat. Agar terhindar dari terjadinya karies gigi harus dilakukan berbagai upaya pencegahan ,antara lain : 1. Bersihkan gigi, gusi dan lidah secara benar dan teratur 2. Segera menyikat atau membersihkan gigi setelah makan 3. Jangan biarkan sikat gigi kotor atau basah 4. sikatlah gigi minimal `2 kali sehari, yaitu pada pagi hari dan sebelum tidur malam 5. Sikatlah gigi paling sedikit dua menit.

6. mengurangi makan makanan yang manis dan tidak makan atau minum dari panas ke dingin dan sebaliknya. 7. Jangan lupa pemeriksaan gigi minimal 6 bulan sekali ke dokter gigi 9. C. Konsumsi Gula Sederhana Bila kita makan gula-gula atau makanan yang manis-manis termasuk minuman, maka sisa-sisa makanan atau minuman yang ada dalam plak disenangi oleh kuman. Zat gula ini akan dipakai oleh kuman sebagai substant atau media untuk hidupnya sekaligus sebagai makanannya kemudian akan diubah menjadi asam. Asam ini akan merusak email gigi. Caranya asam akan mengikat kalsium dan mineral yang menyusun email, sehingga email akan keropos. Biasanya anak suka jajan gula-gula sederhana meliputi sukrosa, laktosa dan galaktosa yang di formulasikan atau dipadukan dalam bentuk makanan dan minuman yang manis-manis seperti gula-gula, manisan, permen serta biskuit. Makanan tersebut mengandung gula sederhana yang di dalam mulut akan dicerna oleh bakteri bacillus acidophilus menjadi makanannya. Metabolisme karbohidrat tersebut menghasilkan asam yang akan melunakkan prisma email dan membuat lubang di tempat itu 5. Untuk merawat kesehatan gigi anak, orang tua harus membatasi makanan yang manis-manis atau mudah melekat. Berikan makanan yang mengandung serat dan air pada anak seperti: apel, bengkuang, jambu air. Makanan lain seperti : kacang asin, kentang goreng dan mentega juga sangat baik untuk pertumbuhan anak 1. D. Kebiasaan Membersihkan Gigi Mencegah lebih baik dari pada mengobati. Demikian juga terhadap karies gigi. Agar kesehatan gigi terjaga maka biasakan agar sehabis makan menyikat gigi atau berkumur. Pilih sikat gigi dengan bulu yang tidak terlalu lembek, keras atau jarang, sehingga semua gigi mudah disikat terutama gigi geraham. Cara atau gerakan sikat gigi yang baik dan benar untuk mencegah bahan sisa makanan yaitu ujung sikat gigi dan ujung bulu sikat sedekat mungkin dengan gigi, dan yang paling penting frekuensi menyikat gigi yang baik yaitu minimal sehabis makan dan sebelum tidur 7. 1. Frekuensi membersihkan gigi

Frekuensi membersihkan gigi adalah keseringan seorang anak untuk membersihkan giginya. Anak pada umumnya belum bisa membersihkan giginya sendiri, sehimgga mudah terjadi plak pada permukaan gigi. Plak adalah suatu lapisan yang melekat pada gigi, terdiri dari kuman-kuman dari ludah dan sisa makanan. Plak yang baru terbentuk bersifat lunak sehingga mudah dibersihkan dengan menyikat gigi. Jika plak ini dibiarkan makin lama makin tebal,dalam waktu sekitar satu jam akan terbentuk pellikel (selaput lendir) dari ludah yang menyelimuti gigi. Kemudian kuman baik dari udara luar ataupun dari ludah akan menempel pula pada pellikel, terjadi lagi plak dengan sisa makanan. Jika hal ini berlangsung terus-menerus, maka kejadian karies akan mudah terjadi. Inilah sebabnya orang harus rajin membersihkan gigi sesuai dengan aturan yang dianjurkan yaitu sehabis makan pagi, siang, sore dan sebelum tidur. Kebiasaan orang tua dalam membersihkan gigi akan membantu memberi motivasi pada anak untuk membersihkan giginya sendiri. Jadi peranan orang tua dalam hal ini sangat menentukan kesehatan gigi anak 5. 2. Waktu membersihkan gigi. Waktu membersihkan gigi yang baik adalah sehabis makan dan sebelum tidur. Sebagian orang membersihkan giginya adalah sehabis mandi kemudian makan pagi, setelah makan pagi orang sibuk dengan aktivitasnya masing-masing tanpa terpikir untuk membersihkan giginya kembali. Sisa makanan yang tertinggal dalam gigi akan diubah oleh bakteri menjadi asam, sehingga gigi mudah keropos 5.

E. Kerangka Teori Konsumsi makanan dan minuman sumber gula sederhana Gigi Saliva Mikro organisme Waktu

Karies gigi sulung

Umur Ras Keturunan Jenis kelamin Kultur Sosialpendudu k Kesadaran sikap dan perilaku individu terhadap kesehatan gigi.

F. Kerangka Konsep Variabel Independen Frekuensi konsumsi makanan dan minuman sumber gula sederhana Kebiasaan membersihkan gigi - frekuensi membersihkan gigi - Waktu merbersihkan gigi Variabel dependen

Karies gigi sulung

G.

Hipotesis 1. 2. Ada hubungan antara frekuensi konsumsi makanan dan minuman Ada hubungan antara kebiasaan membersihkan gigi dengan karies sumber gula sederhana dengan karies gigi sulung. gigi sulung.

Вам также может понравиться