Вы находитесь на странице: 1из 8

Medan Elektromagnetik

Fina Supegina, ST, MT

MODUL 10 Rangkaian Magnetik, Induktansi, dan Induktansi Timbal Balik, Energi dan Kerapatan Energi Magnetik

1. Rangkaian Magnetik 2. Induktansi dan Induktansi Timbal Balik 3. Energi dan Kerapatan Energi Magnetik

Hubungan lapis batas bahan untuk besaran-besaran magnetik memberikan solusi perubahan kuat magnetik di suatu medium ke arah perubahan sifat magnetik medium lainnya. MMF (magnetomotive force) adalah perkalian fluks magnetik dengan reluktansi magnetik merupakan model dalam rangkaian magnetik yang memiliki analogi dengan hukum Ohm pada rangkaian listrik. Induktansi diri (L) suatu kumparan yang ditentukan oleh sifat magnetik inti kumparan dan faktor dimensi kumparan juga dapat diperoleh melalui suatu definisi yang melibatkan besaran eksternal yang diberikan dari luar terhadap kumparan. Induktansi timbal balik antara dua kumparan yang bergandengan secara

magnetik juga dibahas pada bab 10 karena penting pada pemahaman prinsip kerja transformator. Definisi dari energi magnetik dan kerapatan energi magnetik perlu dipelajari karena berkaitan dengan energi magnetik yang terdisipasi induktor, dan dapat dipergunakan untuk perhitungan energi gelombang elektromagnetik.

Rangkaian Magnetik Memahami analogi-analogi antara rangkaian listrik dengan rangkaian magnetik dan analogi-analogi antara besaran-besaran listrik dan besaranbesaran magnetik akan menambah wawasan dan pemahaman yang lebih baik tentang ilmu kelistrikan dan kemagnetan. Produk vektor intensitas

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Fina Supegina, ST. MT.

MEDAN ELEKTROMAGNETIK

Medan Elektromagnetik

Fina Supegina, ST, MT

medan listrik dengan intensitas medan

magnetik dari suatu gelombang

elektromagnetik adalah vektor Poynting yang menggambarkan laju energi per satuan luas per satuan waktu yang dibawa oleh gelomang itu dalam perambatannya.Interaksi atau produk vektor antara momen magnetik dengan vektor rapat fluks magnetik akan menghasilkan vektor energi torsi yang merupakan prinsip dasar dari motor listrik. Yang lebih menarik lagi yaitu persamaan Maxwell dimana vektor intensitas medan listrik yang berubah dengan waktu menghasilkan vektor intensitas medan magnetik yang berubah terhadap jarak dengan arah yang saling tegak lurus, demikian pula sebaliknya. Hukum induksi Lenz yang antara lain diterapkan pada pembangkit tenaga listrik mengungkapkan bahwa fluks magnetik yang

berubah dengan waktu dapat menghasilkan tegangan listrik pada suatu loop tertutup. Muatan titik listrik yang bergerak dengan kecepatan tertentu dan berada dalam vektor rapat fluks magnetik yang homogen akan

membangkitkan gaya Lorenz yang bekerja pada muatan itu dan ini juga merupakan prinsip dari Efek Hall Arus listrik yang mengalir secara spontan pada suatu kawat konduktor akan menghasilkan edan magnetik di sekitarnya dan vektor potensial magnetik. Medan magnetik tersebut dapat diketahui dari hukum Bio-Savart atau hukum Ampere. Bagaimana juga interaksi antara besaran listrik dan magnetik dapat menghasilkan tenaga listrik, teknologi komunikasi, motor-motor listrik dan

instrumentasi misalnya alat ukur kumparan putar magneti permanen. Berlatar belakang hal-hal diatas, kita perlu mempelajari rangkaian magnetik dan analoginya dalam rangakaian listrik. Gaya gerak magnetik (magneto-motive force, MMF) didalam rangkaian magnetik adalah NI ampere lilitan, yaitu suatu kumparan dengan N buah lilitan dan dialiri arus listrik searah I. Gaya gerak magnetik ini dinamakan potensial magnetik skalar, Vm. Vm =

H .dlA.T

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Fina Supegina, ST. MT.

MEDAN ELEKTROMAGNETIK

Medan Elektromagnetik

Fina Supegina, ST, MT

Untuk suatu kumparan dengan N lilitan dan dialiri arus listrik I Vm = NI (A.t) Fluks magnetik J yang melalui luas penampang S tertentu dari suatu rangkaian magnetik J=

B.dSWb
S

Dalam rangkaian magnetik berlaku hubungan Vm = NI = J (A.t) ! L QS J S

Vektor rapat fluks magnetik B=

vektor intensitas medan listrik H! B Q L A.t ! relukstansi, Wb QS

Dimana : !

L = panjang lilitan magnetik = panjang inti tertutup yang dilalui oleh fluks magnetik J m S = luas penampang ini (m2)
Q = Q 0 Q r = permeabilitas inti (H/m) Q 0 = permeabilitas ruang vakum (H/m) = 4 T x 10-7 H/m Q r = permeabilitas realtif (nondimensi)

H = vektor intensitas medan listrik (A/m) B = vektor rapat fluks magnetik (T)

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Fina Supegina, ST. MT.

MEDAN ELEKTROMAGNETIK

Medan Elektromagnetik

Fina Supegina, ST, MT

Persamaan (10.8) memiliki analogi dengan hokum Ohm dalam kelistrikan V=IRV Dari analogi persamaan (10.9) dan persamaan (10.11), kita juga memperoleh analogi antara potensial magnetik skalar Vm dengan potensila listrik V, dengan gard V = E memiliki analogi dengan grad V = H = vektor intensitas medan agnetik. Arus listrik I (A) memiliki analogi dengan fluks magnet J (Wb) dan ini dapat dikembangkan dimana, sesuai dengan definisi arus I = analogi dengan fluks J =

J.dS

B.dS , dan

dengan demikian vector rapat arus J

juga analog dengan vector rapat fluks magnetik B. Tetapi J bila dikaitkan dengan hukum Gauss fluks listrik J E = fluks magnetik J m =

D.dS = Q = muatan listrik total dan

B.dS

= 0, maka vector rapat fluks magnetik B juga

memiliki analogi dengan vektor rapat fluks listrik D atau weber per meter kuadrat itu analogi listriknya adalah Coulomb per meter kuadrat. Jika relukstansi itu pada persamaan (10.9) : ! resistansi listrik R = L QS analog dengan

L , maka permeabilitas u akan analog dengan W , tetapi WS

bila dikaitkab dengan definisi : Vektor rapat fluks listrik D = IE dan vektor rapat fluks magnetik B = QH , karena B memiliki analogi dengan D dan H memiliki analogi dengan E maka permeabilitas magnetik Q analoginya dengan permeabilitas listrik I , atau Henry per meter itu analogi listriknya adalah Farad per meter. Jadi analogi suatu besaran magnetik dengan besaran elektrik dapat didasarkan dari model matematikanya tetapi juga dapat didasarkan dari keseragaman fisiknya. Contoh keseragaman fisik : vektor intensitas medan listrik analginya adalah vektor intensitas medan magnetik. Contoh Soal 10.3

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Fina Supegina, ST. MT.

MEDAN ELEKTROMAGNETIK

Medan Elektromagnetik

Fina Supegina, ST, MT

Sebuah toroida dengan jumlah lilitan N = 400 dilalui arus I = 5A. Jari-jari ratarata toroida = 15 cm, luas penampang inti S = 60 cm 50 Q 0 . Tentukan : (a) potensial magnetik (b) relukstansi (c) fluks magnetik (d) B (e) H
2

dengan permeabilitas

Solusi (a) potensial magnetik : Vm = NI = (400)(5) ampere-lilitan atau Vm = 2000 A.t (ampere lilitan) (b) relukstansi = ! kelilingrata  rata QS

6,28 v 0,15 A/Wb = 2,5 v 10 7 A/Wb 7 4 (50 v 12,57 v 10 )(6 v 10 ) 2000 NI ! ! 8 v 10 5 Wb, 7 2,5 v 10

(c) Fluks J !

(d) B = (e) H =

J 8 v 10 5 ! ! 0,133T S 6 v 10  4 B B 0,1333 ! ! ! 2122,6 A/m Q 50Q 0 50 v 12,57 v 10 7

10.3 Induktansi dan induktansi Timbal Balik Induktansi Induktansi adalah sebuah kumparan dengan N lilitan dialiri arus I di definisikan sebagai persambungan fluks ( fluks-linkage) NJ dibagi arus I :

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Fina Supegina, ST. MT.

MEDAN ELEKTROMAGNETIK

Medan Elektromagnetik

Fina Supegina, ST, MT

Definisi induktansi : L =

NJ ,H I

Jika jumlah lilitan N = 1, maka induktansinya adalah J L = ,H I Definisi lain dari induktansi L adalah berkaitan dengan energi yang tersimpan dalam medan magnetik. Persamaan energi medan magnetik Wm = B.Hdv 1 2 1 LI = I2 2 2 V !Volume

Induktansi L didefinisikan sebagai L= B.Hdv I2 V !Volume

Dari persamaan (10.12) bila dilakukan diferansial terhadap waktu t untuk arus I dan fluksJ , maka diperoleh tegangan drop (jauh tegangan) pada induktansi L; VL = L dI dJ !N dt dt

Induksi Kumparan Solenoida Induktansi sebuah kumparan solenoida, dengan panjang l, jumlah lilitan N, luas penampang inti A, dan permeabilitas inti Dimana Induktansi : = L = NJ I QH m

Fluks total J = NBA Rapat fluks B = Q NI l

Dari persamaan diperoleh induktansi solenoida : QAN 2 H L= l

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Fina Supegina, ST. MT.

MEDAN ELEKTROMAGNETIK

Medan Elektromagnetik

Fina Supegina, ST, MT

Dengan
Q 0Q r Q0

= permeabilitas inti (H/m) = permeabilitas ruang vakum/udara = 12,57 x 10-7 H/m = luas penampang inti (m2) = jumlah lilitan solenoida = panjang solenoida (m)

A N l

Contoh Soal 10.5 Tentukan induktansi L kumparan solenoida dengan panjang l = 20 cm, luas penampang inti kumparan A = 1 cm2, permeabiltas inti lilitan N = 500 lilitan. Solusi
Q = Q 0 Q r = 12,57 x 10-7 (75) H/m = 9,42 x 10-5 H/m Q = 75 Q 0 dan jumlah

A = 1 cm2 = 10-4 m2, N2 = 2,5 x 104, l = 20 cm = 0,2 m Dengan memasukkan nilai-nilai diatas kedalam persamaan L = peroleh 9,42 v 10 5 v 10 4 v 2,5 v 10 5 = 117,75 x 10-4 H = 11,8 mH L= 0,2 Induksi Kumparan Toroida Untuk mendapatkan induksi sebuah kumparan toroida dengan jari-jari cincin toroida rata-rata R, jari-jari penampang inti r, jumlah lilitan kumparan N, dan permeabilitas inti Q H/m, kita mulai dengan persamaan L= QAN 2 l QAN 2 , kita l

Dengan A = luas penampang inti = Tr 2 ; l = keliling inti = 2 TR . Jadi L= Q (Tr 2 ) N 2 Qr 2 N 2 ! 2TR 2R

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Fina Supegina, ST. MT.

MEDAN ELEKTROMAGNETIK

Medan Elektromagnetik

Fina Supegina, ST, MT

Dimana :
Q 0 Q r = permeabilitas inti (H/m)

r R l N

= jari-jari penampang inti (m) = jari-jari cincin toroida (m) = panjang solenoida (m) = jumlah lilitan

Contoh Soal 10.6 Tentukan induktansi sebuah kumparan toroida yang memiliki jari-jari cincin ratarata R = 10 cm, jari-jari inti r = 1 cm, jumlah lilitan N = 1000 lilitan dan permeabilitas inti Q = 75 Q 0 Solusi Dari persamaan L= Qr 2 N 2 2R 75(12,57 v 10 7 )(10 4 )(10 6 ) 0,2

Sehingga kita peroleh L=

L = 47,1375 x 10-3 H = 43,1375 mH

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Fina Supegina, ST. MT.

MEDAN ELEKTROMAGNETIK

Вам также может понравиться