Вы находитесь на странице: 1из 19

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu Pengetahuan dan teknologi (IPTEK) sangat maju dengan pesat mengikuti perkembangan jaman. Perkembangan ini menyebabkan setiap negara harus menyesuaikan diri dalam setiap bidang, termasuk bidang pendidikan. Karena bidang pendidikan sangat menentukan kualitas sumber daya manusia suatu bangsa dan negara. Kemajuan suatu bangsa juga tidak terlepas dari keberhasilan penerapan sistem pendidikan yang mampu memenuhi tuntutan perkembangan IPTEK tersebut. Oleh sebab itu, untuk meningkatkan kualitas pendidikan nasional sangat dibutuhkan peran aktif praktisi pendidikan khususnya guru dalam memfasilitasi siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Begitu juga dengan pendidikan sains, yang lebih umum dikenal ilmu pengetahuan alam (IPA), dibutuhkan suatu inovasi baru untuk dapat memerankan

potensinya dalam melahirkan generasi-generasi yang mampu berpikir logis, kreatif, inisiatif dan adaptif terhadap perubahan dan perkembangan. Kegiatan atau proses belajar mengajar merupakan proses interaksi/komunikasi aktif antara siswa dengan guru. Sementara itu, pembelajaran ditinjau dari sudut kegiatan siswa yang direncanakan atau difasilitasi oleh guru. Dalam hal ini terjadi interaksi antara siswa dan guru sehingga siswa dapat memahami materi sesuai dengan tujuan yang telah direncanakan. Untuk mencapai itu semua, guru sebagai fasilitator harus dapat mengkondisikan atau menyesuaikan metode pengajaran dengan materi, sehingga bahan ajar mudah dipahami oleh siswa. Mata pelajaran Sains diajarkan untuk tujuan yang lebih khusus yaitu membekali peserta didik sejumlah pengetahuan, pemahaman dan kemampuan yang dipersyaratkan untuk memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi

serta mengembangkan ilmu dan teknologi. Tujuan mata pelajaran IPA dicapai oleh peserta didik melalui berbagai pendekatan, antara lain pendekatan induktif dalam bentuk proses inkuiri ilmiah. Proses inkuiri ilmiah bertujuan menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta

berkomunikasi sebagai salah satu aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran Sains menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah. Dahar (1986) mengungkapkan bahwa keterampilan proses sains adalah keterampilan dan sikap-sikap yang dimiliki para ilmuan untuk memperoleh serta mengembangkan pengetahuan dan produk sains. Rustaman (2003) menyebutkan bahwa keterampilan proses sains yang harus dimiliki oleh siswa diantaranya melakukan pengamatan, mengelompokkan, menafsirkan pengamatan, meramalkan, mengajukan pertanyaan, berhipotesis, merencanakan percobaan, menggunakan alat dan bahan, menerapkan konsep, berkomunikasi, dan melaksanakan percobaan. Salah satu metode pembelajaran yang sesuai dengan pengembangan proses adalah metode praktikum. Kegiatan praktikum yang menarik dapat memberikan kesempatan pada diri siswa untuk memahami sains dengan lebih baik pula. Salah satu cara yang dapat menarik siswa dalam belajar sains adalah melakukan praktikum dengan alat dan bahan yang dekat dengan lingkungan sehari-hari siswa. senyawa asam, basa, dan garam merupakan suatu materi yang sangat berhubungan dengan kehidupan seharihari. Dalam penelitian ini materi pelajaran yang diteliti yaitu senyawa Larutan asam, basa, dan garam melalui praktikum dengan menggunakan alatalat dan bahan sehari-hari, sehingga siswa dapat menentukan sifat asam terdapat di dalam cuka makan dengan alat-alat yang tidak asing bagi siswa. Keuntungan lain dari metode praktikum menggunakan bahan dan alat seharihari adalah praktikum dapat dilakukan di rumah, karena praktikum ini tidak memerlukan laboratorium dan perlengkapan laboratorium yang khusus dan tidak memerlukan biaya yang tinggi. Selain itu, metode praktikum ini tidak menyita waktu belajar di sekolah. Akan tetapi, prosedur percobaan untuk

praktikum dengan

bahan

dan

alat

sehari-hari

ini

belum

banyak

dikembangkan sehingga pengembangannya perlu dilakukan dengan tetap memperhatikan semua aspek pembelajaran yang semestiya diperoleh siswa

melalui metode praktikum. Pembelajaran senyawa asam, basa, dan garam pada siswa SMP Kelas VII menggunakan metode praktikum berbasis material lokal ini diharapkan dapat memberikan ketertarikan kepada siswa sehingga serta dapat

meningkatkan minat dan motivasi siswa untuk memahaminya mengembangkan Berdasarkan keterampilan proses sains belakang tersebut, yang ada pada peneliti

diri siswa.

latar

maka

terdorong untuk

melakukan penelitian mengenai

keterampilan proses sains siswa SMP kelas

VII pada pelajaran senyawa asam, basa, dan garam yang dikembangkan menggunakan metode praktikum berbasis material lokal.

B. Rumusan Masalah dan Pembatasan Masalah 1. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Bagaimana keterampilan proses sains siswa SMP kelas VII secara keseluruhan pada pembelajaran Sifat asam basa menggunakan metode praktikum berbasis material lokal? b. Bagaimana keterampilan observasi siswa SMP kelas VII pada

pembelajaran sifat asam basa menggunakan metode praktikum berbasis material lokal? c. Bagaimana keterampilan berkomunikasi siswa SMP kelas VII pada

pembelajaran sifat asam basa menggunakan metode berbasis material lokal?

d.

Bagaimana

keterampilan

memprediksi

siswa

SMP kelas VII

pada

pembelajaran sifat asam basa menggunakan metode praktikum berbasis material lokal? e. Bagaimana keterampilan menarik kesimpulan siswa SMP kelas VII pada pembelajaran sifat asam basa menggunakan metode praktikum berbasis material lokal?

2. Pembatasan Masalah Agar penelitian lebih terarah dan memberikan gambaran yang jelas, maka peneliti membatasi masalah yang dikaji dalam penelitian ini, sebagai berikut: a. Pokok bahasan yang dikaji pada penelitian ini adalah sifat asam basa b. Keterampilan proses sains yang diteliti dalam penelitian ini dibatasi pada keterampilan observasi, berkomunikasi, memprediksi dan menarik kesimpulan. C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, maka tujuan umum dari penelitian ini yaitu memperoleh gambaran mengenai keterampilan proses sains siswa SMP kelas VII yang dikembangkan pada pembelajaran sifat asam basa menggunakan metode praktikum berbasis material lokal.

2. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Bagi guru:

1)

Memperoleh

prosedur

praktikum sifat

asam

basa

dengan

metode

praktikum berbasis material lokal, yaitu dengan menggunakan alat dan bahan sehari-hari. 2) Memperoleh gambaran dan informasi mengenai keterampilan proses sains siswa yang dikembangkan pada pembelajaran sifat asam basa menggunakan metode praktikum berbasis material lokal. b. Bagi siswa: 1) Memberikan informasi kepada siswa mengenai praktikum dengan

menggunakan bahan sehari-hari. 2) Memotivasi siswa untuk belajar memahami dan menerapkan konsep Sains dalam kehidupan sehari-hari.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Proses Belajar Mengajar Arifin (2000) menyebutkan bahwa proses belajar mengajar merupakan proses interaksi/ komunikasi aktif antara siswa dengan guru dalam kegiatan pendidikan. Dalam proses ini terjadi kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dan kegiatan mengajar yang dilakukan oleh guru dan dilakukan secara bersamaan pada waktu yang sama, sehingga terjadi interaksi komunikasi aktif antara siswa dan guru. B. Keterampilan Proses Sains Menurut Dahar (1986), keterampilan proses sains merupakan keterampilanketerampilan dan sikap-sikap yang dimiliki oleh para ilmuwan untuk

memperoleh dan mengembangkan pengetahuan dan produk sains. Semiawan (1986) menambahkan bahwa keterampilan proses merupakan keterampilan yang dapat menyebabkan siswa mampu menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan nilai yang dituntut. Keterampilan proses Sains ini meliputi keterampilan

mengamati, mengajukan hipotesis, menggunakan alat dan bahan secara baik dan benar dengan selalu mempertimbangkan keamanan dan keselamatan kerja, mengajukan pertanyaan, menggolongkan dan menafsirkan data, serta

mengkomunikasikan hasil temuan secara lisan atau tertulis, menggali dan memilah informasi faktual yang relevan untuk menguji gagasan-gagasan atau memecahkan masalah sehari-hari. C. Metode Praktikum Metode eksperimen (praktikum) adalah cara penyajian pelajaran, dimana siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sandiri sesuatu

yang dipelajari. Dalam proses belajar mengajar, siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri mengenai suatu objek, keadaan, atau proses sesuatu (Bahri dan Zain, 2002). Menurut arifin (2000), fungsi dari praktikum merupakan penunjang kegiatan proses belajar untuk menemukan prinsip tertentu atau menjelaskan tentang prinsip-prinsip yang dikembangkan. Praktikum tidak hanya digunakan untuk mengecek atau mencocokkan kebenaran teori yang telah diajarkan di kelas. Dengan kata lain, praktikum kimia tidak hanya mempersoalkan hasil akhirnya, tetapi bagaimana proses inkuiri dapat ikut berkembang. Arifin (2000)

menyebutkan bahwa keuntungan penggunaan metode praktikum adalah sebagai berikut: 1. Dapat memberikan gambaran yang konkrit tentang suatu peristiwa. 2. Siswa dapat mengamati proses. 3. Siswa dapat mengembangkan keterampilan inkuiri. 4. Siswa dapat mengembangkan sikap ilmiah. 5. Membantu guru untuk mencapai tujuan pembelajaran lebih efektif dan efisien. D. Materi Senyawa Asam, Basa, dan Garam 1. Identifikasi Senyawa Asam, Basa dan Garam Untuk membedakan sifat senyawa asam, basa, dan garam dapat digunakan indikator. Indikator merupakan senyawa kimia yang dapat berubah warna saat ditetesi zat yang bersifat asam dan basa. Indikator dapat berupa kertas lakmus merah, kertas lakmus biru, indikator alami, atau pH meter. a. Kertas Lakmus

Secara sederhana untuk mengidentifikasi suatu larutan yang bersifat asam, basa, atau netral umumnya digunakan kertas lakmus. Terdapat dua macam kertas lakmus yaitu kertas lakmus merah yang dapat berubah menjadi biru pada larutan yang bersifat basa dan lakmus biru yang dapat berubah warna menjadi merah pada larutan yang bersifat asam. Sifat asam yaitu berasa masam, dapat memerahkan lakmus biru, dan larutanya mempunyai pH lebih kecil dari 7. Sifat basa yaitu berasa pahit, dapat membirukan lakmus merah, dan larutannya mempunyai pH lebih besar dari 7. Asam dan basa dapat bereaksi membentuk garam yang bersifat netral, bersifat asam atau bersifat basa. Pada Tabel 2.1. ditunjukkan perubahan warna pada kertas lakmus. Tabel 2.1. Perubahan Warna Kertas Lakmus Jenis Lakmus Lakmus Merah Lakmus Biru Merah Merah Biru Biru Merah Biru Kertas Larutan Asam Larutan Basa Larutan Netral

b. Indikator alami Indikator alami diperoleh dengan cara mengekstrak zat warna yang terdapat dalam bahan-bahan alam seperti kulit manggis, kol ungu dan bunga kembang sepatu. Bahan-bahan tersebut dihaluskan kemudian menambahakan alkohol. Jika ekstrak zat warna tersebut ditambahkan pada larutan asam dan basa maka akan terjadi perubahan warna. Pada Tabel 2.3. ditunjukkan perubahan warna pada indikator alami. Tabel 2.3 Perubahan Warna Indikator Alami Indikator Alami Bunga Sepatu Kulit manggis Larutan Asam Jingga Jingga Larutan Basa Kuning kehijauan Kuning kehijauan Larutan Netral Kuning kecoklaan Merah muda

Kol ungu

Merah muda

Biru kehijauan

Ungu

2. Penentuan Nilai pH Pengukuran nilai pH suatu larutan asam atau larutan basa dapat dilakukan dengan menggunakan larutan indikator, kertas indikator universal, atau pH meter. a. Larutan Indikator Asam Basa Larutan indikator asam basa merupakan senyawa kimia yang dapat berubah warna sesuai dengan perubahan pH. Sifat inilah yang dimanfaatkan untuk menentukan nilai pH suatu larutan. b. Kertas Indikator Universal Untuk menentukan nilai pH suatu zat, tidak dapat dilakukan dengan menggunakan kertas lakmus, fenolftalen, metil merah, dll. Nilai pH dapat ditentukan dengan indikator universal yang memperlihatkan warna

bermacam-macam untuk tiap nilai pH. Indikator universal dilengkapi dengan peta warna, sehingga kita bisa menentukan nilai pH zat berdasarkan warnawarna tersebut. Selain menggunakan indikator universal, untuk mengetahui nilai pH suatu zat juga bisa menggunakan alat yang disebut pH meter. Dengan pH meter, kita dapat memperoleh informasi pH secara langsung melalui layar digital pada alat tersebut.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian Metode penelitian adalah strategi umum yang dianut dalam pengumpulan dan analisis data yang diperlukan, guna menjawab persoalan yang dihadapi (Furchan, 2007). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu pemaparan suatu fenomena dalam pembelajaran dengan ukuran-ukuran statistik, seperti persentase, rata-rata, serta citra visual dari data, misalnya dalam bentuk grafik (Arikunto, 2002). B. Alur penelitian prosedur penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap yang meliputi tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap akhir. Uraian tahap-tahap penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Tahap Persiapan Tahap pertama adalah menganalisis materi IPA Terpadu SMP pada kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) yang sesuai dengan metode praktikum dan mengembangkan keterampilan proses sains siswa. 2. Tahap Pelaksanaan Pada tahap pelaksanaan penelitian, dilakukan beberapa kegiatan sebagai berikut: a. Melaksanakan pembelajaran sifat asam basa yang yang sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).

b. Melakukan observasi terhadap siswa dengan mengacu pada format penilaian keterampilan proses sains. c. Mengumpulkan Lembar Kerja Siswa (LKS). 3. Tahap Akhir Tahap akhir dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Mengolah data hasil penelitian. b. Menganalisis dan membahas temuan penelitian. c. Menarik kesimpulan penelitian. C. Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII salah satu SMP Negeri di Bandung pada semester 1 tahun ajaran 2011/2012 sejumlah 28 orang. Subjek D. Intrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Lembar Kerja Siswa (LKS) Lembar Kerja Siswa merupakan panduan yang digunakan siswa dalam melakukan praktikum sifati asam basa berbasis material lokal. Dalam LKS dimuat judul, tujuan, alat dan bahan, prosedur percobaan yang akan dilakukan dan pertanyaan praktikum yang mengukur keterampilan proses sains siswa. LKS secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran E. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data Pengumpulan data dilakukan langsung ketika proses pembelajaran dengan metode praktikum berlangsung.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian beserta pembahasannya. Hasil penelitian ini merupakan gambaran mengenai keterampilan proses sains yang dimiliki siswa melalui metode yang praktikum berbasis adalah material lokal.

Keterampilan proses

sains

dianalisis

keterampilan

mengemukakan hipotesis,

keterampilan menentukan judul, keterampilan

mengamati, keterampilan mengukur, dan keterampilan menarik kesimpulan. Data penelitian diperoleh dari lembar observasi dan jawaban lembar kerja siswa (LKS) yang kemudian dianalisis dan disajikan dalam bentuk tabel persentase jumlah siswa dan grafik nilai rata-rata pada setiap keterampilan proses sains yang diukur. 1. Mengemukakan Hipotesis Kemampuan siswa dalam mengemukakan hipotesis dinilai berdasarkan

jawaban pertanyaan kelompok siswa terhadap permasalahan yang tercantum padalembar kerja siswa. Berdasarkan kriteria kejelasan ungkapan kalimat, kesesuaiandengan percobaan, dan ketepatan maksud, kemampuan masingmasing kelompok siswa dalam mengemukakan hipotesis dapat disajikan dalam bentuk grafis sebagai berikut:

Berdasarkan grafik di atas pada gambar dapat dilihat bahwa hampir semua kelompok siswa mampu mengemukakan hipotesis dengan yang ditunjukan oleh persentase rata-rata diatas 61%. kategori cukup, Terdapat satu

kelompok yang memiliki kategori baik dengan perolehan persentase 95%, sedangkan kelompok lainnya termasuk kategori cukup dengan perolehan

persentase 55% dan 75%. 2. Menentukan Judul Eksperimen Kriteria yang harus dipenuhi oleh siswa dalam membuat judul eksperimen yaitu kejelasan ungkapan kalimat, kesesuaian konsep, dan keterujian hasil

hipotesis. Berdasarkan ketiga kriteria tersebut maka diperoleh hasil penilaian kemampuan siswa membuat judul eksperimen sebagai berikut:

Grafik di atas memberikan gambaran bahwa ada satu kelompok siswa yang memperoleh persentase kemampuan sebesar 100% yakni kelompok 4,

dan dua kelompok siswa yang memperoleh persentase kemampuan sebesar 90% yakni kelompok 6 dan 7 dengan demikian kelompok tersebut termasuk kelompok dengan kategori kemampuan yang baik. Kemudian, lainnya termasuk kedalam kelompok dengan kelompok dengan

kategori cukup

persentase kemampuan sebesar 65-75%. Berdasarkan persentase kemampuan rata-rata yaitu sebesar 80,63%, secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa siswa memiliki kemampuan yang cukup dalam menentukan judul percobaan. 3. Mengamati Kegiatan mengamati terdapat pada percobaan satu dan dua, yaitu

mengamati perubahan warna indikator dalam larutan asam, basa, dan garam. Grafik yang menyajikan hasil penilaian terhadap keterampilan siswa dalam mengamati perubahan warna indikator.

Berdasarkan

Grafik

di

atas

dapat

dilihat

bahwa

persentase

rata-rata

kemampuan kelompok siswa dalam mengamati perubahan warna mencapai 72,5%, dengan demikian siswa mampu mengamati dengan kategori cukup. 4. Mengukur PH Pada penelitian ini pengukuran pH suatu larutan dilakukan dengan

menggunakan kertas indikator universal. Harga pH suatu larutan diperoleh dengan cara membandingkan warna kertas indikator universal yang telah dicelupkan pada sampel dengan warna pembandingnya. Berdasarkan kriteria yang telah ditentukan diperoleh data hasil penilaian terhadap keterampilan siswa mengukur pH sebagai

berikut:

Berdasarkan Grafik di atas tampak bahwa persentase rata-rata keterampilan kelompok siswa dalam mengukur pH mencapai angka sebesar 100%, yang berarti bahwa semua kelompok siswa mampu melakukan pengukuran pH dengan baik 6. Membuat kesimpulan Pada pembelajaran pemecahan masalah berbasis eksperimen ini siswa diharapkan dapat membuat kesimpulan sesuai dengan hasil pengamatan yang mereka lakukan pada saat eksperimen. Hasil penilaian terhadap kemampuan

membuat kesimpulan setiap kelompok siswa dapat dilihat pada grafik berikut

menunjukan bahwa hanya ada satu kelompok yang memiliki kategori cukup dengan perolehan persentase sebesar 80%, sedangkan enam kelompok

lainnya memiliki kategori baik dengan perolehan persentase 85%-100%. Penurunan rata-rata persentase dari percobaan pertama ke percobaan ke dua

dipengaruhi oleh data pengukuran pH, walaupun demikian secara keseluruhan persentase rata-rata kemampuan siswa dalam membuat kesimpulan mencapai persentase 91,25% yang termasuk kategori baik.

BAB V Penutup A. Kesimpulan Berdasarkan Hasil penelitian dan pembahasan pada bab IV penulis menarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Pembelajaran sifat asam, basa dan garam menggunakan metode eksperimen berbasis materi lokal berjalan dengan baik 2. Kemampuan rata-rata kelompok siswa dalam mengemukakan hipotesis termasuk kedalam katagori yang cukup baik yaitu rata-rata 65,62% 3. Kemampuan rata-rata kelompok siswa dalam menentukan judul termasuk katagori baik yaitu rata-rata 80,63% 4. Keemampuan mengamati objek termasuk kedalam katagori Baik yaiu rata-rata 72,5% 5. Kemampuan mengukur Ph termasuk katagori amat baik yaitu rata-rata 100% 6. Kemampuan menarik kesimpulan termasuk katogori baik yaitu sekitar 91,5% B. Saran

Daftar Pustaka Dahar, R. W. (1989). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga Dimyati, dan Mudjiono. (2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Purba, M. (2004). Kimia SMP untuk Kelas VII. Jakarta: Erlangga Sardiman. (2007). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Вам также может понравиться