Вы находитесь на странице: 1из 16

1

PELAKSANAAN KOLABORASI PERAWAT-DOKTER DI IRNA NON BEDAH DEWASA RUMAH SAKIT Dr. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG TAHUN 2006

Oleh : Charles Amaludin NIM. 04081003016 PSIK FK-UNSRI

Abstrak Mutu pelayanan rumah sakit merupakan produk akhir dari interaksi dan ketergantungan dan saling terkait antara berbagai komponen. Diantara komponen tersebut adalah pelayanan keperawatan dan pelayanan medis yang merupakan bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan di rumah sakit. Salah satu peran perawat adalah peran kolaborator dan fungsi interdependen terhadap tim kesehatan lain, antara lain dengan dokter. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan kolaborasi perawat-dokter di IRNA Non Bedah Dewasa Rumah Sakit Dr. Mohammad Hoesin Palembang tahun 2006.Dari hasil penelitian, menggambarkan bahwa pelaksanaan kolaborasi perawat-dokter di IRNA Non Bedah Dewasa Rumah Sakit Dr. Mohammad Hoesin Palembang tahun 2006 dikategorikan baik. Kata kunci: pelaksanaan kolaborasi

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG Perawat dan dokter saat ini merupakan mitra kerja dalam mencapai tujuan untuk menyembuhkan penyakit dan mempertahankan kesehatan klien. Hal yang perlu

mendapat perhatian adalah kenyataan bahwa para professional cenderung sangat otonom dan berdiri sendiri, tidak jarang misi kerjanya tidak sejalan dengan misi kerja manajemen organisasi secara keseluruhan (Aditama,2000). Rumah Sakit Dr. Mohammad Hoesin merupakan rumah sakit pendidikan berusaha untuk meningkatkan pelayanan melalui kolaborasi yang baik antara perawat dengan dokter. Pelaksanaan kolaborasi perawat-dokter dapat dilihat dari kesetaraan, keterbukaan dan saling menguntungkan (Notoatmojo, 2005). Mengingat adanya permasalahan kesehatan yang kompleks di IRNA Non Bedah dewasa, maka dari itu penelitian ini diperlukan untuk meningkatkan status kesehatan pasien melalui pelasanaan kolaborasi.

B. PERMASALAHAN Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan yaitu bagaimana pelaksanaan kolaborasi perawat-dokter di IRNA Non Bedah Dewasa Rumah Sakit Dr. Mohammad Hoesin Palembang tahun 2006.

C. METODOLOGI 1. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian dekriptif kuantitatif dengan

pendekatan penelitian cross sectional yang bertujuan untuk mendeskripsikan (memaparkan) bagaimana kesetaraan, keterbukaan dan kerjasama yang saling menguntungkan dalam pelaksanaan kolaborasi perawat-dokter di IRNA Non Bedah Rumah Sakit Dr. Mohammad Hoesin Palembang tahun 2006 dengan cara mengumpulkan informasi mengenai kesetaraan, keterbukaan, dan saling menguntungkan kemudian menyediakan informasi yang berhubungan dengan prevalensi dan distribusi. Penelitian ini disajikan secara apa adanya tanpa

manipulasi atau intervensi dan tidak mencoba menganalisa mengapa peristiwa tersebut dapat terjadi (Nursalam, 2003).

2. Populasi dan Sampel a. Populasi Populasi penelitian adalah 90 perawat dan 50 dokter yang ada di ruang IRNA Non Bedah Dewasa RSMH Palembang tahun 2006. b. Sampel Peneliti menggunakan teknik sample nonprobablity sampling maka untuk penelitian diambil sample sebanyak 26 perawat dan 10 dokter.

3. Tempat dan Waktu Penelitian a. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di IRNA Non Bedah Rumah Sakit Dr. Mohammad Hoesin Palembang. b. Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari tahun 2006.

4. Alat Pengumpulan Data Pengumpulan data ini bersumber data primer. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden melalui penyebaran angket denga alat bantu kuesioner. Kuesioner yang digunakan diuji terlebih dahulu validitas dan reliabilitasnya pada responden yang memiliki karakteristik yang sama dengan

responden yang diteliti yaitu IRNA Non Bedah Dewasa RSMH Palembang. Agar diperoleh nilai hasil pengukuran mendekati normal maka jumlah responden untuk uji coba paling sedikit 15% jumlah sample dari jumlah populasi yaitu sebanyak 5 orang perawat dan3 orang dokter.

5. Prosedur Pengumpulan Data Pengupulan data adalah suatu pendekatan terhadap responden dan proses pengumpulan karakteristik responden yang diperlukan dalam suatu penelitian. Kuesioner yang dipakai adalah kuesioner pelaksanaan kolaborasi, yang terdiri dari gabungan antara kuesioner kesetaraan, keterbukaan, dan saling mengutungkan yang mana dapat diukur dengan menggunakan skala likert. Langkah-langkah dalam pengumpulan data tergantung dari desain penelitian dan teknik instrumentasi yang dipergunakan. Responden dipilih selama proses pengumpulan data. Penetapan responden direncanakan secara cermat karena analisis data dan interpretasi hasil tergantung dari akurasi jumlah responden yang dipilih. Data yang dikumpulkan adalah data primer yang diperoleh dari hasil pengisian kuesioner yang disebarkan pada perawat dan dokter di IRNA Non Bedah Dewasa Rumah Sakit Dr. Mohammad Hoesin Palembang.

6. Rencana Analisa Data a. Pengolahan Data Pengolahan data hasil kuesioner dilakukan dengan cara mencatat semua data yang diperoleh. Selanjutnya data tersebut diolah melalui tahapan editing, coding, entry, dan cleaning. b. Analisa Data

Data yang telah terkumpul dilakukan analisa statistik univariant untuk melihat distribusi frekuensi tiap variabel penelitian yang kemudian akan diceritakan ke dalam bentuk narasi.

D. TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengertian Kolaborasi / Kemitraan Menurut ANA (American Nurse Association) dalam Siegler dan Whitney (2000) menjabarkan kolaborasi atau kemitraan sebagai hubungan rekanan yang sejati dimana masing-masing pihak menghargai kekuasaan pihak lain, dengan mengenal dan menerima lingkup kegiatan dan tanggung jawab masing-masing yang terpisan maupun bersama, saling melindungi kepentingan masing-masing dan mencapai tujuan, target atau hasil yang ditetapkan. Sedangkan menurut Notoatmojo (2005) secara umum pengertian kolaborasi atau kemitraam adalah suatu kerjasama yang formal antara individu-individu, kelompok-kelompok, organisasi-organisasi untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Adapun kriteria kolaborasi menurut Siegler dan Whitney (2000) yaitu melibatkan tenaga ahli dengan bidang keahlian yang berbeda yang dapar bekerjasama imbal balik secara mulus, anggota kelompok harus bertindak tegas dan mau bekerjasama, dan kelompok harus memberikan pelayanan yang keunikannya dihasilkan dari kombinasi pandangan dan keahlian yang diberikan oleh setiap anggota tim tersebut. Sedangkan menurut Hanson dan Spross (1996) terwujudnya suatu kolaborasi tergantung pada beberapa keriteria yaitu adanya saling percaya dan saling menghormati, saling memahami dan menerima keilmuan masing-masing, memiliki citra diri positif, memiliki kematangan professional yang setara, mengakui sebagia mitra kerja bukan bawahan dan keinginan bernegosiasi.

a. Prinsip-Prinsip Kemitraan Kemitraan adalah salah satu bentuk kerjasama yang kongkret dan solid. Oleh sebab itu, dalam membangun sebuah kemitraan ada 3 prinsip kunci yang perlu dipahami oleh masing-masing anggota atau mitra tersebut, yaitu: 1) Kesetaraan (equity) Setiap anggota mitra yang telah bersedia menjalin kemitraan harus merasa duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi dengan yang lain. Artinya dalam mengambil keputusan dalam rangka mencapai tujuan bersama, masing-masing anggota atau mitra mempunyai hak atau suara yang sama. 2) Keterbukaan (transparency) Menurut Hartono (2005) karakteristik sifat terbuka yaitu, menilai pesan secara objektif, berdasarkan kenyataan yang logis, berorientasi pada isi pembicaraan buku siapa yang bicara, mencri informasi dari berbagi sumber, lebih bersifat professional dan bersedia mengubah kepercayaan yang tidak sesuai, mencari pesan yang tidak sesuai dengan rangkaian kepercayaannya, maksudnya orang yang terbuka bersedia menghadapi perbedaan gagasan, dan mau dialog bersama sehingga tercapai suatu pengertian. 3) Saling Menguntungkan Saling menguntungkan disini lebih dilihat dari kebersamaan atau sinergis dalam mencapai tujuan bersama. Upaya pelayanan kesehatan, jelas akan lebih efektif bila dilakukan melalui kerjasama antar rim

kesehatan, bila dibandingkan kalau hanya dilakukan oleh salah satu profesi kesehatan saja. b. Persyaratan Kemitraan Kemitraan adalah bentuk kerjasama, maka setiap pihak yang terlibat didalamnya harus ada kerelaan diri untuk bekerjasama, dan melepas kepentingan masing-masing, kemudian membangun kepentingan bersama. Oleh karena itu, membangun suatu kemitraan harus daidasarkan pada hal-hal berikut, 1) Kesamaan perhatian atau kepentingan 2) Saling mempercayai dan menghormati 3) Harus saling menyadari pentingnya arti kemitraan 4) Harus pada kesepakatan visi, misi, tujuan, dan nilai yang sama 5) Harus berpijak pada landasan yang sama 6) Kesediaan untuk berkorban

c. Landasan Kemitraan Dalam membangun kemitraan dengan mitra atau calon-calon mitra kesehatan perlu dilandasi dengan tujuh saling, yaitu: 1) Saling memahami kedudukan,tugas dan fungsi masing-masing (structure) 2) Saling memahami kemampuan masing-masing (capacity) 3) Saling menghubungi (linkage) 4) Saling mendekati (proximity) 5) Saling terbuka dan bersedia membantu (opens) 6) Saling mendorong dan saling mendukung (synergy) 7) Saling menghargai (reward)

2. Pengertian Perawat Menurut UU Kesehatan No. 23 tahun 1992, perawat adalah mereka yang memiliki kemampuan dan kewenangan melakukan tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimiliki dan diperoleh melalui pendidikan keperawatan. Perawat adalah seorang yang berperan dalam merawat atau memelihara, membantu dan melindungi seseorang karena sakit, injuri dan proses penuaan dan perawat professional adalah perawat yang bertanggung jawab dan berwewenang memberikan pelayanan keperawatan secara mendiri dan atau berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain sesuai dengan kewenangannya. a. Peran dan Fungsi Perawat 1) Peran Perawat Peran merupakan tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai dengan kedudukan dalam system, dimana dapat dipengaruhi oleh keadaan social baik dari profesi perawat maupun dari luar profesi keperawatanyang bersifat konstan. Peran perawat antara lain adalah: a) Sebagai pemberi asuhan keperawatan b) Sebagai advokat klien c) Sebagai edukator d) Sebagai koordinator e) Sebagai kolaborator f) Sebagai konsultan g) Sebagai pembaharu

2) Fungsi Perawat Fungsi perawat merupakan suatu pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan perannya. Fungsi tersebut dapat berubah disesuaikan dengan keadaan yang ada. Dalam menjalankan perannya, perawat akan melaksanakan berbagai fungsi diantaranya: a) Funsi Independen Dimana perawat melaksanakan tugasnya secara mendiri dengan keputusan sendiri dalam melakukan rindakan. b) Fungsi Dependen Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatannya atas pesan atau instruksi dari perawat lain. c) Fungsi Interdependen Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang bersifat saling ketergantungan diantara tim satu dengan tim lainnya.

3. Persepsi a. Pengertian Persepsi Persepsi adalah interpretasi yang tinggi terhadap lingkngan manusia dan mengolah proses informasi tersebut Human interpret their surroundings on a higher perxive their word through information processing(Wilson, 2000). b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi Ada faktor dari luar dan dari dalam yang mempengaruhi persepsi diantaranya adalah sebagai berikut: (Notoatmojo, 2005)

10

1) Faktor Eksternal atau dari luar a) Kontras b) Perubahan intensitas c) Pengulangan (repeatition) d) Sesuatu yang baru (novelty) e) Sesuatu yang menjadi perhatian orang banyak 2) Factor Internal atau Dari Dalam a) Pengalaman / Pengetahuan b) Harapan (expectation) c) Kebutuhan d) Motivasi e) Emosi f) Budaya

c. Gaya Persepsi Kognitif Morgan dalam Notoatmojo (2005), setiap manusia memiliki gaya yang berbeda dalam mempersepsikan stimulus yang diterimanya. Ada dua jenis gaya yang berbeda dalam proses persepsi, yaitu derajat fleksibilitas dari persepsinya.

BAB II PEMBAHASAN

ANALISIS DESKRIPTIF A. Distribusi Responden Berdasarkan Kesetaraan Dalam Pelaksanaan Dewasa RSMH Palembang Tahun 2006 Tabel Kesetaraan (responden perawat)

11

No 1 2

Kesetaraan Kurang Baik Baik Jumlah

Frekuensi 15 11 26

Persentase (%) 57,5 42,3 100

Tabel Kesetaraan (responden dokter) No 1 2 Kesetaraan Kurang Baik Baik Jumlah Frekuensi 3 7 10 Persentase (%) 30 70 100

Dari hasil penelitian yang diperoleh, sebanyak 42,3% perawat menunjukkan kesetaraan yang baik, dan sebanyak 70% dokter menunjukkan kesetaraan yang baik dalam pelaksanaan kolaborasi perawat dokter. Menurut Notoatmojo (2005) kesetaraan sendiri berarti kesamaan kedudukan atau sejajar dalam mengambil keputusan guna mencapai tujuan bersama, tidak boleh satu anggota memaksakan kehendak kepada yang lain karena merasa lebih tinggi dan tidak ada dominasi terhadap yang lain. Dari hasil penelitian perawat menunjukkan pelaksanaan dan kolaborasi kurang baik. Dari hasil penelitian ini sebanyak 38,5% perawat menyatakan jarang membahas kesesuaian dan tidak kesesuaian dengan dokter untuk memcoba mengembangkan tujuan perawatan kesahatan yang dapat diterima kedua belah pihak. Sedangkan sebanyak 40% dokter menyatakan biasanya dan sering dalam membahas kesesuaian dan tidak kesesuaian dengan perawat untuk mencoba mengembangkan tujuan perawatan kesehatan yang dapat diterima kedua belah pihak. B. Distribusi Responden Berdasarkan Keterbukaan Dalam Pelaksanaan Dewasa RSMH Palembang Tahun 2006

Tabel Keterbukaan (responden perawat)

12

No 1 2

Keterbukaan Kurang Baik Baik Jumlah

Frekuensi 12 14 26

Persentase (%) 46,2 53,8 100

Tabel keterbukaan (responden dokter) No 1 2 Keterbukaan Kurang Baik Baik Jumlah Frekuensi 4 6 10 Persentase (%) 40 60 100

Menurut Notoatmojo (2005) keterbukaan yaitu diartikan apa yang menjadi kekuatan atau kelebihan dan kelemahan atau kekurangan masing-masing anggota harus diketahui anggota lain. Dari hasil penelitian yang diperoleh, sebanyak 53,8% perawat menyatakan keterbukaan baik dan sebanyak 60% dokter menyatakan keterbukaan baik dalam pelaksanaan kolaborasi perawat-dokter di IRNA Non Bedah Dewasa RSMH Palembang. Keterbukaan dikategorikan baik bisa dilihat sebanyak 26,9% dari 26 responden perawat menyatakan biasanya menyampaikan pada dokter bidang-bidang mana yang mana merupakan wawasan khusus perawatan. Dan sebanyak 50% dari 10 responden dokter menyatakan sering menyampaikan pada perawat bidang-bidang mana yang mana merupakan wawasan khusus medis. C. Distribusi Responden Berdasarkan Saling Menguntungkan Dalam

Pelaksanaan Dewasa RSMH Palembang Tahun 2006 Tabel Saling Menguntungkan (responden perawat) No 1 2 Saling Menguntungkan Kurang Baik Baik Frekuensi 11 15 Persentase (%) 42,3 57,7

13

Jumlah

26

100

Table Saling Menguntungkan (responden dokter) No 1 2 Saling Menguntungkan Kurang Baik Baik Jumlah Frekuensi 3 7 10 Persentase (%) 30 70 100

Saling menguntungkan (mutual benefit) yaitu kebersamaan atau sinergis dalam mencapai tujuan bersama. Sesuai perkembangannya selama ini, seorang perawat merupakan tenaga pertama yang menunjang pekerjaan dokter, yaitu pelayanan langsung terhadap pasien. Dan dalam melaksanakan praktik keperawatan, tindakan mandiri perawat professional melalui kerjasama yang saling menguntungkan dengan tim medis dalam memberikan asuhan keperawatan dan medis sesuai wewenang dan tanggung jawabnya. Dari hasil penelitian yang diperoleh, sebanyak 57,7% perawat menyatakan saling menguntungkan baik dan sebanyak 70% dokter menyatakan saling menguntungkan baik dalam pelaksanaan kolaborasi perawat-dokter di IRNA Non Bedah Dewasa RSMH Palembang. Sebanyak 34,6% perawat kadang-kadang membahas dengan dokter sejauh mana perawat ingin ikut terlibat dalam aspek perencanaan perawatan pasien, dan sebanyak 50% perawat menyatakan kadangkadang membahas dengan perawat sejauh mana dokter ingin ikut terlibat dalam aspek perencanaan perawatan pasien. D. Distribusi Frekuensi Dalam Pelaksanaan Kolaborasi Perawat-Dokter di IRNA Non Bedah Dewasa RSMH Palembang Tahun 2006 Tabel Pelaksanaan Kolaborasi (responden prawat) No Pelaksanaan Kolaorasi Frekuensi Persentase (%)

14

1 2

Kurang Baik Baik Jumlah

12,7 13,3 26

48,7 51,3 100

Tabel Pelaksanaan Kolaborasi (responden dokter) No 1 2 Pelaksanaan Kolaorasi Kurang Baik Baik Jumlah Frekuensi 3,3 6,7 10 Persentase (%) 33,3 33,3 100

Pelaksanaan

kolaborasi

perawat-dokter

yang

berdasarkan

kesetaran,

keterbukaan dan saling menuntungkan. Dari ketiga variable yang diteliti diperoleh distribusi frekuensi menurut perawat yaitu kesetaraan baik sebanyak 42,3%, keterbukaan baik 53,8%, dan saling menguntungkan baik 57,7%, ternyata membentuk kolaborasi antara perawat dengan dokter baik yaitu sebesar 51,27%. Dan distribusi frekuensi menurut dokter yaitu kesetaraan baik sebanyak 70%, kesetaraan baik 60%, dan saling menguntungkan baik 70%, ternyata membentuk pelaksanaan kolaborasi antara perawat dengan perawat baik yaitu sebesar 66,67%. Dari hasil komulatif dapat diperoleh bahwa pelaksanaan kolaborasi perawat dokter di IRNA Non Bedah Dewasa RSMH Palembang tahun 2006 dikategorikan baik. Hal ini sesuai dengan CHS dalam Suhaemi (2004) bahwa dalam melaksanakan praktik keperawatan, tindakan mandiri perawat professional melalui kerajsama yang bersifat kolaboratif dengan tim kesehatan lain dan memberikan asuhan keperawatan holistic sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya. Oleh karena itu, dalam menjalankan tugasnya perawat tidak dapat bekerja tanpa berkolaborasi dengan profesi lain, diantaranya adalah dokter.

15

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN Dari keseluruhan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 26 perawat dan 10 dokter PPDS di IRNA Non Bedah RSMH Palembang tahun 2006. Secara keseluruhan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: 1. Terdapat perbedaan distribusi frekuensi antara perawat dengan dokter terhadap kesetaraan dalam pelaksanaan kolaborasi perawat dokter di IRNA Non Bedah di RSMH Palembang tahun 2006. Sebanyak 42,3% responden perawat menganggap kesetaraan baik, sedangkan sebanyak 70% responden dokter menganggap kesetaraan baik. 2. Keterbukaan dalam pelaksanaan kolaborasi perawa-dokter, menunjukkan mayoritas perawat (53,8%) menkategorikan keterbukaan baik, sedangkan dokterr yaitu sebanyak 60% mengkategorikan keterbukaan baik. 3. Distribusi frekuensi saling menguntungkan dalam pelaksanaan kolaborasi perawat-dokter, menunjukkan mayoritas perawat (57,7%) mengkategorikan saling menguntungkan baik, seedangkan dokter yaitu sebanyak 70% mengkategorikan saling menguntungkan baik. 4. Pelaksanaan kolaborasi perawat-dokter di IRNA Non Bedah RSMH Palembang tahun 2006 mayoritas perawat mengkategorikan kolaborasi sudah baik yaitu sebanyak 51,27% dan mayoritas dokter mengkategorikan baik sebanyak 66,7%.

B. SARAN Adapun saran-saran yang penyusun berikan kiranya dapat dilaksanakan antara lain sebagai berikut:

16

1. Perlu diadakan pertermuan-pertemuan seperti seminar, loka karya atau lainnya yang membahas tentang kolaborasi perawat-dkter. 2. Perlu diadakan studi kasus bersama antara perawat dengan dokter dalam meningkatkan staaus kesehatan pasien. 3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjad sebagai masuka dalam

meningkatkan kualitas mahasiswa sebagai sumberdaya yang berguna di masa depan

DAFTAR PUSTAKA

Aditama, Tjanda Yoga. 2000. Manajemen Administrasi Rumah Sakit. Jakarta : Universitas Indonesia. Notoatmojo, Soekidjo. 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta : Rineka Cipta. Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. Sieglar, L Eugeina dan Fay W. Whitney. 2000. Kolaborasi Perawat-Dokter Perawatan Orang Dewasa dan Lansia. Jakarta : EGC. http://www.hartono.blog-city.com. Diperoleh pada tanggal 31 Oktober 2005. http://www,hanson&spross.org. Diperoleh pada tanggal 20 Nopember 2005

Вам также может понравиться