Вы находитесь на странице: 1из 3

BAB I PENDAHULUAN 1.1.

Latar Belakang Masalah DRPs adalah suatu kejadian yang tidak diharapkan dari pengalaman penderita atau diduga akibat terapi obat sehingga berpotensi menganggu keberhasilan penyembuhan yang dikehendaki, menyebabkan mortalitas, morbiditas yang diakibatkan oleh obat. Suatu aspek penting dari pelayanan farmasi adalah memaksimalkan penggunaan obat yang rasional. Penggunaan obat yang rasional mensyaratkan bahwa pasien menerima obat-obatan yang sesuai dengan kebutuhan klinik. Oleh karena itu, dalam penggunaan obat yang tepat dan rasional perlu dilakukan berbagai kegiatan yang menjamin mutu. Jaminan mutu dapat didefinisikan sebagai semua tindakan atau kegiatan yang direncanakan dan sistematik, serta perku untuk memberikan kepercayaan memadai bahwa suatu produk atau pelayanan akan memenuhi persyaratan mutu yang ditetapkan. Salah satu kegiatan jaminan mutu yang dicakup dalam kegiatan pelayanan farmasi klinik adalah Evaluasi Penggunaan Obat (EPO). Evaluasi Penggunaan Obat (EPO) merupakan suatu alat penting untuk menunjukan bahwa obat-obatan sangat berharga bagi perawata pasien, dengan memastikan obat-obatan tersebut digunakan secara aman, efektif dan ekonomis selanjutnya disebut sebagai penggunaan obat yang tepat ( Siregar, 2005). Penyakit yang perlu dilakukan Evaluasi Penggunaan Obat adalah kasus gagal ginjal. Kasus gagal ginjal didunia meningkat lebih dari 50 %. Diindonesia sendiri sudah mencapai sekitar 20 %.Penyakit gagal ginjal adalah suatu proses patologi dengan etiologi yang beragam, terjadi lebih dari 3 bulan yang mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif dan berakhir pada gagal ginjal. Gagal ginjal dapat berupa gagal ginjal akut (GGA) maupun kronik (GGK). Gagal ginjal akut ditandai dengan gejala yang timbul secara tiba-tiba dan penurunan secara cepat volume urin. GGA mengakibatkan peningkatan kadar serum urea, kreatinin dan bahanbahan lain. Walaupun sering bersifat reversible, tetapi secara umum mortalitasnya tinggi. Gagal ginjal kronis (GGK) ditandai dengan berkurangnya fungsi ginjal secara perlahan, berkelanjutan, tersembunyi serta bersifat irreversible. Baik pada gagal ginjal akut maupun gagal ginjal kronis, terjadi penurunan/kehilangan fungsi pada seluruh nefron (Aslam, M, dkk, 2003).

Gagal ginjal kronik adalah Komplikasi pada ggk

Hipertensi adalah penyebab dan komplikasi dari ggk, lebih dari 50%-70 % pasien ggk memiliki tekanan darah 140/90 mm Hg. Hipertensi adalah faktor resiko untuk progresifitas dari ggk dan pada CVD. Untuk itu penangganan hipertensi pada GGk perlu diperhatiakan, adapun tujuan dari terapi hipertensi pada GGK adalah menurunkan tekanan darah, mengurangi resiko CVD dan menurunkan progesifitas dari GGK. Pada pasien GGK membutuhkan banyak terapi dalam mengurangi progesivitas GGK dan mencegah terjadinya dan mengurangi progesivitas dari CVD. Agar tujuan terapi hipertensi pada GGK tercapai memerlukan kordinasi antara terapi antihipertensi dengan terapi lainnya yang disesuaikan penyakit penyertanya. Pada GGK ini terjadi penurunan eliminasi obat sehingga pemberian dosis obat yang disekresi diginjal perlu penyesuaian. Agar tujuan terapi tercapai diperlukan pemilihan obatobat yang tepat sesuai dengan penyakit penyertanya, selain itu juga terjadi multiterapi pada pengobatannya yang dapat menyebabkan efek samping dan interaksi obat. Sehingga penggunaan obat dalam mencapai tujuan terapi hipertensi pada GGK ini dapat meningkatkan peluang terjadinya DRPs dalam hal indikasi, ketepatan dosis, efek samping dan interaksi Berdasarkan permasalah diatas, dibutuhkan suatu langkah konkret yang dapat dilakukan untuk mengevaluasi proses penanganan pasien melaui pengamatan profil pengobatan pasien penyakit ginjal yang disertai dengan hipertensi serta melakukan evaluasi efektivitas pencegahan progesivitas keparahan penyakit ginjal yang disebabkan oleh timbulnya gejala hipertensi. Hal ini dimaksudkan untuk mengatahui apakah obat-obatan yang selama ini pada umunya dikonsumsi oleh penyakit gagal ginjal cukup mampu menangani masalah yang terjadi pada pasien penyakit ginjal yang disertai dengan hipertensi.

1.2.Rumusan Masalah 1. Berapa persentase dari pasien yang mengalami hipertensi yang disebabkan oleh penyakit gagal ginjal kronik? 2. Apakah obat-obat yang digunakan pada pasien hipertensi yang disebabkan oleh GGK sesuai dengan indikasinya? 3. Apakah dosis obat-obat yang diberikan pada pasien hipertensi yang disebabkan oleh GGK tepat? 4. Apakah terjadi intekasi obat antihipertensi dengan obat lain pada pasien GGK? 1.3.Kerangka Pikir Ginjal adalah suatu regulator dari sodium dan air untuk meregulasi kesimbangan asam-basa. Ginjal juga memproduksi hormon yang dibutuhkan untuk mensintesis sel darahh merah dan homeostatsis kalsium. Kerusakan pada fungsi ginjal dapat menyebabkan penurunan fungsi ginjal. Berdasarkan waktu terjadinya, gagal ginjal dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu Gagal Ginjal Akut daan Gagal Ginjal Kronik. GGA adalah kehilanagn fungsi ginjal dengan cepat selama bebrapa hari atau minggu yang bersifat reversible. GGK adalah penurunan secara progresif dari fungsi ginjal yang terjadi selama bebrapa bulan atau tahun dan dikarakteristikan dengan penggantian struktur ginjal normal secara bertahap dan ditandai dengan fibrosis interstisial ( Dipiro et al.,,2005)

Вам также может понравиться